Pengaruh Jenis Beras Kadar Amilosa Rendah dan Sedang Terhadap Peningkatan Kadar Glukosa Darah.

(1)

ABSTRAK

PENGARUH JENIS BERAS

KADAR AMILOSA RENDAH DAN SEDANG TERHADAP

PENINGKATAN KADAR GLUKOSA DARAH

Syaiful Ramadhan, 2007; Pembimbing 1 : Slamet Santosa, dr.,M.Kes

Pembimbing 2 : Penny Setyawati M, dr., Sp.PK, M.Kes Makanan pokok sebagian besar rakyat Indonesia adalah nasi yang mengandung karbohidrat sebanyak 85-90%, terutama amilum. Konsumsi nasi sebagai bahan makanan pokok utama dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah secara signifikan.

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh jenis beras kadar amilosa rendah dan sedang terhadap peningkatan kadar glukosa darah manusia.

Penelitian berupa uji klinis menyilang dengan desain pre-test dan post-test ini menggunakan Subjek Penelitian (SP) yang memenuhi kriteria penelitian. Setiap SP diukur kadar glukosa darahnya sebelum dan sesudah masing-masing perlakuan, yaitu memakan nasi dari beras jenis IR64 dan beras jenis Memberamo dengan washing-out period antar perlakuan adalah satu minggu. Analisis data dilakukan dengan mengukur rata-rata persentase peningkatan kadar glukosa darah pada setiap kali perlakuan. Hipotesa diuji secara t Student berpasangan pada α = 0,05 dengan program SPSS 12.00.

Dari 18 orang SP diperoleh hasil rata-rata persentase peningkatan kadar glukosa darah setelah memakan nasi beras jenis Memberamo 17,21 % dan beras IR64 11,6578 %.

Kesimpulan yang didapat adalah beras jenis Memberamo meningkatkan kadar glukosa darah lebih tinggi dibanding dengan beras jenis IR64.

Kata kunci : Beras Memberamo, beras IR64, kadar glukosa darah


(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF LOW AND MIDDLE AMYLOSE RICE ON THE INCREASE OF BLOOD GLUCOSE LEVEL

Syaiful Ramadhan, 2007; 1st Tutor : Slamet Santosa, dr.,M.Kes

2nd Tutor : Penny Setyawati M., dr., Sp.PK, M.Kes

Indonesian’s main dietary is rice, contains 85-90% carbohydrate especially starch. Rice consumption can increase blood glucose level significantly.

The purpose of this study is to know the effect of low and middle amylose rice on the increase of blood glucose level.

This cross clinical test with pre and post test design used qualified experimental-subjects. Each experimental-subjects’ blood glucose level was measured before and after consuming Memberamo rice and IR64 rice, within a week washing-out period between the tests. Data was analyzed by counting t Student test at α = 0,05 with SPSS 12.00.

The average of the increased percentage of blood glucose level from 18 experimental-subjects after consumption of Memberamo rice was 17,21 % and IR64 rice was 11,66 %.

The conclusion is Memberamo rice increase blood glucose level higher than IR64 rice


(3)

DAFTAR ISI

JUDUL...i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK...iv

ABSTRACT... v

PRAKATA...vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian... 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran... 3

1.5.2 Hipotesis Penelitian... 4

1.6 Metodologi Penelitian ... 4

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karbohidrat ... 5

2.1.1 Monosakarida... 6

2.1.2 Disakarida ... 7

2.1.3 Oligosakarida ... 7

2.1.4 Polisakarida ... 8

2.1.5 Pencernaan Karbohidrat ... 10


(4)

2.2 Glukosa Darah... 13

2.2.1 Biokimia Glukosa... 13

2.2.2 Metabolisme Glukosa ... 14

2.2.3 Transporter Glukosa... 18

2.2.4 Gangguan Metabolisme Glukosa ... 20

2.3 Regulasi Glukosa Darah... 20

2.3.1 Hormon Insulin ... 21

2.4 Tanaman Padi... 23

2.4.1 Klasifikasi Tanaman Padi ... 23

2.4.2 Deskripsi Tanaman Padi ... 24

2.4.3 Beras dan Nasi... 24

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Alat, Bahan dan Subjek Penelitian... 28

