Peranan Analisis Break-Even Sebagai Alat Bantu Bagi Manajemen Terhadap Peningkatan Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bandung).

(1)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Pada jaman sekarang ini, persaingan dalam dunia usaha semakin berkembang, perusahaan harus mempunyai strategi untuk dapat mempertahankan usahanya. Perusahaan harus dapat menciptakan produk dengan kualitas yang baik. Kualitas produk merupakan faktor utama untuk dapat memperoleh pangsa pasar dan salah satu cara untuk dapat bertahan dalam persaingan dunia usaha. Jika telah mendapat pangsa pasar yang baik, maka perusahaan akan memperoleh laba dari hasil penjualan produk-produknya. Perolehan laba merupakan tujuan perusahaan. Karena perusahaan sebagai unit ekonomi umumnya bertujuan untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Untuk memperoleh laba yang besar, perusahaan perlu mengelola perusahaannya dengan efektif dan efisien sesuai dengan prinsip ekonomi, yaitu dari sumber daya yang minimum dapat menghasilkan hasil yang maksimum. Untuk itu perusahaan harus mengendalikan biaya-biaya produksi sehingga diperoleh harga jual yang layak dan mampu bersaing untuk meningkatkan volume penjualan. Dengan meningkatnya volume penjualan maka laba yang diperoleh perusahaan juga akan meningkat. Namun, untuk memperoleh laba yang selalu meningkat pada setiap tahunnya tidaklah mudah, manajemen perusahaan harus melakukan perencanaan dan pengendalian yang matang untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai untuk dapat meningkatkan tingkat laba yang ditargetkan. Salah satu cara yang dapat membantu manajemen dalam merencanakan labanya adalah dengan menggunakan analisis Break-Even.

Dalam skripsi yang berjudul “Peranan Analisis Break-Even sebagai Alat Bantu bagi Manajemen terhadap Peningkatan Profitabilitas Perusahaan”, penulis melakukan penelitian pada Perusahaan “X” di Bandung, yang bergerak di bidang industri makanan dan minuman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana analisis Break-Even dapat berguna sebagai alat bantu bagi manajemen Perusahaan “X” terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan.

Perusahaan “X” telah melakukan pengelompokkan unsur – unsur biaya yang terjadi sesuai dengan fungsi pokok kegiatannya. Perusahaan juga telah melakukan penggolongan biaya menurut perilakunya, namun perusahaan hanya menggolongkan biaya menjadi biaya tetap dan biaya variabel saja. Selama ini perusahaan mengabaikan penggolongan biaya semivariabel. Untuk menunjang perhitungan dalam analisis Break-Even, penulis menggolongkan biaya menjadi unsur biaya semivariabel juga. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kuadrat terkecil (Least


(2)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……….i

HALAMAN PENGESAHAN………..ii

HALAMAN PERNYATAAN………..…iii

ABSTRAK……….iv

KATA PENGANTAR………..……....v

DAFTAR ISI……….viii

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR TABEL……….x

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang Penelitian………...1

1.2 Identifikasi Masalah………...3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……….... 3

1.4 Kegunaan Penelitian……….... 4

1.5 Rerangka Pemikiran………...4

1.6 Lokasi Penelitian………. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….….8

2.1 Konsep Akuntansi Biaya……….8

2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya………..8

2.1.2 Manfaat dan Tujuan Akuntansi Biaya………..9

2.2 Konsep Biaya………..11

2.2.1 Pengertian Biaya………...11

2.2.2 Kegunaan Informasi Biaya………...13

2.2.3 Penggolongan Biaya……….14

2.2.3.1 Biaya Tetap………..17

2.2.3.2 Biaya Variabel………..20

2.2.3.3 Biaya Semivariabel………...21


(3)

