Uji Penolak Nyamuk Dari Minyak Atsiri Daun Tumbuhan Sereh Wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) Pada Sediaan losion
UJI AKTIVITAS PENOLAK NYAMUK DARI MINYAK
ATSIRI DAUN TUMBUHAN
SEREH WANGI (Cymbopogon nardus (L.) Rendle)
DALAM SEDIAAN LOSION
SKRIPSI
OLEH:
DANNY PARAWITA LUBIS NIM: 071501071
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
UJI AKTIVITAS PENOLAK NYAMUK DARI MINYAK
ATSIRI DAUN TUMBUHAN
SEREH WANGI (Cymbopogon nardus (L.) Rendle)
DALAM SEDIAAN LOSION
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
DANNY PARAWITA LUBIS NIM: 071501071
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2011
(3)
HALAMAN PENGESAHAN
UJI AKTIVITAS PENOLAK NYAMUK DARI MINYAK
ATSIRI DAUN TUMBUHAN
SEREH WANGI (Cymbopogon nardus (L.) Rendle)
DALAM SEDIAAN LOSION
Oleh:
DANNY PARAWITA LUBIS NIM: 071501071
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: Juni 2011
Pembimbing I, Panitia penguji,
Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt.
NIP 196005111989022001 NIP 195807101986012001
Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001
Pembimbing II, Drs. Suryanto, M.Si., Apt.
NIP 196106191991031001
Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt. Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt.
NIP 195109081985031002 NIP 195304031983032001
Dekan Fakultas Farmasi USU
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002
(4)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji hanya kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi ini, serta sholawat beriring salam untuk rasullah Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan kita dalam kehidupan ini.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar Srajana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul “ Uji Penolak Nyamuk Dari Minyak Atsiri Daun Tumbuhan Sereh Wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) Pada Sediaan losion”.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada Orang tua tercinta Drs. Rusdi Lubis dan Ida Lumongga, B.A dan adinda Yudi Novian Lubis, dan teman sejatiku Ali Akbar Ghazali Nasution serta kepada seluruh keluarga atas perhatian, nasehat dan dorongan semangat serta doa yang tidak ternilai harganya.
Dengan segala ketulusan hati penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt dan Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt., yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab selama melakukan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dekan Fakultas farmasi Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.,
yang telah memberikan fasilitas kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt., sebagai dosen wali yang telah
(5)
3. Bapak dan Ibu staf penguji Ibu Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt., Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., Ibu Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt., selaku penguji yang telah memberikan petunjuk dan bimbingannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt., selaku Kepala Laboratorium Fitokimia beserta seluruh staf yang telah mengizinkan penulis menggunakan fasilitas laboratorium selama penelitian berlangsung.
5. Bapak/Ibu dosen Fakultas Farmasi USU yang telah memberikan didikan dan bimbingan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Farmasi USU. 6. Kepada teman-teman stambuk 2007 klinis komunitas dan sains teknologi
serta kakak dan adik kelas yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang selalu menjadi teman berbagi suka dan duka.
7. Sahabatku Dwi, Makpe, Ayu, Uji, Nyun, Ila, Fanny, nova, darma, toni, terima kasih buat semangat kalian untukku.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan maupun penyajian tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Akhirnya, harapan penulis semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2010 Penulis,
(6)
UJI AKTIVITAS REPELAN NYAMUK DARI MINYAK ATSIRI DAUN TUMBUHAN SEREH WANGI (Cymbopogon nardus (L.) Rendle)
DALAM SEDIAAN LOSION ABSTRAK
Penggunaan insektisida sintetis dalam mengendalikan populasi nyamuk dilakukan secara berlebihan dan tidak terkendali. Hal ini dapat menimbulkan pengaruh negatif. Cara menghindari nyamuk yang paling baik adalah dengan pemakaian losion penolak nyamuk. Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dengan komposisi yang berbeda-beda dan sifat kimia berbeda-beda. Daun sereh wangi mengandung minyak atsiri yang dikenal dengan nama minyak sitronella, mempunyai khasiat dan bau yang khas. Minyak atsiri pada daun sereh memiliki kemampuan menolak nyamuk karena adanya kandungan geraniol, sitronelal dan sitronelol.
Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah minyak atsiri sereh wangi dapat diformulasikan dalam losion yang stabil dan untuk mengetahui efektifitas minyak atsiri sereh wangi sebagai penolak nyamuk. Penelitian meliputi penetapan kadar air, penetapan kadar minyak, isolasi minyak atsiri dengan cara destilasi uap, pemeriksaan sediaan, dan uji aktivitas penolak nyamuk.
Hasil pemeriksaan kadar air 32,369%. Kadar minyak dengan alat stahl diperoleh sebesar 1,462%. Hasil penetapan indeks bias yaitu 1,490 dan bobot jenis 0,8899.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri daun sereh wangi dapat diformulasikan dalam sediaan losion dan efektifitasnya sebagai penolak nyamuk dimulai dari konsentrasi 0,5% dan seterusnya. Semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri sereh wangi dalam losion, maka daya penolak nyamuk semakin efektif.
(7)
ACTIVITY TEST OF REPELLENT MOSQUITO FROM VOLATILE OIL OF CYMBOPOGON LEAF (Cymbopogon nardus (L.) Rendle)
IN LOTION ABSTRACT
Synthetic insecticides application dealing with pets population was misused and caused negative impact. The best way to avoids mosquito is use repellent mosquito lotion. Volatile oil represents the essential oil with different composition with chemical physics different. Volatile oleaginous cymbopogon leaf, that recognized by the name of citronella oil, that have virtue and specific aroma and oil have ability refuses mosquito caused by content geraniol, citronellal and citronellol.
Research purpose to know wether volatile oil of cymbopogon leaf can formulated in stable lotion and to know effectivity volatile oil of cymbopogon leaf as repellent mosquito. Research that conducted cover determination of value water, determination of volatile oil, volatile oil insulation by steam destillation, inspection formulate and activity test of mosquito repellent.
The examination result of water value 32,369%. Volatile oil value 1,429%. The refractive index 1,490 and specific gravity 0,8899.
Research results showed that the leaf essential oil of citronella lotion can be formulated in dosage and have effectiveness as a mosquito repellent starting from a concentration of 0.5% and so on. The higher the concentration of citronella essential oil in the lotion, then the power more effective mosquito repellent. Keyword : citronella oil, lotion, activity test of repellent mosquito.
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ……… i
HALAMAN PENGESAHAN ……… iii
KATA PENGANTAR ……… iv
ABSTRAK ………. vi
ABSTRACT ………... vii
DAFTAR ISI ……….. viii
DAFTAR LAMPIRAN ………. ix
DAFTAR GRAFIK ……… ix
DAFTAR TABEL ……….. x
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
1.1. Latar Belakang ……….. 1
1.2. Perumusan Masalah ………... 3
1.3. Hipotesis ……… 3
1.4. Tujuan Penelitian ……….. 3
1.5. Manfaat Penelitian ………. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……… 4
2.1. Uraian Tentang Nyamuk ……… 4
2.2. Usaha Pencegahan dan Pengendalian Nyamuk ……… 5
2.3. DEET ………. 7
2.4. Tumbuhan Sereh Wangi ……… 8
2.5. Minyak Atsiri ……… 9
2.6. cara Isolasi Minyak Atsiri ……… 11
(9)
2.8. Losion ……… 16
2.9. Rheologi ……… 18
BAB II METODE PENELITIAN ………... 21
2.1. Alat – Alat ……….. 21
2.2. Bahan - Bahan ……… 21
2.3. Penyiapan Bahan Tanaman ……… 21
2.3.1. Pengambilan Bahan Tumbuhan ……….. 21
2.3.3. Identifikasi Tumbuhan ……….……… 22
2.3.3. Pengolahan Bahan Tumbuhan……….. 22
2.4. Pemeriksaan Makroskopik dan Makroskopik Daun Tumbuhan Sereh Wangi ……… 23
2.3.1. Pemeriksaan Makroskopik Daun Tumbuhan Sereh Wangi ……….. 23
2.3.2. Pemeriksaan Mikroskopik Daun Tumbuhan Sereh Wangi ………... 23
2.5. Penetapan Kadar Air ………... 23
2.6. Penetapan Kadar Minyak Atsiri ……….. 24
2.7. Isolasi Minyak Atsiri ……… 25
2.8. Identifikasi Minyak Atsiri ………... 25
2.8.1. Pemeriksaan Visual dan Organoleptis ……….. 25
2.8.2. Pemeriksaan Parameter Fisika ………... 25
2.8.2.1. Penentuan Indeks Bias ……… 25
