Analisis Komponen Aktif Atsiri Dari Minyak Atsiri Beberapa Tumbuhan Aromatik Yang Menghambat Aktivitas Lokomotor Mencit.

Journal of Teknologi dan Sains Farmasi, UNAND PADANG, Vol 10(1): 47-54. 2004
ANALISIS KOMPONEN AKTIF ATSIRI DARI MINYAK ATSIRI BEBERAPA
TUMBUHAN AROMATIK YANG MENGHAMBAT AKTIVITAS LOKOMOTOR
MENCIT
Muchtaridi2, Anton Apriyantono3, Anas Subarnas2 and Slamet Budijanto3
2
3

Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Padjadjaran
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi FATETA IPB

ABSTRAK
Efek minyak atsiri daun kemangi (Ocimum formacitratum L.), daun kayu putih
(Meulaleuca leucadendron L.), biji pala (Myristica fragrans HOUTT) dan kulit batang ki
lemo (Litcea cubeba L.) terhadap aktivitas lokomotor mencit telah diteliti dengan metode
wheel cage, dan senyawa aktif minyak tersebut diidentifikasi berdasarkan analisis GC/MS.
Minyak atsiri diberikan secara inhalasi dengan dosis 0,1 ml, 0,3 ml, dan 0,5 ml.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inhalasi minyak atsiri daun kemangi, daun
kayu putih, biji pala, dan kulit batang ki lemo menurunkan aktivitas lokomotor dengan
daya hambat masing-masing hingga sebesar 57,64 %, 63,05 %, 68,62 %, dan 60,75 %.
Identifikasi dan kuantifikasi senyawa volatil minyak atsiri dalam plasma darah

mencit dilakukan dengan GC/MS setelah inhalasi selama ½, 1, dan 2 jam. Plasma darah
dari tiga mencit yang telah menginhalasi minyak atsiri dikumpulkan dalam tabung heparin,
kemudian senyawa volatil dalam darah diisolasi dan dipekatkan dengan kolom C-18 (100
mg-Sep-Pak), dengan eluen MeOH dan akua bidestilata (60:40).
Komponen utama yang terdeteksi dalam plasma darah mencit setelah inhalasi
minyak atsiri daun kemangi adalah linalool dan linalil asetat, sedangkan 1,8-sineol, terpineol dan 4-terpineol merupakan senyawa yang dominan ditemukan dalam plasma
darah mencit setelah inhalasi minyak atsiri daun kayu putih. Miristisin, 4-terpineol, dan
ester berantai panjang (metil palmitat, metil miristat, metil oleat, dan metil stearat) adalah
senyawa yang secara dominan terdapat dalam plasma darah mencit setelah inhalasi minyak
biji pala, dan sitronelol dan sitronelal secara dominan terdapat pada plasma darah mencit
yang menginhalasi minyak atsiri kulit batangt ki lemo.
Kata Kunci : Minyak atsiri, kemangi, cajuput, nutmeg, ki lemo, senyawa aktif atsiri
ANALYSIS OF ACTIVE COMPOUNDS OF ESSENTIAL OILS OF SOME
AROMATICAL PLANTS POSSESSING INHIBITORY PROPERTIES ON MICE
LOCOMOTOR ACTIVITY

ABSTRACT
An effect of essential oils of kemangi (Ocimum formacitratum L.) leaves, cajuput
(Meulaleuca leucadendron L.) leaves, pala (Myristica fragrans HOUTT) seeds and ki
lemo (Litsea cubeba L.) bark on locomotor activity of mice has been studied by means of a

wheel cage method, and active compounds of the essential oils were identified by GC/MS
analysis. The essential oils were given by inhalation at doses 0.1, 0.3, and 0.5 ml.
The result showed that the inhalation of essential oils of kemangi leaves, cajuput
leaves, pala seeds and ki lemo bark decreased locomotor with the percent inhibition up to
57,64 %, 63,05 %, 68,62 %, and 60,75 %, respectively.

Identification and quantification of active compounds in the blood plasma were
carried out with GC/MS analysis after the mice experienced half an hour, one hour, and
two hours inhalation. The blood plasma of three mice were collected in heparin tube and
the volatile compounds were isolated and concentrated by the C-18 column (100 mg-SepPak) with methanol and bidistilled water mixture (60:40) as the eluent.
Major volatile compounds identified from blood plasma of the mice after inhalation
of the essential oil of kemangi leaves were linalool and linaly acetate, whereas 1,8-cineole,
-terpineol and 4-terpineol were dominant in blood plasma of mice after inhlation of the
essential oil of cajuput leaves. Myristicin, 4-terpineol, and esthers of chain length (methyl
palmitate, methyl myristate, methyl oleate, and methyl stearate) were dominant in blood
plasma of mice after inhlation of the the essential oil of nutmeg seeds, and citronellol and
citronellal dominant only in the blood plasma of mice inhaled essential oil of ki lemo
barks.
Keywords : Essential oils, kemangi, cajuput, nutmeg, ki lemo, active volatile compounds


