Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient Pada Para Pelaku Bisnis Network Marketing "X" di Kota Bandung.

(1)

ii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini berjudul studi deskripsi mengenai Adversity Quotient pada pelaku bisnis Network Marketing ”X” di kota Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci mengenai Adversity Quotient pada pelaku bisnis Network Marketing ”X” di kota Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian maka rancangan penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif dengan teknik survei.

Populasi penelitian ini adalah pelaku bisnis Network Marketing ”X”, Bandung sebanyak 40 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode random purposif berlapis. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui Adversity Quotient adalah alat ukur yang dikonstruksi oleh peneliti yang merupakan modifikasi dari alat ukur ‘Adversity Response Profile’ yang dibuat oleh Paul G. Stoltz (2000 dan 2002), dengan validitas berkisar antara 0,303 sampai dengan 0,873 dan reliabilitas 0,965 menggunakan program SPSS 11.0 dengan uji statistik rank spearman.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa Adversity Quotient

pada pelaku bisnis Network Marketing ”X” di kota Bandung yaitu sebagai berikut: 17 responden (42.5%) yang memiliki derajat Adversity Quotient sedang, sebanyak 13 responden (32.5%) yang memiliki derajat Adversity Quotient tinggi dan 10 responden (25%) memiliki derajat Adversity Quotient yang rendah. Diketahui juga bahwa faktor yang mempengaruhi Adversity Quotient pelaku bisnis adalah kemauan, kecerdasan, karakter, dan keyakinan. Dan faktor yang tidak mempengaruhi Adversity Quotient adalah pendidikan dan bakat.

Berdasarkan kesimpulan di atas maka, peneliti mengajukan saran untuk diadakannya penelitian lanjutan mengenai: studi deskripsi mengenai faktor-faktor Adversity Quotient yang mempengaruhi derajat Adversity quotient, study perbandingan kinerja pada Adversity Quotient yang memiliki derajat yang sedang dengan kinerja pada Adversity Quotient yang memiliki derajat yang tinggi. Pengaruh Adversity Quotient terhadap kesuksesan dalam bekerja, Studi eksperimen mengenai efektifitas pelatihan Adversity Quotient.


(2)

iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The title of this experiment is The Descriptive Study Concerning Adversity Quotient on Network Marketer business ”X” in Bandung city. The experiment was conducted to obtain more specific details on Adversity Quotient from the Network Marketer business. Due to the objectives of this experiment, therefore the experiment was conducted using the descriptive method with survey.

The populations taken for this experiment were 40 Network Marketer business and using stratified purposife random sampling. The instrument which is used to measure the Adversity Quotient was contructed by the writer that froms modification ‘Adversity Response Profile’ by Paul G. Stoltz (2000 dan 2002), with

range of validity from 0,303 to 0,873 and reliability of 0,965 using SPSS 11.0

(Spearmen’s Rank Statistics Test).

Based on the experiment, comes to conclusions which Adversity Quotient on Network Marketer business ”X” in Bandung city that is: 17 responden (42.5%) have average Adversity Quotient rank, 13 responden (32.5%) have high Adversity Quotient rank and 10 responden (25%) have low Adversity Quotient rank. It is known that some influential factors, they are: desire, intelligence, character and belief. And factor not influence is education and talent.

From the conclusions above, the writer suggested for some further experiments, they are : The Descriptive study concerning influential factors of Adversity Quotient rank. The Comprehensive Study between occupation on average Adversity Quotient and high Adversity Quotient, Influence Adversity Quotient on successfully in work, Experimental study concerning efectivity Adversity Quotient training.


(3)

iv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Lembar Judul Lembar Pengesahan

Abstrak ……… ii

Abstract ………... iii

Kata Pengantar ……… iv

Daftar Isi ………. vi

Daftar Tabel ……… ix

Daftar Skema ……….. x

Daftar Lampiran ……….. xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 01

1.2 Identifikasi Masalah……… 08

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Pnelitian ……… 08

1.3.2 Tujuan Penelitian ……… 08

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis ………. 09

1.4.2 Kegunaan Praktis ……… 09

1.5 Kerangka Pemikiran ………... 10


(4)

v Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Adversity Quotient

2.1.1 Pengertian Adversity Quotient ………. 19

2.1.2 Dimensi Adversity Quotient ……… 21

2.1.3 Derajat Adversity Quotient ………. 23

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Adversity Quotient ……….. 25

2.1.5 Ilmu pengetahuan tentang Adversity Quotient ………... 27

2.1.6 Peran Adversity Quotient Dalam Kehidupan ………. 31

2.1.7 Proses Kerja Adversity Quotient ……… 35

2.2 Pengertian Network Marketing ………. 37

2.3 Network Marketing dan Para Pelaku Bisnis ……….. 38

2.3.1 Pendidikan Bisnis yang Mengubah Hidup ………. 38

2.3.2 Cashflow Quadrant ………. 42

2.3.3 Nilai Sebuah Jaringan ………. 43

2.4 Latar Belakang Perusahaan Network Marketing “x”………...….. 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ……… 47

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1 Definisi Konseptual (Variabel Penelitian) ………. 48

3.2.2 Definisi Operasional ……….. 48

3.3 Alat ukur 3.3.1 Alat ukur Adversity quotient ……….. 50


(5)

vi Universitas Kristen Maranatha 3.3.2 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

3.3.2.1 Validitas ……….. 54

3.3.2.2 Reliabilitas ……….. 55

3.3.3 Data Penunjang ……….. 56

3.4 Populasi Sasaran 3.4.1 Populasi Sasaran ………... 56

3.4.2 Karakteristik Populasi ………. 56

3.4.3 Teknik Sampling ………. 57

3.5 Teknik Analisis ………... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 58

4.1.1 Tabel Jenis Kelamin Responden ……… 58

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Level Tahapan Pengembangan …. 59 4.2 Hasil Penelitian ……….. 59

4.2.1 Distribusi Frekuensi AQ……….. 60

4.2.2 Tabel Derajat AQ dengan Dimensi AQ ………. 60

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ………. 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………. 66

5.2 Saran ………... 67

Daftar Pustaka ………. xii


(6)

vii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Dimensi dan Indikator Alat Ukur ... 50

Tabel 4.1 Tabel Jenis Kelamin Responden ……….. 58

Tabel 4.2 Tabel Level Responden ……… 59

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi ………. 60


(7)

viii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR SKEMA

Skema 1.1 Skema Kerangka Pikir ... 17 Skema 3.1 Skema Rancangan Penelitian ………... 47


(8)

ix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Validitas dan Reliabilitas Lampiran 2. Tabulasi Silang Data Penunjang Lampiran 3. Data Penunjang


(9)

Lampiran 1

Validitas dan Reliabilitas


(10)

No item Validitas Keterangan 1 0,088 Dibuang 2 0,352 Diterima 3 0,345 Diterima 4 0,570 Diterima 5 0,368 Diterima 6 0,547 Diterima 7 0,303 Diterima 8 0,821 Diterima 9 0,626 Diterima 10 0,326 Diterima 11 0,250 Dibuang 12 0,478 Diterima 13 0,068 Dibuang 14 0,365 Diterima 15 0,695 Diterima 16 0,587 Diterima 17 0,546 Diterima 18 0,488 Diterima 19 0,415 Diterima 20 0,468 Diterima 21 0,677 Diterima 22 0,160 Dibuang 23 0,561 Diterima 24 0,600 Diterima 25 0,500 Diterima 26 0,007 Dibuang 27 0,550 Diterima 28 0,281 Dibuang 29 0,208 Dibuang 30 0,428 Diterima 31 0,593 Diterima 32 0,474 Diterima 33 0,735 Diterima 34 0,426 Diterima 35 0,222 Dibuang 36 0,689 Diterima 37 0,150 Dibuang 38 0,460 Diterima 39 0,033 Dibuang 40 0,732 Diterima 41 0,514 Diterima 42 0,453 Diterima 43 0,693 Diterima 44 0,447 Diterima 45 0,206 Dibuang 46 0,724 Diterima 47 0,641 Diterima 48 0,505 Diterima 49 0,616 Diterima 50 0,551 Diterima 51 0,398 Diterima 52 0,556 Diterima

53 0,637 Diterima 54 0,528 Diterima 55 0,661 Diterima 56 0,345 Diterima 57 0,661 Diterima 58 0,640 Diterima 59 0,237 Dibuang 60 0,281 Dibuang 61 0,677 Diterima 62 0,821 Diterima 63 0,138 Dibuang 64 0,502 Diterima 65 0,421 Diterima 66 0,404 Diterima 67 0,377 Diterima 68 0,499 Diterima 69 0,798 Diterima 70 0,142 Dibuang 71 0,470 Diterima 72 0,382 Diterima 73 0,336 Diterima 74 0,378 Diterima 75 0,234 Dibuang 76 0,201 Dibuang 77 0,671 Diterima 78 0,739 Diterima 79 0,250 Dibuang 80 0,177 Dibuang 81 0,653 Diterima 82 0,611 Diterima 83 0,457 Diterima 84 0,539 Diterima 85 0,252 Dibuang 86 0,798 Diterima 87 0,725 Diterima 88 0,730 Diterima 89 0,648 Diterima 90 0,873 Diterima 91 0,505 Diterima 92 0,678 Diterima 93 0,685 Diterima 94 0,673 Diterima 95 0,676 Diterima 96 0,648 Diterima 97 0,572 Diterima 98 0,856 Diterima 99 0,502 Diterima 100 0,455 Diterima


(11)

Lampiran 2

Tabulasi Silang


(12)

Kategori AQ

Kesulitan menjalin relasi dengan rekan kerja

Total

Ya Tidak lainnya

% % % %

Tinggi 0 0 12 92.3 1 7.7 13 100%

Sedang 0 0 15 88.2 2 11.8 17 100%

Rendah 0 0 9 90 1 10 10 100%

Tabel 1 Tabulasi silang AQ dengan kesulitan menjalin relasi dengan rekan kerja

Kategori AQ

Kesulitan prospekting

Total

Ya Tidak lainnya

% % % %

Tinggi 2 15.4 9 69.2 2 15.4 13 100%

Sedang 7 41.2 7 41.2 3 17.6 17 100%

Rendah 6 60 3 30 1 10 10 100%

Tabel 2 Tabulasi silang AQ dengan kesulitan dalam prospekting

Kategori AQ

mencapai omzet

Total

Ya Tidak lainnya

% % % %

Tinggi 2 15.4 9 69.2 2 15.4 13 100%

Sedang 1 5.9 13 76.5 3 17.6 17 100%

Rendah 5 50 4 40 1 10 10 100%


(13)

Kategori AQ

mengelola jaringan.

