Hubungan paritas dengan kejadian prolapsus uteri di RSUD dr. Moewardi Surakarta Dwika S

(1)

i

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

DWIKA SURYANINGDYAH R 0105015

D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009


(2)

ii

HALAMAN VALIDASI KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Diuji Di Hadapan Tim Penguji

Disusun Oleh :

DWIKA SURYANINGDYAH NIM: R0105015

Pada tanggal :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Hermawan Udiyanto, dr. Sp.OG Mujahidatul Musfiroh, S.Kep, Ns NIP : 140 350 792 NIP : 132 309 894

Ketua Tim KTI

Mochammad Arief Tq,.dr,MS.,PHK


(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Disusun Oleh :

DWIKA SURYANINGDYAH NIM: R0105015

Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Pada tanggal : 17 Juli 2009

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Hermawan Udiyanto, dr, SpOG Mujahidatul Musfiroh, S.Kep, Ns NIP : 140 350 792 NIP : 132 309 894

Penguji Ketua Tim KTI

Soetrisno, dr, SpOG (K) Mochammad Arief Tq,.dr, MS.,PHK NIP : 140 125 289 NIP:130 817 795

Mengesahkan

Ketua Program Studi D IV Kebidanan FK UNS

H. Tri Budi Wiryanto, dr, Sp.OG (K) NIP: 140 105 421


(4)

iv

Persembahan

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada:

Ayah dan ibu, terima kasih untuk lembaran cinta kasih tanpa batas, untaian kasih sayang sepanjang masa, alunan doa tanpa jeda serta keridhoan dan kelapangan hati untuk segala kekhilafan

Mashen dan adek yang terus memberiku semangat hingga aku dapat bertahan sampai sekarang

Teman dalam setiap detikku, mb Lita, Icha, Nanik, Nana, I’ll never forget what i’ve got, what i’ve seen, what i’ve done with you all my dear friend

Keluarga terbaikku di Solo, Netti, mb Wyn, mb Yuni, Isna, Anna, Nitnot, Nida terima kasih buat kebersamaan selama ini

Keluarga “Karanganyar Ceria” Dee-dee, Kiki, Endah, Eny, kalian takkan terlupakan

Teman- teman D IV Kebidanan UNS angkatan ’05 yang terus berjuang sebagai angkatan pertama

Calon imamku yang kan menuntun jalan hidupku kelak, thanks for being there for me . . .


(5)

v

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu

telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah sungguh-sungguh urusan lain

dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”

( QS. Al Insyiroh : 6-8 )

”Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang

demikian itu sungguh berat, kecuali bagi yang khusuk”

( QS. Al Baqarah : 45 )

”Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang, melainkan mereka

yang tetap tegar ketika mereka jatuh”


(6)

vi ABSTRAK

Dwika Suryaningdyah, R 0105015. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Prolapsus Uteri di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering merupakan faktor utama terjadinya prolapsus uteri. Wanita yang pernah melahirkan terutama yang mempunyai riwayat melahirkan empat kali atau lebih akan mengalami kelemahan otot besar panggul sehingga terjadi penurunan organ panggul.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik prolapsus uteri, sedangkan tujuan khususnya yaitu untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian prolapsus uteri dan untuk mengetahui bahwa paritas tinggi merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya prolapsus uteri.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode observasional analitik

dengan pendekatan case control untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian prolapsus uteri di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Hasil penelitian adalah adanya hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian prolapsus uteri. Diperoleh nilai x2 hitung sebesar 6,642 dengan taraf signifikansi 0,05, derajat kebebasan (dk)=2, dan x2 tabel sebesar 3,841. Didapatkan bahwa x2 hitung lebih besar dari x2 tabel dan nilai signifikansi 0,011 < 0,05 ini berarti bahwa Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian prolapsus uteri, dengan hubungan keeratan yaitu 0,365. Besar nilai odds ratio yang diperoleh adalah lebih besar dari 1 (OR>1), ini menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor terjadinya prolapsus uteri. Dan peluang terjadinya prolapsus uteri untuk paritas > 3 adalah 5,667. Kesimpulan yang didapat yaitu terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian prolapsus uteri di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada tahun 2008.


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Paritas Dengan Kejadian Prolapsus

Uteri Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan. Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, maka dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dr. AA Subijanto, dr. MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

2. H. Tri Budi W, dr, Sp.OG (K) selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. S. Bambang Widjokongko, Dr, PHK, M. Pd Ked. selaku Sekretaris Program Studi D-IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Mochammad Arief Tq, dr, MS ,PHK selaku ketua tim Karya Tulis Ilmiah 5. Hermawan Udiyanto, dr, SpOG dan Mujahidatul Musfiroh, S.Kep, Ns atas

waktu dan saran selama memberikan bimbingan 6. Soetrisno, dr, SpOG selaku dewan penguji

7. Kepala dan staf bagian Rekam Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah membantu penelitian penulis


(8)

viii

8. Seluruh dosen, karyawan dan karyawati D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

9. Teman-teman Mahasiswa D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang selalu bersama dalam suka maupun duka

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk bantuannya

Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Masukan berupa kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan dan penelitian selanjutnya.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca.

Surakarta, 09 Juli 2009 Penulis


(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN VALIDASI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 4

1. Paritas ... 4

2. Prolapsus Uteri ... 4


(10)

x

b. Etiologi ... 7

c. Gejala ... 7

d. Komplikasi ... 9

e. Penatalaksanaan ... 11

3. Hubungan Paritas dengan Prolapsus Uteri ... 14

B. Kerangka Konsep ... 15

C. Hipotesis Penelitian ... 15

BAB III. METODOLOGI A. Desain Penelitian ... 16

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

C. Populasi Penelitian ... 17

D. Sampel dan Teknik Sampling ... 17

E. Definisi Operasional... 18

F. Pengalokasian Subyek ... 19

G. Intervensi dan Implementasi ... 20

H. Cara Pengolahan dan Analisa Data ... 21

BAB IV. HASIL PENELITIAN A.Karakteristik Sampel Penelitian……….…….. 23

B.Hubungan Paritas Dengan Kejadian Prolapsus Uteri………... 27

BAB V. PEMBAHASAN……...………. 32

BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan……… 34

B. Saran……….. 34 DAFTAR PUSTAKA


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Tiga tingkat prolapsus uteri ... 5 Gambar 2.2. Sistokel ... 8 Gambar 2.3. Enterokel dan Rektokel ... 8 Gambar 2.4. Kerangka Konsep Hubungan Paritas dengan Prolapsus UTeri ... 12 Gambar 3.1. Kerangka Penelitian Hubungan Paritas dengan Prolapsus Uteri 14 Gambar 4.1. Diagaram Karakteristik Prolapsus Uteri Berdasarkan Umur ... 24 Gambar 4.2. Diagram Karakteristik Prolapsus Uteri Berdasarkan Jumlah