3.1.1 Alat-alat yang Diperlukan ... 28

3.1.2 Bahan-bahan yang Digunakan ... 28

3.1.3 Subjek Penelitian... 28

3.2 Metode Penelitian ... 29

3.2.1 Desain Penelitian... 29

3.2.2 Variabel Penelitian ... 29

3.3 Hipotesis... 29

3.3.1 Hipotesis Penelitian... 29

3.3.2 Hipotesis Statistik ... 30

3.4 Prosedur Kerja... 30

3.4.1 Pengumpulan dan Pengolahan Bahan ... 30

3.4.2 Persiapan penelitian ... 30

3.4.3 Metode Penarikan Sampel... 30

3.4.4 Ukuran Sampel... 31

3.4.5 Persiapan Naracoba... 31


(5)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan ... 33

4.2 Uji Hipotesis ... 35

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 36

5.2 Saran... 36

DAFTAR PUSTAKA... 37

LAMPIRAN... 39

RIWAYAT HIDUP... 47


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Beras Berdasarkan Kadar Amilosa ... 25

Tabel 2.2 Sifat Beras Berdasarkan Kadar Amilosa... 26

Tabel 2.3 Galur-galur Padi dengan Kadar Amilosa Sangat Rendah... 26

Tabel 2.4 Galur-galur Padi dengan Kadar Amilosa Rendah... 27

Tabel 2.5 Galur-galur Padi dengan Kadar Amilosa Sedang ... 27

Tabel 2.6 Galur-galur Padi dengan Kadar Amilosa Tinggi ... 27

Tabel 4.1 Persentase Peningkatan Kadar Glukosa Darah Setelah Memakan Nasi dari beras Jenis Memberamo ... 34

Tabel 4.2 Persentase Peningkatan Kadar Glukosa Darah Setelah Memakan Nasi dari beras Jenis IR64...35


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Kimia Amilosa ... 9

Gambar 2.2 Struktur Kimia Amilopektin ... 9

Gambar 2.3 Enzim-enzim Pencernaan... 11

Gambar 2.4 Pencernaan Karbohidrat ... 12

Gambar 2.5 Proses Metabolisme Glukosa ... 18

Gambar 2.6 Efek Insulin Terhadap Glukosa Darah ... 23

Gambar 2.7 Tanaman Padi... 24


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penelitian Pendahuluan... 39

Lampiran 2 Penghitungan Jumlah Subjek Penelitian pada Penelitian Lanjutan ... 40

Lampiran 3 Prosedur Kerja ... 41

Lampiran 4 Penghitungan Statistik Beras Memberamo... 43

Lampiran 5 Penghitungan Statistik Beras IR64 ... 44

Lampiran 6 Formulir Pernyataan Persetujuan Klinik (Informed Consent) ... 45


(9)

LAMPIRAN 1

Penelitian Pendahuluan

Data Peningkatan Kadar Glukosa Darah

BERAS MEMBERAMO Kadar Glukosa Darah NO

Sebelum (mg/dl) Sesudah (mg/dl) Peningkatan (mg/dl) % Peningkatan

1 80 107 27 33,75

2 93 106 13 13,98

3 90 105 15 16,67

4 75 92 17 22,67

5 93 114 21 22,58

6 84 100 16 19,05

7 95 126 31 32,63

8 90 104 14 15,56

9 95 107 12 12,63

10 96 110 14 14,58

Rata-rata 18 20,41

Standar Deviasi 7,54485

BERAS IR64

Kadar Glukosa Darah NO

Sebelum (mg/dl) Sesudah (mg/dl) Peningkatan (mg/dl) % Peningkatan

1 97 100 3 3,09

2 91 95 4 4,40

3 98 99 1 1,02

4 97 109 12 12,37

5 85 89 4 4,71

6 95 101 6 6,32

7 93 107 14 15,05

8 97 103 6 6,19

9 92 95 3 3,26

10 85 95 10 11,76

Rata-rata 6,3 6,82

Standar Deviasi 4,64424


(10)

