SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN KREDIT PEMILIKAN MOTOR DENGAN METODE SCORING SYSTEM.

(1)

TUGAS AKHIR

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN

KREDIT PEMILIKAN MOTOR DENGAN METODE

SCORING SYSTEM

Diajukan Oleh :

ARIEF KURNIAWAN

0534010160

JURUSAN SISTEM INFORMASI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ” VETERAN” JAWA TIMUR

SURABAYA


(2)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan

ilmu yang bermanfaat serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas

Akhir yang berjudul Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Kredit Kepimilikan

Motor Dengan Metode Scoring System, guna memenuhi persyaratan kelulusan di

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Teknologi

Industri Jurusan Teknik Informatika.

Dengan adanya bantuan berupa saran serta dukungan baik secara langsung

maupun tidak langsung dari beberapa pihak maka pembuatan Tugas Akhir ini dapat

terwujud,oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1.

Keluarga tercinta yang telah banyak memberikan dukungan yang sudah tak

terhitung lagi jumlahnya.

2.

Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” JATIM Bapak Ir.

Sutiyono, MT

3.

Ketua Progdi Teknik Informatika UPN ”Veteran” JATIM Bapak Basuki

Rahmat, S. SI, MT.

4.

Bapak Basuki Rahmat, S. SI, MT dan Bapak Achmad Junaidi, S.Kom selaku

dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan saran dalam

pengerjaan Tugas Akhir ini.

5.

Para Bapak /Ibu Dosen Pengajar Jurusan Teknik Informatika dan Sistem


(3)

iii

Semoga semua kebaikan dan niat baik dari semua pihak yang telah membantu

terwujudnya Tugas Akhir ini dapat dibalas oleh Allah SWT.

Masih banyak kekurangan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, maka dengan

segala kerendahan hati penulis bersedia menerima saran dan kritik dari pembaca

sekalian guna mendapatkan hasil yang lebih baik dalam tugas-tugas selanjutnya.

Semoga dengan adanya tulisan ini banyak memberikan manfaat yang baik

bagi semua pihak.

Surabaya, Oktober 2010


(4)

iv HALAMAN JUDUL

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 2

1.3Pembatasan Masalah ... 2

1.4Tujuan ... 3

1.5Sistematika Penulisan ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

2.1Sistem Pendukung Keputusan ... 5

2.2Komponen Sistem Pendukung Keputusan ... 6

2.3Progran Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) ... 10

2.4Perhitungan Bunga Kredit ... 11

2.5Administrasi Kredit ... 14

2.6Scoring System ... ...15

2.7Kuisoner ... 20

BAB III PERANCANGAN SISTEM ... 23

3.1Identifikasi Masalah... 23

3.2Analisa Permasalahan dan Pemecahan ... 23

3.3Perancangan Sistem ...27

3.3.1Diagram Alir ...27

3.3.2System Flow ...31

3.3.3Diagram Berjenjang ...33

3.3.4Data Flow Diagram ...34

3.3.5Entity Relationship Diagram ...38


(5)

v

3.4.1Desain Form Login ... 42

3.4.2Desain Form Utama ... 43

3.4.3Desain Form Master Admin ... 44

3.4.4Desain Form Master Pemohon ... 45

3.4.5Desain Form Master Atribut ... 46

3.4.6Desain Form Data Pengajuan ... 47

3.4.7Desain Form Penilaian Atribut ... 48

3.4.8Desain Form Perhitungan Scoring System ... 49

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM... 51

4.1Implementasi ... 51

4.2Kebutuhan Sistem ... 51

4.3Instalasi Program Dan Pengaturan Sistem ... 51

4.4Implementasi Program ………...………...52

4.4.1Form Menu Utama……….52

4.4.2Form Master Admin ……….53

4.4.3Form Master Pemohon ……….54

4.4.4Form Master Atribut ……….54

4.4.5Form Data Pengajuan ………55

4.4.6Form Penilaian Atribut ………..56

4.4.7Form Perhitungan Scoring System ………...57

4.4.8Form Laporan Hasil Pemohon………...58

BAB V EVALUASI DAN UJICOBA ... 60

5.1Uji Coba Aplikasi ... 60

5.1.1 Form Menu Utama ... 60

5.1.2 Form Master Admin ... 61

5.1.3 Form Data Pengajuan ... 62

BAB VI PENUTUP ... 72

6.1Kesimpulan ... 72

6.2Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA


(6)

vi

Tabel 2.1 Tabel Perhitungan Bunga Kredit Secra Sliding Rate Dan Flat Rate ... 13

Tabel 3.1 Tabel Tabulasi Jawaban Responden ... 25

Tabel 3.9 Tabel Pengajuan ... 42

Tabel 5.1 Tabel Tabulasi Jawaban Responden ... 63


(7)

vii

Gambar 2.1 Komponen SPK ... 6

Gambar 2.2 Subsistem Manajemen Basis Data ... 8

Gambar 2.3 Subsistem Manajemen Basis Model... 9

Gambar 2.4 Subsistem Penyelenggaraan Dialog... 10

Gambar 3.1 Diagram Alir Maintenance Data ... 28

Gambar 3.2 Diagram Alir Penilaian Kelayakan Kredit ... 30

Gambar 3.4 System Flow Penilain Kelayakan Kredit ... 32

Gambar 3.4 Diagram Berjejang ... 33

Gambar3.5 Contex Diagram Aplikasi Sistem Kelayakan Kredit Dengan Metode Scoring System ... 34

Gambar 3.6 Data Flow Diagram Level 0 ... 35

Gambar 3.7 DFD Level 1 Proses Master Data ... 36

Gambar 3.7 DFD Level 1 Proses Pengajuan ... 37

Gambar 3.8 Conceptual Data Model (CDM) ... 39

Gambar 3.9 Physical Data Model (CDM)... 40

Gambar 3.10 Desain Form Login ... 43

Gambar 3.11 Desain Form Menu Utama ... 44

Gambar 3.13 Desain Form Master Admin ... 45

Gambar 3.14 Desain Form Master Pemohon ... 46

Gambar 3.15 Desain Form Maintenance Atribut ... 47

Gambar 3.16 Desain Form Data Pengajuan ... 48

Gambar 3.17 Desain Form Penilain Atribut ... 49

Gambar 3.18 Desain Form Perhitungan Scoring System ... 50

Gambar 4.1 Form Utama ... 52

Gambar 4.2 Form Menu Admin ... 53

Gambar 4.3 Master Pemohon... 54

Gambar 4.4 Maintenance Atribut ... 55

Gambar 4.5 Form Data Pengajuan... 56


(8)

viii

Gambar 5.1 Form Menu Utama... 60

Gambar 5.2 Form Menu Admin ... 61

Gambar 5.3 Form Data Pengajuan... 62

Gambar 5.4 Tampilan Tabulasi Jawaban Responden ... 66

Gambar 5.5 Tampilan Hasil Perhitungan Scoring System... 67

Gambar 5.6 Tampilan Hasil Analisa... 67

Gambar 5.7 Tampilan Tabulasi Jawaban Responden ... 71

Gambar 5.8 Tampilan Hasil Perhitungan Scoring System ... 72


(9)

i

Abstrak

Banyaknya masyarakat yang ingin memiliki sepeda motor tetapi tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli motor secara tunai tentunya akan sangat membutuhkan suatu cara untuk memiliki motor tetapi dengan sistem pembayaran secara kredit, menindak lanjuti hal tersebut PT. Astra yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang asuransi melalui Program Kredit Pemilikan Motor (KPM) yang lebih dikenal dengan Kak OTO yang bertujuan sebagai salah satu bagian fokus bisnis dibidang sektor otomotif berniat melakukan pemberian kredit motor kepada konsumen melalui pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan.

Untuk menunjang itu perlu sebuah sistem yaitu Sistem Pendukung

Keputusan dengan menggunakan metode yang dinamakan metode Scoring

System. Sistem ini dapat digunakan untuk penentuan kelayakan konsumen dalam pemberian peminjaman kredit motor .

Dengan menggunakan Sistem Pendukung Keputusan dan metode Scoring

System, dapat menyajikan informasi dalam bentuk angka sehingga mempersingkat waktu dalam kegiatan administrasi kredit, khususnya kegiatan verifikasi yang dilakukan oleh pihak PT. Astra.

Kata Kunci: Sistem Pendukung Keputusan, metode Scoring System, Administrasi


(10)

1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Banyaknya masyarakat yang ingin memiliki sepeda motor tetapi tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli motor secara tunai tentunya akan sangat membutuhkan suatu cara untuk memiliki motor tetapi dengan sistem pembayaran secara kredit, menindak lanjuti hal tersebut PT. Astra yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang asuransi melalui Program Kredit Pemilikan Motor (KPM) yang lebih dikenal dengan Kak OTO yang bertujuan sebagai salah satu bagian fokus bisnis dibidang sektor otomotif berniat melakukan pemberian kredit motor kepada konsumen melalui pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan.

Di PT. Astra pemberian kredit motor didasarkan pada kegiatan administrasi kredit yaitu kegiatan analisa kredit dari unit PKBL. Untuk mendapatkan kredit motor konsumen harus mengikuti prosedur yang berlaku di PT. Astra yaitu konsumen datang menemui pihak PT. Astra untuk dilakukan interview, pengisian proposal dan kelengkapan data serta akan survei lapangan. Selanjutnya pihak Astra melakukan kegiatan administrasi kredit. Selama ini untuk dapat menentukan siapa saja yang berhak mendapatkan pinjaman kredit motor dengan kegiatan administrasi yang meliputi kegiatan analisis secara kuantitatif dan kualitatif memerlukan waktu yang agak lama karena data yang disajikan tidak berbentuk angka.


(11)

Untuk membantu mengatasi masalah tersebut, maka metode yang sesuai untuk penentuan kelayakan konsumen dalam pemberian peminjaman kredit motor

adalah metode Scoring System karena metode ini memiliki kemampuan untuk

menyajikan informasi dalam bentuk angka sehingga mempersingkat waktu dalam kegiatan administrasi kredit, khususnya kegiatan verifikasi yang dilakukan oleh pihak PT. Astra.

1.2Perumusan Masalah

Berdasar uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah untuk pembuatan sistem ini yaitu : “ Bagaimana membuat suatu sistem yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam pemberian pinjaman kredit motor di PT. Astra“.

1.3Pembatasan masalah

Batasan masalah dari sistem yang dibahas adalah sebagai berikut :

1. Studi lapangan dilakukan di PT. Astra.

2. Data yang digunakan terbatas pada hasil survei yang dilakukan di PT. Astra,

diantaranya adalah hasil kuesioner dari bagian pemberian kredit.