Anak ... 26 Gambar4.3. Diagram Karakteristik Prolapsus Uteri Berdasarkan Derajat


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Tabel Kongintensi 2x2 ... 18 Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Prolapsus Uteri Berdasarkan Umur ... 23 Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Prolapsus Uteri Berdasarkan Jumlah Anak 25 Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Prolapsus Uteri Berdasarkan Derajat

Prolapsus Uteri ... 26 Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Prolapsus Uteri Derajat I Berdasarkan

Usia dan Jumlah Anak ... 27 Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Prolapsus Uteri Derajat II Berdasarkan

Usia dan Jumlah Anak ... 28 Tabel 4.6. Distribusi Karakteristik Prolapsus Uteri Derajat III Berdasarkan

Usia dan Jumlah Anak ... 28 Tabel 4.7. Distribusi Hubungan Paritas Dengan Kejadian Prolapsus Uteri ... 29


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin dan Pengambilan Data Dari Institusi Lampiran 2. Surat Ijin Pengambilan Data Dari RSUD Dr. Moewardi Lampiran 3. Lembar Konsultasi Pembimbing Utama

Lampiran 4. Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping Lampiran 5. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 6. Tahapan Kegiatan Pokok Karya Tulis Ilmiah Jalur Reguler Tahun Ajaran 2008/2009

Lampiran 7. Checklist hasil penelitian

Lampiran 8. Hasil Crosstabs, Uji Chi Square, Uji Hubungan Keeratan dan Odds Ratio


(14)

(15)

xv

Crosstabs

Case Processing Summary

42 100.0% 0 .0% 42 100.0%

Paritas * Prolapsus Uteri

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Paritas * Prolapsus Uteri Crosstabulation

9 17 26

13.0 13.0 26.0

34.6% 65.4% 100.0% 42.9% 81.0% 61.9% 21.4% 40.5% 61.9%

12 4 16

8.0 8.0 16.0

75.0% 25.0% 100.0% 57.1% 19.0% 38.1% 28.6% 9.5% 38.1%

21 21 42

21.0 21.0 42.0

50.0% 50.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 50.0% 50.0% 100.0% Count

Expected Count % wit hin Paritas

% wit hin Prolapsus Uteri % of Total

Count

Expected Count % wit hin Paritas

% wit hin Prolapsus Uteri % of Total

Count

Expected Count % wit hin Paritas

% wit hin Prolapsus Uteri % of Total

Tinggi

Rendah Paritas

Total

Tdk Terjadi Terjadi Prolapsus Uteri

Total

Chi-Square Tests

6.462b 1 .011

4.947 1 .026

6.688 1 .010

.025 .012

6.308 1 .012

42 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only f or a 2x2 table a.

0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 8.00.


(16)

xvi

Symmetric Measures

.365 .011

.700 .181 2.763 .006

42 Contingency Coef f icient

Nominal by Nominal

Gamma Ordinal by Ordinal

N of Valid Cases

Value

Asy mp.

Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Not assuming the null hy pothesis. a.

Using t he asy mptotic standard error assuming the null hy pothesis. b.

Logistic Regression

Case Processing Summary

42 100.0

0 .0

42 100.0

0 .0

42 100.0 Unweighted Casesa

Included in Analy sis Missing Cases Total Selected Cases Unselected Cases Total N Percent

If weight is in ef f ect, see classif ication table f or the total number of cases.

a.

Dependent Vari able Encoding

0 1 Original Value Tdk Terjadi Terjadi Internal Value

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

0 21 .0

0 21 100.0

50.0 Observ ed

Tdk Terjadi Terjadi Prolapsus Uteri

Ov erall Percentage Step 0

Tdk Terjadi Terjadi

Prolapsus Uteri Percentage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut v alue is .500 b.


(17)

xvii

Variables in the Equation

.000 .309 .000 1 1.000 1.000

Constant St ep 0

B S. E. Wald df Sig. Exp(B)

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

6.688 1 .010

6.688 1 .010

6.688 1 .010

St ep Block Model St ep 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

51.536 .147 .196

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Classification Tablea

12 9 57.1

4 17 81.0

69.0 Observ ed

Tdk Terjadi Terjadi Prolapsus Uteri

Ov erall Percentage Step 1

Tdk Terjadi Terjadi

Prolapsus Uteri Percentage Correct Predicted

The cut v alue is .500 a.

Variables i n the Equation

1.735 .709 5.979 1 .014 5.667 1.411 22.761

-1.099 .577 3.621 1 .057 .333

PARI TAS Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.f or EXP(B)

Variable(s) entered on st ep 1: PARITAS. a.


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut penelitian yang dilakukan WHO tentang pola formasi keluarga dan kesehatan, ditemukan kejadian prolapsus uteri lebih tinggi pada wanita yang mempunyai anak lebih dari tujuh daripada wanita yang mempunyai satu atau dua anak. Prolapsus uteri lebih berpengaruh pada perempuan di negara-negara berkembang yang perkawinan dan kelahiran anaknya dimulai pada usia muda dan saat fertilitasnya masih tinggi. Peneliti WHO menemukan bahwa laporan kasus prolapsus uteri jumlahnya jauh lebih rendah daripada kasus-kasus yang dapat dideteksi dalam pemeriksaan medik (Koblinsky M, 2001).

Penentuan letak uterus normal dan kelainan dalam letak alat genital bertambah penting artinya, karena diagnosis yang tepat perlu sekali guna penatalaksanaan yang baik sehingga tidak timbul kembali penyulit pascaoperasi di kemudian hari (Wiknjosastro, 2005).

