Aktivitas Antimikroba Metode Ozonisasi Terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans Secara In Vitro.

(1)

iv ABSTRAK

AKTIVITAS ANTIMIKROBA METODE OZONISASI

TERHADAP Staphylococcus aureus, Escherichia coli DAN Candida albicans SECARA INVITRO

Chandra Wijaya, 2007 ; Pembimbing : Caroline Tan Sardjono, dr., Ph.d.

Luka pada kulit merupakan salah satu masalah kesehatan yang dijumpai pada masyarakat. Kulit yang luka dapat terkontaminasi oleh berbagai mikroba. Ozon merupakan oksidator kuat yang telah digunakan sebagai sebagai antimikroba pada kulit yang luka sejak tahun 1992 di Indonesia.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antimiroba metode ozonisasi terhadap beberapa mikroorganisme yang seringkali menyebabkan infeksi pada luka, yakni Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans. Metode yang digunakan adalah membandingkan jumlah koloni yang tumbuh pada media yang telah diinokulasikan dengan suspensi Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans sebelum dan setelah diberi ozon. Ozon diberikan melalui alat generator ozon dengan lama pemberian untuk masing-masing jenis mikroba 1, 3, 5, dan 10 menit.

Berdasarkan perhitungan jumlah koloni setelah diinkubasi pada suhu 37oC terdapat penurunan jumlah koloni Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans yang signifikan setelah pemberian ozon.

Maka dapat disimpulkan bahwa ozon mempunyai aktivitas antimikroba terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans.

Kata kunci : Ozon, antimikroba, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Candida albicans


(2)

ABSTRACT

THE ANTIMICROBIAL ACTIVITY OF OZONITATION METHOD

AGAINST Staphylococcus aureus, Escherichia coli AND Candida albicans INVITRO

Chandra Wijaya, 2007 ; Tutor : Caroline Tan Sardjono, dr., Ph.d.

Nowadays, skin wound are the most common health issues in the society. The skin wound can be contaminated with any microba. Ozone is a high level oxidizing agent which has been used as an antimicrobial agent on the skin wound since 1992 in Indonesia.

The aims of this research was to know the antimicrobial activity of ozonitation method against Escherichia coli, Staphylococcus aureus, and Candida albicans which are microbes usually cause skin infections.

The method used in this study was done by comparing colony numbers grown in the medium which has been inoculated with Escherichia coli, Staphylococcus aureus, and Candida albicans suspensions before and after exposured by ozone. Ozone was administrated to each bacterial suspension at several time points i.e at 1, 3, 5 and 10 minutes

Based on the bacterial colony counts after overnight incubation at 37oC, there was a significant reduction on the Escherichia coli, Staphylococcus aureus, and Candida albicans colony numbers after administration of ozone.

Above findings suggest that ozone has antimicrobial activity against Escherichia coli, Staphylococcus aureus, and Candida albicans.

Keyword : ozone, antimicrobial activity, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Candida albicans


(3)

(4)

(5)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ii

SURAT PERNYATAAN iii

ABSTRACT iv

ABSTRACT v

PRAKATA vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 2

1.3 Maksud dan Tujuan 2

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah 3

Manfaat Akademis 3

Manfaat Praktis 3

1.5 Kerangka Pemikiran 3

1.6 Hipotesis 4

1.7 Metodologi 4

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Luka 5

2.1.1 Definisi Luka 5

2.1.2 Penyembuhan Luka 5


(6)

2.1.2.2 Fase Proliferasi 6

2.1.2.3 Fase Remodelling 7

2.2 Beberapa Mikroba Yang Dapat Timbul Pada Luka 9

2.2.1 Staphylococcus aureus 9

2.2.2 Escherichia coli 11

2.2.3 Candida albicans 12

2.3 Antimikroba 14

2.3.1 Definisi Antimikroba 14

2.3.2 Pembagian Antimikroba 15

2.4 Ozon 17

2.4.1 Sejarah Terapi Ozon 17

2.4.2 Definisi Ozon 17

2.4.3 Sifat-Sifat Ozon 18

2.4.4 Mekanisme Kerja Antimikroba Dari Ozon 19

2.4.5 Metode Pemberian Terapi Ozon 19

2.4.6 Penggunaan Medis Ozon 22

2.4.7 Dosis 23

2.4.8 Pengaruh Ozon Terhadap Sel Tubuh 24

2.4.9 Kontraindikasi 25

2.5 Radikal Bebas 25

2.5.1 Definisi Radikal Bebas 25

2.5.2 Pengaruh Radikal Bebas Terhadap Sel Tubuh 25 2.5.3 Mekanisme Antioksidan Dalam Mengatasi Radikal Bebas 26

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan 29

3.1.1 Alat Yang Digunakan 29

3.1.2 Bahan Yang Digunakan 29

3.2 Prosedur Kerja 30


(7)

