Analisis Komponen Minyak Atsiri dari Daun Tembelekan (Lantana camara L.) secara Kromatografi Gas – Spektrometri Massa (GC-MS)

(1)

ANALISIS KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI DAUN TEMBELEKAN

(

Lantana camara

Linn) SECARA KROMATOGRAFI GAS –

SPEKTROMETRI MASSA (GC – MS)

SKRIPSI

SILVIA YULIANI

110822031

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

ANALISIS KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara Linn) SECARA KROMATOGRAFI GAS-

SPEKTROMETRI MASSA (GC-MS)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

SILVIA YULIANI 110822031

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

PERSETUJUAN

Judul :ANALISIS KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara Linn.) SECARA KROMATORAFI GAS – SPEKTROMETRI MASSA (GC – MS)

Kategori :SKRIPSI

Nama :SILVIA YULIANI

Nomor Induk Mahasiswa :110822031

Program :SARJANA (S1) EKSTENSI KIMIA

Departemen :KIMIA

Fakultas :MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juni 2013

Komisi Pembimbing

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dr.Sovia Lenny, M.Si Drs. Philippus H. Siregar, M.Si NIP. 1975 1018 2000 032001 NIP. 1958 0504 1986 011002

Diketahui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan Nst, MS NIP : 1954 0830 1985 032001


(4)

PERNYATAAN

ANALISIS KOMPONEN MINYAKATSIRI DARI DAUN TEMBELEKAN (Lantana

camara Linn.) SECARA KROMATOGRAFI GAS SPEKTROMETRI MASSA (GC – MS)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2013

SILVIA YULIANI 110822031


(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillaahi robbil’aalamiin bersyukur pada-Mu Ya Alloh atas segala nikmat, rahmat, hidayah serta kasih sayang –Mu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Komponen Minyak Atsiri dari Daun Tembelekan (Lantana camara L.) secara

kromatografi Gas – Spektrometri Massa (GC-MS)” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains.

Teristimewa untuk keluarga atas doa, nasihat, serta bantuan materi selalu diberikan Ibunda Hj.Yasmarni S.PdI dan ayahanda H.Wilmar Damhuri. Semoga setiap tetesan keringat mereka menjadi embun penyejuk saat dahaga dan surga-Mu lah balasannya Amin yaa Robbal ‘aalamiin. Motivasi dan dorongan yang diberikan Kakanda Hengki Ferdianto dan Widya Yulastri kepada penulis agar tetap semangat dan selalu melakukan yang terbaik.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS, selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU. 2. Bapak Drs.Albert Pasaribu, M.Sc selaku Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU. 3. Bapak Drs. Philippus H. Siregar, M. Si, selaku Pembimbing I yang banyak memberikan

motivasi.

4. Ibu Dr.Sovia Lenny, M.Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan waktu dengan penuh kesabaran selama penulis menyusun skripsi ini.

5. Bapak Lamek Marpaung, M.Phil.,Ph.D. selaku ketua Laboratorium Kimia Bahan Alam yang telah membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian.

6. Rekan – rekan Mahasiswa Kimia Ekstensi angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga sangat diperlukan saran agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.


(6)

ABSTRAK

Minyak atsiri daun Tembelekan (L.camara Linn.) telah diisolasi dengan metode hidrodestilasi dengan menggunakan alat stahl selama 4 jam. Minyak atsiri dianalisis dengan menggunakan GC-MS pada 70 eV dengan ionisasi EI dan Helium sebagai gas pembawa. Analisis GC-GC-MS menunjukkan adanya senyawa-senyawa 3-Cyclohexen-1-ol (7,13%), α-Terpineol (6,77%), Benzeneetanol (8,37%), Fenol (5,47%) dan Asam heksadekanoat (31,87%).


(7)

ANALYSIS OF COMPONENTS OF ESSENTIAL OIL OF TEMBELEKAN LEAF (L. camara Linn.) BY

GAS CHROMATOGRAHPY – MASS SPECTRA (GC – MS)

ABSTRACT

Essential oil of leaves Tembelekan (L.camara Linn) has isolated with hydrodestillation method by using Stahl Destillation for 4 hours. It was further analyzed by GC-MS at 70 eV with EI Ionization and Helium as a carrier gas GC-MS. Analysis showed that the essential oil contains 3-Cyclohexen-1-ol (7,13%), α-Terpineol (6,77%), Benzeneethanol (8,37%), Phenol (5,47%) and Hexadecanoic acid (31.87%).


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 2

1.3. Tujuan Penelitian 2

1.4. Manfaat Penelitian 2

1.5. Lokasi Penelitian 2

1.6. Metode Penelitian 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Tembelekan (L.camara Linn) 4

2.1.1. Deskripsi Tanaman 4

2.1.2. Manfaat tumbuhan Tembelekan 5

2.2. Minyak Atsiri 5

2.3. Sumber Minyak Atsiri 8

2.4. Khasiat dan Manfaat Minyak Atsiri 10

2.5. Isolasi Minyak atsiri 11

2.5.1. Penyulingan 12

2.5.2. Ekstraksi Minyak Atsiri 13

2.5.3. Pengepresan 14

2.6. Kromatografi Gas-Spektrofotometer Massa 14

2.6.1. Kromatografi Gas (KG) 15

2.6.2. Spektrometer Massa 16

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Alat – alat 19


(9)

3.3. Prosedur Penelitian 19

3.3.1. Persiapan Sampel 19

3.3.2. Isolasi Minyak Atsiri Daun Tembelekan dengan 20

Alat Stahl 3.3.3. Bagan Penelitian 21

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 22

4.1.1. Hasil Analisa dengan GC-MS 22

4.2. Pembahasan 24

4.2.1. Analisis Data Spektrum GC-MS 24

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 33

5.2. Saran 33

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Senyawa Terpenoid 7 Tabel 2.4. Aktivitas biologis minyak atsiri yang sering digunakan 11 untuk terapi-aroma

Tabel 4.1. Data Spektrum GC-MS 23


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Daun Tembelekan (L.camara Linn) 5 Gambar 4.1. Kromatogram minyak atsiri daun Tembelekan 22 Gambar 4.2. Spektrum massa minyak atsiri dengan Rt = 25.600 24 Gambar 4.3. Fragmentasi Senyawa 3-Cyclohexen-1-ol 25 Gambar 4.4. Spektrum massa minyak atsiri dengan Rt = 28.668 26 Gambar 4.5. Fragmentasi Senyawa α-Terpineol 27 Gambar 4.6. Spektrum massa minyak atsiri dengan Rt = 35.142 28 Gambar 4.7. Fragmentasi Senyawa Benzeneetanol 29 Gambar 4.8. Spektrum massa minyak atsiri dengan Rt = 37.622 29

