SIKAP SISWA TUNARUNGU TERHADAP SIBI (SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA).

(1)

SIKAP SISWA TUNARUNGU TERHADAP SIBI (SISTEM

ISYARAT BAHASA INDONESIA) DI SLB B KOTA BANDUNG

(Studi deskriptif terhadap Sikap Siswa Tunarungu di SLB-B di Kota Bandung)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagaian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Master Pendidikan

Program Studi Pendidikan Khusus

Oleh

Yuni Tanjung Utami 1103453

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

SIKAP SISWA TUNARUNGU TERHADAP SIBI (SISTEM

ISYARAT BAHASA INDONESIA) DI SLB B KOTA BANDUNG

Oleh

Yuni Tanjung Utami 1103453

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING PEMBIMBING I

Juang Sunanto, Ph.d NIP. 196105151987031002

PEMBIMBING II

DR. Imas Diana Aprilia, M. Pd NIP. 197004171994022001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

DR. Djadja Rahardja, M. Ed NIP. 195904141985031005


(3)

HALAMAN PERNYATAAN

“Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “SIKAP SISWA

TUNARUNGU TERHADAP SIBI (SISTEM ISYARAT BAHASA

INDONESIA) DI SLB B KOTA BANDUNG” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keiluman. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila keudian ditemukan adanya pelanggaraan terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.

Bandung,Desember 2014 Yang membuat pernyataan,

Yuni Tanjung Utami NIM. 1103453


(4)

ABSTRAK

Sikap Siswa Tunarungu Terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia)

Judul tersebut diambil dari permasalahan yang ada dilapangan yang berkenaan dengan pro dan kontra terhadap penggunaan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) di sekolah-sekolah di Indonesia saat ini. Untuk itu perlu kiranya ada sebuah penelitian mengenai sikap terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia). Peneitian ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa bagian B (Tunarungu) di Kota Bandung yang terdiri atas 61 0rang siswa, 57 orang tua dan 25 orang guru di Sekolah Luar Biasa bagian B. Tujuan utama penelitian ini adalah ingin mendapatkan gambaran mengenai sikap siswa tunarungu terhadap penggunaan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) dilihat dari komponen kognitif, afektif dan konatif. Adapun tujuan khususnya adalah mendapatkan gambaran tentang dukungan dari orangtua dan pihak sekolah terhadap penggunaan SIBI (Ssitem Isyarat Bahasa Indonesia). Penelitian ini menggunakan pendkatan kuantitatif dengan metode deskriptif yang prngumpulan datanya dilakukan dengan skala sikap model Likert yang diberikan kepada siswa, dan angket pertanyaan kepada orangtua dan guru. Hasil penelitian menunjukan (1) sikap siswa tunarungu terhadap penggunaan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) sudah baik. Orang tua sudah mendukung dan mempunyai sikap yang baik terhadap pengggunaan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) dan pihak sekolah dalam hal ini guru telah mendukung dan mempunyai sikap yang baik terhadap penggunaan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) di sekolah. Hal ini menunjukan bahwa orang tua dan guru telah memberikan kontribusi yang positif terhadap sikap siswa remaja tunarungu dalam penggunaan SIBI. Dengan adanya sikap yang baik yang ditunjukan oleh siswa tunarungu di Sekolah Luar Biasa di Kota Bandung, dan adanya dukungan dari orang tua dan guru, maka siswa tunarungu, orangtua dan guru telah melaksanakan, menerima dan mendukung keberadaan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) sebagai bahasa pengantar di Sekolah Luar Biasa di Kota Bandung.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Halaman Pernyataan... iii

Kata Pengantar ... iv

Ucapan Terimakasih... v

Abstrak ... viii

Daftar Isi... ix

Daftar Tabel ... xi

Daftar Grafik ... xii

Daftar Lampiran ... BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional Variabel ... 8

G. Metode Penelitian ...10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A.Konsep Sikap... 13

1. Pengertian Sikap... 13

2. Komponen-Komponen Sikap... 16

3. Ciri-Ciri Sikap... 18


(6)

6. Pengukuran Sikap ... 23

B.Konsep Dasar Ketunarunguan ... 26

1. Pengertian Tunarungu ... 26

2. Dampak Ketunarunguan ...28

3. Klasifikasi Anak Tunarungu ... 31

C.Konsep Sistem Isyarat Bahasa Indonesia ... 32

1. Pengertian Sistem Isyarat Bahasa Indonesia ... 32

2. Sejarah Sistem Isyarat Bahasa Indonesia ... 34

3. Komponen Pembeda Makna ... 36

4. Lingkup Sistem Isyarat ... 38

5. Penerapan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia ... 41

6. Tata Makna dalam Sistem Isyarat Bahasa Indonesia ... 42

7. Petunjuk Penggunaan Kamus ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 55

A.Metode Penelitian ... 55

B. Teknik Pengumpulan Data ... 56

C.Kisi-Kisi Instrumen Skala Sikap ... 57

D.Populasi dan Sampel Penelitian ... 59

E. Persiapan Pengumpulan Data ... 60

F. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 62

G.Prosedur Pengolahan Data ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Hasil Penelitian ... 64

B.Pembahasan ... 71


(7)

B. Implikasi ... 78 C.Rekomendasi ... 79

DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1. Kisi-Kisi Skala Sikap ... 58