Universitas Kristen Maranatha Halaman 2.3 Metode Pemisahan Biaya Semivariabel Menjadi Biaya Tetap

dan Biaya Variabel………24

2.3.1 Metode Titik Tertinggi dan Terendah ( High and Low Point Method )………...26

2.3.2 Metode Scatterplot... 28

2.3.3 Metode Jumlah Kuadrat Terkecil ( Least Square Method )……....30

2.4 Analisis Break-Even………....32

2.4.1 Pengertian Analisis Break-Even………....32

2.4.2 Asumsi Analisis Break-Even……….34

2.4.3 Cara Perhitungan Break-Even Point………...…...35

2.4.3.1 Perhitungan Break-Even dengan Pendekatan Tekhnik Persamaan………..35

2.4.3.2 Perhitungan Break-Even dengan Pendekatan Grafis………...39

2.4.4 Analisis Sensitivitas………..44

2.4.4.1 Pengaruh Perubahan Sales Mix terhadap laba………….44

2.4.4.2 Perubahan Harga Jual Satuan………..46

2.4.4.3 Perubahan Jumlah Total Biaya Tetap………..47

2.4.4.4 Perubahan Biaya Variabel Satuan………...49

2.4.5 Manfaat dan Keterbatasan Analisis Break-Even………..51

2.4.6 Contribution Margin………...……….52

2.4.7 Perencanaan Laba……….53

BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN………..………….... 56

3.1 Objek Penelitian………. 56

3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan……… 57

3.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas……… 59

3.1.2.1 Struktur Organisasi Perusahaan “X”………. 59

3.1.2.2 Uraian Tugas Perusahaan “X”………... 60

3.2 Metode Penelitian……….. 62

3.2.1 Tekhnik Pengumpulan Data………. 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 65

4.1 Hasil Penelitian……….. 65

4.1.1 Unsur-unsur Biaya yang Terjadi pada Perusahaan “X”……….. 65

4.1.2 Penggolongan Biaya pada Perusahaan “X”……… 69

4.1.2.1 Penggolongan Biaya pada Perusahaan “X” berdasarkan Fungsi Pokok Kegiatan Perusahaan “X” ……… 69


(4)

Universitas Kristen Maranatha

Halaman

4.1.2.2 Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya………....71

4.1.3 Pemisahan Biaya Semivariabel ke Dalam Biaya Tetap dan Biaya Variabel………...72

4.1.4 Analisis Break-Even……….84

4.1.4.1 Perhitungan Break-Even Point………...85

4.1.4.2 Perhitungan Break-Even Point dengan Metode Weighted Average Contribution Margin…………...89

4.1.4.3 Pengaruh Perubahan Beberapa Faktor terhadap Break-Even Point………...93

4.1.4.3.1 Pengaruh Perubahan Harga Jual Satuan terhadap Break-Even Point…….. 93

4.1.4.3.2 Pengaruh Perubahan Total Biaya Tetap terhadap Break-Even Point………96

4.1.4.3.3 Pengaruh Perubahan Biaya Variabel terhadap Break-Even Point………..100

4.1.4.3.4 Pengaruh Perubahan Harga Jual Satuan, Total Biaya Tetap, dan Biaya Variabel terhadap Break-Even Point...104

4.2 Pembahasan………..108

4.2.1 Peranan Analisis Break-Even sebagai Alat Bantu bagi Manajemen terhadap Peningkatan Profitabilitas ……….108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..112

5.2 Saran………115

DAFTAR PUSTAKA………116

RIWAYAT HIDUP………...118


(5)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Perusahaan Barker………..25 2.2 Perhitungan Metode Least Square………..31

2.3 Pendapatan Penjualan, Biaya Variabel, Biaya Tetap, Biaya

Total, dan Laba Bersih pada Berbagai Volume Penjualan ……….40 2.4 Pengaruh Perubahan Total Biaya Tetap terhadap Titik

Break-Even………..48

2.5 Pengaruh Perubahan Biaya Variabel Satuan terhadap

Titik Break-Even……….50

4.1 Penggolongan Biaya berdasarkan Fungsi Pokok

Perusahaan “X” Tahun 2006………...70 4.2 Penggolongan Biaya menurut Perilakunya……….71 4.3 Biaya Semivariabel per Bulan pada Tahun 2006………74 4.4 Volume Produksi Kacang, Bagelen Rasa Susu, Bagelen Rasa

Strawberry, Brownies Kering, Susu Coklat Kopi………...76 4.5 Pemisahan Biaya Variabel Tahun 2006 dengan Metode