LAMPIRAN 2

Penghitungan Jumlah Subjek Penelitian pada Penelitian Lanjutan

Beras Memberamo

X (% peningkatan kadar glukosa darah) = 20,41 mg/dl SD = 7,54485

Beras IR64

X (% peningkatan kadar glukosa darah) = 6,82 mg/dl SD = 4,64424

Penentuan Jumlah Subjek Penelitian untuk penelitian lanjutan

2 ( Za + Zb ) X SD d1 – d2

2 ( 1,96 + 1,64 ) X 6,094545 ( 26 – 10 )

7,21 X 6,094545 (- 16 )

2 2

n = n = n =

2

( 2,746354 ) 2 n =

7,542460 ~ 8

n =

Keterangan :

Za = Batas kepercayaan 95% ( α = 0,05 ), uji 1,96 Zb = Kuasa uji ( β= 0,05 ), uji 1,645

SD = Standar deviasi % peningkatan kadar glukosa darah, uji 6,094545 d1 = % peningkatan kadar glukosa darah yang dianggap abnormal, uji 26% d2 = % peningkatan kadar glukosa darah yang dianggap normal, uji 10%


(11)

LAMPIRAN 3

Prosedur Kerja

Penelitian Pendahuluan Tahap 1

H -1 : 10 orang Subjek Penelitian (SP) mulai puasa (tidak boleh makan kecuali air putih) pukul 21.00 WIB sampai keesokan hari pukul 07.00WIB

H 1a : SP diukur dan dicatat kadar glukosa darah puasa selama 10 jam dengan menggunakan glukotest

H 1b : SP diberi makan 100 gram nasi yang berasal dari beras jenis IR64dengan segelas air kemasan. Selama menunggu, SP diminta untuk mengikuti kuliah

H 1c : Setelah 2 jam, SP kembali diukur dan dicatat kadar glukosa darah dua jam pp. Selama menunggu, SP diminta untuk mengikuti kuliah

Tahap 2 ( seminggu kemudian )

SP diminta melakukan kegiatan yang sama seperti tahap 1 dengan catatan nasi yang dimakan pada H 1b berasal dari beras jenis Memberamo

Data peningkatan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah makan dibandingkan antara kedua jenis beras apakah ada perbedaan atau tidak

Terdapat perbedaan peningkatan kadar glukosa darah antara kedua jenis beras kemudian dilanjutkan penelitian lanjutan dengan 18 orang SP


(12)

42

Penelitian Lanjutan Tahap 1

H -1 : 30 orang SP mulai puasa (tidak boleh makan kecuali air putih) pukul 21.00 WIB sampai keesokan hari pukul 07.00WIB

H 1a : SP diukur dan dicatat kadar glukosa darah puasa selama 10 jam dengan menggunakan glukotest

H 1b : SP diberi makan 100 gram nasi yang berasal dari beras jenis IR64 dengan segelas air kemasan

H 1c : Setelah 2 jam, SP kembali diukur dan dicatat kadar glukosa darah dua jam pp. Selama menunggu, SP diminta untuk mengikuti kuliah

Tahap 2 ( seminggu kemudian )

SP diminta melakukan kegiatan yang sama seperti tahap 1 dengan catatan nasi yang dimakan pada H 1b berasal dari beras jenis Memberamo

Data peningkatan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah makan dibandingkan antara kedua jenis beras

Analisis data secara statistik dihitung rata-rata (mean) dan SD dari persentase peningkatan kadar glukosa darah untuk setiap perlakuan pada CI 95% dengan uji t


(13)

43

LAMPIRAN 4

Penghitungan Statistik Beras Memberamo

T-Test

Paired Samples Statistics

89.7222 18 7.20952 1.69930

104.5000 18 9.86527 2.32527

Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Pair

1

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Paired Samples Correlations

18 .050 .844

Sebelum Perlakuan & Sesudah Perlakuan Pair

1

N Correlation Sig.