3. Faktor dan variabel yang menjadi pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan

konsumen hanya meliputi :

a. KTP / KSK

b. Kepemilikan Rumah

c. Penghasilan

d. Rekening Bank


(12)

f. Surat Kelakuan Baik Dari Pihak Kepolisian

4. Skala jawaban untuk penilai menggunakan skala interval lima tingkatan

dengan skala likert (pembobotan skala), yaitu :

a. Sangat Baik

b. Baik

c. Sedang/Netral

d. Kurang Baik

e. Tidak Baik

5. Perhitungan kriteria metode Scoring System menggunakan skor standart.

6. Output sistem berupa kelayakan konsumen dalam memperoleh pinjaman

kredit motor dengan berdasarkan kriteria-kriteria di atas serta nilai kelayakan untuk memperoleh pinjaman kredit motor tersebut.

7. Tidak membahas mengenai data asli dari konsumen, karena sistem ini hanya

mengolah data konsumen yang sudah berupa jawaban dalam bentuk skala seperti diatas.

1.4Tujuan

Tujuan dari pembuatan sistem ini adalah membuat sistem pendukung keputusan pemberian pinjaman kredit motor dengan menggunakan metode

Scoring System.

1.5Sistimatika Penulisan


(13)

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah dan penjelasan permasalahan secara umum, perumusan masalah serta batasan masalah yang dibuat, tujuan dari pembuatan tugas akhir dan sistimatika penulisan buku ini.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini membahas secara singkat teori-teori yang berhubungan dan mendukung dalam pembuatan tugas akhir ini.

BAB III : PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini membahas tentang perancangan sistem, analisis

sistem, System Flow, Entity Relationship Diagram (ERD), Data

Flow Diagram (DFD), serta desain input dan output.

BAB IV : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Pada bab ini membahas tentang implementasi dari aplikasi yang dibuat secara keseluruhan. Serta melakukan pengujian terhadap aplikasi yang dibuat untuk mengetahui aplikasi tersebut telah dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan yang diharapkan.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini berisikan kesimpulan dari sistem dan saran untuk pengembangan sistem.


(14)

4

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan suatu kumpulan prosedur pemrosesan data dan informasi yang berorientasi pada penggunaan model untuk menghasilkan berbagai jawaban yang dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan dimana SPK harus sederhana, mudah dan adaptif. Adapun ciri utama dalam SPK ini yang sekaligus sebagai keunggulannya adalah kemampuan SPK untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tidak terstruktur. Menurut Sudirman dan Widjajani (1996) mengemukakan bahwa ciri-ciri SPK yang dirumuskan oleh Alters Keen adalah :

1. SPK ditujukan untuk membantu keputusan-keputusan yang kurang terstruktur dan umumnya dihadapi oleh para manajer yang berada di tingkat puncak. 2. SPK merupakan gabungan antara kumpulan model kualitatif dan kumpulan

data.

3. SPK memiliki fasilitas interaktif yang dapat mempermudah hubungan antara manusia dengan komputer.

4. SPK bersifat luwes dan dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi.

SPK tidak dimaksudkan untuk menggantikan manajer dalam keputusan, namun manajer dan komputer bekerja sama sebagai tim pemecahan masalah yang berada di area semi konduktor yang jelas.


(15)

2.2 Komponen Sistem Pendukung Keputusan

Terdiri dari 3 subsistem yaitu subsistem manajemen basis data, subsistem manajemen basis model, dan subsistem perangkat lunak penyelenggara dialog. Hubungan dari subsistem-subsistem tersebut digambarkan seperti terlihat pada gambar 2.1. (Ralph And Hugh, 1989:24).

Tugas Lingkungan

Gambar 2.1 Komponen SPK

a. Subsistem Manajemen Basis Data

Subsistem data yang tercakup dalam sistem manajemen basis data dapat terlihat pada gambar 2.2. Merupakan bagian-bagian yang menyediakan data yang dibutuhkan oleh sistem. Data ini di organisasikan dalam suatu data base yang disebut Sistem Manajemen Basis Data (DBMS). Ada beberapa perbedaan database untuk SPK dan non-SPK. Pertama sumber data untuk

Basis Data Basis Model

Manajemen Basis Data

Manajemen Basis Model Manajemen

Penyelenggara Dialog


(16)

SPK lebih kaya daripada non-SPK. Perbedaan lain adalah proses pengambilan dan ekstraksi dari sumber data yang sangat besar. SPK membutuhkan proses ekstraksi dan DBMS yang dalam pengelolaannya harus cukup flexible untuk memungkinkan penambahan dan pengurangan secara cepat. Adapun subsistem data yang tercakup dalam DataBase Management Subsystem

(DBMS) dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini (Ralph And Hugh, 1989:25). Kemampuan yang dibutuhkan dari manajemen data base sebagai berikut :

1. Mengkombinasikan berbagai variasi data melalui pengambilan dan ekstraksi data.

2. Menambahkan sumber data dengan cepat dan mudah.

3. Menggambarkan struktur data logikal sesuai dengan pengertian pemakai sehingga pemakai mengetahui apa yang tersedia dan dapat menentukan kebutuhan penambahan dan pengurangan.

4. Menangani data secara personil sehingga pemakai dapat mencoba berbagai alternatif pertimbangan personil.


(17)

Sumber Data Eksternal

Keuangan Pemasaran Personalia Manufaktur

Sumber Data Internal Lainnya

Fungsi Manajemen Basis Data: 1. Menggambarkan struktur data.

2.Update

3. Pengurangan dan Penambahan data

Manajemen Basis Model

Manajemen Penyelenggara Dialog

Gambar 2.2 Subsistem Manajemen Basis Data

b. Subsistem Manajemen Basis Model

Salah satu dari kelebihan SPK adalah kemampuannya untuk mengintegrasikan akses data dan model-model keputusan. Hal ini dapat dilakukan dengan menambah model-model keputusan ke dalam sistem informasi yang menggunakan database sebagai mekanisme integrasi dan komunikasi diantara model-model. Salah satu persoalan yang berkaitan dengan model adalah bahwa penyusunan mdel seringkali terikat pada struktur model yang mengasumsikan adanya masukan yang benar dan cara keluaran yang tepat. Sementara model cenderung tidak mencukupi adanya kesulitan dalam mengembangkan model yang teritegrasi untuk menangani sekumpulan keputusan yang saling bergantungan. Untuk menangani masalah ini dengan menggunakan koleksi berbagai model yang terpisah, dimana setiap model

Data :

1. Ekstraksi 2. Mengambil 3. Menambah

Basis Data SPK


(18)

digunakan untuk menangani bagian yang berbeda dari masalah yang dihadapi. Gambar 2.3 (Ralph And Hugh, 1989:26) menggambarkan komponen-komponen dari subsistem model. Kemampuan yang dimiliki subsistem basis model meliputi:

1. Menciptakan model baru secara cepat dan mudah.

2. Mengakses dan mengintegrasikan model-model keputusan.

3. Mengelola basis model dengan fungsi manajemen yang analog dan manajemen data base.

Manajemen Basis Data

Fungsi manajemen Basis Model: 1. Menciptakan model. 2. Memelihara – update. 3. Manipulasi – use. Manajemen Penyelenggara Dialog

Gambar 2.3 Subsistem Manajemen Basis Model

c. Subsistem Perangkat Lunak Penyelenggara Dialog

Subsistem dialog adalah fleksibilitas dan kekuatan karakteristik SPK yang timbul dari kemampuan interaksi antara sistem dan pemakai. Menurut Bennet,

Basis Data SPK

Model-Model Strategis Model-Model Taktis Model-Model Operasional

“Bangunan” Model dan Subrutin


(19)

komponen sistem dialog adalah pemakai, terminal, dan sistem perangkat lunak, bisa melihat pada gambar 2.4. (Ralph And Hugh, 1989:27).

Bahasa Aksi

User

SPK Bahasa Tampilan

Gambar 2.4 Subsistem Penyelenggaraan Dialog

Selain itu kemampuan yang harus dimiliki oleh SPK untuk mendukung dialog pemakai/sistem meliputi:

1. Menangani berbagai variasi gaya dialog.

2. Mengakomodasi tindakan pemakai dengan berbagai peralatan masukan. 3. Menampilkan data dengan berbagai variasi format dan peralatan keluaran. Memberikan dukungan yang fleksibel untuk mengetahui basis pengetahuan pemakai

2.3 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

Program kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) ini merupakan suatu program yang diarahkan untuk ikut berperan serta dan mendorong dalam kegiatan


(20)

dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi usaha kecil. Oleh karena itu prioritas program kemitraan ini ditujukan terutama bagi usaha kecil yang belum memiliki kemampuan akses perbankkan. Sedangkan pengertian usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan kriteria sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah).

c. Milik Warga Negara Indonesia.

d. Berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar.

e. Berbentuk usaha perseorangan, merupakan badan usaha yang tidak berbadan hukum ataupun badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.

f. Kegiatan usaha yang dilakukan minimal 1 (satu) tahun dan mempunyai potensi serta prospek untuk berkembang.

2.4 Perhitungan Bunga Kredit

a. perhitungan bunga secara Sliding Rate.

Yang dimaksud dengan cara perhitungan bunga dengan Sliding Rate adalah bahwa pembebanan bunga terhadap nilai pokok pinjaman akan semakin menurun dari bulan ke bulan (atau dari suatu periode ke


(21)

periode berikutnya) sesuai dengan menurunnya pokok pinjaman sebagai akibat adanya pembayaran cicilan pokok pinjaman.

b. Perhitungan bunga secara Flat Rate.

Yang dimaksud dengan cara perhitungan bunga dengan Flat Rate

adalah bahwa pembebanan bunga terhadap nilai pokok pinjaman akan tetap dari satu periode ke periode lainnya walaupun pokok pinjaman menurun sebagai akibat adanya pembayaran cicilan pokok pinjaman, atau bisa juga pembebanan bunga setiap bulan tetap dari jumlah pinjamannya, demikian juga ( angsuran ) cicilan pokok juga akan tetap sampai pinjaman lunas.

Contoh perhitungan Sliding Rate dan Flat Rate sebagaiberikut:

Jumlah pinjaman sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dengan jangka waktu pinjaman 30 bulan dengan masa tenggang 6 bulan dan bunga pinjaman sebesar 6% (enam persen) per tahun atau 0.5% per bulan. Maka dapat dibuat tabel perhitungan bunga kredit sebagaimana terlihat pada tabel 2.1.


