PENENTUAN PENJADWALAN PRODUKSI GEAR DENGAN METODE CAMPBELL DUDECK SMITH, PALMER DAN DANENNBRING UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN DI PT. TJOKRO PUTRA PERKASA SURABAYA.

PENENTUAN PENJ ADWALAN PRODUKSI GEAR
DENGAN METODE CAMPBELL DUDECK SMITH, PALMER
DAN DANENNBRING
UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN
DI PT. TJ OKRO PUTRA PERKASA SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :
RITA YUNIARTI
NPM : 0932010028

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


SKRIPSI
PENENTUAN PENJ ADWALAN PRODUKSI GEAR
DENGAN METODE CAMPBELL DUDECK SMITH, PALMER
DAN DANENNBRING
UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN
( Studi Kasus Di PT. Tjokro Putra Per kasa Sur abaya )

Disusun oleh :
RITA YUNIARTI
NPM. 0932010028
Telah Dipertahankan Dihadapan
Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi J urusan Teknik Industri Fakultas
Teknologi Industri Univer sitas Pembangunan Nasional”Veteran” J awa
Timur
Pada Tanggal : 14 J uni 2013
Tim Penguji

Pembimbing I
1.


1.

Ir. Rr Rochmoeljati, MMT
NIP. 19611029 199103 2 001

Enny Aryani, ST, MT
NIP. 3 7009 95 0041 1

Pembimbing II
2.

2.
Ir. Budi Santoso, MMT
NIP. 19561205 198703 1 001

Suseno Budi Prasetyo. ST.MT
NIP. 19760503 200501 1 002

3.


Ir. Rr Rochmoeljati, MMT
NIP. 19760503 200501 1 002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknologi Industri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Ir. Sutiyono. MT
NIP. 19600713 198703 1 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI
PENENTUAN PENJ ADWALAN PRODUKSI GEAR
DENGAN METODE CAMPBELL DUDECK SMITH, PALMER
DAN DANENNBRING
UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN
( Studi Kasus Di PT. Tjokro Putra Per kasa Sur abaya )

Disusun oleh :

RITA YUNIARTI
NPM. 0932010028
Telah Dipertahankan Dihadapan
Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi J urusan Teknik Industri Fakultas
Teknologi Industri Univer sitas Pembangunan Nasional”Veteran” J awa
Timur
Pada Tanggal : 14 J uni 2013
Pembimbing I

Tim Penguji
1.

1.

Ir. Rr Rochmoeljati, MMT
NIP. 19601213 199103 2 001

Enny Aryani, ST. MT
NIP. 3 7009 95 0041 1


Pembimbing II
2.

2.
Ir. Budi Santoso, MMT
NIP. 19561205 198703 1 001

Suseno Budi Prasetyo, ST. MT
NIP. 19760503 200501 1 002

3.

Ir. Rr Rochmoeljati, MMT
NIP. 19760503 200501 1 002

Mengetahui,
Ketua J urusan Teknik Industri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Dr. Ir. Minto Waluyo. MM

NIP. 19611130 199003 1 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penyusun memanjatkan puji syukur
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya yang telah diberikan
sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul
“PENENTUAN PENJADWALAN PRODUKSI GEAR DENGAN METODE
CAMPBELL DUDECK SMITH, PALMER DAN DANENNBRING UNTUK
MEMINIMASI

MAKESPAN

DI

PT.


TJOKRO

PUTRA

PERSADA

SURABAYA”
Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Teknik Fakultas Teknologi Industri pada Jurusan Teknik Industri
Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penyusun mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya atas bantuan dan bimbingannya hingga terselesaikannya
penyusunan Tugas Akhir ini kepada :
1.

Ir. Sutiyono MT, sebagai Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN ”Veteran”
Jawa Timur.

2.


DR. Ir. Minto Waluyo, MM, sebagai Ketua Jurusan Teknik Industri
Universitas Pembangunan nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3.

Drs. Pailan, Mpd, sebagai Sekretaris Jurusan Teknik Industri, Universitas
Pembangunan nasional ”Veteran” Jawa Timur

4. Seluruh staf dan pimpinan PT. Tjokro Putra Perkasa Surabaya

i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Ir. Rr Rochmoeljati, MMT selaku Dosen Pembimbing I, yang dengan
kesabaran dan kerelaannya telah membimbing dan memberi petunjukpetunjuk yang sangat barguna sehingga dapat terselesainya Tugas Akhir ini.
6. Suseno Budi P. ST, MT selaku Dosen Pembimbing II, yang dengan kesabaran
dan kerelaannya telah membimbing dan memberi petunjuk-petunjuk yang
sangat barguna sehingga dapat terselesainya Tugas Akhir ini.

7. Kedua Orang Tuaku tercinta karena telah memberikan semangat, perhatian
serta doa sehingga dapat terselesaikannya Tugas Akhir ini dengan lancar .
8. Wahyu Setiawan yang sudah mensupport dan mendukungku.
9. Sahabat-sahabatku atas bantuan semangat dan dorongannya.
Tentunya dalam penyusunan Tugas Akhir ini terdapat kesalahan dan
kekurangan yang perlu diperbaiki. Untuk itu sebagai penyusun, saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
Tugas Akhir ini.

Surabaya, Mei 2013

Penyusun

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI


Halaman
KATA PENGANTAR

……………………………………………….

i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………. ii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. vii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. viii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….

x

ABSTRAKSI ……………………………………………………………. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

……………………………………….


1

1.2. Perumusan Masalah

……………………………………….

2

1.3. Tujuan Penelitian

............................................................

3

1.4. Batasan Masalah

……………………………………….

3

1.5. Asumsi-asumsi

……………………………………….

3

1.6. Manfaat Penelitian

……………………………………….

4

1.7. Sistematika Penulisan ……………………………………….

5

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Dasar Penjadwalan Produksi …………………..…

7

2.2. Fungsi Penjadwalan ...…………………………..…………… 11
2.3. Pola Alir Produksi ………………..………………………..… 12
2.4. Karakteristik Penjadwalan ………………..……………….… 13
2.5. Macam Penjadwalan Produksi ……………………………..… 14

iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.5.1. Penjadwalan Produksi Tipe Job Shop ………...……... 15
2.5.2. Penjadwalan Produksi Tipe Flow Shop …….………... 17
2.5.2.1. Flow Shop Murni ……..…………………….. 17
2.5.2.2. Flow Shop Umum ……..…………………….. 18
2.6. Pengurutan Pekerjaan Pada Penjadwalan Produksi (Job
Sequencing) ……...………………………….…………..…… 18
2.7. Metode Heuristik ……………………….………….………… 20
2.7.1. Algoritma Johnson – N Job Two Machines …………… 21
2.7.2. N Job M Machines …….…………….……..………... 25
2.7.2.1. Metode Campbell Dudeck and Smith
(CDS) …………………………………..….