Paired Samples Test

-14.77778 11.92405 2.81053 -20.70747 -8.84809 -5.258 17 .000 Sebelum Perlakuan

-Sesudah Perlakuan Pair

1

Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)


(14)

44

LAMPIRAN 5

Penghitungan Statistik Beras IR64

T-Test

Paired Samples Statistics

91.2222 18 5.70403 1.34445

101.6667 18 9.01633 2.12517

Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Pair

1

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Paired Samples Correlations

18 .358 .144

Sebelum Perlakuan & Sesudah Perlakuan Pair

1

N Correlation Sig.

Paired Samples Test

-10.44444 8.77310 2.06784 -14.80721 -6.08168 -5.051 17 .000 Sebelum Perlakuan

-Sesudah Perlakuan Pair

1

Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference Paired Differences


(15)

LAMPIRAN 6

FORMULIR PERNYATAAN PERSETUJUAN KLINIK (INFORMED CONSENT)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN KLINIK

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Status : ... Usia : ... Alamat : ... Pekerjaan : ... No. KTP/identitas lain : ...

No. Urut : ... Setelah mendapat penjelasan selengkapnya dan menyadari maksud, tujuan dan manfaat penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul:

PENGARUH JENIS BERAS

KADAR AMILOSA RENDAH DAN SEDANG TERHADAP

PENINGKATAN KADAR GLUKOSA DARAH

Maka saya/keluarga saya bersedia berperan serta dalam penelitian tersebut di atas sebagai subyek penelitian dan bersedia dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah makan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran, penuh tanggung jawab tanpa paksaan pihak manapun.

Bandung, ...2006

Peneliti Yang membuat pernyataan

( Syaiful Ramadhan) ( )


(16)

LAMPIRAN 7


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Makanan pokok sebagian besar rakyat Indonesia adalah nasi. Nasi mengandung 85-90 % karbohidrat, terutama amilum. Nasi selain mengandung amilum juga protein, serat, air, lemak, mineral dan sedikit vitamin (Made Astawan, 2002). Konsumsi nasi sebagai bahan makanan pokok utama menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah setelah makan secara signifikan. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam penyusunan menu diet seseorang khususnya penderita diabetes melitus (diabetisi) dan obesitas.

Prinsip pengaturan makan atas dasar terapi gizi medis yaitu menu makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Perlu ditekankan kepada penderita Diabetes Melitus (DM) tentang pentingnya keteraturan jadwal maka, jenis dan jumlah makanan (Direktur Gizi Masyarakat, 2003; Perkeni, 2006).

Berbagai jenis beras dari harga yang murah sampai mahal dengan kualitas berbeda banyak beredaran di pasaran (Gsianturi, 2005). Selain itu ada pula produsen yang menawarkan beras dengan kualitas baik untuk penderita DM dan pemeliharaan kesehatan jantung dengan merek ”TJ”. Beras tersebut mengandung rendah kalori, rendah lemak dan rendah sodium. Beras ini mempunyai indeks glikemik rendah sebesar 36 yang setara dengan indeks glikemik sebuah apel (Kompas, 2005).

Atas dasar latar belakang tersebut maka penulis ingin mengetahui pengaruh konsumsi jenis beras tertentu terhadap peningkatan kadar glukosa darah. Pada penelitian ini, penulis akan membandingkan pengaruh dua jenis beras yang berbeda terhadap peningkatan kadar glukosa darah.