Frekuensi prolapsus genitalia di beberapa negara berlainan, seperti dilaporkan di klinik d’Gynecologie et Obstetrique Geneva insidensinya 5,7%, dan pada periode yang sama di Hamburg 5,4%, Roma 6,7%. Dilaporkan di Mesir, India, dan Jepang kejadiannya tinggi, sedangkan pada orang Negro Amerika dan Indonesia kurang. Frekuensi prolapsus uteri di Indonesia hanya 1,5% dan lebih sering dijumpai pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua


(19)

2

dan wanita dengan pekerja berat. Dari 5.372 kasus ginekologik di Rumah Sakit Dr. Pirngadi di Medan diperoleh 63 kasus prolapsus uteri terbanyak pada grande multipara dalam masa menopause dan pada wanita petani, dari 63 kasus tersebut 69% berumur diatas 40 tahun. Jarang sekali prolapsus uteri dapat ditemukan pada seorang nullipara (Winkjosastro, 2005).

Kejadian prolapsus uteri di Rumah Sakit Dr. Moewardi untuk tahun 2007 yaitu sebanyak 18 kasus. Dari 18 kasus tersebut dua pasien tergolong paritas rendah, sedangkan lainnya adalah pasien dengan paritas tinggi (Data Sekunder RSDM, 2009).

Gejala yang timbul pada prolapsus uteri bersifat individual dan berbeda-beda. Gejala yang biasa muncul adalah tekanan kuat pada vagina, low back pain, serta terdapat pembengkakan pada introitus vagina dan ketika diperiksa dapat ditemukan sistokel, rektokel atau enterokel (Andra, 2007).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara paritas dengan prolapsus uteri.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalahnya adalah seberapa besar paritas tinggi mempengaruhi kejadian prolapsus uteri di RSUD Dr Moewardi Surakarta?


(20)

3

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik prolapsus uteri.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian prolapsus uteri b. Mengetahui tingkat paritas yang tinggi merupakan salah satu faktor

predisposisi terjadinya prolapsus uteri.

D. Manfaat

1. Manfaat teoritis

a. Peneliti dapat menerapkan ilmu atau konsep penelitian pada mata kuliah metodologi penelitian dan biostatistik.

b. Memberikan informasi tentang penyebab, gejala, komplikasi dan penatalaksanaan prolapsus uteri

2. Manfaat aplikatif

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi profesi bidan untuk lebih mensosialisasikan gerakan Keluarga Berencana pada masyarakat.

b. Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut.


(21)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Paritas

Para adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi atau bayi mampu bertahan hidup. Titik ini dicapai pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram (Varney, 2006).

Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh seorang wanita. Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali. Multipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan dua kali atau lebih. Grande multipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan lebih dari lima kali. (Maimunah, 2005).

Paritas rendah adalah jumlah persalinan ≤ tiga kali, sedangkan paritas tinggi adalah jumlah persalinan > tiga kali (anggrekidea.com).

Prolapsus uteri paling sering ditemukan pada wanita dengan paritas tinggi sebagai akibat trauma pada otot-otot dan fasia pelvis ketika persalinan (Baradero, 2007).

2. Prolapsus Uteri a. Pengertian

Prolaps adalah jatuh atau penurunan bagian. Prolapsus uteri adalah pergeseran letak uterus ke bawah sehingga serviks berada di dalam orifisium vagina (tingkat pertama), portio kelihatan di introitus


(22)

5

vagina (tingkat dua) atau seluruh uterus berada di luar orifisium (tingkat tiga) (Dorland, 1998).

Klasifikasi prolapsus uteri menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2004): 1) Prolapsus uteri tingkat I

Yaitu serviks tetap di dalam vagina. Pada sebagian pasien keadaan ini biasanya tanpa disertai keluhan, pasien akan memeriksakan keadaannya jika terdapat keluhan dan derajat prolaps bertambah.

2) Prolapsus uteri tingkat II

Yaitu portio kelihatan di introitus (pintu masuk) vagina. Keadaan ini disebabkan karena otot-otot yang menopang rahim menjadi lemah dan biasanya terjadi pada wanita yang menginjak usia tua dan mempunyai banyak anak. Gejala-gejala sering timbul setelah menopause ketika otot menjadi lemah, gejala yang dirasakan pasien adalah punggung bagian bawah terasa nyeri dan ada perasaan yang mengganjal pada vagina, bahkan pada sebagian wanita keadaan ini tidak ada keluhan.

3) Prolapsus uteri tingkat III

Disebut juga prosidensia uteri (seluruh rahim keluar dari vulva), dikarenakan otot dasar panggul sangat lemah dan kendor sehingga tidak mampu menopang uterus. Keadaan ini juga terjadi pada wanita dalam masa menopause dikarenakan menurunnya hormon estrogen. Pada kasus ini prolapsus uteri dapat disertai


(23)

6

sistokel, enterokel atau rektokel. Keadaan ini juga mengganggu kegiatan sehari-hari penderita karena keluhan yang dirasakan dan komplikasi yang terjadi.

Gambar (a) adalah keadaan normal uterus yang terdiri dari: 1. Rongga perut 5. Meatus uretre eksternus

2. Fundus uterus 6. Vagina

3. Kandung kemih 7. Anus

4. Simfisis 8. Rektum

Gambar 2.1. Tiga tingkat Prolaps Uterus (Sjamsuhidajat dan Jong, 2004)


(24)

7

Prolapsus uteri termasuk dalam gangguan sistem reproduksi dan terbanyak ditemukan pada wanita grademultipara dalam usia menopause. Dalam bahasa sehari-hari (bukan ilmiah) prolapsus uteri biasa disebut peranakan turun/ rahim turun.

b. Etiologi

Prolapsus uteri bisa disebabkan oleh tekanan abdominal yang meninggi karena ascites, tumor, batuk yang kronis atau mengejan, kelainan kongenital, berkali-kali mengangkat beban yang berat, dasar panggul yang lemah oleh kerusakan dasar panggul pada partus (ruptura perinei atau regangan) atau karena umur lanjut (Bagian Obsgin FK UNPAD, 1999).

Prolapsus uteri terjadi karena adanya kelemahan pada otot besar panggul sehingga satu atau lebih organ didalam panggul turun. Kerusakan yang terjadi mulanya tanpa gejala (asimptomatik), tetapi dengan bertambahnya usia maka kadar hormon estrogen dalam tubuh akan menurun dan akan menyebabkan penurunan fungsi otot sehingga keadaan tersebut menjadi bergejala (biasanya terjadi pada usia menopause) (Andra, 2004).

c. Gejala Prolapsus Uteri

Gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadangkala penderita yang satu dengan prolaps yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan. Dr H Amir Fauzi, SpOG, dari Subdivisi


(25)

8

Uroginekologi dan Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FK Unsri dan RSMH, mengatakan kebanyakan wanita yang pernah melahirkan terutama yang mempunyai riwayat melahirkan empat kali atau lebih akan mengalami kelemahan otot besar panggul sehingga terjadi penurunan organ panggul yang kadang tanpa gejala tergantung beratnya kelainan tersebut (Wiknjosastro, 2005).