x

3.2.2 Hari Kedua 31

3.2.3 Hari Ketiga 32

3.2.4 Diagram Kerja Secara Garis Besar 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penilitian 34

4.2 Pembahasan 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 37

5.2 Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 38

LAMPIRAN 40


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pengaruh Aktivitas Ozonisasi terhadap Staphylococcus aureus 34 Tabel 4.2 Pengaruh Aktivitas Ozonisasi terhadap Escherichia coli 34 Tabel 4.3 Pengaruh Aktivitas Ozonisasi terhadap Candida albicans 35


(9)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fase-fase Penyembuhan Luka 8

Gambar 2.2 Staphylococcus aureus 10

Gambar 2.3 Escherichia coli 12

Gambar 2.4 Candida albicans (makroskopis) 14

Gambar 2.5 Candida albicans (mikroskopis) 14


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Gambar Pengaruh Paparan Ozon terhadap Stpahylococcus aureus 40 2 Gambar Pengaruh Paparan Ozon terhadap Escherichia coli 42 3 Gambar Pengaruh Paparan Ozon terhadap Candida albicans 44 4 Gambar Alat dan Bahan Yang Digunakan Dalam Penelitian 46


(11)

LAMPIRAN

1. Gambar Pengaruh paparan ozon terhadap Staphylococcus aureus

Perlakuan I

Tanpa ozon Paparan ozon 1 menit Jumlah koloni > 300 Jumlah koloni : tidak ada

Paparan ozon 3 menit Paparan ozon 5 menit Jumlah koloni : tidak ada Jumlah koloni : tidak ada

Paparan ozon 10 menit Jumlah koloni : tidak ada


(12)

Perlakuan II

Tanpa ozon Paparan ozon 1 menit Jumlah koloni > 300 Jumlah koloni : 4

Paparan ozon 3 menit Paparan ozon 5 menit Jumlah koloni : tidak ada Jumlah koloni : tidak ada

Paparan ozon 10 menit Jumlah koloni : tidak ada


(13)

1. Gambar pengaruh paparan ozon terhadap Escherichia coli Perlakuan I

Tanpa ozon Paparan ozon 1 menit

Jumlah koloni > 300 Jumlah koloni : tidak ada

Paparan ozon 3 menit Paparan ozon 5 menit

Jumlah koloni : tidak ada Jumlah koloni : tidak ada

Paparan ozon 10 menit Jumlah koloni : tidak ada


(14)

Perlakuan II

Tanpa ozon Paparan ozon 1 menit

Jumlah koloni > 300 Jumlah koloni : tidak ada

Paparan ozon 3 menit Paparan ozon 5 menit

Jumlah koloni : tidak ada Jumlah koloni : tidak ada

Paparan ozon 10 menit Jumlah koloni : tidak ada


(15)

1. Gambar pengaruh paparan ozon terhadap Candida albicans Perlakuan I

Tanpa ozon Paparan ozon 1 menit

Jumlah koloni > 300 Jumlah koloni : 1

Paparan ozon 3 menit Paparan ozon 5 menit

Jumlah koloni : tidak ada Jumlah koloni : tidak ada

Paparan ozon 10 menit Jumlah koloni : tidak ada


(16)

Perlakuan II

Tanpa ozon Paparan ozon 1 menit

Jumlah koloni > 300 Jumlah koloni : 1

Paparan ozon 3 menit Paparan ozon 5 menit

Jumlah koloni : tidak ada Jumlah koloni : tidak ada

Paparan ozon 10 menit Jumlah koloni : tidak ada


(17)

1. Gambaran alat dan bahan yang digunakan pada penelitian

Alat- alat dan bahan- bahan yang digunakan pada penelitian


(18)

40


(19)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Ozon dikenal memiliki peranan dalam melindungi keseimbangan ekologi bumi dan dapat berinteraksi pada tingkat dasar dengan polutan dari industri. Ozon juga memiliki kemampuan biologi yang khas sehingga banyak diteliti untuk digunakan dalam dunia medis (Sudigdo Sastroasmoro, 2004).