(18)

2

1.2Identifikasi Masalah

Apakah konsumsi nasi dari beras kadar amilosa yang berbeda menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah dua jam post prandial (dua jam pp) yang berbeda?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh jenis beras terhadap peningkatan kadar glukosa darah dan bertujuan untuk membandingkan pengaruh peningkatan kadar glukosa darah dua jam pp pada orang sehat setelah mengkonsumsi nasi dari beras kadar amilosa rendah dan sedang pada waktu yang berbeda.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh jenis beras kadar amilosa rendah dan sedang sebagai sumber glukosa darah manusia.

Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada klinisi, ahli gizi, penderita DM dan masyarakat umumnya mengenai jenis beras yang baik bagi kesehatan dalam hal pengaturan kalori.


(19)

3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1Kerangka Pemikiran

Kandungan karbohidrat dalam beras hampir 90 persen dari berat kering beras berupa pati atau amilum yang sebagian besar dalam bentuk granula dan sebagian kecil pentosan, selulosa, hemiselulosa dan glukosa. Kadar kandungan karbohidrat tergantung pada varietas dan cara pengolahan beras. Jadi sifat fisikokimia beras terutama ditentukan oleh sifat fisikokimia amilumnya.

Amilum beras terbentuk dari dua jenis molekul polisakarida yang masing-masing merupakan polimer glukosa. Dua jenis molekul pembentuk pati tersebut adalah amilosa dan amilopektin. Nasi dari berasdengan kadar amilosa tinggi dan amilopektin rendah umumnya kurang disukai, walaupun harganya lebih murah. Nasi dari beras dengan kadar amilosa rendah dan amilopektin tinggi lebih disukai untuk dikonsumsi masyarakat karena menghasilkan nasi yang lebih pulen dan enak walaupun harganya lebih mahal (Kompas Caber Media, 2006).

Karbohidrat (amilum) yang kita makan sudah mulai dicerna dari mulut dengan bantuan enzim amilase (ptyalin). Amilum selanjutnya masuk ke dalam lambung lalu usus halus dalam bentuk molekul glukosa yang siap diabsorbsi oleh mukosa usus kemudian masuk ke peredaran darah sebagai sumber energi sel-sel. Dalam proses pencernaan amilum, amilosa yang memiliki ikatan α-1,4-glukosida

lebih kuat daripada amilopektin dan sulit tergelatinisasi. Keadaan ini yang menjadikan amilosa sulit dicerna di dalam tubuh sehingga diduga beras dengan kandungan amilosa rendah akan menghasilkan peningkatan kadar glukosa darah yang lebih tinggi.

1.5.2Hipotesis penelitian

Beras kadar amilosa rendah akan meningkatkan kadar glukosa darah dua jam pp lebih tinggi daripada beras kadar amilosa sedang.


(20)

4

1.6Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan uji klinis dengan desain menyilang (cross-over

design), menggunakan rancangan pre-test dan post-test pada masing-masing

percobaan sebelum dan dua jam pp pemberian dua jenis nasi (beras), bersifat komparatif dengan menggunakan Subjek Penelitian (SP) mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha yang memenuhi kriteria penelitian. Data yang diukur adalah kadar glukosa darah puasa dan dua jam pp dalam mg/dl, kemudian dihitung rata-rata persentase peningkatan kadar glukosa darah untuk masing-masing beras secara statistik. Hipotesis diuji dengan uji t Student secara komputerisasi dengan program SPSS 12.00 pada tingkat kepercayaan (CI) 95%.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian diadakan di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha pada bulan Agustus sampai Desember tahun 2006


(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Jenis beras mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah dua jam post prandial (dua jam pp).

2. Beras jenis Memberamo yang mengandung amilosa rendah, meningkatkan kadar glukosa darah dua jam pp lebih tinggi dibandingkan dengan beras jenis IR64 yang mengandung amilosa sedang.