(22)

Tabel 2.1. Perhitungan Bunga Kredit secara Sliding Rate dan Flat Rate

Dari Tabel 2.1 dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pokok didapatkan dari jumlah pinjaman di bagi dengan jangka waktu pinjaman dalam periode bulan dikurangi masa tenggang. Bunga yang didefinisikan sebagai bunga per bulan atas pinjaman didapatkan dari perhitungan di bawah ini:

Bunga menurun =Sisa Pinjaman * i%, dengan i adalah interest (bunga) per bulan. Bunga tetap didapatkan dari total bunga menurun dibagi dengan periode bulan. Dari contoh diatas, diketahui besar dari interest-nya sebesar 6% (enam persen) per

Angsuran Menurun Angsuran Tetap Bulan

ke

Angsuran ke

Sisa

Pinjaman Pokok Bunga Total Bunga Total 1 - 10000000 50000 50000 30833 30833 2 - 10000000 50000 50000 30833 30833 3 - 10000000 50000 50000 30833 30833 4 - 10000000 50000 50000 30833 30833 5 - 10000000 50000 50000 30833 30833 6 - 10000000 50000 50000 30833 30833 7 1 10000000 416667 50000 466667 416667 30833 447500 8 2 9583333 416667 47917 464584 416667 30833 447500 9 3 9166666 416667 45833 462500 416667 30833 447500 10 4 8749999 416667 43750 460417 416667 30833 447500 11 5 8333332 416667 41667 458334 416667 30833 447500 12 6 7916665 416667 39583 456250 416667 30833 447500 13 7 7499998 416667 37500 454167 416667 30833 447500 14 8 7083331 416667 35417 452084 416667 30833 447500 15 9 6666664 416667 33333 450000 416667 30833 447500 16 10 6249997 416667 31250 447917 416667 30833 447500 17 11 5833330 416667 29167 445834 416667 30833 447500 18 12 5416663 416667 27083 443750 416667 30833 447500 19 13 4999996 416667 25000 441667 416667 30833 447500 20 14 4583329 416667 22917 439584 416667 30833 447500 21 15 4166662 416667 20833 437500 416667 30833 447500 22 16 3749995 416667 18750 435417 416667 30833 447500 23 17 3333328 416667 16667 433334 416667 30833 447500 24 18 2916661 416667 14583 431250 416667 30833 447500 25 19 2499994 416667 12500 429167 416667 30833 447500 26 20 2083327 416667 10417 427084 416667 30833 447500 27 21 1666660 416667 8333 425000 416667 30833 447500 28 22 1249993 416667 6250 422917 416667 30833 447500 29 23 833326 416667 4167 420834 416667 30833 447500 30 24 416659 416667 2083 418750 416667 30833 447500


(23)

tahun. Sedangkan total tetap merupakan jumlah yang harus dibayar setiap bulannya oleh calon peminjam.

2.5 Administrasi Kredit

Administrasi kredit adalah suatu rangkaian kesatuan kegiatan dari berbagai komponen yang saling berhubungan secara sistematis dalam penyelenggaraan proses kegiatan pengumpulan dan penyajian informasi perkreditan suatu Bank, sebagai alat dalam pelaksanaan fungsi–fungsi manajemen Bank pada umumnya dan khususnya di bidang perkreditan.

Proses administrasi ini akan menghasilkan output yang berupa sistem informasi sebagai umpan balik bagi manajemen suatu Bank dalam melaksanakan fungsi–fungsinya secara lengkap.

Dari pengertian administrasi kredit diatas maka diperoleh manfaat administrasi kredit, yaitu:

a. Sebagai alat dalam menunjang penyelenggaraan kegiatan–kegiatan dari proses perkreditan itu secara individual (nasabah per nasabah) maupun perkreditan itu secara keseluruhan.

b. Sebagai alat dalam pengumpulan umpan balik melalui sistem informasi manajemen yang dibangun didalamnya sebagai dasar untuk pelaksanaan fungsi–fungsi manajemen Bank secara umum maupun manajemen perkreditan secara khusus.

c. Sebagai alat/penyelenggara sistem dokumentasi perkreditan.

d. Sebagai pelaksana dari sistem pelaporan ataupun sistem informasi manajemen yang bersangkutan.


(24)

e. Untuk penetapan besarnya utang dan piutang dengan pihak peminjam. f. Untuk dasar pelayanan kepada pihak ekstern yaitu pihak nasabah sendiri

ataupun untuk pihak penguasa moneter.

2.6 Scoring System

Sisi diagnosis suatu proses pengukuran atribut adalah pemberian makna atau interpretasi terhadap skor skala yang bersangkutan. Sebagai suatu hasil ukur berupa angka (kuantitatif), scoring system, yang disebut juga sebagai skor skala, memerlukan suatu norma pembanding agar dapat diinterpretasikan secara kualitatif. Pada dasarnya, interpretasi skor skala selalu bersifat normatif, artinya makna skor diacukan pada posisi relatif skor dalam suatu kelompok yang telah dibatasi terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan bantuan statistik deskriptif dari distribusi data skor kelompok yang umumnya mencakup banyaknya subjek (n) dalam kelompok, mean skor skala (M), devisiasi standar skor skala (s) dan varians (s2), skor minimum (Xmin) dan maksimum (Xmax), dan

statistik-statistik lain yang dirasa perlu. Deskripsi data ini memberikan gambaran penting mengenai keadaan distribusi skor skala pada kelompok subjek yang dikenai pengukuran dan berfungsi sebagai sumber informasi mengenai keadaan subjek pada aspek variabel yang diteliti.

Suatu skor yang ditentukan melalui prosedur penskalaan akan menghasilkan angka-angka pada level pengukuran interval dan interpretasikan hanya dapat dihasilkan kategori-kategori atau kelompok-kelompok skor pada level ordinal. Skor-skor mentah (row score) yang dihasilkan suatu skala merupakan penjumlahan dari skor item-item dalam skala itu.


(25)

Relativitas hasil pengukuran selalu membawa permasalahan mengenai cara-cara pengelompokan (kategorisasi) apabila diperlukan pemisahan subjek ke dalam kelompok diagnosis yang berbeda.

Berikut adalah beberapa cara kategorisasi subjek secara normatif dengan memanfaatkan statistik deskriptif guna memberi interpretasi terhadap skor skala: 1. Kategorisasi berdasarkan Model Distribusi Normal

Kategori ini didasari oleh suatu asumsi bahwa skor subjek dalam kelompoknya merupakan estimasi dalam skor subjek dalam populasi dan bahwa skor subjek dalam populasinya terdistribusi secara normal.

Dalam kategorisasi berdasarkan model distribusi normal ini terdapat dua macam kategori, yaitu:

a. Kategori Jenjang (Ordinal)

Menurut Saifuddin (2003:107) kategori ini memiliki tujuan menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya adalah dari rendah ke tinggi, dari paling jelek ke paling baik, dari sangat tidak puas ke sangat puas, dan semacamnya. Banyaknya jenjang kategori diagnosis yang akan dibuat biasanya tidak lebih dari lima jenjang tetapi juga tidak kurang dari tiga jenjang. Misalnya mengelompokkan individu-individu ke dalam hanya dua jenjang diagnosis saja,yaitu “semangat kerja rendah” dan ”semangat kerja tinggi” akan mengakibatkan resiko kesalahan yang cukup besar bagi skor-skor yang terletak di sekitar mean kelompok.


(26)

Langkah-langkah penentuan kategorisasi berdasarkan jenjang (ordinal) menurut Saifuddin (2003:107) adalah sebagai berikut:

i. Menentukan data statististik secara deskriptif berupa rentang minimum (Xmin), rentang maksimum (Xmax), luas jarak sebaran, mean teoritis ( ) dan

devisiasi standar (σ).

ii. Menghitung data statistik secara deskriptif sebagai berikut:

Xmin = banyaknya pertanyaan * nilai minimum. (2.1)

Xmax = banyaknya pertanyaan * nilai maksimum. (2.2)

luas jarak sebaran = Xmax – Xmin. (2.3) σ = luas jarak sebaran / 6. (2.4)

= banyaknya pertanyaan * banyak kategori. (2.5)

iii. Menghitung p dengan menggunakan tabel distribusi normal, terlebih dahulu menentukan Zmin dan Zmax dengan rumus:

Zmin = (Xmin - ) / σ (2.6)

Zmax = (Xmax - ) / σ (2.7)

iv. Memilih p dengan nilai yang maksimal sehingga dapat ditemukan rentang skala prioritas dengan 3 kategori, yaitu:

X < ( – (p * σ)) kategorinya rendah atau tidak layak. (2.8)

( – (p * σ)) ≤ X< ( + (p * σ)) kategorinya sedang atau layak. (2.9) ( + (p * σ)) ≤ X kategorinya tinggi atau sangat layak (2.10)


(27)

b. Kategori Bukan Jenjang (Nominal)

Menurut Saifuddin (2003:107) kategori ini memiliki tujuan menempatkan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok diagnosis yang tidak memiliki makna “lebih” dan “kurang” atau “tinggi” dan “rendah”. Kasus semacam ini cocok untuk pengelompokkan individu berdasarkan skor Pola Asuh yang diterimanya (Demokratis, Bebas, Otoriter), atau ketika kita akan melakukan kategorisasi Peran Jenis (Feminin, Maskulin, Androgini dan Tidak Tergolongkan).

Biasanya, karena kategori yang dikehendaki adalah kategori nominal maka tidak terletak pada satu kontinum. Artinya kita tidak dapat mengatakan bahwa kalau skor Pola Asuh rendah maka berarti pola asuhnya tipe “bebas” dan kalau skornya lebih tinggi menjadi tipe “demokratis” dan kalau skornya sangat tinggi menjadi “otoriter”.

Dalam konstrak teoritisnya, kategori seperti ini merupakan dimensi-dimensi yang terpisah. Dalam skala, masing-masing diungkapkan oleh aspek atau subskala yang berbeda isinya. Kategori ini terdapat dua komponen yaitu komponen internal dan komponen eksternal yang merupakan item-item yang dimiliki oleh komponen internal. Cara penyelesaian kategorisasi bukan jenjang sebagai berikut:

a. Menentukan komponen internal dan komponen eksternal. b. Menghitung skor pada masing-masing komponen, dengan:

i. Internal : Xint = (ΣXint) / nint (2.11)


(28)

c. Menghitung skor mentah sebagai dasar kategorisasi, yang memiliki komponen rata-rata atau mean (M) dan devisiasi standar (S), dengan:

i. Internal : Zint = (Xint - Mint) / Sint (2.13)

ii. Eksternal : Zeks = (Xeks - Meks) / Seks (2.14)

d. Harga Z minimal adalah 0,5 sebagai ciri adanya kecenderungan arah kendali yang berarti.

2. Kategori berdasarkan Signifikansi Perbedaan

Cara kategorisasi yang kedua adalah dengan menguji signifikansi perbedaan antara mean skor empiris atau mean sampel (M) dan mean teoritis atau mean populasi ( ). Kategori ini bertujuan untuk kategorisasi individu ke dalam jenjang-jenjang rendah, sedang dan tinggi namun tidak mengasumsikan distribusi populasi yang normal. Aplikasinya terutama apabila jumlah individu dalam kelompok yang hendak didiagnosis tidak begitu besar.