Least Square………78


(6)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

( LANJUTAN )

Nomor

Tabel Judul Tabel Halaman

4.6 Unsur Biaya Tetap dan Biaya Variabel dari Masing-Masing

Biaya Semivariabel Perusahaan “X” Tahun 2006………...82 4.7 Hasil Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel Secara

Keseluruhan……….83 4.8 Data Penjualan untuk Masing-Masing Jenis Produk………...85 4.9 Biaya Variabel per Unit untuk Masing-Masing Jenis Produk……….86 4.10 Contribution Margin per Unit ……….87

4.11 Perhitungan Laba Operasi Tahun 2006………...88 4.12 Contribution Margin Tiap Jenis Produk………..90

4.13 Pengaruh Perubahan Harga Jual terhadap Break-Even Point ……….93 4.14 Pengaruh Perubahan Total Biaya Tetap terhadap Break-Even

Point……….97 4.15 Pengaruh Perubahan Biaya Variabel terhadap Break-Even

Point………...101

4.16 Pengaruh Perubahan Harga Jual, Biaya Tetap, dan Biaya

Variabel terhadap Break-Even Point……….105


(7)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Grafik Biaya Tetap 19 2.2 Grafik Biaya Variabel 21 2.3 Grafik Biaya Semivariabel 23

2.4 Grafik Scatterplot 28

2.5 Grafik Break-Even 41

3.1 Struktur Organisasi Perusahaan “X” 60


(8)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Ratih Rusdiani Tempat dan Tanggal Lahir : Salatiga, 31 Juli 1986 Agama : Kristen

Alamat : Komplek Cimindi Raya Blok M No. 2, Gunung Batu,

Bandung

Pendidikan :

• 2007 – 2003 Universitas Kristen Maranatha Bandung • 2003 – 2000 SMUK Trimulia Bandung

• 2000 – 1997 SLTPN 1 Bandung


(9)

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Di era globalisasi ini, banyak pelaku-pelaku bisnis mendirikan perusahaan untuk mengikuti perkembangan dunia bisnis dan teknologi. Akan tetapi, hanya dengan mendirikan perusahaan saja tidak cukup, para pelaku bisnis harus memperhatikan persaingan sehingga usahanya dapat mengikuti perkembangan dan persaingan dalam dunia bisnis. Banyak perusahaan tidak dapat mengikuti persaingan sehingga mengalami kebangkrutan.

Untuk dapat memajukan usahanya, maka perusahaan harus dapat mempertahankan dan memperluas pangsa pasarnya, perusahaan harus dapat memberikan barang atau jasa yang terbaik bagi konsumen, dan juga perusahaan harus dapat mengikuti selera konsumen yang berubah-ubah. Selain itu juga diperlukan suatu ciri khusus produk agar konsumen dapat membedakan produk yang dihasilkan perusahaan tersebut dengan perusahaan lainnya.

Banyak produk makanan dan minuman yang tidak menggunakan ciri khusus dijual di pasaran, sehingga konsumen tidak dapat membedakan produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Seharusnya produk makanan mempunyai ciri khusus sehingga pangsa pasar dapat dipertahankan.


(10)

Universitas Kristen Maranatha Perusahaan makanan dan minuman “X” adalah salah satu perusahaan yang mempunyai ciri khusus dalam produknya, perusahaan tersebut memberikan merek untuk setiap produk makanan dan minuman yang dihasilkannya, sehingga konsumen dapat membedakan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.

Perusahaan makanan dan minuman ”X menghasilkan produk makanan dan minuman yang dapat dinikmati langsung oleh para konsumennya berupa makanan-makanan yang dikemas dalam kemasan kecil dan dijual di pasaran sehingga para konsumen dapat dengan mudah mendapatkan produk tersebut.