Total

Ya Tidak lainnya

% % % %

Tinggi 1 7.7 9 69.2 3 23.1 13 100%

Sedang 6 35.3 9 52.9 2 11.8 17 100%

Rendah 9 90 1 10 0 0 10 100%

Tabel 4 Tabulasi silang AQ dengan kesulitan dalammengelola jaringan

Kategori AQ

menemukan visi bagi downline yang baru bergabung

Total

Ya Tidak lainnya

% % % %

Tinggi 4 30.8 4 30.8 5 38.4 13 100%

Sedang 10 58.8 4 23.6 3 17.6 17 100%

Rendah 7 70 2 20 1 10 10 100%

Tabel 5 Tabulasi silang AQ dengan kesulitan dalam membantu menemukan visi bagi downline yang baru bergabung

Kategori AQ

Pengaruh tabiat/watak terhadap kesuksesan

Total

Ya Tidak lainnya

% % % %

Tinggi 2 15.4 11 84.6 0 0 13 100%

Sedang 1 5.9 16 94.1 0 0 17 100%

Rendah 5 50 5 50 0 0 10 100%

Tabel 6 Tabulasi silang AQ dengan pengaruh tabiat/watak terhadap kesuksesan


(14)

Kategori AQ

Pengaruh latar belakang pendidikan terhadap kesuksesan

Total

Ya Tidak

% % % %

Tinggi 5 38.5 7 53.8 1 7.7 13 100%

Sedang 6 35.3 9 52.9 2 11.8 17 100%

Rendah 4 40 5 50 1 10 10 100%

Tabel 7 Tabulasi silang AQ dengan pengaruh latar belakang pendidikan terhadap kesuksesan

Kategori AQ

Pengaruh keyakinan terhadap kesuksesan

Total

Ya Tidak

% % % %

Tinggi 10 76.9 2 15.4 1 7.7 13 100%

Sedang 16 96.1 1 5.9 0 0 17 100%

Rendah 10 100 0 0 0 0 10 100%

Tabel 8 Tabulasi silang AQ dengan pengaruh keyakinan terhadap kesuksesan

Kategori AQ

Pengaruh kemampuan/bakat dalam menjalankan bisnis

Total

Ya Tidak lainnya

% % % %

Tinggi 5 38.5 7 53.8 1 7.7 13 100%

Sedang 10 58.8 6 35.3 1 5.9 17 100%

Rendah 6 60 4 40 0 0 10 100%

Tabel 9 Tabulasi silang AQ dengan pengaruh kemampuan/bakat dalam menjalankan bisnis


(15)

Kategori AQ

Karakter yang paling menunjang dalam menjalankan bisnis

Total

Ada Tidak

Tidak menjawab

% % % %

Tinggi 11 84.6 2 15.4 0 0 13 100%

Sedang 16 94.1 1 5.9 0 0 17 100%

Rendah 9 90 1 10 0 0 10 100%

Tabel 10 Tabulasi silang AQ dengan karakter yang paling menunjang dalam menjalankan bisnis

Kategori AQ

Pengaruh kesehatan dalam menjalankan bisnis

Total

Ada Tidak

Tidak menjawab

% % % %

Tinggi 2 15.4 10 76.9 1 7.7 13 100%

Sedang 6 35.3 11 64.7 0 0 17 100%

Rendah 1 10 9 90 0 0 10 100%

Tabel 11 Tabulasi silang AQ dengan pengaruh kesehatan dalam menjalankan bisnis

Kategori AQ

Problem solving dalam menjalankan bisnis

Total

Ada Tidak

Tidak menjawab

% % % %

Tinggi 13 100 0 0 0 0 13 100%

Sedang 17 100 0 0 0 0 17 100%

Rendah 10 100 0 0 0 0 10 100%

Tabel 12 Tabulasi silang AQ dengan problem solving dalam menjalankan bisnis


(16)

Kategori AQ

Motivasi untuk menjalankan bisnis

Total

Ada Tidak

Tidak menjawab

% % % %

Tinggi 13 100 0 0 0 0 13 100%

Sedang 17 100 0 0 0 0 17 100%

Rendah 10 100 0 0 0 0 10 100%

Tabel 13 Tabulasi silang AQ dengan motivasi untuk menjalankan bisnis

Kategori AQ

Waktu yang digunakan untuk menjalankan bisnis

Total 1-2 jam 2-6 jam

Tidak menjawab

% % % %

Tinggi 11 84.6 2 15.4 0 0 13 100%

Sedang 15 88.2 2 11.8 0 0 17 100%

Rendah 5 50 5 50 0 0 10 100%

Tabel 14 Tabulasi silang AQ dengan waktu yang digunakan untuk menjalankan bisnis


(17)

Lampiran 3

Data Penunjang


(18)

No : Inisial : Level :

Jenis kelamin :

Pertanyaan Data Penunjang

Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai dengan diri anda, bila ada jawaban lain tuliskan apa itu dan alasannya. Data ini bersifat rahasia sehingga anda bebas untuk menuliskan jawaban apa saja yang sesuai dengan diri anda. Apakah menjalin relasi dengan rekan kerja sesama pelaku bisnis network marketing secara sehat dan terjalin baik merupakan salah satu hal yang menjadi kesulitan bagi anda selama menjalani bisnis ini?

a. Ya b. Tidak c. Lainnya………

Apakah mencari calon partner kerja/prospek yang ingin diajak untuk menjadi pelaku bisnis network marketing merupakan salah satu hal yang menjadi kesulitan bagi anda selama menjalani bisnis ini?

a. Ya b. Tidak c. Lainnya………

Apakah anda mengalami kesulitan mencapai omzet di akhir periode, sehingga anda tidak dapat naik ke level berikutnya di tahap pengembangan dalam bisnis network marketing ini?

a. Ya b. Tidak c. Lainnya………

Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengelola jaringan anda?

a. Ya b. Tidak c. Lainnya………

Apakah anda mengalami kesulitan dalam membantu downline yang baru bergabung untuk menemukan visi dalam menjalankan bisnis ini?

a. Ya b. Tidak c. Lainnya………

Apakah anda memiliki tabiat/watak yang diturunkan secara genetic oleh orangtua anda dan hal tersebut berpengaruh terhadap kesuksesan anda dalam menjalani bisnis network marketing?

a. Ya b. Tidak c. Lainnya………

Apakah latar belakang pendidikan yang anda miliki saat ini berpengaruh terhadap kesuksesan anda dalam menjalani bisnis network marketing?

a. Ya b. Tidak c. Lainnya………

Apakah keyakinan anda secara mendalam terhadap seseorang/sesuatu yang lebih besar dari diri anda dan hal tersebut berpengaruh terhadap kesuksesan anda dalam menjalani bisnis network marketing?


(19)

a. Ya b. Tidak c. Lainnya……….

Apakah kemampuan/bakat dalam diri anda mempengaruhi anda dalam menjalankan bisnis network marketing?

a. Ya b. Tidak c. Lainnya……….

Jawablah setiap pertanyaan pada titik-titik di bawahnya. Isilah sesuai dengan keadaan diri anda yang sebenarnya, data ini dirahasiakan.

Karakter seperti apa dalam diri anda yang menurut anda paling menunjang anda dalam menjalankan bisnis network marketing?

……… ……… ……… ……… ………... Apakah anda memiliki masalah kesehatan yang serius? Bila ada sakit apa? Dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi anda dalam menjalankan bisnis network marketing? ……… ……… ……… ……… ………

Bagaimana cara anda mengatasi setiap permasalahan dalam menjalankan bisnis network marketing? ……… ……… ……… ……… ………

Apa yang menjadi motivasi anda untuk menjalankan bisnis network marketing?

……… ……… ……… ……… ………

Sebarapa sering/lama waktu yang anda gunakan untuk menjalankan bisnis network marketing? ……… ……… ……… ……… ………


(20)

Lampiran 4

Quessionaire


(21)

Petunjuk pengisian :

Dibawah ini ada sejumlah pernyataan/peristiwa yang menggambarkan situasi anda dalam berbisnis. Bayangkanlah pernyataan/peristiwa tersebut seolah-olah terjadi, dan jawablah sesuai dengan reaksi anda pertama kali saat menghadapi situasi tersebut. Disediakan dua reaksi yang saling berlawanan dikutub sebelah kiri dan kanan. Jawablah dengan memilih angka 1, 2, 3 atau 4 yang merupakan derajat reaksi anda terhadap peristiwa diatasnya. Anda lebih kearah kutub sebelah kanan atau kiri. Jawablah dengan memberikan tanda silang (x) pada angka 1,2,3 atau 4.

Isilah dengan teliti jangan sampai ada nomor-nomor yang terlewat. Selamat mengerjakan.