26

2.7.2.2. Metode Dannenbring …….………………..

28

2.7.2.3. Metode Palmer ……..……………………..

29

2.8. Peta Penjadwalan …………………………….……………… 30
2.9. Pengukuran Waktu Kerja .………..……..…………………… 31
2.10. Penetapan Waktu Baku ..………..……..…………………… 32
2.11. Faktor Penyesuaian (Performance Rating) ……………………36
2.12. Faktor Kelonggaran (Allowance) ……..............……………… 40
2.13. Peneliti Terdahulu …...................................………………… 43
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

………………….…..………. 46

3.2. Identifikasi dan Operasional Variabel
3.3. Metode Pengumpulan Data

……..………………. 46

….............………….……….. 48

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.4. Metode Pengolahan Data

……………….....…..……….… 49

3.4.1. Pengukuran Waktu Kerja …...........................………… 49
3.4.2. Penjadwalan N Job M Mesin ……….……..……....…... 51
3.5. Langkah-langkah Pemecahan Masalah .....….....…..……….… 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengumpulan Data ……………………….………………..

63

4.1.1. Data Permintaan ………………………………….....

63

4.1.2. Data Proses Produksi …….………………………….

64

4.1.3. Data Jumlah Mesin ………………….......…………… 65
4.1.4. Pengamatan Waktu Proses .......…..…….....…………. 66
4.2. Pengolahan Data

………………...…………………………. 66

4.2.1. Uji Keseragaman Data Waktu Kerja ……………….... 66
4.2.2 Uji Kecukupan Data Waktu Kerja ……………………. 68
4.2.3 Perhitungan Waktu Kerja Tiap Job ……………….…… 69
4.3. Perhitungan Waktu Pengerjaan Job ………..……….……..….. 70
4.4. Proses Penjadwalan …...…………………………..………….. 74
4.4.1. Penjadwalan Metode Perusahaan FCFS …..…………. 75
4.4.2. Penjadwalan Dengan Menggunakan Metode
Campbell Dudeck Smith ………………………..……. 77
4.4.3 Penjadwalan Dengan Menggunakan Metode
Palmer ……………………………………………..… 82
4.4.4 Penjadwalan Dengan Menggunakan Metode
Dannenbring …..…………………....………………. 86
4.5. Pembahasan …………………….………………..………….. 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ………………………………………………… 91
5.2. Saran ……………………………….………………..……… 92

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Aliran Kerja Job Shop ......……………………………...

16

Gambar 2.2 Contoh Sistem Produksi Dengan Pola Job Shop ..............

16

Gambar 2.3 Aliran Pada Flow Shop ......……………………….……..

17

Gambar 2.4 Contoh Sistem Produksi Dengan Pola
Flow Shop Murni ......…………………………..…..…..

17

Gambar 2.5 Contoh Sistem Produksi Dengan Pola
Flow Shop Umum ......……………………….…….…....

18

Gambar 2.6 Jadwal Dalam Bentuk Grant Chart ......……………………

20

Gambar 2.7 Peta Penjadwalan ................................……………………

30

Gambar 3.1 Langkah - langkah Pemecahan Masalah .....………….…..

52

Gambar 4.1 Peta Kontrol Job C1 ......…....……………......……….…..

68

Gambar 4.2 Output Software Metode CDS ......…………………….…..

78

Gambar 4.3 Output Software Metode CDS (Job Sequence) .……….…..

81

Gambar 4.4 Output Software Metode Palmer ......…………………..…..

82

Gambar 4.5 Output Software Metode Palmer (Job Sequence) .…..….…..

85

Gambar 4.6 Output Software Metode Dannenbring ....……………….….. 86
Gambar 4.7 Output Software Metode Dannenbring (Job Sequence….…..

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

88

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Matriks n x m ...……………………………………………….. 27
Tabel 2.2 Pengelompokkan Data Dalam Sub Group ..…………….…….. 34
Tabel 2.3 Performance Rating Metode Westhing House ......……….…..

39

Tabel 2.4 Faktor Kelonggaran (Allowance) .…………………………....

41

Tabel 4.1 Data Permintaan Masing-masing Produk ...…………….…….

65

Tabel 4.2 Data Jenis Proses Masing-masing Produk ......….....………..

65

Tabel 4.3 Kode (Job) Masing-masing Proses Produk .....……………..

65

Tabel 4.4 Data Jumlah Mesin Tiap Proses ....…….……………..……..

65

Tabel 4.5 Pengamatan Waktu Proses Cutting Pada Reduction Shaft
YZC (Job C1) ...…..….......................................................…..

66

Tabel 4.6 Waktu Baku Tiap Job .............................................…...……..

70

Tabel 4.7 Perhitungan Total Waktu Proses Cutting ........................……..

71

Tabel 4.8 Perhitungan Total Waktu Proses Drilling ..…………...……..

72

Tabel 4.9 Perhitungan Total Waktu Proses Turning CNC ...…………....

72

Tabel 4.10 Perhitungan Total Waktu Grinding ....……..................……..

73

Tabel 4.11 Waktu Proses Tiap Job ...……..…...................................…..

74

Tabel 4.12 Completion Time Dan Makespan (detik) Metode FCFS ........ 77
Tabel 4.13 Makespan Penjadwalan Job (usulan) ....…….....……………... 89
Tabel 4.14 Makespan Penjadwalan Job Aktual dan Metode Usulan....…..

viii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

89

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambaran Umum Perusahaan
Lampiran 2. Pengumpulan Data Pengamatan
Lampiran 3. Uji Keseragaman dan uji kecukupan Data Waktu Kerja
Lampiran 4. Waktu Baku
Lampiran 5. Waktu Pengerjaan Job
Lampiran 6. Makespan Metode Aktual
Lampiran 7. Makespan Metode Usulan
Lampiran 8. Operation Process Chart

ix

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PENENTUAN PENJ ADWALAN PRODUKSI GEAR
DENGAN METODE CAMPBELL DUDECK SMITH, PALMER
DAN DANENNBRING
UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN
DI PT. TJ OKRO PUTRA PERKASA SURABAYA