Dengan menggunakan cara ini, tidak ditentukan terlebih dahulu kriteria kategorisasinya melainkan ditetapkan interval skor yang mencakup kategori tengah atau kategori sedang. Untuk itu perlu dihitung suatu interval batas-bawah dan batas-atas skor-skor yang berbeda secara signifikan dari harga mean populasi , menurut tingkat kepercayaan yang diinginkan. Hal ini dilakukan dengan rumusan interval:

– t (α / 2,n-1) (S / √n) ≤ X ≤ + t (α / 2,n-1) (S / √n) (2.15)

adalah Mean teoritis pada skala.

t (α / 2,n-1) adalah harga kritis pada taraf signifikasi α / 2 dan derajat kebebasan


(29)

S adalah devisiasi standar skor. n adalah banyaknya subjek.

Interval ini merupakan interval skor yang digolongkan sebagai kategori tengah atau sedang pada taraf signifikasi sebesar α atau taraf kepercayaan sebesar (1-α). Skor yang lebih besar daripada batas-atas interval akan diinterpretasikan sebagai tinggi dan skor yang lebih kecil daripada batas-bawah interval diinterpretasikan sebagai rendah. Contoh, suatu skala harga diri memiliki mean

teoritis sebesar = 120, mean kelompok M = 95, devisiasi standar sebesar S = 24 dan subjek n sebanyak 100 dengan taraf signifikasi α = 0,05. Dari data tersebut, didapatkan t (0,025 / 2,99) = 1,98 (diperoleh dari tabel t). Dengan menggunakan rumus

interval diatas, diperoleh:

= 120 – (1,98)(24 / √100) ≤ X ≤ 120 + (1,98)(24 / √100) = 115,25 ≤ X ≤ 125

Dengan demikian, diperoleh norma kategorisasi diagnosis berdasar skor sebagai berikut bahwa semua subjek yang skornya berada di bawah interval tersebut (X kurang dari 115) didiagnosis sebagai memiliki tingkat harga diri rendah dan semua subjek yang skornya berada diatas interval atau sama dengan interval tersebut didiagnosis sebagai memiliki harga diri yang tinggi.

2.1 Kuesioner

Menurut Hague (1993 : 1) kuesioner merupakan salah satu fondasi dasar riset pasar. Sebuah kuesioner memberikan suatu kerangka dimana pewawancara dapat mencatat jawaban, tanpa kuesioner wawancara tidak akan teratur. Terdapat beberapa tujuan dibuatnya kuesioner, antara lain adalah :


(30)

1. Tujuan dibuatnya kuesioner adalah untuk memperoleh informasi akurat dari responden. Periset berusaha memperoleh gambaran paling dekat tentang keadaan pasar. Informasi yang akurat diperoleh dengan mengajukan pertanyaan yang tepat kepada orang yang tepat pula.

2. Kuesioner memberikan struktur pada wawancara sehingga wawancara dapat berjalan lancar dan terurut.

3. Tujuan ketiga kuesioner adalah memberikan format standar pencatatan fakta, komentar dan sikap.

4. Kuesioner memudahkan pengolahan data.

Terdapat tiga jenis tipe wawancara yang memerlukan tiga tipe kuesioner yang berbeda, antara lain :

1. Terstruktur. Dalam wawancara terstruktur, kuesioner memuat secara tepat semua pertanyaan dan urut-urutan penyampaian pertanyaan. Sebagian besar pertanyaan mempunyai jawaban yang sudah ditentukan sebelumnya, dan hanya sedikit ruang gerak bagi responden untuk menyimpang dari jawaban-jawaban tersebut. Kuesioner dan wawancara terstruktur adalah dasar dari survei kuantitatif yang luas.

2. Semi-terstruktur. Tipe wawancara ini menggunakan kuesioner yang memuat gabungan pertanyaan yang sudah ditentukan dan pertanyaan di mana responden bebas memberikan jawabannya.

3. Tidak terstruktur. Dalam tipe wawancara informal, atau wawancara mendalam ini periset menggunakan sebuah daftar pertanyaan, bukan kuesioner formal di mana jawaban-jawaban dituliskan didaftar tersebut.


(31)

Kuesioner yang berhasil, akan membuat responden memberikan jawaban akurat secara mudah dalam wawancara. Delapan pedoman dalam menyusun kuesioner adalah:

1. Pikirkan sasaran Survei

2. Pikirkan bagaimana wawancara akan dilangsungkan 3. Pikirkan pengetahuan dan kepentingan responden 4. Pikirkan kata pengantar

5. Pikirkan urutan pernyataan 6. Pikirkan tipe pertanyaan

7. Pikirkan jawaban yang mungkin saat memikirkan pertanyaaan 8. Pikirkan bagaimana data akan diolah


(32)

24

PERANCANGAN SISTEM

3.1Identifikasi Masalah

PT. Astra merupakan perusahaan yang bergerak di asuransi. Selama ini PT. Astra mengalami kesulitan untuk melakukan analisa kelayakan pemberian kredit motor berdasarkan data-data yang diajukan pemohon.

Untuk mengetahui kelayakan dari sebuah permohonan kredit motor maka bagian pemberi kredit terlebih dahulu menyebarkan kuesioner kepada beberapa penilai dan kemudian diolah sehingga didapat kelayakan pemberian kredit motor versi penilai. Keluaran dari sistem ini berupa nilai kelayakan (loading) dari permohonan kredit motor yang diajukan oleh pemohon, untuk selanjutnya digunakan untuk memberikan kepastian pemberian kredit motor kepada pemohon. Sebab dari sistem ini bagian pemberi kredit dapat mengetahui kelayakan suatu permohonan kredit di mata penilai, manakah diantara faktor-faktor KTP / KSK, Kepemilikan Rumah, Penghasilan, Rekening Bank, Survey Tetangga, dan Surat Kelakuan Baik Dari Pihak Kepolisian yang lebih berperan dalam mempengaruhi penilai untuk memberikan kelayakan pemberian pinjaman kredit motor kepada pemohon.

3.2Analisa Permasalahan dan Pemecahan

Sebelum membuat aplikasi kelayakan kredit, perlu dibuat soal kuesioner terlebih dahulu. Dalam pembuatan soal kuesioner harus ditentukan teori yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan yang tertera pada identifikasi masalah.


(33)

Setelah melakukan studi pustaka terhadap beberapa teori dan metode, maka metode yang sesuai adalah metode scoring system. Karena mengingat hasil dari kuesioner ini harus akurat, maka diperlukan suatu aplikasi yang digunakan sebagai media untuk melakukan penilaian dan analisa terhadap jawaban penilai sebagai responden tes. Dimana soal yang digunakan sebagai inputan pada aplikasi merupakan data hasil kuesioner. Sedangkan perhitungan kriteria tes dan kategori tes menggunakan metode scoring system, kriteria tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisa jawaban hasil kuesioner dari penilai.

Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Kredit Pemilikan Motor Dengan Metode Scoring System diharapkan dapat membantu bagian pemberi kredit menghasilkan nilai kelayakan guna mendukung keputusan yang akan diambil oleh pihak pemberi kredit dalam pemberian kredit motor kepada pemohon. Dimana hasil analisa ini berupa nilai kelayakan (loading) dari pemohon yang dikeluarkan oleh penilai, untuk selanjutnya digunakan pihak pemberi kredit dalam keputusan akhir untuk memberikan pinjaman kredit motor kepada pemohon.

Adapun langkah yang harus dilakukan untuk melakukan pengolahan data dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Memasukkan data pertanyaan dan data responden 2. Tabulasi jawaban responden hasil kuesioner.

3. Melakukan perhitungan dengan metode scoring system untuk menilai kelayakan kredit berdasarkan jawaban penilai.


(34)

Untuk memperjelas adapun contoh permasalahannya dijabarkan sebagai berikut :

Misalnya ada 10 item pertanyaan yang dipakai dalam skala pengukuran, dan 9 responden yang menjawab. Diberikan angket kuesioner kepada responden untuk menyatakan kelayakan suatu Kredit berdasarkan pada kriteria-kreiteria yang telah ditentukan.

Penyelesaian:

1. Jumlah pertanyaan = 10, Jumlah responden = 9. 2. Tabulasi jawaban responden.

Tabel 3.1 Tabulasi Jawaban Responden Nomor Pertanyaan

Variabel Produk Harga

Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X

A 4 3 3 4 4 3 2 4 3 4 34

B 2 1 1 1 2 4 3 2 2 1 19

C 5 5 4 4 3 3 5 4 4 2 39

D 1 2 1 1 2 2 1 3 2 1 16

E 2 3 2 3 3 2 3 1 2 2 23

F 4 4 5 5 4 4 3 3 4 5 41

G 1 2 1 2 2 1 3 2 2 1 17

H 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 25

I 5 5 4 4 5 5 4 4 3 5 44

∑X 258

3. Perhitungan dengan scoring system untuk menentukan kelayakan kredit. Dari Tabel 3.1 Tabulasi Jawaban Responden maka diperoleh data- data sebagai berikut:

kelayakan untuk semua kriteria. nresponden = 9


(35)

nkategori = 2

ndata = 90

X = 258

Xmin = ndata * score minimum = 90 * 1 = 90

Xmax = ndata * score maximum = 90 * 5 = 450

Luas jarak sebaran = Xmax – Xmin = 450 – 90 = 360 σ = luas jarak sebaran / 6

= 360 / 6 = 60 µ = ndata * nkategori = 90 * 2 = 180 Menghitung p: Zmin = (Xmin - µ) / σ = (90 - 180) / 60 = -15 Zmax = (Xmax - µ) / σ = (450 - 180) / 60 = 4,5

Dari hasil yang diperoleh maka selanjutnya memilih p nilai yang maksimal sehingga dapat ditemukan skala prioritas dengan 3 kategori, yaitu:

1. X < ( – (p * σ)) kategorinya jelek atau tidak layak. 258 < (180 – (4,5 * 60))

258 < -90


(36)

(180 – (4,5 * 60)) ≤ 258 < (180 + (4,5 * 60)) -90 ≤ 258 < 450

3. ( + (p * σ)) ≤ X kategorinya bagus atau sangat layak (180 + (4,5 * 60)) ≤ 258

450 ≤ 258

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa nilai X yaitu 258 terletak pada kriteria ke-2, maka nilai kelayakan pemberian pinjaman kredit motor kepada pemohon adalah sedang atau layak untuk menerima pinjaman kredit motor.

3.3Perancangan Sistem

Sebelum membuat program aplikasi, terlebih dahulu dilakukan proses perancangan sistem. Hal ini dilakukan supaya aplikasi yang dibuat dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan sehingga mampu menghasilkan sistem kelayakan kredit dengan metode scoring system.