Perusahaan ”X” memproduksi berbagai jenis produk makanan dan minuman. Produk yang dihasilkan oleh Perusahaan Makanan dan Minuman ”X” didasarkan pada permintaan pasar, apabila permintaan pasar terhadap suatu jenis produk tidak ada maka perusahaan ”X” tidak memproduksi produk tersebut, akan tetapi jenis produk yang sedang diminati pasar akan banyak diproduksi, sehingga produk ”X” dapat tetap berada di pasaran.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Perusahaan Makanan dan Minuman “X” dengan judul “Peranan Analisis Break-Even Sebagai Alat Bantu Bagi Manajemen Terhadap Peningkatan Profitabilitas Perusahaan”.


(11)

Universitas Kristen Maranatha 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka permasalahan yang ada dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Pendapatan apa saja yang diperoleh perusahaan ?

2. Apakah perusahaan telah melakukan penggolongan pendapatan ? 3. Biaya – biaya apa saja yang telah dikeluarkan oleh perusahaan ? 4. Apakah perusahaan telah melakukan penggolongan biaya ?

5. Apakah analisis Break-Even telah digunakan oleh perusahaan dalam perencanaan laba ?

6. Bagaimana peranan analisis Break-Even dalam membantu manajemen untuk perencanaan laba ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana peranan analisis Break-Even dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui biaya – biaya yang terjadi.

2. Untuk mengetahui pendapatan – pendapatan yang diperoleh perusahaan.

3. Untuk memperoleh gambaran perencanaan laba dan biaya yang selama ini digunakan oleh perusahaan.

4. Untuk mengetahui peranan analisis Break-Even dalam membantu manajemen untuk merencanakan laba dan biaya perusahaan.


(12)

Universitas Kristen Maranatha 1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan masukan yang bermanfaat sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan

Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perusahaan khususnya dalam peranan analisis Break-Even terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan. 2. Bagi penulis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang analisis Break-Even dan bagaimana penerapannya dalam dunia bisnis yang sesungguhnya.

3. Bagi pembaca

Untuk dapat menambah wawasan dan sebagai referensi bagi pembaca dan sebagai bahan masukan penelitian untuk topik yang sama.

1.5 Rerangka Pemikiran

Dengan semakin banyaknya industri makanan dan minuman di pasaran, maka persaingan dalam industri ini sangat ketat. Berhasil tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Ukuran yang seringkali dipakai untuk menilai sukses tidaknya suatu perusahaan dilihat dari laba yang diperoleh perusahaan. Laba dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : harga jual produk, biaya, dan volume penjualan.


(13)

Universitas Kristen Maranatha Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan penjualan langsung mempengaruhi volume produksi, dan volume produksi mempengaruhi biaya. Tiga faktor tersebut berkaitan satu sama lain. Agar supaya perencanaan laba perusahaan dapat efektif, manajemen harus dapat memperkirakan dampak perubahan masing – masing faktor tersebut terhadap laba bersih, Break-Even, dan return of investment perusahaan. Oleh karena itu manajemen harus memahami kaitan antara biaya, pendapatan, dan laba untuk lebih memungkinkan pengambilan keputusan yang paling tepat. Salah satu metode yang menjelaskan ketiga faktor ini dan hubungannya adalah analisis Break-Even.

Analisis Break-Even menyajikan informasi hubungan biaya, volume, dan laba kepada manajemen, sehingga memudahkan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian laba perusahaan di masa yang akan datang

Analisis Break-Even merupakan tekhnik yang menggabungkan,

mengkoordinasikan, dan menafsirkan data produksi dan distribusi untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan.

Dalam analisis Break-Even, manajemen dapat merencanakan berapa besar pendapatan yang dapat diperoleh dan berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk, sehingga jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk tidak melebihi jumlah pendapatan yang akan diperoleh dari penjualan produk tersebut. Titik Break-Even adalah titik dimana total pendapatan sama besarnya dengan total biaya.


(14)

Universitas Kristen Maranatha Dengan analisis Break-Even, perusahaan tidak mengalami keuntungan dan kerugian, dengan kata lain tidak terdapat laba yang dihasilkan, karena pendapatan yang diperoleh sama besarnya dengan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk.

