REPRESENTASI”SENSUALITAS”DALAM LIRIK LAGU ”BIBIR “ OLEH SAMANTHA BAND (Studi Semiologi Tentang Represenatasi ”Sensualitas”Pada Lirik Lagu”Bibir” Oleh Samantha Band).

REPRESENTASI ” SENSUALI TAS” DALAM LI RI K LAGU
” BI BI R “ OLEH SAMANTHA BAND
( St ud i Sem iologi Tent ang Repr esenat asi ” Sensualit as” Pada Lirik
Lagu” Bibir” Oleh Sam ant ha Band)
SKRI PSI

Oleh :

LAKSONO.ADI .WI BOWO
0743 010166

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDI DI KAN DAN PERUMAHAN
UNI VERSI TAS PEMBANGUNAN NASI ONAL “ VETERAN” JAWA TI MUR
FAKULTAS I LMU SOSI AL DAN I LMU POLI TI K
PROGRAM STUDI I LMU KOMUNI KASI
20 11

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PENGGAM BARAN ”SENSU ALI T AS”DALAM LI RI K

LAGU”BI BI R”OLEH SAMAN T H A BAN D
( St udi Sem iot ik Ten t ang Penggam bar an” Sensualit as” Pada Lirik
Lagu” Bibir” Oleh Sam ant ha Band)

PROPOSAL

Oleh :

LAKSONO.ADI .WI BOWO
0743 010166

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDI DI KAN DAN PERUMAHAN
UNI VERSI TAS PEMBANGUNAN NASI ONAL “ VETERAN” JAWA TI MUR
FAKULTAS I LMU SOSI AL DAN I LMU POLI TI K
PROGRAM STUDI I LMU KOMUNI KASI
20 11

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan Rahmat Allah SWT, serta sholawat dan
salam kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan lancar. Yang berjudul : Repr esentasi Sensualitas Dalam Lir ik Lagu (
Studi Semiologi Tentang Representasi Sensualitas dalam lir ik lagu “ Bibir “

Oleh

Samantha Band).
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak Dr.Catur
Suratnoaji, MSi selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan pengarahan dalam
menyusun skripsi ini hingga selesai.
Keberhasilan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik bantuan materiil
maupun spirtual. Atas bantuan tersebut penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof Dr. Teguh Suedarto.Mp.Rektor UPN”Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, MSi. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Unversitas Pembangunan Nasional”Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, Sos, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan
Nasional”Veteran ” Jawa Timur.
4. Bapak Dr.Catur Suratnoaji,M.Si Selaku Dosen Pembimbing Utama.
5. Kedua Orang Tua mama dan papa serta adik-adikku tyan dan febi yang telah banyak
berkorban memberiak semangat,pikiran dan fasilitas secara materiil maupun mental
sehingga semuanya dapat berjalan lancar.
6. Semua teman dan kerabat baikku Sandi,Dimas, Allen,woho, Rico, dll juga temanTeman yang sudah mendukung dan memberikan semangat.
7. Semua teman-teman yang tiadak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
8. Sungguhnya penulis keterbatasan, dengan harapan bahwa penyusunan skripsi
ini Insya Allah akan berguna untuk rekan-rekan di Jurusan Ilmu Komunikasi, maka
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

saran dan kritik yang membangun sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki
kekurngan yang ada

Surabaya, 15 Desember 2011

Penulis


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ............................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ..................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
ABSTRAKSI .................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 10
1.3 Tujuan dan Manfaat ..................................................................... 10
1.4 Kegunaan Penelitian................................................................................. 10
1.4.1 Kegunaan Teoritis ................................................................................. 10
1.4.2 Kegunaan Praktis .................................................................................. 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 12

2.1 Landasan Teori ......................................................................................... 12
2.1.1 Musik .............................................................................................. 12
2.1.2 Lirik Lagu .............................................................................................. 14
2.1.3 Sensualitas ............................................................................................. 14
2.1.4 Semiotika .............................................................................. 18
2.1.5 Semiologi dan Semiotika dalam komunikasi .......................................... 19
2.1.6 Semiologi Roland Barthes ..................................................................... 20
2.1.7 Representasi .......................................................................................... 26
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.8 Pengertian Komunikasi ........................................................... 29
2.1.9 Pendekatan Semiotika .......................................................................... 30
2.1.10 Kerangka Berpikir ................................................................................ 32

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ........................................................................ 34
3.2 Kerangka Konseptual................................................................... 35
3.3 Unit Analisis ............................................................................................ 37
3.4 Corpus ...................................................................................................... 37

3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 39
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 42
4.1 Gambaran Objek Penelitian ........................................................ 42
4.2 Lirik lagu” Bibir” menurut Semiologi Roland Barthes ................ 44
4.3Penyajian Data dan Hasil Analisis Data ....................................... 45
4.3.1 Penyajian Data .................................................................. 45
4.3.2 Hasil Analisis Data............................................................ 46
4.4 Representasi Sensualitas Dalam Lirik Lagu” Bibir”.................................. 52
BAB V KRITIK DAN SARAN ..................................................................... 54
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 54
5.2 Saran .......................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
LAKSONO.ADI.W. REPRESENTASI SENSUALITAS DALAM

LIRIK LAGU “ BIBIR “ OLEH SAMANTHA BAND
( Studi Semiologi Repr esentasi Sensualitas Dalam Lir ik Lagu
“Bibir ” Oleh Samantha Band )
Musik diartikan sebagai suatu ungkapan yang berasal dari perasaan yang
dituangkan dalam bentuk bunyi-bunyian atau suara. Musik merupakan hasil
karya manusia yang menarik karena musik memegang sebuah peranan yang
sangat banyak diberbagai bidang. Salah satu hal terpenting dalam sebuah musik
yang sebagaimana dapat menjadi media komunikasi untuk mencerminkan realitas
sosial yang beredar dalam masyarakat . Lirik lagu dapat pula sebagai sarana untuk
sosialitas karena mengandung informasi atau pesan, dan dapat pula sebagai
pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang terkadung
dalam lirik lagu “ bibir”pada album Samantha Band oleh Samantha Band.
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah lagu
dan juga lirik lagu, arti dari bibir , dan juga mitos agar cara berpikir para
masyarakat mengalami kemajuan. Pemaknaan terhadap lirik lagu ini
menggunakan metode Semiologi Roland Barthes yaitu, pada dasarnya ada
perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum yang
diartikan oleh Barthes. Denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama,
sementara konotasi merupakan tingkat kedua.