PENDAHULUAN
Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak
atsiri memiliki komponen atsiri pada beberapa tumbuhan dengan karakteristik tertentu.
Saat ini, minyak atsiri telah digunakan sebagai parfum, kosmetik, bahan tambahan
makanan dan obat (Buchbauer, 2000).
Senyawa-senyawa berbau harum atau fragrance dari minyak atsiri suatu bahan
tumbuhan telah terbukti pula dapat mempengaruhi aktivitas lokomotor (Buchbauer et al.,,
1991; Buckle, 1999; Diego et al., 1998; Martin, 1998). Penelitian minyak atsiri yang
mempengaruhi aktivitas lokomotor diawali oleh Kovar et al. (1987) yang melaporkan
bahwa senyawa 1,8-cineol yang diisolasi dari minyak atsiri bunga rosemary dapat
meningkatkan aktivitas lokomotor tikus. Menurut Buchbauer et al. (1991), senyawasenyawa atsiri yang teridentifikasi dalam plasma darah, diduga merupakan komponen aktif
yang bertanggung jawab terhadap aktivitas farmakologi dalam mempengaruhi sistem
syaraf pusat (SSP), hal ini disebabkan senyawa yang mendepresi atau menstimulasi SSP
bekerja pada Blood-Brain Barier (BBB) atau lintas antara darah-otak.
Kajian etnofarmakologi tentang tumbuhan aromaterapi menunjukan bahwa
Indonesia memiliki 12 jenis tumbuhan aromatik Indonesia yang digunakan secara empirik
sebagai aromaterapi dengan efek menenangkan dan menyegarkan (anxiolytic) untuk
kesehatan tubuh (Sangat dan Roemantyo, 1996). Belum adanya laporan penemuan
senyawa yang dapat menekan aktivitas lokomotor yang berasal dari tumbuhan aromatik
asal Indonesia merupakan alasan yang kuat untuk melakukan penelitian ini. Tumbuhan

aromatik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemangi (Ocimum formacitratum L.)
dan kayu putih (Melaleuca leucadendron L.), biji pala (Myristica fragrans Houtt.) dan ki
lemo (Litsea cubeba L.).
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan identitas senyawa aktif atsiri yang secara
bilogis bertanggung jawab terhadap aktivitas lokomotor pada mencit. Analisis ini
dilakukan dengan perlakuan pemberian inhalasi minyak atsiri yang diperiksa pada mencit.
Mencit yang memberikan jumlah gerak menurun secara statistika pada metode Wheel
Cage, dianalisa plasma darahnya untuk mendapatkan komponen atsiri dalam darah.

-1-

BAHAN DAN METODE
Bahan
Bahan tanaman : bahan yang digunakan adalah daun Kemangi (Ocimum formacitratum
L.), Kayu putih (Melaleuca leucadendron L.), Biji Pala (Myristica fragrans Houtt) dan Ki
lemo (Litsea cubeba Lour). Tumbuhan dideterminasi di Laboratorium Taksonomi Jurusan
Biologi FMIPA UNPAD. Hewan Percobaan : Hewan yang digunakan adalah mencit
putih jantan galur ddY, dengan berat badan 25-32 gram. Hewan percobaan diperoleh dari
Laboratorium Perkembangan Hewan, Jurusan Biologi, Universitas Padjadjaran Bandung.
Hewan yang diambil berumur 2-3 bulan. Mencit diseleksi dengan kategori yang dapat

memutarkan Wheel Cage 150-300 putaran. Bahan Kimia : metanol p.a (Merck) sebagai
eluen SPE, Heparin (Merck) sebagai koagulan darah, dan minyak lavender murni (Martina
Bertho) dari Lavandula officinalis, standar alkana C8-C20 dan standar alkana C21-C40
(Sigma), dan 1,4-diklorobenzena (Sigma). Alat-alat : Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah alat distilasi uap, Inhalator, Wheel Cage, pipa kapiler heparin
(Merck), tabung heparin (Boehringer), Mikropipet (Clinipippet) 0,05-0,1 ml, Sentrifugator
(Hettich-EBA 8), Kolom C-18 (SEP-PAK Waters), Syringe SPE kaca 10 ml, GC-MS
(Schimadzu-QP-5050A).
Metode
Isolasi Minyak atsiri : Bahan didistilasi di Instalasi Penelitian Tanaman Obat Manoko,
Lembang, dengan destilasi Stahl. Aktivitas Lokomotor : Mencit ditimbang dan
dikelompokkan secara acak menjadi 10 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5
ekor. Pengujian aktivitas lokomotor dilakukan berdasarkan metode Wheel Cage. Setelah
menginhalasi minyak atsiri selama 30 menit, mencit diletakkan pada alat roda putar.
Jumlah putaran roda dicatat selama 90 menit, dengan interval waktu 15 menit, dimulai
sejak 5 menit setelah mencit ditempatkan pada alat. Jumlah putaran kelompok uji
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Semua data yang diperoleh dihitung dan dianalisa
menggunakan software MINITAB 13.5 yaitu analisis ANOVA rancangan acak faktorial
dengan uji lanjut Tukey, dengan faktor jenis minyak, dosis, dan waktu. Identifikasi
Senyawa Minyak Atsiri : Minyak atsiri dianalisis dengan Kromatografi Gas-Spektometri