3.2. Angket Dukungan Sekolah ... 58

3.3. Angket Dukungan Orangtua ... 58

3.4. Skor Item Skala Sikap ... 59

4.1. Gambaran Sikap Siswa Tunarungu Terhadap SIBI ... 65

4.2. Sikap Siswa Tunarungu Terhadap SIBI Dilihat Dari Dukungan Sekolah ...67

4.3. Sikap Siswa Tunarungu Terhadap SIBI Dilihat Dari Dukungan Orangtua ...69


(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik

4.1. Sikap Siswa Tunarungu Terhadap SIBI ...66 4.2. Sikap Siswa Tunarungu Terhadap SIBI

Dilihat Dari Dukungan Sekolah...68 4.3. Sikap Siswa Tunarungu Terhadap SIBI


(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ketunarunguan merentang dari yang ringan sampai yang sangat berat. Keadaan ini, dalam mengoptimalkan potensinya mengindikasikan perlu adanya suatu perlakuan atau cara penangan yang sesuai dengan tingkat kehilangan kemampuan mendengarnya.

Anak yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar berat dan sangat berat, mereka kurang bahkan tidak memiliki akses terhadap bunyi bahasa yang tumbuh dan berkembang di lingkungannya, mereka kurang memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Keadaan ini, berdampak terhadap kemampuan berbahasa mereka, khususnya dalam berbahasa lisan. Berbahasa mereka tidak berkembang sebagaimana anak-anak yang memiliki kemampuan mendengar, karena keterampilan berbahasa sejatinya dapat berkembang apabila mereka memiliki akses terhadap sejumlah besar bahasa yang tumbuh dan berkembang di lingkungannya serta memiliki kesempatan untuk melakukan interaksi dengan lingkungannya.

Keterampilan berbahasa meliputi empat keterampilan, salah satunya adalah keterampilan berbicara (keterampilan berahasa lisan). Pemerolehan keterampilan berbahasa lisan, khususnya dalam pemerolehan bahasa ibu pada anak-anak yang mendengar terjadi secara alamiah. Mereka tidak belajar bahasa ibu secara khusus, dan kenyataan menunjukkan tidak ada orangtua yang secara khusus mengajarkan keterampilan berbahasa ibu kepada anaknya yang belum berbahasa. Keadaan demikian, tidak terjadi pada anak anak yang memiliki ketunarunguan karena mereka tidak memiliki akses model atau pola bahasa yang diperoleh melalui indera pendengarannya - tidak ada pola bahasa yang dapat diimitasi sehingga terjadi kemandegan dalam proses imitasi bunyi bahasa yang tumbuh dan berkembang di lingkungannya.


(11)

2 Anak tunarungu perlu dibekali suatu cara komunikasi yang dapat diandalkan agar kemampuan berbahasanya berkembang, dan untuk anak tunarungu ringan diupayakan mereka menggunakan ABM agar mereka dapat mengakses bahasa lisan, juga perlu dibekali latihan-latihan cara komunikasi lisan (berbicara) agar mereka dapat berinteraksi dengan orang-orang pada umumnya di lingkungan sekitarnya.

Anak-anak tunarungu berat memerlukan cara komunikasi yang berbeda, yaitu mereka memerlukan cara komunikasi isyarat. Dengan menggunakan cara komunikasi isyarat, mereka akan menggunakan bahasa yang sama tetapi cara komunikasinya yang berbeda. Misalnya, kata pena dapat diucapkan, ditulis atau diisyaratkan, dan melalui komunikasi isyarat akan ada akses terhadap bahasa dan kemudian dapat berinteraksi dengan isyarat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak akan mulai berkomunikasi dengan isyarat pada usia yang lebih muda dari pada dengan bicara. Isyarat pertama muncul pada usia 10 bulan, sedangkan kata pertama yang diucapkan baru muncul pada usia 14 bulan (Bunawan: 1994). Jadi dengan menggunakan cara komunikasi isyarat akan terpenuhi proses perkembangan bahasa yang sama seperti cara komunikasi dengan bicara.

Banyak cara komunikasi yang dapat digunakan agar terjadi penguasaan bahasa yang sama, walaupun cara bicara merupakan cara komunikasi yang paling efektif, dan perlu disadari bahwa untuk anak tunarungu berat, kemampuan berbahasanya tidak akan berkembang tanpa menggunakan isyarat. Jadi cara komunikasi isyarat dapat digunakan sebagai media dalam meningkatkan kemampuan berbahasa anak yang mengalami ketunarunguan berat, termasuk untuk meningkatkan kemampuan berbahasa lisan anak tunarungu. Secara empirik anak-anak tunarungu ketika mereka berkomunikasi terutama dengan sesama tunarungu, mereka menggunakan cara isyarat. Apabila sebagian besar anak tunarungu ketika berkomunikasi menggunakan cara isyarat, ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa cara berkomunikasi anak tunarungu yang berat menggunakan cara isyarat. Ini


(12)

3 difahami secara teoritis bahwa bahasa isyarat merupakan bahasa orang tunarungu.

Merujuk kepada permasalahan yang dihadapi anak tunarungu dalam proses perkembangan bahasanya, maka pembinaan dan pengembangan kemampuan berbahasa untuk anak tunarungu diprioritaskan terhadap pengembangan kemampuan berbahasa yang lazim – bahasa yang paling banyak digunakan orang-orang pada umumnya, yaitu bahasa lisan, tetapi kenyataan menunjukkan tidak semua anak tunarungu dapat diberikan keterampilan berbahasa lisan. Anak tunarungu yang demikian, memerlukan alternatif bahasa yang lain, misalnya cara komunikasi isyarat.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa anak tunarungu yang memadukan bahasa lisan, isyarat, mimik dan gerak-gerak lainnya yaitu Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI). SIBI atau sign system Indonesia adalah salah satu media yang membantu komunikasi sesama kaum tunarungu didalam masyarakat yang lebih luas. Lebih lanjut dalam kamus SIBI dikemukakan bahwa wujud SIBI adalah tataan yang sistematis tentang seperangkat isyarat jari, tangan dan berbagai gerak serta memadukan bahasa lisan yang melambangkan kosakata bahasa Indonesia.

Pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah membakukan penggunaan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) sebagai media komunikasi resmi, sebagai bahasa pengantar secara nasional di SLB-SLB Tunarungu, tetapi kenyataan yang ada tidak demikian karena mereka beranggapan penggunaan SIBI sebagai bahasa pengantar di sekolah dianggap sebagai sesuatu yang menyulitkan dan berdasarkan hasil pengamatan di SLB-SLB Tunarungu, menunjukkan banyak anak-anak tunarungu yang enggan menggunakan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia). Anak tunarungu menganggap dan beranggapan bahwa SIBI bukan bahasa mereka dan menganggap penggunaan SIBI tidak praktis karena didalam SIBI banyak


(13)

4 sekali aturan dan tataan tentang seperangkat isyarat jari, tangan dan berbagai gerak yang melambangkan kosa kata Bahasa Indonesia. Kondisi ini dapat dilihat pada saat mereka berinteraksi sehari-hari dengan teman-temannya, mereka tidak menggunakan media komunikasi SIBI yang telah dibakukan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, anak tunarungu beranggapan lebih nyaman dengan menggunakan media komunikasi isyarat (sign

language).

Pandangan dan anggapan atau sikap siswa tunarungu terhadap SIBI tersebut di atas, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesediaan atau ketidak-sediaan, kesiapan atau ketidak-siapan, penilaian dan penerimaan untuk melakukan atau menolak penggunaan SIBI dalam kehidupan sehari-hari. Pengaruh sikap positif atau negatif terhadap SIBI tersebut dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan kemampuan berbahasa siswa tunarungu.

Bertitik tolak dari permasalahan di atas, yaitu adanya harapan dan kenyataan yang berbeda, penelitian ini berupaya untuk meneliti lebih jauh mengenai sikap pandangan, opini serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan siswa tunarungu terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh anak tunarungu, yaitu anak tunarungu mengalami kesulitan mendapatkan akses bunyi bahasa yang tumbuh dan berkembang di lingkungannya serta mengalami keterbatasan dan kesulitan dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya. Keterbatasan-keterbatasan inilah yang berdampak terhadap perkembangan bahasa mereka terhambat, beberapa hal yang dapat diidentifikasi berkaitan dengan dampak dari kondisi ketunarunguan terhadap perkembangan bahasanya, antara lain:


(14)

5 1. Anak-anak yang mengalami ketunarunguan, tidak berbeda dengan

anak-anak pada umumnya, mereka membutuhkan media komunikasi untuk melakukan interkasi dengan lingkungannya.

2. Kemampuan berbahasa anak tunarungu, khususnya kemampuan berbahasa lisan mengalami hambatan

3. Keterlambatan perkembangan bahasa berpengaruh terhadap perekembangan kognitif, afektif dan perkembangan-perkembangan lainnya, termasuk terhadap perkembangan aspek emosi dan sosial

4. Keterampilan berbahasa merupakan jembatan didalam mengembangkan kemampuan kemampuan lainnya.

5. Sikap, pandangan atau keyakinan terhadap sesuatu dapat mempengaruhi prilaku manusia.

6. Sikap, keyakinan dan pandangan terhadap suatu bahasa memiliki hubungan yang signifikan terhadap pemerolehan hasil belajar bahasa. 7. Sikap, pandangan atau keyakinan kaum tunarungu terhadap penggunaan

SIBI dapat mempengaruhi prilaku (upaya) tunarungu terhadap aktivitas untuk memperoleh keterampilan berbahasanya.

C. Batasan Masalah

Pemerolehan keterampilan berbahasa dipengaruhi oleh faktor raw

input, instrumental input dan faktor environmental input. Faktor raw input

berkaitan dengan aspek siswa dengan segala karakteristiknya, yaitu: bakat, minat, sikap, pandangan dan kebiasaan. Faktor instrumental input diantaranya berkaitan dengan aspek guru, metodologi, sarana prasarana dan media pembelajaran, sedangkan faktor environmental input berkaitan dengan aspek lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat yang lebih luas.

Mengkaji seluruh faktor yang mempengaruhi terhadap penguasaan dan keterampilan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) akan memperoleh informasi yang komprehensif dan lengkap, tetapi karena keterbatasan peneliti


(15)

6 untuk mengkaji semua faktor yang mempengaruhi penguasaan dan keterampilan tunarungu terhadap SIBI, baik dalam hal kemampuan, pembiayaan maupun waktu, maka penelitian ini dibatasi hanya pada aspek sikap siswa tunarungu terhadap SIBI.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah ini digunakan oleh peneliti untuk memfokuskan permasalahan yang menjadi kajian utama sehingga permasalahan tidak meluas dan mengaburkan fokus kajian utama dan pada akhirnya mampu menghilangkan keraguan dan kebingungan. Rumusan ini, diharapkan dapat berguna membersihkan peneliti dari kebingungan-kebingungan sehingga peneliti akan mendapatkan jawaban yang jelas setelah berakhir penelitian ini. Dengan kata lain, rumusan masalah ini merupakan kompas dari penelitian yang akan dilakukan dan dimaksudkan untuk memperjelas arah penelitian yang akan dilakukan

