Diklat PIM Pola Baru INTEGRITAS

(1)

OVERVIEW DIKLAT

KEPEMIMPINAN

TINGKAT II, III, DAN IV

BADAN DIKLAT DIY

http://diklat.jogjaprov.go.id

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

REPUBLIK INDONESIA


(2)

SISTEMATIKA PENYAJIAN

1. Apa tujuan dan kompetensi yang ingin

dicapai dalam penyelenggaraan

Diklatpim?

2. Mengapa demikian?

3. Bagaimana mencapai tujuan sasaran dan

kompetensi tersebut?


(3)

TUJUAN

Diklatpim Tingkat II meningkatkan kompetensi kepemimpinan strategis pada pejabat struktural eselon II yang akan berperan dalam melaksanakan tugas dan fungsi kepemerintahan di instansinya masing-masing.

Diklatpim Tingkat III mengembangkan kompetensi kepemimpinan taktikal pada pejabat struktural eselon III yang akan berperan dalam melaksanakan tugas dan fungsi kepemerintahan di instansinya masing-masing.

Diklatpim tingkat IV membentuk kompetensi kepemimpinan operasional pada pejabat struktural eselon IV yang akan berperan dan melaksanakan tugas dan fungsi kepemerintahan di instansinya masing-masing.


(4)

KOMPETENSI

Diklatpim Tingkat II Kompetensi kepemimpinan strategis kebijakan yaitu kemampuan menetapkan strategi kebijakan instansinya dan memimpin keberhasilan implementasi strategi kebijakan tersebut.

Diklatpim Tingkat III Kompetensi kepemimpinan taktikal yaitu kemampuan menjabarkan visi dan misi instansi ke dlam program instansi dan memimpin keberhasilan pelaksanaan program tersebut.

Diklatpim tingkat IV Kompetensi kepemimpinan operasional yaitu kemampuan membuat perencanaan kegiatan instansi dan memimpin keberhasilan implementasi pelaksanaan kegiatan tersebut.


(5)

HIRARKI KOMPETENSI KEPEMIMPINAN

II

III

IV

STAF

I KEPEMIMPINAN VISIONER

KEPEMIMPINAN STRATEGIK

KEPEMIMPINAN OPERASIONAL KEPEMIMPINAN TAKTIKAL

E

S

E

L

O

N


(6)

Mengapa Pemimpin Perubahan?

• Sektor publik di Indonesia umumnya tertinggal dengan korporasi dan organisasi nirlaba dalam banyak hal:

wawasan global, adopsi teknologi, orientasi pada kebaruan dan inovasi, kapabilitas personil, dsb.

• Dibandingkan dengan sektor publik di negara-negara ASEAN, Sektor publik di Indonesia dalam banyak hal memiliki kualitas yang lebih rendah. Dalam indeks daya saing global titik lemah ada pada sektor publik.

• Sektor publik menjadi salah satu faktor strategis bagi daya saing dan kualitas sektor swasta, menentukan kualitas dari lingkungan bisnis.


(7)

Mengapa….?

• Untuk memperbaiki kualitas sektor publik diperlukan adanya kepemimpinan birokrasi yang visioner,

berkarakter, dan mampu memimpin trasnformasi sektor publik. K/L/D yang inovatif dan berkinerja tinggi biasanya dipengaruhi oleh kualitas kepemimpinannya.

• Dalam budaya paternalistik posisi pemimpin sangat strategis. Konsentrasi kekuasaan ada pada pimpinan. Penguatan kapasitas kepemimpinan memiliki efek yang sangat besar terhadap kualitas penyelenggaraan

pemerintahan.

• Upaya untuk membentuk kepimpinan di birokrasi pemerintahan belum optimal. Investasi pada hal ini masih sangat kecil; kebijakan, program dan kegiatan, sumberdaya.


(8)

MENGAPA PEMIMPIN PERUBAHAN?

BIROKRASI

TANTANGAN INTERNAL:


(9)

TEKNIKAL ADAPTIVE

MANAGEMENT LEADERSHIP

BAGAIMANA” MEREFORM

FORMAL AUTHORITY

INFORMAL AUTHORITY

FINITE DINAMIS


(10)

• Pemisahan antara pekerjaaan leadership

dengan clerical work (thinking dan doing).

Pemimpin harus fokus pada strategic

works bukan rutin dan clerical work.

– Banyak pejabat publik mengeluh 80

persennya waktu dan enerji habis untuk

mengurus pekerjaan administratif, enerji

untuk kegiatan strategis terbatas. 80-20

rules.