5.2 Saran

1. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan, jadi masih diperlukan penelitian lebih lanjut dengan pengamatan peningkatan kadar glukosa darah lebih intensif dengan mengukur kadar glukosa darah setengah jam, satu jam, satu setengah jam setelah makan dengan jenis beras yang lebih variatif.

2. Untuk penderita DM dan gangguan toleransi glukosa sebaiknya jangan mengkonsumsi beras dengan kadar amilosa rendah.


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad D.S. 2000. Karbohidrat. Ilmu gizi. Jakarta : Dian Rakyat. H. 47-50 Ahmad. H. Asdie. 2003. Patogenesis dan Terapi Diabetes Melitus Tipe 2.

Yogyakarta: Medica. FK UGM Yogyakarta. hal. 42-63

Anonim. Tanaman Obat Indonesia. http://www.ipteknet.net. 10 Agustus 2006. Anonim. Sayangi Jantung dan Hindari Stroke. Harian Kompas. edisi 26 April

2005. hal. 26

Aak. 2006. Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta : Kanisius. hal. 15-39

Direktur Gizi Masyarakat. 2003. Peran Diit Dalam Penanggulangan Diabetes. http://www.gizi.net/makalah. 5 Agustus 2006

Enrico Merentek. 2006. Resistensi Insulin pada Diabetes Melitus Tipe 2. Cermin Dunia Kedokteran 150 (15); 1-9

Ganong W. F. 2000. Fungsi Endokrin Pankreas & Pengaturan Metabolisme Karbohidrat. Dalam: Djauhari W. Ed. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. Jakarta : EGC. hal. 331-42

Granner D. K. 2003. Hormon Pankreas dan Traktus Gastrointestinal. Dalam: Biokimia Harper. Jakarta: EGC. hal. 583-95

Gusnimar aliawati. 2003. Teknik Analisis Kadar Amilosa Dalam Beras. Dalam : Buletin Teknik Pertanian. Vol. 8 Nomor 2. Jakarta

Guyton & Hall. 1997. Insulin, glukagon, dan diabetes mellitus. Dalam: Irawati Setiawan, editor: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. jakarta: EGC. hal. 1221-37.

Gsianturi. 2005. Kelebihan Karbohidrat Penyebab Diabetes. http://www.gizi.net. 29Agustus 2006

Halomoan Hutagalung. 2004. Karbohidrat. http://library.usu.ac.id. 3 Agustus 2006

King Michael W. 2006. Digestion of Dietary Carbohydrates http://web.indstate. edu/thcme/mwking/glycolysis.html. 23 Januari 2007

Made Astawan. 2002. Beras Makanan Pokok Sumber Protein. http://www.gizi.net. 3 Agustus 2006


(23)

38

Made Astawan. 2003. Bihun Goreng, Bihun Rebus, Kalorinya Wow. http://www.depkes.go.id. 10 September 2006

Martini F.H. 2004. The Endocrine System. In : Fundamentals of Anatomy and Physiology. 6th ed. San Francisci: Benjamin Cummings. p.631-3

Mayes P. A. 2003. Karbohidrat yang Memiliki Makna Fisiologi. Dalam: Anna P. Bani, Tiara M.N. Sikumbang, editor: Biokimia Harper. Edisi 25. hal.138-147

Molina P. E. 2004. Endocrine Pancreas. In: Lange Endocrine Physiology. New York: Mc Graw Hill Company. p. 157-179

O’Brien, Chais A. 1999. The Biology of Artery Wall in Artherogenesis. North America: Med clin. p. 56-7

PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Jakarta : PB PERKENI

Rimbawan, Albiner Siagian. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Jakarta : Penebar Swadaya. hal. 9-21

Setiawan Dalimartha. 2003. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Diabetes Melitus. Jakarta: Penebar Swadaya

Sunita Almatsier. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. hal 28-47 dan 105-128

Wikipedia Indonesia. 2005. Glukosa. http://id.wikipedia.org/wiki/glukosa. 5 September 2006.