Bagan 1.1 Kerangka Rumusan Masalah

SIKAP SISWA TUNARUNGUN TERHADAP SIBI

Variabel Bebas Sikap

Dukungan Sekolah terhadap penggunaan

Dukungan Orang tua terhadap

AFEKTIF KONATIF KOGNITIF

Penggunaan SIBI


(16)

7 Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara umum penelitian ini akan mempertanyakan tentang “bagaimana sikap siswa tunarungu terhadap Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI)”. Secara lebih rinci, penelitian ini mempertanyakan hal-hal sebagai berikut :

1. Bagaimana sikap siswa tunarungu dalam komponen kognitif terhadap penggunaan SIBI ?

2. Bagaimana sikap siswa tunarungu dalam komponen afektif terhadap penggunaan SIBI ?

3. Bagaimana sikap siswa tunarungu dalam komponen konatif terhadap penggunaan SIBI ?

4. Bagaimana sikap remaja tunarungu terhadap penggunaan SIBI dilihat dari dukungan pihak sekolah ?

5. Bagaimana sikap remaja tunarungu terhadap penggunaan SIBI dilihat dari dukungan orangtua ?

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan mendapatkan gambaran tentang sikap siswa tunarungu terhadap penggunaan SIBI, secara khusus bertujuan untuk :

a. Mendapatkan gambaran sikap siswa tunarungu dalam komponen kognitif terhadap penggunaan SIBI ?

b. Mendapatkan gambaran sikap siswa tunarungu dalam komponen afektif terhadap penggunaan SIBI ?

c. Mendapatkan sikap siswa tunarungu dalam komponen konatif terhadap penggunaan SIBI ?

d. Mendapatkan gambaran sikap remaja tunarungu terhadap penggunaan SIBI dilihat dari dukungan pihak sekolah ?

e. Mendapatkan gambaran sikap remaja tunarungu terhadap penggunaan SIBI dilihat dari dukungan orangtua ?


(17)

8 2. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini apabila terbukti mampu mengungkap sikap siswa tunarungu terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia), maka hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat ganda, baik secara praktis, teoritis maupun pengembangan pribadi peneliti sendiri. Manfaat yang dimaksud dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Manfaat praktis

Secara praktis hasil penelitian ini akan memiliki manfaat ganda baik bagi guru maupun siswa itu sendiri. Bagi guru, manfaat yang dapat dipetik dari hasil penelitian ini; Pertama, dengan ditemukannya sikap siswa tunarungu terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) dapat dijadikan pegangan di dalam mengembangkan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) di SLB-B. Dikatakan pegangan karena dapat menjadi alat dalam mengembangkan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia). Kedua; dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru dan orangtua di dalam merancang keterampilan berbahasa siswa tunarungu, baik di sekolah maupun di rumah, sedangkan dampak positif bagi murid diharapkan siswa tunarungu memiliki keterampilan berbahasa yang lebih baik dan memiliki sikap atau pandangan yang baik terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia).

b. Manfaat teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat dalam mempersiapkan sikap siswa tunarungu terhadap SIBI yang sistematis dan sesuai dengan kebutuhan dan harapan siswa tunarungu. Jika ini berhasil kemungkinan guru memiliki panduan dalam mengembangkan SIBI yang berbasis hasil penelitian. Dengan demikian, secara teoritis penelitian ini akan lebih memperkaya konsep berkaitan dengan perencanaan. Lebih lanjut penelitian ini pada akhirnya akan menjawab polemik tentang menolak digunakannya SIBI sebagai bahasa pengantar di sekolah karena mereka merasa ribed, kurang praktris dan


(18)

9 mereka merasa lebih nyaman menggunakan bahasa mereka sendiri (isyarat).

c. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini merupakan lagkah awal di dalam melihat berbagai kecenderungan dalam mengembangkan SIBI bagi siswa tunarungu. Untuk itu, jika penelitian ini berhasil, maka akan membuka peluang untuk dilakukan penelitian lebih lanjut yang lebih luas bahkan dalam pelaksanaanya yang lebih masive. Dilihat dari pengembangan pribadi; penulis selaku peneliti memperoleh pengalaman dan kesadaran baru dalam mengintegrasikan pengetahuan teoritis berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh. Dengan demikian penelitian ini telah memberi kesadaran untuk pertumbuhan diri peneliti di dalam memahami persoalan akan adanya SIBI.

F. Definisi Operasional Variabel

Sebelum memberikan definisi secara operasional, dalam penjelasan ini, terlebih dahulu dikemukakan definisi secara secara konseptual. Pemberian definisi secara konseptual ini dimaksudkan agar definisi operasional yang dibangun tidak menyimpang secara konseptual.

Secara operasional penelitian ini ingin menjawab pertanyaan bagaimana sikap siswa tunarungu terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) dilihat dari lamanya siswa menggunakan SIBI, dukungan orang tua dan pihak sekolah terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia).

Penelitian ini, memiliki dua variabel yakni variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat berupa sikap siswa tunarungu terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia), sedangkan variabel bebas, dukungan orang tua dan pihak sekolah terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia). Berikut penjelasan dari masing-masing variabel :


(19)

10 1. Sikap

Sikap yang dimaksud dalam tulisan ini adalah suatu reaksi siswa tunarungu terhadap suatu objek sikap, dalam hal ini yakni SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia). Mengungkap informasi-informasi mengenai sikap siswa tunarungu, digunakan instrumen skala sikap model Likert yang dituangkan dalam bentuk angket. Pernyataan-pernyataan yang dibuat dalam angket disampaikan kepada responden. Pernyataan-pernyataan dalam angket dibagi kedalam dua bagian, yakni pernyataan yang memiliki arah positif dan pernyataan yang memiliki arah negatif.