1) Saya melupakan janji saya dengan salah seorang downline dan itu adalah kesalahan saya.

mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu

dari situasi itu

2) Salah satu downline saya memberikan komentar pedas kepada saya atas apa yang telah saya lakukan sebagai upline dan hal tersebut mengganggu sehingga tidak dapat bekerja secara maksimal.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

mempengaruhi semua terbatas pada situasi

emosi dan pikiran dalam ini

mengambil tindakan

3) Saya tidak pandai dalam menjelaskan kinerja dan rencana kerja saya kepada upline saya.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

akan berlarut-larut akan cepat berlalu

4) Saya merasa bahwa saya dapat dengan mudah mencari calon partner bisnis yang akan di ajak bekerja sama.

Situasi itu berada 1 2 3 4 mampu

di luar kendali mengendalikan situasi

itu

5) Saya melupakan janji temu dengan calon partner bisnis saya untuk presentasi sehingga semua jadwal kerja saya menjadi kacau dan itu merupakan kesalahan saya.

mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu


(22)

6) Rencana kerja saya menjadi kacau balau hari ini yang disebabkan salah satu janji dengan calon partner bisnis yang selalu diundur-undur waktunya. Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

mempengaruhi semua terbatas pada situasi

emosi dan pikiran dalam ini

mengambil tindakan

7) Saya sudah mencoba menghubungi calon partner bisnis saya namun ia tidak merespon dan hal ini pasti akan selalu terjadi.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

akan berlarut-larut akan cepat berlalu

8) Omzet saya periode ini tidak tercapai dan saya merasa bahwa tidak ada yang dapat saya lakukan lagi karena ini tergantung dari kinerja downline-downline saya.

Situasi itu berada 1 2 3 4 mampu

di luar kendali mengendalikan situasi

itu

9) Omzet jaringan saya tidak dapat masuk ke stokist dikarenakan kesalahan saya yang terlambat beberapa menit tiba di stokist.

mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu

dari situasi itu

10) Upline saya telah menetapkan target kepada saya namun saya tidak dapat mencapainya dan seterusnya saya tidak akan pernah dapat mencapai target yang diberikan.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

akan berlarut-larut akan cepat berlalu

11) Saya sudah putus asa dalam membantu downline-downline saya yang baru bergabung untuk menemukan visi pribadi mereka namun usaha yang dikeluarkan untuk mencapai visi tersebut tidak ada sama sekali.

mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu

dari situasi itu

12) Dunia saya akan berakhir bila saya tidak membantu downline-downline yang baru bergabung untuk menemukan visi pribadi mereka dalam menjalnkan bisnis ini.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

mempengaruhi semua terbatas pada situasi

emosi dan pikiran dalam ini


(23)

13) Segala sesuatunya tidak akan pernah membaik bila downline-downline saya yang baru bergabung masih belum memiliki visi pribadi yang ingin mereka raih dalam menjalankan bisnis ini.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

akan berlarut-larut akan cepat berlalu

14) Saya akan mengadakan pertemuan jaringan yang akan membahas mengenai perkembangan jaringan yang sehat dan saya yakin dalam situasi apapun bila membangun jaringan dengan sehat bisnis ini akan menjadi besar.

Situasi itu berada 1 2 3 4 mampu

di luar kendali mengendalikan situasi

itu

15) Keputusan yang saya ambil saat ini dalam membangun jaringan merupakan tanggung jawab saya sebagai leader di jaringan saya.

mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu

dari situasi itu

16) Bisnis saya akan berakhir karena salah satu downline saya tidak mengelola jaringannya secara sehat sehingga saya harus turun tangan.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

mempengaruhi semua terbatas pada situasi

emosi dan pikiran dalam ini

mengambil tindakan

17) Jaringan saya hancur total dan tidak akan pernah membaik lagi.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

akan berlarut-larut akan cepat berlalu

18) Upline saya mengomentari banyak hal tentang kinerja saya dan saya merasa bahwa apa yang dikatakannya adalah benar.

Situasi itu berada 1 2 3 4 mampu

di luar kendali mengendalikan situasi

itu

19) Saya berselisihpaham dengan salah seorang downline saya dan hal tersebut dapat menghancurkan seluruh bisnis saya.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

mempengaruhi semua terbatas pada situasi

emosi dan pikiran dalam ini

mengambil tindakan

20) Downline dan upline saya tidak dapat diajak bekerjasama dengan baik, hal ini membuat bisnis saya benar-benar hancur.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu


(24)

21) Saya merasa tidak dapat menepati janji temu saya dengan seorang calon partner bisnis saya hari ini.

Situasi itu berada 1 2 3 4 mampu

di luar kendali mengendalikan situasi

itu

22) Bisnis saya menjadi tidak berjalan dengan baik karena setiap kali mencari calon partner bisnis sulit sekali untuk membuat janji temu dengannya. Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

mempengaruhi semua terbatas pada situasi

emosi dan pikiran dalam ini

mengambil tindakan

23) Pencapaian omzet jaringan periode ini menurun, namun hal ini akan saya perbaiki di periode berikutnya.

mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu

dari situasi itu

24) Hidup saya tidak akan berakhir bila periode ini omzet saya menurun drastis. Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

mempengaruhi semua terbatas pada situasi

emosi dan pikiran dalam ini

mengambil tindakan

25) Sekeras apapun saya bekerja saya tidak dapat mengejar tenggat waktu yang amat terbatas untuk mecapai omzet di periode ini dan akan selalu seperti ini setiap periodenya.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

akan berlarut-larut akan cepat berlalu

26) Salah seorang downline saya yang masih baru dalam bisnis ini masih belum mengetahui visi pribadinya dalam menjalankan bisnis ini dan hal ini dapat saya atasi dengan menceritakan visi pribadi saya kepadanya.

Situasi itu berada 1 2 3 4 mampu

di luar kendali mengendalikan situasi

itu

27) Kesalahan ada pada downline-downline itu sendiri yang tidak berusaha menemukan visi pribadi mereka sehingga bisnis yang mereka jalankan tidak berkembang dengan baik.Bisnis saya akan hancur bila banyak dari downline-downline saya yang belum memiliki visi pribadi.

mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu


(25)

28) Bisnis saya tidak berjalan sebagaimana mestinya karena downline-downline yang baru bergabung belum memiliki visi pribadi mereka dan biasanya akan selalu begini.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

akan berlarut-larut akan cepat berlalu

29) Saya benar-benar bertanggung jawab atas jaringan yang telah saya bangun selama ini.

mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu

dari situasi itu

30) Saya tidak pandai dalam mengelola jaringan yang sudah saya bangun sehingga jaringan saya tidak mengalami perkembangan apapun.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

akan berlarut-larut akan cepat berlalu

31) Saya merasa kesulitan menghubungi downline saya yang baru saja bergabung.

Situasi itu berada 1 2 3 4 mampu

di luar kendali mengendalikan situasi

itu

32) Upline saya terlambat datang dalam suatu janji temu dengan saya, dan hal itu menguntungkan saya karena masih memiliki waktu untuk presentasi. mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu

dari situasi itu

33) Upline saya selalu keliru menilai diri saya dan menilai kinerja saya secara langsung dan hal tersebut mengganggu konsentrasi dan minat saya untuk melanjutkan bisnis saya.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

mempengaruhi semua terbatas pada situasi

emosi dan pikiran dalam ini

mengambil tindakan

34) Saya seorang yang tidak mudah untuk akrab dengan upline saya karena adanya perasaan segan dalam diri saya sehingga hal ini menyulitkan saya untuk berkembang dalam bisnis ini.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

akan berlarut-larut akan cepat berlalu

35) Walaupun calon partner bisnis saya selalu menghindar dan membatalkan janji temu, saya akan tetap menghubunginya.

mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu


(26)

36) Kehidupan saya akan hancur bila semua calon partner bisnis saya tidak menepati janji temunya dengan saya.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

mempengaruhi semua terbatas pada situasi

emosi dan pikiran dalam ini

mengambil tindakan

37) Calon partner bisnis saya membatalkan janji temunya dengan saya dan biasanya selalu begini.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

akan berlarut-larut akan cepat berlalu

38) Periode ini saya harus berusaha keras untuk memenuhi target omzet jaringan dengan melakukan lebih banyak pertemuan dengan downline-downline saya.

Situasi itu berada 1 2 3 4 mampu

di luar kendali mengendalikan situasi

itu

39) Omzet yang tidak tercapai di periode ini merupakan kesalahan dari downline saya yang tidak pernah mendengarkan apa yang saya katakan kepadanya. mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu

dari situasi itu

40) Saya akan menjadi kacau dalam menjalankan bisnis ini bila periode ini banyak target omzet yang tidak tercapai.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

mempengaruhi semua terbatas pada situasi

emosi dan pikiran dalam ini

mengambil tindakan

41) Omzet jaringan yang tidak masuk periode ini disebabkan adanya kesalahan yang dilakukan oleh salah satu downline, namun peristiwa ini tidak boleh terjadi lagi di periode berikutnya.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

akan berlarut-larut akan cepat berlalu

42) Saya tidak tahu apa yang dapat saya lakukan dan saya rasa saya tidak dapat melakukan apa-apa terhadap downline-downline saya yang baru bergabung yang belum memiliki visi pribadi yang ingin dicapainya karena mereka harus menemukannya sendiri.