2.8.2.2. Penentuan Bobot Jenis ……… 26
2.9. Formulasi Sediaan Losion ……… 26
2.10. Pemeriksaan Sediaan ………. 28
(10)
2.10.2. Penentuan Tipe Emulsi ………. 28
2.10.3. Penentuan Sifat Alir Sediaan ……… 28
2.10.4. Pengamatan Stabilitas Sediaan ………. 29
2.10.5. Pemeriksaan Homogenitas ……… 29
2.10.6. Uji Iritasi ……… 29
2.11. Uji Kesukaan ………... 30
2.12. Pembiakan Nyamuk ……… 30
2.12. Uji Daya Tolak Terhadap Nyamuk ………. 30
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 31
3.1. Identifikasi Tumbuhan ……….. 31
3.2. Pemeriksaan Makroskopik dan Mikroskopik Daun Tumbuhan Sereh Wangi ………. 31
3.2.1 Pemeriksaan Makroskopik ………... 31
3.2.2 Pemeriksaan Mikroskopik ……… 32
3.3. Hasil Penetapan Kadar Air …….……… 32
3.4. Identifikasi Minyak Atsiri ……….. 33
3.5. Pemeriksaan Sediaan ……….. 34
3.5.1. Pengukuran pH ………. 34
3.5.2. Penentuan Tipe Emulsi ……… 35
3.5.3. Penentuan Sifat Alir Sediaan ……….. 36
3.5.4. Pengamatan Stabilitas Sediaan ……… 37
3.5.5. Uji Iritasi ……….. 38
3.6. Uji Repelan Terhadap Nyamuk ……… 39
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ………. 43
(11)
4.2. Saran ……… 43
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil Identifikasi Tumbuhan ………... 46
2. Morfologi Tanaman ………. 47
3. Hasil Pemeriksaan Mikroskopik ………. 49
4. Alat yang Digunakan Dalam Penelitian ………... 51
5. Gambar Kotak dan cara Pengujian Penolak Nyamuk ………. 54
6. Gambar Sediaan Losion dan Pemeriksaan losion ……… 55
7. Hasil Pengujian Penolak Nyamuk………. 57
8. Penetapan Kadar Air……….. 59
9. Penetapan Kadar minyak Atsiri ………... 61
10. Penetapan Bobot Jenis ………. 63
11. Penetapan Indeks Bias ………. 64
12. Flowsheet Isolasi Minyak Sereh Wangi ………. 65
13. Flowsheet Pembuatan Serbuk Daun Sereh Wangi ……….. 66
15. Flowsheet Pengeringan bahan tumbuhan ……… 67
16. Flowsheet pembuatan Losion ……….. 68
(13)
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1. Data Kemampuan Losion Minyak Atsiri Daun Sereh Wangi
Terhadap Gigitan Nyamuk ………... 40 2. Penentuan Sifat Alir Sediaan Losion dengan Konsentrasi
Minyak Atsiri 0,25% ……… 70 3. Penentuan Sifat Alir Sediaan Losion dengan Konsentrasi
Minyak Atsiri 0,5% ……….. 72 4. Penentuan Sifat Alir Sediaan Losion dengan Konsentrasi
Minyak Atsiri 0,75% ……… 74 5. Penentuan Sifat Alir Sediaan Losion dengan Konsentrasi
Minyak Atsiri 1% ………. 76 6. Penentuan Sifat Alir Sediaan Losion dengan Konsentrasi
Minyak Atsiri 1,5% ……….. 78 7. Penentuan Sifat Alir Sediaan Losion dengan Konsentrasi
(14)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Komposisi Losion Minyak Sereh Wangi ……… 27 3.1. Penetapan Kadar Air dan Kadar Minyak ………. 32 3.2. Hasil Pemeriksaan Indeks Bias dan Bobot Jenis
Minyak Atsiri Daun Sereh Wangi ……... 34 3.3. Data Pengukuran pH Sediaan losion ……… 35 3.4. Data Penentuan Sifat Alir Sediaan Minyak Sereh Wangi ……… 36 3.5. Data Pengamatan Stabilitas Sediaan Losion Minyak Sereh Wangi … 37 3.6. Data Uji Iritasi ………... 38 3.7. Data kemampuan sediaan losion terhadap gigitan nyamuk …………. 39 3.8. Data proteksi sediaan losion terhadap gigitan nyamuk ……… 41 16.1. Data Penentuan Sifat Alir Sediaan Losion dengan Konsentrasi
Minyak sereh 0,25% ... 69 16.2. Data Penentuan Sifat Alir Sediaan Losion dengan Konsentrasi
Minyak sereh 0,5% ... 71 16.3. Data Penentuan Sifat Alir Sediaan Losion dengan Konsentrasi
Minyak sereh 0,75% ... 73 16.4. Data Penentuan Sifat Alir Sediaan Losion dengan Konsentrasi
Minyak sereh 1% ... 75 16.5. Data Penentuan Sifat Alir Sediaan Losion dengan Konsentrasi
Minyak sereh 1,5% ... 77 16.6. Data Penentuan Sifat Alir Sediaan Losion dengan Konsentrasi
(15)
UJI AKTIVITAS REPELAN NYAMUK DARI MINYAK ATSIRI DAUN TUMBUHAN SEREH WANGI (Cymbopogon nardus (L.) Rendle)
DALAM SEDIAAN LOSION ABSTRAK
Penggunaan insektisida sintetis dalam mengendalikan populasi nyamuk dilakukan secara berlebihan dan tidak terkendali. Hal ini dapat menimbulkan pengaruh negatif. Cara menghindari nyamuk yang paling baik adalah dengan pemakaian losion penolak nyamuk. Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dengan komposisi yang berbeda-beda dan sifat kimia berbeda-beda. Daun sereh wangi mengandung minyak atsiri yang dikenal dengan nama minyak sitronella, mempunyai khasiat dan bau yang khas. Minyak atsiri pada daun sereh memiliki kemampuan menolak nyamuk karena adanya kandungan geraniol, sitronelal dan sitronelol.
Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah minyak atsiri sereh wangi dapat diformulasikan dalam losion yang stabil dan untuk mengetahui efektifitas minyak atsiri sereh wangi sebagai penolak nyamuk. Penelitian meliputi penetapan kadar air, penetapan kadar minyak, isolasi minyak atsiri dengan cara destilasi uap, pemeriksaan sediaan, dan uji aktivitas penolak nyamuk.
Hasil pemeriksaan kadar air 32,369%. Kadar minyak dengan alat stahl diperoleh sebesar 1,462%. Hasil penetapan indeks bias yaitu 1,490 dan bobot jenis 0,8899.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri daun sereh wangi dapat diformulasikan dalam sediaan losion dan efektifitasnya sebagai penolak nyamuk dimulai dari konsentrasi 0,5% dan seterusnya. Semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri sereh wangi dalam losion, maka daya penolak nyamuk semakin efektif.
(16)
ACTIVITY TEST OF REPELLENT MOSQUITO FROM VOLATILE OIL OF CYMBOPOGON LEAF (Cymbopogon nardus (L.) Rendle)
IN LOTION ABSTRACT
Synthetic insecticides application dealing with pets population was misused and caused negative impact. The best way to avoids mosquito is use repellent mosquito lotion. Volatile oil represents the essential oil with different composition with chemical physics different. Volatile oleaginous cymbopogon leaf, that recognized by the name of citronella oil, that have virtue and specific aroma and oil have ability refuses mosquito caused by content geraniol, citronellal and citronellol.
Research purpose to know wether volatile oil of cymbopogon leaf can formulated in stable lotion and to know effectivity volatile oil of cymbopogon leaf as repellent mosquito. Research that conducted cover determination of value water, determination of volatile oil, volatile oil insulation by steam destillation, inspection formulate and activity test of mosquito repellent.
The examination result of water value 32,369%. Volatile oil value 1,429%. The refractive index 1,490 and specific gravity 0,8899.
Research results showed that the leaf essential oil of citronella lotion can be formulated in dosage and have effectiveness as a mosquito repellent starting from a concentration of 0.5% and so on. The higher the concentration of citronella essential oil in the lotion, then the power more effective mosquito repellent. Keyword : citronella oil, lotion, activity test of repellent mosquito.
(17)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Serangga merupakan makhluk hidup yang paling banyak tersebar dimuka bumi ini. Selama ini kehadiran beberapa jenis serangga telah mendatangkan manfaat bagi manusia, misalnya lebah madu, ulat sutera dan serangga yang membantu proses penyerbukan. Pada kelompok serangga nyamuk lebih berbahaya bagi kesehatan manusia dibandingkan dengan jenis serangga lainnya. Kehadiran nyamuk sering dirasakan menganggu kehidupan manusia, seperti menularkan penyakit kaki gajah, penyakit malaria, dan demam berdarah (dengue haemorrhagic fever) (Kardinan, 2003).
Pada masyarakat dahulu upaya untuk menghindari gigitan nyamuk dilakukan dengan cara membakar kayu, atau bagian dari tumbuhan tertentu, atau dengan meremas-remas daun dan bunga kemudian menyapukannya kebagian tubuh yang terbuka. Disamping itu berbagai tanaman hias yang mengandung minyak atsiri, ternyata mampu menjadi penolak nyamuk. Cara ini dilakukan dengan menanam tanaman tersebut didepan rumah, kemudian tanaman tersebut akan mengeluarkan aroma atau komponen kimia (minyak atsiri) yang dapat menguap dari bagian daun dan bunganya. Di zaman modern ini, cara menghindari nyamuk dapat menggunakan sediaan obat nyamuk bakar, semprot, maupun losion yang mengandung bahan kimia sintesis.
Pada sediaan losion penolak (repelan) nyamuk, umumnya mengandung bahan kimia sintesis N,N-diethyl-m-toluamide (DEET) yang mempunyai sifat sangat mudah terserap oleh kulit, bersifat korosif yang akan menyebabkan iritasi
(18)
pada kulit. Sekarang ini banyak losion penolak nyamuk yang mengandung N,N-diethyl-m-toluamide (DEET) (Sembel, D.T, 2009). Namun bahayanya untuk anak-anak, losion ini rentan dijilat dan terkena mata oleh tangan yang sudah terpapar losion penolak nyamuk.