Tahun 1915, Dr. Albert Wolff di Jerman mulai menggunakan ozon untuk menangani berbagai penyakit kulit. Selama Perang Dunia I, Jerman menggunakan ozon untuk menangani luka dan infeksi pada kulit (Inggriani, 2007).

Luka pada kulit merupakan penyakit yang tidak habis – habisnya menyerang masyarakat Indonesia maupun dunia. Luka pada kulit ini tampaknya merupakan hal yang sepele, tetapi dapat menimbulkan akibat yang berbahaya bila tidak segera ditangani dengan baik. Hal ini terjadi karena pada luka terdapat berbagai macam mikroorganisme yang dapat memperparah keadaan luka tersebut. Mikroorganisme yang pada umumnya ditemukan pada luka namun tidak menyebabkan infeksi

sebagian besar merupakan flora normal tubuh, seperti Staphylococcus epidermidis,

Staphylococcus koagulase negatif lain, Brevibacterium sp., Corynebacterium sp., Proprionibacterium acnes, dan Pityrosporum sp. sedangkan mikroorganisme yang terdapat pada luka dan seringkali menyebabkan terjadinya infeksi antara lain adalah

Staphylococcus aureus, Streptococcus -hemolyticus (S. pyogenes, S. agalactiae), Escherichia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Pseudomonas sp., Acinetobacter sp., Stenotrophomonas sp., dan Candida albicans (Chamberlain, 2007).

Antiseptik buatan pabrik yang saat ini beredar di pasaran cukup banyak dan dapat dengan mudah ditemukan dengan harga yang terjangkau. Namun, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986, terdapat kenaikan proporsi kesakitan penyakit kulit dan bawah kulit dari 7,9% (yaitu urutan keempat pada tahun 1980)


(20)

2

menjadi 9,1% (urutan kedua pada tahun 1986) (Chozin, 2006). Luka pada kulit tentu saja termasuk di dalam cakupan penyakit kulit dan bawah kulit. Oleh karena itu, untuk mengobati luka pada kulit ini diperlukan sangat banyak obat, tidak hanya yang berasal dari pabrik obat saja. Maka diperlukanlah pengobatan alternatif/ suportif yang ampuh dalam penyembuhan dan antimikroba pada luka yaitu ozon.

Di Indonesia saat ini ozon sudah mulai populer digunakan sebagai terapi komplementer/ alternatif dan suportif serta sudah dipergunakan sejak tahun 1992 (Inggriani, 2007). Sebagai molekul yang memiliki energi yang sangat besar, ozon dapat menginaktivasi bakteri, virus, jamur dan beberapa jenis protozoa, sehingga dapat digunakan sebagai pilihan terapi dalam pengobatan beberapa penyakit dan sebagai terapi tambahan pada penyakit lain.. Terapi ozon untuk luka umumnya diberikan secara lokal pada bagian yang terluka dengan memanfaatkan efek antimikroba dan efek penyembuhan luka yang lebih cepat melalui peningkatan kadar oksigen dalam jaringan(Sudigdo Sastroasmoro, 2004).

Terapi ozon di Indonesia saat ini hanya dilakukan di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan semarang serta penggunaanya masih kontroversional. Dengan

berlandaskan sistem evidence base medicine, maka penulis merasa tertarik untuk

membuktikan secara ilmiah penggunaan terapi ozon ini sebagai antimikroba pada luka agar dapat digunakan oleh masyarakat luas.

1.2Identifikasi Masalah

Apakah metode ozonisasi memiliki aktivitas antimikroba pada Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans secara invitro?

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian : pemanfaatan metode ozonisasi sebagai antimikroba alternatif/ suportif pada luka.


(21)

3

Universitas Kristen Maranatha

Tujuan penelitian : mengetahui aktivitas antimikroba metode ozonisasi terhadap beberapa mikroorganisme yang seringkali menyebabkan

infeksi pada luka (Escherichia coli, Staphylococcus aureus,

dan Candida albicans).

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat Akademis

Menambah wawasan ilmu pengetahuan kedokteran mengenai kegunaan ozon sebagai antimikroba pada beberapa mikroorganisme yang seringkali menyebabkan

infeksi pada luka (Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans).