Situasi itu berada 1 2 3 4 mampu

di luar kendali mengendalikan situasi


(27)

43) Kesalahan ada pada downline-downline itu sendiri yang tidak berusaha menemukan visi pribadi mereka sehingga bisnis yang mereka jalankan tidak berkembang dengan baik.

mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu

dari situasi itu

44) Saya menjadi kewalahan dan sulit tidur memikirkan banyak dari downline-downline saya yang ternyata belum memiliki visi pribadi yang ingin mereka capai.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

mempengaruhi semua terbatas pada situasi

emosi dan pikiran dalam ini

mengambil tindakan

45) Saya tidak akan pernah menjadi upline yang baik bila saya tidak dapat membantu downline-downline saya menemukan visi pribadi mereka yang ingin mereka raih dalam menjalankan bisnis ini.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

akan berlarut-larut akan cepat berlalu

46) Berkembang tidaknya suatu jaringan tergantung masing-masing orang dalam mengelolanya dan hal ini diluar jangkauan saya.

Situasi itu berada 1 2 3 4 mampu

di luar kendali mengendalikan situasi

itu

47) Saya benar-benar bodoh karena tidak mengajarkan bagaimana membangun jaringan yang sehat kepada downline-downline saya, sehingga pada saat saya tidak dapat membantu mereka, seluruh perkembangan jaringan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu

dari situasi itu

48) Saya janjian dengan crosslining untuk datang bersama dalam suatu pertemuan besar namun saya merasa tidak dapat hadir dalam acara tersebut.

Situasi itu berada 1 2 3 4 mampu

di luar kendali mengendalikan situasi

itu

49) Upline saya tidak terlalu banyak membantu dan hal itu mengacaukan seluruh rencana kerja saya.

mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu

dari situasi itu


(28)

50) Saya hanyalah seorang yang pemalu dalam hal bergaul dengan crosslining lainnya yang merupakan suatu teamwork dalam bisnis ini.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

akan berlarut-larut akan cepat berlalu

51) Saya tidak dapat melakukan presentasi kepada calon partner bisnis karena saya merasa saya kurang pandai berbicara.

Situasi itu berada 1 2 3 4 mampu

di luar kendali mengendalikan situasi

itu

52) Calon partner bisnis saya membatalkan janjinya, maka saya meminta waktu yang lain untuk bertemu dengannya walaupun mungkin akan lebih sulit. mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu

dari situasi itu

53) Semua akan berjalan sesuai dengan rencana kerja walaupun calon partner bisnis saya membatalkan janji temunya dengan saya.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

mempengaruhi semua terbatas pada situasi

emosi dan pikiran dalam ini

mengambil tindakan

54) Calon partner bisnis saya selalu membatalkan janji temunya dan hal itu tidak akan pernah terjadi lagi.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

akan berlarut-larut akan cepat berlalu

55) Saya melakukan banyak persentasi periode ini agar saya dapat mencapai omzet dan mencapai goal yang saya inginkan.

Situasi itu berada 1 2 3 4 mampu

di luar kendali mengendalikan situasi

itu

56) Saya telah merusak seluruh bisnis saya dengan melakukan kesalahan dalam pencapaian omzet di periode ini.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

mempengaruhi semua terbatas pada situasi

emosi dan pikiran dalam ini

mengambil tindakan

57) Orang tua saya benar saya tidak akan berhasil dalam bisnis ini karena selalu gagal mencapai target omzet.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu


(29)

58) Tidak ada yang dapat downline-downline saya lakukan bila mereka tidak memiliki visi pribadi dalam menjalankan bisnis ini.

Situasi itu berada 1 2 3 4 mampu

di luar kendali mengendalikan situasi

itu

59) Downline-downline saya yang baru bergabung belum memiliki visi pribadi mereka hingga saat ini, dan hal ini merupakan kesalahan saya seluruhnya karena tidak membantu mereka.

mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu

dari situasi itu

60) Berkembang tidaknya suatu jaringan tergantung masing-masing orang dalam mengelolanya dan hal ini diluar jangkauan saya.

Situasi itu berada 1 2 3 4 mampu

di luar kendali mengendalikan situasi

itu

61) Saya tidak tahu menahu soal jaringan yang tidak sehat dalam jaringan saya yang merupakan jaringan dari salah satu downline saya.

mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu

dari situasi itu

62) Saya menepati setiap janji pertemuan dengan upline saya karena dengan begitu saya merasa semakin yakin dalam menjalankan bisnis ini.

Situasi itu berada 1 2 3 4 mampu

di luar kendali mengendalikan situasi

itu

63) Hubungan saya dengan salah satu downline saya menjadi buruk dan saya tahu apa yang harus saya lakukan.

mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu

dari situasi itu

64) Saya membantu menyelesaikan masalah downline saya dan hal tersebut tidak mengganggu saya dalam menjalankan bisnis ini.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

mempengaruhi semua terbatas pada situasi

emosi dan pikiran dalam ini

mengambil tindakan

65) Upline saya memberitahukan saya bahwa saya memiliki potensi dalam bisnis ini dan saya sadari bahwa ia benar.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu


(30)

66) Calon partner bisnis saya melupakan janjinya dan itu merupakan kesalahan saya yang tidak dapat membuat janji dengan benar.

mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu

dari situasi itu

67) Bisnis saya berjalan sebagaimana mestinya walaupun terkadang calon partner bisnis saya tidak menepati janjinya untuk bertemu.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

mempengaruhi semua terbatas pada situasi

emosi dan pikiran dalam ini

mengambil tindakan

68) Saya harus selalu berhati-hati untuk tidak lagi menunda untuk menghubungi calon partner bisnis saya.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

akan berlarut-larut akan cepat berlalu

69) Saya merasa bahwa saya tidak dapat mencapai omzet tempat pada waktu yang telah dtargetkan, dan tidak ada yang dapat saya lakukan bila waktunya sudah sangat mendesak.

Situasi itu berada 1 2 3 4 mampu

di luar kendali mengendalikan situasi

itu

70) Tidak tercapainya omzet jaringan di periode ini masih bisa diperbaiki lagi di periode berikutnya.

mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu

dari situasi itu

71) Upline saya akan meninggalkan saya bila saya tidak mencapai target omzet yang diharapkannya dan hal tersebut tidak akan menghancurkan bisnis saya. Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

mempengaruhi semua terbatas pada situasi

emosi dan pikiran dalam ini

mengambil tindakan

72) Bisnis ini tidak akan hancur hanya karena target omzet yang tidak tercapai di periode ini, saya dapat memperbaikinya di periode berikutnya.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

akan berlarut-larut akan cepat berlalu

73) Tidak ada gunanya downline-downline saya presentasi siang dan malam namun tidak ada visi pribadi dalam menjalankannya.

Situasi itu berada 1 2 3 4 mampu

di luar kendali mengendalikan situasi


(31)

74) Saya kurang membantu downline-downline saya yang baru bergabung agar mereka memiliki visi pribadi dalam menjalankan bisnis ini namun hal ini akan saya perbaiki dengan meninjau satu persatu downline-downline saya. mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu

dari situasi itu

75) Saya tidak menjadi gelisah saat mengetahui bahwa downline-downline saya masih belum memiliki visi pribadi yang ingin mereka raih dalam menjalankan bisnis ini.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

mempengaruhi semua terbatas pada situasi

emosi dan pikiran dalam ini

mengambil tindakan

76) Bisnis saya tidak berjalan sebagaimna mestinya hal ini dikarenakan banyak dari downline saya yang belum menjalankan dengan baik karena belum memiliki visi pribadi yang ingin mereka raih dan saya kurang berusaha untuk menjelaskan kepada mereka tentang pentingnya memiliki sebuah visi dalam menjalankan bisnis ini.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

akan berlarut-larut akan cepat berlalu

77) Saya harus mencari cara lain untuk mengembangkan jaringan yang lebih sehat dibandingkan dengan jaringan yang ada saat ini.

Situasi itu berada 1 2 3 4 mampu

di luar kendali mengendalikan situasi

itu

78) Bukan saya yang menyebabkan adanya jaringan yang tidak sehat dari salah satu downline saya, itu merupakan kesalahan dari downline saya tersebut. mengabaikan untuk 1 2 3 4 Perlu memperbaiki

memperbaiki akibat akibat dari situasi itu

dari situasi itu

79) Saya akan tetap melanjutkan bisnis saya walaupun jaringan yang ada saat ini tidak berkembang dengan baik, karena hal ini dapat saya perbaiki dengan membangun jaringan yang baru dan sehat.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu

mempengaruhi semua terbatas pada situasi

emosi dan pikiran dalam ini

mengambil tindakan

80) Saya akan membantu downline-downline saya dalam membangun jaringan meskipun sulit karena pasti aka nada jalan keluar dari setiap kesulitan tersebut.

Akibat dari situasi itu 1 2 3 4 Akibat dari situasi itu


(32)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Krisis global yang terjadi saat ini menekan perekonomian nasional. Salah satu imbasnya adalah meningkatkan angka pengangguran nasional karena banyak perusahaan yang berbasis eksport melakukan PHK ataupun merumahkan pegawainya akibat dari krisis global ini. Belum lagi sektor lain yang mempunyai keterikatan yang tinggi dalam menopang sektor eksport tersebut. Kini, krisis menghantam tidak hanya sektor padat modal, melainkan juga padat karya. Indikasinya, krisis tidak hanya memukul sektor produksi yang tidak diperdagangkan (non-tradable) seperti perbankan dan keuangan. Tetapi juga memukul sektor tradable seperti manufaktur, maupun tekstil dan produk tekstil (TPT). (http://www.suaramedia.com/ekonomi-bisnis/ekonomi/). Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran.

Menurut Sunarsip, seorang Ekonom Kepada The Indonesia Economic Intellegience (IEI) dalam acara Monthly Evonomic Review di kantor IEI Jakarta, Minggu (02/08/2009), tingkat pengangguran dan kemiskinan masih sangat tinggi, yaitu sebesar delapan hingga 10% untuk pengangguran dan 12%-14% untuk tingkat kemiskinan. Analisis Divisi Vibiz Research unit dari Vibiz Consulting melihat dengan adanya potensi peningkatan pengangguran tersebut maka akan membuat pengangguran meningkat menembus level 10 juta orang pada tahun ini.