(1)

2

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah konsumsi nasi dari beras kadar amilosa yang berbeda menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah dua jam post prandial (dua jam pp) yang berbeda?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh jenis beras terhadap peningkatan kadar glukosa darah dan bertujuan untuk membandingkan pengaruh peningkatan kadar glukosa darah dua jam pp pada orang sehat setelah mengkonsumsi nasi dari beras kadar amilosa rendah dan sedang pada waktu yang berbeda.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh jenis beras kadar amilosa rendah dan sedang sebagai sumber glukosa darah manusia.

Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada klinisi, ahli gizi, penderita DM dan masyarakat umumnya mengenai jenis beras yang baik bagi kesehatan dalam hal pengaturan kalori.


(2)

3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Kandungan karbohidrat dalam beras hampir 90 persen dari berat kering beras berupa pati atau amilum yang sebagian besar dalam bentuk granula dan sebagian kecil pentosan, selulosa, hemiselulosa dan glukosa. Kadar kandungan karbohidrat tergantung pada varietas dan cara pengolahan beras. Jadi sifat fisikokimia beras terutama ditentukan oleh sifat fisikokimia amilumnya.

Amilum beras terbentuk dari dua jenis molekul polisakarida yang masing-masing merupakan polimer glukosa. Dua jenis molekul pembentuk pati tersebut adalah amilosa dan amilopektin. Nasi dari beras dengan kadar amilosa tinggi dan amilopektin rendah umumnya kurang disukai, walaupun harganya lebih murah. Nasi dari beras dengan kadar amilosa rendah dan amilopektin tinggi lebih disukai untuk dikonsumsi masyarakat karena menghasilkan nasi yang lebih pulen dan enak walaupun harganya lebih mahal (Kompas Caber Media, 2006).

Karbohidrat (amilum) yang kita makan sudah mulai dicerna dari mulut dengan bantuan enzim amilase (ptyalin). Amilum selanjutnya masuk ke dalam lambung lalu usus halus dalam bentuk molekul glukosa yang siap diabsorbsi oleh mukosa usus kemudian masuk ke peredaran darah sebagai sumber energi sel-sel. Dalam proses pencernaan amilum, amilosa yang memiliki ikatan α-1,4-glukosida lebih kuat daripada amilopektin dan sulit tergelatinisasi. Keadaan ini yang menjadikan amilosa sulit dicerna di dalam tubuh sehingga diduga beras dengan kandungan amilosa rendah akan menghasilkan peningkatan kadar glukosa darah yang lebih tinggi.

1.5.2 Hipotesis penelitian

Beras kadar amilosa rendah akan meningkatkan kadar glukosa darah dua jam pp lebih tinggi daripada beras kadar amilosa sedang.


(3)

4

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan uji klinis dengan desain menyilang (cross-over design), menggunakan rancangan pre-test dan post-test pada masing-masing percobaan sebelum dan dua jam pp pemberian dua jenis nasi (beras), bersifat komparatif dengan menggunakan Subjek Penelitian (SP) mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha yang memenuhi kriteria penelitian. Data yang diukur adalah kadar glukosa darah puasa dan dua jam pp dalam mg/dl, kemudian dihitung rata-rata persentase peningkatan kadar glukosa darah untuk masing-masing beras secara statistik. Hipotesis diuji dengan uji t Student secara komputerisasi dengan program SPSS 12.00 pada tingkat kepercayaan (CI) 95%.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian diadakan di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha pada bulan Agustus sampai Desember tahun 2006


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Jenis beras mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah dua jam post

prandial (dua jam pp).

2. Beras jenis Memberamo yang mengandung amilosa rendah, meningkatkan kadar glukosa darah dua jam pp lebih tinggi dibandingkan dengan beras jenis IR64 yang mengandung amilosa sedang.