Makna dari keseluruhan bait lagu bibir yang diarasement oleh samantha band
adalah suatu rasa sayang dan cinta sehingga di dalam benak mereka mengapa
harus ada melayang ke awan ? sebagaimana kita tahu tahu bahwa hidup secara
damai dan berdampingan itu indah.
Kesimpulan bahwa penelitian ini diarahkan untuk mengetahui bagaimana bibir
direpresentasikan dalam sebuah lirik lagu. Penelitian ini menunjukkan bahwa
bibir tidak hanya dapat dilakukan peneliti melihat tanda-tanda yang ingin
menyampaikan pesan akan adanya tampilan fenomena cinta terlarang dalam artian
lagu mengenai cinta yang membuat orang berfantasi atau berkhayal yang negatif .
Kata Kunci : Represenstasi, Semiologi, Sensualitas, Bibir

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Musik dan lagu merupakan salah satu kegiatan komunikasi, karena didalamnya
terdapat proses penyampaian pesan dari si pencipta lagu tersebut kepada khalayak

pendengarnya. Pesan yang terkandung dalam sebuah lagu merupakan representasi
dari pikiran atau perasaan dari pencipta lagu sebagai orang yang mengirim pesan.
Pesan yang disampaikan biasanya bersumber dari frame of refrence dan field of
experience.
Musik merupakan hasil budaya manusia yang menarik diantara budaya yang
lain, dikatakan menarik karena musik memegang peranan yang sangat banyak
diberbagai bidang. Seperti dilihat dari sisi psikologisnya, musik kerap menjadi
sarana kebutuhan manusia dalam hasrat akan seni dan berkreasi. Dari sisi sosial
musik dapat disebut sebagai cermin tatanan yang ada dalam masyarakat saat
musik tersebut diciptakan. Dari segi ekonomi, musik telah berkembang pesat
menjadi suatu komoditi yang mengntungkan .
Musik sendiri menurut kamus lengkap bahasa indonesia memiliki makna
bunyi-bunyian yang ditata enak dan rapi.Dari definisi diatas dapat diketahui
bahwa musik dapat menciptakan sebuah lagu . Sebuah lagu yang dinyanyikan
biasanya terdiri komponen yang saling melengkapi dan saling bergantung.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1


2

Komponen tersebut antara lain paduan alat musik dalam satu instrumen , suara
vokal dan yang terakhir adalah lirik lagunya. Instrumen dan kekuatan vokal
penyanyian adalah sebagai tubuh sedangkan lirik lagu adalah jiwa atau nyawa
adalah penggambaran musik itu sendiri.
Isi tanda musik dalam hal ini adalah emosi yang dibangkitkan dalam diri
pendengar. Para ahli musik berpendapat bahwa musik merupakan ‘ ekspresi
perasaan , bentuk simbolik ’ yang signifikamsinya dapat dirasakan , tetapi tidak
dapat didefinisikan karena ia hanya bersifat ‘implisit, tetapi secara konvensional
tidak tetap’.
Salah satunya hal yang terpenting dalam sebuah musik adalah keberadaan lirik
lagunya, karena melalui lirik lagu, pencipta lagu ingin menyamapaikan pesan
yang merupakan pengekspresian dirinya terhadap fenomena-fenomena yang
terjadi didunia sekitar. Lirik lagu dalam musik yang seabagaimana bahasa , dapat
pula sebagai sarana untuk sosialisasi dalam pelestaraian terhadap suatu sikap atau
nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu diaransi

dan dipendengarkan


kepada masayarakat tanggung jawab yang besar tersebar luasnya kenyakinan ,
nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu ( Setianingsih, 2003:7-8 ).
Lirik lagu adalah media komunikasi verbal yang memiliki makna pesan
didalamnya, sebuah lirik lagu bila tepat memilihnya bisa memiliki nilai yang sama
dengan ribuan kata atau peristiwa, juga secara individu mampu memikat perhatian
. sebuah karya cipta dibidang musik juga harus memiliki jiwa yang menghibur
bagi konsumen. Banyak sekali jenis lirik lagu keseluruhan dalam sebuah produk
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

musik yang telah tercipta , adanya menyangkut pembicaraan autoritas mereka
melambangkan saling pengertian yang patut diagungkan dan dipatuhi orang dari
apa yang awali mereka .
Lirik lagu biasanya dibawakan oleh penyanyi yang kemudian menjadi public
figure dan disebarkan melalui media massa sehingga khalayak dengan cepat
mengenali lagu tersebut. Hal ini secara tidak langsung tentu saja akan berdampak
pada sikap afektif , konotif dan kognif pendengarnya. Sikap afektif adalah sikap
emosional dari individu , sikap konatif adalah berhubungan dengan kebiasaan dan
kemauan dan betindak, sedangkan sikap kognitif adalah aspek intelektual, yang
berkaitan dngan apa yang diketahui oleh manusia. (Rahmat,2001:37).
Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu diaransemen dan diperdengarkan
oleh khalayak, lirik lagu mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar
luasnya sebuah keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai bahkan sebuah prasangka
tertentu. Sebuah lirik lagu notabane kata-kata didalamnya menggunakan media
musik untuk menyampaikan kepada publik. Jadi bisa dikatakan bahwa lirik lagu
juga merupakan karya sastra yang diwujudkan dalam karya seni.
Dalam penulisan lagu-lagu komersial, konsep ( sex sells ) memang tidak
dianggap remeh, sehingga ekspresif seksual pun menjadi salah satu elemen jualan
penting yang dimasukkan oleh prosedur ( pencipta lagu ) supaya lagu-lagunya
laris di pasaran. Sebagai strategi, ini merupakan hal yang wajar. Persoalan akan
tumbh bilamana si pencipta lagu tidak bisa mengukur seberapa banyak bumbu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