Gambar 4.9. Fragmentasi Senyawa Fenol 30

Gambar 4.10. Spektrum massa minyak atsiri dengan Rt= 67.159 31 Gambar 4.11. Fragmentasi Asam Heksadekanoat 32


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A. Hasil Identifikasi Tumbuhan Tembelekan 37 Lampiran B. Spektrum GC-MS Senyawa 3-Cyclohexen-1-ol 38 Lampiran C. Spektrum GC-MS Senyawa α-Terpineol 39 Lampiran D. Spektrum GC-MS Senyawa Benzeneetanol 40

Lampiran E. Spektrum GC-MS Senyawa Fenol 41

Lampiran F. Spektrum GC-MS Senyawa Asam Heksadekanoat 42


(13)

ABSTRAK

Minyak atsiri daun Tembelekan (L.camara Linn.) telah diisolasi dengan metode hidrodestilasi dengan menggunakan alat stahl selama 4 jam. Minyak atsiri dianalisis dengan menggunakan GC-MS pada 70 eV dengan ionisasi EI dan Helium sebagai gas pembawa. Analisis GC-GC-MS menunjukkan adanya senyawa-senyawa 3-Cyclohexen-1-ol (7,13%), α-Terpineol (6,77%), Benzeneetanol (8,37%), Fenol (5,47%) dan Asam heksadekanoat (31,87%).


(14)

ANALYSIS OF COMPONENTS OF ESSENTIAL OIL OF TEMBELEKAN LEAF (L. camara Linn.) BY

GAS CHROMATOGRAHPY – MASS SPECTRA (GC – MS)

ABSTRACT

Essential oil of leaves Tembelekan (L.camara Linn) has isolated with hydrodestillation method by using Stahl Destillation for 4 hours. It was further analyzed by GC-MS at 70 eV with EI Ionization and Helium as a carrier gas GC-MS. Analysis showed that the essential oil contains 3-Cyclohexen-1-ol (7,13%), α-Terpineol (6,77%), Benzeneethanol (8,37%), Phenol (5,47%) and Hexadecanoic acid (31.87%).


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia banyak sekali terdapat jenis tanaman yang mengandung minyak atsiri, tetapi banyak pula yang belum diolah dan dimanfaatkan (Koensoemardiyah, 2010). Salah satu kekayaan flora Indonesia adalah tumbuhan Tembelekan (L. camara Linn) yang daerah asalnya semula dari daerah Amerika Latin yang juga beriklim tropis, hingga menyebar ke kawasan Indonesia. Tanaman ini biasanya tumbuh pada tempat-tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau agak ternaung, misalnya di pagar-pagar rumah sehingga kita dengan sangat mudah untuk mendapatkannya.

Aspek –aspek farmakologis tanaman tembelekan ini sangat banyak, sehingga tanaman ini dapat digunakan sebagai obat. Diantaranya akar berkhasiat sebagai pereda demam (antiperetik), penawar racun (antitoksik), penghilang nyeri (analgesik), dan penghenti perdarahan (hemostatis). Daun berkhasiat menghilangkan gatal (anti-pruritus), anti-toksik, menghilangkan bengkak dan perangsang muntah. Sedangkan bunga tembelekan berkhasiat sebagai penghenti perdarahan (www.blog.uad.ac.id)

Studi perbandingan efek anti bakteri dari minyak atsiri daun L.camara Linn dan daun Piper betle Linn yang dilakukan oleh Tedjo Narko, 1996, menunjukkan bahwa minyak atsiri dari daun L.camara Linn mempunyai efek anti bakteri yang lebih besar dari minyak atsiri daun P.betle Linn terhadap pertumbuhan bakteri S.pygenes. Uji antibakteri dan penelusuran senyawa


(16)

aktif tumbuhan saliara (L. camara Linn) yang dilakukan Pian Sopyan Nurochman, 1996, menunjukkan adanya alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan kuinon dari hasil pemeriksaan fitokimia terhadap daun dan bunga saliara.

Diantara manfaat dari tumbuhan ini yaitu untuk menyembuhkan flu, menyembuhkan demam, menyembuhkan TBC, menyembuhkan rematik, menyembuhkan bengkak, paru-paru, sesak napas dan lainnya (Suparni, 2012). Berdasarkan hal-hal di atas penulis tertarik untuk mengisolasi dan menganalisis minyak atsiri dari daun Tembelekan dengan menggunakan alat Stahl sehingga dapat memberikan informasi ilmiah tentang komponen kimia dan dapat berrmanfaat bagi masyarakat.

1.2. Permasalahan

Komposisi senyawa kimia apa sajakah yang terdapat dalam minyak atsiri dari daun Tembelekan yang diisolasi menggunakan alat sthal.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui komposisi senyawa kimia dari minyak atsiri yang diperoleh dari daun Tembelekan dengan metode GC-MS.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang komposisi minyak atsiri dari daun Tembelekan.

1.5. Lokasi Penelitian

 Tempat pengambilan sampel


(17)

 Tempat melakukan penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Bahan Alam Hayati, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara-Medan sedangkan analisis GC-MS dilakukan di laboratorium Kimia Organik FMIPA UGM-Yogyakarta.

1.6. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan skala laboratorium dan sebagai objek penelitian adalah daun Tembelekan. Sampel daun tumbuhan tersebut diambil dari Sunggal, Deli Serdang, Sumatera Utara. Daun yang masih segar diiris-iris dan ditimbang sebanyak 400 gram. Kemudian didestilasi uap menggunakan alat stahl selama 4 jam. Minyak yang diperoleh dari hasil proses destilasi masih mengandung air. Minyak atsiri yang masih mengandung air tersebut diekstraksi dengan pelarut eter dengan menggunakan corong pisah.Pada lapisan eter bersama minyak ditambahkan Na2SO4 anhidrat lalu disaring.. Filtrat yang diperoleh diuapkan sehingga diperoleh minyak atsiri dari daun Tembelekan.. Minyak atsiri dianalisis dengan alat GC-MS.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Tembelekan (L. camara Linn) 2.1.1. Deskripsi Tanaman

Tumbuhan Tembelekan (L. camara Linn) secara morfologi merupakan herba menahun, batang semak, berkayu, tegak, bercabang, batang berduri. Tinggi batang mencapai 4 m, daun berhadapan , warna hijau, bundar telur, permukaan atas daun berambut banyak dan permukaan bawah berambut jarang. Pinggir daun bergerigi dan berbulu kasar dengan panjang 5-8 cm dan lebar 3-5 cm. Perbungaan mengelompok, tersusun dalam bulir yang padat pada ketiak daun. Warna bunga beragam ,seperti putih, kuning, merah, merah muda, dan jingga. Buah bergerombol di ujung tangkai, kecil, bulat, warna hijau ketika mentah, hitam kebiruan dan mengkilap ketika matang. Di dalam satu buah terdapat satu biji. Tumbuhan ini berkembang biak dengan biji. Tumbuhan ini ditemukan di daerah tropis pada lahan terbuka sebagai tanaman liar atau tanaman untuk pagar. Tumbuhan dari dataran rendah sampai ketinggian 1700 m di atas permukaan laut (Djauhariya, 2004).