(11)

JALAN PANJANG MENUJU

PERUBAHAN….

DIKLAT MASA DEPAN

2007: Need Based Training

PEMBAHARUAN SISTEM DIKLAT APARATUR:

2008 SD 2011: Leadership Competency Model

REVIEW PEMBAHARUAN SISTEM DIKLAT APARATUR

2012SD SEKARANG:


(12)

Apa yang perlu dilakukan?

Diklat Kepemimpinan Pembaharuan:

Meningkatkan kapasitas merencanakan, melaksanakan, mengelola konflik yang terjadi sebagai akibat perubahan, dan memastikan perubahan berjalan sesuai dengan ekspektasinya.

Pemimpin instansi dari peserta memberi otorisasi kepada peserta.

Menjual gagasan perubahan kepada stakeholder yang ada di instansinya. Menjadikan gagasan perubahan menjadi milik bersama

Menempatkan peserta diklat dalam leadership laboratory, peserta mengelola proses perubahan yang sesungguhnya dibawah

bimbingan mentor, coach, dan counselor.

Melibatkan pimpinan masing-masing instansi pengirim dalam proses pembelajaran; Apreasiasi dan kepemilikan; Peran


(13)

Tahap I Diagnosa Kebutuhan Perubahan Organisasi Tahap II Taking Ownership (Breakthrough I) Tahap III Merancang Perubahan dan Membangun Tim Tahap IV Laboratorium Kepemimpinan (Breaktrough II) Tahap V Evaluasi

13 Sesi ( 39 JP)

13 Sesi ( 39 JP)

6 Sesi ( 18 JP)

6 Sesi ( 18 JP)

44 Sesi ( 132 JP) 44 Sesi ( 132 JP)

12 Sesi ( 36 JP)

12 Sesi ( 36 JP)

8 Sesi ( 24 JP)

8 Sesi ( 24 JP)

1. INTEGRITAS DAN

WAWASAN KEBANGSAAN

2. Pembekalan isu strategis 3. Diagnostic Reading

4. Penjelasan Proyek Perubahan

1.Coaching 2.Counselling 1.Inovasi 2.Membangun TimEfektif 3.Benchmarking ke best practice 4.Merancang Proyek Perubahan 5.Merancang

6.Seminar Presentasi Proyek Perubahan 8.Pembekalan Implementasi Proyek Perubahan 1.Coaching 2.Counselling 1.Seminar Laboratorium Kepemimpinan 2.Evaluasi Kepemimpinan

LIMA TAHAPAN PEMBELAJARAN DIKLATPIM II


(14)

Kurikulum Diklatpim Tingkat II

1. Tahap Diagnosa Kebutuhan Perubahan

a. Integritas dan Wawasan Kebangsaan;

b. Pembekalan isu strategis;

c. Organisasi Berkinerja Tinggi;

d. Diagnostic Reading;

e. Penjelasan Proyek Perubahan.


(15)

Kurikulum Diklatpim Tingkat II (lanjt…)

3. Tahap Merancang Perubahan dan Membangun Tim

a. Inovasi;

b. Benchmarking ke Best Practice;

c. Membangun Tim Efektif;

d. Merancang Proyek Perubahan;

e. Seminar Presentasi Proyek Perubahan;

f. Pembekalan Implementasi Proyek Perubahan. 4. Tahap Laboratorium Kepemimpinan

5. Tahap Evaluasi

a. Seminar Laboratorium Kepemimpinan; b. Evaluasi.


(16)

TAHAP PENYELENGGARAAN

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III

Tahap I: Diagnosa Kebutuhan Perubahan Organisasi Tahap II: Breakthrough 1: Taking Ownership Tahap III Merancang Perubahan dan Membangun Tim Tahap IV Breakthrough II: Leadership Laboratory Tahap V: Evaluasi 15 Hari 9 Hari 5 Hari 60 Hari 2 Hari Pemimpin Perubahan


(17)

Kurikulum Diklatpim Tingkat III

1. Tahap Diagnosa Kebutuhan Perubahan

a. Wawasan Kebangsaan;

b. Integritas;

c. Pembekalan isu strategis;

d.

Diagnostic Reading;

e. Penjelasan Proyek Perubahan.

2. Tahap

Taking Ownership


(18)

Kurikulum Diklatpim Tk III (lanjt…)

3. Tahap Merancang Perubahan dan Membangun Tim

a. Pengembangan Potensi Diri; b. Inovasi;

c. Jejaring Kerja;

d. Budaya Kerja dalam Efektivitas Kepemimpinan; e. Membangun Tim Efektif;

f. Benchmarking ke Best Practice;

g. Merancang Proyek Perubahan;

h. Seminar Presentasi Proyek Perubahan;

i. Pembekalan Implementasi Proyek Perubahan. 4. Tahap Laboratorium Kepemimpinan

5. Tahap Evaluasi

a. Seminar Laboratorium Kepemimpinan; b. Evaluasi Kepemimpinan.