sensual harus di takar dalam karya cipta si pencipta lagu . Antara masuk kategori
seni atau kategori sensualitas.
Unsur sensual dalam sebuah lagu sering kali kita jumpai pada karya lagu
musisi Indonesia . Tentunya karena lagu adalah sebuah seni auditif, maka porsi
terbesar yang mungkin bisa memuat seks adalah dalam ranah idea, yang akan
terwujud dalam lirik lagu. Jika unsur seks dimasukkan kedalam ranah auditif,
hasilnya akan mengarah ke sensual. Lain halnya jika unsur sensual tersebut
terkandung dalam lirik. Karena didalam lirik lagu, si pencipta lagu bisa
melakukan penyamaran, asosiasi atau metafora atau melakukan penyamaran.
asosiasi atau metafor yang bisa membuat pendengar “berfikir ke arah sana”
tanpa harus menyebutkannya secara jorok.
Penggunaan ide sensual , bersifat tasteful atau berselera. Unsur-unsur yang
bisa dimasukkan antara lain : tindakan atau aksi, kondisi seksual seperti orgasme,
gairah, hornyness, attraction, sugesti feromone (bau-bauan), reaksi tubuh, segesti
suasana, dan lain-lain. Ide seks yang berselera tinggi, umumnya tampil dalam
bentuk sugestif, multi interpretative. Bisa dikatakan sebagai sensual, dan bisa saja
tidak.
Kadang asosiasi atau metafora seks yang seharusnya berselera tinggi,
diterapkan melalui “style” yang tidak tepat mengakibatkan imaji yang justru
distasteful (menurunkan selera), misalnya seperti penempatan lirik “Ah, ah, ah,
mandi madu”. Konsep “mandi madu”, jika diasosiasikan dengan aktifitas seksual,
sebenarnya terasa berselera tinggi. Tapi jika style yang digunakan mempunyai
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

konotasi lekat dengan kehidupan malam kelas bawah. Jika ingin memasukkan
unsur sensual di dalam lagu, agar tidak terkesan murahan. Maka pencipta lagu
harus menguatkan ide dasarnya, yaitu ide yang lebih luhur mengenai cinta.
Nantinya jika pencipta lagu memasukkan unsur sensual, unsur tersebut berdiri
sebagai suatu kesatuan penunjang untuk menggambarkan sesuatu (cinta) yang
luhur atau abadi atau mendalam atau suci dan lain-lain. Dengan demikian, asosiasi
pendengar tidak mengarah pada aspek jorok, melainkan aspek sisi selera seni yang
tinggi.
Sensualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut dan sikap berkaitan
dengan perilaku sensual maupun orientasi seksual. Kata sensualitas berasal dari
kata dasar “sensual ”, yang berasal dari bahasa Inggris yang artinya adalah
hubungan intim dan mesra dalam kaitannya dengan bermacam-macam hubungan
antar pria dan wanita. Sensual bukanlah sesuatu yang menakutkan karena seks
merupakan karunia dari Tuhan, secara alamiah dorongan seksual ini memang
harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi
mempertahankan keturunan, dan seks dapat dikatakan sebagai kenikmatan bagi
setiap orang, asal dilakukan dalam konteks yang sebenarnya yaitu ikatan
pernikahan.
Saat ini sensual bukan lagi sesuatu yang tabu untuk diperbincangkan,
bahkan pada saat, zaman, keadaan, waktu, dan juga revolusi pola pikir manusia
tak jarang seks dijadikan sebagai gaya hidup (life style). Tetapi bila seks
dilakukan sebelum waktunya justru dapat memiliki dampak psikologis yang
sangat serius, seperti rasa bersalah, gelisah, depresi, takut dan lain sebagainya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Menurut Dokter Sarlito perilaku seksual pada awalnya dilakukan saling
berciuman, saling meraba tubuh, saling membuka baju dan yang terakhir
kemudian melakukan senggama. Langkah awal sebelum melakukan kegiatan
seksual adalah dari ajakan untuk berkencan dahulu atau berpacaran yang dapat
dilakukan di rumah hingga ke tempat-tempat hiburan, kemudian menciptakan
hubungan intim yang diteruskan dengan mulai berpelukan, saling meraba atau
hingga kearah yang lebih intim
Bagi masyarakat golongan tradisional yang terkait kuat dengan norma,
agama serta moralitas budaya, cenderung memandang seks sebagai suatu perilaku
yang bersifat rahasia dan tabu untuk dibicarakan secara terbuka, terutama bagi
kalangan yang dianggap belum dewasa. Para orang tua pada umumnya menutup
pembicaraan tentang hal yang negatif kepada anak-anaknya, termasuk sebagai
suami-istri merasa risih jika membicarakan tentang seks. Bagi kalangan ini
perilaku sensual diatur sedemikian rupa dengan hukum-hukum adat, agama dan
ajaran moralitas, dengan tujuan agar dorongan sensual secara alamiah ini dalam
prakteknya sesuai dengan batas-batas kehormatan dan kemanusiaan.
Pada kenyataannya di jaman modern ini kehidupan seks masyarakat sudah
semakin kurang terkendali karena pengaruh budaya asing yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai luhur bangsa kita dan norma ketimuran. Banyak kejadian yang
kita dengar dan kita lihat, misalnya saja sensual bebas, perselingkuhan dan lain
sebagainya. Dimana orang melakukan hubungan sensual bukanlah sesuatu yang
membanggakan karena mempunyai resiko yang tinggi salah satunya yaitu tertular
penyakit kelamin. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai para remaja
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

yang bergaul secara bebas antara laki-laki dan perempuan tanpa batasan-batasan.
Hal ini karena saat ini banyak sekali fasilitas yang mendukung untuk dapat
melakukan aktifitas pergaulan bebas tersebut, misalnya saja: club malam, café
music, diskotik, bahkan tempat karaoke pun kadang disalahgunakan bagi mereka
untuk ajang pergaulan bebas.
Persepsi