2. Dukungan Orang Tua

Dukungan orangtua dalam penelitian ini adalah keikutsertaan atau keterlibatan orang tua dalam penggunaan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia). Data-data atau informasi mengenai dukungan orangtua didapat melalui informasi dari jawaban-jawaban orangtua yang ditanyakan melalui angket dengan dua alternatif jawaban ya atau tidak mendukung.

3. Dukangan Pihak Sekolah

Dukungan pihak sekolah dalam penelitian ini adalah dukungan atau kontribusi pendidik, pembimbing dan pengajar pada lokasi yang menjadi lokasi penelitian dalam menggunakan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia). Dukungan-dukungan pihak sekolah dapat ditanyakan kepada guru melalui angket yang menggunakan dua alternatif jawaban, yaitu alternatif jawaban ya dan tidak mendukung.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini bermaksud untuk membuat penggambaran deskripsi, fakta, kejadian, atau hal khusus yang terjadi di lapangan secara sistematik, faktual, dan akurat tentang sikap siswa tunarungu terhadap SIBI (Sistem


(20)

11 Isyarat Bahasa Indonesia), serta data-data deskriptif yang dikuantitatifkan dalam bentuk skala dan presentase.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Atau lebih tepat lagi penelitian ini menggunakan metode statistik. Sukmadinata (2005 : 54).

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pertama yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala sikap. Azwar (2004 : 95) menjelaskan bahwa skala sikap

(attitude scales) merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan yang harus

dijawab oleh individu/responden. Berdasarkan jawaban-jawaban tersebut, dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang. Pernyataan-pernyataan yang disampaikan kepada responden dibagi kedalam dua bagian subjek sikap, yakni pernyataan yang memiliki arah positif dan pernyataan yang memiliki arah negatif.

Teknik pengumpulan data yang kedua yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket yang diberikan kepada orangtua dan guru dengan dua alternatif jawaban ya atau tidak mendukung.

3. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi

Menurut Sugiyono (2005 : 54) “ Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa remaja tunarungu yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa bagian B di kota Bandung.


(21)

12 b. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini, penulis menggunakan simple random sampling. Menurut Sugiyono (2009 : 82) dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Sampel dalam penelitian ini siswa remaja tunarungu yang bersekolah di SLB-N Cicendo, SLB Sumbersari, SLB-B Sukapura dan SLB-B Silih Asih yaitu sebanyak 61 siswa remaja tunarungu.


(22)

55

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris, yaitu research. Kata

research berasal dari kata re, yang berarti “kembali” dan to search yang berarti

mencari. Kata research secara harfiah adalah mencari kembali. Pengertian penelitian menurut kamus Webster’s New International yang dikutif Nazir (2005: 12), adalah penyelidikan yang hati hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Parson (1946), mendefinisikan penelitian sebagai pencarian atas sesuatu (inquiry) secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian tersebut dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan, sedangkan John (1949, mendefinisikan penelitian sebagai suatu pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan menghasilkan dalil atau hukum. Dari definisi di atas dapat disimpulkan, penelitian dapat diartikan sebagai pencarian pengetahuan dan pemberian makna yang terus menerus terhadap sesuatu. Secara operasional penelitian merupakan suatu pencarian, menghimpun dan mengorganisasikan data, mengadakan pengukuran, analisis, sintesis, membandingkan, mencari hubungan serta menafiskan hal-hal yang bersifat teka-teki.

Metode penelitian yang digunakan berhubungan erat dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan. Metode penelitian memandu peneliti


(23)

56

dalam urut-urutan penelitian yang dilakukan, karena metode penelitian merupakan rangkaian cara pelaksanaan penelitian yang didasarkan kepada asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian tertentu dan rancangan penelitian harus sesuai dengan metode yang dipilih serta prosedur dan alat yang digunakan harus cocok dengan metode penelitian yang digunakan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Nazir (2005: 54) bahwa:

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan mendeskripsikan, mengambarkan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Istilah lain, penelitian ini menggunakan metode stasistik deskriptif, menurut Sugiyono (2013: 21) bahwa:

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana tanpa bermaksud membuat kesimpulan untuk umum atau generalisasi.

B. Teknik Pengumpulan Data

Kualitas data hasil penelitian dipengaruhi oleh kualitas instrument penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas pengambilan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan dalam pengumpulan data. Teknik


(24)

57

pengumpulkan data pertama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket skala sikap dengan menggunakan skala sikap yang diberikan kepada siswa.

Azwar (2004: 95) menjelaskan bahwa :

Skala sikap (attitude scales) merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu/responden. Dari jawaban responden tersebut, kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang.

Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa instrumen penelitian mengenai sikap siswa tunarungu remaja terhadap penggunaan SIBI. Dengan menggunakan sistem skala sikap model Likert. Skala ini berisikan seperangkat pernyataan yang menggambarkan subyek sikap. Pernyataan yang disampaikan kepada responden terbagi menjadi dua bagian subyek sikap, yakni pernyataan yang memiliki arah positif dan pernyataan yang memiliki arah negatif. Pengumpulan data yang kedua berupa angket yang diberikan kepada orangtua dan guru.

