Dialektika Ideologi.

- --

-------

- -

Pikiran
o Selasa

4

5

0
6

20

21

o Mar


OApr

Rakyat
0

Rabu
7
22

- -_._-

Kamis

(J)

9

23


OMei

0

Jumat

10
24

8Jun

12

11
25

OJul

o Sabtu o Minggu


26

13
27

0 Ags OSep

14
28

OOkt

15
29
ONov

16
30

'ODes


Dialel~til~a Ideologi
-

la dengan segala indikator dan
met ode sosialisasi, penataran
yang begitu masif pada rezim
penguasa terdahulu, ternyata
tak memiliki relevansi dengan
berkurangnya perilaku KKN
yang membuat negeri ini teljebak dalam lingkaran keterpurukan dalarn berbagai dimensi.
Sungguh suatu dialektika ideologi yang sulit dipahami dengan
logika dan nurani yang umum.

Oleh SUWANDI SUMARTIAS
ENCERMATI wacana ten tang neoliberalisme dan prokerakyatan di antara para cawapres merupakan kelja yang teram~t sia-sia dan akan menyerap energi besar yang tak solutif, apalagi dalam ranah praksis
ideologi Pancasila, yang semakin hari semakin pudar dan
atau ditinggalkan penganutnya.
Menurut Jean Jacques Rousseau (1957), bukankah suatu ideologi merupakan kontrak sosial
dan konstriIksi manusia sebagai subjek dalam konteks ruang

dan waktu se,suai kepentingan
dan kebutuhannya. Saya sebagai warga sebuah negara bebas
dan karenanya menjadi bagian
dari pemerintahan yang sedang
berkuasa. Namun, pada praktiknya kebebasan selalu berada
pada belenggu orang lain yang
menganggap dirinya penguasa
atau tuan yang dianggap lebih
tinggi dari dirinya. Dalarn konteks kekuasaan, ideologi tentunya hanyalah satu kumpulan
kesepakatan bersama yang sangat temporal dan din.amis.

M

Prak,sis ideologi
Ideologi sebagai wacana, hakikatnya merupakan kesatuan
gagasan, keyakinan, dan pemikiran yang terus ada menyejarah dan tak pernah hilang. Sebaliknya, dalam tataran praksis, ideologi (politik atau ekonomi) telah mengalami berbagai
interpretasi dan pengertian.

..


-

Dalarn tataran modem, ideologi memiliki makna negatif at;m
jelek (perioratit) sebagai teorlsasi atau spekulasi dogmatik,
khayalan kosong, dan tidak realistis. Ideologi juga memiliki
makna positif (melioratit) sebagai setiap sistem gagasan yang
mempelajari keyakinan-keyaKepemimpinan
kolektif
kinan dan hal-hal yang filosofis
dalam bidang ekonomi, politik,
Eksistensi negarawan sejatinya memiliki berbagai kelebihdan sosial budaya.
Dalam ranah implemimtatif,
an yang pantas dan layak dipertaruhkan dalam sebuah komberbagai macam ideologi Oiberal klasik, neoliberalisme, marpetisi dan kepentingan yang
xis, sosialis, atau Pancasila seka-. kolektif dan lingkupnya yang
arnat luas. Indonesia sebagai
lipu~) mengalanri dekonstruksi
, dan interpretasi yang beragam
kesatuan dari berbagai kondisi
sesuai pengalaman dan kesaSDM dan SDA yang teramat
daran serta nilai-nilai yang dikompleks, bukanlah realitas soyakini individu sebagai sesuatu

sial final yang mudah dibaca
dalam lembaran kertas, namun
yang benar. Demikianjug~ ideologi suatu negara, yang dipansebagai entitas sosial yang perdang terbaik oleh para elitenya,
lu dikaji ulang secara kritis dan
belum tentu akan sarna dimakdinamis terus-menerus. Mennai oleh rakyatnya. Kenyataancermati simpul-simpul kekuatnya' suatu ideologi tentu akan
an dan kekuasaan yang berada
sangat tergantung dari sejauhdi lingkaran elite hanya akan
mana ideologi mampu menjamembutakan penglihatan dan
wab berbagai kepentingan
penghayatan realitas sesungpraktis para penganutnya.
guhnya yang terjadi pada maContoh ekstrem, banyak
yoritas rakyat. Jika masih diteorang meragukan kemarnpuan
mukan kemiskinan, kelaparan,
neoliberalisme sebagai kelanjutgizi buruR, drop out SD, SMP,
an modemisme untuk menjadan pengangguran, rakyat dewab sistem ekonomi Indonesia.
ngan mudah merasakan apakah masih dibutuhkan pemimBegitu juga halnya dengan sosiaIisme, padahal keduanya berpin atau tidak. Demikian juga
jika masih ditemukan berbagai
tujuan sarna yang substantif
yakni menyejahterakan rakyat
pelanggaran norma-norma sosial, moral, dan hukum positif

dengan cara yang berbeda. Demikianjuga kehadiran Pancasi- _dalarn masyar!lkat.
_ _ a.:

__~__::I._

Kliping

Hum as

Unpad

2009

31

Kepemimpinan koIektif yang
dilahirkan melalui demokrasi
sejatinya melahirkan pemimpin yang memiliki komitmen
pada nasib rakyat pemilihnya.
Namun, karena SDM rakyat

yang niasih. berkutat dengan
segala keterbatasannya sehingga potensial untuk diimingimingi dengan materi ala kadarnya (kaus parpol, transport
bensin, dan lain-lain.), substansi demokrasi berganti dengan
demonstrasi dan tawuran, termasuk praktik koalisi dan kontIik ideologi yang telah membingungkan dan sulit dipahami.
Dalam situasi negara, elite,
dan rakyat seperti itu, siapa pun
pemimpin,

ideologi macam apa

L..,.

_~_

pun, tak akan mampu menarik
i>emimpinan kolektif yang be~
perhatian rakyat, kecuali ber-~~11ar-benar ditunggu dan dicinlomba pada tataran substantif
tai mayoritas rakyat. Pemimpin
perubahan dan dinamika mayoyang sungguh memiliki kemauritas rakyaMengurangi berbagai
an dan komitmen politik untuk

pelanggaran, penyelewengan bibangkit bersama dari keterpurokrasi di tingkat elite kekuasarukan, kemiskinan, pengangan, tentunya dinilai sebagian
guran, pelanggaran hukum,
orang tidak akan populer. Namoral dan sosial, mumpuni lamun, akan sama halnya, jika dihir batin, dan tahan godaan-gobiarkan, sama dengan menyimdaan yang artifisial. Semoga
pan born waktu. KepemimpinPilpres 2009 bukan sekadar
an kolektif yang dibutuhkan
permainan politik dan pangadalah kepemimpinan yang begung sandiwara belaka yang dinar-benar memiliki komitmen
mainkan elite politik negeri ini.
pada perubahan, pembenahan
Martin Luther King mengungbirokrasi, membersihkan peja- kapkan, "We are as strong as
bat bermasalah demi kepenthe weakest of the people," (kjtingan perubahan nasib rakyat
ta tidak akan menjadi bangsa
banyak. Paling tidak, rakyat meyang kuat dan besar kalau marasakan kehadiran seorang
yoritas masyarakatnya masih
pimpinan dan dibutuhkan dalemah dan miskin).***
lam kehidupannya.
Penulis, pengajar mata kuMelalui Pilpres 2009, pintu
liah Komunikasi Politik di Fiperubahan semestinya menjadi
komitmen awal melahirkan kekom Unpad Bandung.
- - - - --............