Menurut Winkjosastro (2005) prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut :

a) Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari, kemudian bila lebih berat juga pada malam hari.

b) Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya.

c) Stress incontinence, yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk, mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi retensio urine pada sistokel besar sekali.

d) Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu berjalan dan bekerja. Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka dan dekubitus pada portio uteri. e) Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan


(26)

9

Gambar 2.2. Sistokel

2. Prolaps dengan rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi: a) Obstipasi karena feses berkumpul dalam rongga rektokel b) Baru dapat defekasi, setelah diadakan tekanan pada rektokel

dari vagina.

Gambar 2.3. Enterokel dan Rektokel d. Komplikasi Prolapsus Uteri

Komplikasi yang dapat menyertai prolapsus uteri menurut Winkjosastro, (2005) antara lain:


(27)

10

1) Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri yaitu mukosa vagina dan serviks uteri menjadi tebal serta berkerut dan berwarna keputih-putihan.

2) Dekubitus disebabkan karena serviks uteri keluar dari vagina dan ujungnya bergesekan dengan paha dan pakaian dalam, hal ini dapat menyebabkan luka dan lambat laun menimbulkan ulkus dekubitus. 3) Hipertrofi serviks uteri dan elangasio kolli. Jika serviks uteri turun

ke dalam vagina sedangkan jaringan penahan dan penyokong uterus masih kuat, maka karena tarikan kebawah dibagian uterus yang turun serta pembendungan aliran darah.

4) Gangguan miksi dan stress incontinence disebabkan karena turunnya uterus sehingga ureter menyempit.

5) Infeksi jalan kencing disebabkan karena adanya retensi air kencing. 6) Kemandulan disebabkan karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus vagina atau sama sekali keluar dari vagina sehingga tidak mudah terjadi kehamilan.

7) Kesulitan pada waktu partus. Jika wanita dengan prolapsus uteri hamil, maka pada waktu persalinan dapat timbul kesulitan dikala pembukaan, sehingga kemajuan persalinan terhalang

8) Hemoroid terjadi karena feses terkumpul dalam rektokel sehingg timbul obstipasi.

9) Inkarserasi usus halus. Usus halus yang masuk ke dalam enterokel dapat terjepit dengan kemungkinan tidak dapat direposisi lagi.


(28)

11

e. Penatalaksanaan Prolapsus Uteri

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam menetukan terapi prolaps ialah keadaan umum, umur, masih bersuami atau tidak, tingkat prolaps (Bagian Obsgin FK UNPAD, 1999).

1) Non Operatif

Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu. Cara ini dilakukan pada prolapsus ringan tanpa keluhan, atau penderita masih ingin mendapat anak lagi, atau penderita menolak untuk dioperasi, atau kondisinya tidak mengizinkan untuk dioperasi. Terapi ini dapat dilakukan dengan cara latihan-latihan otot dasar panggul, stimulasi otot-otot dengan alat listrik dan pengobatan dengan pessarium (Winkjosastro, 2005).

2) Operatif

a) Histerektomi vagina (Scott, et al., 2002)

(1) Dimulai dengan melakukan insisi serviks pada sambungan cervicovaginal

(2) Cul-de-sac posterior terbuka

(3) Peritoneum cul-de-sac anterior diinsisi

(4) Dasar ligamentum cardinale dan uterosacralis biasanya dijepit dengan dua jepitan


(29)

12

(6) Fundus uterus dikeluarkan dan hubungan diantara struktur adneksa dan corpus uteri dijepit

(7) Ligamentum dan cuff vagina akan tampak setelah histerektomi. Cuff posterior disetik jahitan seperti cambuk (8) Teknik resuspensi cuff vagina dan obliterasi cul-de-sac:

(a) Penjahitan melalui dinding vagina dan ligamentum yang diekteriorisasi

(b) Jahitan pendek dilakukan pada peritoneum (c) Penjahitan McCall internal yang dimodifikasi

(d) Jahitan dengan benang dikerutkan tinggi untuk menutup cul-de-sac.

b) Kolporafi anterior pada sistokel (Rabe, Thomas, 2002)

1) Dinding vagina anterior dibuka, leher kandung kemih dan diafragma urogenital diperlihatkan

2) Pemisahan antara leher kandung kemih dan uretra dari dinding vagina

3) Membuat penyokong pada leher kandung kemih dengan menyisipkan jahitan pada pilar vesika urinaria

4) Penguatan sokongan untuk leher kandung kemih lebih lanjut dengan menggunakan fascia leverator.

c) Kolporafi posterior pada rektokel (Scott, et al., 2002)

1) Insisi transversal dibuat pada corpus perinealis dan insisi vertikal diekstensi ke arah apeks vagina


(30)

13

2) Fascia perirectalis dimobilisasi dari mukosa

3) Fascia perirectalis dijahit, mulai di atas daerah rektokel 4) Permukaan dalam mukulus levator ani didekatkan pada

corpus perinealis dan mukosa yang berlebih dieksisi 5) Mukosa dan kulit perineal ditutup.

d) Manchester – Fothergill

Dasarnya ialah memperpendek ligamentum cardinale. Di samping itu, dasar panggul diperkuat (perineoplastik) dan karena sering ada elongatio colli dilakukan amputasi dari portio. Sistokel atau rektokel dapat diperbaiki dengan kolporafi anterior dan posterior (Bagian Obsgin FK UNPAD, 1999). e) Transposisi operasi dari Watkins (interposisi operasi dari

Wertheim Schauta).

Prinsipnya ialah menjahit dinding depan uterus pada depan vagina, setelah corpus uteri dilahirkan dengan membuka plica vesico uterine. Corpus uteri dengan demikian terletak antara dinding vagina dan vesica urinaria dalam hyperanteflexio dan extra peritoneal; uterus yang ingin meluruskan diri menyembuhkan sistokel. Di samping itu dilakukan amputasi portio dan perineoplastik. Kalau perlu juga kolporafi anterior dan poterior. Setelah operasi ini, wanita tidak boleh hamil lagi maka sebaiknya dilakukan dalam masa menopause (Bagian Obsgin FK UNPAD, 1999).