masyarakat

terhadap

perilaku

pencipta

lagu

cenderung

menghalalkan seks atas dasar argument saling suka, cinta, saling membutuhkan
dan situasi yang mendukung. Kondisi semacam ini mengisyaratkan suatu
perselingkuhan baik sebelum atau sesudah pernikahan.
Dalam lirik lagu “Bibir” yang dipopulerkan oleh penyanyi pop Samantha
Band yang sebelumnya terkenal dengan lagu “Capek dech” mengandung
pemahaman pada sesuatu yang kontra dengan norma agama dan norma-norma
yang ada di masyarakat dan berkaitan erat dengan fenomena sosial yang terjadi
saat ini, dimana sensual bukan lagi sesuatu yang tabu untuk dibicarakan baik bagi
kalangan remaja maupun orang dewasa. “Bibir”, bisa diartikan banyak bisa positif
bisa juga negatif, membahas masalah cinta tidak akan ada habisnya pada lagu
yang bergenre pop house music menggambarkan tentang seksualitas. Dimana
kisah cinta yang terjadi begitu singkat hanya satu malam namun dikenang sampai
akhir hayatnya mesti lagu ini dibawakan dengan suasana ceria namun menyimak
liriknya sangat dalam maknanya.
Dalam lirik lagu “Bibir” apabila dipahami perkalimat, tidak dapat
menunjukkan makna yang sepenuhnya. Akan tetapi bila diikuti kalimat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

berikutnya, maka lirik tersebut akan menunjukkan makna/arti yang sebenarnya
sehingga dengan demikian musik tidak hanya bunyi suara-suara belaka.
Realitas sosial yang terkait dengan lirik lagu “Bibir” akhir-akhir ini
menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Banyak sekali kasus yang muncul
terutama di kota-kota besar, dimana kehidupan manusia semakin berkembang
pergaulannya, apa yang tidak boleh oleh agama, orang tua atau aturan-aturan yang
ada, semakin dilanggar, seperti perselingkuhan, dan lain sebagainya.
Masalah bisa timbul dari perbedaan persepsi dibenak penikmat musik
dikarenakan ketidakjelasan makna lirik lagu dalam musik mengakibatkan
kesalahan persepsi ini yang kemudian menimbulkan gejolak dalam masyarakat
dan dapat menyudutkan salah satu pihak. Lirik lagu “Bibir” yang dipopulerkan
oleh penyanyi Samantha Band adalah sebuah proses komunikasi yang mewakili
seni karena terdapat informasi atau pesan yang terkandung dalam simbol lirik lagu
tersebut yang sengaja digunakan oleh komunikator untuk disampaikan kepada
komunikan dengan menggunakan bahasa yang di dalamnya berbeda makna dari
makna sebenarnya, namun dalam hal ini bisa berupa kata-kata yang dalam teks
lirik lagu yang merupakan suatu bentuk komunikasi verbal.
Penyanyi pop yang sebelumnya lebih dikenal dengan lagu “Capek Dech”
ini membuat sebuah lagu dengan lirik gaya bahasa yang mempunyai makna yang
dalam, sehingga menimbulkan pemahaman yang berbeda-beda dalam masyarakat
yang mendengarnya. Bahasa timbul dalam berbagai variasi ujaran atau bahasa
tertulis. Kalau kita mendengarkan ujaran seseorang atau membaca sebuah tulisan,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

kadang-kadang kita sulit untuk memahami apa yang diajarkan atau yang kita baca.
Keraguan, kebingungan dalam mengambil keputusan tentang makna dan aneka
tafsiran makna.
Semiotik adalah ilmu tentang bentuk, sebab ia mempelajari bahasa secara
terpisah dari kandungannya. Di dalam semiotik seseorang diberikan “kebebasan”
didalam memaknai sebuah tanda (Kurniawan, 2001:15). Sementara itu bagi
barthes semiotik mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai halhal (things). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa
informasi, dalam hal tersebut objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga
mengkonstitusi sistem terstruktural dari tanda (kurniawan, 2001:53)
Penelitian tentang semiotik yaitu pemaknaan system tanda bahasa, salah
satunya untuk melihat bagaimana pencipta lagu member makna pada lagu tersebut
dan seperti apa ia merefleksikan permasalahan ke dalam sistem tanda komunikasi
berupa lirik lagu. Untuk menganalisa sistem tanda komunikasi bahasa berupa lirik
lagu tersebut, maka peneliti ini menggunakan analisis dengan metode semiotik
Roland Barthes. Yaitu, petanda (aspek material), penanda (aspek mental), tanda
denotative, penanda konotatif, petanda konotatif dan tanda konotatif. Aspek
material adalah lirik lagu yang ada dalam lagu “Bibir”, sedangkan aspek mental
adalah gambaran yang muncul pada peneliti ketika membaca aspek material pada
lirik lagu tersebut. Peneliti akan menganalisis perkalimat berdasarkan peta tanda
Roland Barthes, kemudian peneliti memaknai kalimat-kalimat, lalu akan
memaknai perbait dan memaknai keseluruhan lirik lagu “Bibir”.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Dari fenomena yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk
mengkaji lirik lagu “Bibir” yang dibawakan oleh penyanyi pop “Samantha Band”.
Sehingga penelitian ini berupaya lebih menitik beratkan pada “Penggambaran
Pornografi” dalam lirik lagu “Bibir”.
1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah representasi sensualitas
pada lirik lagu “Bibir” oleh penyanyi pop “Samantha Band”?
1.3

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui representasi sensualitas

dalam lirik lagu “Bibir” yang dibawakan oleh “Samantha Band”.
1.4

Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teor itis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
pada perkembangan serta pendalaman studi komunikasi dengan
menganalisis semiotik dalam lirik lagu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

1.4.2 Manfaat Praktis
Membantu pembaca dan penikmat musik dalam memahami lirik
lagu “Bibir” yang di populerkan oleh penyanyi pop Samantha Band
diharapkan dapat menjadi kerangka acuan bagi pencipta musik agar
semakin kreatif dalam menggambarkan suatu lirik lagu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i
2.1.1