Semakin banyak penggunaan zat kimia sebagai penolak nyamuk dapat membahayakan kesehatan manusia, maka diformulasikan bahan penolak nyamuk yang ramah lingkungan yang berasal dari tumbuhan seperti bunga kenanga, daun zodia dan daun sereh wangi. Daun sereh wangi berkhasiat sebagai penolak nyamuk, karena minyak sereh wangi mempunyai zat kimia utama seperti sitronelal, sitronelol, geraniol (Sastrohamidjojo, 2004) yang mampu mengusir serangga. Berbagai industri telah memanfaatkan minyak sereh wangi sebagai bahan baku untuk membuat sampo, pasta gigi, losion, dan pestisida nabati (Kardinan, 2004).
Dalam penelitian ini minyak atsiri daun sereh wangi diformulasikan dalam sediaan losion. Losion adalah sediaan cair berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai obat luar, dapat berupa suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe minyak dalam air dengan surfaktan yang cocok (Jas, 2007). Minyak atsiri daun sereh wangi diformulasikan dalam sediaan losion dengan tujuan supaya minyak atsiri dapat lebih lama menempel pada kulit sehingga memberikan daya tolak nyamuk yang lebih lama jika dibandingkan dengan penggunaan minyak atsiri secara langsung.
Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik untuk meneliti efektifitas minyak atsiri daun sereh wangi sebagai penolak nyamuk yang dilakukan dengan penyulingan uap. Hasil penyulingan minyak atsiri daun sereh wangi kemudian di
(19)
formulasikan kedalam bentuk sediaan losion yang stabil. Pada penelitian ini minyak atsiri dibuat dengan berbagai konsentrasi, mulai dari 0% (kontrol), 0,25%; 0,5%; 0,75%; 1% dan 2%. Dari berbagai konsentrasi inilah akan dilihat konsentrasi minyak atsiri mana yang paling efektif dan paling ampuh sebagai penolak nyamuk. Uji efektifitas repelan nyamuk dari formulasi losion ini, dilakukan terhadap sukarelawan dengan mengoleskan sediaan losion ini ketangan sukarelawan, setelah itu akan dibandingkan hasilnya.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah minyak atsiri daun sereh wangi dapat diformulasikan dalam losion dan berkhasiat sebagai penolak nyamuk yang efektif.
1.3 Hipotesis
Bahwa minyak atsiri daun sereh wangi dapat diformulasikan dalam sediaan losion dan mempunyai daya penolak nyamuk yang efektif.
1.4 Tujuan Penelitian
Membuat losion yang mengandung minyak sereh wangi dan menguji efek penolak nyamuk yang efektif.
1.5 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian akan diperoleh informasi bahwa sediaan losion minyak atsiri daun sereh wangi dapat digunakan oleh masyarakat untuk mencegah atau menolak nyamuk.
(20)
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Metode penelitian meliputi penyiapan bahan tumbuhan, penetapan kadar air, penetapan kadar minyak atsiri, isolasi minyak atsiri, formulasi sediaan, uji formulasi sediaan losion dan uji penolak nyamuk minyak atsiri dalam losion.
2.1. Alat - Alat
Neraca analitik (Mettler Toledo), neraca kasar, Viskometer Stromer (Stromer Scientific), seperangkat alat penetapan kadar air, seperangkat alat stahl, seperangkat alat destilasi uap (Steam Destillation), Refraktometer Abbe, alat piknometer, lumpang porselin, stamper, alat-alat gelas, penangas air, pH meter, stopwatch, mikroskop, objek glass, deck glass, kotak untuk pengujian terhadap nyamuk.
2.2. Bahan - Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tumbuhan sereh wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle), aquades, setil alkohol, asam stearat, lanolin, gliserin, metil paraben, trietanolamin, natrium sulfat anhidrat, sudan III, kloralhidrat.
2.3. Penyiapan Bahan Tumbuhan
Penyiapan bahan tumbuhan meliputi pengambilan bahan tumbuhan, identifikasi tumbuhan, dan pengolahan bahan tumbuhan.
2.3.1. Pengambilan bahan tumbuhan
Pengambilan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif yaitu diambil dari satu daerah saja tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama di daerah lain. Bahan tumbuhan diperoleh di sebuah pekarangan rumah yang berada di
(21)
Jalan BrigJen Zein Hamid Gg. Kasih, Kecamatan Delitua, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.
2.3.2. Identifikasi tumbuhan
Identifikasi/determinasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor Jl. Raya Jakarta - Bogor KM 46 Cibinong, Indonesia.
2.3.3. Pengolahan bahan tumbuhan
Bagian yang digunakan adalah daun sereh wangi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan daun sereh wangi antara lain:
1. Pemanenan perdana dilakukan pada tumbuhan sereh wangi yang telah berumur 6-8 bulan.
2. Setiap pelepah daun memiliki 6 lembar daun tua, sedangkan daun ketujuh masih dalam keadaan menguncup.
3. Waktu pemanenan daun sereh wangi dilakukan pada pagi hari.
4. Pemotongan daun sereh wangi 5 cm di atas pelepah daun (Santoso, 1992). Daun Sereh wangi yang telah dipangkas kemudian dipilah, daun yang kering dan yang masih muda tidak di destilasi, daun sereh wangi yang dipilih adalah daun sereh wangi yang tidak kering dan sudah cukup tua. Daun sereh wangi yang sudah terkumpul, kemudian dibersihkan dari kotoran mekanis, sisa-sisa serangga, atau bagian tanaman lain. Jika ada bagian tanaman lain yang terikut maka akan menganggu komposisi minyak atsiri yang terisolasi (Koensoemardiyah, 2010), kemudian ditimbang. Sesudah ditimbang daun sereh wangi dikeringkan selama 3-4 jam (Santoso, 1992), selama pengeringan daun
(22)
dibolak balik untuk mencegah terjadinya fermentasi dan tumbuhnya jamur, kemudian ditimbang kembali.
2.4. Pemeriksaan Makroskopik dan Mikroskopik Daun Tumbuhan Sereh Wangi
2.4.1. Pemeriksaan makroskopik daun tumbuhan sereh wangi
Pemeriksaan makroskopik meliputi pemeriksaan secara organoleptis dan visual, organoleptis meliputi pemeriksaan bentuk dan warna, sedangkan secara organoleptis meliputi pemeriksaan bau, dan rasa dari daun tumbuhan sereh wangi.
2.4.2. Pemeriksaan mikroskopik daun tumbuhan sereh wangi
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap daun sereh wangi yang masih segar. Daun segar diiris tipis secara melintang, hasil irisan daun sereh wangi kemudian diletakkan di atas kaca objek, lalu diteteskan kloralhidrat, dipanaskan dengan lampu spiritus dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian diamati di bawah mikroskop. Pemeriksaan minyak atsiri dilakukan terhadap daun sereh wangi yang dipotong melintang kemudian diteteskan dengan sudan III, ditutup dengan kaca penutup kemudian diamati dibawah mikroskop dengan berbagai perbesaran.
Pemeriksaan minyak atsiri dilakukan terhadap serbuk daun sereh wangi ditaburkan di atas kaca objek yang sudah diteteskan dengan sudan III, ditutup dengan kaca penutup kemudian diamati di bawah mikroskop dengan berbagai perbesaran.
2.5. Penetapan Kadar Air a. Penjenuhan toluen
Penjenuhan toluen menggunakan metode azeotropi. Sebanyak 200 ml toluen dimasukkan ke dalam labu alas bulat, lalu ditambahkan 2 ml air suling,
(23)
kemudian alat dipasang dan dilakukan destilasi selama 2 jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama ± 30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.
b. Penetapan kadar air daun sereh wangi
Kemudian ke dalam labu tersebut dimasukkan 5 g daun sereh wangi yang telah ditimbang seksama, dipanaskan hati – hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes per detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes per detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kadar air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1998).
Gambar alat dapat dilihat pada lampiran 4. Halaman 51
2.6. Penetapan Kadar Minyak Atsiri
Penetapan kadar minyak atsiri dilakukan dengan menggunakan alat Stahl. Caranya: sebanyak lebih kurang 15 g daun sereh wangi dimasukkan ke dalam labu alas bulat berleher pendek, lalu ditambahkan aquades sebanyak 300 ml. Labu diletakkan di atas pemanas listrik, lalu dihubungkan dengan pendingin dan alat penampung berskala. Buret diisi penuh dengan air, selanjutnya dilakukan destilasi hingga selesai, biarkan selama tidak kurang 15 menit, catat volume minyak atsiri pada buret. Hitung kadar minyak minyak atsiri dalam % v/b (Depkes RI, 1978). Gambar alat dapat dilihat pada lampiran 4. Halaman 52
(24)
2.7. Isolasi Minyak Atsiri
Isolasi minyak atsiri dari daun sereh wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) yang telah dikeringkan 3-4 jam menggunakan metode destilasi uap. Caranya: sebanyak 100 g daun sereh wangi dimasukkan ke dalam labu alas I, kemudian labu alas II diisi aquades sebanyak 1L, kedua labu alas dirangkai. Antara labu yang berisi aquades dengan labu yang berisi daun sereh wangi terpisah. Labu yang berisi air dipanaskan, lalu uapnya dialirkan ke labu yang berisi daun sereh wangi, labu yang berisi daun sereh wangi juga dipanaskan juga. Partikel-partikel minyak pada daun sereh wangi terbawa bersama uap dan dialirkan kealat pendingin, sehingga uap air yang bercampur minyak akan mengembun dan mencair kembali, selanjutnya dialirkan kealat pemisah yang akan memisahkan minyak atsiri dari air (Santoso, 1992). Kemudian minyak atsiri yang diperoleh ditampung didalam vial yang berwarna gelap, kemudian ditambahkan natrium sulfat anhidrat secukupnya, dikocok dan dibiarkan selama semalaman. Minyak atsiri dipipet dan disimpan kembali kedalam wadah gelap yang baru. Gambar alat dapat dilihat pada lampiran 4. Halaman 51
2.8. Identifikasi Minyak Atsiri
2.8.1. Pemeriksaan visual dan organoleptis
Pemeriksaan visual dilakukan dengan mengamati warna minyak atsiri dan Pemeriksaan secara organoleptis dengan memeriksa bau dan rasanya.