Klasifikasi tembelekan hasil identifikasi tumbuhan di laboratorium Herbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Class : Dicotyledonae


(19)

Ordo : Lamiales Famili : Verbenaceae Genus : Lantana

Spesies : Lantana camara Linn Nama Lokal : Tembelekan

Gambar 2.1. Daun Tembelekan (Lantana camara Linn)

2.1.2. Manfaat tumbuhan Tembelekan

Pemanfaatan tembelekan untuk pengobatan berbagai penyakit digunakan dengan dua cara yaitu pengobatan dari dalam dan pengobatan dari luar. Pengobatan dari dalam dengan cara merebus bagian yang diperlukan dengan ukuran secukupnya, dicuci bersih dan direbus dengan air secukupnya. Setelah itu, disaring dan didinginkan. Dalam kondisi hangat diminum oleh penderita. Hal ini dilakukan secara rutin setiap hari sampai sembuh. Ini digunakan untuk menyembuhkan penyakit sesak napas, kencing nanah dan lain-lain. Sedangkan untuk pengobatan luar biasanya untuk penyakit bisul, luka dan lain-lain yang terlihat dari luar caranya cukup mengambil bagian yang diperlukan secukupnya, cuci bersih setelah itu tumbuk halus.


(20)

Balurkan hasil tumbukan tersebut pada bagian yang sakit. Manfaat tembelekan diantaranya yaitu menyembuhkan flu, menyembuhkan demam, menyembuhkann TBC, menyembuhkan rematik, menyembuhkan bengkak, menyembuhkan paru-paru dan sesak napas (Suparni,2012).

2.2. Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah salah satu kandungan tanaman yang sering disebut minyak terbang. Minyak atsiri dinamakan demikian karena minyak tersebut mudah menguap. Selain itu, minyak atsiri juga disebut essential oil (dari kata essence) karena minyak tersebut memberikan bau pada tanaman (Koensoemardiyah, 2010).

Minyak atsiri, minyak mudah menguap, atau minyak terbang merupakan campuran senyawa yang berwujud cairan atau padatan yang memiliki komposisi maupun titik didih yang beragam, penyulingan dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan komponen-komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap atau berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut (Sastrohamidjojo, 2004).

Minyak atsiri memiliki kandungan komponen aktif yang disebut terpenoid atau terpena. Jika tanaman memiliki kandungan senyawa ini, berarti tanaman tersebut memiliki potensi untuk dijadikan minyak atsiri. Zat inilah yang mengeluarkan aroma atau bau khas yang terdapat pada banyak tanaman (Yuliani dan Satuhu, 2012). Minyak atsiri bukan merupakan senyawa tunggal, tetapi tersusun dari berbagai komponen kimia, seperti alkohol, fenol, keton, ester, aldehida, dan terpena. Bau khas yang ditimbulkan nya sangat tergantung dari perbandingan komponen penyusunnya, demikian pula khasiatnya sebagai obat. Sebagai contoh, minyak atsiri yang banyak mengandung fenol (misalnya minyak sirih, Piper betle)berkhasiat sebagai antiseptik. Minyak sirih ini mampu membunuh kuman seperti halnya karbol atau lisol sehingga minyak atsiri ini sering digunakan sebagai obat cuci hama (Gunawan, 2007).

Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran senyawa kimia dan biasanya campuran tersebut sangat kompleks. Beberapa tipe senyawa organik mungkin terkandung dalam


(21)

minyak atsiri, seperti hidrokarbon, alcohol, oksida, ester, aldehida dan eter. Sangat sedikit sekali yang mengandung satu jenis komponen kimia yang persentasenya sangat tinggi. Yang menentukan aroma minyak atsiri biasanya komponen yang persentasenya tinggi. Walaupun begitu, kehilangan satu komponen yang persentasenya kecil pun dapat memungkinkan terjadinya perubahan aroma minyak atsiri tersebut (Agusta, 2000).

Berdasarkan jumlah atom karbon atau unit isopren yang membentuk senyawa terpen/terpenoid dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Fessenden & Fessenden,1992):

Tabel 2.1. Klasifikasi Senyawa Terpenoid

No Kelompok Jumlah Atom Karbon (C)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Hemiterpen Monoterpen Seskuiterpen Diterpen Sesterterpen Triterpen Tetraterpen Politerpen 5 10 15 20 25 30 40 >40

Monoterpen merupakan kandungan utama minyak atsiri yang banyak terdapat dalam tanaman dan berfungsi memberikan aroma. Kelompok senyawa ini memiliki aroma dan rasa yang sangat khas dan banyak digunakan dalam industri makanan dan kosmetik sebagai citarasa dan parfum. Monoterpen terdapat dalam kelenjar daun tanaman serta di kulit dan kupasan buah. Minyak atsiri dalam tanaman bersifat sangat kompleks dan analisis dengan Kromatografi Gas (KG) dapat membuktikan adanya ratusan komponen tunggal, banyak diantaranya berupa monoterpenoid. Monoterpen dapat berupa senyawa alifatik (asiklik atau rantai lurus) atau siklik (jenuh, sebagian tak jenuh atau sepenuhnya aromatik) (Heinrich,et al., 2009). Beberapa struktur kimia monoterpen dapat dilihat pada gambar 2.2.


(22)

H CH3

CH2OH

CH3 CH3

CHO CH3

H

H3C CH3

CH2

H3C CH3

CH2

Geraniol

Neral Mirsene

CH3

H3C CH3

OH

CH3

OH H3C CH3

Menthol α-Terpineol

Gambar 2.2. Struktur Monoterpen

Seskuiterpen memiliki sifat-sifat yang mirip dengan monoterpen dan merupakan kandungan dalam banyak minyak atsiri (Heinrich,et al.,2009). Beberapa struktur seskuiterpen dapat dilihat pada gambar 2.3.