Pengolahan data dilakukan dengan cara, setiap jawaban yang diberikan oleh responden diberi skor seperti yang tertera pada sistem penilaian.

C. Kisi-kisi Instrumen Skala Sikap

Kisi-kisi skala sikap yang dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang indikator-indikator sikap siswa tunarungu terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) yang akan diteliti. Adapun kisi-kisi skala sikap tersebut sebagai berikut:


(25)

58

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Skala Sikap

No Komponen Sikap No. Item Kecenderungan

Arah Positif Negatif 1 Kognitif 1, 2, 5, 6, 7, 8, 19, 20, 25,

26, 27, 28, 29

8 4

2 Afektif 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 24, 3 5

3 Konatif 3, 4, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 4 4

Tabel 3.2

Angket Dukungan Sekolah

No Aspek Dukungan No Item

5 Sekolah 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13

Tabel 3.3

Angket Dukungan Orangtua

No Aspek Dukungan No Item

6 Orangtua 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

Pernyataan yang dituangkan dalam kisi-kisi sejumlah 35 pernyataan, setelah dikonsultasikan, ada pernyataan-pernyataan yang dianggap kurang tepat oleh pembimbing, maka jumlah pernyataan menjadi 33 pernyataan dan setelah expert judgement menjadi 30. Hasil expert judgement kemudian dilakukan


(26)

59

ujicoba, hasil ujicaoba ada beberapa soal yang tidak valid, maka jumlah pernyataan menjadi 28, karena 6 pernyataan yang tidak valid tidak digunakan.

Sistem penilaian berupa penilaian yang telah ada dalam skala sikap model Likert atau yang di kenal dengan istilah skala Lima dengan kategori positif dan negatif. Untuk lebih jelas perhatikan tabel berikut:

TABEL 3.4 Skor Item Skala Likert

ARAH PERNYATAAN SS S N TS STS

Positif 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5

Setiap jawaban yang diberikan responden diberi skor sesuai dengan perhitungan yang telah ditentukan oleh skala sikap seperti yang terlihat di atas.

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Sekolah Luar Biasa yang berlokasi di kota Bandung .

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini, yaitu siswa remaja (SMPLB-B dan SMALB-B) di SLBN Cicendo, SLB-B Sumbersari, SLB-B Silih Asih dan SLB-B Sukapura di kota Bandung.


(27)

60

Penggunaan sampel tersebut dengan pertimbangan siswa tunarungu yang telah bisa menggunakan SIBI atau yang telah memahami penggunaan SIBI dan sudah bisa membaca huruf latin.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi Sekolah Luar Biasa yang berlokasi di kota Bandung, yaitu SLB-B Negeri dan SLB-B Swasta, dengan jumlah sampel yang dijadikan responden sebanyak 70 orang siswa.

E. Persiapan Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dan tepat dalam melakukan penelitian, maka diperlukan sebuah instrumen yang tepat pula. Oleh karena itu, dalam pembuatan instrumen yang berupa skala sikap ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan Instrumen Penelitian

2. Melakukan ujicoba Instrumen untuk menentukan Validitas dan Reliabilitas 3. Melakukan uji validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas instrumen

dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment (dalam Riduwan, 2005; 98) adalah sebagai berikut:

    

 

2 2

2

 

2

. . . .

   y y n x x n y x xy n rhitung


(28)

61 Dimana Responden Jumlah n item) (seluruh Skor total Jumlah y Item Skor Jumlah x Kolerasi Koefisien    

hitung r

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus:

2 1 2 r n r thitung    Dimana Responden jumlah n ) (hasil kolerasi Koefisien hitung t nilai    hitung r r t

Mencari ttabel untuk  0,05 dan derejad kebebasan (dk = n-2) Kaidah Keputusan: Jika

Valid Tidak berarti Valid berarti tabel hitung tabel hitung t t t t  

Sedangkan untuk menentukan Reliabilitas instrumen mengunakan metode Belah Dua (Split Half Method) ganjil genap atau awal akhir dengan mengunakan rumus Spearman Brown adalah sebagai berikut:

rb rb r   1 . 2 11 Dimana akhir) (awal atau genap) (ganjji belahan antara Moment Product Kolerasi item seluruh internal Reliabilts Koefisien 11   b r r

    

 

2 2

2

 

2

. . . .

   y y n x x n y x xy n rb

Mencari rtabel untuk  0,05 dan derejad kebebasan (dk = n-2) Kaidah Keputusan: Jika

Reliabel Tidak berarti Reliabel berarti 11 11 tabel tabel t r r r  


(29)

62

F. Pelaksanaan Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menggandakan instrumen skala sikap sesuai dengan jumlah sampel yang ada.

b. Membuat surat izin penelitian kepada Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

c. Menyebarkan instrumen skala sikap kepada para responden yang menjadi sampel pada penelitian ini.

2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan september 2013 di SLB Negeri dan Swasta yang ada di Kota Bandung.

G. Prosedur Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan instrumen penelitian yang berupa skala sikap yang telah di isi oleh responden.

2. Memberi kode pada setiap instrumen yang telah dikembalikan.

3. Menentukan skala penilaian terhadap jawaban yang diberikan responden pada instrumen berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.