2.8.2. Penetapan parameter fisika 2.8.2.1. Penentuan indeks bias
(25)
Caranya: Alat dihidupkan, prisma atas dan prisma bawah dipisahkan dengan membuka klem dan dibersihkan dengan mengoleskan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol. Cuplikan minyak diteteskan ke prisma bawah lalu ditutup. Melalui teleskop dapat dilihat adanya bidang terang dan bidang gelap lalu skrup pemutar prisma diputar sedemikian rupa, sehingga bidang terang dan gelap terbagi atas dua bagian yang sama secara vertikal. Dengan melihat skala dapat dibaca indeks biasnya.
Gambar alat dapat dilihat pada lampiran 4. Halaman 52
2.8.2.2. Penentuan bobot jenis
Penentuan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan alat Piknometer. Caranya: piknometer kosong ditimbang dengan seksama, lalu diisi dengan air suling dan ditimbang. Kemudian piknometer dikosongkan dan dibilas beberapa kali dengan alkohol dan dikeringkan dengan bantuan hair dryer. Piknometer diisi dengan minyak selanjutnya dilakukan seperti pengerjaan pada air suling. Hasil bobot minyak atsiri diperoleh dengan mengurangkan bobot piknometer yang diisi minyak atsiri dengan bobot piknometer kosong. Bobot jenis minyak atsiri adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot minyak atsiri dengan bobot air suling dalam piknometer (Ditjen POM, 1995).
Gambar alat dapat dilihat pada lampiran 4. Halaman 53
2.9. Formulasi Sediaan Losion
Konsentrasi minyak sereh wangi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0% (dasar losion); 0,25%; 0,5%; 0,75; 1%; 1,5%; dan 2%. Formula yang digunakan adalah:
(26)
A. Formulasi dasar losion Setil alkohol 0,5 Asam stearat 3
Lanolin 1
Gliserin 2
Metil paraben 0,10 Trietanolamin 0,75 Aquades ad 100 Cara pembuatan:
Ditimbang semua bahan yang diperlukan, setil alkohol, asam stearat, lanolin dimasukkan kedalam cawan porselen (bagian I), dilebur diatas penangas air hingga suhu 75oC, metil paraben dilarutkan kedalam aquades panas, lalu ditambah gliserin, trietanolamin (T.E.A) (bagian II). Kemudian dimasukkan bagian I kedalam lumpang porselen panas, lalu ditambahkan bagian II, diaduk sampai homogen (Balsam, 1972)
B. Formulasi losion minyak sereh wangi
Tabel 2.1. Komposisi losion minyak sereh wangi
Sediaan Minyak sereh wangi (g) Dasar losion (g) B
C D E F G
0,25 0,5 0,75
1 1,5
2
99,75 99,5 99,25
99 98,5
98 Keterangan :
B : losion minyak sereh wangi 0,25% C : losion minyak sereh wangi 0,5% D : losion minyak sereh wangi 0,75%
(27)
E : losion minyak sereh wangi 1% F : losion minyak sereh wangi 1,5% G : losion minyak sereh wangi 2%
Cara pembuatan : ditimbang minyak sereh wangi sesuai formula, kemudian ditambahkan dasar losion hingga mencapai 100 g, aduk homogen dan masukkan kedalam wadah yang sesuai.
2.10. Pemeriksaan Sediaan 2.10.1. Penentuan pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Caranya: Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH netral pH 7 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan aquades, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dengan konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml aquades. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut, dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH sediaan (Rawlins, 2003).
2.10.2 Penentuan tipe emulsi
Menggunakan metode zat warna. Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1 tetes metil biru, di aduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup dan di amati dibawah mikroskop. Bila metil biru tesebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m (Ditjen POM, 1979).
2.10.3. Penentuan sifat alir sediaan
Sistem yang diuji ditempatkan dalam ruang antara mangkuk dan rotor. Sebuah beban ditempatkan pada penggantungnya dan waktu yang dibutuhkan
(28)
oleh rotor untuk berputar 100 kali dicatat. Data ini kemudian diubah menjadi rpm (rotation per minute = putaran per menit). Beban ditambah dan seluruh prosedur tersebut diulangi. Dengan cara ini dapat digambarkan suatu rheogram dengan jalan memplot rpm terhadap beban yang ditambahkan (Martin, 1993).
2.10.4. Pengamatan stabilitas sediaan
Masing-masing formula dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditutup bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sediaan selesai dibuat, dan setiap minggu selama 3 bulan dan dilakukan pada temperatur kamar. Bagian yang diamati meliputi pecah atau tidaknya emulsi dan pemisahan fase, perubahan warna dan perubahan bau dari sediaan.
2.10.5. Pemeriksaan homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan dioleskan pada kaca transparan. Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen yang tidak terlihat adanya butir-butir kasar (Ditjen POM, 1979).
2.10.6. Uji iritasi
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan losion minyak sereh wangi, dengan maksud untuk mengetahui bahwa losion yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang sukarelawan. Kriteria sukarelawan yaitu : pria/wanita sehat, usia 20-30 tahun, tidak ada riwayat penyakit alergi, bersedia menjadi sukarelawan. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat sebanyak 0,5 g (Tranggono, 2007), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini tiga hari berturut-turut untuk setiap sediaan losion minyak sereh wangi.
(29)
2.11 Uji Kesukaan (Hedonic Test)
Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan sukarelawan terhadap sediaan yang dibuat dengan sediaan yang beredar dipasaran (menggunakan DEET) Uji kesukaan ini dilakukan secara visual terhadap 30 orang sukarelawan. Setiap sukarelawan diminta untuk mengoleskan setiap sediaan pada kulit punggung tangannya. Kemudian sukarelawan memilih sediaan losion mana yang paling disukainya. Sukarelawan menuliskan S bila suka dan TS bila tidak suka. Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan dituang dari wadah, lengket atau tidaknya sediaan pada kulit, homogenitas dan wangi yang dihasilkan saat dioleskan pada kulit punggung tangan.
2.11. Pembiakan Nyamuk
Kotak yang disediakan untuk pembiakan nyamuk berukuran 45x30x30 cm. Nyamuk yang digunakan untuk pengujiaan dibiakkan dalam kotak. Pembiakan dilakukan dengan cara memasukkan jentik-jentik nyamuk dalam wadah berisi air sebagai media. Dibiarkan 2 sampai 3 hari hingga jentik-jentik berubah menjadi nyamuk.
2.11. Uji Daya Tolak Terhadap Nyamuk
Uji dilakukan pada tangan 10 orang sukarelawan, umurnya sekitar 18-56 tahun. Tangan yang satu diolesi dengan losion minyak sereh wangi hingga siku dan yang satu lagi tidak di olesi. Kemudian dimasukkan ke dalam kotak berisi nyamuk, biarkan selama 2 jam untuk konsentrasi minyak sereh 0%; 0,25%; 0,5%; 0,75%; 3 jam untuk konsentrasi minyak sereh 1% , 4 jam untuk konsentrasi minyak sereh 1,5% dan 5 jam untuk konsentrasi minyak sereh 2%. Lalu di amati gigitan nyamuk dan dihitung jumlahnya.
(30)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Identifikasi Tumbuhan
Hasil Identifikasi/determinasi tumbuhan yang di lakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor Jl. Raya Jakarta - Bogor KM 46 Cibinong, Indonesia terhadap tumbuhan menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah sereh wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) sinonim Andropogon nardus dari suku Poaceae.
Data selengkapnya dapat dilihat pada lamipran 1. Halaman 31
3.2. Pemeriksaan Makroskopik dan Mikroskopik Daun Tumbuhan Sereh Wangi
3.2.1. Pemeriksaan makroskopik
Hasil pemeriksaan makroskopik yang meliputi visual dan organoleptis dari daun tumbuhan sereh wangi diketahui bahwa pemeriksaan visual terdiri dari enam lembar daun dan daun ketujuh masi menguncup, berwarna hijau muda, daun sereh wangi tersebut muncul dari pelepah daun yang warnanya hijau sedikit kemerahan. Daun sereh wangi memiliki tepi daun kasar dan tajam, tulang daun sejajar, bagian atas dan bawah daun terdapat rambut-rambut, setelah diukur daun sereh wangi memiliki ukuran rata-rata, lebar + 1,5 cm dan panjang + 1 m. Pemeriksaan secara organoleptis meliputi pemeriksaan bau dan rasa, bila diremas daunnya mengeluarkan bau khas aromatik, segar dan rasa sedikit pedas.
Serbuk kering daun sereh wangi berwarna hijau, dan bau yang khas aromatik.