Dalam perancangan sistem ini ada beberapa tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Adapun tahapan-tahapan dalam perancangan sistem yang dilakukan adalah pembuatan Diagram Alir, Sistem Flow, Data Flow Diagram (DFD), Entity

Relationship Diagram (ERD), Struktur Database, dan Perancangan Antar Muka.

3.3.1Diagram Alir

Dalam program aplikasi sistem kelayakan kredit berdasarkan dengan metode scoring system ini terdapat 2 proses utama, yaitu proses diagram alir maintenance data yang menggambarkan proses maintenance data master yang akan digunakan dalam sistem ini dan proses diagram alir penilaian kelayakan kredit yang menggambarkan proses perhitungan scoring system yang akan


(37)

digunakan untuk proses penilaian kelayakan permohonan kredit dari pemohon.. Untuk dapat melihat dengan jelas kedua proses tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1 dan gambar 3.2 dibawah ini.

a. Diagram alir maintenance data

Maintenance admin? Maintenance pemohon? Maintenance atribut?

Admin Pemohon Atribut

Mulai Login Status = admin? Tambah admin? Tambah admin Tambah admin Ubah admin? Ubah admin Ubah admin Hapus admin? Hapus admin Hapus admin Tambah pemohon? Tambah pemohon Tambah pemohon Ubah pemohon ? Ubah pemohon Ubah pemohon Hapus pemohon ? Hapus pemohon Hapus pemohon Y Tambah atribut? Tambah atribut Tambah atribut Ubah atribut? Ubah atribut Ubah atribut Hapus atribut? Hapus atribut Hapus atribut Maintenance pengajuan? Tambah pengajuan? Y Tambah pengajuan Tambah pengajuan Ubah pengajuan? Hapus pengajuan? Hapus pengajuan Hapus pengajuan Ubah pengajuan Ubah pengajuan Y Pengajuan

T T

Y Y

Y Y T Y T Y

T T

Y

Y

T T

Y Y

Y

T

Y Y

T T

Y Selesai T T T T

T Penilaian

Input penilaian? Simpan penilaian? Input penilaian Input penilaian Simpan penilaian Simpan penilaian Penilaian Y Y T Y T T

Gambar 3.1 Diagram Alir Maintenance Data

Proses ini dilakukan oleh Administrator. Pada masing-masing

maintenance dapat dilakukan proses penambahan (add), pengubahan (edit) dan penghapusan (delete). Maintenance admin merupakan proses maintenance master data admin yaitu data administrator, pimpinan, dan data penilai. Maintenance

pemohon merupakan proses maintenance master data pemohon. Maintenance

atribut dibuat untuk menginputkan master data atribut yang akan digunakan dalam kuesioner. Maintenance pengajuan adalah maintenance master data pengajuan permohonan kredit motor dari pemohon. Sedangkan maintenance penilaian digunakan untuk menginputkan kuesioner hasil jawaban responden atau penilai dalam hal ini penilai adalah pihak-pihak yang ditunjuk oleh PT. Astra untuk


(38)

memberikan penilaian berupa skala jawaban terhadap data pengajuan yang telah diserahkan oleh pihak Admin. Skala jawaban yang harus diberikan oleh penilai harus berada pada 5 skala mulai dari skala terendah yaitu tidak baik yang akan mendapatkan poin 1 sampai dengan skala yang tertinggi yaitu sangat baik yang akan mendapatkan poin 5.


(39)

b. Diagram alir penilaian kelayakan kredit Mulai Login Status = admin? Data aplikasi kelayakan kredit beserta keterangannya Penilaian kelayakan kredit

dengan Scoring System?

Input data: Rentang minimum (Xmin), Rentang maksimum (Xmax), Luas jarak sebaran, Mean

teoritis (µ), Devisiasi standar (s )

Menghitung :

Xmin = ndata * score minimum. Xmax = ndata * score maksimum. Luas jarak sebaran = Xmax - Xmin. s = luas jarak sebaran / 6. µ = ndata * nkategori

Menghitung nilai p : Zmin = (Xmin - µ) / s Zmax = (Xmax - µ) / s

Pmin < Pmax?

•ΧX < (µ – (Pmax * s )) kategorinya jelek atau tidak layak. •Χ(µ – (Pmax * s )) = X< (µ + (Pmax * s )) kategorinya sedang atau layak.

•Χ(µ + (Pmin * s )) = X kategorinya bagus atau sangat layak Perhitungan :

•ΧX < (µ – (Pmax * s )) kategorinya jelek atau tidak layak. •Χ(µ – (Pmax * s )) = X< (µ + (Pmax * s )) kategorinya sedang atau layak.

•Χ(µ + (Pmax * s )) = X kategorinya bagus atau sangat layak

•ΧX < (µ – (Pmin * s )) kategorinya jelek atau tidak layak. •Χ(µ – (Pmin * s )) = X< (µ + (Pmin * s )) kategorinya sedang atau layak.

•Χ(µ + (Pmin * s )) = X kategorinya bagus atau sangat layak Perhitungan :

•ΧX < (µ – (Pmin * s )) kategorinya jelek atau tidak layak. •Χ(µ – (Pmin * s )) = X< (µ + (Pmin * s )) kategorinya sedang atau layak.

•Χ(µ + (Pmin * s )) = X kategorinya bagus atau sangat layak

T Y Selesai Admin DetailAtr Pengajuan Y Penilaian Pengajuan Atribut Pemohon Data kuesioner Y T T

Gambar 3.2 Diagram Alir Penilaian Kelayakan Kredit

Proses ini dilakukan oleh Administrator. Untuk melakukan penilaian kelayakan kredit ini pertama-tama menginputkan data kuesioner dari jawaban


(40)

responden. Responden disini adalah pihak penilai yang ditunjuk oleh pihak perusahaan untuk menilai kelayakan permohonan kredit motor dari pemohon.

Kemudian proses penilaian kelayakan kredit dengan scoring system.

Penentuan kategorisasi skala prioritas secara kategorisasi jenjang (ordinal). Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menentukan skala kategorisasi yaitu perhitungan statistik deskriptif, penentuan nilai p dan perhitungan rentang skala kategorisasi. Hasil dari sistem ini menunjukkan skala kategori pada permohonan pengajuan kredit motor dari pemohon. Kategori yang dihasilkan sejumlah 3 (tiga) kategori yaitu tidak layak, layak, dan sangat layak untuk dilakukannya penentuan kelayakan kredit guna mendukung proses pengambilan keputusan pihak pimpinan dalam memberikan kelayakan pemohon untuk mengajukan kredit motor.

3.3.2System Flow

System Flow menunjukkan jalannya program aplikasi secara garis besar.

Dalam system flow juga terlihat pengguna dari program aplikasi ini yaitu admin, penilai, dan pimpinan. System flow sangat membantu dalam pembuatan suatu program aplikasi. Karena selain menunjukkan jalannya program aplikasi dan pengguna, system flow juga memperlihatkan database yang dibutuhkan oleh aplikasi. System Flow yang dibuat dalam aplikasi sistem kelayakan kredit dengan metode scoring system. Untuk dapat melihat dengan jelas proses dari System Flow


(41)

Admin Mulai Penilai Pimpinan kuesioner Data kuesioner Ketetapan kuesioner kuesioner kuesioner Perhitungan penilaian kelayakan kredit Penilaian Pengajuan Admin DetailAtr Pengajuan Pemohon Atribut Penilaian kelayakan kredit

dengan Scoring System?

Proses pembuatan laporan Selesai 1 Lap. Kelayakan Kredit 1 Lap. Kelayakan Kredit 2 Lap. Kelayakan Kredit

Gambar 3.4 System Flow Penilaian Kelayakan Kredit

Proses system flow ini dimulai dari pimpinan memberikan dokumen ketetapan kuesioner kebagian admin kemudian mengolahnya kedalam data kuesioner menjadi form kuesioner yang diberikan ke responden, responden disini adalah penilai yang ditunjuk pihak perusahaan untuk memberikan penilaian terhadap kelayakan permohonan kredit motor oleh pemohon. Dari form kuesioner


(42)

yang telah dijawab oleh penilai kemudian dilakukan proses kelayakan kredit berdasarkan dengan scoring system. Proses-proses dalam system flow ini meliputi: 1. Proses Perhitungan Penilaian Kelayakan Kredit

2. Proses Pembuatan Laporan

3.3.3Diagram Berjenjang

0 SPK Kelayakan Kredit Motor

1 Master Data 2 Pengajuan 3 Laporan 1.1 Master Admin 1.2 Master Atribut 2.1 Pendataan Pengajuan 2.2 Penilaian Atribut Level 0 Level 1 Level 2 2.3 Perhitungan Scoring System 1.3 Master Pemohon

Gambar Diagram Berjenjang

Dari gambar diatas bahwa sistem ini mempunyai satu proses utama, yaitu SPK Kelayakan Kredit Motor. Dan proses utama ini mempunyai 3 sub proses, yaitu proses Master Data untuk melakukan proses maintenance data master, proses Pengajuan untuk mengolah data pengajuan permohonan kredit motor, dan proses Laporan untuk melaporkan hasil pengajuan. Proses Master Data mempunyai 3 proses, yaitu proses Master Admin, Master Atribut, dan Master Pemohon. Sedangkan untuk proses Pengajuan terdiri dari 3 sub proses yaitu proses Pengajuan, Penilaian Atribut, dan Perhitungan Scoring System.


(43)

3.3.4Data Flow Diagram

Data flow diagram (DFD) berfungsi untuk menggambarkan proses aliran data yang terjadi di dalam sistem dari tingkat yang tertinggi sampai yang terendah sehingga memungkinkan untuk dilakukan proses dekomposis, partisi atau pembagian sistem kedalam bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih sederhana. Data Flow Diagram (DFD) pada Aplikasi Sistem Kelayakan Kredit Dengan Metode Scoring System terdiri atas contex diagram, sampai dengan DFD level 1

a. Contex Diagram

Laporan Hasil Pengajuan

Penilaian Atribut Maintenance Data Pengajuan

Maintenance Data Atribut

Maintenance Data Pemohon Maintenance Data Admin

1 SPK Kelayakan Kredit Motor+ Admin

Penilai

Pimpinan

Gambar 3.5 Contex Diagram Aplikasi Sistem Kelayakan Kredit Dengan Metode

Scoring System

Gambar 3.5 diatas merupakan gambar Context Diagram yang akan digunakan pada sistem ini. Pada context diagram ini hanya entity yang berhubungan dengan sistem (yaitu Admin, Pimpinan dan Penilai) dan aliran data yang dapat terlihat sedangkan proses-proses yang akan dilakukan di dalam sistem belum dapat terlihat


(44)

b. DFD Level 0

Ambil Hasil Pengajuan Simpan Penilaian Atribut

Simpan Atribut Pengajuan

Simpan Data Pengajuan Ambil Data Admin

Ambil Data Atribut

Ambil Data Pemohon Simpan Data Pemohon

Simpan Data Atribut

Simpan Data Admin

[Laporan Hasil Pengajuan] [Penilaian Atribut] [Maintenance Data Pengajuan]

[Maintenance Data Atribut]

[Maintenance Data Pemohon]

[Maintenance Data Admin]

Admin Penilai Pimpinan 1.1 Master Data + 1.2 Pengajuan + 1.3 Laporan 1 Admin 2 Atribut 3 Pemohon 4 Pengajuan 5 DetailAtr 6 Penilaian

Gambar 3.6 Data Flow Diagram Level 0

Data Flow Diagram Level 0 merupakan proses pendetailan sistem untuk memudahkan seorang pengelolah data untuk melakukan proses pembangunan dan pengembangan sistem.