ABSTRAKSI

Dalam suatu kegiatan produksi, untuk mendapatkan suatu hasil yang
optimum, maka seluruh aktivitas-aktivitas produksi terlebih dahulu harus
direncanakan dengan baik, salah satunya adalah dengan cara scheduling atau
penjadwalan. Penjadwalan dan urutan kerja dalam suatu job (pekerjaan)
merupakan hal yang sangat penting, dengan penjadwalan diupayakan untuk
mendapatkan suatu penugasan pekerjaan pada mesin, sehingga tidak terjadi
bertumpuknya job yang dikerjakan pada satu mesin secara bersamaan.
PT. Tjokro Putra Perkasa merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dalam industry manufaktur. Yang memproduksi mechanical parts
berdasarkan pesanan (job order) dengan berbagai type. Permasalahan yang
dihadapi perusahaan selama ini adalah adanya keterlambatan dalam penyelesaian
suatu produk. Hal ini disebabkan karena perusahaan selama ini menerapkan
sistem penjadwalan FCFS yaitu job yang pertama datang yang pertama kali
dilayani. Dalam memenuhi permintaan dari konsumen dirasa kurang efisien
karena masih ada beberapa job yang tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang
diinginkan oleh pemesan (customer).
Tujuan dari penelitan ini adalah untuk menentukan penjadwalan produksi
gear yang tepat sehingga dapat meminimasi makespan dengan menggunakan
metode CDS (Campbell Dudeck Smith), Palmer dan Dannenbring.
Adapun dari hasil perhitungan ternyata Metode penjadwalan actual
perusahaan menghasilkan makespan sebesar 317707 detik. Beberapa metode
penjadwalan produksi yang diusulkan yaitu metode CDS (Campbell Dudeck
Smith) menghasilkan makespan 312213 detik, metode Palmer menghasilkan
makespan 315437 detik dan metode Dannenbring menghasilkan makespan
315437 detik. Dengan menerapkan metode usulan, terpilih (Campbell Dudeck
Smith), waktu penyelesaian produksi akan lebih cepat dengan penghematan waktu
sebesar 5494 detik 1,5
≈ jam (atau sekitar 1.73%).
Kata kunci : CDS, Palmer, Dannenbring, Job, Penjadwalan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DETERMINATION OF PRODUCTION SCHEDULING GEAR
METHOD DUDECK CAMPBELL SMITH, PALMER AND
DANENNBRING
To minimize makespan
AT PT. TJ OKRO PUTRA PERKASA SURABAYA

ABSTRACT

In a production activity, to obtain an optimum result, all activities should
be planned first production well, one of which is by way of scheduling or
scheduling. Scheduling and work order in a job (job) is very important, with the
scheduling assignment attempted to get a job on the machine, so there is no
accumulation of job done on one machine simultaneously.
PT. Tjokro Putra Perkasa is a company engaged in the manufacturing
industry. Which manufactures mechanical parts based on order (job order) with
various types. Problems faced by the company during this time was a delay in the
completion of a product. This is because the company has been implementing the
FCFS job scheduling system on a first come first served. In meeting the demand
of consumers is less efficient because there are still some jobs that can not be
completed within the time desired by the buyer (customer).
The purpose of this research is to determine the proper gear production
scheduling so as to minimize the makespan by using CDS (Campbell Dudeck
Smith), Palmer and Dannenbring.
The method of calculation turns out the actual company produces
makespan scheduling for 317707 seconds. Several methods of production
scheduling is proposed CDS method (Campbell Dudeck Smith) produces
makespan 312213 seconds, Palmer method produces makespan 315437 seconds
and Dannenbring method produces makespan 315437 seconds. By applying the
proposed method, selected (Dudeck Campbell Smith), the production turnaround
time is quicker with time savings of 5494 seconds 1.5
≈ hours (or about 1.73%).

Keywords:CDS, Palmer, Dannenbring, Job, Scheduling.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Perkembangan industri yang semakin maju, secara tidak langsung

memacu

para

pemilik

perusahaan

untuk

terus

berkembang

mengikuti

perkembangan yang ada. Terlebih lagi dalam perusahaan–perusahaan manufaktur.
Setiap perusahaan yang ada selalu melakukan perbaikan–perbaikan untuk proses
produksi agar terus berjalan dengan lancar. Setiap perusahaan berusaha untuk
memenuhi permintaan konsumen agar tidak kehilangan konsumen utama.
Dalam suatu kegiatan produksi, untuk mendapatkan suatu hasil yang
optimum, maka seluruh aktivitas-aktivitas produksi terlebih dahulu harus
direncanakan dengan baik, salah satunya adalah dengan cara scheduling atau
penjadwalan.
Penjadwalan dan urutan kerja dalam suatu job (pekerjaan) merupakan hal
yang sangat penting, dengan penjadwalan diupayakan untuk mendapatkan suatu
penugasan pekerjaan pada mesin, sehingga tidak terjadi bertumpuknya job yang
dikerjakan pada satu mesin secara bersamaan, hal ini akan meminimasi makespan.
Terutama urutan dan penjadwalan kerja untuk produk-produk besar, dimana setiap
produk tersebut terdiri dari beberapa komponen yang dikerjakan dalam satu siklus
produksi, sehingga diperlukan penjadwalan dan urutan pekerjaan yang sangat
ketat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Bertitik tolak dari hal tersebut, maka diperlukan peranan urutan proses
dan penjadwalan pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan demi ketepatan
waktu pemesanan. Penjadwalan produksi adalah salah satu cara yang dapat
dijadikan alternatif dalam meningkatkan produktivitas kerja. Penjadwalan
produksi ini merupakan suatu masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan.
Dalam menerima job, sering kali perusahaan mengalami kesulitan didalam
memenuhi kebutuhan konsumen.
PT. Tjokro Putra Perkasa merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dalam industry manufaktur. Yang memproduksi mechanical parts
berdasarkan pesanan (job order) dengan berbagai type. Permasalahan yang
dihadapi perusahaan selama ini adalah adanya keterlambatan dalam penyelesaian
suatu produk. Hal ini disebabkan karena perusahaan selama ini menerapkan
sistem penjadwalan FCFS yaitu job yang pertama datang yang pertama kali
dilayani. Dalam memenuhi permintaan dari konsumen dirasa kurang efisien
karena masih ada beberapa job yang tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang
diinginkan oleh pemesan (customer).
Maka perlu adanya suatu sistem penjadwalan yang baik dengan harapan
perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen secara tepat waktu. Dalam
penelitian ini diusulkan suatu penjadwalan produksi dengan metode Campbell
Dudeck Smith, Dannenbring dan Palmer. Dari perbandingan metode-metode ini,
bagian produksi dapat mengetahui total waktu proses minimum yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan produk, sehingga permintaan konsumen dapat terpenuhi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang diangkat dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana menentukan penjadwalan produksi gear yang
tepat sehingga dapat meminimasi makespan di PT. Tjokro Putra Perkasa?”