Musik
Sistem tanda musik adalah oditif, namun untuk mencapai pendengarannya,

pengubahan musik dalam mempersempersembahkan kreasinya dengan perantara
pemain musik dalam bentuk sistem tanda tertulis. Bagi Simiotikus musik , adanya
tanda- tanda perantara, yakni musik yang dicatat dalam partitur orkesteranya. Hal
ini sangat memudahkan dalam menganalisis karya musuk dalam teks. Itulah
sebabnya mengapa penelitan musik terarah pada sintakis.
Mesti demikian, tidak ada semiotika tanpa semantik. Jadi , juga tidak ada
semiotik musik tanpa semantik musik. Semantik musik, bisa dikatakan harus
senantiasa membuktikan hak kehadirannya (van zoest,1993:120-121).
Salah satu hal penting dalam sebuah musik adalah lirik lagu. Sebagaimana
bahasa dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas
sosial yang ada pada masyarakat.Lirik lagu dapat pula menjadi sarana untuk
sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika
sebuah lirik lagu mulai diaranir dan dipendengarkan kepada khalayak , nilai-nilai,
bahkan prasangka tertentu.
Dapat dikatakan bahwa musik merupakan bagian dari suatu budaya
manusia, tidak terpisahkan selama hidup manusia, dari lahir hingga akhir hayat,
musik juga menyentuh segala lapisan sosial dari bawah hingga atas.

12

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Mentle Hood, seorang pelopor ehnomusicology dari USA memberikan
definisi tentang ehnomusicology sebagai studi musik dari segi sosial dan
kebudayaan ( Bandem, 1981: 41). Musik itu dipelajari melalui peraturan tertentu
yang dihubungkan dengan bentuk kesenian lainnya termasuk bahasa , Falsafah,
dan agama ( Sobur, 2003 : 148 ).
Musik pop adalah merupakan suatu bagian yang terpenting disekian
banyak cabang seni pertunjukkan. Musik ini digandrungi oleh setiap lapisan
masyarakat. Di dalam musik ini merupakan sebuah rasa nasionalisme yang sangat
berpengaruh pada bangsanya.
Dwiki Darmawan yang juga seorang musisi mempunyai pandangan
mengenai musik pop yang sekarang ini tidak lagi beriramakan lagu yang super
kencang, yang selama ini menjadi suatu trande bagi musik pop. Jadi perbedaanperbedaan yang terdapat pada irama musik itu memang disesuaikan dengan kultur
sosial yang tedapat pada pencipta lagunya dan juga para penyanyinya, sesuai
dengan generasinya dan bagaimana musisi menerjemaahkannya keda;lam selera
bagi peminat musik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

2.1.2

Lir ik lagu
Perkembangan lirik lagu di Indonesia sudah mulai sejak setelah merebut

kemerdekaan. Pada pertengahan dasawarsa1960-an. Pada waktu masih dilakukan
yang dinamakan” Dara Puspita ” yaitu menggarap komposisi-komposisi lagu
terhadap puisi-puisi yang terdahulu diciptakan oleh penyair terpandan(
Rachmawati,2000:42 ).
Lirik sebuah lagu di era sekarang merupakan sebuah kunci utama
menghidupkan lagu tersebut secara keseluruhan . link merupakan sebuah energi
yang mampu mengungkapkan banyak hal. Hampir sebagaian besar lirik lagu-lagu
Indonesia memuat berbagai peristiwa atau perasaan emosi yang dilihat , didengar
dan dirasakan oleh si pencipta lagu. Ada pula yang menuangkan perasaan cinta
mengharu biru ada pula yang menuangkan protes dan kontrol sosial. Apapun jenis
musiknya, lirik lagu cinta tetap dominan dari waktu ke waktu. Para pencipta lagu
pun lebih memprioritaskan lagu-lagu bertema bibir. Para pencipta lagu pun
berpendpat bahwa tema bibir adalah cinta, tidak heran apabila banyak grup musik
atau penyanyi yang memakai konsep pembuatan lirik semacam itu.

2.1.3

Sensualitas
Sensual adalah sesuatu yang berhubungan dengan kenikmatan yang

bersifat naluri. Dan sensualitasme yaitu ajaran yang menganggap bahwa segala
pengetahuan manusia itu didasarkan pada suatu hal yang dapat ditangkap oleh
panaca indera. Sedangkan sensulitas merupakan segala yang mengenai badan
bulan rohani.( Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, 2008)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Kata sensualitas itu berasal dari kata sense”rasa”pada indera kita yang
timbul ketika memandang obyek perempuan dalam suatu karya seni; sehingga
bisa dikatakan bahwa lawan dari sensualitas adalah “intelektualistas”. Di dalam
karya seni apapun, kedua unsur tadi ,” sensualitas dan intelektualitas” selalu ada
saling mengimbangi; sedangkan sentimentalitas merupakan unsur utama
didalamnya (dalam arti luas, terutama aspek visualyang ada dalam karya seni itu.)
sedangkan kata”seksualitas” itu berasal dari kata sex, maka jelaslah antara sex
dengan sense itu berbeda. Pengertian sensualitas itu memang luas,termasuk
adegan ranjang, atau foto telanjang dan semacamnya, tetapi tetap itu bukan
pornografi dan itu bukan satu-satunyayang bisa digolongkan kedalam seksualitas.
Sensualitas tidak selamanya ada kaitannya dengan seks.
Definisi atas konsep sensualitas dan politik tubuh perempuan yang
berkembang di media massa tidak berhasil dirumuskan dalam definisi yang tidak
jelas. Akan halnya sensualitas berkembang menyatakan sebagai bentuk aksi
sensual mengkonsumsi. Pakaian minim, terawang, atau terbuka adalah salah satu
contoh bentuk sensualitas itu. Namun yang menarik, selama itu pula tidak
termasuk dalam kategori erotis apalagi porno.
Media massa memiliki kekuatan dalam mempengaruhi sikap khalayak
yang terbatas, menurut Oskamps dalam siregar 1977 ada beberapa hal yang
menjadi ciri media massa yaitu : adanya terpaan selektif, penciptaan realitas yang
melampui pengalaman pribadi yang terbatas, penetuan agenda public melalui
seleksi terhadap peristiwa yang diliput dan pemberitaan kehormatan terhadap
orang atau peristiwa.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Sementara seksualitas adalah suatu konsep, konstruksi sosial terhadap nilai,
orientas perilaku, yang berkaitan dengan seks. Sementara seks adalah ciri-ciri
anatomi biologis yang membedakan antara laki-laki dengan perempuan
(Raharjo,1996:261). Konstruksi sosial yang dimaksud adalah suatu nilai-nilai atau
norma-norma suatu daerah yang telah dikembangkan sehingga dapat menjadi
pegangan seperti halnya adanya moral yang harus dianut dan sanksi sebagai
pengontrol kelembagaa tersebut.
Industrialisasi,