(31)
3.2.2. Pemeriksaan Mikroskopik
Hasil pemeriksaan mikroskopik dari daun sereh wangi terlihat pada penampang melintang yang mengenai tulang daun terdapat epidermis atas yang membentuk agak bulat dan ukurannya tidak sama semuanya, mempunyai rambut satu sel. Epidermis bawah juga mempunyai bentuk yang sama dengan epidermis atas namun, ukurannya lebih kecil sedikit. Sel parenkim ada yang berisi tetes minyak, Sel kolenkim terdapat diantara parenkim. Selanjutnya terdapat xilem dan floem dari berkas pembuluh tipe kolateral.
Serbuk kering daun sereh wangi memiliki fragmen terdiri dari dinding sel epidermis sedikit tidak beraturan, terdapat stomata tipe halter, rambut penutup satu sel dan kelenjar minyak yang berisi minyak atsiri.
3.3 Hasil Penetapan Kadar Air
Pengeringan merupakan suatu usaha untuk menurunkan kadar air bahan sampai tingkat yang di inginkan. Kadar air akan mempengaruhi kadar minyak atsiri yang berada pada tumbuhan sereh wangi.
Tabel 3.1. Penetapan kadar air dan kadar minyak pada tumbuhan sereh wangi
Bahan
Penetapan kadar air Penetapan kadar minyak atsiri
Hasil pengukuran
Hasil teori Hasil pengukuran
Hasil teori
Daun dengan pengeringan 3-4 jam
Serbuk kering
32,369%
7,276%
30 – 50%
< 10%
1,429%
1,219%
+ 1,5%
(32)
Hasil penetapan kadar air pada pengeringan daun sereh wangi selama 3-4 jam yaitu 32,369% menghasilkan kadar minyak sebesar 1,429%, sedangkan kadar air yang dihasilkan serbuk kering sebesar 7,276% dan kadar minyak yang dihasilkan 1,219%, dari hasil ini diketahui bahwa minyak atsiri lebih banyak terdapat pada daun sereh wangi dengan proses pengeringan 3-4 jam dibawah sinar matahari daripada minyak yang dihasilkan oleh serbuk kering.
Hilangnya minyak atsiri selama proses pelayuan dan pengeringan bahan tumbuhan jauh lebih besar daripada hilangnya minyak atsiri yang terjadi selama penyimpanan bahan tumbuhan setelah tumbuhan tersebut dikeringkan. Menurut Guenther (1990), salah satu faktor yang menyebabkan berkurangnya kadar minyak atsiri dari bahan tumbuhan adalah proses pengeringan setelah panen. Beberapa macam tumbuhan yang masih segar dengan kadar air tinggi akan kehilangan sebahagian minyak atsirinya selama proses pengeringan. Kehilangan minyak terutama disebabkan oleh penguapan, oksidasi dan resinifikasi. Selama proses pengeringan, membran sel berangsur-angsur akan pecah, cairan bebas melakukan penetrasi dari satu sel ke sel yang lain hingga membentuk senyawa-senyawa yang mudah menguap (Sastrohamidjojo, 2004).
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8. Halaman 59-60 Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9. Halaman 61-62
3.4. Identifikasi Minyak Atsiri
Hasil pemeriksaan visual dengan mengamati warna minyak sereh wangi (citronella oil) di dapat hasil bahwa berwarna kuning pucat dan berupa cairan jernih. Menurut kriteria mutu citronella oil yang telah ditetapkan Standar Nasional adalah berwarna kuning pucat sampai kuning kecoklatan.
(33)
Tabel 3.2. Hasil penentuan indeks bias dan bobot jenis minyak atsiri
No. Parameter Minyak sereh wangi Pengukuran Hasil berdasarkan teori Minyak sereh wangi 1.
2.
Indeks bias Bobot jenis
1,490 0, 8899
1,488 – 1,495 0,876 – 0,91
Dari hasil penelitian nilai indeks bias dan bobot jenis daun sereh wangi telah memenuhi standart SNI (Standar Nasional Indonesia). Indeks bias yang didapat sesuai dengan teori, dan menurut ketaren (1985), indeks bias minyak atsiri berkisar 1,3-1,7. Bobot jenis merupakan perbandingan dari suatu volume minyak atsiri dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Menurut Sastrohamidjojo (2004), minyak atsiri dengan air akan terpisah karena minyak atsiri tidak akan larut dalam air disebabkan berbeda bobot jenisnya. Kedua cairan membentuk dua lapisan yang terpisah, biasanya minyak atsiri lebih ringan akan mengambang diatas air.
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 dan 11 pada halaman 63-64.
3.5. Pemeriksaan Sediaan 3.5.1. Pengukuran pH sediaan
Pengukuran pH sediaan losion digunakan untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat dapat diterima pH fisiologis tubuh atau tidak. Untuk menentukan pH sediaan losion, dilakukan dengan menggunakan pH meter.
(34)
Tabel 3.3. Hasil pemeriksaan pH sediaan
No. Sediaan Losion pH
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Minyak sereh wangi 0% (kontrol) Minyak sereh wangi 0,25% Minyak sereh wangi 0,5% Minyak sereh wangi 0,75% Minyak sereh wangi 1% Minyak sereh wangi 1,5% Minyak sereh wangi 2%
7,1 7,1 7,1 7,2 7,1 7,2 7,2
Keasaman kosmetika sebaiknya sesuai dengan pH kulit antara 4,5 dan 7,0 (Wasitaatmadja, 1997). Pada tabel terlihat bahwa sediaan memiliki pH rata-rata 7,12. pH sediaan mendekati pH kulit normal, maka sediaan losion minyak atsiri sereh wangi diatas dapat digunakan.
3.5.2 Penentuan tipe emulsi
Penentuan tipe emulsi sediaan losion dengan menggunakan metode zat warna. Hasil yang diperoleh yaitu masing-masing sediaan menunjukkan bahwa metil biru tesebar merata pada losion dan membuktikan bahwa sediaan losion mempunyai tipe emulsi m/a.
3.5.3 Penentuan sifat alir sediaan
Penentuan sifat alir sediaan dilakukan dengan viskometer thomas stromer (Marthin, 1993). Sifat alir sediaan adalah aliran plastis karena kurva antara beban vs rpm tidak melalui titik (0,0) tetapi memotong shearing stress.
(35)
Tabel 3.4. Data penentuan sifat alir sediaan losion minyak sereh wangi Beban
( g )
RPM
B C D E F G
100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 21,78 24,33 28,81 31,74 41,66 47,16 49,50 64,93 65,78 73,52 83,33 89,28 92,59 99,00 104,16 138,88 178,57 181,81 208,33 263,15 270,27 22,32 24,33 28,73 32,15 41,84 47,61 63,29 66,66 68,02 75,18 90,90 98,03 100 125 142,85 142,85 204,08 243,90 256,41 270,27 312,5 23,20 24,39 29,32 32,36 43,85 48,07 67,11 67,11 72,46 76,33 92,59 99,00 102,04 125 144,92 147,05 238,09 250 312,5 312,5 357,14 23,25 24,69 29,41 33,22 47,39 48,54 68,02 68,49 74,62 76,92 92,59 100 104,16 131,57 147,05 169,49 238,09 263,15 322,58 333,33 357,14 23,75 25 32,05 38,75 47,39 49,50 68,96 68,49 76,92 76,92 95,23 103,09 116,27 163,93 169,49 175,43 243,39 270.27 277,77 344,82 434,78 24,33 27,93 33,11 38,91 48,78 63,29 71,42 71,94 80 79,36 100 116,27 125 166,66 169,49 172,41 250 270,27 312,5 370,37 476,19 Keterangan :
B : losion minyak sereh wangi 0,25% C : losion minyak sereh wangi 0,5% D : losion minyak sereh wangi 0,75% E : losion minyak sereh wangi 1% F : losion minyak sereh wangi 1,5% G : losion minyak sereh wangi 2%
(36)
3.6.4. Pengamatan Stabilitas Sediaan
Tabel 3.5. Data pengamatan stabilitas sediaan sediaan losion
Pemeriksaan Sediaan Pengamatan (Minggu)
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII Warna Bau Mudah dituang kembali Tidak memisah A B C D E F G A B C D E F G A B C D E F G A B C D E F G P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM Keterangan :
P : Putih; TB :Tidak berbau
K : Khas; M : Mudah; TM : Tidak Memisah A : losion minyak sereh wangi 0%
B : losion minyak sereh wangi 0,25% C : losion minyak sereh wangi 0,5% D : losion minyak sereh wangi 0,75% E : losion minyak sereh wangi 1% F : losion minyak sereh wangi 1,5% G : losion minyak sereh wangi 2%
(37)
3.6.7. Uji iritasi
Tabel 3.6. Data uji iritasi
Pengamatan Sediaan
B C D E F G
Kulit kemerahan Kulit gatal-gatal Kulit bengkak
(-) (-) (-)
(-) (-) (-)
(-) (-) (-)
(-) (-) (-)
(-) (-) (-)
(-) (-) (-) Keterangan:
(-) : tidak terjadi iritasi (+) : kulit kemerahan (++) : kulit gatal-gatal (+++) : kulit bengkak
B : losion minyak sereh wangi 0,25% C : losion minyak sereh wangi 0,5% D : losion minyak sereh wangi 0,75% E : losion minyak sereh wangi 1% F : losion minyak sereh wangi 1,5% G : losion minyak sereh wangi 2%
Berdasarkan hasil uji iritasi pada 10 sukarelawan yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan losion yang dibuat pada kulit lengan dalam dan di belakang telinga selama tiga hari berturut-turut menunjukkan bahwa semua sukarelawan memberikan hasil negatif terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati yaitu adanya kulit merah, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan losion penolak nyamuk yang dibuat aman untuk digunakan dan tidak menimbulkan iritasi.