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitan ini adalah untuk menentukan penjadwalan produksi

gear yang tepat sehingga dapat meminimasi makespan di PT. Tjokro Putra
Perkasa.

1.4

Batasan Masalah
Batasan-batasan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:
1. Penjadwalan hanya berlaku pada sistem produksi bertype flowshop n job dan
m mesin (operasi) dengan menggunakan metode Campbell dudeck smith,
Dannenbring dan Palmer untuk memperoleh urutan waktu.
2. Pengamatan dan penjadwalan hanya dilakukan pada produksi Shaft Side
Clutch, Shaft Reduction dan Gear 13T.
3. Mesin yang digunakan Mesin Potong Material, Turning CNC, Heat Treatment
dan Grinding
4. Tidak memperhitungkan masalah biaya dalam segala bentuknya.

1.5

Asumsi-asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.

Selama proses berlangsung tidak ada perubahan pesanan dari customer.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.

Keadaan perusahaan tidak mengalami perubahan sewaktu penelitian
dilakukan.

3.

Kebutuhan bahan baku tidak terlambat.

4.

Job dianggap datang hampir bersamaan

5.

Mesin yang digunakan dalam keadaan normal.

1.6

Manfaat Penelitian
Dengan melaksanakan penelitian didalam perusahaan, maka manfaat yang

diperoleh adalah :
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau bahan
masukan bagi perusahaan dalam menerapkan kebijakan dalam menentukan
tingkat penjadwalan produksi yang tepat.Bagi Universitas
Menambah pengetahuan sebagai bahan studi bagi rekan-rekan mahasiswa.
2.

Bagi Universitas.
Hasil penyusunan tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam memecahakan permasalahan yang sejenis dan dapat
menembah wawasan bagi pembaca

3. Bagi penulis
Penyusunan tugas akhir ini merupakan latihan dalam menerapkan sebagian
kemampuan teorotis yang diperoleh dibangku kuliah serta literatur-literatur
yang telah penulis baca guna menambah pengetahuan tentang keadaan
perusahaan beserta permasalahannya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1.7

Sistematika Penulisan
Agar lebih memberikan petunjuk yang sistematis, maka tugas akhir ini

terbagi atas beberapa bab dan masing-masing bab memuat hal-hal sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang garis besar dari penulisan ini, meliputi : latar
belakang, perumusan masalah, batasan masalah, asumsi-asumsi, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang tentang tinjauan pustaka yang berasal dari
literatur–literatur untuk menyelesaikan laporan penelitian ini, sehingga
kebenaran dari metode yang ada dapat dipertanggung jawabkan.
Tinjauan Pustaka yang digunakan adalah teori yang berhubungan
dengan penjadwalan produksi dan metode pengukuran waktu kerja.

BAB III

METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang waktu lokasi dan penelitian, variabel – variabel
yang digunakan untuk menguraikan tentang metode, pengumpulan data
yang digunakan, pemaparan data-data yang telah dikumpulkan selama
penelitian serta langkah-langkah yang digunakan untuk pemecahan
masalah dan pencapaian tujuan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil pengumpulan dan pengolahan data yang
telah dilakukan serta analisa dari hasil pengolahan data. Data-data yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

dikumpulkan adalah data mesin yang digunakan, data pesanan produk,
dan data waktu proses produksi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari analisa dan pada penelitian ini,
juga saran–saran yang berkenaan dengan penyempurnaan tulisan lebih
lanjut dalam laporan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

Dalam sistem perencanaan produksi, pengurutan dan penjadwalan
produksi memegang peranan penting, agar terwujud efektivitas dan efisiensi
produksi.

Semakin

kompleks

sebuah

sistem

produksi,

maka

semakin

dibutuhkannya sebuah penjadwalan produksi yang baik.

2.1 Pengertian Dasar Penjadwalan Produksi
Penjadwalan didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan
dimana melibatkan beragam sumber daya yang tersedia secara terbatas untuk
menyelesaikan sekumpulan tugas atau job dalam jangka waktu tertentu. Secara
umum penjadwalan bertujuan untuk memperoleh efisiensi penggunaan fasilitas,
waktu serta menekan ongkos produksi. Kendala yang dihadapi dalam penjadwalan
pada dasarnya berkaitan dengan :
1. Keterbatasan sumber daya yang tersedia.
2. Kendala teknologi dalam kaitannya dengan urutan-urutan pelaksanaan
kegiatan.
3. Batas waktu penyelesaian sesuai dengan target.
4. Sifat dan syarat dari suatu pekerjaan.
Penyusunan suatu penjadwalan yang semata-mata hanya berdasarkan
pada intuisi atau perkiraan belaka akan dapat mempengaruhi jumlah hasil
produksi yang sebenarnya maupun yang dihasilkan. Dalam hal ini penjadwalan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

produksi yang demikian itu akan menyebabkan timbulnya waktu yang tidak
produktif (idle time) dan juga kapasitas yang tidak produktif (idle capacity) dari
mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi. Ini jelas merupakan faktor
yang dapat merugikan perusahaan. (Kusuma, 2003)
Penjadwalan produksi merupakan proses penentuan susunan pekerjaan
yang akan dilakukan. Menurut L. Bethel (1999 : 229) memberikan definisi
penjadwalan atau schedulling sebagai berikut :
Pertama : Penjadwalan produksi merupakan proses penentuan susunan pekerjaan
yang akan dilakukan.
Kedua : Penjadwalan atau schedulling adalah suatu tahapan dari pengawasan
produksi yang menetapkan pekerjaan dalam urut-urutannya yang sesuai
dengan prioritasnya dan kemudian melengkapi pelaksanaan rencana
tersebut pada waktu yang tepat dengan urutan yang benar, sehingga
berhubungan dengan kapan suatu pekerjaan akan dilaksanakan pada
suatu bagian produksi.
Sedangkan menurut Dennis W. Mcleavey (1985 : 156) memberikan
definisi penjadwalan atau schedulling sebagai berikut :
“Penjadwalan produksi adalah penggunaan secara optimal sumber-sumber,
dimana kenyataan produksi secara menyeluruh telah ditemui. Penjadwalan
melibatkan kewajiban dari waktu untuk pekerjaan tertentu atau langkah-langkah
operasi, seperti misalnya lebih cepat, banyak pekerjaan di lantai kerja yang
bersaing secara simultan untuk setiap job yang datang, kerusakan antar mesin,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