(45)

Pada diagram level ini, proses sistem dipecah menjadi tiga bagian proses utama. Ketiga proses tersebut adalah

1. Proses master data 2. Proses Pengajuan 3. Laporan

c. DFD Level 1 Proses Master Data

[Simpan Data Pemohon]

[Simpan Data Atribut] [Simpan Data Admin]

[Maintenance Data Atribut]

[Maintenance Data Pemohon] [Maintenance Data Admin]

Admin 1 Admin 2 Atribut 3 Pemohon 1.1.1 Master Admin 1.1.2 Master Pemohon 1.1.3 Master Atribut

Gambar 3.7 DFD Level 1 Proses Master Data

Data Flow Diagram Level 1 Proses Master Data merupakan pendetailan dari proses master data yang telah ada pada level sebelumnya. Pada level ini, proses dipecah menjadi tiga proses yang lebih detail, yaitu proses master admin, proses master pemohon, dan proses master atribut. Fungsi dari ketiga proses tersebut adalah

1. Master Admin

Proses master admin digunakan untuk menambah, mengubah dan menghapus data admin.

2. Master Pemohon

Proses master pemohon digunakan untuk menambah, mengubah dan menghapus data pemohon.


(46)

3. Master Atribut

Proses master atribut digunakan untuk menambah, mengubah dan menghapus data atribut.

d. DFD Level 1 Proses Pengajuan

Simpan Hasil Pengajuan Ambil Daftar Atribut

Ambil Data Penilaian [Simpan Penilaian Atribut]

[Simpan Atribut Pengajuan] [Simpan Data Pengajuan]

[Ambil Data Admin] [Ambil Data Atribut]

[Ambil Data Pemohon]

[Penilaian Atribut] [Maintenance Data Pengajuan] Admin Penilai 3 Pemohon 2 Atribut 1 Admin 4 Pengajuan 5 DetailAtr 6 Penilaian 1.2.1 Pendataan Pengajuan 1.2.2 Penilaian Atribut 1.2.3 Perhitungan Scoring System

Gambar 3.7 DFD Level 1 Proses Pengajuan

Data Flow Diagram Level 1 Proses Pengajuan merupakan pendetailan dari proses pengajuan pada level sebelumnya. Pada level ini, proses dipecah menjadi tiga proses yang lebih detail. Ketiga proses tersebut adalah

1. Pendataan Pengajuan

Proses pendataan pengajuan digunakan untuk menambah, mengubah dan menghapus data pengajuan permohonan kredit motor.


(47)

2. Penilaian Atribut

Proses penilaian atribut digunakan untuk menambah, mengubah dan menghapus data penilaian dari pihak penilai terhadap pengajuan permohonan kredit motor dari pihak pemohon.

3. Perhitungan Scoring System

Proses Perhitungan Scoring System digunakan untuk melakukan proses perhitungan jawaban dari penilai terhadap data pengajuan permohonan kredit motor dengan menggunakan metode scoring system sehingga diperoleh hasil proses yang berupa kelayakan suatu permohonan kredit motor dari pemohon.

3.3.5Entity Relationship Diagram

Entity Relationship Diagram merupakan suatu desain sistem yang digunakan untuk merepresentasikan, menentukan dan mendokumentasikan kebutuhan-kebutuhan sistem dalam pemrosesan database. ERD juga menunjukkan hubungan (relasi) antar tabel. ERD terdiri atas Conceptual Data


(48)

A. Conceptual Data Model (CDM) Relation_515 Relation_514 Relation_513 Relation_512 Relation_511 Pemohon KodePmh NamaPmh AlamatPmh TelpPmh KotaPmh FaxPmh Atribut KodeAtr NamaAtr Pengajuan KodeAju TanggalAju Xmin_P Xmax_P nData_P ScoreMin_P ScoreMax_P Sebaran_P StdDev_P Miu_P nKat_P Zmin_P Zmax_P P_P X_P Ket_P R_P Se_P DetailAtr KodeDetAtr Penilaian SkalaAtr NilaiAtr Admin KodeAdm NamaAdm PinAdm HakAdm


(49)

B. Physical Data Model (PDM)

KODEPMH = KODEPMH

KODEATR = KODEATR KODEAJU = KODEAJU

KODEDETATR = KODEDETATR

KODEADM = KODEADM

PEMOHON KODEPMH Text(15) NAMAPMH Text(40) ALAMATPMH Text(50) TELPPMH Text(40) KOTAPMH Text(40) FAXPMH Text(40) ATRIBUT KODEATR Text(20) NAMAATR Text(250) PENGAJUAN KODEAJU Text(20) KODEPMH Text(15) TANGGALAJU DateTime XMIN_P Single XMAX_P Single NDATA_P Single SCOREMIN_P Single SCOREMAX_P Single SEBARAN_P Single STDDEV_P Single MIU_P Single NKAT_P Single ZMIN_P Single ZMAX_P Single P_P Single X_P Single KET_P Text(50) R_P Single SE_P Single DETAILATR KODEDETATR Text(40) KODEAJU Text(20) KODEATR Text(20) PENILAIAN KODEADM Text(50) KODEDETATR Text(40) SKALAATR Text(30) NILAIATR LongInteger ADMIN KODEADM Text(50) NAMAADM Text(50) PINADM Text(50) HAKADM Text(50)

Gambar 3.9 Physical Data Model (CDM)

3.3.6Struktur Database

Tabel-tabel yang digunakan dalam aplikasi ini adalah: 1. Nama Tabel : Pemohon

Fungsi : Menyimpan data pemohon Tabel 3.4 Pemohon

No. Nama Kolom Tipe Data Panjang Ket.

1 KodePmh Text 15 PK

2 NamaPmh Text 40

3 AlamatPmh Text 50

4 TelpPmh Text 40

5 KotaPmh Text 40


(50)

2. Nama Tabel : Admin

Fungsi : Menyimpan data admin Tabel 3.5 Admin

No. Nama Kolom Tipe Data Panjang Ket.

1 KodeAdm Text 50 PK,FK

2 NamaAdm Text 50

3 PinAdm Text 50

4 HakAdm Text 50

3. Nama Tabel : Atribut

Fungsi : Menyimpan data atribut Tabel 3.6 Atribut

No. Nama Kolom Tipe Data Panjang Ket.

1 KodeAtr Text 20 PK

2 NamaAtr Text 250

4. Nama Tabel : Penilaian

Fungsi : Menyimpan data penilaian Tabel 3.7 Penilaian

No. Nama Kolom Tipe Data Panjang Ket.

1 KodeAdm Text 50 FK

2 KodeDetAtr Text 40 FK

3 SkalaAtr Text 30

4 NilaiAtr Number

5. Nama Tabel : DetailAtr

Fungsi : Menyimpan data detail atribut Tabel 3.8 DetailAtr

No. Nama Kolom Tipe Data Panjang Ket.

1 KodeDetAtr Text 40 FK

2 KodeAju Text 20 FK


(51)

6. Nama Tabel : Pengajuan

Fungsi : Menyimpan data pengajuan Tabel 3.9 Pengajuan

No. Nama Kolom Tipe Data Panjang Ket.

1 KodeAju Text 20 PK

2 KodePmh Text 15 FK

3 TanggalAju DateTime

4 XMIN_P Number

5 XMAX_P Number

6 NDATA_P Number

7 SCOREMIN_P Number

8 SCOREMAX_P Number

9 SEBARAN_P Number

10 STDDEV_P Number

11 MIU_P Number

12 NKAT_P Number

13 ZMIN_P Number

14 ZMAX_P Number

15 P_P Number

16 X_P Number

17 KET_P Text 50

18 R_P Number

19 SE_P Number

3.4Perancangan Antar Muka

Untuk menjalankan Aplikasi Sistem Kelayakan Kredit Dengan Metode Scoring System ini dibutuhkan beberapa desain form input dan output yang digunakan sebagai sarana untuk melakukan proses yaitu:

3.4.1Desain Form Login

Form Logindigunakan untuk melakukan login masuk ke dalam aplikasi. Pada form ini tersedia dua buah inputan, yaitu User yang berupa text dan Password yang berupa hidden text. User diharuskan menginputkan User dan


(52)

memasukan kata kunci disertai menekan tombol OK. Apabila proses verifikasi dan autentifikasi berhasil, akan muncul Form Menu Utama yang merupakan kumpulan dari semua menu yang ada. Bila gagal, user akan diberi peringatan kegagalan. Dan apabila tidak jadi melakukan login maka menekan tombol Cancel.

Nama

Pin

Gambar 3.10 Desain Form Login

3.4.2Desain Form Menu Utama

Form menu utama dari sistem ini terbagi ke dalam tiga sub menu utama, yaitu master data, penilaian dan laporan. Setiap sub menu utama memiliki sejumlah menu yang lebih spesifik. Untuk mengetahui hirarki menu yang terdapat pada sistem ini, dapat dilihat pada gambar 3.11.


(53)

User Login Logout Admin Exit

Master Data Atribut Pemohon

Penilaian Data Pengajuan Penilaian Atribut Perhitungan Scoring System

Laporan

Laporan Hasil Pengajuan

Gambar 3.11 Desain Form Menu Utama

Pada gambar 3.11 menjelaskan rancang form menu utama untuk sistem ini. Menu master data memiliki beberapa sub menu lagi yang mencakup menu atribut, dan menu pemohon. Menu penilaian memiliki beberapa sub menu lagi yang mencakup yaitu menu data pengajuan, menu penilaian atribut, dan menu perhitungan scoring system. Sedangkan pada menu laporan hanya mencakup laporan hasil pengajuan.

3.4.3 Desain Form Master Admin

Form master admin digunakan untuk mengolah dan menginputkan data admin. Tampilan desain form master admin terlihat pada Gambar dibawah ini.