Manfaat Praktis

Bila metode ozonisasi dapat dibuktikan memiliki efek antimikroba pada beberapa

mikroorganisme yang seringkali menyebabkan infeksi pada luka (Escherichia coli,

Staphylococcus aureus, dan Candida albicans), maka metode ozonisasi dapat digunakan sebagai antimikroba terutama sebagai antiseptik pada luka oleh masyarakat luas.

1.5Kerangka Pemikiran

Ozon (O3) adalah komponen udara segar yang terdapat di alam, sebagai hasil

reaksi antara sinar ultraviolet dari matahari dengan lapisan atas atmosfir bumi, dan membentuk lapisan pelindung yang menyelimuti bumi.

Ozon merupakan oksidan yang sangat kuat mengandung tiga atom oksigen dan merupakan jenis gas yang sangat reaktif. Ozon dapat bersifat bakterisidal, fungisidal (Inggriani, 2007) dan karena sebagai molekul yang memiliki energi yang sangat besar juga dapat menginaktivasi virus dan beberapa jenis protozoa (Sudigdo Sastroasmoro, 2004).


(22)

4

Pada bakteri ozon dapat berpenetrasi ke kapsul bakteri, mempengaruhi secara

langsung integritas cytoplasmic, dan mengganggu beberapa tingkat kompleksitas

metabolik serta dapat mengganggu integritas kapsul bakteri melalui oksidasi fosfolipid dan lipoprotein. Ozon juga dapat berpenetrasi ke dalam membran sel,

bereaksi dengan substansi sitoplasma dan mengubah circular plasmid DNA tertutup

menjadi circular DNA terbuka, yang dapat mengurangi efisiensi proliferasi bakteri,

sehingga pertumbuhan bakteri terhambat.

Pada jamur, mekanisme efek fungisidal ozon belum terkarakterisasi secara lengkap. Ozon dikatakan dapat menghambat pertumbuhan jamur pada beberapa tahap

tergantung dari fase pertumbuhannya dan adanya budding cell (Inggriani, 2007).

1.6Hipotesis

Metode ozonisasi memiliki aktivitas antimikroba pada Escherichia coli,

Staphylococcus aureus, dan Candida albicans.

1.7Metodologi

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris. Metode yang yang digunakan adalah perbandingan jumlah koloni yang tumbuh pada media yang ditanam dengan

suspensi Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans sebelum dan

setelah di beri ozon. Ozon di berikan melalui alat generator ozon dengan lama pemberian untuk masing – masing jenis mikroba 1, 3, 5, dan 10 menit.

1.8Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung selama bulan Mei – Agustus 2007.


(23)

37 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Metode ozonisasi memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus,

Escherichia coli, dan Candida albicans secara invitro.

5.2 Kesimpulan dan saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai aktivitas antimikroba metode

ozonisasi dengan metode lain yang lebih akurat dalam hal perhitungan konsentrasi suspensi kuman yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan spektofotometri dalam menggantikan penggunaan tabung 0,5

McFarland turbidity standard yang saya gunakan dalam penelitian ini;

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan (uji klinis) untuk mengetahui aktivitas


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2007. http://www.fnplzen.cz/mykoatlas/kvasinky/c_albicans_ma_celk_ 1b.jpg., November 30th , 2007.

Anonymous. 2005. Systemic candidiasis. http://www.thebody.com/content/art4977. html., October 26th , 2007.

Baron E.J., Finegold S.M. 1990. Micrococcaceae: staphylococci, micrococci, and stomatococci. In: Manning S. Bailey and scott’s diagnostic microbiology. 8th ed. ST.Louis: Masby, Inc. P. 328.

Brown RG., Burns T. 2005. Infeksi jamur. Dalam: Amalia safitri. Lecture notes dermatologi. Edisi 8. Jakarta: Erlangga. H. 38-40.

Chamberlain N.R. 2006. The microbiology of wounds. http://www.kcom.edu /faculty/chamberlain/website/woud/wound.ppt. May 1st , 2007.

Ellis D. 2006. Candidiasis. http://www.mycology.adelaide.edu.au/Mycoses/Cutaneou s/Candidiasis. October 26th , 2007.

Forbes B.A., Sahm D.F., Weissfeld A.S. 2002a. Enterobacteriaceae. In: Fabiano K., Lester S., Wurm E. Bailey and scott’s diagnostic microbiology. 11st ed. Missouri: Mosby, Inc. P. 365-368, 370-371.