(33)

2

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan data BPS jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 9,4 juta orang. Apabila komposisinya ditinjau berdasarkan pendidikan adalah : Dibawah Sekolah Dasar (547 ribu jiwa), Sekolah Dasar (2,1 Juta jiwa), SMP dan sederajat (1,973 juta jiwa), SMA dan sederajat (3,81 juta jiwa), Diploma dan sederajat (362 ribu jiwa) dan Universitas dan sederajat (600 ribu jiwa). Dari keseluruhan jumlah pengangguran, ada yang beralih profesi sebagai wirausaha bagi mereka yang memiliki modal yang cukup besar, sementara yang tidak memiliki modal terpaksa bekerja serabutan. Ada juga yang memilih usaha dengan modal sangat terjangkau

yaitu bergabung dalam bisnis network marketing.

(http://www.vibiznews.com/news)

Pengertian dari network marketing itu sendiri adalah model bisnis yang menggabungkan pemasaran langsung dengan franchise. Adapun yang di maksud dengan pemasaran langsung adalah metode penjualan barang dan/atau jasa tertentu kepada konsumen dengan cara tatap muka di luar lokasi eceran tetap oleh jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh Mitra Usaha dan bekerja berdasarkan komisi penjualan, bonus penjualan dan iuran keanggotaan yang wajar. (http://www.apli.or.id/this_page.php?id) franchise adalah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu. (http://id.wikipedia.org/wiki/Waralaba).


(34)

3

Universitas Kristen Maranatha Para pelaku bisnis network marketing tidak sama dengan sales marketing. Pelaku bisnis network marketing adalah orang-orang professional yang telah diajarkan oleh sistem menjadi seorang pengusaha dalam bisnis ini. Salah satu perusahaan internasional memakai basis network marketing dengan support system yang terstruktur dengan baik. Perusahaan ini terdiri dari tiga perusahaan besar yang saling bersinergi, salah satunya perusahaan sebagai perusahaan supply yang menyediakan produk, perusahaan kedua adalah perusahaan support system sebagai penyedia layanan pendidikan bagi para pelaku bisnisnya, dan perusahaan ketiga adalah perusahaan penyedia barang dan jasa retail bagi para pelaku bisnis. Dalam sistemnya sendiri terdiri atas beberapa tahapan yaitu tahap pengembangan, tahap kehormatan, dan tahap director. Tahap pengembangan ini merupakan tahap dimana seseorang membangun dan mengembangkan jaringannya secara sehat sesuai dengan sistem berdasarkan support system. Di tahap pengembangan terdapat delapan level dimulai dari level tiga yang berarti keanggotaan penuh dan level delapan sebagai leader dalam jaringan tersebut.

Sistem ini sendiri disemboyankan siapa saja yang ingin mengubah kehidupannya menjadi lebih sejahtera dari sebelumnya dengan menyejahterakan orang lain. Menurut Louis Tendean, 2009 dalam buku Saleh Miftahussalam berjudul “Jual Diri Untuk Impian”, salah satu pebisnis network marketing, sukses adalah 95% impian/visi dan sikap positif, 5% adalah teknis. Dalam menjalankan bisnis network marketing tidak semudah yang dipikirkan orang kebanyakan. Salah satu hal yang harus di miliki oleh seorang pelaku bisnis network marketing adalah


(35)

4

Universitas Kristen Maranatha visi. Visi inilah yang memberikan dorongan kepada para pelaku untuk menjalankan bisnis ini.

Pelaku bisnis memerlukan suatu visi dan misi yang jelas dan untuk memperoleh visi dan misi tersebut perlu memahami visi dan misi yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan supply memiliki visi yaitu ”Kesehatan, kekayaan, kedamaian, dan pengembangan” dan misi perusahaan ini adalah menghargai hidup dan menyebarkan cinta kasih agar orang menyadari kesehatannya. Perusahaan support system yang memberikan pembelajaran secara langsung memiliki visi yaitu ”Membangun aset yang sehat dan terus berkembang” dan misinya adalah mendukung jalannya sistem network marketing dalam perusahaan ”x”. Dan perusahaan retail network marketing yang memiliki visi yaitu ”Memberdayakan ekonomi rakyat” dan misinya adalah berkolaborasi secara sinergis dengan perusahaan supply dan support system.

Namun untuk mencapai sukses dan visi tersebut ada hambatan, kendala, dan rintangan yang pelaku bisnis hadapi antara lain menghadapi seseorang yang memiliki pola pikir yang negatif terhadap bisnis ini, menghadapi cacian dan makian dari orang-orang terdekat yang meremehkan bisnis ini, menghadapi perlakuan yang tidak semestinya dari orang lain yang memiliki karakter yang buruk dan temperamen yang buruk, menghadapi penolakan dan kekecewaan dari keluarga karena ketidaksukaan mereka terhadap bisnis yang menurut mereka tidak memiliki masa depan bahkan ada yang di usir dari rumah oleh orangtuanya karena menjalankan bisnis ini. Hubungan yang tidak terjalin baik antara upline (orang


(36)

5

Universitas Kristen Maranatha yang mengajak atau yang terlebih dahulu bergabung) dan downline (orang yang diajak bergabung).

Hal yang paling buruk yang mungkin dihadapi adalah keterasingan dari lingkungannya, teman-temannya, keluarganya bahkan sahabat terdekatnya hanya karena perbedaan paradigma mengenai bisnis network marketing yang saat ini masih di pandang sebelah mata oleh sebagaian besar orang. Selain itu para pelaku bisnis network marketing harus menghadapi hambatan yang ada dalam diri mereka. Mereka harus mengendalikan perasaan mereka saat menjalankan bisnis ini, mengendalikan suasana hati mereka yang dapat berubah sewaktu-waktu, mengendalikan rasa malas mereka sehingga mereka dapat melakukan kinerja dengan penuh komitmen, konsisten dan persisten.

Hal lainnya adalah yang berhubungan dengan pencapaian omzet dimana setiap bulannya ada batas waktu pemasukan omzet setiap bulan. Untuk dapat sukses dengan cepat maka seorang pelaku bisnis harus dapat memenuhi syarat omzet untuk naik level ke level yang lebih tinggi. Seorang pelaku bisnis harus bekerja ekstra keras dalam membimbing jaringannya dan mengelola jaringan untuk dapat mencapai syarat omzet tersebut. Cara lain untuk meningkatkan omzet adalah dengan prospecting, dimana seorang pelaku bisnis melakukan presentasi untuk mencari calon partner bisnis yang dapat bekerjasama dalam mengembangkan jaringan dan meningkatkan omzet jaringan.

Menurut salah seorang pelaku bisnis ini, para pelaku bisnis network marketing hanya perlu menyisihkan waktu-waktu luangnya untuk menjalankan bisnis ini namun harus komit, konsisten dan persisten. Ada juga orang-orang


(37)

6

Universitas Kristen Maranatha tertentu yang menjalankan bisnis ini dari pagi hingga pagi lagi meskipun jadwal yang dimiliki amat padat. Belum lagi apabila saat menjalankannya ada hal seperti janji yang tidak di tepati olah calon partner (prospek) yang diajak berbisnis. Gangguan di jalan berupa kemacetan, kecelakaan, banjir, hujan lebat sehingga dapat menghalangi seseorang untuk menjalankan bisnisnya, tidak jarang membuat seseorang malas untuk menjalani aktivitas atau menghadapi hambatan lainnya seperti tidak ada yang tertarik saat pelaku bisnis menawarkan bisnisnya atau menolak untuk janji temu dengan pelaku bisnis yang kesemua itu dapat membuat patah semangat, putus asa dan merasa lemah.

Selain itu dalam pencapaian setiap tahapnya pelaku bisnis network marketing harus memenuhi persyaratan seperti telah memiliki jaringan dengan pencapaian omzet yang memenuhi syarat untuk naik ke level atau tahapan yang lebih tinggi. Seringkali pelaku bisnis memiliki banyak jaringan namun belum memenuhi omzet, sehingga pelaku bisnis belum dapat naik ke level atau tahapan yang lebih tinggi. Keadaan ini juga menjadi kendala bagi pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya karena harus mencapai target omzet sementara penjualan produk di jaringan seorang pelaku bisnis tidak terlalu banyak.

Hambatan, kendala dan rintangan yang harus di hadapi oleh para pelaku bisnis network marketing ini, menyebabkan ada yang mampu untuk mencapai setiap tahapan hingga mencapai tahapan puncak dan ada juga yang sulit untuk mencapai setiap tahapan hingga puncak bahkan ada yang tidak lagi mau untuk menjalankannya. Maka hal ini diperlukan ketahanan dalam menghadapinya salah satunya oleh Paul G. Stoltz disebut sebagai Adversity Quotient yaitu seberapa jauh


(38)

7

Universitas Kristen Maranatha seseorang mampu bertahan menghadapi kesulitan dan mengatasinya. Dalam menjalankan bisnisnya. Para pelaku bisnis network marketing memiliki Adversity Quotient yang berbeda-beda, ada yang rendah (quiter), sedang (camper), dan tinggi (climber).