H3C

H3C CH 3

CH3

CH2OH

CH3 CH 3

CH3 OH

CH2 H3C

Farnesol Nerolidol

CH3

CH3

CH3

H3C

CH3

CH3

CH3

CH2

α-Bisabolene β-Selinene


(23)

2.3. Sumber Minyak Atsiri

Minyak atsiri terdapat pada tumbuhan dan biasanya diperoleh dari bagian tertentu dari tumbuhan seperti bunga, buah, akar, daun, kulit kayu, dan rimpang. Kandungan minyak atsiri tidak akan selalu sama antara bagian satu dengan bagian lainnya. Misalnya kandungan minyak atsiri yang terdapat pada kuntum bunga cengkih berbeda dengan pada bagian tangkai bunga maupun daun. Berikut ini beberapa contoh tanaman sumber minyak atsiri dan bagian tanaman yang mengandung minyak atsiri:

• Akar : akar wangi, kemuning.

• Biji : alpukat, kasturi, lada, pala,seledri, wortel, nagasari. • Buah : adas, jeruk, jintan, kemukus, ketumbar.

• Bunga : cempaka kuning, cengkih, daun seribu, kenanga, melati, sedap malam, srikanta, srigading.

• Daun : cemara gimbul, cemara kipas, cengkih, sereh wangi, kaki kuda, kemuning,kunyit, selasihan, semanggi, sirih.

• Kulit kayu: kayu manis, akasia, kayu teja, selasihan. • Ranting : cemara gimbul, cemara kipas

• Rimpang : jahe, jeringau, kencur, lengkuas, lempuyang sari, temu hitam, temu lawak • Seluruh bagian : akar kucing, bandotan, inggu, selasih, sudamala, trawas (Tony,1994).

Ditinjau dari sumber alami minyak atsiri, substansi mudah menguap ini dapat dijadikan sebagai sidik jari atau ciri khas dari suatu jenis tumbuhan karena setiap tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang berbeda. Dengan kata lain, setiap jenis tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang spesifik (Agusta,2000).

Minyak atsiri dihasilkan di dalam tubuh tanaman dan kemudian disimpan dalam berbagai organ. Penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri dibuat dalam kelenjar minyak atsiri. Kelenjar minyak atsiri ada yang terdapat di dalam tanaman (disebut kelenjar internal) dan di luar tanaman (disebut kelenjar eksternal). Kelenjar internal terbentuk oleh masuknya minyak atsiri


(24)

yang semula ada di luar sel, yang kemudian merusak sel-sel disekitarnya sehingga terbentuklah saluran semacam organ dengan minyak atsiri di dalamnya. Ada kemungkinan sel-sel di sekitarnya kemudian larut dan membentuk kelompok sel yang disebut kelenjar dan kemungkinan suatu deretan sel terlarut sehingga membentuk saluran yang didalamnya berisi minyak atsiri. Kelenjar eksternal berupa sel-sel permukaan (lazim disebut sel epidermis). Produk dari kelenjar (minyak atsiri) biasanya tertimbun di antara kutikula (lapisan sel terluar) dan dinding sel antara suatu sel dengan sel yang lain. Kutikula berupa lapisan tipis, bila kutikula pecah minyak atsiri akan keluar sehingga bau minyak atsiri akan menyebar (Koensoemardiyah, 2010).

2.4. Khasiat dan Manfaat Minyak Atsiri

Kegunaan minyak atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya dalam berbagai bidang industri. Banyak contoh kegunaan minyak atsiri, antara lain dalam industri kosmetik (sabun, pasta gigi, sampo, lotion), dalam industri makanan digunakan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa, dalam industri parfum sebagai pewangi dalam berbagai produk minyak wangi, dalam industri farmasi atau obat-obatan (antinyeri, antiinfeksi, pembunuh bakteri), dalam industri bahan pengawet bahkan digunakan pula sebagai insektisida (Tony, 1994).

Minyak atsiri merupakan preparat antimikroba alami yang dapat bekerja terhadap bakteri, virus, dan jamur yang telah dibuktikan secara ilmiah oleh banyak peneliti (Yuliani dan Satuhu, 2012). Minyak daun sirih (Piper betle) adalah salah satu minyak atsiri yang bersifat sebagai antibakteri. Minyak ini dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri merugikan seperti Escherichia coli, Salmonella sp, Staphylococcus aureus dan Pasteurella. Minyak adas, lavender (Lavandula officinalis), dan eukaliptus (Eucalyptus globulus)dapat digunakan sebagai antiseptik (Agusta, 2000).

Minyak gandapura, chamomil, cengkih, lavender, dan permen termasuk jenis-jenis minyak atsiri yang mempunyai efek sebagai analgesik sehingga minyak tersebut sering digunakan untuk menghilangkan rasa sakit karena pegal-pegal atau sakit gigi. Sementara itu,


(25)

minyak yang mengandung senyawa citronella seperti minyak serai wangi, Cinnamomum camphora dan eucalyptus memiliki aktivitas sebagai insektisida. Minyak atsiri yang berkhasiat sebagai antiinflamasi (menghilangkan peradangan) adalah minyak lavender. Minyak ini biasanya hanya digunakan untuk mengatasi inflamasi ringan, seperti luka bakar. Senyawa lain dalam minyak yang direkomendasikan efektif untuk menghilangkan bau badan/ deodoran adalah geraniol, patchoulol, dan linalool. Senyawa-senyawa tersebut terdapat pada minyak nilam, jahe, pala, dan serai wangi (Yuliani dan Satuhu, 2012). Beberapa khasiat minyak atsiri yang sering digunakan untuk terapi-aroma dapat dlihat pada tabel berikut (Agusta, 2000).