(19)

TAHAP PENYELENGGARAAN

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV

Tahap I: Diagnosa Kebutuhan Perubahan Organisasi Tahap II: Breakthrough 1: Taking Ownership Tahap III Merancang Perubahan dan Membangun Tim Tahap IV Breakthrough II: Leadership Laboratory Tahap V: Evaluasi 17 Hari 13 Hari 5 Hari 60 Hari 2 Hari Pemimpin Perubahan


(20)

Kurikulum Diklatpim Tingkat IV

1. Tahap Diagnosa Kebutuhan Perubahan

a. Pilar-Pilar Kebangsaan;

b. Integritas;

c. Standar Etika Publik;

d. SANRI;

e. Pembekalan Isu Aktual Substantif Lembaga;

f.

Diagnostic Reading;

g. Penjelasan Proyek Perubahan.


(21)

Kurikulum Diklatpim Tingkat IV (lanjt…)

3. Tahap Merancang Perubahan dan Membangun Tim a. Kecerdasan Emosi;

b. Pengenalan Potensi Diri; c. Berpikir Kreatif dan Inovasi; d. Koordinasi dan Kolaborasi; e. Membangun Tim Efektif;

f. Benchmarking ke Best Practice;

g. Merancang Proyek Perubahan;

h. Seminar Presentasi Proyek Perubahan;

i. Pembekalan Implementasi Proyek Perubahan.

4. Tahap Laboratorium Kepemimpinan (Breakthrough II)

5. Tahap Evaluasi

a. Seminar Laboratorium Kepemimpinan; b. Evaluasi.


(22)

• Tahap penentuan area dari strategi/ program/

kegiatan organisasi yang akan mengalami

perubahan

• Metode pembelajaran :

lecturing

, diskusi, visitasi

ke lokus yang dapat menumbuhkembangkan

wawasan kebangsaan & integritas, studi/analisis

issu stratejik instansional


(23)

• Tahap membangun kesadaran bersama (peserta dengan atasan, kolega , bawahan dan stakeholder

terkait) akan pentingnya melakukan reformasi pada area strategi/program/kegiatan yang bermasalah sesuai level jabatan

• Off Campus

• Metoda pembelajaran : Coaching & Counselling

• Atasan langsung berperan sebagai mentor yang memberikan bimbingan langsung dan persetujuan (kewenangan penuh) kepada peserta terhadap area yang akan dijadikan sebagai proyek perubahan

• Progress kegiatan off campus dipantau oleh

penyelenggara melalui media teknologi informasi


(24)

TAKING OWNERSHIP

COACH DAN

COUNSELLOR REFORMER/

PESERTA DIKLATPIM

MENTOR


(25)

• Membekali peserta dengan pengetahuan membuat

rancangan perubahan yang komprehensif menuju kondisi ideal pelaksanaan strategi/program/kegiatan organisasi • Metode Pembelajaran: lecturing, visitasi, benchmarking,

penyusunan produk

• Target: Menyusun Rancangan Proyek Perubahan (individu)

• Atasan langsung (sebagai mentor) ikut menguji kelayakan Rancangan Proyek Perubahan


(26)

• Tahap melakukan implementasi Proyek Perubahan yang telah dirancang

• Off campus

• Peserta memimpin pelaksanaan perubahan dengan

melibatkan stakeholders internal & eksternal dan resources yang ada (dana, SDM, informasi, jejaring dsb).

• Metoda pembelajaran : Coaching & Counselling

• Atasan langsung berperan sebagai mentor yang memberikan bimbingan langsung dan pemantauan pelaksanaan proyek perubahan

• Progress kegiatan off campus dipantau oleh penyelenggara melalui media teknologi informasi


(27)

LEADERSHIP LABORATORY

COACH DAN

COUNSELLOR REFORMER/

PESERTA DIKLATPIM

MENTOR


(28)

TAHAP EVALUASI

• Tahap untuk menilai kompetensi hasil dari program diklatpim.