Analisis Break-Even memberikan informasi tingkat penjualan minimum yang harus dicapai suatu perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Dari analisis tersebut juga dapat diketahui sampai seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun, agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

Apabila penjualan tidak mengalami titik Break-Even maka perusahaan akan mengalami kerugian. Manajemen harus mampu menentukan titik Break-Even agar dapat menghitung marjin pengaman (margin of safety) yang menunjukkan seberapa banyak penjualan bisa turun dari jumlah yang ditargetkan sebelum perusahaan mengalami kerugian. Marjin pengaman merupakan kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kememadaian penjualan yang direncanakan.

Dengan mengetahui berapa besar angka yang terdapat dalam marjin pengaman, maka manajemen pasti akan berusaha meningkatkan jumlah pendapatannya sehingga akan berada diatas marjin pengaman, dan hal tersebut akan dapat meningkatkan


(15)

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Lokasi Penelitian

Untuk dapat menyelesaikan penelitian ini, Penulis melakukan penelitian pada Perusahaan Makanan dan Minuman ”X” yang berlokasi di kota Bandung untuk mendapatkan data – data yang dibutuhkan.


(16)

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada Perusahaan “X”, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Perusahaan “X” telah melakukan pengelompokkan unsur – unsur biaya yang terjadi sesuai dengan fungsi pokok kegiatannya. Dalam pengelompokan biaya sesuai dengan fungsi pokok kegiatannya, perusahaan membagi unsur – unsur biaya yang terjadi dalam biaya produksi dan biaya operasional. Namun biaya operasional ini sendiri tidak dibagi lagi ke dalam pengelompokkan yang lebih rinci seperti biaya penjualan serta biaya administrasi dan umum.

2. Data yang dibutuhkan untuk menerapkan analisis Break-Even dalam perusahaan “X” belum cukup memadai, karena perusahaan “X” melakukan penggolongan biaya menurut perilakunya hanya menggolongkan biaya menjadi biaya tetap dan biaya variabel saja. Selama ini perusahaan mengabaikan penggolongan biaya semivariabel.

3. Perusahaan “X” selama ini tidak menerapkan analisis Break-Even dalam perencanaan labanya. Perusahaan “X” hanya menentukan berapa laba yang harus didapat pada tahun ini berdasarkan dari perkiraan pada tahun – tahun sebelumnya.


(17)

Universitas Kristen Maranatha 4. Pada tahun 2006 Perusahaan “X” telah mencapai Break-Even Point ketika

penjualan sebesar 20.567 unit, yaitu 4.438 unit untuk penjualan kacang, 3.861 untuk penjualan bagelen rasa susu, 4.157 untuk penjualan bagelen rasa strawberry, 3.927 untuk penjualan brownies kering, dan 4.184 untuk penjualan susu coklat kopi. Laba operasi tahun 2006 yang diperoleh perusahaan adalah sebesar Rp.86.752.533.631.

5. Dalam pembahasan pada Bab IV, dapat diketahui bahwa pengaruh perubahan – perubahan dalam analisis Break-Even sebagai berikut :

a. Penurunan harga jual sebesar 10 % mengakibatkan menurunnya laba bersih dari Rp. 86.752.533.631 menjadi Rp. 64.732.521.131. Break-Even Point dalam unit meningkat dari 20.567 unit menjadi 27.525 unit, dan Break-Even

Point dalam rupiah ikut pula meningkat dari Rp. 885.279.500 menjadi Rp.

1.066.287.600.

b. Peningkatan biaya tetap sebesar 15 % mengakibatkan menurunnya laba bersih dari Rp. 86.752.533.631 menjadi Rp. 86.700.007.926. Break-Even Point dalam unit meningkat dari 20.567 unit menjadi 23.652 unit, dan Break-Even

Point dalam rupiah ikut pula meningkat dari Rp. 885.279.500 menjadi Rp.

1.018.057.500.

c. Peningkatan biaya variabel sebesar 10 % mengakibatkan menurunnya laba bersih dari Rp. 86.752.533.631 menjadi Rp. 73.174.199.131. Break-Even


(18)

Break-Universitas Kristen Maranatha

Even Point dalam rupiah ikut pula meningkat dari Rp. 885.279.500 menjadi

Rp. 1.048.760.000.

d. Penurunan harga jual sebesar 10 %, peningkatan biaya tetap sebesar 15 %, dan peningkatan biaya variabel sebesar 10 % mengakibatkan menurunnya laba bersih dari Rp.86.752.533.631 menjadi Rp. 51.101.660.926. Break-Even

Point dalam unit meningkat dari 20.567 unit menjadi 39.998 unit dan Break-Even Point dalam rupiah ikut pula meningkat dari Rp. 885.279.500 menjadi

Rp. 1.549.483.650.