(38)
3.7. Uji Repelan Terhadap Nyamuk
Pengujian dilakukan terhadap 10 orang sukarelawan yang berusia 18- 56 tahun. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7. Data kemampuan sediaan losion minyak atsiri sereh wangi terhadap gigitan nyamuk.
Sukarelawan
Jumlah gigitan nyamuk A (2 jam) B (2 jam) C (2jam) D (2jam) E (3jam) F (4jam) G (5jam) I II III IV V VI VII VIII IX X 17 12 15 12 14 16 10 16 10 15 2 2 2 2 3 2 1 4 2 5 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Keterangan :
A : losion minyak sereh wangi 0% B : losion minyak sereh wangi 0,25% C : losion minyak sereh wangi 0,5% D : losion minyak sereh wangi 0,75% E : losion minyak sereh wangi 1% F : losion minyak sereh wangi 1,5% G : losion minyak sereh wangi 2%
(39)
I II III IV V VI VII VIII IX X
JU
M
L
A
H
G
IG
IT
A
N
N
Y
A
M
U
K
SUKARELAWAN
SUKARELAWAN VS JUMLAH GIGITAN
NYAMUK
minyak sereh 0% minyak sereh 0,25% minyak sereh 0,5% minyak sereh 0,75% minyak sereh 1% minyak sereh 1,5% minyak sereh 2%
Data kemampuan losion minyak atsiri sereh wangi terhadap gigitan nyamuk. Pengujian terhadap nyamuk dilakukan selama 2, 3, 4 dan 5 jam, dengan melihat daya proteksi masing-masing perlakuan. Daya proteksi dihitung dengan rumus (Komisi Pestisida, 1995) :
∑ nyamuk yang hinggap pada kontrol (0%)-∑ pada perlakuan
Daya Proteksi=---x 100% ∑ nyamuk yang hinggap pada kontrol
(40)
Tabel 3.8. Data proteksi sediaan losion minyak atsiri sereh wangi terhadap gigitan nyamuk
Sukarelawan Daya proteksi (%)
A B C D E F G
I II III IV V VI VII VIII IX X Rata-rata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 88,23 83,33 86,66 83,33 78,57 87,5 90 75 80 66,66 81,92 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Keterangan :
A : losion minyak sereh wangi 0% B : losion minyak sereh wangi 0,25% C : losion minyak sereh wangi 0,5% D : losion minyak sereh wangi 0,75% E : losion minyak sereh wangi 1% F : losion minyak sereh wangi 1,5% G : losion minyak sereh wangi 2%
Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa minyak atsiri daun sereh wangi mempunyai efektifitas sebagai repelan nyamuk atau penolak nyamuk. Dapat dilihat pada konsentrasi minyak sereh 0,5% dan 0,75% selama 2 jam , konsentrasi minyak sereh 1% selama 3 jam, konsentrasi minyak sereh 1,5% selama 3 jam dan konsentrasi minyak sereh 2% selama 5 jam menunjukkan bahwa tidak ada gigitan nyamuk, dengan daya proteksi 100%. Hal ini karena daun sereh wangi mengandung geraniol, sitronelol dan sitronelal yang berfungsi sebagai penolak nyamuk. Konsentrasi suatu bahan aktif sangat berpengaruh terhadap keefektifan suatu sediaan penolak nyamuk, dimana semakin besar konsentrasi bahan aktif
(41)
maka efek repelan atau penolak nyamuk juga semakin besar dan daya efektifitasnya juga semakin lama.
Berdasarkan hasil analisis, minyak sereh tersusun dari senyawa-senyawa sitronelal, sitronelol, geraniol, alpa-pinena, limonene, linalool, sitronelil asetat, beta kariofilen, geranil asetat, beta kardinen dan elemol. Dari sekian senyawa tersebut hanya ada tiga senyawa yang kuantitasnya besar yaitu sitronelal, sitronelol dan geraniol (Sastrohamidjojo, 2004).
Menurut Sri (2005), Senyawa sitronelal mempunyai sifat racun dehidrasi (desiscant) yang dapat mengakibatkan kematian karena kehilangan cairan terus menerus pada nyamuk.
Berdasarkan daya proteksi didapat hasil bahwa pada konsentrasi minyak sereh wangi dengan konsentrasi 0,5% sudah efektif sebagai penolak nyamuk dengan daya proteksi 100%, begitu juga dengan konsentrasi 0,75%, 1%, 1,5% dan 2% sudah memiliki daya proteksi repelan nyamuk juga. Hasil yang memenuhi standar Komisi Pestisida Departemen Pertanian RI, yaitu harus memiliki daya proteksi 90% selama dua jam. Ini berarti losion minyak atsiri sereh wangi dengan konsentrasi 0,5%, 0,75%, 1%, 1,5% dan 2% memenuhi standar.
(42)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Minyak sereh wangi (citronella oil) dapat diformulasikan dalam sediaan losion, losion minyak sereh wangi mempunyai efek sebagai penolak nyamuk, daya penolak nyamuk yang baik di mulai dari konsentrasi 0,5% dan 0,75% untuk 2 jam; 1% untuk 3 jam; 1,5% untuk 4 jam dan 2% untuk 5 jam.
Sediaan losion penolak nyamuk mempunyai pH antara 7,1-7,2 untuk berbagai konsentrasi yang berbeda, tipe emulsi m/a, homogen pada saat di oleskan. Sediaan losion mempunyai sifat aliran plastis, tidak mengiritasi kulit dan cukup aman untuk digunakan, dan stabil pada suhu kamar selama penyimpanan 12 minggu, mudah dituang, tanpa adanya perubahan warna, bau dan pemisahan fase antara minyak air.
4.2 Saran
Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk membuat sediaan penolak nyamuk dari bahan aktif serai wangi dengan formula yang lain seperti spray dan gel.
(43)
DAFTAR PUSTAKA
Anief. (1999). Sistem Dispersi Formulasi Suspensi dan Emulsi. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.Hal 57-58, 64-65
Anief. (2005). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.Hal 72 ,132
Balsam. M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology. Second Edition. New York: John Wiley and Sons: p. 211, 216
Bariyah. S.R.E. (2010). Karakterisasi Simplisa dan Uji Aktivitas Antinyamuk Dari Minyak Atsiri Bunga Tumbuhan Kenanga (Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson) Pada Sediaan Lotion. Skripsi Fakultas Farmasi USU Medan Depkes RI. (1978). Materia Medika Indonesia. Jilid II. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal. 149-150.
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 319-325.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 33
Guenther, E. (1990). The Essential Oils. Penerjemah: Ketaren, R.S. Minyak Atsiri. Jilid III A. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 147-157.
Gunawan, D. dan Mulyani, S. (2004). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid I. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 123.
Jas, A. (2007). Perihal Obat Dengan Berbagai jenis dan Bentuk Sediannya. Jilid II. Medan : USU Press. Hal. 65.
Kardinan, A. (2003). Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal. 1-4
Kardinan, A. (2004). Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 29
Komisi Pestisida Departemen Pertanian. (1995). Metode standar Pengujian Efikasi Pestisida. Departemen Pertanian, Jakarta. Hal. 95.
Ketaren, S. (1985). Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka. Hal. 37, 45-47, 61-67.
Koensoemardiyah. (2010). A to Z Minyak Atsiri. Yogyakarta: Lily Publisher. Hal. 15-24,38
Lachman, (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. Jilid 2. Jakarta: UI Press. Hal. 1040, 1092-1094
(44)
Lutony, T.L dan Rahmayanti, Y. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak Asiri. Jakarta: Penebar Swadaya. Edisi IV. Hal. 11-13
Martin, A.N. (1993). Farmasi Fisik. Edisi III, Jilid 2. Penerjemah Yoshita. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 1102-1103.
Moechtar. (1989). Farmasi Fisika Bagian Larutan dan Sistem Dispersi. Yogyakarta: UGM Press. Hal. 173-177.
Rawlins, E. A., (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. 18th ed. London. Bailierre Tindall. Pages: 22, 355.
Santoso, H.B., (1992). Sereh Wangi Bertanam dan Penyulingan. Yogyakarta: Penerbit kanisius. Hal 30, 51-55
Sastrohamidjojo, H. (2004). Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 14,19
Tranggono, R.I dan latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia pustaka Utama. Hal 167, 186 Tyler VE. Dkk. (1976). Pharmacognosy. Philadelphia: Lea & Febiger. Edisi VII.
Hal. 157
Voight, R., (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah Soendani Noerono. Edisi V. Yogyakarta: Gadjah mada University Press. Hal. 337, 436, 442
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal 23, 58.
Wahyuni, Sri. (2005). Daya Bunuh Ekstrak Serai (Andropogon nardus) Terhadap Nyamuk Aedes aegypti. Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang.
World Health Organization. (1998). Quality Control Methods For Medicinal Plant Material. Switzerland: WHO. Pages 31-33.