Tabel 2.4. Aktivitas biologis minyak atsiri yang sering digunakan untuk terapi-aroma

Nama Tumbuhan Nama daerah Khasiat

Abies alba Carum carvi Citrus aurantium Citrus lemon Coriandrum sativum Cymbopogon nardus Eugenia aromatica Lavandula officinalis Mentha piperita Piper betle Santalum album Zingiber officinalis Cemara Jintan Jeruk manis Jeruk lemon Ketumbar Sereh wangi Cengkeh Lavender Pepermint Sirih Cendana Jahe ekspektoran karminatif antiseptik,antidepresi,deodoran,sedatif antirematik,antiseptik,antibakteri,antijamur, antivirus,insektisida,astringent karminatif,antidiabetes penolak serangga anestetik,antiiritasi,karminatif karminatif,sedatif analgesik,antiseptik,astringent,ekspektoran, antiinfeksi,antijamur,digestive,karminatif antiseptik,antibakteri antiseptik,antispasmodik,astringent, dekongestan,insektisida,antijamur antiseptik,karminatif,ekspektoran, antipiretik,laksatif,stimulan,analgesik,antira dang


(26)

Isolasi minyak atsiri adalah usaha memisahkan minyak atsiri dari tanaman atau bagian tanaman asal. Minyak atsiri dalam tanaman terdapat pada bagian dalam rambut kelenjar dan sel kelenjar. Bila tanaman itu tetap utuh, minyak atsiri tetap berada dalam kelenjar pada batang tanaman sehingga sukar untuk dipisahkan. Minyak atsiri hanya dapat dipisahkan dari sel tanaman bila ada uap air atau pelarut lain yang sampai ke tempat minyak tersebut, yang selanjutnya akan membawa butir-butir minyak menguap secara bersamaan. Agar minyak atsiri itu lebih cepat kontak dengan penyari maka bagian-bagian tanaman harus dipotong-potong (Koensoemardiyah, 2010). Pada dasarnya pemotongan merupakan upaya menjadikan bahan tanaman menjadi lebih kecil hingga mempermudah lepasnya minyak atsiri setelah bahan tersebut ditembus uap (Sastrohamidjojo, 2004).

2.5.1. Penyulingan

Penyulingan adalah proses pemisahan antara komponen cair atau padat dari dua macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya dan dilakukan untuk minyak atsiri yang tidak larut dalam air (Yuliani dan Satuhu, 2012). Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga metode penyulingan (hidrodestilasi) yaitu :

1. Penyulingan dengan air (water distillation)

Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Ciri khas model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh karena itu, sering disebut penyulingan langsung (Tony, 1994). Perbandingan jumlah air perebus dan bahan baku dibuat seimbang, sesuai dengan kapasitas ketel. Bahan yang telah mengalami proses pendahuluan seperti perajangan dan pelayuan dimasukkan dan dipadatkan. Selanjutnya ketel ditutup rapat agar tidak terdapat celah yang mengakibatkan uap keluar (Armando, 2009).

2. Penyulingan uap dan air (water and steam distillation)

Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi air sedikit di bawah dimana


(27)

bahan ditempatkan. Air dipanaskan dengan api seperti pada penyulingan air di atas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya terkena uap dan tidak terkena air yang mendidih (Sastrohamidjojo, 2004). Metode ini disebut juga dengan system kukus. Pada prinsipnya, metode penyulingan ini menggunakan uap bertekanan rendah. Keuntungan dari metode ini yaitu penetrasi uap terjadi secara merata ke dalam jaringan bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai 1000 C. Lama penyulingan relatif lebih singkat, randemen minyak lebih besar dan mutunya lebih baik jika dibandingkan dengan minyak hasil dari system penyulingan dengan air (Armando, 2009).

3. Penyulingan dengan uap (steam distillation)

Cara ketiga dikenal sebagai penyulingan uap dan perangkatnya mirip dengan kedua alat penyuling sebelumnya hanya saja tidak ada air di bagian bawah alat. Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih besar daripada tekanan atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air yang berasal dari suatu pembangkit uap air. Uap air yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam alat penyulingan (Sastrohamidjojo, 2004).

2.5.2. Ekstraksi Minyak atsiri

Ekstraksi adalah proses penarikan komponen aktif (minyak atsiri) yang terkandung dalam tanaman menggunakan bahan pelarut yang sesuai dengan kelarutan komponen aktifnya. Ekstraksi minyak atsiri dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :

1. Ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent extraction)

Prinsipnya sederhana yaitu minyak atsiri yang terkandung di dalam bahan dilarutkan dalam pelarut organik yang mudah menguap. Cara kerja ekstraksi menggunakan pelarut menguap yaitu dengan memasukkan bunga yang akan diekstraksi ke dalam alat ekstraktor khusus, kemudian ekstraksi berlangsung pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut. Pelarut akan berpenetrasi ke dalam bunga sehingga melarutkan minyak bunga beserta lilin, albumin, dan zat warna. Hal itu mengakibatkan warna


(28)

minyak yang diproses dengan cara ini akan menghasilkan minyak dengan warna kuning kecoklatan (gelap) karena mengandung pigmen alami yang tidak mudah menguap. 2. Ekstraksi dengan lemak dingin (enfluorasi)

Enfluorasi merupakan cara terbaik untuk menarik minyak atsiri yang terdapat dalam bunga. Hal itu karena prosesnya dilakukan dalam suasana dingin sehingga kandungan minyak atsirinya tidak cepat menguap. Untuk proses enfluorasi dibutuhkan lemak dingin yang berfungsi sebagai adsorban atau penyerap minyak atsiri dari bunga.

3. Ekstraksi dengan lemak panas (maserasi)

Maserasi merupakan salah satu proses ekstraksi yang dilakukan melalui perendaman bahan baku dengan pelarut organik (Yuliani dan Satuhu, 2012). Cara maserasi dapat digunakan untuk bahan yang lunak dan untuk bahan yang keras (telah dirajang). Selama perendaman minyak atsiri yang keluar dari bahan (sampel) akan berinteraksi dengan lemak, minyak atsiri kemudian dipisahkan. Untuk memisahkan minyak atsiri dari lemak, diekstraksi dengan alkohol (Guenther, 1997).

2.5.3. Pengepresan

Sistem pengepresan pada umumnya dilakukan untuk bahan berbentuk biji.. Alat ini bekerja dengan menekan atau mengepres bahan baku sehingga sel-sel di dalam bahan akan pecah dan mengeluarkan minyak atsiri (Yuliani dan Satuhu, 2012).

2.6. Kromatografi Gas – Spektrometer Massa

Minyak atsiri yang mudah menguap dapat dianalisis dengan GC-MS. GC (Gas Cromatografi berfungsi untuk memisahkan komponen-komponen minyak atsiri dan MS (Mass Spektra) berfungsi untuk menentukan berat molekul tiap komponen berdasarkan fragmentasi. Ketika suatu uap senyawa organik dilewatkan pada ruang ionisasi spektrometer massa, senyawa ini akan ditembak dengan elektron berenergi tinggi dan melemparkan elektron berenergi tinggi dan melemparkan elektron dari senyawa tersebut. Senyawa yang kehilangan elektronnya ini akan membentuk ion positif yang disebut ion molekul (Dachriyanus, 2004). Pada sistem GC – MS yang berfungsi sebagai detektor adalah spektrometer massa yang terdiri dari sistem analisis dan


(29)

sistem ionisasi, dimana Electron Impact (EI) adalah metode yang umum digunakan (Agusta, 2000).