Massa (GC-MS), di Lab. Kimia Instrumen, Jurusan Kimia, UPI Bandung dengan
menggunakan kolom kapiler DB-5MS (dimensi 30mx0,32mmx0,25m), laju alir 1
ml/menit, injeksi split rasio 1:20, gas pembawa Helium tekanan 80 kPa, suhu injector 250
o
C, suhu interface 280 oC, program suhu 60oC ditahan 5 menit dinaikkan hingga 300oC
ditahan 2 min (laju kenaikan 10oC/ min). Kondisi MS : Energi Ionisasi 1,5 kV, kisaran
berat molekul 40-550 amu.
Metode analisis dari plasma darah dikembangkan berdasarkan metode Kovar et al.
(1987) dan Jirovetz et al. (1991 dan 1992). Pengumpulan Plasma Darah Mencit : Pada
analisis senyawa atsiri dalam darah mencit digunakan sebanyak 3 mencit, dan mencit ini
berbeda dengan yang digunakan pada pengujian aktivitas lokomotor. Darah dari mencit
yang telah diinhalasi diambil dari bagian ujung mata mencit menggunakan pipa kapiler
sebanyak 500-600 L. Darah ditampung dalam tabung heparin dan disentrifugasi dengan
kecepatan 1800 rpm selama 10 menit. Solid Phase Extraction (SPE): Metanol sebanyak
500 L dialirkan ke Cartridge C-18, kemudian plasma yang diperoleh diinjeksikan ke
dalam Cartidge C-18, aqua bidistilata sebanyak 400 L dialirkan ke dalam kolom
Cartridge C-18 dilanjutkan dengan elusi menggunakan 600 L metanol. Identifikasi
Senyawa dari Plasma Darah : GC-MS dan kolom sama dengan yang digunakan untuk
analisis minyak atsiri dengan laju alir 1,8 ml/menit, injeksi split-splitless, split rasio 1:20,
gas pembawa Helium tekanan 100 kPa, suhu injector 250 oC, suhu interface 280 oC,

program suhu untuk inhalasi kemangi dan kayu putih : 60oC ditahan 2 menit hingga
-2-

dinaikkan 300oC (laju kenaikan 10oC/ min), sedangkan program suhu untuk darah mencit
yang menginhalasi pala dan ki lemo : 60oC ditahan 5 menit dinaikkan hingga 330oC
ditahan 1 menit (laju kenaikan 10oC/ min). Penentuan LRI dan Konsentrasi : Konfirmasi
identitas komponen hasil identifikasi MS dilakukan dengan menentukan nilai Linear
Retention Index (LRI). Nilai LRI dihitung berdasarkan waktu retensi standar alkana (C8C40) yang disuntikan pada GC-MS dengan kolom dan kondisi yang sama. Penentuan
konsentrasi : untuk tiap-tiap komponen yang teridentifikasi dilakukan dengan
menggunakan standar internal 1,4-dichlorobenzene yang ditambahkan sebelum bahan
diisolasi. Penentuan konsentrasi dilakukan pada sampel plasma darah.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Minyak Atsiri
Komposisi minyak atsiri kemangi yang diperoleh dengan rendemen 0,07 %
didominasi oleh sitral (19,12 %). Kadar terbesar kedua adalah linalool (8,17 %), bergamotena (7,27 %), -mirsena (4,61 %), (E)-kariofilena (4.12 %), -terpineol (2,85 %),
dan nerol (2,83 %) sedangkan komponen yang lainnya memiliki kadar di bawah 1 %.
1,8-Cineole mendominasi komposisi minyak atsiri daun kayu putih yaitu sekitar
22,45 %. Komponen berikutnya berdasarkan besar kadarnya adalah -terpineol (12,45 %),
(E)-kariofilena (6,95 %), -pinena (5,74 %), -humulena (4,70 %), -selinena (3,82 %), mirsena (3,58 %), -selinena (2,9 %), dan -terpenil asetat (2,74 %).