• Evaluasi dilakukan sejak awal proses pembelajaran sd akhir : aspek sikap perilaku & kualitas perubahan yang dihasilkan

• Forum :

a. Seminar Laboratorium Kepemimpinan

(Berbagi pengalaman tentang keberhasilan dan kegagalan melakukan perubahan/reform)

b. Evaluasi akhir Kepemimpinan (rekap hasil akhir)

• Evaluator memberikan report dari awal pembelajaran sd akhir


(29)

KURIKULUM DIKLATPIM

TAHAP CLUSTER MATA DIKLAT

Diagnosa Kebutuhan Perubahan

Self Mastery 1. Integritas & Wawasan Kebangsaan

2. Pilar-pilar kebangsaan 3. SANRI

4. Standar Etika Publik Diagnostic

Reading

1. Diagnostic Reading

2. Organisasi Berkinerja Tinggi Taking Ownership Coaching & Counselling Merancang Perubahan & Membangun Tim

Inovasi 1. Inovasi

2. Berpikir Kreatif & Inovasi 3. Pengenalan Potensi Diri 4. Budaya Kerja …..

5. Benchmarking ke Best Practice


(30)

TAHAP CLUSTER MATA DIKLAT

Merancang Perubahan & Membangun Tim

Tim Efektif 1. Tim Efektif

2. Jejaring Kerja

3. Koordinasi & Kolaborasi 4. Kecerdasan Emosional Produk

Pembelajaran

1. Policy Brief

2. Proyek Perubahan Lab

Kepemimpina n

Coaching & Counselling

Evaluasi 1. Seminar LK


(31)

P

E

S

E

R

T

A

AGENDA PEMBELAJARAN

3. Inovasi 4. Tim Efektif 2. Diagnosa Perubahan 5. Proyek Perubahan 1. Penguasaan Diri P E M IM P IN P E R U B A H A N


(32)

AGENDA PEMBELAJARAN

P E S E R T A IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN BUKTI IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN DIAGNOSA KEBUTUHAN PERUBAHAN KONFIRMASI KEBUTUHAN PERUBAHAN RANCANGAN PROYEK PERUBHAN Off Campus On Campus P E S E R T A D E N G A N K O M P E T E N S I


(33)

Metoda Pembelajaran

TAHAP I TAHAP

II

TAHAP III TAHAP

IV

TAHAP V

lecturing Coaching lecturing Coaching Presentasi

Diskusi Counselling diskusi Counselling Evaluasi

visitasi ke lokus terpilih

visitasi ke lokus terpilih

studi/analisis issu stratejik

benchmarking, penyusunan produk


(34)

KETERKAITAN

AGENDA PEMBELAJARAN

Penguasaan Diri

Diognosa Organisasi

Inovasi

Tim Effektif

Proyek Perubahan

Pemimpin Perubahan Peserta


(35)

Integritas dan Wawasan Kebangsaan

DIKLATPIM TINGKAT II


(36)

CLUSTER MATA DIKLAT

PIM I • Integritas dan wawasan Kebangsaan PIM II • Integritas dan Wawasan Kebangsaan PIM III • Wawasan Kebangsaan • Integritas PIM IV • Pilar2 Kebangsaan • Integritas • Standar Etika Publik • SANKRI DAYA SAING NASIONAL ORGANISASI BERKINERJA TINGGI PELAKSANAAN PROGRAM INSTANSI PELAKSANAAN KEGIATAN UNIT KERJA


(37)

Menjelaskan deskripsi singkat dan tujuan pembelajaranEksplorasi mengenai integritas dan wawasan kebangsaan Pendahuluan • Visitasi

Menfasilitasi diskusi hasil visitasi terkait integritas dan wawasan kebangsaan

Memandu peserta untuk merumuskan aktualisasi integritas dalam

meningkatkan Organisasi Berkinerja Tinggi

Penyajian • Memfasilitasi

mempresentasikan

aktualisasi integritas dan wawasan kebangsaan • Menfasilitasi Peserta

membuat dan

menyampaikan komitmen terhadap integritas

Penutup

Kegiatan BM Integritas dan Wasbang

Diklatpim II

Slide Infocus Film Pendek Kisah/Strory Teling Transportasi Slide Film Pendek Kasus Flip chart Infocus Format Komitmen Flip chart Infocus


(38)

1. Deskripsi Singkat

2. Hasil Belajar

3. Indikator Hasil Belajar

4. Pengalaman Belajar

5. Media Pembelajaran.

RINGKASAN MATA DIKLAT

PIM II

INTEGRASI DAN WAWASAN KEBANGSAAN


(39)

DISKRIPSI SINGKAT

Mata Diklat ini membekali peserta

dengan kemampuan menunjukkan itegritas dan

semangat nasionalisme dalam mengelola strategi instansi menuju organisasi yang berkinerja tinggi melalui

pembelajaran Integritas, Semangat dan Jiwa

Kebangsaan, dan Organisasi Berkinerja Tinggi. Mata diklat disajikan secara interaktif melalui metode ceramah interaktif, diskusi,studi kasus, simulasi, studi lapangan dan demonstrasi. Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuannya menunjukan pribadi yang berintegritas, jiwa dan semangat nasionalisme dalam mengelola strategi instansinya menuju organisasi berkinerja tinggi.