2.6.1`. Kromatografi Gas (KG)

Kromatografi gas merupakan proses pemisahan dimana fase geraknya berupa gas dan fase diam umumnya suatu cairan, tetapi dapat berupa zat padat dan zat cair (Depkes RI, 1995). Prinsip dasar kromatografi gas melibatkan volatilisasi atau penguapan sampel dalam injektor, pemisahan komponen-komponen dalam campuran, dan deteksi tiap komponen dengan detektor. Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan komponen campuran kimia dalam suatu bahan berdasarkan polaritas campuran (Eaton,1989). Komponen-komponen utama pada Kromatografi Gas :

1. Fase gerak

Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom (Rohman, 2009). Fase gerak akan membawa campuran sampel menuju kolom. Campuran dalam fase gerak akan berintegrasi dengan fase diam (Eaton, 1989). Faktor yang menyebabkan suatu senyawa bergerak melalui kolom kromatografi gas adalah sifat mudah menguap dari cuplikan, aliran gas pembawa melalui kolom dapat terjadi karena perbedaan tekanan pada ujung masuk dan ujung keluar dari kolom tersebut. Gas pembawa yang sering dipakai adalah Helium (He), Argon (Ar), Nitrogen (N2), dan Karbondioksida (CO2). Gas pembawa yang dipakai harus disesuaikan dengan jenis detektornya (Adnan Mochamad, 1997).

2. Ruang suntik sampel

Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara cepat dan efisien. 3. Kolom

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada KG (Rohman, 2009). Keberhasilan suatu proses pemisahan terutama ditentukan oleh pemisahan kolom (Agusta, 2000). Kolom dapat dibuat dari tembaga, kuningan, aluminium, zat sintetik atau gelas, berbentuk lurus, melengkung, ataupun gulungan spiral sehingga lebih menghemat ruang (Herman, Goofried, 1988).


(30)

4. Detektor

Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah detektor. Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak (gas pembawa yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik (Rohman, 2009). Fungsi detektor (terletak pada ujung kolom pemisah) untuk mengukur kuantitas dari komponen yang telah dipisahkan yang ada dalam aliran gas pembawa yang meninggalkan kolom. Kolom dari detektor diumpan ke sebuah perekam yang menghasilkan suatu kurva yang disebut kromatogram (Griter,J.Roy, 1991).

5. Komputer Kromatografi Gas

modern menggunakan komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunaknya (software) untuk digitalisasi sinyal detektor (Rohman, 2009).

2.6.2. Spektrometer Massa

Spektrometer massa adalah suatu alat berfungsi untuk mendeteksi masing-masing molekul komponen yang telah dipisahkan pada sistem kromatografi gas (Agusta,2000). Spektrometer massa adalah suatu instrument yang menghasilkan berkas ion dari suatu zat uji, memilah ion tersebut menjadi spektrum sesuai dengan perbandingan massa terhadap muatan (m/z) dan merekam kelimpahan relatif tiap jenis ion yang ada. Spektrometer massa dapat digunakan untuk mengukur perbandingan massa ion terhadap muatan, untuk menetapkan kelimpahan ion dan untuk mempelajari proses ionisasi (Depkes RI,1995). Spektrometri massa pada umumnya digunakan untuk : menentukan massa molekul, menentukan rumus molekul dengan menggunakan spektrum Massa Beresolusi Tinggi (High Resolution Mass Spectra) dan untuk mengetahui informasi dari struktur dengan melihat pola fragmentasinya (Silverstein,et al.,1986). Spektrometer massa bekerja melalui 4 tahap yaitu :

1. Ionisasi

Ada beberapa metode ionisasi untuk analisis spektrometer massa. Electron Impact ionization (EI) adalah metode ionisasi yang umum digunakan. Sampel diuapkan pada


(31)

kondisi hampa udara pada tekanan 10-4 sampai 10-6 mmHg pada suhu tertentu. Sampel yang berupa uap akan diteruskan ke dalam ruang pengion. Di dalam ruang pengion ini, sampel dibombardir dengan arus electron sekitar 70 eV sehingga terbentuk ion molekul. Kemudian ion molekul tersebut terpecah lagi menjadi ion-ion yang lebih kecil (Agusta, 2000).

2. Akselerasi

Ion yang terbentuk akan diakselerasi sehingga seluruhnya akan mempunyai energi kinetik yang sama. Ion positif akan ditolak dari ruang ionisasi dan seluruh ion diakselerasikan menjadi sinar ion yang terfokus dan tajam.

3. Defleksi

Ion didefleksikan (dibelokkan) oleh medan magnet sesuai dengan massanya. Besarnya defleksi tergantung pada : massa ion yaitu ion yang memiliki massa kecil akan lebih terdefleksi dari yang berat dan muatan ionyaitu ion yang mempunyai 2 atau lebih muatan positif akan lebih terdefleksi dari yang hanya mempunyai satu muatan positif.

Kedua faktor ini digabung menjadi rasio massa/muatan (rasio massa/muatan). Rasio massa/muatan diberi simbol m/z (atau kadang-kadang dengan m/e). Sebagai contoh : jika suatu ion memiliki massa 56 dan muatannya adalah 2+ , maka ion ini akan mempunyai rasio m/z 28.

4. Deteksi

Ion yang melewati mesin akan dideteksi secara elektrik (Dachriyanus, 2004).

Dari analisis GC-MS akan diperoleh dua informasi dasar, yaitu hasil analisis kromatografi gas yang ditampilkan dalam bentuk kromatogram dan hasil analisis spektrometri massa yang ditampilkan dalam bentuk spektrum massa. Dari kromatogram dapat diperoleh informasi mengenai jumlah komponen kimia yang terdapat dalam campuran yang dianalisis yang ditunjukkan oleh jumlah puncak yang terbentuk pada kromatogram dengan kuantitasnya masing-masing. Spektrum massa hasil analisis sistem spektroskopi massa merupakan gambaran mengenai jenis dan jumlah fragmen molekul yang terbentuk dari suatu komponen kimia. Setiap fragmen yang terbentuk dari pemecahan suatu komponen kimia memiliki berat molekul yang berbeda m/z (m/e, massa/muatan). Selanjutnya, spektrum massa komponen kimia yang diperoleh


(32)

dari hasil analisis diidentifikasi dengan cara dibandingkan dengan spektrum massa yang terdapat dalam suatu bank data (Agusta, 2000).