(54)

Kode

Nama

Pin

Hak

Gambar 3.13 Desain Form MasterAdmin

3.4.4 Desain Form Master Pemohon

Form master pemohon digunakan untuk mengolah dan menginputkan data pemohon. Tampilan desain form master pemohon terlihat pada Gambar dibawah ini.


(55)

Kode

Nama

Alamat

Telepon

Gambar 3.14 Desain Form Master Pemohon

3.4.5 Desain Form Master Atribut

Form master atribut digunakan untuk mengolah dan menginputkan data atribut. Tampilan desain form master atribut terlihat pada Gambar dibawah ini.


(56)

Kode

Nama

Gambar 3.15 Desain Form Maintenance Atribut

3.4.6 Desain Form Data Pengajuan

Form data pengajuan digunakan untuk mengolah dan menginputkan data pengajuan permohonan kredit. Tampilan desain form data pengajuan terlihat pada Gambar dibawah ini.


(57)

Nomor

Nama Pemohon

Tanggal

Gambar 3.16 Desain FormData Pengajuan

3.4.7 Desain Form Penilaian Atribut

Form penilaian atribut digunakan untuk mengolah dan menginputkan data penilaian atribut dari penilai. Tampilan desain form penilaian atribut terlihat pada Gambar dibawah ini.


(58)

Nomor

Nama Pemohon

Tanggal

Gambar 3.17 Desain FormPenilaian Atribut

3.4.8 Desain Form Perhitungan Scoring System

Form perhitungan scoring system digunakan untuk melakukan proses perhitungan jawaban penilai dengan menggunakan metode scoring system sehingga diperoleh hasil perhitungan berupa kelayakan permohonan kredit dari pemohon.. Tampilan desain form perhitungan scoring system terlihat pada Gambar dibawah ini.


(59)

Nomor

Nama Pemohon Tanggal


(60)

51

IMPLEMENTASI SISTEM

4.1

Implementasi

Dalam tahap ini dijelaskan mengenai implementasi perangkat lunak.

Perangkat lunak yang dibangun dikembangkan dengan menggunakan bahasa

pemrograman visual basic Net 2005 dan untuk database menggunakan Microsoft

Access.

4.2

Kebutuhan sistem

Aplikasi Sistem Kelayakan Kredit Dengan Metode Scoring System ini

memerlukan perangkat lunak (

software

) dan perangkat keras (

hardware

), agar dapat

berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun perangkat lunak yang digunakan yaitu :

a.

Sistem operasi Windows 98/Me/2000/XP

b.

Aplikasi bahasa pemrograman adalah Visual Basic Net 2005

c.

Database untuk mengolah data adalah Microsoft Access

Perangkat keras yang digunakan yaitu :

a.

Prosessor Pentim IV atau lebih.

b.

Memory 512 Mb

c.

Harddisk 120 Gb

d.

VGA 64 Mb.

e.

Monitor

f.

Keyboard dan mouse

4.3

Instalasi Program dan Pengaturan Sistem

Pengembangan Aplikasi Sistem Kelayakan Kredit Dengan Metode Scoring

System ini membutuhkan perangkat lunak yang sudah terinstalasi, adapun tahapan –

tahapan instalasi dan pengaturan (

setting

) sistem yaitu :


(61)

1.

Install sistem operasi Windows 98/Me/2000/XP

2.

Install aplikasi program Visual Basic Net 2005

3.

Install aplikasi database Microsoft Access

4.4

Implementasi Program

Untuk menjalankan Aplikasi Sistem Kelayakan Kredit Dengan Metode

Scoring System ini dibutuhkan beberapa form input dan output yang digunakan

sebagai sarana untuk melakukan proses yaitu:

4.4.1 Form Menu Utama

Form menu utama dari system ini terbagi ke dalam tiga sub menu utama,yaitu

master data, penilaian dan laporan. Setiap sub menu utama memiliki sejumlah menu

yang spesifik. Untuk mengetahui hirarki menu yang terdapat pada system ini, dapat

dilihat pada gambar 3.11.


(62)

Pada gambar diatas menjelaskan form menu utama untuk sistem ini. Menu

master data memiliki beberapa sub menu lagi yang mencakup menu atribut, dan menu

pemohon. Menu penilaian memiliki beberapa sub menu lagi yang mencakup yaitu

menu data pengajuan, menu penilaian atribut, dan menu perhitungan

scoring system

.

Sedangkan pada menu laporan hanya mencakup laporan hasil pengajuan.

4.4.2 Form

Master

Admin

Form

master admin

digunakan untuk mengolah dan menginputkan data.

Tugas admin disini sebagai menginput data yang ada di aplikasi ini. Tampilan form

master

admin

terlihat pada gambar dibawah ini.


(63)

4.4.3 Form

Master

Pemohon

Form

master

pemohon digunakan untuk mengolah dan menginputkan data

dari pemohon. Diform ini pemohon diwajibkan untuk mengisi data yang lengkap dari

nama, kode yang akan di inputkan kemudian alamat pemohon dan nomer telepon

pemohon agar penilai dapat menentukan pemohon tersebut. Tampilan form

master

pemohon terlihat pada Gambar dibawah ini.

Gambar Form 4.3

Master

Pemohon

4.4.4 Form

Master

Atribut

Form

master

atribut digunakan untuk mengolah dan menginputkan data

atribut. Pemohon berhak mengisi syarat apa yang diajukan untuk melakukan kredit

motor tersebut seperti tanda pengenal KTP dan Kartu Keluarga. Tampilan form


(64)

Gambar form 4.4

Maintenace

Atribut

4.4.5 Form Data Pengajuan

Form data pengajuan digunakan untuk mengolah dan menginputkan data

pengajuan permohonan kredit seperi nomer pengisian pemohon,tanggal pemohon

menginputkan data serta nama pemohon itu sendiri sehingga penilai dapat

menentukan apakah pemohon berhak layak untuk kredit kepemilikan motor itu.

Tampilan form data pengajuan terlihat pada Gambar dibawah ini.


(65)

Gambar 4.5 Form Data pengajuan

4.4.6 Form Penilaian Atribut

Form penilaian atribut digunakan untuk mengolah dan menginputkan data

penilaian atribut dari penilai. Jadi hanya seorang penilai yang bisa menentukan layak

atau tidaknya. pemohon tampilan form ini terletak dari daftar atribut pemohon itu

sendiri . Tampilan form penilai atribut terlihat pada gambar dibawah ini.


(66)

Gambar 4.6 Form Penilai Atribut

4.4.7 Form Perhitungan Scoring System

Form perhitungan scoring system digunakan untuk melakukan proses

perhitungan jawaban penilai dengan menggunakan metode scoring system sehingga

diperoleh hasil perhitungan berupa kelayakan permohonan kredit dari pemohon.

Tampilan form perhitungan scoring systemterlihat pada gambar dibawah ini.


(67)

Gambar 4.7 Form Perhitungan Scoring System

4.4.8 Form Laporan hasil Pemohon

Form ini digunakan untuk mencetak hasil laporan pemohon apakah pomohon

berhak untuk mengajukan kelayakan kredit motor apa tidak terlihat dari tabel hasil

perhitungan pemohon yang akan dinilai dan dari hasil permohonan kredit yang

dihitung dari atribut pemohon .


(68)

(69)

60

EVALUASI DAN UJICOBA

5.1

Ujicoba Aplikasi

Untuk menjalankan Aplikasi Sistem Kelayakan Kredit Dengan Metode

Scoring System ini diperlukan beberapa form input dan output yang digunakan

sebagai sarana melakukan proses untuk membuka aplikasi yaitu :

5.1.1 Form Menu Utama

Form menu utama dari system ini terbagi ke dalam tiga sub menu utama,yaitu

master data, penilaian dan laporan. Setiap sub menu utama memiliki sejumlah menu

yang spesifik. Untuk mengetahui hirarki menu yang terdapat pada system ini, dapat

dilihat pada gambar 3.11.


(70)

Pada gambar diatas menjelaskan form menu utama untuk sistem ini. Menu

master data memiliki beberapa sub menu lagi yang mencakup menu atribut, dan menu

pemohon. Menu penilaian memiliki beberapa sub menu lagi yang mencakup yaitu

menu data pengajuan, menu penilaian atribut, dan menu perhitungan

scoring system

.

Sedangkan pada menu laporan hanya mencakup laporan hasil pengajuan.

5.1.2 Form

Master

Admin

Form

master admin

digunakan untuk mengolah dan menginputkan data.

Tugas admin disini sebagai menginput data yang ada di aplikasi ini. Tampilan form

master

admin

terlihat pada gambar dibawah ini.


(71)

5.1.3 Form Data Pengajuan

Form data pengajuan digunakan untuk mengolah dan menginputkan data

pengajuan permohonan kredit seperi nomer pengisian pemohon,tanggal pemohon

menginputkan data serta nama pemohon itu sendiri sehingga penilai dapat

menentukan apakah pemohon berhak layak untuk kredit kepemilikan motor itu.

Tampilan form data pengajuan terlihat pada Gambar dibawah ini.

Gambar 5.3 Form Data Pengajuan

Skenario 1

Misalnya ada seorang pemohon bernama fandi dia memilih 3item atribut yang

dipakai dalam skala pengukuran, dan 3 seorang penilai yang menjawab. Diberikan


(72)

angket kuesioner kepada responden(penilai) untuk menyatakan kelayakan suatu

Kredit berdasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

Penyelesaian:

1.

Jumlah pertanyaan = 3 diberikan kepada pemohon

2.

, Jumlah responden = 3.yang menyatakan layak atau tidak

3.

Tabulasi jawaban responden.

Tabel 5.1 Tabulasi Jawaban Responden

Atribut

Responden

1

2

3

X

A

4

3

4

11

B

2

1

1

4

C

5

5

5

15

X

30

4.

Perhitungan dengan scoring system untuk menentukan kelayakan kredit.

Dari Tabel 5.1 Tabulasi Jawaban Responden maka diperoleh data- data sebagai

berikut:

kelayakan untuk semua kriteria.

n

responden

= 3

n

atribut

= 3

n

kategori

= 3


(73)

X = 30

Xmin = ndata * score minimum

= 9 * 1 = 9

Xmax = ndata * score maximum

= 9 * 5 = 45

Luas jarak sebaran = Xmax – Xmin

= 45 – 9 = 36

σ

= luas jarak sebaran / 6

= 36 / 6 = 6

µ = ndata * nkategori

= 9 * 3 = 27

Menghitung p:

Zmin = (Xmin - µ) /

σ

= (9 - 27) / 6 = -3

Zmax = (Xmax - µ) /

σ


(74)

Dari hasil yang diperoleh maka selanjutnya memilih p

nilai yang maksimal

sehingga dapat ditemukan skala prioritas dengan 3 kategori, yaitu:

1.

X < ( – (p *

σ

))

kategorinya jelek atau tidak layak.

30 < (27 – (3 * 6))

30 < 9

2.