masalah kualitas dan faktor-faktor yang tidak dapat terkontrol lainnya yang jauh
lebih komplek dalam lingkungan manufaktur.”
Suatu penjadwalan produksi yang didasarkan pada suatu pemikiran yang
tepat, lebih-lebih yang didasarkan atas pemikiran yang ilmiah jelas akan
mengurangi timbulnya hal-hal yang merugikan perusahaan sehubungan dengan
penjadwalan produksinya. Dengan penjadwalan produksi yang baik tentunya
mesin-mesin yang dipergunakan dapat dioperasikan sesuai dengan kapasitas yang
dimiliki dan memperkecil kemungkinan timbulnya waktu yang tidak produktif
dari mesin-mesin tersebut, meskipun belum tentu mesin tersebut dioperasikan
sebatas kapasitas maksimum. Namun setidak-tidaknya dengan suatu penjadwalan
yang baik dan tepat, maka hasil produksi relatif akan lebih besar jika
dibandingkan dengan penjadwalan produksi yang hanya berdasar intuisi saja. Dari
penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya keputusan yang
diambil dalam penjadwalan ini akan meliputi :
1. Keputusan untuk mengalokasikan berbagai sumber daya yang terbatas secara
optimal.
2. Keputusan menentukan urutan sejumlah job atau tugas.
Adapun beberapa istilah yang biasanya digunakan dalam penjadwalan
adalah sebagai berikut (Arman Hakim Nasution, 2004 : 156-157) :
1. Processing Time (waktu proses)
Merupakan perkiraan waktu penyelesaian suatu pekerjaan. Perkiraan waktu
ini meliputi juga perkiraan waktu set-up yang dibutuhkan. Simbol yang
digunakan untuk proses pekerjaan dari i adalah t i.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Due Date (batas Waktu)
Merupakan waktu maksimal yang dapat diterima untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut. Kelebihan waktu dari waktu yang ditetapkan, merupakan
suatu kelambatan. Batas waktu ini disimbolkan sebagai di.
3. Completion Time (waktu penyelesaian)
Merupakan rentang waktu mulai dari awal (t = 0) sampai seluruh pekerjaan
selesai dikerjakan. Disimbolkan dengan Ci.
4. Lateness (keterlambatan)
Merupakan penyimpangan antara waktu penyelesaian pekerjaan dengan batas
waktu. Suatu pekerjaan akan mempunyai kelambatan positif jika diselesaikan
sesudah batas waktu dan kelambatan negatif jika diselesaikan sebelum batas
waktu. Simbol kelambatan adalah L.
5. Tardiness (kelambatan)
Merupakan ukuran untuk kelambatan positif. Jika suatu pekerjaan
diselesaikan lebih cepat daripada batas waktu yang ditetapkan, maka
mempunyai nilai kelambatan negatif tetapi ukuran kelambatan positif. Ukuran
ini disimbolkan dengan Ti dimana Ti adalah maksimum dari (0,L).
6. Slack (kelonggaran)
Merupakan ukuran yang digunakan untuk melihat selisih waktu antara waktu
proses dengan batas waktu yang sudah ditetapkan. Slack dinotasikan Sl dan
dihitung dengan persamaan Sli = di – t i.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7. Flow Time (waktu alir)
Merupakan rentang waktu antara saat pekerjaan tersedia (dapat dimulai) dan
saat pekerjaan selesai. Waktu alir sama dengan waktu proses ditambah waktu
tunggu sebelum pekerjaan diproses.

2.2 Fungsi Penjadwalan
Adapun fungsi pokok dari penjadwalan produksi adalah untuk membuat
agar arus produksi dapat berjalan lancar sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa penjadwalan produksi diadakan agar mesinmesin dapat bekerja secara optimal dangan kapasitas yang ada dan biaya
seminimal mungkin serta kuantitas produk yang diinginkan sesuai waktu yang
ditentukan.
Adanya penjadwalan produksi yang baik dalam suatu perusahaan akan
memiliki keuntungan, antara lain :
1. Tenaga manusia dan mesin beserta kelengkapannya dapat digunakan seefektif
dan seefisien mungkin.
2. Keterlambatan dan kemacetan dalam proses produksi dapat diketahui dan
dapat ditekan seminimal mungkin.
3. Pengawasan produksi dapat dilaksanakan dengan baik dengan cara yang
benar.
4. Menekan biaya-biaya yang dikeluarkan yang mencakup semua biaya dalam
sistem yang timbul akibat keputusan penjadwalan. Dalam prakteknya biayabiaya tersebut sulit diukur atau bahkan diidentifikasikan secara lengkap.
Hanya saja ukuran performasi sistem yang berkaitan penting dengan biaya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

(seperti idle time, keterlambatan pekerjaan, dan lain-lain) yang dapat dipakai
sebagai pengganti untuk biaya sistem total.

2.3

Pola Alir Produksi
Sebelum dilakukan penjadwalan pekerjaan terhadap mesin-mesin perlu

diketahui juga klasifikasi perusahaan menurut jenis produksi yang disebut pola
alir produksi meliputi :
1. Mass Production
Disebut juga sebagai produksi massal, disini pabrik memproduksi dalam
jumlah yang banyak dan variasi produk yang dihasilkan adalah tetap. Dalam
produksi ini tidak tergantung dari jenis order yang masuk, biasanya
perusahaan ini mempunyai perencanaan produksi jangka panjang.
2. Job Order
Perusahaan atau pabrik yang produknya berdasarkan job order ini berproduksi
bergantung dari jumlah pesanan yang masuk, produk yang dihasilkan
umumnya merupakan produk yang besar dan relatif sedikit, sedangkan variasi
produknya banyak.
3. Batch Production
Jenis perusahaan yang produknya serta variasi produknya diantara kedua pola
diatas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.4