(33)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Alat – alat Alat stahl

GCMS – QP2010S Shimadzu

Gelas Erlenmeyer 250 ml Pyrex

Gelas ukur 100 ml Pyrex

Labu destilasi 2000 ml Duran

Corong pisah 100 ml Pyrex

Hotplate Timbangan Kertas saring Aluminium foil Botol air suling Pipet tetes Botol vial Corong

Statif dan klem Spatula

3.2. Bahan-bahan - Daun Tembelekan - air

- dimetil eter - Na2SO4


(34)

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Persiapan sampel

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tumbuhan Tembelekan yang diperoleh dari Desa Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

3.3.2. Isolasi minyak atsiri

Penelitian ini dilakukan dengan skala laboratorium dan sebagai objek penelitian adalah daun Tembelekan. Daun tumbuhan yang masih segar diiris-iris dan ditimbang sebanyak 400 gram. Kemudian didestilasi uap menggunakan alat stahl selama ± 4 jam. Minyak yang diperoleh dari hasil proses destilasi masih mengandung air. Minyak atsiri yang masih mengandung air tersebut diekstraksi dengan pelarut eter menggunakan corong pisah sehingga diperoleh lapisan eter bersama minyak dan lapisan air. Lapisan eter bersama minyak ditambahkan Na2SO4 lalu disaring kemudian dibiarkan menguap sehingga diperoleh minyak atsiri. Minyak atsiri dianalisis kandungan kimianya dengan alat Gas Cromatografi Mass Spektra (GC-MS).


(35)

3.4. Bagan Penelitian

Daun Tembelekan

(L.camara Linn.)

Diiris-iris

Ditimbang

Irisan daun Tembelekan

Didestilasi Stahl selama ±4 jam

Minyak atsiri bersama air

Diekstraksi dengan eter

Dipisahkan

Lapisan eter bersama minyak atsiri Lapisan air Ditambahkan Na2SO4 anhidrat

Disaring

Minyak atsiri dalam eter Na2SO4 Hidrat

Diuapkan

Diukur volumenya Minyak atsiri daun

Tembelekan

Dianalisa dengan GC-MS Hasil


(36)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Hasil Analisa dengan GC-MS

Dari hasil analisis terdapat 12 puncak kromatogram (gambar 4.1). Adapun kromatogram GC-MS adalah sebagai berikut :


(37)

Minyak atsiri daun tembelekan yang dihasilkan dengan metode hidrodestilasi dengan menggunakan alat stahl dianalisis dengan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (GC-MS) dengan kondisi sebagai berikut :

Gas pembawa : Helium Total aliran gas He : 20,0 mL/min Tekanan : 57,4 kPa

Pengionan : EI (Electron Impact) 70 eV

Dari hasil spektrum di atas terdapat 12 jenis senyawa seperti pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Data Spektrum GC-MS

No. Peak % Area Waktu Retensi

(menit) Massa Rumus Senyawa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1.70 8.37 7.13 6.77 8.37 5.47 1.77 6.57 3.12 6.15 12.70 31.87 10.919 21.152 25.600 28.668 35.142 37.622 44.167 44.459 47.887 55.913 59.873 67.159 394 60 154 136 122 94 379 144 206 355 306 256

Dari data Spektrum GC-MS di atas terdeteksi 2 senyawa yang mengandung minyak atsiri yaitu seperti pada tabel 4.2.


(38)

Tabel 4.2. Data Hasil Analisa GC-MS Minyak Atsiri Daun Tembelekan Puncak Rumus

Molekul

Kadar (%)

Waktu Retensi (menit)

m/e Nama Komponen

3 C10H18O 7.13 25.600 154,136,119,111,9 3,

71,69,43,41,28

3-Cyclohexen-1-ol

4 C10H18O 6.77 28.668 136,121,110,95,81, 59,41,28

α-Terpineol

4.2. Pembahasan

4.2.1. Analisa Data Spektrum GC-MS

Untuk menentukan komposisi minyak atsiri daun tembelekan (L. camara Linn) maka hasil spektrum massa dari masing-masing puncak unknown dibandingkan dengan spektrum massa senyawa yang ada pada daftar library GC-MS (Wiley 229) dan dilakukan fragmentasi terhadap senyawa yang terdeteksi.

1. Senyawa 3-Cyclohexen-1-ol

Dengan persentase 7,13% dan waktu retensi 25.600. Rumus molekulnya adalah C10H18O dengan puncak fragmen ion dengan m/z 154, 136, 119, 111, 93, 71 , 69, 43, 41, 28.


(39)

(40)

Berdasarkan spektrum MS, maka analisis fragmentasi senyawa yang diperoleh adalah sebagai berikut :

OH H3C

CH3

CH3

m/z= 111 CH3

H

-C3H7

OH + + CH3 m/z= 93 OH

H3C

CH3 m/z=154 CH3 H +e -2e +

-H2O BM=154


(41)

2. Senyawa α Terpineol

Dengan persentase 6,77% dan waktu retensi 28.668. Rumus molekulnya adalah C10H18O dengan puncak - puncak fragmen ion dengan m/z 136, 121, 110, 95, 81, 59, 41, 28.

Gambar 4.4. Spektrum massa minyak atsiri dengan Rt = 28.668

Berdasarkan spektrum MS, maka analisis fragmentasi senyawa yang diperoleh adalah sebagai berikut :


(42)

H3C C-OH CH3 CH3 C-OH CH3 CH3 +e -2e

H3C

.+

m/z=154

-H2O

H3C

CH3 C=CH2

m/z=136

-CH3

H3C

C+ =CH2

m/z=121 -C4H7

+

m/z=81

+ BM=154

Gambar 4.5. Fragmentasi Senyawa α- Terpineol

Selain senyawa yang mengandung minyak atsiri di atas, dari hasil spektrum GC-MS juga terdeteksi senyawa Benzenetanol, Fenol dan Asam Heksadekanoat.

3. Benzenetanol

Dengan persentase 8,37 % dan waktu retensi 35.142. Rumus molekulnya adalah C8H10O dengan puncak-puncak fragmen ion m/z 122, 103, 91, 77, 65, 51, 39, 28.