(40)

INDIKATOR HASIL PEMBELAJARAN

• SETELAH MENGIKUTI PEMBELAJARAN INI PESERTA DIHARAPKAN:

1. Memahami Pemimpin Berintegritas 2. Memahami Kesaktian Pancasila

3. Memahami Semangat dan Jiwa Kebangsan


(41)

MATERI POKOK

1. PEMIMPIN BERINTEGRITAS

2. KESAKTIAN PANCASILA

3. SEMANGAT DAN JIWA

KEBANGSAAN


(42)

MATERI POKOK SUB MATERI POKOK

1. Pemimpin Berintegritas 1) Pengertian Kepemimpinan

2) Pengertian Integritas, Etika dan Moral

3) Pengetian Kepemimpinan dalam Strata Kehidupan Nasional 4) Urgensi Pemimpin Beretika dan Berintegritas

5) Prinsip Dasar Pemimpin Berintegritas 6) Karakteristik Pemimpin Yang Berntegritas

2. Kesaktian Pancasila 1) Pengertian Kesaktian Pancasila

2) Kepemimpinan Dalam Perspektif Pancasila sebagai Falsafah Bangsa

3) Karakteristik Pemimpin Pancasilais dalam Organisasi Publik

3.Semangat dan Jiwa Kebangsaan 1) Pengertian Jiwa Kebangsaan

2) Membangun Semangat Jiwa Kebangsaan

3) Implementasi Kepemimpinan yg memiliki semangat dan Jiwa Kebangsaan dalam Organisasi Publik

4) Peran Pemimpin yang memiliki Semangat dan Jiwa Kebangsaan dalam Organisasi Publik

4.Organisasi Berkinerja Tinggi 1) Pengertian Organisasi

2) Pengertian Kinerja Organisasi

3) Ciri-ciri Organisasi Berkinerja Tinggi

4) Peningkatan Kinerja Organisasi Menuju Organisasi Berkinerja Tinggi


(43)

PENGALAMAN BELAJAR

Untuk memperoleh hasil belajar di atas, peserta melalui serangkaian

pengalamanan belajar, yaitu mulai dari

membaca materi diklat sesuai materi pokok, mendengar, dan berdiskusi

baik dengan tenaga pengajar maupun sesama peserta tentang materi pokok,

melakukan simulasi, membahas kasus yang relevan dengan materi pokok. Di penghujung pembelajaran, peserta menghasilkan suatu produk pembelajaran yang menunjukkan

kompetensi dalam Diklat Integritas dan Wawasan Kebangsaan.


(44)

1. Visitasi peserta dibawa ke tempat bersejarah (monumen, museum). Peserta diberi tugas secara individu menulis apa saja terkait dengan nilai-nilai yang diperoleh dari kunjungan

lapangan, kesan, pesan dll

2. Film Pendek peserta diminta menonton film pendek,

kemudian diminta mengomentasi dan kemudian mendiskusikannya

3. Ceramah Widyaiswara memberikan pemahaman tentang

diklat Integritas dan Wawasan Kebangsaan

4. Diskusi peserta mendiskusikan pentingnya wawasan

kebangsaan dan semangat nasionalisme bagi aparatur siil negara

5. Aktualisasi peserta diminta menulis bagaimana

implementasi nilai-nilai wawasan kebangsaan dan semangat

nasionalisme dalam pelaksanaan program di unit kerjanya.


(45)

EVALUASI PEMBELAJARAN

• PEMAHAMAN PESERTA TENTANG

PEMIMPIN YANG BERINTEGRITAS

• CONTOH PEMIMPIN YANG

BERINTEGRITAS DI INDONESIA

• PENGERTIAN KESAKTIAN PANCASILA

• PENGERTIAN SEMANGAT DAN JIWA

KEBANGSAAN


(46)

INTEGRITAS DAN WAWASAN

KEBANGSAAN


(47)

INTEGRITAS


(48)

NANA RUKMANA D.W.