(30)

63

4. Skor yang diperoleh tiap responden dijumlahkan, setelah itu jumlah skor tersebut dibagi dengan banyaknya item pernyataan, kemudian hasil bagi tersebut dijumlahkan seluruhnya, lalu hasilnya dibagi kembali dengan banyaknya responden. Dengan rumus sebagai berikut berikut:

  n X X X item x akhir

(Riduwan, 1997: 29) Keterangan: akhir X n X item x

Dengan kriteria penilaian sebagai berikut: 0 s/d 1 = Sikap sangat buruk 1,1s/d 2 = Sikap yang buruk 2,1 s/d 3 = Sikap yang kurang 3,1 s/d 4 = Sikap yang baik 4,1 s/d 5 = Sikap sangat baik

Kriteria ini diambil berdasarkan sistem penilaian Skala Sikap. Kriteria untuk dukungan orangtua dan sekolah

0 – 2,5 = Kurang Mendukung 2,5 – 5 = Mendukung

= Jumlah Skor total tiap Responden

= Jumlah item pernyataan tiap pertanyaan penelitian

= Jumlah rata-rata dari hasil bagi skor total dengan banyaknya item = Jumlah Responden seluruhnya


(31)

64


(32)

78

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dan berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa.

1. Sikap siswa remaja tunarungu dalam komponen kognitif terletak pada 3,98. Angka ini, dapat disimpulkan bahwa sikap siswa remaja tunarungu dalam komponen kognitif mempunyai sikap yang baik terhadap penggunaan SIBI 2. Sikap siswa remaja tunarungu dalam komponen konatif terletak pada angka

3,69. Angka ini, dapat disimpulkan bahwa sikap siswa remaja tunarungu dalam komponen konatif mempunyai sikap yang baik terhadap penggunaan SIBI.

3. Sikap siswa remaja tunarungu dalam komponen afektif terletak pada 3,95. Angka ini, dapat disimpulkan bahwa sikap siswa remaja tunarungu dalam komponen afektif mempunyai sikap yang baik terhadap penggunaan SIBI. 4. Dukungan orangtua terletak pada 3,93 . Angka ini, dapat disimpulkan bahwa

orangtua telah mendukung dan mempunyai sikap yang baik terhadap penggunaan SIBI dan memberikan kontribusi positif terhadap sikap siswa remaja tunarungu.

5. Dukungan sekolah terletak pada 3,77. Angka ini, dapat disimpulkan bahwa dukungan sekolah dalam hal ini guru telah mendukung dan mempunyai sikap yang baik terhadap penggunaan SIBI dan memberikan kontribusi positif terhadap sikap siswa remaja tunarungu.

B. Implikasi

Secara keseluruhan sikap siswa remaja tunarungu terhadap penggunaan SIBI dalam komponen kognitif, afeksi dan konasi dilihat dari dukungan dukungan pihak sekolah dan dukungan orangtua menunjukkan sikap cukup kuat. Sikap yang cukup kuat yang ditunjukkan oleh siswa remaja tunarungu di Sekolah Luar Biasa


(33)

79

tunarungu mendukung atau menerima terhadap penggunaan SIBI di Sekolah Luar Biasa di kota Bandung.

C. Rekomendasi

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa sebagian besar siswa remaja tunarungu memiliki sikap positif terhadap penggunaan SIBI, termasuk orang tua dan sekolah. Berdasarkan data-data hasil penelitian di atas, direkomendasikan kepada seluruh guru dan staff sekolah agar lebih memasyarakatkan penggunaan SIBI tidak hanya dalam interaksi pembelajaran, tetapi diharapkan dalam semua kesempatan kegiatan interaksi


(34)

105

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. (2002). Dasar-dasar Pembelajaran, Jakarta: PT Gravindo Karya

Arikunto. Suharsimi, (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Asdi Mahasatya Aminudin. (2007). Mengenal dan Membuat Kerajinan Keramik, Bandung :

Nuansa Citra Grafika

Bandem. (2002). Seni Kriya Seni. Semarang: Unnes Press Bastomi, Suwadji. (2000). Seni Kriya Indonesia : Unnes Press

Bunawan Lani dan Yuwati Cecilia Susila (2000). Penguasaan Bahasa Anak

Tunarungu, Jakarta : Santirama

Djumhana. (2008). Menejemen Pembelajaran dan Bimbingan. Jakarta: PT Gravindo Karya

Gregory, Knight, McCracken, Powers and Watson (1999), Issues in Deaf

Education, London: David Fulton Publishers

Gustami, Sp. (1997). Seni Kerajinan Mebel Ukir Jepara. Yogyakarta: Insan Seni Indonesia

Hallahan dan Kauffman, (1994), Exceptional Children Introduction to Special

Education, USA: ALLyn and Bacon

Hernawati, Tati (2000). Program layanan dasar bimbingan dalam mengembangkan perilaku sosial siswa tunarungu jenjang SLTPLB di SLB,

Tesis, UPI Bandung, Tidak diterbitkan.

Komalasari, (2009). Teori Belajar dan pembelajaran, Jakarta: PT Asdi Mahasatya Liben, Lynn (1985), Inclusive Education, New York: Routledge

Moleong Lexy ( 2004 ), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja RosdaKarya

Moores (2001). Child Development, Allyn & Bacon, USA: Permission departemen Nasution (1992). Metode Research. Bandung: Jemmars.

Nelly (1982). Brother, Sistes, and Special needs,Canberra: Australian Government Publishing Service

Nazir, Moh. (2009). Metode Penelitian. Cetakan Ketujuh. Bandung: Ghalia Indonesia.


(35)

106

Nurhadiat, Dedi. (2004). Pendidikan seni: seni rupa 2. Jakarta: PT. Grasindo Smith J David (1998), Inclusion schools for All Students, USA : Wadsworth

publishing Company

Sudjana, (2009), Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Bandung: Falah Production.