(43)

Gambar 4.6. Spektrum massa minyak atsiri dengan Rt = 35.142

Berdasarkan spektrum MS, maka analisis fragmentasi senyawa yang diperoleh adalah sebagai berikut :


(44)

CH2CH2OH CH2 +

m/z=77 -CH2OH

m/z=91

-CH2

+

+

m/z=51 -C2H2 CH2CH2OH

m/z=122 BM= 122

-2e +e

+

Gambar 4.7. Fragmentasi Senyawa Benzenetanol

4. Fenol

Dengan persentase 5,47 % dan waktu retensi 37.622. Rumus molekulnya adalah C6H6O dengan puncak - puncak fragmen ion m/z 94, 74, 66, 55, 39


(45)

Gambar 4.8. Spektrum massa minyak atsiri dengan Rt = 37.622

Berdasarkan spektrum MS, maka analisis fragmentasi senyawa yang diperoleh adalah sebagai berikut :


(46)

OH

-CO

H

H

+

m/z=66

C

2

H

3

H

2

C

CH

C

+

m/z=39

OH

m/z=94

BM=94

+

+ e

-2e

Gambar 4.9. Fragmentasi Senyawa Fenol

5. Asam Heksadekanoat

Dengan persentase 31,87 % dan waktu retensi 67.159. Rumus molekulnya C16H32O2 dengan puncak-puncak fragmen ion m/z 256, 227, 213,199, 185, 171, 157, 143, 129, 115, 98, 85, 73, 60, 43, 41,dan 28.


(47)

Gambar 4.10. Spektrum massa minyak atsiri dengan Rt= 67.159

Berdasarkan spektrum MS, maka analisis fragmentasi senyawa yang diperoleh adalah sebagai berikut :


(48)

CH3-(CH2)14-C

OH O

CH3-(CH2)14-C

OH O

BM= 256

+ e 2e

+

-C3H7

m/z=256

(CH2)12-C O

OH m/z=213

+

-C2H4

(CH2)10-C O

OH +

m/z=185

-C2H4

(CH2)8-C O

OH +

m/z=157

-C2H4

(CH2)6-C O

OH +

m/z=129 -C4H8

CH2-CH2-C O

OH +


(49)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada daun Tembelekan mengandung minyak atsiri yaitu 3-Cyclohexen-1-ol (7,13 %) dan α-Terpineol (6,77 %). Selain minyak atsiri masih ada senyawa lain diantaranya Benzenetanol (8,37%), Fenol (5,47 %) dan Asam Heksadekanoat (31,87 %).

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pengujian antibakteri dan antioksidan terhadap minyak atsiri dari daun Tembelekan (L. camara Linn).


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung : Penerbit ITB.

Armando,R.2009. Memproduksi Lima belas Minyak Asiri Berkualitas. Cetakan Pertama. Jakarta: Penebar Swadaya

Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang : Andalas University Press.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi 4 . Jakarta.

Djauhariya,E.,Hernani.2004. Gulma Berkhasiat Obat. Jakarta : Penebar Swadaya. Eaton,D.C.1989.Laboratory Investigations in Organic Chemistry.USA :Mc Graw –Hill. Fessenden,R.J. 1982. Kimia Organik. Jilid II. Terjemahan Aloysius Pudjaatmaka. Jakarta :

Erlangga.

Gritter,R.J. 1991. Pengantar Kromatografi. Terjemahan Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB.

Guenther E. 1987.Essential Oil. Alih bahasa : Ketaren,S. Minyak Atsiri, Jilid 1. Jakarta : Penerbit UI-Press.

Gunawan,D.2007. Ramuan Tradisional Untuk Keharmonisan Suami Istri. Jakarta : Penebar Swadaya

Heinrich,M.,Barnes,J.,Gibbons,S.,Williamson,E.M.,2009. Farmakognosi dan Fitoterapi. Alih Bahasa : Winny R.Syarief. Judul Asli : Fundamentals of pharmacognosy and

phytotherapy. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Herman J.Roth., dan Gottfried Blaschke. 1988. Analisis Farmasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Koensoemardiyah.2010. A to Z Minyak Atsiri untuk industri Makanan,Kosmetik dan Aromaterapi. Yogyakarta : Andi.

Mochamad Adnan. 1997. Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan. Yogyakarta: Penerbit ANDI.


(51)

Roy,J. Gritter. 1991. Pengantar Kromatografi. Edisi Kedua. Bandung: Penerbit ITB.

Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Cetakan Pertama. Yogyakarta : UGM – press. Silverstein,R.M.,Bassler,G.C., dan Morrill,T.C.1986. Laboratory Investigations in Organic

Chemistry. Penerjemah : Hartono,Anny Victor Purba. Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik. Jakarta : Erlangga.

Suparni,I.,Wulandari,A.2012. Herbal Nusantara 1001 Ramuan Tradisional Asli Indonesia. Yogyakarta : Rapha Publishing.

Yuliani,S dan Satuhu. 2012. Panduan Lengkap Minyak Asiri. Cetakan Pertama. Jakarta : Penebar Swadaya.

Tony L dan Yeyet,R.1994. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta : Penebar Swadaya.

www.blog.uad.ac.id diakses tanggal 15 Februari 2013.


(52)

(53)

(54)

(55)

(56)

(57)

(58)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Dari Daun Jeruk Bali Merah (Citrus Maxima (Burm.) Merr) Secara Kromatografi Gas – Spektroskopi Massa (Gc-Ms)

2 98 70

Analisis Secara GC-MS Komponen Minyak Atsiri dari Rimpang Tanaman Jerangau (Acorus calamus) Hasil isolasi Menggunakan Metode Hidrodestilasi Dibandingkan dengan Destilasi Uap

8 80 131

Analisa Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun Bangun−Bangun (Plectranthus amboinicus (lour) spreng) Secara GC−MS

4 83 60

Isolasi Minyak Atsiri dari Sereh Merah (Andropogon citratus DC.) Segar dan Kering Serta Analisis Komponen Secara GC-MS

5 68 93

Isolasi Dan Analisis Kimia Minyak Atsiri Dari Temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb) Dengan Gas Kromatografi - Spektrometer Massa (GC–MS) Dan Uji Aktivitas Anti Bakteri

30 208 138

Analisis Secara Gc-Ms Komponen Minyak Atsiri Dari Rimpang Tanaman Jerangau (Acoruscalamus) Hasil Isolasi Menggunakan Metode Hidrodestilasi Dibandingkan Dengan Destilasi Uap

7 81 131

Karakterisasi Simplisia, Isolasi, Dan Analisis Komponen Minyak Atsiri Buah Segar Dan Kering Tumbuhan Attarasa (Litsea cubeba Pers.) Secara GC-MS

15 107 92

Karakterisasi Simplisia, Isolasi serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Lada Hitam dan Lada Putih (Piper nigrum L.) Secara GC-MS

24 174 100

Karakterisasi Simplisia, Isolasi dan Analisis Komponen Minyak Atsiri Buah Kemukus (Cubebae fructus) dari Wonosobo dan Padang Sidempuan Secara GC-MS

2 78 87

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Tembelekan (L. camara Linn) - Analisis Komponen Minyak Atsiri dari Daun Tembelekan (Lantana camara L.) secara Kromatografi Gas – Spektrometri Massa (GC-MS)

0 0 15