Karakteristik Penjadwalan
Ada beberapa faktor yang dapat menggambarkan karakteristik dari suatu

sistem penjadwalan produksi antara lain yaitu (Elsayed, 1999 : 291) :
1. Jumlah pekerjaan (job) yang harus dijadwalkan
Faktor ini mendefinisikan sejumlah pekerjaan atau job yang akan dikerjakan,
waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing proses dan jenis mesin yang
dibutuhkan.
2. Jumlah mesin yang akan dipakai untuk memproses job-job tersebut.
Faktor ini mendefinisikan jumlah mesin yang ada di workshop (bengkel
kerja).
3. Pola aliran kerja (fasilitas manufacturing berupa flow shop atau job shop).
Yaitu aliran pekerjaan yang melalui bengkel kerja. Bila alirannya kontinu atau
diskrit dan pekerjaan-pekerjaan memerlukan urutan mesin (operasi) yang
sama (aliran produksi searah dan teratur) atau hanya satu pola aliran untuk
setiap pekerjaan dapat diklasifikasikan sebagai pola flow shop. Tetapi bila
tidak ada pola umum pada aliran pekerjaan yang melalui lantai produksi
(aliran produksi tidak teratur dan tidak searah) atau atau memiliki pola aliran
yang berbeda-beda dapat diklasifikasikan sebagai pola job shop.
4. Pola kedatangan job pada fasilitas (statis atau dinamis).
Pada pola kedatangan statis, misalnya terdapat n job yang harus diproses pada
sejumlah mesin. Semua n job tersebut sudah dijadwalkan, dan tidak boleh ada
job yang baru yang datang selama waktu prosesnya. Sedangkan pada pola

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

dinamis, pada saat job-job sedang menunggu untuk diproses, job yang lain
dapat masuk.
5. Kriteria pemilihan job.
Untuk menentukan urutan job yang akan diproses pada mesin-mesin yang
tersedia. Kriteria tersebut dapat berupa SPT (Shortest Processing Time), LPT
(Longest Processing Time) atau waktu menganggur mesin (idle time of
machine).

2.5

Macam Penjadwalan Produksi
Penjadwalan secara garis besar dapat dibedakan dalam penjadwalan

untuk job shop dengan flow shop adalah pola aliran kerjanya yang tidak memiliki
tahapan-tahapan proses yang sama. Untuk dapat melakukan penjadwalan yang
baik maka waktu proses kerja setiap mesin serta jenis pekerjaannya perlu
diketahui, waktu tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran waktu kerja. Jenis
serta jumlah pekerjaan diperoleh dengan melakukan pengamatan dari operator
pada bagian tertentu. Setelah mengetahui jenis serta waktu proses kerja setiap
mesin yang akan dijadwalkan maka proses penjadwalan baru dapat dilakukan.
Berdasarkan urutan proses produksi, terdapat dua macam tipe produksi,
yaitu :
1. Job shop
2. Flow shop

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.5.1 Penjadwalan Produksi Tipe Job Shop
Penjadwalan job shop adalah pengurutan job (pekerjaan) pada lintasan
produksi yang tidak berurutan. Secara umum penjadwalan job shop dikenal
dengan sekumpulan mesin-mesin pekerjaan yang akan dijadwalkan.
Ciri khas penjadwalan job shop adalah aliran pekerjaannya tidak searah.
Elemen yang ada adalah sejumlah mesin dan beberapa job yang akan dijadwalkan.
Masing-masing job terdiri dari beberapa operasi dengan struktur linear
precendence yang sama seperti pada model flow shop. Formulasi yang paling
umum untuk problem job shop masing-masing job mempunyai operasi sebanyak
m dan masing-masing operasi dilakukan pada satu mesin. Tidak seperti model
flow shop, pada model job shop tidak ada mesin yang paling awal digunakan
untuk mengoperasikan hanya pada operasi pertama dari sebuah job atau tidak ada
mesin yang paling akhir digunakan untuk mengoperasikan hanya pada operasi
terakhir dari sebuah job.
Penjadwalan pada proses produksi tipe job shop lebih sulit dibandingkan
penjadwalan flow shop. Hal ini disebabkan oleh tiga alasan :
1. Job shop menangani variasi produk yang sangat banyak, dengan pola aliran
yang berbeda-beda melalui pusat kerja.
2. Peralatan pada job shop digunakan secara bersama-sama oleh bermacammacam order dalam prosesnya, sedangkan peralatan pada flow shop
digunakan khusus hanya untuk satu jenis produk.
3. Job-job yang berbeda mungkin ditentukan oleh prioritas yang berbeda pula.
Hal ini mengakibatkan order tertentu yang dipilih harus diproses seketika

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

pada saat order tersebut ditugaskan pada suatu pusat kerja. Sedangkan pada
flow shop

tidak terjadi permasalahan seperti diatas karena keseragaman

output yang diproduksi untuk persediaan. Prioritas order pada flow shop
dipengaruhi terutama pada pengirimannya dibandingkan tanggal pemrosesan.
Aliran kerja pada model job shop yang tidak satu arah dapat
digambarkan pada gambar berikut dibawah ini :
Job baru

In Process Jobs

In Process Jobs
Mesin k

Job yang sudah selesai
Gambar 2.1 Aliran Kerja Job Shop
Pada penjadwalan job shop, sebuah operasi dinyatakan sebagai triplet (i, j, k) yang
berarti operasi ke-j, job ke-i, membutuhkan mesin ke-k. Dibawah ini diberikan
contoh sistem produksi dengan pola job shop :
Part A
Operasi I

Operasi II

Operasi III

Operasi IV

Mesin 1

Mesin 3

Mesin 2

Mesin 4

Time 20

Time 20

Time 75

Time 30

Operasi I

Operasi II

Operasi III

Mesin 2

Mesin 3

Mesin 1

Time 40

Time 20

Time 65

Gambar 2.2 Contoh Sistem Produksi Dengan Pola Job Shop

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.5.2 Penjadwalan Produksi Tipe Flow Shop
Flow shop adalah proses penentuan urutan pekerjaan yang memiliki
lintasan produk yang sama. Model flow shop merupakan sebuah pekerjaan yang
dianggap sebagai kumpulan dari operasi-operasi dimana diterapkannya sebuah
struktur precendence khusus. Susunan suatu proses produksi jenis flow shop dapat
diterapkan dengan tepat untuk produk-produk dengan desain yang stabil dan
diproduksi secara banyak volumenya, sehingga investasi dengan tujuan khusus
yang digunakan cepat kembali.
i1

i1

….