(31)

14

f) Kolpocleisis (Nugebauer – Le Fort)

Dinding depan dan dinding belakang vagina dijahit satu sama lain sehingga uterus tidak dapat keluar. Juga dilakukan perineoplastik. Coitus tidak mungkin lagi setelah operasi ini (Bagian Obsgin FK UNPAD, 1999).

3. Hubungan Paritas dengan Prolapsus Uteri

Paritas mempengaruhi kejadian prolapsus uteri. Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering merupakan faktor utama terjadinya prolapsus uteri. Kebanyakan wanita yang pernah melahirkan terutama yang mempunyai riwayat melahirkan empat kali atau lebih akan mengalami kelemahan otot besar panggul sehingga terjadi penurunan organ panggul yang kadang tanpa gejala tergantung beratnya kelainan tersebut. Prolapsus uteri juga sering terjadi pada usia menopause, karena akan terjadi penurunan hormon estrogen sehingga otot dasar panggul akan mengalami atropi dan melemah (Wiknjosastro, 2005).

Pada nullipara prolapsus uteri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik terutama ligamentum transversal dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokel. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan kurang keregangannya (Wiknjosastro, 2005).


(32)

15

B. Kerangka Konsep

Ket:

: diteliti --- : tidak diteliti

C. Hipotesis

Ada hubungan antara paritas dengan kejadian prolapsus uteri.

Paritas tinggi Paritas

Paritas rendah

Otot dasar panggul mengalami atrofi dan melemah (menoupause) Kelemahan otot besar panggul karena terlalu sering melahirkan Kelainan bawaan berupa kelemahan ligamen endopelvik terutama ligamentum transversal (terjadi elangosiokoli) Terjadi penurunan uterus

Prolapsus Uteri 

Riwayat persalinan

 Pekerjaan

 Obesitas

 Penyakit yang

menyebabkan tekanan abdominal meninggi (ascites, tumor uterus, batuk kronis,

mengejan)


(33)

16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control. Case control yaitu suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif (Notoatmodjo, 2005). Berikut diagram rancangan penelitian case control untuk hubungan antara paritas dengan kejadian prolapsus uteri.

Gambar 3.1. Kerangka Penelitian Hubungan Paritas dengan Prolapsus Uteri Paritas > 3

Prolapsus Uteri (+)

Paritas ≤ 3

Populasi Paritas ≤ 3

Paritas > 3

Prolapsus Uteri (-)

inklusi


(34)

17

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Juni 2009 dengan cara pengambilan data dari catatan rekam medik (data sekunder).

C. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien wanita di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang sudah pernah melahirkan terhitung mulai 01 Januari 2008-31 Desember 2008 (data sekunder).

D. Sampel dan Tekhnik Sampling 1. Teknik Sampling

Teknik sampel pada penelitian ini diambil dengan metode fixed- disease sampling. Fixed-disease sampling merupakan prosedur pencuplikan berdasarkan status pengambilan subjek, sedang status paparan subjek bervariasi mengikuti status pengambilan subjek yang sudah fixed. Pada pengambilan sampel ini, kelompok kasus dan kelompok kontrol berasal dari satu populasi sumber, sehingga peneliti dapat melakukan perbandingan yang valid antara kedua kelompok studi. Sampel dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria restriksi. Sampel dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelompok kasus (prolapsus uteri +) dan kelompok kontrol (prolapsus uteri -) (Murti, 2006).


(35)

18

2. Besar sampel

Patokan umum atau ” rule of thumb” menyatakan bahwa penelitian dengan analisis bivariat membutuhkan ukuran sampel minimal 30 subjek penelitian. Ukuran tersebut merupakan ukuran sampel setelah peneliti melakukan restriksi terhadap populasi. Dalam penelitian case control, 30 subjek tersebut dibagi menjadi dua berdasarkan tingkat perlakuan yaitu kasus dan kontrol (Murti, 2006).

Pada penelitian ini, peneliti mengambil besar sampel 21 untuk kelompok kasus dikarenakan jumlah kasus yang sedikit. Sedangkan untuk kelompok kontrol, dengan menggunakan sistem matching maka besar sampel yang diambil juga 21 sehingga jumlah total sampel yaitu 42 subjek.

Kriteria restriksi penelitian adalah sebagai berikut: a. Kriteria inklusi

1) Pernah melahirkan

2) Ibu dengan catatan medik lengkap sesuai data yang dibutuhkan b. Kriteria eksklusi

1) Usia < 18 tahun

2) Telah dilakukan histerektomi

E. Definisi Operasional 1. Paritas


(36)

19

Variabel : bebas Skala : nominal

Kategori : Paritas rendah adalah jumlah persalinan ≤ 3 Paritas tinggi adalah jumlah persalinan > 3 2. Prolapsus Uteri

Adalah data yang didapat dari catatan medik yaitu ibu dengan prolapsus uteri

Variable : terikat Skala : nominal

Kategori : Terjadi prolapsus uteri Tidak terjadi prolapsus uteri

F. Pengalokasian Subjek 1. Kelompok kasus

Kelompok kasus adalah kelompok pasien yang menderita prolapsus uteri di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada tahun 2008.

2. Kelompok kontrol

Kelompok kontrol adalah kelompok pasien yang bukan penderita prolapsus uteri di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada tahun 2008.


(37)

20

G. Intervensi dan Implementasi Merupakan cara dan alat penelitian 1. Instrument yang digunakan :

Data sekunder yang didapatkan dari catatan rekam medik selama kurun waktu satu tahun dan Checklist yang berisi tentang :

a. Nomor register catatan medik b. Umur

c. Jumlah anak

d. Paritas yang dikategorikan dalam paritas tinggi dan paritas rendah e. Derajat prolapsus uteri yang digolongkan menjadi derajat I, II, III 2. Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu dengan melihat catatan medik pasien dalam hal ini ibu yang pernah melahirkan. Adapun cara pengambilan data dalam penelitian ini adalah :

a. Peneliti mengajukan ijin pada direktur rumah sakit daerah Dr. Moewardi Surakarta

b. Setelah mendapat ijin, peneliti mengamati catatan medik pasien untuk mendapat data yang diperlukan.

c. Dari populasi yang didapatkan selama satu tahun, diambil jumlah sampel yang diperlukan.


(38)

21

d. Sampel yang memenuhi kriteria retriksi dipilih dan dilakukan pencatatan data dengan mengisi lembar checklist sesuai dengan data yang dibutuhkan berdasarkan catatan medik pasien.