Mata Diklat ini membekali

peserta dengan

kemampuan

menunjukkan integritas,

jiwa dan semangat

nasionalisme dalam

mengelola strategi

instansi menuju

organisasi yang

berkinerja tinggi melalui

pembelajaran Integritas,

Semangat dan Jiwa

Kebangsaan, serta

organisasi berkinerja

tingi.


(49)

INTEGRITAS :

KESESUAIAN ANTARA

HATI, UCAPAN DAN

TINDAKAN

INTEGRITAS:

KEMAMPUAN UNTUK

SENANTIASA

MEMEGANG TEGUH

PRINSIP-PRINSIP

MORAL SECARA

KONSISTEN


(50)

Mematuhi Peraturan

dan Etika Organisasi

Jujur

Memegang Teguh

Komitmen

Bertanggung Jawab

Konsisten Antara

Ucapan dan Tindakan

Kearifan Dalam

Membedakan Yg

Benar dan Salah


(51)

Integritas Nasional

Keselarasan

Keserasian

Keseimbangan

SUATU PROSES PENYATUAN ATAU PEMBAURAN

BERBAGAI ASPEK SOSIAL BUDAYA KE DALAM

KESATUAN WILAYAH DAN PEMBENTUKAN IDENTITAS

NASIONAL ATAU BANGSA


(52)

52 INTEGRASI

NASIONAL

Pembauran / penyatuan

kebangsaan

Integritas Nasional

(proses penyatuan/ pembauran berbagai aspek sosbud kedalam kesatuan wilayah +

pembentukan identitas nasional / bangsa)

Menjamin terwujudnya :

1. Keselarasan terciptanya suasana adam + tibtur, (ketentraman

lahir/batin)

2. Keserasian terpadunya unsur yg terlibat dlm kehidupan bersama

3. Keseimbangan keadaan dimana unsur unsur tsb diperlakukan sewajarnya


(53)

Konsep Integritas Nasional

Indonesia

NEGARA DIBENTUK TIDAK UNTUK MENJAMIN KEPENTINGAN SESEORANG, TETAPI MENJAMIN

KEPENTINGAN MASYARAKAT SELURUHNYA SEBAGAI PERSATUAN

NEGARA ADALAH SUATU MASYARAKAT YANG

INTEGRAL, SEGALA GOLONGAN, BAGIAN, SELURUH ANGGOTANYA BERHUBUNGAN ERAT SATU SAMA LAIN DAN MERUPAKAN PERSATUAN MASYARAKAT YANG ORGANIS

NEGARA TIDAK MEMIHAK KEPADA SESUATU GOLONGAN YANG PALING KUAT, ATAU YANG PALING BESAR , TIDAK MENGANGGAP KEOENTINGAN SESEORANG SEBAGAI PUSAT, AKAN TETAPI NEGARA MENJAMIN KESELAMATAN HIDUP BANGSA SELURUHNYA SEBAGAI PERSATUAN


(54)

Pemahaman Integrasi Nasional Dapat dilihat Dari Dua Segi :

SECARA HORIZONTAL : MEMBAHAS BAGAIMANA MEMPERSATUKAN RAKYATNYA YANG MAJEMUK, HIDUP DALAM

BERBAGAI GOLONGAN PRIMORDIAL

YANG BERANEKA RAGAM NILAI LEMBAGA SERTA ADAT

KEBIASAANNYA,

SEHINGGA MERASA BAGIAN DARI SATU BANGSA YANG SAMA

SECARA VERTIKAL :

MEMBAHAS BAGAIMANA MEMPERSATUKAN PEMERINTAH NASIONAL DENGAN RAKYATNYA,

YANG TERSEBAR DALAM DAERAH YANG LUAS


(55)

Wawasan Kebangsaan


(56)

P A N C A S I L A FILSAFAH BANGSA FALSAFAH HIDUP IDEOLIGI IDIOLOGI BANGSA CITA-CITA (IDEALISME) DASAR NEGARA (NORMA / ATURAN) PEMBUKAAN UUD 1945

BUDAYA NAS. DI DAERAH KEBIASAAN PERILAKU SEHARI-HARI DOKTRIN/ AJARAN NILAI DASAR NILAI INSTRUMENTAL NILAI PRAKSIS PASAL-PASAL & ATURAN PERUNDANGAN DIBAWAHNYA PELAKSANAAN ATURAN SEHARI-HARI JALUR HUKUM JALUR DOKTRIN / AJARAN JALUR BUDAYA PELAKSANAAN AJARAN/ PRAKTEK SEHARI-HARI


(57)

Pengertian Wawasan Kebangsaan

Wawasan & Bangsa

Wawasan Kebangsaan

Implikasi

Wawasan : Cara Pandang

Kebangsaan : Ciri ciri yang

menandai gol bangsa tertentu Kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara

Sudut pandang atau cara memandang yg mengandung

kemampuan seseorang atau kelompok orang, untuk memahami keberadaan jatidirinya sebagai suatu bangsa, juga dalam memandang dirinya dan bertingkah laku sesuai dengan falsafah hidup

bangsanya baik dalam lingkungan internal maupun eksternal Menentukan cara suatu bangsa, mendayagunakan kondisi geografis, sejarah, Ipoleksosbudhanka m negaranya dalam mencapai cita cita dan menjamin kepentingan nasionalnya


(58)

Penerapan Wawasan

Kebangsaan

ASPEK MORAL :

Adanya komitmen

untuk menjaga

Eksistensi dan

peningkatan kualitas

bangsa

ASPEK INTELEKTUAL

Adanya pengetahuan yang memadai untuk menghadapi berbagai tantangan dan berbagai potensi yang dimiliki bangsa


(59)

Nilai Dasar Wawasan Kebangsaan

Tekad Bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merdeka dan bersatu

Cinta Tanah Air dan Bangsa

Demokrasi atau Kedaulatan Rakyat

Kesetiakawan Sosial

Masyarakat Adil dan Makmur

Penghargaan terhadap harkat dan manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa


(60)

60

PADA HAKEKATNYA DILANDASI OLEH PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA INDONESIA

PERLU DIPAHAMI JATIDIRI BANGSA

PAHAMI SECARA MENDALAM FALSAFAH PANCASILA

JADIKAN PEDOMAN

DALAM BERTINGKAH LAKU

•MENGUTAMAKAN PERSATUAN DAN KESATUAN •RELA BERKORBAN UNTUK KEPENTINGAN BANGSA •PENGHARGAAN TERHADAP MARTABAT BANGSA •CINTA TANAH AIR DAN BANGSA,DEMOKRASI DAN •KESETIAKAWANAN SOSIAL

•BHINEKA TUNGGAL IKA

MAKNA WAWASAN

KEBANGSAAN

TERBENTUK KARAKTER BANGSA


(61)

Banyak kalangan yang melihat perkembangan politik, sosial,

ekonomi dan budaya di Indonesia sudah sangat memprihatinkan.

Bahkan, kekuatiran itu menjadi semakin nyata ketika menjelajah pada apa yang dialami oleh setiap warganegara, yakni memudarnya wawasan kebangsaan.

Apa yang lebih menyedihkan lagi adalah bilamana kita kehilangan

wawasan tentang makna hakekat bangsa dan kebangsaan yang akan mendorong terjadinya dis-orientasi dan perpecahan


(62)

Konflik horizontal dan vertikal yang terjadi dalam kehidupan sosial merupakan salah satu akibat dari semua krisis yang terjadi, yang tentu akan melahirkan ancaman dis-integrasi bangsa. Apalagi bila melihat bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang plural seperti beragamnya suku, budaya daerah, agama, dan berbagai aspek politik lainnya, serta kondisi geografis negara kepulauan yang tersebar. Semua ini mengandung potensi konflik (latent sosial conflict) yang dapat merugikan dan mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa.


(63)

Apabila krisis politik dan krisis ekonomi sudah sampai pada krisis kepercayaan diri, maka eksistensi Indonesia sebagai bangsa (nation) sedang dipertaruhkan.

Maka, sekarang ini adalah saat yang tepat untuk melakukan reevaluasi terhadap proses terbentuknya nation and character building kita selama ini, karena boleh jadi persoalan-persoalan yang kita hadapi saat ini berawal dari kesalahan dalam

menghayati dan menerapkan konsep awal kebangsaan yang menjadi fondasi ke-Indonesia-an.

Kesalahan inilah yang dapat menjerumuskan Indonesia, seperti yang ditakutkan Sukarno, menjadi bangsa kuli dan kuli di

antara bangsa-bangsa. Bahkan, mungkin yang lebih buruk lagi dari kekuatiran Sukarno, menjadi bangsa pengemis dan


(64)

Maka dalam hubungan nation and character building seperti yang diuraikan di atas, beberapa hal berikut terkandung di dalam gagasan awalnya:

Pertama, Kemandirian (self-reliance), atau menurut

istilah Presiden Soekarno adalah Berdikari (berdiri

di atas kaki sendiri).

Kedua, Demokrasi (democracy), atau kedaulatan

rakyat sebagai ganti sistem kolonialis.

Ketiga, Persatuan Nasional (national unity).