(45)
Lampiran 1. Identifikasi Bahan Tumbuhan
(46)
Lampiran 2. Morfologi Tumbuhan Sereh Wangi
A
(47)
Lanjutan …
C Keterangan gambar:
A : Tumbuhan Sereh Wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) B : Daun dan pelepah daun tumbuhan sereh wangi
(48)
Lampiran 3.Hasil pemeriksaan Mikroskopik
Penampang melintang daun segar tumbuhan sereh wangi
1 2 3 4 5 6 7
8
Keterangan:
1. Epidermis atas 2. Parenkim
3. Sel yang berisi minyak 4. Epidermis bawah 5. Stomata
6. Rambut penutup 7. Xylem
(49)
Lanjutan …
Serbuk kering daun sereh wangi
1
2
3
4
B
Keterangan:
1. Berkas pembuluh
2. Rambut penutup tipe satu sel 3. Sel berisi minyak
(50)
Lampiran 4. Alat-Alat yang Digunakan Dalam Penelitian
A
B Keterangan gambar:
A : Alat penetapan kadar air B : Alat destilasi uap
(51)
Lanjutan …
C
D Keterangan gambar:
C : Alat stahl
(52)
Lanjutan …
E
F Keterangan gambar: E : Piknometer
(53)
Lampiran 5. Pengujian Penolak Nyamuk
A 3
B Keterangan gambar:
A : Kotak pemeliharaan nyamuk B : Cara pengujian penolak nyamuk
(54)
Lampiran 6. Gambar Sediaan Losion dan Pemeriksaan losion
0% 0,25% 0,5% 0,75% 1% 1,5% 2%
(55)
Lanjutan …
B
Keterangan:
A : Sediaan losion minyak sereh wangi
(56)
Lampiran 7. Hasil Pengujian Penolak Nyamuk
6
A
B Keterangan gambar:
A : Pengujian penolak nyamuk dengan losion konsentrasi 0% B : Pengujian penolak nyamuk dengan losion konsentrasi 0,25%
(57)
Lanjutan …
C
D
E Keterangan gambar:
C : Pengujian penolak nyamuk dengan losion konsentrasi 0% D : Pengujian penolak nyamuk dengan losion konsentrasi 0,25%
E : Pengujian penolak nyamuk dengan losion konsentrasi 0,5%; 0,75%; 1%; 1,5% dan 2%.
(58)
Lampiran 8. Penetapan Kadar Air
1. Daun sereh wangi pengeringan 3-4 jam
Kadar Air = x100%
sampel Berat I Volume II Volume −
Sampel I Volume I = 1,8 ml Volume II = 3,5 ml Berat sampel = 5,040 g
Kadar air = 100%
040 , 5 7 , 1 x
= 33,730 % Sampel II Volume I = 3,5 ml
Volume II = 5,1 ml Berat sampel = 5,048 g
Kadar air = 100%
048 , 5 6 , 1 x
= 31,695 % Sampel III Volume I = 5,1 ml
Volume II = 6,7 ml Berat sampel = 5,050 g
Kadar air = 100%
050 , 5 6 , 1 x
= 31,683 %
Kadar air rata – rata =
3 % 683 , 31 % 695 , 31 % 730 ,
33 + +
(59)
2. Serbuk kering daun sereh wangi pengeringan
Kadar Air = x100%
sampel Berat
I Volume II
Volume −
Sampel I Volume I = 1,8 ml Volume II = 2,2 ml Berat sampel = 5,060 g Kadar air = 2,2-1,8 5,060
x 100%
= 7,905% Sampel II Volume I = 2,2 ml
Volume II = 2,6 ml Berat sampel = 5,040 g Kadar air = 2,6-2,2 5,040
x 100%
= 7,936% Sampel III Volume I = 2,6 ml
Volume II = 2,9 ml Berat sampel = 5,016 g Kadar air = 2,9-1,6 5,016
x 100%
= 5,988%
Kadar air rata – rata = 7,905% + 7,936% + 5,988% 3
(60)
Lampiran 9. Penetapan Kadar Minyak Atsiri Daun sereh wangi
1. Daun sereh wangi
Kadar Minyak Atsiri= Volume minyak atsiri Berat sampel
x 100%
Sampel I
Volume minyak atsiri = 0,21 Berat sampel = 15,061 Kadar minyak atsiri = 0,21
15,061
x 100%
= 1,394% Sampel II
Volume minyak atsiri = 0,22 Berat sampel = 15,031 Kadar minyak atsiri = 0,22
15,031
x 100%
= 1,463% Sampel III
Volume minyak atsiri = 0,22 Berat sampel = 15,040 Kadar minyak atsiri = 0,22 15,040
x 100%
= 1,462%
Kadar minyak atsiri rata – rata = 1,394% + 1,463% + 1,462% 3
(61)
2. Serbuk kering daun sereh wangi
Kadar Minyak Atsiri= Volume minyak atsiri Berat sampel
x 100%
Sampel I
Volume minyak atsiri = 0,22 Berat sampel = 20,054 Kadar minyak atsiri = 0,22
20,054
x 100%
= 1,097% Sampel II
Volume minyak atsiri = 0,25 Berat sampel = 20,050 Kadar minyak atsiri = 0,25
20,050
x 100%
= 1,246% Sampel III
Volume minyak atsiri = 0,28 Berat sampel = 20,040 Kadar minyak atsiri = 0,28 20,040
x 100%
= 1,297%
Kadar minyak atsiri rata – rata = 1,097% + 1,246% + 1,297% 3
(62)
Lampiran 10. Penentuan Bobot Jenis Minyak Atsiri
Bobot jenis minyak atsiri =
(bobot piknometer + minyak atsiri) - (bobot piknometer kosong) Bobot piknometer + air suling) – (bobot piknometer kosong) 1. Sampel daun sereh wangi
Sampel I
Bobot piknometer kosong = 8,5414 Bobot piknoneter + minyak atsiri = 10,3210 Bobot piknometer + air suling = 10,5418
Bobot jenis minyak atsiri = 10,3210 – 8,5414 = 0,8897 10,5418 – 8,5414
Sampel II
Bobot piknometer kosong = 8,5414 Bobot piknometer + minyak atsiri = 10,3220 Bobot piknometer + air suling = 10,5418
Bobot jenis minyak atsiri = 10,3220 – 8,5414 = 0,8902 10,5418 – 8,5414
Sampel III
Bobot piknometer kosong = 8,5414 Bobot piknoneter + minyak atsiri = 10,3212 Bobot piknometer + air suling = 10,5418
Bobot jenis minyak atsiri = 10,3212 – 8,5414 = 0,8898 10,5418 – 8,5414
Bobot jenis rata – rata = 0,8897 + 0,8902 + 0,8898 3
(63)
Lampiran 11. Penetapan Indeks Bias Minyak Daun Sereh wangi
Sampel Minyak sereh wangi Sampel I = 1,490
Sampel II = 1,490 Sampel III = 1,490
Indeks bias rata-rata = 1,490+1,490+1,490 3
(64)
Lampiran 12. Flowsheet Isolasi Minyak Atsiri Daun Sereh Wangi
Ditiriskan dan diangin-anginkan
Dikeringkan 3-4 jam
Ditimbang kembali
dihitung
Daun sereh wangi segar
Minyak atsiri dan air
Air Minyak atsiri dengan
kemungkinan adanya air
Na2SO4 x H2O
Secara fisika Sediaan lotion minyak atsiri sereh wangi Minyak atsiri
ditambah Na2SO4 anhidrat
Dibuat sediaan lotion
dipisahkan Dicuci
Ditimbang Daun sereh wangi
PK air
PK minyak atsiri
diidentifikasi
didestilasi uap
Indeks bias Bobot jenis
Ampas
Disortasi basah
(65)
Lampiran 13. Flowsheet Pembuatan Serbuk Daun Sereh Wangi
Disortasi basah Dicuci bersih
Ditiriskan dan diangin-anginkan Ditimbang
Dikeringkan pada suhu + 400 C Ditunggu sampai kering
Ditimbang
Dihaluskan dengan blender Ditimbang kembali
Daun sereh wangi segar
Daun sereh wangi 803 gram
Daun sereh wangi kering 210 gram
(66)
Lampiran 14. Flowsheet Pengeringan Bahan Tumbuhan
Disortasi basah Dicuci bersih
Ditiriskan dan diangin-anginkan Ditimbang
Dikeringkan selama 3-4 jam Ditimbang
Daun sereh wangi segar
Daun sereh wangi 340 gram
Daun sereh wangi kering 305 gram
(67)
Lampiran 15. Flowsheet Pembuatan Losion
Dilarutkan dalam air panas Dilebur diatas penangas
air suhu + 450 C ditambah gliserin dan TEA
dicampur
diaduk sampai homogen
di timbang di timbang
dicampur dan diaduk homogen
dimasukkan kedalam wadah Setil alkohol
Asam stearat lanolin
Metil paraben
Bagian I Bagian II
Campuran bag I dan II
Dasar losion I
Minyak sereh wangi Dasar losion
Bagian I Bagian II
Campuran bag I dan II
(68)
Lampiran 16. Hasil Pemeriksaan Sifat Alir
Tabel 16.1. Data penentuan sifat alir sediaan losion dengan konsentrasi minyak sereh wangi 0,25%
Beban (g) Waktu 100 putaran (detik) Waktu (menit) RPM viskositas 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 275 247 209 189 144 128 121 92 91 82 72 67 65 61 58 43 34 33 29 23 22 4,59 4,11 3,47 3,15 2,40 2,12 2,02 1,54 1,52 1,36 1,20 1,12 1,08 1,01 0,96 0,72 0,56 0,55 0,48 0,38 0,37 21,78 24,33 28,81 31,74 41,66 47,16 49,50 64,93 65,78 73,52 83,33 89,28 92,59 99,00 104,16 138,88 178,57 181,81 208,33 263,15 270,27 0,130 0,145 0,172 0,190 0,249 0,282 0,296 0,389 0,394 0,441 0,499 0,535 0,555 0,593 0,624 0,833 1,071 1,090 1,249 1,578 1,621