6. Peranan analisis Break-Even dapat membantu dalam peningkatan profitabilitas perusahaan, karena dengan menggunakan analisis Break-Even, perusahaan dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai tingkat minimal penjualan yang harus dihasilkan pada setiap tahun agar terhindar dari kerugian. Akan tetapi perusahaan tentu tidak akan puas hanya dengan mengalami keadaan impas, perusahaan pasti akan mengusahakan peningkatan labanya sehingga perusahaan dapat mempunyai target berapa banyak volume penjualan yang harus dijual agar peningkatan laba dapat tercapai. Perencanaan laba dapat dilakukan dengan menggunakan analisis


(19)

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, serta kesimpulan yang telah dikemukakan, maka penulis mencoba memberikan saran sebagai berikut :

1. Perusahaan sebaiknya melakukan penggolongan biaya berdasarkan fungsi pokoknya tidak hanya menggolongkan biaya produksi dan biaya operasional saja, sebaiknya perusahaan melakukan penggolongan lagi dalam biaya operasional, misalnya penggolongan biaya penjualan serta biaya administrasi dan umum.

2.Perusahaan sebaiknya menggunakan analisis Break-Even dalam perencanaan labanya. Perusahaan sebaiknya menghitung Break-Even Point untuk dapat mengetahui berapa besar pendapatan yang harus diperoleh perusahaan agar tidak mengalami kerugian, sehingga perusahaan dapat merencanakan perolehan pendapatan yang lebih besar pada setiap tahunnya. Untuk dapat menggunakan analisis Break-Even sebaiknya perusahaan terlebih dulu menggolongkan biaya menjadi biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semivariabel.

3.Dalam pemisahan biaya semivariabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel sebaiknya perusahaan menggunakan metode kuadrat terkecil (least square method) karena metode ini mempunyai hasil dan proses perhitungan yang lebih akurat, tepat dan teliti.

4.Dengan melakukan analisis terhadap berbagai perubahan dan dampak perubahan tersebut terhadap Break-Even, maka perusahaan dapat menentukan tingkat volume penjualan dan tingkat pendapatan yang harus diperoleh agar perusahaan tidak mengalami kerugian.


(20)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Droms, W.G. 1990. Finance and Accounting for Nonfinancial Managers. Massachutes: Addison – Weshley Publishing Co.

Garrison, Ray H., Eric W. Noreen. 2003. Edisi 10. Managerial Accounting. Boston: Irwin / Mc.Graw – Hill Co.

Hammer, L. H., William K. Carter, Milton F.Usry. 1994. Edisi 11. Cost Accounting. Cincinnati, Ohio: South Western Publishing.

Hammer, L. H., William K. Carter, Milton F.Usry. 2002. Edisi 11. Cost Accounting. Cincinnati, Ohio: South Western Publishing.

Hansen, Don R., Marryane M. Mowen. 2003. Edisi 4. Cost Management Accounting

and Control. South Western: Thomson Learning.

Hilton, Ronald W. 1999. Managerial Accounting. Edisi 4. Boston: Irwin / Mc.Graw – Hill Co.

Horngren, C.T., Walter T. Harrison. 1992. Accounting. Edisi 2. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, George Foster. 2003. Edisi 11. Cost

Accounting – A Managerial Emphasis. New Jersey: Prentice – Hall, Int.


(21)

Universitas Kristen Maranatha Ikatan Akuntansi Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Edisi 1. April 2002.

Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Yogyakarta: Aditya Media.

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi 3. Yogyakarta: STIE YKPN.

Samuelson, P.A., William D. Nordhaus. 2001. Economics. Edisi 17. USA: Mc.Graw – Hill Co.

Simons, R. 2000. Performance Measurement and Control Systems for Implementing

Strategy. New Jersey: Prentice – Hall.