ekonomisasi

dan

peran

kapitaslisme

didalamnya

mengharuskan proses pemasaran didalamnya mengharuskan proses pemasaran
atau komodifikasi segala sesuatu termasuk tubuh, agar sebuah industri dapat terus
berlangsung. Hampir semua industri sudah terjebak dalam “budaya sensualitas”.
Menurut Yasrat Amir Piling, dalam pandangannya seputar fenomena penayangan
sejumlah program televisi swasta yang dianggap selalu berisikan sensualitas,
erostisme, dan pornografi”sesungguhnya tengah terjadi di dalam budaya
sensualitas dewasa ini adalah semacam paradoks kebudayaan, yang ketika kita
memilih salah satunya, misalnya budaya massa , maka kita akan mengorbankan
yang lainnya (moralitas). Kecuali bila bisa dicarikan semacam jalan ketiga seperti
yang dilakukan pomodemisme lewat moralitas barunya. Akan tetapi moralistas
baru ini pun sarat paradoks”.
Kriteria pornografisnya suatu tayangan yang telah disajikan oleh media
massa seringkali ada eksporsur gambar, cerita, tontonan tertentu yang dapat secara
spontan membangkitkan rangsangan seksual pada individu yang menontonnya.
Rangsangan seksual tersebut dengan kata lain adalah sensualitas. Menurut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Lesmana 1975, untuk dapat mengetahui bahwa suatu cerita atau gambar tersebut
bertujuan untuk mengekspoloitir birahi khalayak, hal ini dapat diketahui dari
pemakaian kata-kata( untuk cerita ). Atau cara penggambaran adegan
persetubuhan (untuk tontonan atau cerita ) atau pose-pose yang diperlihatkan oleh
peraga (untuk difoto/gambar).
Dalam konteks iklan yang dalam hal ini berkaitan dengan dunia periklanan
berkonsep audio visual. Bahwa sensualitas adalah sesuatu yang berkaitan
langsung dengan yang inderawi. Maka penekannanya pada gambar ( semua
content yang menjadi visualisasi ) dan warna-warninya, untuk mencapai nilia
estetika yang maksimal. Hal tersebut bertujuan untuk menempatkan kadar tinggi
kenikmatan inderawi sensulitas tubuh perempuan dalam suatu karya seni
berkaitan erat dengan hal inderawi ( sense=indera) yang timbul dalam diri seorang
apresiator seni. Wanita erat kaitannya dengan sensulitas, melalui lekuk tubuh,
gaya busana, aksesori, maupun wewangian yang digunakan.

2.1.4

Semiotika
Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetuhan sosial memahami

dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan
‘tanda’. Dengan demikian semiotika mempelajari hakikat tentang keberadaan
tentang suatu tanda. ( Sobur, 2006:87)
Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
Tanda-tanda adalah perangakat yang kita pakai dalam upaya beruasaha mencari
jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

atau dalam istilah Barthes, Semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari
bagaimana kemanusia (humanity) memakai hal-hal (things). Memakai ( to sinify )
dalam hal tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan ( to
community). Memakai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa
informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga
mengkonstitusi sistem struktur dari tanda. ( Barthes dalam Sobur, 2006:15).
Tokoh semiotik Charles Sanders Peirce adalah salah seorang filsuf
Amerika. Sedangkan Ferdinand de Saussure adalah pendiri linguistic modern,
sarjana tokoh besar asal Swiss yang terkenal dengan teorinya tetang tanda.
(Sobur,2006:43)
2.1.5

Semiotika Dalam Ilmu Komunikasi
Menurut Littlejohn ( 1996:64) dalam Sobur ( 2001:15 ) tanda-tanda (signs)

adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan tanda-tanda dapat
melakukan komunikasi dengan sesamanya. Semiotik adalah ilmu atau metode
analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang dipakai dalam
upaya berusaha mencari jalan di dunia, di tengah-tengah manusia dan bersamasama manusia.
a. Definisi Semiotik
Kata “semiotik” berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti
“tanda” atau seme yang berarti “ penafsir tanda”. Semiotik atau dalam istilah
Barthes,

Semiologi panca

dasarnya

hendak

mempelajari

bagaimana

kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things). Memakai (to sinify) dalam
hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasi (to communite).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Memakai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi , dalam
hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi
sistem terstruktur dari tanda ( Barthes, 1988:179; Kurniawan, 2001: 53 )
dalam Sobur (2001:15).
1. Semiotika komunikasi yang dikembangkan oleh Charles Sanders

Pierce

lebih menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu
diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu
pengirim, penerima kode (sistem tanda ) , pesan , dalam saluran
komunikasi dan acuan.
2. Semiotika signifikasi yang dikemabangkan oleh Ferdinand de Saussure
memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu
konteks tertentu. Suatu tanda menandakan sesuatu selain diriny sendiri dan
makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu
tanda.
3. Semiotika Konotatif yang dikembangkan oleh Rolanf Barthes lebih
menekankan lima kode yang ditinjau dan dieksplisitkan untuk menilai
suatu naska realis. Lima kode yang ditinjau Barthes adalah kode
hermeneutik ( kode teka-teki ), kode semik (makna konotatif ), kode
simbolik, kode proaretik ( logika tindakan ), dan kode gnomik yang
membangkitkan suatu badan pengetahuan tertentu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