.2002b. Staphylococcus, micrococcus, and similar organisms. In: Fabiano K., Lester S., Wurm E. Bailey and scott’s diagnostic microbiology. 11st ed. Missouri: Mosby, Inc. P. 285-289.

Hendricks R., Prebish J. 2005. Microbiology Laboratory Report. http://ellerbruch. nmu.edu/classes/CS101W05/CS101students/HendricksR/P7/Bacteria/ImagesB/Es cherichiacoligram.jpg8. November 30th , 2007.

Inggriani. 2007. Ozone: “The silent healer”. http://www.stanfordcenter.com/artikel /OZONThe%20Silent%20Healer.pdf. May 1st , 2007.

Jawetz E., Melnick J., Adelberg E. 1996a. Enterobacteriaceae. Dalam: Irawati setiawan. Mikrobiologi kedokteran. Ed.20. Jakarta: Salemba medika. P. 234, 236. .1996b. Mikologi kedokteran. Dalam: Irawati setiawan. Mikrobiologi kedokteran.


(25)

39

Universitas Kristen Maranatha

.1996c. Stafilokokus. Dalam: Irawati setiawan. Mikrobiologi kedokteran. Ed.20. Jakarta: Salemba medika. P. 285-289.

Jones . 2004. The diploid genome sequence of Candida albicans. http://en.wikipedia. org/wiki/Image:Candida_albicans.jpg. November 30th , 2007.

Robbins S., Cotran R., Kumar V., Abbas A.K., Fausto N. 2005. Pathologic basis of disease. 7th ed.USA: Elsevier Inc. P. 16-18, 74, 112.

R. Setiabudy, Vincent H.S.Gen. 2004. Pengantar antimikroba. Dalam: Sulistia G. Ganiswarna, Rianto Setiabudy, Frans D. Suyatna, Purwantyastuti, Nafrialdi.

Farmakologi dan terapi. Jakarta: Bagian farmakologi FK UI. P. 571-573.

R. Sjamsuhidajat, Wim de jong. 2004. Luka. Dalam: Ibrahim Ahadsyah. Buku ajar ilmu bedah. Ed.2. Jakarta: EGC. P. 67-68.

Sudigdo Sastroasmoro. 2004. Terapi ozon. http://www.yanmedik-depkes.net /hta/Hasil%20Kajian%20HTA/2004/Terapi%20Ozon.doc. May 21st , 2007.

Willis G.W. 2007. Visual unlimited. http://www.visualsunlimited.com/images /watermarked/301/301174.jpg. November 30th , 2007.


(1)

2

menjadi 9,1% (urutan kedua pada tahun 1986) (Chozin, 2006). Luka pada kulit tentu saja termasuk di dalam cakupan penyakit kulit dan bawah kulit. Oleh karena itu, untuk mengobati luka pada kulit ini diperlukan sangat banyak obat, tidak hanya yang berasal dari pabrik obat saja. Maka diperlukanlah pengobatan alternatif/ suportif yang ampuh dalam penyembuhan dan antimikroba pada luka yaitu ozon.

Di Indonesia saat ini ozon sudah mulai populer digunakan sebagai terapi komplementer/ alternatif dan suportif serta sudah dipergunakan sejak tahun 1992 (Inggriani, 2007). Sebagai molekul yang memiliki energi yang sangat besar, ozon dapat menginaktivasi bakteri, virus, jamur dan beberapa jenis protozoa, sehingga dapat digunakan sebagai pilihan terapi dalam pengobatan beberapa penyakit dan sebagai terapi tambahan pada penyakit lain.. Terapi ozon untuk luka umumnya diberikan secara lokal pada bagian yang terluka dengan memanfaatkan efek antimikroba dan efek penyembuhan luka yang lebih cepat melalui peningkatan kadar oksigen dalam jaringan(Sudigdo Sastroasmoro, 2004).

Terapi ozon di Indonesia saat ini hanya dilakukan di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan semarang serta penggunaanya masih kontroversional. Dengan berlandaskan sistem evidence base medicine, maka penulis merasa tertarik untuk membuktikan secara ilmiah penggunaan terapi ozon ini sebagai antimikroba pada luka agar dapat digunakan oleh masyarakat luas.

1.2Identifikasi Masalah

Apakah metode ozonisasi memiliki aktivitas antimikroba pada Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans secara invitro?