Keempat, Martabat Internasional (bargaining

positions). Indonesia tidak perlu mengorbankan martabat dan kedaulatannya sebagai bangsa

yang merdeka untuk mendapatkan prestise,


(65)

 Rasa kebangsaan bukan monopoli suatu bangsa,

tetapi ia merupakan perekat yang

mempersatukan dan memberi dasar keberadaan (raison d entre) bangsa-bangsa di dunia. Dengan demikian rasa kebangsaan bukanlah sesuatu yang unik yang hanya ada dalam diri bangsa kita karena hal yang sama juga dialami bangsa-bangsa lain.

 Wawasan kebangsaan mengandung pula

tuntutan suatu bangsa untuk mewujudkan jati diri, serta mengembangkan perilaku sebagai bangsa yang meyakini nilai-nilai budayanya, yang lahir

dan tumbuh sebagai penjelmaan

kepribadiannya.

 Wawasan kebangsaan yakni pikiran-pikiran yang

bersifat nasional dimana suatu bangsa memmiliki cita-cita kehidupan dan tujuan yang jelas.


(66)

(1)

Banyak kalangan yang melihat perkembangan politik, sosial,

ekonomi dan budaya di Indonesia sudah sangat memprihatinkan.

Bahkan, kekuatiran itu menjadi semakin nyata ketika menjelajah pada apa yang dialami oleh setiap warganegara, yakni memudarnya wawasan kebangsaan.

Apa yang lebih menyedihkan lagi adalah bilamana kita kehilangan

wawasan tentang makna hakekat bangsa dan kebangsaan yang akan mendorong terjadinya dis-orientasi dan perpecahan


(2)

Konflik horizontal dan vertikal yang terjadi dalam kehidupan sosial merupakan salah satu akibat dari semua krisis yang terjadi, yang tentu akan melahirkan ancaman dis-integrasi bangsa.

Apalagi bila melihat bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang plural seperti beragamnya suku, budaya daerah, agama, dan berbagai aspek politik lainnya, serta kondisi geografis negara kepulauan yang tersebar. Semua ini mengandung potensi konflik (latent sosial conflict) yang dapat merugikan dan mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa.


(3)

Apabila krisis politik dan krisis ekonomi sudah sampai pada krisis kepercayaan diri, maka eksistensi Indonesia sebagai bangsa (nation) sedang dipertaruhkan.

Maka, sekarang ini adalah saat yang tepat untuk melakukan reevaluasi terhadap proses terbentuknya nation and character building kita selama ini, karena boleh jadi persoalan-persoalan yang kita hadapi saat ini berawal dari kesalahan dalam

menghayati dan menerapkan konsep awal kebangsaan yang menjadi fondasi ke-Indonesia-an.

Kesalahan inilah yang dapat menjerumuskan Indonesia, seperti yang ditakutkan Sukarno, menjadi bangsa kuli dan kuli di

antara bangsa-bangsa. Bahkan, mungkin yang lebih buruk lagi dari kekuatiran Sukarno, menjadi bangsa pengemis dan


(4)

Maka dalam hubungan nation and character building seperti yang diuraikan di atas, beberapa hal berikut terkandung di dalam gagasan awalnya:

Pertama, Kemandirian (self-reliance), atau menurut

istilah Presiden Soekarno adalah Berdikari (berdiri

di atas kaki sendiri).

Kedua, Demokrasi (democracy), atau kedaulatan

rakyat sebagai ganti sistem kolonialis.

Ketiga, Persatuan Nasional (national unity).

Keempat, Martabat Internasional (bargaining

positions). Indonesia tidak perlu mengorbankan martabat dan kedaulatannya sebagai bangsa yang merdeka untuk mendapatkan prestise, pengakuan dan wibawa di dunia internasional.


(5)

 Rasa kebangsaan bukan monopoli suatu bangsa, tetapi ia merupakan perekat yang mempersatukan dan memberi dasar keberadaan (raison d entre) bangsa-bangsa di dunia. Dengan demikian rasa kebangsaan bukanlah sesuatu yang unik yang hanya ada dalam diri bangsa kita karena hal yang sama juga dialami bangsa-bangsa lain.

 Wawasan kebangsaan mengandung pula tuntutan suatu bangsa untuk mewujudkan jati diri, serta mengembangkan perilaku sebagai bangsa yang meyakini nilai-nilai budayanya, yang lahir dan tumbuh sebagai penjelmaan kepribadiannya.

 Wawasan kebangsaan yakni pikiran-pikiran yang bersifat nasional dimana suatu bangsa memmiliki cita-cita kehidupan dan tujuan yang jelas.


(6)