Minyak atsiri biji pala memiliki randemen 6,85 %. Komponen minyak atsiri
terbanyak adalah 4-terpineol (13,92 % ), miristisin (13,57 %), safrol (4,28 %), sedangkan
kandungan terpen yang terbesar dimiliki oleh sabinena (21,38 %), -pinena (10,23 %),
limonena (5,57 %), dan -terpinena (3,98 %).
1,8-Sineole (26,59 %) dan Sitronelol (21,69 %) adalah komponen atsiri dari
minyak kulit batang ki lemo (randemen 1 %) dengan persentase terbesar, diikuti oleh
sitronelal (8,68 %) dan -terpenil asetat (8,12 %). Dari kelompok hidrokarbon terpen, pinena (3,55 %) dan -pinena (3,44 %) merupakan komponen yang komposisinya terbesar.
Aktivitas Lokomotor dan Komponen Aktif
Senyawa-senyawa atsiri yang bertanggung jawab dalam penurunan aktivitas
lokomotor masing-masing minyak atsiri berbeda-beda, tergantung komposisi dari minyak
atsiri tersebut. Senyawa yang teridentifikasi dalam darah dengan ketersediaan hayati yang
tinggi pada 30 menit hingga 2 jam diduga kuat merupakan senyawa yang beratanggung
jawab atas aktivitas farmakologi minyak atsiri senyawa tersebut atau disebut senyawa
penunjuk (lead compound) (Buchbauer, 1993).
1. Inhalasi Minyak Atsiri Kemangi
Pemberian secara inhalasi minyak atsiri kemangi pada penelitian ini, dengan dosis
0,1 ml, 0,3 ml dan 0,5 ml menurunkan aktivitas lokomotor mencit masing-masing sebesar
49,63 %, 54,57 % dan 57,64 %, seperti terlihat pada Tabel 1.

-3-


Kelompok
Perlakuan
Kontrol
Normal

Tabel 1. Rata-rata jumlah Putaran Roda Mencit Setiap Kelompok Perlakuan
Selama 75 Menit dengan Interval Waktu 15 Menit
Rata-rata Putaran Roda
Dosis
Waktu (Menit)
0-15
15-30
30-45
45-60
60-75
(ml)
Jumlah
0
0,1


Minyak

0,3

Lavender
0,5
Minyak

0,1

Kemangi

0,3
0,5

Minyak

0,1


Kayu Putih

0,3
0,5

Minyak

0,1

Pala

0,3
0,5
0,1

Minyak

0,3

Ki lemo
0,5

280,4
+ 20,56
217,6
+ 18,15
187,8
+ 19,00
139,6
+ 11,24
171,8
+ 53,37
148,2
+ 24,28
126,0
+ 11,96
149,8
+ 37,78
129,4
+ 38,59
146,0
+ 47,5
120,0
+ 35,50
121,4
+ 41,80
107,8
+ 27,29
129,0
+ 5,79
137,0
+ 20,21
115,0
+ 9,27

294,4
+ 4,34
200,4
+ 12,38
181,4
+ 20,53
128,8
+ 10,99
151,2
+ 39,67
134,2
+ 12,81
145,2
+ 39,79
140,0
+ 44,16
127,2
+ 31,38
142,2
+ 40,39
113,6
+ 32,88
119,2
+ 37,06
104,0
+ 26,12
134,4
+ 9,76
143,4
+ 23,09
123,8
+ 8,44

311,4
+17,24
195,6
+ 9,66
186,2
+15,01
116,8
+10,26
150,6
+52,27
130,4
+26,31
121,0
+25,03
140,0
+43,15
116,8
+31,52
120,8
+40,85
114,2
+ 22,78
110,8
+ 36,47
84,4
+ 27,41
132,0
+ 23,71
125,0
+ 12,55
112,8
+ 10,76

303,4
+ 14,67
197,4
+ 7,92
180,4
+ 16,47
123,2
+ 8,93
130,4
+ 11,28
136,2
+ 17,12
116,6
+ 21,87
127,0
+ 39,16
87,8
+ 23,29
122,8
+ 48,55
105,0
+ 22,33
81,8
+ 23,22
85,8
+ 23,13
122,0
+ 19,76
139,0
+ 11,58
113,8
+ 8,84

297,4
+ 9,79
193,2
+ 11,99
178,4
+ 19,45
118,2
+ 8,70
145,0
+ 42,82
126,6
+ 13,11
121,0
+ 20,47
121,2
+ 44,44
88,2
+ 22,08
121,0
+ 44,21
100,2
+ 22,14
82,2
+ 18,59
84,6
+ 23,21
115,4
+ 8,79
136,6
+ 19,83
118,2
+ 11,26

%
Penurunan
Lokomotor

1487,0

0

1004,2

31,14*

914,2

38,52*

626,6

57,86*

749,0

49,63*

675,6

54,57*

629,8

57,64*

678,0

54,40*

549,4

63,05*

652,8

56,09*

553,0

62,81*

515,4

65,33*

466,6

68,2*

632,8

57,44*

681,0

54,20*

583,6

60,75*

Hasil identifikasi senyawa volatil plasma darah mencit setelah menginhalasi
minyak atsiri kemangi 1 ml dengan waktu inhalasi ½ jam, 1 jam, dan 2 jam ditunjukkan
pada Tabel 2. Pada inhalasi ½ jam minyak kemangi, tidak ditemukan senyawa volatil
dalam plasma darah, sedangkan baik pada inhalasi 1 jam maupun dan 2 jam ditemukan
linalool dengan kadar masing-masing 25,76 g/ml dan 5,85 g/ml. Hal ini sama dengan
hasil penelitian Buchbauer et al. (1993) yang menemukan bahwa linalool menurunkan
aktivitas lokomotor mencit sebesar 30 % hingga 50 %, namun aktivitasnya lebih kecil
dibandingkan dengan minyak lavender yang banyak mengandung linalool.
Tabel 2. Komponen atsiri yang teridentifikasi pada plasma darah mencit setelah inhalasi minyak daun kemangi
Nama
1,8-Cineol
Linalool
Borneol
4-Terpineol
-Terpimeol
Linalil asetat
-Humulena