H. Cara Pengolahan dan Analisis Data

Analisis adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Notoatmodjo, 2005).

Untuk mengetahui adanya pengaruh variabel bebas dan variabel tergantung yang keduanya berskala nominal maka digunakan uji korelasi Chi Square / X2 dan pengolahan data dilakukan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Servcie Solution) (Hidayat, 2007).

Hubungan antara pemakaian kontrasepsi hormonal dengan kejadian prolapsus uteri disajikan dalam ukuran hubungan (measure of association) yang disebut Rasio Odds (OR).

Tabel 3.1 Kontingensi 2x2 Variabel Bebas Variabel Terikat

Jumlah Paritas

Prolapsus Uteri Terjadi Tdk terjadi

Paritas tinggi A B A+B

Paritas rendah C D C+D


(39)

22

OR =

bc a d

Interpretasi OR sebagai berikut :

OR = 1  tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian prolapsus uteri

OR > 1  paritas merupakan faktor yang menyebabkan prolapsus uteri OR < 1  paritas bukan merupakan faktor yang menyebabkan prolapsus


(40)

23

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Rekam Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Juni 2009. Penelitian dilakukan terhadap 42 subyek yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol yang masing-masing berjumlah 21 subyek. Pada penelitian ini, selain paritas juga dilihat karakteristik lainnya yaitu umur, jumlah anak dan derajat prolapsus uteri yang akan dijabarkan satu persatu.

A. Karakteristik Sampel Penelitian

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Prolapsus Uteri Berdasarkan Umur Umur (tahun) Jumlah Kejadian Persen (%)

31-35 2 9,52

36-40 3 14,29

41-45 1 4,76

46-50 1 4,76

51-55 2 9,52

56-60 3 14,29

61-65 5 23,82

66-70 1 4,76

71-75 2 9,52

76-80 1 4,76


(41)

24

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 21 subyek penelitian, 2 orang (9,52%) termasuk dalam golongan umur 31-35 tahun, 3 orang (14,29%) dari golongan umur 36-40 tahun, 1 orang (4,76%) dari golongan umur 41-45 tahun, 1 orang (4,76%) dari golongan umur 46-50 tahun, 2 orang dari golongan umur 51-55 tahun, 3 orang (14,29%) dari golongan umur 56-60 tahun, 5 orang (23,81%) dari golongan umur 61-65 tahun, 1 orang (4,76%) dari golongan umur 66-70 tahun, 2 orang (9,52%) dari golongan umur 71-75 tahun dan 1 orang (4,76%) dari golongan umur 76-80 tahun.


(42)

25

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Prolapsus Uteri Berdasarkan Jumlah Anak Jumlah anak Jumlah Kejadian Persen (%)

1 1 4,76

2 2 9,52

3 1 4,76

4 9 42,86

5 4 19,06

6 2 9,52

7 1 4,76

8 1 4,76

Jumlah 21 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 21 subyek penelitian, angka kejadian prolapsus uteri terbanyak pada pasien yang mempunyai 4 anak yaitu sebanyak 9 orang (42,86%), selanjutnya yaitu 4 orang (19,06%) mempunyai 5 anak, 2 orang (9,52%) mempunyai 2 anak, 2 orang (9,52%) mempunyai 6 anak dan masing-masing seorang (4,76%) mempunyai 1, 3, 7 dan 8 anak.


(43)

26

Gambar 4.2 Diagram Karakteristik Prolapsus Uteri Berdasarkan Jumlah Anak

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Prolapsus Uteri Berdasarkan Derajat Prolapsus Uteri

Derajat Jumlah Kejadian Persen (%)

I 2 9,52

II 5 23,81

III 14 66,67

Jumlah 21 100

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 21 subyek penelitian, sebanyak 14 orang (66,67%) yaitu pasien prolapsus uteri derajat III, 5 orang (23,81%) yaitu pasien dengan prolapsus uteri derajat II, sedangkan 2 orang (9,52%) yaitu pasien dengan prolapsus uteri derajat I.


(44)

27

Gambar 4.3 Diagram Karakteristik Prolapsus Uteri Berdasarkan Derajat Prolapsus Uteri

Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Prolapsus Uteri Derajat I Berdasarkan Usia dan Jumlah Anak

No Umur (tahun) Jumlah anak

1 38 3

2 33 1

Tabel 4.4 Menunjukkan bahwa untuk pasien prolapsus uteri derajat I yaitu dialami oleh pasien dengan umur 38 tahun dengan 3 orang anak dan pasien dengan umur 33 tahun dengan 1 orang anak.


(45)

28

Tabel 4.5 Distribusi Karakteristik Prolapsus Uteri Derajat II Berdasarkan Usia dan Jumlah Anak

No Umur (tahun) Jumlah Anak

1 33 2

2 41 5

3 60 4

4 62 4

5 80 7

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa penderita prolapsus uteri derajat II yang termuda adalah usia 33 tahun dengan 2 orang anak dan yang tertua adalah 80 tahun dengan 7 orang anak.

Tabel 4.6 Distribusi Karakteristik Prolapsus Uteri Derajat I Berdasarkan Usia dan Jumlah Anak

No Umur (tahun) Jumlah Anak

1 40 2

2 40 4

3 47 4

4 55 4

5 55 4

6 56 4

7 57 6

8 60 4

9 60 5

10 62 6

11 65 8

12 70 4

13 71 5


(46)

29

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa umur paling muda penderita prolapsus uteri derajad III yaitu 40 tahun dengan 4 orang anak dan umur tertua yaiu 75 tahun dengan 5 orang anak. Jumlah anak terbanyak untuk prolapsus uteri derajat III yaitu 8 anak.

B. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Prolapsus Uteri

Untuk mengetahui tentang diterima atau tidaknya hipotesa yang telah

ditetapkan, yaitu: “ada hubungan antara paritas dengan kejadian prolapsus

uteri”, maka digunakan uji statistik chi square.

Tabel 4.7 Distribusi Hubungan Paritas dengan Kejadian Prolapsus Uteri Variabel

Bebas

Variabel Terikat

Total

Uji Statistik

Paritas

Kejadian Prolapsus Uteri Terjadi

Prolapsus Uteri

Tidak Terjadi Prolapsus Uteri

X2 hitung = 6,462 df = 1

nilai p = 0,011 Odd ratio = 5,667

Paritas > 3 17 9 26

Paritas ≤ 3 4 12 16

Total 21 21 42

Sebelum dilakukan uji Chi-square, terlebih dahulu ditampilkan tabulasi silang (cross tab) yang menggambarkan penyebaran data. Tabulasi silang tersebut berdimensi 2x2 atau disebut tabel kontingensi 2x2.