( – (p *

σ

))

X< ( + (p *

σ

))

kategorinya sedang atau layak.

(27 – (3 * 6))

30 < (27 + (3 * 6))

9

30 < 45

3.

( + (p *

σ

))

X

kategorinya bagus atau sangat layak

(27 + (3 * 6))

30

45

30

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa nilai X yaitu 30 terletak pada

kriteria ke-2, maka nilai kelayakan pemberian pinjaman kredit motor kepada

pemohon adalah sedang atau layak untuk menerima pinjaman kredit motor.

Untuk dapat melihat hasil dari implementasi skenario diatas terhadap

aplikasi, dapat dilihat pada gambar 5.3 yang menggambarkan jawaban dari responden

yang sudah dikonversi dalam bentuk angka, gambar 5.4 yang menggambarkan hasil

perhitungan scoring system, dan gambar 5.5 yang menggambarkan hasil analisa dari


(75)

perhitungan scoring system yang telah diperoleh pada gambar 5.4. Form tampilan

dari gambar 5.3 sampai dengan gambar 5.5 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

1.

Tampilan Tabulasi Jawaban Responden

Gambar 5.4 Tampilan Tabulasi Jawaban Responden

Dari Gambar 5.5 Hasil perhitungan Scoring System menyatakan bahwa Fandi

layak untuk memiliki kredit motor sesuai dengan ketentuan perhitungan Scoring

system. Pemohon dinyatakan layak karena pemohon telah memenuhi criteria-kriteria

yang ditentukan penilai.


(76)

2.

Tampilan Hasil Perhitungan Scoring System

Gambar 5.5 Tampilan Hasil Perhitungan Scoring system

3.

Tampilan Hasil Analisa


(77)

Skenario 2

Fandi memiliki 3 item atribut yang dipakai dalam skala pengukuran, dan 3 penilai

yang menjawab. Diberikan angket kuesioner kepada responden(penilai) untuk

menyatakan kelayakan suatu Kredit berdasarkan pada kriteria-kriteria yang telah

ditentukan.

Penyelesaian:

1.

Jumlah pertanyaan = 3, Jumlah responden = 3.

2.

Tabulasi jawaban responden.

Tabel 5.2 Tabulasi Jawaban Responden

Atribut

Responden

1

2

3

X

A

5

5

5

15

B

5

5

5

15

C

5

5

5

15

X

45

3.

Perhitungan dengan scoring system untuk menentukan kelayakan kredit.

Dari Tabel 5.2 Tabulasi Jawaban Responden maka diperoleh data- data sebagai

berikut:

kelayakan untuk semua kriteria.

n

responden

= 3


(78)

n

kategori

= 3

n

data

= 9

X = 45

Xmin = ndata * score minimum

= 9 * 1 = 9

Xmax = ndata * score maximum

= 9 * 5 = 45

Luas jarak sebaran = Xmax – Xmin

= 45 – 9 = 36

σ

= luas jarak sebaran / 6

= 36 / 6 = 6

µ = ndata * nkategori

= 9 * 3 = 27

Menghitung p:

Zmin = (Xmin - µ) /

σ


(79)

Zmax = (Xmax - µ) /

σ

= (45 - 27) / 6 = 3

Dari hasil yang diperoleh maka selanjutnya memilih p

nilai yang maksimal

sehingga dapat ditemukan skala prioritas dengan 3 kategori, yaitu:

1.

X < ( – (p *

σ

))

kategorinya jelek atau tidak layak.

45 < (27 – (3 * 6))

45 < 9

2. ( – (p *

σ

))

X< ( + (p *

σ

))

kategorinya sedang atau layak.

(27 – (3 * 6))

45 < (27 + (3 * 6))

9

45 < 45

3. ( + (p *

σ

))

X

kategorinya bagus atau sangat layak

(27 + (3 * 6))

45

45

45

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa nilai X yaitu 45 terletak pada

kriteria ke-3, maka nilai kelayakan pemberian pinjaman kredit motor kepada

pemohon adalah sangat layak untuk menerima pinjaman kredit motor.


(80)

Untuk dapat melihat hasil dari implementasi skenario diatas terhadap

aplikasi, dapat dilihat pada gambar form tampilan dibawah ini

1.

Tampilan Tabulasi Jawaban Responden

Gambar 5.7 Tampilan Tabulasi Jawaban Responden

Dari gambar 5.5 fandi terletak pada kriteria ke-3, maka nilai kelayakan

pemberian pinjaman kredit motor kepada pemohon adalah sangat layak untuk

menerima pinjaman kredit motor. Karena dia memiliki syarat-syarat yang diajukan

telah benar.


(81)

2.

Tampilan Hasil Perhitungan Scoring System

Gambar 5.8 Tampilan Hasil Perhitungan Scoring System

Dari Gambar 5.6 Hasil perhitungan Scoring System Fandi sangat layak untuk

memiliki kredit motor sesuai dengan ketentuan perhitungan Scoring system.

3.

Tampilan Hasil Analisa


(82)

70

BAB VI PENUTUP

Pada bab terakhir ini, beberapa kesimpulan dan saran yang bisa diberikan berdasarkan program aplikasi sistem kelayakan produk berdasarkan Perilaku Konsumen dengan metode scoring system.

5.1Kesimpulan

Secara umum Aplikasi Sistem Kelayakan Kredit Pemilikan Motor dgn menggunakan Metode Scoring System ini telah berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Beberapa kesimpulan yang didapatkan dari sistem ini adalah sebagai berikut :

1. Sistem ini bisa mengelola data para pemohon.

2. Sistem ini dapat melakukan proses pengelolaan data melalui pengisian kuisioner yang akan di seleksi apakah pemohon memiliki syarat untuk mengajukan kepemilikan motor tersebut. Dan dari data tersebut system ini dapat mengetahui layak atau tidaknya.

3. Sistem dapat mengetahui laporan siapa saja pemohon yang berhak memiliki motor tersebut melalui perhitungan scoring system.


(1)

Untuk dapat melihat hasil dari implementasi skenario diatas terhadap

aplikasi, dapat dilihat pada gambar form tampilan dibawah ini

1.

Tampilan Tabulasi Jawaban Responden

Gambar 5.7 Tampilan Tabulasi Jawaban Responden

Dari gambar 5.5 fandi terletak pada kriteria ke-3, maka nilai kelayakan

pemberian pinjaman kredit motor kepada pemohon adalah sangat layak untuk

menerima pinjaman kredit motor. Karena dia memiliki syarat-syarat yang diajukan

telah benar.


(2)

72

2.

Tampilan Hasil Perhitungan Scoring System

Gambar 5.8 Tampilan Hasil Perhitungan Scoring System

Dari Gambar 5.6 Hasil perhitungan Scoring System Fandi sangat layak untuk

memiliki kredit motor sesuai dengan ketentuan perhitungan Scoring system.

3.

Tampilan Hasil Analisa


(3)

70 BAB VI PENUTUP

Pada bab terakhir ini, beberapa kesimpulan dan saran yang bisa diberikan berdasarkan program aplikasi sistem kelayakan produk berdasarkan Perilaku Konsumen dengan metode scoring system.

5.1Kesimpulan

Secara umum Aplikasi Sistem Kelayakan Kredit Pemilikan Motor dgn menggunakan Metode Scoring System ini telah berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Beberapa kesimpulan yang didapatkan dari sistem ini adalah sebagai berikut :

1. Sistem ini bisa mengelola data para pemohon.

2. Sistem ini dapat melakukan proses pengelolaan data melalui pengisian kuisioner yang akan di seleksi apakah pemohon memiliki syarat untuk mengajukan kepemilikan motor tersebut. Dan dari data tersebut system ini dapat mengetahui layak atau tidaknya.

3. Sistem dapat mengetahui laporan siapa saja pemohon yang berhak memiliki motor tersebut melalui perhitungan scoring system.


(4)

71

5.2Saran

Adapun saran – saran untuk pengembangan sistem ini antara lain :

1. Sistem ini dapat dikembangkan dengan menggunakan database yang dapat menampung data yang lebih besar dibandingkan dengan Microsoft Access, seperti SQL Server, Oracle, dan lain-lain.

2. Aplikasi ini akan lebih sempurna jika dibuat sistem yang bersifat multi pengguna dan multi komputer sehingga sistem ini dapat mengarah pada sistem yang bersifat jaringan. Sehingga pihak-pihak yang berkaitan seperti konsumen maupun pemohon, dapat menggunakan system ini sesuai dengan informasi yang diinginkannya.

3. Sistem dapat dikembangkan lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan uji coba kuesioner secara online dengan menggunakan teknologi internet.


(5)

Andi, 2006. Pemrogaman Visual Basic.Net 2005, C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta.

Hague, Paul. 1993. Merancang Kuesioner, PT. Ikrar Mandiriabadi, Jakarta.

Kendall K.E and Kendall J.E. 2002. System analisys And Design, Rutgers University School of Business-Camden, Camden, New Jersey.

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran, Edisi Millenium I, Prenhallindo, Jakarta.

Peter J Paul & Olson Jerry C. 1996. Customer BehaviorPerilaku Konsumen Dan Strategi Pemasaran, Airlangga.

Swastha, Basu dan Handoko, Hani. 2000. Manajemen Pemasaran Modern, BPFE, Yogyakarta.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anastasia, Anne, 1993, “Bidang-bidang Psikologi Terapan”: Penerjemah Aryatmi dkk, Edisi 1, Cetakan 2., PT. Raja Grafindo Persada.

Davis, Gordon B. And Margarethe H. Olson, 1985, “Management Information System: Conceptual Foundation, Structure And Development”, McGraw Hill International, Second Edition.

Jogiyanto. HM, 1990, Analisis dan Disain Sistem Informasi, Andi Offset, Yogyakarta.

Krober, Donald W. And Hugh J. Watson, 1990, “Computer Based Information System: A Management Approach”, MacMillan Publishing Company.

Murdick, G. Robert/Ross E. Joel/Clagget R. James, 1986, “Sistem Informasi Untuk Manajemen Modern” (Terjemahan), Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta.

Permadi Bambang, S, 1992, Analytical Hierarchy Process, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar Universitas-Studi Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Saaty, Thomas L., 1991, Proses Hirarki Analitik Untuk Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Pustaka Binaman Pressindo.

Sprague, JR. Ralph H And Watson J. Hugh, 1989, “Decision Support System Putting Theory Into Practice”, Prentice Hall International, Inc.

Stoner, James A. F, 1982, “Manajemen”, Jilid 2, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta

Suryadi Kadarsa , Ramdani Ali, M. T, 1998, Sistem Pendukung Keputusan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Turban, Efraim, 1995, “Decision Support And Expert System; Management Support System”, Englewood Cliffs, N. J, Prentice Hall, Inc.