Inhalasi ½ jam
LRI Ekspb Kadar g/ml
td
td
td
td
td
td
td
td
td
td
td
td
td
td

Inhalasi 1 jam
LRI Ekspb Kadar g/ml
1035
0,8
1090
25,8
1159
2,1
1166
3,9
1178
2,6
1216
9,6
Td
td

Inhalasi 2 jam
LRI Ekspb Kadar g/ml
td
td
1090
5,9
td
td
1165
1,9
1178
1,3
1216
0,6
1446
2.2

LRI
Refa
1033
1098
1156
1177
1189
1257
1454

td = tak terdeteksi; a LRI reference pada Adams R.P. (1995) dengan kolom DB5; b LRI eksperimen dengan
kolom DB5-MS

-4-

2. Inhalasi Minyak Atsiri Kayu Putih
Inhalasi pada konsentrasi 0,1 ml minyak atsiri daun kayu putih memberikan
penurunan aktivitas lokomotor sebesar 54,4 %, kemudian konsentrasi 0,3 ml sebesar 63,05
%, namun pada konsentrasi 0,5 ml persentase penurunan aktivitas lokomotor mencit turun
menjadi 56,09 %.
Senyawa yang teridentifikasi pada plasma darah mencit setelah pemberian minyak
atsiri kayu putih secara inhalasi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komponen atsiri yang teridentifikasi setelah inhalasi dengan minyak daun kayu putih
Nama

Inhalasi ½ jam
Inhalasi 1 jam
Inhalasi 2 jam
LRI Ekspb Kadar g/ml LRI Ekspb Kadar g/ml LRI Ekspb Kadar g/ml

td
td
936
-Pinena
td
td
Benzaldehida
969
td
td
989
-Pinena
td
td
Limonena
1034
1036
41,5
1,8-Sineol
1037
td
td
1057
-Carena
td
td
1080
 Terpinolena
td
td
Linalool
1090
td
td
4-Terpineol
1165
1176
13,3
-Terpineol
1177
td
td
Linalil asetat
td
td
td
-Terpenil asetat
1283
td
td
(E)-Kariofilen
1417
td = tak terdeteksi; a LRI reference pada Adams, R.P.
dengan kolom DB5-MS

td
24,9
td
td
11,4
td
td
23,3
td
53,7
1034
13,4
646,9
1037
138,0
td
td
15,9
td
td
9,1
td
td
17,6
17,6
1165
2,6
208,7
1177
35,5
td
1281
5,2
24,9
td
td
9,4
td
td
(1995) dengan kolom DB5; b

LRI
Refa

939
961
980
1031
1033
1011
1088
1098
1177
1189
1257
1350
1418
LRI eksperimen

1,8-Sineol merupakan senyawa yang paling dominan ditemukan dalam plasma
darah mencit setelah menginhalasi minyak kayu putih. Kadar terbesar diberikan pada
plasma darah mencit yang menginhalasi minyak kayu putih selama 1 jam yaitu 646,9
g/ml. Selain itu, senyawa volatil terbanyak ditemukan pada inhalasi 1 jam, artinya
dimungkinkan metabolisme puncak terjadi pada inhalasi 1 jam.
Ditemukannya 1,8-sineol pada plasma darah mencit sejalan dengan hasil penelitian
Kovar et al., (1987) yang mendapatkan bahwa 1,8-sineol berperan besar dalam
mempengaruhi aktivitas lokomotor mencit. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa 1,8cineole meningkatkan afinitas kerja GABA hingga 370 % (Aoshima dan Hamamoto,
1999).
3. Inhalasi Minyak Atsiri Biji Pala
Inhalasi minyak atsiri biji pala memberikan penurunan aktivitas lokomotor terbesar
dibandingkan inhalasi minyak atsiri lainnya. Semakin besar dosis, semakin besar pula
penurunannya. Inhalasi dosis 0,1 ml, 0,3 ml dan 0,5 ml masing-masing memberikan
penurunan sebesar 62,81 %, 65,33 %, dan 68,62 %.
Miristisin dan 4-terpineol merupakan senyawa yang ditemukan baik pada inhalasi
½ jam, 1 jam dan 2 jam minyak atsiri biji pala, selain itu ester seperti metil miristat, metil
palmitat, metil stearat, dan metil oleat merupakan komponen yang ditemukan dengan
kadar terbesar.
Miristisin dan safrol merupakan senyawa atsiri dengan dasar alilbenzena atau
propil benzena yang secara luas terdapat dalam tumbuhan aromatik. Artinya, struktur
Myristicin dan safrole memiliki aktivitas kerja sama dengan fenilpropanolamina (PP) yang
dikenal sebagai sedatif kuat (Foye, 1981).
-5-