2.1.6

Semiologi Roland Bar thes
Roland Barthes dikenal sebagai salah satu seorang pemikir strukturalis

yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean. Ia juga
intelektual dan kritikus sastra Pracis yang ternama: eksponen penerpan
strulturlisme dan semiotik pada studi sastra. Bertens ( 2001:208) menyebutnya
sebagai tokoh yang memainkan peranan sentral dalam strukturalisme tahun 1960an dan 70-an (Sober, 2001: 63)
Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang
tanda adalah peran pembaca (the reader ). Konotasi walaupun merupakan sifat asli
tanda, membutuhkan keaktifan pemirsa agar dapat berfungsi. Barthes secara
panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran
kedua yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sastra
merupakan contoh yang paling jelas sistem pemaknaan tataran kedua yang
dibangun di atas bahasa sebagai yang pertama. Sistem kedua ini oleh Barthes
disebut dengan konotif, yang didalam Mythologies-nya secara tegas ia bedakan
dari denotitaf atau sistem pemaknaan tataran pertama. Melanjutkan studi
Hjelmslev, Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja

1.Signifier( penanda )

2. Signified
(Petanda)

3. Denotatif sign ( tanda denotatif )
4. Connotative Signifier ( penanda konotatif )

5.Connotatif Signified ( petanda konotatif )

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

6. Conntatif Sign ( tanda konotatif )
Gambar 2.1.Peta Tanda Roland Barthes
Sumber:

Paul Cobley&Litza Jansy,1999, Introducing
Book,Hlm.51 Dari peta Barther diatas

Semiotics,

NY,

Totem

Dari peta Barther di atas terlihat bahwa tanda denotatif(3) terdiri atas
penanda(1) dan petanda(2). Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif
adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur
material ; hanya jika anda mengenal tanda “ siaga “,barulah konotasi seperti harga
diri, keragangan, dan keberanian menjadi mungkin ( Cobiey dan Jansz,1999:51).
Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif sekedar memiliki makna
tambahan namun juga mengundang kedua bagian tanda denotatif yang melandasi
keberadaan. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi
penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada penandaan dalam tataran
denotatif.
Secara lebih rinci, lingustik pada dasarnya membedakan tingkat eksperesi
(E) dan tingkat isi (C) yang keduanya dihubungkan oleh sebuah relasi (R). Sistem
demikian ini dapat didalam dirinya sendiri-sendiri unsur sederhana dari sebuah
sistem kedua yang akibatnya memperluasnya. Mengacu pada Hjelmslev, Barthes
sependapat bahwa bahasa dapat dipilih menjadi dua sudut artikulasi demikian.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Gambar 2.2 Dua Sudut Ar tikulasi Bar thes
1. Konotasi

E

C

E

C

2. denotasi

E

C

E

C

Metabahasa
Objek bahasa
Sumber : Barthes (1983), dikutip Kurniawan, 2001, Semiologi Roland Barthes,
Magelang , Yayasan Indonesiatera, Hlm.67.

Pada

artikulasi

pertama

(sebelah

kiri),

sistem

primer

(ERC)

mengkonstitusi tingkat denotasi dan sistem 2 berkorespondensi dengan tingkat
konotasi. Pada artikulasi kedua( sebelah kanan) sistem primer (ERC)
mengkonstitusi tingkat isi untuk sistem kedua ER(ERC). Disini sistem 1
berkorespondensi dengan objek bahasa dan sistem 2 dengan netabahasa
(metalanguage)(Kurniawan,2001:67).
Pada dasarnya ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam
pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dimengerti oleh
Barthes. Dalam pengertian umum, denotasi biasanyadimengerti sebagai makna
harfiah, makna yang “ sesungguhnya “, bahkan kadang kala juga dirancukan
dengan referensi atau acuan. Proses signifikasi yang secara tradisional disebut
sebagai denotasi ini biasanya mengacu kepada penggunaan bahasa dengan arti
yang sesuai dengan apa yang terucap. Akan tetapi, di dalam semiologi Roland
Barthes dan pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama,
sementara konotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara
konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan demikian sensor atau represi politis.
Sebagai reaksi yang paling ekstrem melawan keharfiahan denotasi yang bersifat
opersif ini. Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada
hanyalah konotasi semata-mata. Penolakan ini mungkin terasa berlebihan, namun
ia tetap berguna sebagai sebuah koreksi atau kepercayaan bahwa makna “ harfiah”
merupakan sesuatu yang bersifat alamiah (Sobur, 2001:65).
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi yang
disebutnya sebagai “mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan
pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu (
Sobur, 2001 : 65 ). Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda,
petanda, tanda namun sebagai suatu sistem yang unik , mitos di bangun oleh suatu
rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya. Atau dengan kata lain, mitos adalah
juga suatu sitem pemaknaan tatanan kedua. Didalam mitos pula sebuah petanda
dapat memiliki beberapa penanda.
Menurut Barthes (2001) tanda adalah suatu kesatuan dari bentuk penanda
atau petanda. Penanda adalah “ bunyi yang bermakna ” atau ” coretan yang
bermakna”. Jadi penanda adalah aspek metarial dari bahasa, apa yang dikatakan,
apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran atau
konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa . yang harus diperhatikan
adalah bahasa dalam tanda bahasa yang kongkret unsur tersebut tidak dapat
dilepaskan. Tanda bahasa selalu mempunyai dua segi signifier (penanda) dan
signified (petanda). Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena
itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya suatu petanda, tidak mungkin disampaikan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