1.3Maksud dan Tujuan


(2)

3

Tujuan penelitian : mengetahui aktivitas antimikroba metode ozonisasi terhadap beberapa mikroorganisme yang seringkali menyebabkan infeksi pada luka (Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans).

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat Akademis

Menambah wawasan ilmu pengetahuan kedokteran mengenai kegunaan ozon sebagai antimikroba pada beberapa mikroorganisme yang seringkali menyebabkan infeksi pada luka (Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans).

Manfaat Praktis

Bila metode ozonisasi dapat dibuktikan memiliki efek antimikroba pada beberapa mikroorganisme yang seringkali menyebabkan infeksi pada luka (Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans), maka metode ozonisasi dapat digunakan sebagai antimikroba terutama sebagai antiseptik pada luka oleh masyarakat luas.

1.5Kerangka Pemikiran

Ozon (O3) adalah komponen udara segar yang terdapat di alam, sebagai hasil reaksi antara sinar ultraviolet dari matahari dengan lapisan atas atmosfir bumi, dan membentuk lapisan pelindung yang menyelimuti bumi.

Ozon merupakan oksidan yang sangat kuat mengandung tiga atom oksigen dan merupakan jenis gas yang sangat reaktif. Ozon dapat bersifat bakterisidal, fungisidal (Inggriani, 2007) dan karena sebagai molekul yang memiliki energi yang sangat besar juga dapat menginaktivasi virus dan beberapa jenis protozoa (Sudigdo Sastroasmoro, 2004).


(3)

4

Pada bakteri ozon dapat berpenetrasi ke kapsul bakteri, mempengaruhi secara langsung integritas cytoplasmic, dan mengganggu beberapa tingkat kompleksitas metabolik serta dapat mengganggu integritas kapsul bakteri melalui oksidasi fosfolipid dan lipoprotein. Ozon juga dapat berpenetrasi ke dalam membran sel, bereaksi dengan substansi sitoplasma dan mengubah circular plasmid DNA tertutup menjadi circular DNA terbuka, yang dapat mengurangi efisiensi proliferasi bakteri, sehingga pertumbuhan bakteri terhambat.

Pada jamur, mekanisme efek fungisidal ozon belum terkarakterisasi secara lengkap. Ozon dikatakan dapat menghambat pertumbuhan jamur pada beberapa tahap tergantung dari fase pertumbuhannya dan adanya budding cell (Inggriani, 2007).

1.6Hipotesis

Metode ozonisasi memiliki aktivitas antimikroba pada Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans.

1.7Metodologi

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris. Metode yang yang digunakan adalah perbandingan jumlah koloni yang tumbuh pada media yang ditanam dengan suspensi Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans sebelum dan setelah di beri ozon. Ozon di berikan melalui alat generator ozon dengan lama pemberian untuk masing – masing jenis mikroba 1, 3, 5, dan 10 menit.

1.8Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung selama bulan Mei – Agustus 2007.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Metode ozonisasi memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus,

Escherichia coli, dan Candida albicans secara invitro.

5.2 Kesimpulan dan saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai aktivitas antimikroba metode ozonisasi dengan metode lain yang lebih akurat dalam hal perhitungan konsentrasi suspensi kuman yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan spektofotometri dalam menggantikan penggunaan tabung 0,5 McFarland turbidity standard yang saya gunakan dalam penelitian ini;

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan (uji klinis) untuk mengetahui aktivitas antimikroba metode ozonisasi pada manusia.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2007. http://www.fnplzen.cz/mykoatlas/kvasinky/c_albicans_ma_celk_ 1b.jpg., November 30th , 2007.

Anonymous. 2005. Systemic candidiasis. http://www.thebody.com/content/art4977. html., October 26th , 2007.

Baron E.J., Finegold S.M. 1990. Micrococcaceae: staphylococci, micrococci, and stomatococci. In: Manning S. Bailey and scott’s diagnostic microbiology. 8th ed. ST.Louis: Masby, Inc. P. 328.

Brown RG., Burns T. 2005. Infeksi jamur. Dalam: Amalia safitri. Lecture notes dermatologi. Edisi 8. Jakarta: Erlangga. H. 38-40.

Chamberlain N.R. 2006. The microbiology of wounds. http://www.kcom.edu

/faculty/chamberlain/website/woud/wound.ppt. May 1st , 2007.