i1

Gambar 2.3 Aliran Pada Flow Shop

2.5.2.1 Flow Shop Murni
Kondisi dimana sebuah job diharuskan menjalani satu kali proses untuk
tiap-tiap tahapan proses. Misalnya, masing-masing job melalui mesin 1, kemudian
mesin 2, mesin 3 dan seterusnya sampai dengan mesin pada proses yang paling
akhir. Dibawah ini diberikan contoh sistem produksi dengan flow shop murni.
Input

Job 1

Output

Job 2

Job 3

Job n

mesin M

mesin A

mesin B

Gambar 2.4 Contoh Sistem Produksi Dengan Pola Flow Shop Murni

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.5.2.2 Flow Shop Umum
Kondisi dimana sebuah job boleh melalui seluruh mesin produksi dimana
mulai awal sampai dengan yang terakhir. Dan selain itu sebuah job boleh melalui
beberapa mesin tertentu, yang mana mesin tersebut masih berdekatan dengan
mesin-mesin yang lainnya dan masih satu arah lintasannya. Berikut ini contoh
sistem produksi dengan pola flow shop umum :
Job 3

Job 2

Mesin A

Job 2

Mesin B

Job 1

Job 1
Job 2
Job 3

Mesin C

Job 2
Job 3

Gambar 2.5 Contoh Sistem Produksi Dengan Pola Flow Shop Umum

2.6

Pengurutan Pekerjaan Pada Penjadwalan Produksi (Job Sequencing)
Problem job sequencing merupakan salah satu dari kebanyakan problem

yang paling menarik dari analisa produksi. Permasalahan-permasalahan dalam job
sequencing amatlah komplek dan masih jauh dari penyelesaian yang memberikan
solusi lengkap dan menyeluruh.
Problem job sequencing tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
Misalkan terdapat N job yang harus dikerjakan, dimana masing-masing pekerjaan
tersebut memiliki set-up time, processing time, serta due date. Untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan dibutuhkan suatu proses pada beberapa mesin.
Konsekuensinya diperlukan suatu pengurutan untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

agar diperoleh suatu pengurutan (jadwal) yang optimal untuk kriteria performansi
tertentu.
Tujuan

penjadwalan

adalah

mengoptimalisasikan

kriteria-kriteria

performansi tertentu yang ingin dicapai (Naution, 2008) :
1. Makespan (M) atau waktu untuk memproduksi seluruh job hingga selesai.
2. Mean flow time (F) atau waktu rata-rata job berada di sistem produksi.
3. Mean lateness of jobs (L) adalah perbedaan antara waktu penyelesaian aktual
sebuah job dengan batas akhir.
4. Mean earliness of jobs (E) terjadi bila sebuah job sebelum batas akhirnya
sehingga harga lateness negatif.
5. Mean Tardiness of Jobs (T) terjadi apabila sebuah job selesai melewati batas
akhirnya sehingga harga lateness negatif.
6. Waktu idle time
7. Presentasi keterlambatan job.
Untuk dapat memudahkan proses penjadwalan dan pelaksanaan produksi,
maka hasil penjadwalan dituangkan ke dalam sebuah diagram balok yang disebut
Gantt Chart. Gantt Chart merupakan petunjuk hubungan penjadwalan secara
grafis yang diusulkan oleh Henry L. Gantt pada tahun 1917. Gantt Chart tersusun
atas serangkaian balok, dan balok-balok tersebut mewakili sebuah operasi yang
terdiri waktu set up dan waktu proses untuk produk.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Gambar 2.6 Jadwal Dalam Bentuk Gantt Chart

2.7

Metode Heuristik
Definisi dari heuristik adalah suatu prinsip atau alat yang dapat membantu

memecahkan persoalan di dalam penelitian. Metode ini menggunakan pendekatan
trial and error dan metode ini memberikan solusi yang secara matematis mungkin
tidak optimal, tetapi memberikan hasil yang memuaskan untuk dipakai, serta
perhitungan yang relatif lebih mudah dengan manual atau komputer.
Adapun alasan yang dipergunakan pada metode heuristik adalah sebagai
berikut :
1. Pendekatan dengan menggunakan metode heuristik tidak menjamin solusi
jawab yang optimum akan tetapi kebaikan metode ini adalah pemecahan
persoalan lebih baik dan lebih cepat, mudah diaplikasikan ke komputer dan
usaha yang dilakukan relatif lebih kecil.
2. Beberapa persoalan dianggap terlalu besar untuk dipecahkan secara
matematis.
3. Ada beberapa persoalan tidak dapat atau tidak mungkin untuk dikemukakan
secara matematis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.7.1 Algoritma Johnson – N Job Two Machines
Pertimbangan dengan situasi dimana terdapat n job harus dikerjakan
melalui dua buah mesin yaitu M1 dilanjutkan M2. Waktu proses dan keseluruhan
pekerjaan pada M1 dan M2 diketahui dan deterministic. Waktu proses yang
dipergunakan untuk mencapai optimal sequence yang meminimalkan waktu
meskipun untuk n job (sequence yang meminimalkan waktu untuk menyelesaikan
seluruh pekerjaan dengan lengkap). Johnson mengembangkan sebuah Algoritma
yang digunakan untuk mendapatkan sebuah optimal sequence.
Di bawah ini akan dijelaskan batasan tentang total waktu proses, berikut
dua buah aturan secara intuitif (Elsayed and Boucher, 1994 : 233) :
1. Batas bawah (L1) untuk total waktu proses dapat diperoleh dengan :

L1 =
Dimana :

m

∑t

ji
j = m + k −1

t i.m 1

= waktu proses dari job i pada mesin 1.

t n .m 2

= waktu proses job n pada mesin 2.