Supriyono. 1994. Akuntansi Manajemen I: Konsep Dasar Akuntansi Manajemen dan

Proses Perencanaan. Edisi satu. Yogyakarta: BPFE.

Sekaran, Uma. 2000. Research Method for Business: A Skill Building Approach. Edisi 3. USA: John Willey & Sons, Inc.

Warren, Carl. S, James M. Reeve, Philip E. Fess. 2002. Accounting. Edisi 20. South Western: Thomson Learning.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada Perusahaan “X”, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Perusahaan “X” telah melakukan pengelompokkan unsur – unsur biaya yang terjadi sesuai dengan fungsi pokok kegiatannya. Dalam pengelompokan biaya sesuai dengan fungsi pokok kegiatannya, perusahaan membagi unsur – unsur biaya yang terjadi dalam biaya produksi dan biaya operasional. Namun biaya operasional ini sendiri tidak dibagi lagi ke dalam pengelompokkan yang lebih rinci seperti biaya penjualan serta biaya administrasi dan umum.

2. Data yang dibutuhkan untuk menerapkan analisis Break-Even dalam perusahaan “X” belum cukup memadai, karena perusahaan “X” melakukan penggolongan biaya menurut perilakunya hanya menggolongkan biaya menjadi biaya tetap dan biaya variabel saja. Selama ini perusahaan mengabaikan penggolongan biaya semivariabel.

3. Perusahaan “X” selama ini tidak menerapkan analisis Break-Even dalam perencanaan labanya. Perusahaan “X” hanya menentukan berapa laba yang harus didapat pada tahun ini berdasarkan dari perkiraan pada tahun – tahun sebelumnya.


(2)

Universitas Kristen Maranatha

4. Pada tahun 2006 Perusahaan “X” telah mencapai Break-Even Point ketika penjualan sebesar 20.567 unit, yaitu 4.438 unit untuk penjualan kacang, 3.861 untuk penjualan bagelen rasa susu, 4.157 untuk penjualan bagelen rasa strawberry, 3.927 untuk penjualan brownies kering, dan 4.184 untuk penjualan susu coklat kopi. Laba operasi tahun 2006 yang diperoleh perusahaan adalah sebesar Rp.86.752.533.631.

5. Dalam pembahasan pada Bab IV, dapat diketahui bahwa pengaruh perubahan – perubahan dalam analisis Break-Even sebagai berikut :

a. Penurunan harga jual sebesar 10 % mengakibatkan menurunnya laba bersih dari Rp. 86.752.533.631 menjadi Rp. 64.732.521.131. Break-Even Point dalam unit meningkat dari 20.567 unit menjadi 27.525 unit, dan Break-Even

Point dalam rupiah ikut pula meningkat dari Rp. 885.279.500 menjadi Rp.

1.066.287.600.

b. Peningkatan biaya tetap sebesar 15 % mengakibatkan menurunnya laba bersih dari Rp. 86.752.533.631 menjadi Rp. 86.700.007.926. Break-Even Point dalam unit meningkat dari 20.567 unit menjadi 23.652 unit, dan Break-Even

Point dalam rupiah ikut pula meningkat dari Rp. 885.279.500 menjadi Rp.

1.018.057.500.

c. Peningkatan biaya variabel sebesar 10 % mengakibatkan menurunnya laba bersih dari Rp. 86.752.533.631 menjadi Rp. 73.174.199.131. Break-Even


(3)

Break-Even Point dalam rupiah ikut pula meningkat dari Rp. 885.279.500 menjadi

Rp. 1.048.760.000.

d. Penurunan harga jual sebesar 10 %, peningkatan biaya tetap sebesar 15 %, dan peningkatan biaya variabel sebesar 10 % mengakibatkan menurunnya laba bersih dari Rp.86.752.533.631 menjadi Rp. 51.101.660.926. Break-Even

Point dalam unit meningkat dari 20.567 unit menjadi 39.998 unit dan Break-Even Point dalam rupiah ikut pula meningkat dari Rp. 885.279.500 menjadi

Rp. 1.549.483.650.