Adversity yang berbeda-beda tersebut dapat dilihat berdasarkan wawancara dan observasi dengan salah seorang pebisnis muda yang memiliki level yang tinggi pada tahap pengembangan dalam bisnis ini dan dua puluh orang pelaku bisnis network marketing “X”, maka didapat hasil 15% pelaku bisnis network marketing memperlihatkan perilaku sebagai berikut bila dihadapkan dengan berbagai masalah, mereka akan terus berusaha dan tidak menyerah untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Bila dalam mencari orang baru untuk diajak bergabung banyak yang menolak untuk bergabung dalam bisnis, mereka tidak akan melihat hal itu sebagai masalah justru akan melihat hal itu sebagai kesempatan untuk pembuktian diri bahwa apa yang diyakininya, dijalani bahkan yang diperjuangkan adalah benar. Mereka hanya tertuju pada satu point yaitu visi yang dari awal telah dibangun sebagai pondasi dalam menjalankan bisnis ini, dan berhasil melewati setiap level di tahap pengembangan untuk memperoleh penghargaan sebagai hadiah dari hasil kerja keras mereka. Selain itu, mereka akan terus berusaha mencapai visi dari sistem ini untuk mencapai tahapan yang berikutnya.

Sebanyak 60% pelaku bisnis network marketing memperlihatkan perilaku yang pada awalnya bisa diatasi setiap masalah yang menghadangnya, tetapi saat masalah tersebut datang bertubi-tubi dirinya merasa lemah dan tidak sanggup


(39)

8

Universitas Kristen Maranatha untuk terus bertahan lalu memilih untuk diam tanpa berbuat apa-apa. Kelompok ini akan melewatkan setiap kesempatan dan memandang bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk menjalankan bisnisnya karena ada masalah di dalamnya. Mereka memilih menunggu masalah yang menghadang itu pergi dan melihat bahwa keadaan sudah mulai membaik maka mereka akan kembali untuk menjalaninya.

Sebesar 25% pelaku bisnis network marketing memperlihatkan perilaku saat menjalani bisnis ini dan menemukan masalah yang menghadang maka memilih untuk menyerah bahkan berhenti dari bisnis ini. Cenderung melarikan diri dari masalah yang dihadapi, menghindari pertemuan-pertemuan dengan rekan sejawat bahkan menghilang dari bisnis ini tanpa menghasilkan apapun. Merasa tidak mampu, rendah diri dan memiliki kecenderungan melihat hal-hal dari sisi buruknya. Tidak mau menjalankan bisnisnya bila tidak di motivasi oleh rekannya sesama pebisnis yang telah lebih dahulu berbisnis di bidang ini. Sekitar 20% dengan perilaku diatas mengundurkan diri dan berhenti dari bisnis ini, sekitar 5% masih menjadi anggota namun tidak menjalankan bisnisnya sama sekali lebih memilih menjadi pemakai produk.

Perilaku berbeda yang ditunjukan oleh masing-masing kelompok diatas menyebabkan peneliti ingin melihat lebih lanjut bagaimana Adversity Quotient pada para pelaku bisnis network marketing “X” di kota Bandung.


(40)

9

Universitas Kristen Maranatha 1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin mengetahui bagaimana Adversity Quotient (AQ) pada pelaku bisnis network marketing “X” di kota Bandung .

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai Adversity Quotient (AQ) pada pelaku bisnis network marketing “X” di kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui secara lebih spesifik gambaran mengenai dimensi-dimensi dalam Adversity Quotient (AQ) pada pelaku bisnis network marketing ”X” di kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan teoretis

1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi tambahan di bidang Psikologi Industri dan Organisasi, khususnya yang berkaitan dengan gambaran AQ dalam menghadapi kendala, hambatan, dan tantangan dalam mencapai visi pribadi yang ingin dicapai.


(41)

10

Universitas Kristen Maranatha 2) Sebagai sumbangan informasi dan ide kepada peneliti lain yang tertarik untuk menggali lebih jauh tentang AQ maupun tentang network marketing.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1) Sebagai bahan masukan bagi organisasi yang menaungi network marketing ”x” dalam melakukan pelatihan AQ dan pengembangan Sumber Daya Manusia pada pelaku bisnis yang menjalankan bisnisnya di network marketing tersebut.

2) Memberi informasi tambahan kepada para pelaku bisnis mengenai derajat Adversity Quotient yang dimilikinya sebagai masukan informasi, sehingga informasi agar dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja dalam berbisnis.

3) Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai bisnis network marketing sebagai alternatif pilihan untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan.

1.5 Kerangka Pemikiran

Pengertian dari network marketing itu sendiri adalah model bisnis yang menggabungkan pemasaran langsung dengan franchise. Adapun yang di maksud dengan pemasaran langsung adalah metode penjualan barang dan/atau jasa tertentu kepada konsumen dengan cara tatap muka di luar lokasi eceran tetap oleh jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh Mitra Usaha dan bekerja berdasarkan komisi penjualan, bonus penjualan dan iuran keanggotaan yang


(42)

11

Universitas Kristen Maranatha wajar. (http://www.apli.or.id/this_page.php?id) franchise adalah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu. (http://id.wikipedia.org/wiki/Waralaba).

Dalam menjalankan bisnis network marketing, para pelaku bisnis di tahap pengembangan menghadapi situasi yang mencekam dan menekannya untuk bergerak maju untuk mencapai visi atau mundur dari bisnis ini. Keadaan yang dialami para pelaku bisnis hadapi antara lain hubungan yang kurang terjalin dengan baik antara upline dan downline. Omzet yang tidak mencapai target di setiap akhir bulan sehingga menyebabkan pelaku bisnis tidak dapat naik ke level atau tahap selanjutnya, hal ini juga berpengaruh dalam bagaimana pelaku bisnis mengelola jaringan dan bagaimana membantu menemukan visi bagi downline yang baru bergabung.

Hambatan-hambatan tersebut menyebabkan seseorang membutuhkan Adversity Quotient merujuk pada seberapa besar pola tanggapan pelaku bisnis network marketing untuk bertahan dan berusaha dalam mengatasi hambatan, kendala dan tantangan yang berhubungan dengan relasi dengan rekan kerja, mencari calon partner kerja, mengelola jaringan, membantu menemukan visi bagi downline yang baru bergabung dan mencapai omzet yang terbentuk dari empat dimensi yaitu Control (kendali), Ownership (tanggung jawab), Reach (jangkauan kesulitan), dan Endurence (daya tahan).


(43)

12

Universitas Kristen Maranatha Control (kendali) menjelaskan seberapa besar kendali seseorang yang dalam penelitian ini adalah para pelaku bisnis network marketing ”X” terhadap peristiwa yang menimbulkan kesulitan. Semakin tinggi tingkat kendali yang dimilikinya maka akan semakin memiliki tanggapan positif dalam pemikirannya mengenai kesulitan yang dihadapi sehingga memiliki harapan dan berusaha untuk mengatasi kesulitan tersebut. Misalnya jika seorang pelaku bisnis belum mandapatkan mitra usaha maka dengan memiliki control yang tinggi, dia akan terus berusaha untuk mendapatkan mitra usaha yang akan bekerjasama dengannya. Namun jika control yang dia miliki rendah, dia akan mudah menyerah dan putus asa, bahkan berhenti dari bisnis ini.

Ownership (tanggung jawab) mempertanyakan seberapa besar rasa tanggung jawab pelaku bisnis network marketing ”X” untuk mengakui akibat dari kesulitan yang dihadapinya. Semakin tinggi tingkat ownership ini maka akan mendorong pelaku bisnis bertindak efektif dalam mengatasi kesulitan tanpa menyalahkan pihak lain. Contohnya, jika pelaku bisnis tidak dapat membuat janji temu dengan calon partner kerja karena calon partner kerjanya memiliki waktu yang amat padat dan sulit untuk memperoleh waktu untuk bertemu, dia tidak akan menyalahkan calon partner kerjanya, tetapi menyadari jika kegagalan yang dia alami mungkin terjadi karena kurang berusaha. Sedangkan jika tingkat ownership yang dimilikinya rendah maka akan menyalahkan semua calon partnernya yang tidak dapat membuat janji temu dengannya.

Reach (jangkauan kesulitan) menjelaskan seberapa besar kemampuan pelaku bisnis network marketing ”X” dalam membatasi masalah sebagai sesuatu


(44)

13

Universitas Kristen Maranatha yang spesifik dan terbatas. Semakin tinggi reach yang dimiliki maka pelaku bisnis akan semakin mampu embatasi masalah sehingga lebih mudah terarah dalam mengatasinya dan tidak memperburuk kehidupannya secara keseluruhan. Kehidupan dari seorang pelaku bisnis tidak hanya terbatas pada kehidupan pekerjaan yang sedang dikerjakannya saat ini, namun mereka juga memiliki kehidupan sosial, baik dalam keluarga maupun masyarakat sekitar. Jika terjadi masalah dikehidupan sosialnya seperti masalah dalam keluarga, pelaku bisnis yang memiliki reach yang tinggi tetap akan mampu bekerja dengan baik, karena dia dapat memisahkan antara masalah keluarga dengan pekerjaannya. Namun sebaliknya, jika pelaku bisnis tersebut mempunyai reach yang rendah maka permasalahan dikeluarganya akan dapat mempengaruhi kinerjanya.

Endurance (daya tahan) menjelaskan bagaimana pelaku bisnis network marketing ”X” menganggap kesulitan akan berlangsung lama atau hanya sebentar. Semakin tinggi edurance yang dimiliki pelaku bisnis network marketing maka pelaku bisnis akan semakin menganggap bahwa suatu kesulitan hanya berlangsung sementara saja sehingga akan berusaha untuk mengatasi dan melaluinya. Pelaku bisnis yang memiliki endurance yang rendah akan cenderung menyerah jika menghadapi sebuah masalah, sebab dia tidak memiliki keyakinan bahwa keadaan akan menjadi lebih baik.