O

H 3C

O

H 3C
O

O
H 3 CO

(a)
(b)
Gambar 1. Struktur miristisin (a) dan struktur safrol (b)

Data lengkap hasil analisa dalam plasma darah setelah mencit menginhalasi minyak
atsiri biji pala diberikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Komponen Atsiri yang teridentifikasi setelah inhalasi dengan minyak biji pala
Inhalasi ½ jam
Inhalasi 1 jam
Inhalasi 2 jam
LRI Ekspb Kadar g/ml LRI Ekspb Kadar g/ml LRI Ekspb Kadar g/ml

4-Terpineol

1181

2,9
td

6,3

td

1181
td

1183

Safrol

1,5
td

LRI
Refa
1177

1292

1,3

1285

Miristisin

1521

3,8

1521

5,2

1523

7,1

1520

Metil miristat

1718

1,6

1719

1,4

1720

1,2

1726
1927

Nama

Metil palmitat

1919

67,8

1920

Asam palmitat
Metil oktadeka-10-oat

1952
2094

2,8
23,3

td
2096

72,2
td

1922
td

58,7
td

24,7

2097

18,9

2102

13,8

2105

10,7

-

Metil oleat

2100

12,1

Metil stearat

2129

13,1

2132

13,2

2134

10,8

2128

1961c

td = tak terdeteksi; a : LRI reference pada Adams R.P. (1995) dengan kolom DB5; b : LRI eksperimen
dengan kolom DB5-MS; c : LRI reference pada King et al. (1993) dengan kolom HP5

4. Inhalasi Minyak Atsiri Kulit Batang Ki lemo
Penurunan aktivitas lokomotor mencit setelah inhalasi minyak atsiri ki lemo dosis
0,1 ml, 0,3 ml dan 0,5 ml masing-masing sebesar 57,44 %, 54,20 %, dan 60,75 %. Inhalasi
minyak atsiri kilemo dosis 0,5 ml memberikan penurunan yang lebih baik dibandingkan
dosis 0,1 ml dan 0,3 ml, dan dosis 0,3 ml tidak lebih baik dibandingkan dosis 0,1 ml.
Sitronelol dan sitronelal merupakan senyawa yang dominan ditemukan pada
plasma darah mencit setelah menginhalasi minyak atsiri kulit batang ki lemo, seperti
terlihat pada Tabel 5.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aoshima dan Hamamoto
(1999) bahwa sitronelol 0,55 mM dan sitronelal 0,56 mM memberikan respon masingmasing sebesar 224 % dan 301 % dengan 10 M GABA. Menurut Aoshima dan
Hamamoto (1999), senyawa-senyawa aroma ini berikatan pada bagian  dan  GABA.
Penelitian ini membuktikan bahwa senyawa aroma yang masuk baik melalui kulit, hidung,
ataupun mulut dapat memodulasi transmisi syaraf dalam otak pada ionotropic reseptor
GABAA hingga memunculkan rasa mood, kreatif dan kecerdasan. Hossain, Aoshima,
Hamamoto dan Hara (2002) menegaskan bahwa senyawa-senyawa alkohol termasuk
terpen alkohol berikatan dengan GABA menjadi GABAA dan mempotensiasi kerja
reseptor GABA sehingga saluran ion Cl- terkonduksi, dan kerja syaraf diperhambat.

-6-

Tabel 5. Komponen Atsiri yang teridentifikasi setelah inhalasi dengan minyak kulit batang ki lemo
Nama

Inhalasi ½ jam
Inhalasi 1 jam
Inhalasi 2 jam
LRI Ekspb
Kadar g/ml LRI Ekspb Kadar g/ml LRI Ekspb Kadar g/ml

LRI
Refb

1033
1,8-Sineol
1032
5,5
1032
59,9
1032
4,3
td
td
1098
Linalool
td
td
1098
10,4
1156
Sitronelal
1152
14,9
1153
389,3
1153
37,1
td
td
1145
Neo-isopulegol
1161
35,6
Td
td
td
td
1146
Isopulegol
1171
6,9
1171
1,5
td
td
1189
1182
8,1
1196
5,6
-Terpineol
1228
Sitronellol
1220
22,3
1225
53,1
1225
33,8
td
td
1240
Neral
1238
4,7
td
td
td
td
1257
Linalil asetat
1246
1,5
td
td
td
td
td
td
1228
Nerol
1249
6,5
td
td
td
td
1270
Geranial
1267
2,9
td
td
1350
1347
5,7
1347
0,9
-Terpenil asetat
td
td
1418
(E)-Kariofilena
1427
1,0
1427
0,6
td = tak terdeteksi; a : LRI reference pada Adams RP, 1995 dengan kolom DB5; b : LRI eksperimen dengan
kolom DB5-MS

Dari keempat minyak atsiri, inhalasi minyak atsiri biji pala memberikan persentase
penurunan aktivitas lokomotor yang lebih baik, bahkan pada menit ke-90 (data tidak
diperlihatkan) terjadi hipnosis karena pada menit tersebut mencit tidur, hal ini
dimungkinkan karena adanya peranan senyawa-senyawa turunan fenilpropanoida atau
alkenil benzena (seperti miristicin, safrol, eugenol dan elimisin). Gambar diagram 1
memperlihatkan penurunan aktivitas lokomotor setelah pemberian minyak atsiri.