6. Peranan analisis Break-Even dapat membantu dalam peningkatan profitabilitas perusahaan, karena dengan menggunakan analisis Break-Even, perusahaan dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai tingkat minimal penjualan yang harus dihasilkan pada setiap tahun agar terhindar dari kerugian. Akan tetapi perusahaan tentu tidak akan puas hanya dengan mengalami keadaan impas, perusahaan pasti akan mengusahakan peningkatan labanya sehingga perusahaan dapat mempunyai target berapa banyak volume penjualan yang harus dijual agar peningkatan laba dapat tercapai. Perencanaan laba dapat dilakukan dengan menggunakan analisis


(4)

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, serta kesimpulan yang telah dikemukakan, maka penulis mencoba memberikan saran sebagai berikut :

1. Perusahaan sebaiknya melakukan penggolongan biaya berdasarkan fungsi pokoknya tidak hanya menggolongkan biaya produksi dan biaya operasional saja, sebaiknya perusahaan melakukan penggolongan lagi dalam biaya operasional, misalnya penggolongan biaya penjualan serta biaya administrasi dan umum.

2.Perusahaan sebaiknya menggunakan analisis Break-Even dalam perencanaan labanya. Perusahaan sebaiknya menghitung Break-Even Point untuk dapat mengetahui berapa besar pendapatan yang harus diperoleh perusahaan agar tidak mengalami kerugian, sehingga perusahaan dapat merencanakan perolehan pendapatan yang lebih besar pada setiap tahunnya. Untuk dapat menggunakan analisis Break-Even sebaiknya perusahaan terlebih dulu menggolongkan biaya menjadi biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semivariabel.

3.Dalam pemisahan biaya semivariabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel sebaiknya perusahaan menggunakan metode kuadrat terkecil (least square method) karena metode ini mempunyai hasil dan proses perhitungan yang lebih akurat, tepat dan teliti.

4.Dengan melakukan analisis terhadap berbagai perubahan dan dampak perubahan tersebut terhadap Break-Even, maka perusahaan dapat menentukan tingkat volume penjualan dan tingkat pendapatan yang harus diperoleh agar perusahaan tidak mengalami kerugian.


(5)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Droms, W.G. 1990. Finance and Accounting for Nonfinancial Managers. Massachutes: Addison – Weshley Publishing Co.

Garrison, Ray H., Eric W. Noreen. 2003. Edisi 10. Managerial Accounting. Boston: Irwin / Mc.Graw – Hill Co.

Hammer, L. H., William K. Carter, Milton F.Usry. 1994. Edisi 11. Cost Accounting. Cincinnati, Ohio: South Western Publishing.

Hammer, L. H., William K. Carter, Milton F.Usry. 2002. Edisi 11. Cost Accounting. Cincinnati, Ohio: South Western Publishing.

Hansen, Don R., Marryane M. Mowen. 2003. Edisi 4. Cost Management Accounting

and Control. South Western: Thomson Learning.

Hilton, Ronald W. 1999. Managerial Accounting. Edisi 4. Boston: Irwin / Mc.Graw – Hill Co.

Horngren, C.T., Walter T. Harrison. 1992. Accounting. Edisi 2. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, George Foster. 2003. Edisi 11. Cost


(6)

Universitas Kristen Maranatha

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Edisi 1. April 2002. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Yogyakarta: Aditya Media.

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi 3. Yogyakarta: STIE YKPN.

Samuelson, P.A., William D. Nordhaus. 2001. Economics. Edisi 17. USA: Mc.Graw – Hill Co.

Simons, R. 2000. Performance Measurement and Control Systems for Implementing

Strategy. New Jersey: Prentice – Hall.

Supriyono. 1994. Akuntansi Manajemen I: Konsep Dasar Akuntansi Manajemen dan

Proses Perencanaan. Edisi satu. Yogyakarta: BPFE.

Sekaran, Uma. 2000. Research Method for Business: A Skill Building Approach. Edisi 3. USA: John Willey & Sons, Inc.

Warren, Carl. S, James M. Reeve, Philip E. Fess. 2002. Accounting. Edisi 20. South Western: Thomson Learning.