Keempat dimensi tersebut akan menghasilkan derajat AQ dan typenya dari para pelaku bisnis network marketing ”X”. Derajat tersebut di bagi atas AQ tinggi disebut climbers, AQ sedang disebut camper, dan AQ rendah disebut quitter. Pelaku bisnis yang mempunyai AQ tinggi akan mampu mengendalikan situasi


(45)

14

Universitas Kristen Maranatha sulit seperti bagaimana menjalin relasi dengan rekan kerja, mencari calon partner kerja, mengelola jaringan, menemukan visi bagi downline yang baru bergabung dan mencapai omzet, secara positif mampu untuk mempengaruhi situasi tersebut dan cepat pulih dari penderitaan. Bila terhambat di satu tahap karena situasi tersebut maka pelaku bisnis merasa perlu untuk memperbaikinya tanpa mempermasalahkan dan menyalahkan siapa yang menyebabkannya dan tidak mempengaruhi aspek kehidupannya yang lain. Para pelaku bisnis memandang apa yang terjadi, apa yang dialami dapat cepat berlalu, serta mampu memandang setiap hal yang dihadapi sebagai motivasi dalam diri untuk terus maju melawannya dan berusaha lebih baik lagi.

Sedangkan pelaku bisnis yang derajat AQ-nya sedang disebut camper. Pelaku bisnis yang mempunyai AQ sedang akan cukup mampu mengendalikan situasi sulit seperti bagaimana menjalin relasi dengan rekan kerja, mencari calon partner kerja, mengelola jaringan, menemukan visi bagi downline yang baru bergabung dan mencapai omzet. Pada saat situasi yang dihadapi semakin menumpuk, para pelaku bisnis akan kerepotan dalam mengatasinya dan menjadi tidak terkendali. Dalam situasi seperti ini cenderung untuk menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi. Pelaku bisnis merasa terbebani dan melihat bahwa apa yang dialami akan berlangsung lama menimpanya. Para pelaku bisnis akan menjadi putus asa dan bahkan mempengaruhi aspek kehidupan lainnya.

Pelaku bisnis yang derajat AQ-nya rendah disebut quitter. Pelaku bisnis yang mempunyai AQ rendah akan tidak mampu mengendalikan situasi sulit seperti bagaimana menjalin relasi dengan rekan kerja, mencari calon partner kerja,


(46)

15

Universitas Kristen Maranatha mengelola jaringan, menemukan visi bagi downline yang baru bergabung dan mencapai omzet. Saat semuanya tidak berjalan lancar, akan cenderung menyerah dan menjadi tidak berdaya. Bahkan menciptakan dalih-dalih bahwa apa yang dialami adalah karena kesalahan orang lain, menyalahkan keadaan, dan menyalahkan orang-orang yang terlibat dengannya tanpa merasa perlu untuk untuk memperbaiki situasi tersebut. Dan situasi tersebut dapat merusak seluruh aspek kehidupannya, dan akan menyerah sebelum mencoba untuk melewati kesulitannya.

Derajat AQ seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang biasa disebut pohon kesuksesan. Terdiri atas beberapa bagian akar, batang, cabang, dan daun. Akar tanpa faktor ini tak ada faktor lain yang dapat tumbuh, yaitu genetika, pendidikan dan keyakinan. Faktor pertama adalah genetika seseorang menentukan watak yang hampir mirip dengan saudara, ayah dan ibu kandungnya bahkan bakat yang dimiliki seseorang dapat dikarenakan adanya faktor genetika. Faktor kedua adalah pendidikan bisa mempengaruhi kecerdasan, pembentukan kebiasaan yang sehat, perkembangan watak, keterampilan, hasrat dan kinerja yang dihasilkan. Faktor ketiga adalah keyakinan yang mendalam dan mantap terhadap sesuatu atau seseorang yang lebih besar daripada dirinya sendiri.

Bagian dari batang pohon yang terdiri atas kecerdasan, kesehatan, dan karakter. Faktor pertama adalah kecerdasan, terdapat tujuh bentuk yaitu linguistik, kinestetik, spasial, logika matematis, musik, interpersonal, dan intrapersonal. Seseorang memiliki ketujuhnya dalam batas tertentu namun beberapa ada yang lebih dominan. Kecerdasan yang dominan tersebut mempengaruhi karier yang


(47)

16

Universitas Kristen Maranatha dicapai. Faktor kedua adalah kesehatan yaitu kesehatan emosi dan fisik. Kedua hal ini dapat mengalihkan perhatian seseorang dari sebuah pendakian menuju puncak. Bila hal ini terjadi pendakian ini hanya merupakan perjuangan hari demi hari untuk bertahan hidup. Faktor ketiga di bagian batang ini adalah karakter diantaranya kejujuran, keadilan, kelurusan hati, kebijaksanaan, kebaikan, keberanian, dan kedermawanan, semuanya penting untuk meraih kesuksesan dan hidup berdampingan secara damai. Bila seseorang memiliki karakter yang penakut, menunjukkan kinerja yang selalu tidak berani dalam mengambil tindakan dalam perkerjaannya.

Bagian pohon yang lainnya adalah cabang, bagian pohon ini terdiri atas bakat dan kemauan. Bakat ini menunjukkan resume yang memperlihatkan keterampilan, kompetensi, pengalaman, dan pengetahuan. Faktor lainnya menunjukkan hasrat atau kemauan menggambarkan motivasi, antusiasme, gairah, dorongan, ambisi, semangat yang bernyala, dan mata yang bersinar.

Bagian pohon yang paling terlihat menonjol adalah daun. Daun menunjukkan kinerja seseorang, faktor ini merupakan hal yang paling mudah terlihat oleh orang lain. Seseorang dapat dengan cepat bisa melihat hasil kerja orang lain, inilah yang paling sering dievaluasi atau dinilai. Kinerja tidak begitu saja muncul dari langit akan tetapi tumbuh dari cabangnya.

Hal di atas seperti pohon yang tumbuh di puncak gunung, pelaku bisnis network marketing melakukan suatu pendakian semakin ke atas semakin banyak hambatan dan tantangan yang harus dihadapi sehingga harus memiliki komponen-komponen seperti pohon di puncak gunung. Pohon di puncak gunung memiliki


(48)

17

Universitas Kristen Maranatha akar yang kuat, batang dan cabang yang kokoh sehingga menghasilkan daun yang rimbun dan bertahan dari terjangan angin di puncak gunung. Seorang pelaku bisnis network marketing yang memiliki komponen-komponen seperti pohon tersebut dan mengembangkannya akan memiliki AQ yang tinggi dibandingkan yang memiliki komponen-komponen namun tidak mengembangkannya.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti dapat menggambarkannya ke dalam bagan kerangka pikir sebagai berikut :


(49)

18

Universitas Kristen Maranatha Skema 1.1 Skema Kerangka Pemikiran

Pelaku bisnis network marketing

“X” Kesulitan kerja :

 relasi dengan rekan bisnis (upline, downline & crosslining)

 mencari calon partner bisnis (prospect)

mengelola jaringan

 menemukan visi bagi downline yang baru bergabung,

mencapai omzet.

Adversity Quotient

Faktor yang mempengaruhi : - genetika, pendidikan,

keyakinan

- karakter, kesehatan, kecerdasan

- bakat, kemauan - kinerja

- Control (kendali) - Ownership (tanggung

jawab)

- Reach (jangkauan kesulitan)

- Endurance (daya tahan)

Tinggi (Climber)

Sedang (Camper)


(50)

19

Universitas Kristen Maranatha Asumsi :

1. Para pelaku bisnis network marketing ”x” mengalami situasi kerja yang penuh tantangan yang harus mereka hadapi dalam menjalankan bisnisnya. 2. Para pelaku bisnis network marketing ”x” yang menghadapi situasi kerja

yang sulit dalam menjalankan bisnisnya akan memberikan tanggapan yang berbeda-beda terhadap kesulitan yang ada sesuai AQ yang dimiliki.

3. Para pelaku bisnis network marketing ”x” memiliki AQ yang berbeda-beda yang bisa dilihat dari derajat Control (kendali), Ownership (tanggung jawab), Reach (jangkauan kesulitan), dan Endurance (daya tahan).

4. AQ yang dimiliki oleh pelaku bisnis network marketing ”x” dipengaruhi oleh faktor genetika, pendidikan, keyakinan, karakter, kesehatan, kecerdasan, bakat, kemauan, dan kinerja.


(51)

68 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian maka didapat suatu gambaran mengenai Adversity Quotient pada pelaku bisnis network marketing ”X” di kota Bandung dengan kesimpulan sebagai berikut:

1) Sebagian besar, yaitu sejumlah 17 orang (42.5%) pelaku bisnis network marketing ”X” di kota Bandung, memiliki Adversity Quotient pada derajat sedang dan tergolong ke dalam tipe Camper. Dan sejumlah 13 orang (32.5%) pelaku bisnis network marketing ”X” memiliki Adversity Quotient yang tinggi dan tergolong dalam tipe Climber serta 10 orang (25%) pelaku bisnis network marketing ”X” di kota Bandung memiliki Adversity Quotient yang rendah dan tergolong dalam tipe Quitter.

2) Para pelaku bisnis network marketing “X” yang menghadapi kesulitan relasi dengan rekan bisnis (upline, downline & crosslining), mencari calon partner bisnis (prospect), menghadapi penolakan dari lingkungan, mencapai omzet, dan menemukan visi bagi downline yang baru bergabung saat menjalankannya akan memberikan tanggapan berbeda antara yang memiliki AQ tinggi, AQ sedang, dan AQ rendah.


(52)

69

Universitas Kristen Maranatha 3) Para pelaku bisnis network marketing “x” yang memiliki AQ tinggi dipengaruhi oleh karakter 11 orang (84.6%) dan kinerja 11 orang (84.6%).