Persamaan di atas menyatakan bahwa pekerjaan yang terakhir (n) tidak dapat
dimulai pada M-2, jika tidak seluruh M pekerjaan telah diproses pada M-1
karena

∑ i t i .m 1

adalah konstan maka hal ini menunjukkan bahwa

diperlukan untuk menempatkan pekerjaan dengan waktu proses yang paling
singkat dalam urutan yang paling terakhir.
2. Aturan intuitif yang kedua adalah untuk mencari batas bawah (L2) untuk total
waktu proses, yaitu :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

n

L2 = t i . M 1 + ∑ t i . M 2
i =1

Yang menyatakan bahwa tidak satupun pekerjaan yang mengikuti pekerjaan
yang pertama dapat diproses hingga pekerjaan pertama telah diproses pada M1, karena

∑ i t i .m 2

adalah konstan, maka implikasinya bahwa diperlukan

penempatan pekerjaan dengan waktu proses yang paling singkat pada M-1
ditempatkan pertama dalam urutannya. Batas bawah untuk keseluruhan
pekerjaan diperoleh melalui :
L = Max [ L1 . L2 ]
Tahapan dari algoritma Johnson sebagai berikut :
a. Buat daftar waktu proses untuk seluruh pekerjaan-pekerjaan tersebut baik
pada M-1 atau M-2.
b. Carilah seluruh waktu proses untuk seluruh pekerjaan. Tentukan waktu proses
yang minimal.
c. Jika waktu proses minimal berada pada M-1, tempatkan pekerjaan tersebut
paling awal dalam urutan. Jika terletak pada M-2, tempatkan pekerjaan
tersebut terakhir dalam urutan.
d. Hilangkan pekerjaan-pekerjaan yang telah ditugaskan (telah ditempatkan
dalam urutan dan sebagai hasil dari langkah c) dan ulangi langkah b dan
langkah c hingga seluruh pekerjaan telah diurutkan. Sebuah hubungan
pertalian antara dua waktu proses dapat dipisahkan karena tidak
mempengaruhi waktu lewat yang minimum (minimum elapsed time) untuk
menyelesaikan semua pekerjaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Contoh : Waktu untuk drilling dan revetry untuk enam job diberikan dibawah ini
untuk setiap pekerjaan, carilah optimum sequence yang meminimalkan makespan
untuk seluruh pekerjaan tersebut
JOB

J-1

J-2

J-3

J-4

J-5

J-6

Drilling (M-1)

4

7

3

12

11

9

Revetry (M-2)

11

7

10

8

20

13

Penyelesaian :
1. Kita anggap mesin Drilling dan mesin Reverty sebagai M-1 dan M-2 .
2. Kita juga menyusun sebuah tabel job sequence. Tabel tersebut mempunyai 6
elemen (jumlah pekerjaan).
Sequence Table
J-3

-

-

-

-

-

Waktu pemrosesan terkecil adalah 3 pada J-3, dan terdapat pada M-1, sehingga
J-3 diurutkan seawal mungkin, kemudian J-3 dihilangkan dari daftar tersebut.
JOB

J-1

J-2

J-4

J-5

J-6

M-1

4

7

12

11

9

M-2

11

7

8

20

13

Waktu proses terkecil adalah 4 pada J-1, sehingga J-1 diurutkan seawal
mungkin, kemudian J-1 dihilangkan dari daftar tabel tersebut
Tabel urutannya
J-3

J-1

-

-

Kemudian hapuslah J-1 dari daftar tabel

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

-

-

JOB

J-2

J-4

J-5

J-6

M-1

7

12

11

9

M-2

7

8

20

13

Waktu proses terkecil selanjutnya adalah J-2, tetapi terdapat tie (pengikat
antara

J-2 pada M-1 dan M-2). Keputusan menjadwalkan J-2 seawal mungkin

(posisi ke-3) dan seakhir mungkin (posisi ke-6) pada tabel urutan, tergantung
pada prioritas job (jika ada). Jika tidak ada prioritas, J-2 dapat ditempatkan di
posisi ke 3 atau ke 6 tanpa mempengaruhi makespan semua job.
Tabel urutannya
J-3

J-1

-

-

-

J-2

J-3

J-1

J-2

-

-

-

atau

Kemudian J-2 dihilangkan dari daftar, sehingga diperoleh daftar sebagai
berikut :
JOB

J-4

J-5

J-6

M-1

12

11

9

M-2

8

20

13

Waktu proses terkecil adalah 8, yaitu J-4 pada M-2
Tabel urutannya
J-3

J-1

-

-

J-4

J-2

J-3

J-1

J-2

-

-

J-4

atau

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Kemudian J-4 dihilangkan dari daftar
JOB

J-5

J-6

M-1

11

9

M-2

20

13

Akhirnya diperoleh tabel urutan sebagai berikut :
J-3

J-1

J-6

J-5

J-4

J-2

J-3

J-1

J-2

J-6

J-5

J-4

atau

2.7.2 N Job M Machines
Problem N Jobs M Machines merupakan sebuah tipe statis flow shop
sequencing dimana N Jobs harus diproses oleh M Machines. Seluruh pekerjaan
tersebut diproses diawal pengerjaan, serta tidak ada pekerjaan-pekerjaan baru
yang datang selama periode tersebut (static job arrival pattern). Juga pekerjaanpekerjaan tersebut tidak diperbolehkan saling melewati urutan yang telah
ditentukan (pekerjaan-pekerjaan bartahan

Dokumen yang terkait

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH UNTUK MEMINIMASI WAKTU PRODUKSI (Studi Kasus di UD. Arjasa, Batu Malang)

2 6 2

Penjadwalan Produksi dengan Menggunakan Metode Campbell, Dudek and Smith (CDS) untuk Meminimumkan Makespan dan Lateness pada CV. Duamatek.

0 1 20

Analisis Penjadwalan Produksi Dengan Menggunakan Metode Campbell, Dudek and Smith Untuk Minimasi Makespan Di CV.Bina Sarana Jaya.

1 2 20

ANALISIS PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDECK SMITH, PALMER DAN DANNENBRING UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN DI PT. MADJU WARNA STEEL SURABAYA.

9 17 103

ANALISA PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AMPBELL DUDECK SMITH, PALMER, DAN DANNENBRING DI PT.LOKA REFRAKTORIS SURABAYA.

0 0 13

ANALISIS PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDECK SMITH, PALMER DAN DANNENBRING DI UD. ANGGUN RAYA WARU - SIDOARJO.

12 28 200

ANALISIS PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDECK SMITH, PALMER DAN DANNENBRING DI UD. ANGGUN RAYA WARU - SIDOARJO

0 0 17

ANALISIS PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDECK SMITH, PALMER DAN DANNENBRING UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN DI PT. MADJU WARNA STEEL SURABAYA

0 0 23

PENENTUAN PENJADWALAN PRODUKSI GEAR DENGAN METODE CAMPBELL DUDECK SMITH, PALMER DAN DANENNBRING UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN DI PT. TJOKRO PUTRA PERKASA SURABAYA

1 4 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PENENTUAN PENJADWALAN PRODUKSI GEAR DENGAN METODE CAMPBELL DUDECK SMITH, PALMER DAN DANENNBRING UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN DI PT. TJOKRO PUTRA PERKASA SURABAYA

0 2 87