(47)

30

Pada tabel tersebut terlihat bahwa dari total sampel sebanyak 42, ibu dengan paritas > 3 sebanyak 26 orang, sedangkan ibu dengan paritas ≤ 3 sebanyak 16 orang. Ibu dengan paritas > 3 yang mengalami prolapsus uteri adalah sebanyak 17 orang (81%), sedangkan ibu dengan paritas rendah yang mengalami prolapsus uteri adalah 4 orang (19%).

Hasil analisis Chi-square pada tabel kontingensi 2x2 (terlampir) dengan derajat kebebasan (df) 1 dan tingkat signifikansi (ά) sebesar 5% (0,05), didapatkan hasil bahwa nilai Chi-square hitung sebesar 6,462 dan Chi-square

tabel sebesar 3,841.

Berdasarkan hasil analisis data (terlampir) diperoleh bahwa X2 hitung lebih besar dari X2 tabel (6,462 >3,841 ) dan p-value lebih kecil dari ά (0,011 < 0,05). Dari kedua pernyataan diatas bisa diambil kesimpulan bahwa pada penelitian ini, Ho ditolak dan Ha diterima, maka kesimpulannya adalah pada tingkat kepercayaan 95% dan ά 0,05, terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian prolapsus uteri.

Diperoleh hubungan keeratan antara paritas dengan kejadian prolapsus uteri yaitu sebesar 0,365. Dalam penelitian ini juga dilakukan perhitungan

Odds Ratio untuk mengetahui besar peluang terjadinya prolapsus uteri. Jika

Odds Ratio sama dengan satu (OR=1), menunjukkan bahwa faktor paritas bukan merupakan resiko terjadinya prolapsus uteri. Jika Odds Ratio lebih besar dari satu (OR>1) maka paritas merupakan faktor yang menyebabkan prolapsus uteri. Namun jika Odds Ratio kurang dari satu (OR<1), maka hal ini


(48)

31

menunjukkan bahwa paritas bukan merupakan faktor yang menyebabkan prolapsus uteri.

Setelah dilakukan perhitungan Odds Ratio, didapatkan nilai OR sebesar 5,667. Besar nilai OR > 1, ini menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor penyebab terjadinya prolapsus uteri. Dan peluang terjadinya prolapsus uteri untuk paritas > 3 adalah 5,667 kali dibanding dengan paritas ≤ 3.


(49)

32

BAB V PEMBAHASAN

Penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control ini digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara paritas dengan kejadian prolapsus uteri. Penetapan kriteria inklusi dan eksklusi ditujukan untuk meningkatkan kualitas penelitian.

Pada tabel 4.1 Distribusi karakteristik prolapsus uteri berdasarkan umur, dapat dilihat bahwa kejadian prolapsus lebih banyak terjadi pada wanita menopause (>50 tahun) yaitu sebanyak 14 orang (66,67%) bila dibandingkan dengan wanita yang berumur <50 tahun yaitu 7 orang (33,33%). Hal ini sesuai dengan Wiknjosastro (2005) bahwa prolapsus uteri sering terjadi pada wanita menopause, karena akan terjadi penurunan hormon estrogen sehingga otot dasar panggul akan mengalami atrofi dan melemah.

Paritas mempengaruhi kejadian prolapsus uteri. Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering merupakan faktor utama terjadinya prolapsus uteri. Kebanyakan wanita yang pernah melahirkan empat kali atau lebih akan mengalami kelemahan otot besar panggul (Wiknjosastro, 2005). Pada penelitian ini berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kejadian prolapsus uteri paling banyak terjadi pada wanita yang mempunyai 4 anak yaitu sebanyak 9 orang (42,86%).

Pada tabel 4.3 tentang distribusi karakteristik prolapsus uteri berdasarkan derajat prolapsus uteri menyatakan bahwa pada tahun 2008 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta terdapat 21 pasien dengan prolapsus uteri dimana 14 orang


(50)

33

(66,67%) adalah pasien prolapsus uteri yang sudah mencapai derajat III, 5 orang (23,81%) adalah pasien prolapsus uteri derajat II dan 2 orang (9,52%) adalah pasien prolapsus uteri derajat I. Gejala prolapsus uteri sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadangkala penderita yang satu dengan prolaps yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan (Wiknjosastro, 2005).

Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa ibu dengan paritas > 3 lebih banyak mengalami kejadian prolapsus uteri yaitu sebanyak 17 orang (81%) dibandingkan ibu dengan paritas ≤ 3 yaitu sebanyak 4 orang (19%). Hal ini sesuai dengan Baradero (2007) yaitu kejadian prolapsus uteri paling sering ditemukan pada wanita dengan paritas tinggi (>3) daripada wanita dengan paritas rendah

(≤3). Hal ini diakibatkan oleh trauma pada otot-otot fasia pelvis ketika persalinan.

Hasil pengolahan data dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai X2 hitung sebesar 6,462 dengan taraf signifikan 5%, derajat kebebasan (df)=1, dan X2 tabel sebesar 3,841. Didapatkan bahwa X2 hitung lebih besar dari X2 tabel dan nilai signifikansi 0,011 < 0,05, hal ini berarti Ho ditolak dan artinya terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian prolapsus uteri. Hubungan keeratannya yaitu 0,365.


(51)

34

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian prolpasus uteri di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada tahun 2008

2. Angka kejadian prolapsus uteri untuk tahun 2008 yaitu sebanyak 21 kasus dimana 17 orang (81%) termasuk dalam paritas tinggi (>3) dan 4 orang lainnya (19%) adalah termasuk dalam paritas rendah (≤3).

3. Besar peluang terjadinya prolapsus uteri pada paritas >3 dalam penelitian ini yaitu sebesar 5,667 kali bila dibandingkan dengan paritas ≤3.

B. Saran

1. Bagi pasien

a. Mengkonsumsi makanan yang bergizi

b. Melakukan gerakan senam otot panggul (senam kegel) untuk mempertahankan otot panggul agar tetap dalam keadaan yang kuat. 2. Bagi profesi kebidanan

a. Perlu usaha untuk meningkatkan program KB guna mencegah meningkatnya ibu dengan multiparitas.