5.2 Saran

1) Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini masih memerlukan perbaikan dan pengembangan, sehingga untuk peneliti lain yang tertarik pada bidang bahasan yang sama dapat mempertimbangkan dalam mengembangkan penelitian ini, yaitu dengan memperhatikan seberapa keterkaitannya faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap derajat AQ sebagai pembahasan yang lebih mendalam lagi.

2) Bagi para leader yang memimpin jaringannya perlu memperhatikan masing-masing para pelaku bisnis yang terlihat tidak berkembang dalam jaringannya dapat diberikan suatu pelatihan Adversity Quotient atau tentang leadership agar mereka dapat membangun jaringannya sendiri dan mencapai kesuksesan. Dan memperhatikan dimensi Adversity Quotient mana yang masih perlu ditingkatkan bagi para pelaku bisnis yang sudah memiliki derajat AQ yang tinggi agar dapat lebih memanksimalkan apa yang telah dicapai dalam bisnis ini.

3) Bagi para pelaku bisnis network marketing “x” di kota Bandung, diharapkan dapat menyadari apa kelebihan dan kekurangan diri sehingga dapat mengembangkannya dalam menjalankan bisnis ini, terutama yang memiliki derajat Adversity Quotient yang rendah dan sedang dapat mengikuti setiap program pelatihan yang diadakan oleh perusahaan


(53)

70

Universitas Kristen Maranatha ataupun pelatihan umum yang mungkin dapat meningkatkan kinerja dalam berbisnis. Dan bagi yang memiliki derajat Adversity Quotient yang tinggi dapat meninjau kembali apa kelebihan dan kekurangan dalam diri sehingga dapat meningkatkan hal-hal yang masih lemah guna meningkatkan kinerja dalam berbisnis.


(54)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Denscombe, M. (2010). Panduan Penelitian Baik: untuk skala penelitian sosial-kecil , edisi ke-4. Buckingham: Open University Press. Buckingham: Open University Press. (First edition 1998, Second edition 2003, Third edition 2007) (Edisi pertama 1998, edisi kedua 2003, edisi ketiga 2007)

Guilford, J. P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education. (3rd Ed). Tokyo : Mc. Graw-Hill Kogakusha Company. Ltd.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Grasindo.

Kiyosaki, Robert T dan Sharon L. Lechter, C. P. A. 2008. Rich Dad’s The Business School : For People Who Like Helping People, Delapan Nilai Tersembunyi dari Bisnis Pemasaran Jaringan Selain Memperoleh Uang. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Miftahussalam, Saleh. 2009. Jual Diri untuk Impian. Jakarta : Penerbit PT. Elex Media Komputindo.

Nazir, Moh. 2005. Metodologi Penelitian. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.

Siegel, Sidney, N. John Castellan Jr. 1988. Nonparametic Statistic for Behavioral Sciences. (2nd Ed) Tokyo : Mc. Graw-Hill International Edition.

Stoltz, Paul G. 2007. Adversity Quotient : Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta : Penerbit Grasindo.

Stoltz, Paul G. 2007. Adversity Quotient @work. Jakarta : Penerbit Grasindo.


(55)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

http://www.suaramedia.com/ekonomi-bisnis/ekonomi/, diakses tanggal 12 Maret 2010

http://www.vibiznews.com/news, diakses tanggal 12 Maret 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Waralaba, diakses tanggal 12 April 2010 http://www.apli.or.id/this_page.php?id, diakses tanggal 12 April 2010 www.dmu.ac.uk/faculties/business_and_law/business/public_policy/martyn-denscombe/researchmethodology, diakses tanggal 12 Desember 2010


(1)

Universitas Kristen Maranatha Asumsi :

1. Para pelaku bisnis network marketing ”x” mengalami situasi kerja yang penuh tantangan yang harus mereka hadapi dalam menjalankan bisnisnya. 2. Para pelaku bisnis network marketing ”x” yang menghadapi situasi kerja

yang sulit dalam menjalankan bisnisnya akan memberikan tanggapan yang berbeda-beda terhadap kesulitan yang ada sesuai AQ yang dimiliki.

3. Para pelaku bisnis network marketing ”x” memiliki AQ yang berbeda-beda yang bisa dilihat dari derajat Control (kendali), Ownership (tanggung jawab), Reach (jangkauan kesulitan), dan Endurance (daya tahan).

4. AQ yang dimiliki oleh pelaku bisnis network marketing ”x” dipengaruhi oleh faktor genetika, pendidikan, keyakinan, karakter, kesehatan, kecerdasan, bakat, kemauan, dan kinerja.


(2)

68 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian maka didapat suatu gambaran mengenai Adversity Quotient pada pelaku bisnis network marketing ”X” di kota Bandung dengan kesimpulan sebagai berikut:

1) Sebagian besar, yaitu sejumlah 17 orang (42.5%) pelaku bisnis network marketing ”X” di kota Bandung, memiliki Adversity Quotient pada derajat sedang dan tergolong ke dalam tipe Camper. Dan sejumlah 13 orang (32.5%) pelaku bisnis network marketing ”X” memiliki Adversity Quotient yang tinggi dan tergolong dalam tipe Climber serta 10 orang (25%) pelaku bisnis network marketing ”X” di kota Bandung memiliki Adversity Quotient yang rendah dan tergolong dalam tipe Quitter.

2) Para pelaku bisnis network marketing “X” yang menghadapi kesulitan relasi dengan rekan bisnis (upline, downline & crosslining), mencari calon partner bisnis (prospect), menghadapi penolakan dari lingkungan, mencapai omzet, dan menemukan visi bagi downline yang baru bergabung saat menjalankannya akan memberikan tanggapan berbeda antara yang memiliki AQ tinggi, AQ sedang, dan AQ rendah.


(3)

Universitas Kristen Maranatha 3) Para pelaku bisnis network marketing “x” yang memiliki AQ tinggi dipengaruhi oleh karakter 11 orang (84.6%) dan kinerja 11 orang (84.6%).

5.2 Saran

1) Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini masih memerlukan perbaikan dan pengembangan, sehingga untuk peneliti lain yang tertarik pada bidang bahasan yang sama dapat mempertimbangkan dalam mengembangkan penelitian ini, yaitu dengan memperhatikan seberapa keterkaitannya faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap derajat AQ sebagai pembahasan yang lebih mendalam lagi.

2) Bagi para leader yang memimpin jaringannya perlu memperhatikan masing-masing para pelaku bisnis yang terlihat tidak berkembang dalam jaringannya dapat diberikan suatu pelatihan Adversity Quotient atau tentang leadership agar mereka dapat membangun jaringannya sendiri dan mencapai kesuksesan. Dan memperhatikan dimensi Adversity Quotient mana yang masih perlu ditingkatkan bagi para pelaku bisnis yang sudah memiliki derajat AQ yang tinggi agar dapat lebih memanksimalkan apa yang telah dicapai dalam bisnis ini.

3) Bagi para pelaku bisnis network marketing “x” di kota Bandung, diharapkan dapat menyadari apa kelebihan dan kekurangan diri sehingga dapat mengembangkannya dalam menjalankan bisnis ini, terutama yang memiliki derajat Adversity Quotient yang rendah dan sedang dapat mengikuti setiap program pelatihan yang diadakan oleh perusahaan


(4)

70

Universitas Kristen Maranatha ataupun pelatihan umum yang mungkin dapat meningkatkan kinerja dalam berbisnis. Dan bagi yang memiliki derajat Adversity Quotient yang tinggi dapat meninjau kembali apa kelebihan dan kekurangan dalam diri sehingga dapat meningkatkan hal-hal yang masih lemah guna meningkatkan kinerja dalam berbisnis.


(5)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Denscombe, M. (2010). Panduan Penelitian Baik: untuk skala penelitian

sosial-kecil , edisi ke-4. Buckingham: Open University Press. Buckingham: Open University Press. (First edition 1998, Second edition 2003, Third edition 2007) (Edisi pertama 1998, edisi kedua 2003, edisi ketiga 2007)

Guilford, J. P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education. (3rd

Ed). Tokyo : Mc. Graw-Hill Kogakusha Company. Ltd.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Grasindo.

Kiyosaki, Robert T dan Sharon L. Lechter, C. P. A. 2008. Rich Dad’s The

Business School : For People Who Like Helping People, Delapan Nilai Tersembunyi dari Bisnis Pemasaran Jaringan Selain Memperoleh Uang. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Miftahussalam, Saleh. 2009. Jual Diri untuk Impian. Jakarta : Penerbit PT. Elex

Media Komputindo.

Nazir, Moh. 2005. Metodologi Penelitian. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia. Siegel, Sidney, N. John Castellan Jr. 1988. Nonparametic Statistic for

Behavioral Sciences. (2nd Ed) Tokyo : Mc. Graw-Hill International Edition.

Stoltz, Paul G. 2007. Adversity Quotient : Mengubah Hambatan Menjadi

Peluang. Jakarta : Penerbit Grasindo.

Stoltz, Paul G. 2007. Adversity Quotient @work. Jakarta : Penerbit Grasindo. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung : Penerbit ”Tarsito”.


(6)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

http://www.suaramedia.com/ekonomi-bisnis/ekonomi/, diakses tanggal 12 Maret 2010

http://www.vibiznews.com/news, diakses tanggal 12 Maret 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Waralaba, diakses tanggal 12 April 2010 http://www.apli.or.id/this_page.php?id, diakses tanggal 12 April 2010 www.dmu.ac.uk/faculties/business_and_law/business/public_policy/martyn-denscombe/researchmethodology, diakses tanggal 12 Desember 2010