Ellis D. 2006. Candidiasis. http://www.mycology.adelaide.edu.au/Mycoses/Cutaneou s/Candidiasis. October 26th , 2007.

Forbes B.A., Sahm D.F., Weissfeld A.S. 2002a. Enterobacteriaceae. In: Fabiano K., Lester S., Wurm E. Bailey and scott’s diagnostic microbiology. 11st ed. Missouri: Mosby, Inc. P. 365-368, 370-371.

.2002b. Staphylococcus, micrococcus, and similar organisms. In: Fabiano K., Lester S., Wurm E. Bailey and scott’s diagnostic microbiology. 11st ed. Missouri: Mosby, Inc. P. 285-289.

Hendricks R., Prebish J. 2005. Microbiology Laboratory Report. http://ellerbruch. nmu.edu/classes/CS101W05/CS101students/HendricksR/P7/Bacteria/ImagesB/Es cherichiacoligram.jpg8. November 30th , 2007.

Inggriani. 2007. Ozone: “The silent healer”. http://www.stanfordcenter.com/artikel

/OZONThe%20Silent%20Healer.pdf. May 1st , 2007.

Jawetz E., Melnick J., Adelberg E. 1996a. Enterobacteriaceae. Dalam: Irawati setiawan. Mikrobiologi kedokteran. Ed.20. Jakarta: Salemba medika. P. 234, 236. .1996b. Mikologi kedokteran. Dalam: Irawati setiawan. Mikrobiologi kedokteran.


(6)

39

.1996c. Stafilokokus. Dalam: Irawati setiawan. Mikrobiologi kedokteran. Ed.20. Jakarta: Salemba medika. P. 285-289.

Jones . 2004. The diploid genome sequence of Candida albicans. http://en.wikipedia. org/wiki/Image:Candida_albicans.jpg. November 30th , 2007.

Robbins S., Cotran R., Kumar V., Abbas A.K., Fausto N. 2005. Pathologic basis of disease. 7th ed.USA: Elsevier Inc. P. 16-18, 74, 112.

R. Setiabudy, Vincent H.S.Gen. 2004. Pengantar antimikroba. Dalam: Sulistia G. Ganiswarna, Rianto Setiabudy, Frans D. Suyatna, Purwantyastuti, Nafrialdi. Farmakologi dan terapi. Jakarta: Bagian farmakologi FK UI. P. 571-573.

R. Sjamsuhidajat, Wim de jong. 2004. Luka. Dalam: Ibrahim Ahadsyah. Buku ajar ilmu bedah. Ed.2. Jakarta: EGC. P. 67-68.

Sudigdo Sastroasmoro. 2004. Terapi ozon. http://www.yanmedik-depkes.net

/hta/Hasil%20Kajian%20HTA/2004/Terapi%20Ozon.doc. May 21st , 2007.

Willis G.W. 2007. Visual unlimited. http://www.visualsunlimited.com/images


Dokumen yang terkait

Pemeriksaan Cemaran Bakteri Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus Pada Jamu Gendong Dari Beberapa Penjual Jamu Gendong

4 120 85

UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO

8 83 25

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN DAN BUAH GINJE (Thevetia peruviana) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Dan Buah Ginje(Thevetia peruviana) TERHADAP Staphylococcus aureus Dan Candida albicans Secara In Vitro.

0 5 15

PENDAHULUAN Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Dan Buah Ginje(Thevetia peruviana) TERHADAP Staphylococcus aureus Dan Candida albicans Secara In Vitro.

0 5 4

PENDAHULUAN UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL HERBA INGGU (Ruta angustifolia L.) TERHADAP Staphylococcus aureus, Escherichia coli DAN Candida albicans.

1 4 13

DAFTAR PUSTAKA UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL HERBA INGGU (Ruta angustifolia L.) TERHADAP Staphylococcus aureus, Escherichia coli DAN Candida albicans.

0 1 4

PENDAHULUAN AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN SENGGANI (Melastoma affine D. Donetanol) TERHADAP Staphylococcus aureus, Escherichia coli DAN Candida albicans.

1 2 10

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL JAHE Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe var rubrum) Terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Dan Candida albicans.

0 0 7

Aktivitas Antimikroba Minyak Esensial Terhadap Candida albicans, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes Secara In Vitro.

0 0 26

Aktivitas Antimikroba Madu Terhadap Beberapa Mikroba Penyebab Infeksi Pada Luka (Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes dan Candida albicans) Secara In Vitro.

0 0 24