5.2 Saran

1. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan, jadi masih diperlukan penelitian lebih lanjut dengan pengamatan peningkatan kadar glukosa darah lebih intensif dengan mengukur kadar glukosa darah setengah jam, satu jam, satu setengah jam setelah makan dengan jenis beras yang lebih variatif.

2. Untuk penderita DM dan gangguan toleransi glukosa sebaiknya jangan mengkonsumsi beras dengan kadar amilosa rendah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad D.S. 2000. Karbohidrat. Ilmu gizi. Jakarta : Dian Rakyat. H. 47-50

Ahmad. H. Asdie. 2003. Patogenesis dan Terapi Diabetes Melitus Tipe 2. Yogyakarta: Medica. FK UGM Yogyakarta. hal. 42-63

Anonim. Tanaman Obat Indonesia. http://www.ipteknet.net. 10 Agustus 2006.

Anonim. Sayangi Jantung dan Hindari Stroke. Harian Kompas. edisi 26 April 2005. hal. 26

Aak. 2006. Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta : Kanisius. hal. 15-39

Direktur Gizi Masyarakat. 2003. Peran Diit Dalam Penanggulangan Diabetes. http://www.gizi.net/makalah. 5 Agustus 2006

Enrico Merentek. 2006. Resistensi Insulin pada Diabetes Melitus Tipe 2. Cermin

Dunia Kedokteran 150 (15); 1-9

Ganong W. F. 2000. Fungsi Endokrin Pankreas & Pengaturan Metabolisme Karbohidrat. Dalam: Djauhari W. Ed. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. Jakarta : EGC. hal. 331-42

Granner D. K. 2003. Hormon Pankreas dan Traktus Gastrointestinal. Dalam:

Biokimia Harper. Jakarta: EGC. hal. 583-95

Gusnimar aliawati. 2003. Teknik Analisis Kadar Amilosa Dalam Beras. Dalam :

Buletin Teknik Pertanian. Vol. 8 Nomor 2. Jakarta

Guyton & Hall. 1997. Insulin, glukagon, dan diabetes mellitus. Dalam: Irawati Setiawan, editor: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. jakarta: EGC. hal. 1221-37.

Gsianturi. 2005. Kelebihan Karbohidrat Penyebab Diabetes. http://www.gizi.net. 29Agustus 2006

Halomoan Hutagalung. 2004. Karbohidrat. http://library.usu.ac.id. 3 Agustus 2006

King Michael W. 2006. Digestion of Dietary Carbohydrates http://web.indstate. edu/thcme/mwking/glycolysis.html. 23 Januari 2007

Made Astawan. 2002. Beras Makanan Pokok Sumber Protein. http://www.gizi.net. 3 Agustus 2006


(6)

38

Made Astawan. 2003. Bihun Goreng, Bihun Rebus, Kalorinya Wow. http://www.depkes.go.id. 10 September 2006

Martini F.H. 2004. The Endocrine System. In : Fundamentals of Anatomy and

Physiology. 6th ed. San Francisci: Benjamin Cummings. p.631-3

Mayes P. A. 2003. Karbohidrat yang Memiliki Makna Fisiologi. Dalam: Anna P. Bani, Tiara M.N. Sikumbang, editor: Biokimia Harper. Edisi 25. hal.138-147

Molina P. E. 2004. Endocrine Pancreas. In: Lange Endocrine Physiology. New York: Mc Graw Hill Company. p. 157-179

O’Brien, Chais A. 1999. The Biology of Artery Wall in Artherogenesis. North America: Med clin. p. 56-7

PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe

2 di Indonesia 2006. Jakarta : PB PERKENI

Rimbawan, Albiner Siagian. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Jakarta : Penebar Swadaya. hal. 9-21

Setiawan Dalimartha. 2003. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Diabetes

Melitus. Jakarta: Penebar Swadaya

Sunita Almatsier. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. hal 28-47 dan 105-128

Wikipedia Indonesia. 2005. Glukosa. http://id.wikipedia.org/wiki/glukosa. 5 September 2006.