(69)
Gambar Grafik Penentuan Sifat Alir Sediaan Losion minyak sereh wangi dengan konsentrasi 0,25%
Keterangan:
Sumbu X : RPM (Rotation per minute) Sumbu Y : Berat beban (g)
0
50
100
150
200
250
300
(70)
Tabel 16.2. Data penentuan sifat alir sediaan losion dengan konsentrasi minyak sereh wangi 0,5%
Beban (g) Waktu 100 putaran (detik) Waktu (menit) RPM viskositas 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 269 247 209 187 144 126 95 90 88 80 66 61 60 48 42 42 29 25 24 22 19 4,48 4,11 3,48 3,11 2,39 2,10 1,58 1,50 1,47 1,33 1,10 1,02 1,00 0,80 0,70 0,70 0,49 0,41 0,39 0,37 0,32 22,32 24,33 28,73 32,15 41,84 47,61 63,29 66,66 68,02 75,18 90,90 98,03 100 125 142,85 142,85 204,08 243,90 256,41 270,27 312,5 0,133 0,145 0,172 0,192 0,250 0,285 0,379 0,399 0,408 0,451 0,545 0,588 0,599 0,749 0,855 0,855 1,224 1,463 1,538 1,621 1,874
(71)
Gambar Grafik Penentuan Sifat Alir Sediaan Losion minyak sereh wangi dengan konsentrasi 0,5%
Keterangan:
Sumbu X : RPM (Rotation per minute) Sumbu Y : Berat beban (g)
0
50
100
150
200
250
300
350
(72)
Tabel 16.3. Data penentuan sifat alir sediaan losion dengan konsentrasi minyak sereh wangi 0,75%
Beban (g) Waktu 100 putaran (detik) Waktu (menit) RPM viskositas 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 259 246 205 185 137 125 89 89 83 79 65 61 59 48 41 41 25 24 19 19 17 4,31 4,10 3,41 3,09 2,28 2,08 1,49 1,49 1,38 1,31 1,08 1,01 0,98 0,80 0,69 0,68 0,42 0,40 0,32 0,32 0,28 23,20 24,39 29,32 32,36 43,85 48,07 67,11 67,11 72,46 76,33 92,59 99,00 102,04 125 144,92 147,05 238,09 250 312,5 312,5 357,14 0,139 0,146 0,175 0,194 0,263 0,288 0,402 0,402 0,434 0,457 0,555 0,593 0,612 0,749 0,869 0,882 1,428 1,499 1,874 1,874 2,142
(73)
Gambar Grafik Penentuan Sifat Alir Sediaan Losion minyak sereh wangi dengan konsentrasi 0,75%
Keterangan:
Sumbu X : RPM (Rotation per minute) Sumbu Y : Berat beban (g)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
(74)
Tabel 16.4. Data penentuan sifat alir sediaan losion dengan konsentrasi minyak sereh wangi 1%
Beban (g) Waktu 100 putaran (detik) Waktu (menit) RPM viskositas 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 252 243 204 181 127 124 88 88 80 78 65 60 58 46 41 35 25 23 19 18 17 4,30 4,05 3,40 3,01 2,11 2,06 1,47 1,46 1,34 1,30 1,08 1,00 0,96 0,76 0,68 0,59 0,42 0,38 0,31 0,30 0,28 23,25 24,69 29,41 33,22 47,39 48,54 68,02 68,49 74,62 76,92 92,59 100 104,16 131,57 147,05 169,49 238,09 263,15 322,58 333,33 357,14 0,139 0,148 0,176 0,199 0,284 0,291 0,408 0,410 0,447 0,461 0,555 0,599 0,624 0,789 0,882 1,016 1,428 1,578 1,935 1,999 2,142
(75)
Gambar Grafik Penentuan Sifat Alir Sediaan Losion minyak sereh wangi dengan konsentrasi 1%
Keterangan:
Sumbu X : RPM (Rotation per minute) Sumbu Y : Berat beban (g)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
(76)
Tabel 16.5. Data penentuan sifat alir sediaan losion dengan konsentrasi minyak sereh wangi 1,5%
Beban (g) Waktu 100 putaran (detik) Waktu (menit) RPM viskositas 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 253 240 187 155 127 121 87 88 78 78 63 58 52 37 35 34 25 22 22 17 14 4,21 4,00 3,12 2,58 2,11 2,02 1,45 1,46 1,30 1,30 1,05 0,97 0,86 0,61 0,59 0,57 0,41 0,37 0,36 0,29 0,23 23,75 25 32,05 38,75 47,39 49,50 68,96 68,49 76,92 76,92 95,23 103,09 116,27 163,93 169,49 175,43 243,39 270.27 277,77 344,82 434,78 0,142 0,149 0,192 0,232 0,284 0,296 0,413 0,410 0,461 0,461 0,571 0,618 0,697 0,983 1,016 1,052 1,463 1,621 1,666 2,068 2,608
(77)
Gambar Grafik Penentuan Sifat Alir Sediaan Losion minyak sereh wangi dengan konsentrasi 1,5%
Keterangan:
Sumbu X : RPM (Rotation per minute) Sumbu Y : Berat beban (g)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
(78)
Tabel 16.4. Data penentuan sifat alir sediaan losion dengan konsentrasi minyak sereh wangi 2%
Beban (g) Waktu 100 putaran (detik) Waktu (menit) RPM viskositas 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 247 215 181 154 23 95 84 83 75 76 60 53 48 36 35 35 24 22 19 16 13 4,11 3,58 3,02 2,57 2,05 1,58 1,40 1,39 1,25 1,26 1,00 0,86 0,80 0,60 0,59 0,58 0,40 0,37 0,32 0,27 0,21 24,33 27,93 33,11 38,91 48,78 63,29 71,42 71,94 80 79,36 100 116,27 125 166,66 169,49 172,41 250 270,27 312,5 370,37 476,19 0,145 0,167 0,198 0,233 0,292 0,379 0,428 0,431 0,479 0,470 0,599 0,697 0,749 1 1,016 1,034 1,499 1,621 1,874 2,221 2,856
(79)
Gambar Grafik Penentuan Sifat Alir Sediaan Losion minyak sereh wangi dengan konsentrasi 2%
Keterangan:
Sumbu X : RPM (Rotation per minute) Sumbu Y : Berat beban (g)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
(1)
sereh wangi 1%
Beban (g) Waktu 100 putaran (detik) Waktu (menit) RPM viskositas 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 252 243 204 181 127 124 88 88 80 78 65 60 58 46 41 35 25 23 19 18 17 4,30 4,05 3,40 3,01 2,11 2,06 1,47 1,46 1,34 1,30 1,08 1,00 0,96 0,76 0,68 0,59 0,42 0,38 0,31 0,30 0,28 23,25 24,69 29,41 33,22 47,39 48,54 68,02 68,49 74,62 76,92 92,59 100 104,16 131,57 147,05 169,49 238,09 263,15 322,58 333,33 357,14 0,139 0,148 0,176 0,199 0,284 0,291 0,408 0,410 0,447 0,461 0,555 0,599 0,624 0,789 0,882 1,016 1,428 1,578 1,935 1,999 2,142
(2)
Keterangan:
Sumbu X : RPM (Rotation per minute) Sumbu Y : Berat beban (g)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
0
100
200
300
(3)
sereh wangi 1,5%
Beban (g) Waktu 100 putaran (detik) Waktu (menit) RPM viskositas 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 253 240 187 155 127 121 87 88 78 78 63 58 52 37 35 34 25 22 22 17 14 4,21 4,00 3,12 2,58 2,11 2,02 1,45 1,46 1,30 1,30 1,05 0,97 0,86 0,61 0,59 0,57 0,41 0,37 0,36 0,29 0,23 23,75 25 32,05 38,75 47,39 49,50 68,96 68,49 76,92 76,92 95,23 103,09 116,27 163,93 169,49 175,43 243,39 270.27 277,77 344,82 434,78 0,142 0,149 0,192 0,232 0,284 0,296 0,413 0,410 0,461 0,461 0,571 0,618 0,697 0,983 1,016 1,052 1,463 1,621 1,666 2,068 2,608
(4)
Keterangan:
Sumbu X : RPM (Rotation per minute) Sumbu Y : Berat beban (g)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0
100
200
300
(5)
sereh wangi 2%
Beban (g) Waktu 100 putaran (detik) Waktu (menit) RPM viskositas 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 247 215 181 154 23 95 84 83 75 76 60 53 48 36 35 35 24 22 19 16 13 4,11 3,58 3,02 2,57 2,05 1,58 1,40 1,39 1,25 1,26 1,00 0,86 0,80 0,60 0,59 0,58 0,40 0,37 0,32 0,27 0,21 24,33 27,93 33,11 38,91 48,78 63,29 71,42 71,94 80 79,36 100 116,27 125 166,66 169,49 172,41 250 270,27 312,5 370,37 476,19 0,145 0,167 0,198 0,233 0,292 0,379 0,428 0,431 0,479 0,470 0,599 0,697 0,749 1 1,016 1,034 1,499 1,621 1,874 2,221 2,856
(6)
Keterangan:
Sumbu X : RPM (Rotation per minute) Sumbu Y : Berat beban (g)