(52)

35

3. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat menambah referensi dan informasi tentang prolapsus uteri untuk meningkatkan mutu pembelajaran dalam melaksanakan asuhan kebidanan.


(53)

36

DAFTAR PUSTAKA

Andra. Menopause. www.google.com. 20 April 2009

Turun Peranakan tak Mengancam Jiwa. www.google.com. 27 April 2009 Anonim. Prolapsus Uteri. http://anggrekidea.blogspot.com. 03 Mei 2009

Bagian Obsgin FK UNPAD. 1999. Ginekologi. Bandung : Elstar Offset.

Baradero, M. 2005. Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas. Jakrta: EGC

Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Tekhnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Koblinsky M, et all. 2001. Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif Global. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Maimunah, S. 2005. Kamus Istilah Kebidanan. Jakarta: EGC

Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Rabe, T. 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan. Jakarta: Hipokrates.

Rekam Medik. 2009. Surakarta: RSUD DR. Moewardi

Scott, James R, et all. 2002. Danforth Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika

Sjamsuhidajat R, Jong W. 2004. Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC.

Taufiqurrahman, MA. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Surakarta: UNS Press


(1)

31

menunjukkan bahwa paritas bukan merupakan faktor yang menyebabkan prolapsus uteri.

Setelah dilakukan perhitungan Odds Ratio, didapatkan nilai OR sebesar 5,667. Besar nilai OR > 1, ini menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor penyebab terjadinya prolapsus uteri. Dan peluang terjadinya prolapsus uteri untuk paritas > 3 adalah 5,667 kali dibanding dengan paritas ≤ 3.


(2)

32

BAB V PEMBAHASAN

Penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control ini digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara paritas dengan kejadian prolapsus uteri. Penetapan kriteria inklusi dan eksklusi ditujukan untuk meningkatkan kualitas penelitian.

Pada tabel 4.1 Distribusi karakteristik prolapsus uteri berdasarkan umur, dapat dilihat bahwa kejadian prolapsus lebih banyak terjadi pada wanita menopause (>50 tahun) yaitu sebanyak 14 orang (66,67%) bila dibandingkan dengan wanita yang berumur <50 tahun yaitu 7 orang (33,33%). Hal ini sesuai dengan Wiknjosastro (2005) bahwa prolapsus uteri sering terjadi pada wanita menopause, karena akan terjadi penurunan hormon estrogen sehingga otot dasar panggul akan mengalami atrofi dan melemah.

Paritas mempengaruhi kejadian prolapsus uteri. Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering merupakan faktor utama terjadinya prolapsus uteri. Kebanyakan wanita yang pernah melahirkan empat kali atau lebih akan mengalami kelemahan otot besar panggul (Wiknjosastro, 2005). Pada penelitian ini berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kejadian prolapsus uteri paling banyak terjadi pada wanita yang mempunyai 4 anak yaitu sebanyak 9 orang (42,86%).

Pada tabel 4.3 tentang distribusi karakteristik prolapsus uteri berdasarkan derajat prolapsus uteri menyatakan bahwa pada tahun 2008 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta terdapat 21 pasien dengan prolapsus uteri dimana 14 orang


(3)

33

(66,67%) adalah pasien prolapsus uteri yang sudah mencapai derajat III, 5 orang (23,81%) adalah pasien prolapsus uteri derajat II dan 2 orang (9,52%) adalah pasien prolapsus uteri derajat I. Gejala prolapsus uteri sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadangkala penderita yang satu dengan prolaps yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan (Wiknjosastro, 2005).

Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa ibu dengan paritas > 3 lebih banyak mengalami kejadian prolapsus uteri yaitu sebanyak 17 orang (81%) dibandingkan ibu dengan paritas ≤ 3 yaitu sebanyak 4 orang (19%). Hal ini sesuai dengan Baradero (2007) yaitu kejadian prolapsus uteri paling sering ditemukan pada wanita dengan paritas tinggi (>3) daripada wanita dengan paritas rendah (≤3). Hal ini diakibatkan oleh trauma pada otot-otot fasia pelvis ketika persalinan.

Hasil pengolahan data dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai X2 hitung sebesar 6,462 dengan taraf signifikan 5%, derajat kebebasan (df)=1, dan X2 tabel sebesar 3,841. Didapatkan bahwa X2 hitung lebih besar dari X2 tabel dan nilai signifikansi 0,011 < 0,05, hal ini berarti Ho ditolak dan artinya terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian prolapsus uteri. Hubungan keeratannya yaitu 0,365.


(4)

34

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian prolpasus uteri di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada tahun 2008

2. Angka kejadian prolapsus uteri untuk tahun 2008 yaitu sebanyak 21 kasus dimana 17 orang (81%) termasuk dalam paritas tinggi (>3) dan 4 orang lainnya (19%) adalah termasuk dalam paritas rendah (≤3).

3. Besar peluang terjadinya prolapsus uteri pada paritas >3 dalam penelitian ini yaitu sebesar 5,667 kali bila dibandingkan dengan paritas ≤3.

B. Saran

1. Bagi pasien

a. Mengkonsumsi makanan yang bergizi

b. Melakukan gerakan senam otot panggul (senam kegel) untuk mempertahankan otot panggul agar tetap dalam keadaan yang kuat. 2. Bagi profesi kebidanan

a. Perlu usaha untuk meningkatkan program KB guna mencegah meningkatnya ibu dengan multiparitas.


(5)

35

3. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat menambah referensi dan informasi tentang prolapsus uteri untuk meningkatkan mutu pembelajaran dalam melaksanakan asuhan kebidanan.


(6)

36

DAFTAR PUSTAKA

Andra. Menopause. www.google.com. 20 April 2009

Turun Peranakan tak Mengancam Jiwa. www.google.com. 27 April 2009 Anonim. Prolapsus Uteri. http://anggrekidea.blogspot.com. 03 Mei 2009

Bagian Obsgin FK UNPAD. 1999. Ginekologi. Bandung : Elstar Offset.

Baradero, M. 2005. Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas. Jakrta: EGC

Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Tekhnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Koblinsky M, et all. 2001. Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif Global. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Maimunah, S. 2005. Kamus Istilah Kebidanan. Jakarta: EGC

Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Rabe, T. 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan. Jakarta: Hipokrates.

Rekam Medik. 2009. Surakarta: RSUD DR. Moewardi

Scott, James R, et all. 2002. Danforth Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika

Sjamsuhidajat R, Jong W. 2004. Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC.

Taufiqurrahman, MA. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Surakarta: UNS Press