Gambar 2. grafik jumlah rata-rata lokomotor mencit setelah inhalasi berbagai minyak atsiri dibandingkan
kontrol normal selama 75 menit

Keterangan :
= Kontrol Normal
= Inhalasi Dosis 0,3 ml

= Inhalasi Dosis 0,1 ml
= Inhalasi Dosis 0,5 ml

Jika diperhatikan pada profil waktu inhalasi, senyawa-senyawa volatil banyak
terdapat dalam darah pada inhalasi 1 jam. Selain itu, kadar senyawa volatil yang
ditemukan relatif lebih besar dibandingkan inhalasi ½ jam atau 3 jam. Artinya, dapat
disimpulkan bahwa inhalasi 1 jam merupakan profil metabolisme puncak senyawasenyawa volatil dalam darah mencit. Menurut Buchbauer (1993), konsentrasi puncak akan
didapat pada plasma darah manusia, setelah manusia tersebut dipijat, dan 20 menit
kemudian darahnya dideteksi, sedangkan eliminasi terjadi setelah 90 menit dipijat. Pada
penelitian ini, eliminasi terjadi pada inhalasi 2 jam atau kadar senyawa atsiri menurun,
bahkan untuk beberapa senyawa volatil kadarnya menurun drastis, misalnya, kadar 1,8-7-

cineol menurun drastis dari 646,9 g/ml menjadi 138 g/ml, atau umumnya senyawasenyawa terpen aldehida tak terdeteksi lagi pada inhalasi 2 jam.
Dari hasil penelitian ini, dapat ditegaskan bahwa senyawa aktif volatil dari minyak
atsiri sangat memungkinkan memiliki aktivitas sedatif, spasmolitik, dan ansiolitik.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa senyawa linalool dan linalil asetat
dalam minyak atsiri daun kemangi memberikan peran dalam menurunkan aktivitas
lokomotor mencit. Selain itu, senyawa aktif dalam minyak atsiri kayu putih adalah 1,8sineol, -terpineol dan 4-terpineol, senyawa ini secara dominan teridentifikasi dalam darah
mencit. Sedangkan, miristisin 4-terpineol dan ester berantai panjang merupakan senyawa
aktif yang ditemukan dalam darah mencit setelah menginhalasi minyak biji pala. Pada
minyak kulit batang ki lemo, sitronelol dan sitronelal merupakan senyawa aktif yang
dominan teridentifikasi dalam darah mencit.
Konsentrasi dalam darah yang relatif rendah (g/ml atau ppm). Inhalasi 1 jam
merupakan profil metabolisme puncak senyawa-senyawa volatil, dan tereliminasi pada
inhalasi 2 jam. Umumnya, semakin besar dosis inhalasi, aktivitas inhibisi lokomotor
mencit semakin besar.
Saran
Pada penelitian ini, selanjutnya disarankan untuk mengukur kombinasi senyawa
tunggal dengan senyawa tunggal lain yang terdeteksi terhadap aktivitas lokomotor mencit.
Selain itu, hasil penelitian ini perlu dibuktikan lebih lanjut pada manusia.
Pengujian ketersediaan hayati (bioavalaiblity) menyangkut farmakokinetika dan
profil senyawa aktifnya dalam cairan biologis perlu dilakukan lebih lanjut setelah
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Adams, R.P. 1995. Identification of Essential Oil Components by Gas Chromatography/
Mass Spectroscopy. Allured Pub. Co. Carol Stream, USA.
Aoshima, H. and Koutaro, H. 1999. Potentiation of GABAA receptors expressed in
Xenopus oocytes by Perfumes and Phytoncid. J.Biosci Biotechnol Biochem; 63(4),
643-748
Aoshima, H et al. 2001. Kinetic Analyses of Alcohol-Induced Potentiation of the Response
of GABAA Receptors Composed of 1 and 1 Subunits. J. Biochem; 130, 703-709.
Buchbauer, G. 2000. The Detailed Analysis of Essential Oils Leds to the Understanding of
their Properties. Journal Perfumer and flavorist; 25, 64-67.
Buchbauer, G., Jager, W., Dietrich, H., Plank, Ch., and Karamat, E. 1991. Aromatherapy:
Evidence for Sedative Effects of Essential Oil of Lavender after Inhalation. Journal
of Biosciences; 46c, 1067-1072.
Buchbauer, G., Jager, W., Jirovetz, L., Ilmberger, J., and Dietrich, H.1993. Therapeutic
Properties of Essential Oil and fragrances. American Chemical Society (ACS)
Simposium Series; 525, 160-165.
Buchbauer, G. 1993. Biological Effects of fragrances and Essential Oils. Journal Perfumer
and flavorist; 18, 19-24.