atau ditangkap lepas dari penanda. Petanda atau yang ditandakan itu termasuk
tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistic.” Penanda
dan petanda merupakan dua sisi dari sebuah kertas”( Sobur, 2004:46).
Dalam kritik kebudayaan dan sastranya, Bathes menggunkan konsep
semitoc konotatif untuk mengungkapkan makna yang tersembunyi dalam teks.
Dia mendefinisikan sistem-sistem makna sekunder semacam ini sebagai mitos,
kemudian Barthes mendeskripsikan mitologi-mitologi atau ideologi-ideologi
sebagai sistem sistem konotatif sekunder dengan berupaya memberikan landasan
kepada pesan-pesan mereka dengan alam, yang dianggap sebagai denotative
primer. Pada tataran denotative, mereka mengekspresiakan makna “ alami ”
primer. Pada tataran konotatif , media massa mengungkapkan makna ideologi
sekunder.
Untuk membuat ruang atensi yang lebih lapang bagi diseminasi makna dan
pluralitas teks, maka Barthes mencoba memilah-milah penanda-penanda pada
wacana naratif ke dalam serangkaian gragmen ringkasan dan beruntun yang
disebutnya sebagai leksia-leksia (lexias), yaitu satuan-satuan pembaca ( unit of
reading ) dengan panjang pendek yang bervariasi. Sepotong bagian teks yang
apabila dibandingkan dengan teks lain disekitarnya, adalah sebuah leksia. Akan
tetapi sebuah leksia sesungguhnya bisa berupa apa saja, kadang hanya satu- dua
patah kata, kadang kelompok kata, kadang beberapa kalimat , bahkan sebuah
paragraph, tergantung pada ke” gampanga”nya ( convercience) saja. Dimensina
bergantung pada kepekatan dari konotasi-konotasinya yang bervariasi sesuai
dengan momen-momen teks. Dalam proses pembacaan teks, leksia-leksia tersebut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

dapat di temukan baik pada saat satuan-satuan dipilah-pilah sedemikian, rupa
sehingga diperoleh aneka fungsi pada tataran –tataran pengorganisasian yang
lebih tinggi.
Barthes juga berupaya untuk mengeksplitsitkan kode-kode narasi yang
belaku dalam suatu naskah realitas. Barthes berpendapat bahwa dalam novel yang
di telitinya yakni Sarrsine yang ditulis oleh sastrawan Perancis pada abad ke-19,
Honore de Balzac ini terangkai dalam kode rasionalisasi, suatu proses yang yang
mirip dengan yang terlihat dalam retorika tentang tanda kode. Lima kode yang
ditinjau Barthes adalah kode Hermeneutik ( kode teka-teki ) , kode Semik ( makna
konotatif ) , kode Simbolik, kode Proaretik ( logika tindakan ) dan kode Gnomik
atau kode Kultural yang membangkitkan suatu badan pengtahuan tertentu ( Sobur,
2001: 65 ).
Berdasarkan objeknya Barthes meminjau dengan menggunakan lima kode
atau leksia yaitu kode hermeneutik (kode teka-teki), kode semik (makna konotatif),
kode simbolik, kode proaretik (logika tindakan ) dan kode gnomik atau kode
kultural yang membengkitkan suatu badan pengetahuan. Kelima kode tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Kode Hermeneutik (kode teka-teki)
Kode ini berkisar pada harapan pembaca atau pendengar untuk mendapatkan
“kebenaran” bagi pertanyaan yang muncul dalam teks. Di dalam narasi ada
satu keseimbangan antara pemunculan serta peristiwa teka-teki dan
penyelesaiannya di dalam cerita.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

2. Kode Semik (kode konotatif )
Kode siamik menawarkan banyak sisi. Dalam proses pembacaan, pembaca
menyusun tema atau teks. Dia melihat bahwa konotasi kata atau frase tertentu
dalam teks dapat dikelompokkan dengan konotasi kata atau fase yang mirip.
Perlu dicatat bahwa Barthez menganggap denotasi sebagai konotasi yang
paling kuat dan paling “akhir”
3. Kode Simbolik
Merupakan aspek pengadaan fiksi yang paling khas bersifat struktural. Dalam
suatu teks verbal, perlawanan yang bersifat simbolik seperti ini dapat
dikodekan melalui istilah-istilah retoris seperti antitesis yang merupakan hal
yang istimewa dalam sistem simbol barthez.
2. Kode Proaretik (kode tindakan)
Kode ini dianggap sebagai perlengkapan utama suatu teks yang di baca orang
yang dimaksud antara lain adalah semua teks yang bersifat naratif.

4. Kode Gnomik (kode kultural)
Kode ini merupakan acuan teks ke benda-benda ya

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “AYAH” GROUP BAND SEVENTEEN (Studi semiologi roland barthes terhadap lirik lagu “Ayah” oleh kelompok musik Seventeen Band).

3 46 86

PEMAKNAAN LIRIK LAGU (Studi Semiotik Pemaknaan Pada Lirik lagu “ABG Tua” oleh Pl4t Band).

0 1 149

PEMAKNAAN LIRIK LAGU (Studi Semiotik Pemaknaan Pada Lirik lagu “ABG Tua” oleh Pl4t Band).

0 1 149

Representasi Kebencian dalam lirik lagu “Syair Nurdin Ali” (Studi Semiologi Tentang Representasi Kebencian di dalam lirik lagu “Syair Nurdin Ali yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Sayyidin Band).

1 6 103

REPRESENTASI NASIONALISME DALAM LIRIK LAGU (Studi Semiologi Nasionalisme dalam Lirik Lagu Indonesiaku Oleh Kelompok Musik Ungu).

7 9 93

REPRESENTASI CINTA DAMAI DALAM LIRIK LAGU ” PERDAMAIAN ’’ (Studi Semiologi Representasi Dalam Lirik Lagu ’’ Perdamaian ’’ Oleh Band GIGI).

0 5 64

REPRESENTASI CINTA DAMAI DALAM LIRIK LAGU ” PERDAMAIAN ’’ (Studi Semiologi Representasi Dalam Lirik Lagu ’’ Perdamaian ’’ Oleh Band GIGI)

0 0 15

Representasi Kebencian dalam lirik lagu “Syair Nurdin Ali” (Studi Semiologi Tentang Representasi Kebencian di dalam lirik lagu “Syair Nurdin Ali yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Sayyidin Band)

0 0 21

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “AYAH” GROUP BAND SEVENTEEN (Studi semiologi roland barthes terhadap lirik lagu “Ayah” oleh kelompok musik Seventeen Band)

0 0 20

REPRESENTASI”SENSUALITAS”DALAM LIRIK LAGU ”BIBIR “ OLEH SAMANTHA BAND (Studi Semiologi Tentang Represenatasi ”Sensualitas”Pada Lirik Lagu”Bibir” Oleh Samantha Band)

0 0 18