-8-

Buckle, J. 1999. Use of Aromatherapy as Complementary Treatment for Chronic Pain. J.
Alternative Therapies; 5, 42-51.
Diego, M.A., et al. 1998. Aromatherapy Positively Affects Mood, Eeg Patterns of Alrtness
and math Computation. Intern J. Neuroscience; 96, 217-224.
Foye, W. 1981. Principles of Medicinal Chemistry. LEA & FEBRIGER. Philadelphia,
Pensylvania.
Hossain S.J., Hamamoto K., Aoshima H., and Hara, Y. 2002. Effects of tea components on
the response of GABA(A) receptors expressed in Xenopus Oocytes. J Agric Food
Chem; 50(14), 3954-60
Jirovetz, L., Buchbauer, G., Jager, W., Woidich, A., and Nikiforov, A. 1992. Analysis of
Fragrance Coumpound in Blood Samples of Mice by Gas Chromatography, Mass
Spectrometry, GC/FTIR, and GC/AES ater inhalation of Sandalwood Oil. J. Bio.
Chrrom; 6, 133-134.
Jirovetz, L., et al. 1991. Investigation of Animal Blood samples after Fragrance Drug
Inhalation by Gas Chromatography/Mass Spectrometry with Chemical Ionization
and selected Ion Monitoring. Biol. Mass Spect.; 20, 801-803. (Short
Communication)
Kovar, K. A., Grooper, B., Fries, D., and Ammon, HPT. 1987. Blood Levels of 1,8-cineole
and Locomotor Acivity of Mice after Inhlation and Oral administration of
Rosemary Oil. Journal of Planta Medicinal; 53, 315-318.
King, M.F., Hamilton, B.L., Mathewas M.A., Ruhe D.C., and Field R.A,. 1993. Isolation
and Identification of Volatiles and Condesnsable Material in Raw Beef with
Spercritical Carbondioxide Extraction. J. Agric. Food Chem. 41: 1974-1981.
Martin, G.N. 1998. Human Electroencephalographic (EEG) response to Olfactory
Stimulation: Two Experiments Using the aroma of Food. International journal of
Psichophysiology; 30(3):287-302.
Mutschler E. 1991. Dinamika Obat: Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi, Mathilda
Ida BW dan Anna SR, penerjemah. Edisi ke-5. Bandung: Penerbit ITB. hal. 164174.
Sangat, H. dan Roematyo. 1996. Aromatherapy Plants: A Etnopharmacology Study.
Proceeding Simposium Nasional I Tumbuhan Aromatik APINMAP; 22-23 Oktober
1996, Bogor, 2:670-677.

-9-

Dokumen yang terkait

Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Dari Daun Jeruk Bali Merah (Citrus Maxima (Burm.) Merr) Secara Kromatografi Gas – Spektroskopi Massa (Gc-Ms)

2 98 70

Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Daun Sirih Hutan (Piper crocatum Ruiz & Pav) Yang Segar Dan Simplisia Secara Gas Chromatography-Mass Spectrometry

6 80 106

Analisis Secara GC-MS Komponen Minyak Atsiri dari Rimpang Tanaman Jerangau (Acorus calamus) Hasil isolasi Menggunakan Metode Hidrodestilasi Dibandingkan dengan Destilasi Uap

8 80 131

Analisis Komponen Minyak Atsiri dari Daun Tembelekan (Lantana camara L.) secara Kromatografi Gas – Spektrometri Massa (GC-MS)

19 169 58

Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri Buah Kecombrang (Etlingera Elatior) Dan Uji Aktivitas Antioksidan Minyak Atsiri Serta Ekstrak Air Dan Ekstrak Etanol Dengan Metode DPPH

1 28 71

Analisis Secara Gc-Ms Komponen Minyak Atsiri Dari Rimpang Tanaman Jerangau (Acoruscalamus) Hasil Isolasi Menggunakan Metode Hidrodestilasi Dibandingkan Dengan Destilasi Uap

7 81 131

Uji Penolak Nyamuk Dari Minyak Atsiri Daun Tumbuhan Sereh Wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) Pada Sediaan losion

2 69 79

Karakterisasi Simplisia, Isolasi serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Lada Hitam dan Lada Putih (Piper nigrum L.) Secara GC-MS

24 174 100

Isolasi Dan Analisis Komponen Minyak AtsirI Dari Daun Kayu Putih (Melaleucae folium) Segar Dan Kering Secara GC - MS

30 120 96

Karakterisasi Simplisia dan Isolasi Minyak Atsiri dari Daun Salam Koja (Murraya koenigii L. Spreng) Segar dan Kering serta Analisis Komponennya Secara GC-MS

12 85 101