Sumaatmaja, (1994), Bentuk Keterampilan kontenporer. Yogyakarta: PT Cerdas Bangsa

Sugiyono, (2005), Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suran,S.G and Rizzo J. (1979), Being Deaf: The Experience of Deafnes. London: Pinter Press

Suryobroto. (2009), Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Tarjo, Enday. (2004). Strategi belajar-Mengajar Seni Rupa. Bandung: Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI.

Tim Pengembang MKDK, (2002). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Dekdipbud


(1)

Yuni Tanjung Utami, 2014

Sikap Siswa Tunarungu Terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut dibagi dengan banyaknya item pernyataan, kemudian hasil bagi tersebut dijumlahkan seluruhnya, lalu hasilnya dibagi kembali dengan banyaknya responden. Dengan rumus sebagai berikut berikut:

  n X X X item x akhir

(Riduwan, 1997: 29) Keterangan: akhir X n X item x

Dengan kriteria penilaian sebagai berikut: 0 s/d 1 = Sikap sangat buruk 1,1s/d 2 = Sikap yang buruk 2,1 s/d 3 = Sikap yang kurang 3,1 s/d 4 = Sikap yang baik 4,1 s/d 5 = Sikap sangat baik

Kriteria ini diambil berdasarkan sistem penilaian Skala Sikap. Kriteria untuk dukungan orangtua dan sekolah

0 – 2,5 = Kurang Mendukung 2,5 – 5 = Mendukung

= Jumlah Skor total tiap Responden

= Jumlah item pernyataan tiap pertanyaan penelitian

= Jumlah rata-rata dari hasil bagi skor total dengan banyaknya item = Jumlah Responden seluruhnya


(2)

(3)

Yuni Tanjung Utami, 2014

Sikap Siswa Tunarungu Terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dan berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa.

1. Sikap siswa remaja tunarungu dalam komponen kognitif terletak pada 3,98. Angka ini, dapat disimpulkan bahwa sikap siswa remaja tunarungu dalam komponen kognitif mempunyai sikap yang baik terhadap penggunaan SIBI 2. Sikap siswa remaja tunarungu dalam komponen konatif terletak pada angka

3,69. Angka ini, dapat disimpulkan bahwa sikap siswa remaja tunarungu dalam komponen konatif mempunyai sikap yang baik terhadap penggunaan SIBI.

3. Sikap siswa remaja tunarungu dalam komponen afektif terletak pada 3,95. Angka ini, dapat disimpulkan bahwa sikap siswa remaja tunarungu dalam komponen afektif mempunyai sikap yang baik terhadap penggunaan SIBI. 4. Dukungan orangtua terletak pada 3,93 . Angka ini, dapat disimpulkan bahwa

orangtua telah mendukung dan mempunyai sikap yang baik terhadap penggunaan SIBI dan memberikan kontribusi positif terhadap sikap siswa remaja tunarungu.

5. Dukungan sekolah terletak pada 3,77. Angka ini, dapat disimpulkan bahwa dukungan sekolah dalam hal ini guru telah mendukung dan mempunyai sikap yang baik terhadap penggunaan SIBI dan memberikan kontribusi positif terhadap sikap siswa remaja tunarungu.

B. Implikasi

Secara keseluruhan sikap siswa remaja tunarungu terhadap penggunaan SIBI dalam komponen kognitif, afeksi dan konasi dilihat dari dukungan dukungan pihak sekolah dan dukungan orangtua menunjukkan sikap cukup kuat. Sikap yang cukup kuat yang ditunjukkan oleh siswa remaja tunarungu di Sekolah Luar Biasa di kota Bandung terhadap penggunaan SIBI menunjukkan, bahwa siswa remaja


(4)

tunarungu mendukung atau menerima terhadap penggunaan SIBI di Sekolah Luar Biasa di kota Bandung.

C. Rekomendasi

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa sebagian besar siswa remaja tunarungu memiliki sikap positif terhadap penggunaan SIBI, termasuk orang tua dan sekolah. Berdasarkan data-data hasil penelitian di atas, direkomendasikan kepada seluruh guru dan staff sekolah agar lebih memasyarakatkan penggunaan SIBI tidak hanya dalam interaksi pembelajaran, tetapi diharapkan dalam semua kesempatan kegiatan interaksi


(5)

Yuni Tanjung Utami, 2014

Sikap Siswa Tunarungu Terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abidin. (2002). Dasar-dasar Pembelajaran, Jakarta: PT Gravindo Karya

Arikunto. Suharsimi, (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Asdi Mahasatya Aminudin. (2007). Mengenal dan Membuat Kerajinan Keramik, Bandung :

Nuansa Citra Grafika

Bandem. (2002). Seni Kriya Seni. Semarang: Unnes Press Bastomi, Suwadji. (2000). Seni Kriya Indonesia : Unnes Press

Bunawan Lani dan Yuwati Cecilia Susila (2000). Penguasaan Bahasa Anak

Tunarungu, Jakarta : Santirama

Djumhana. (2008). Menejemen Pembelajaran dan Bimbingan. Jakarta: PT Gravindo Karya

Gregory, Knight, McCracken, Powers and Watson (1999), Issues in Deaf

Education, London: David Fulton Publishers

Gustami, Sp. (1997). Seni Kerajinan Mebel Ukir Jepara. Yogyakarta: Insan Seni Indonesia

Hallahan dan Kauffman, (1994), Exceptional Children Introduction to Special

Education, USA: ALLyn and Bacon

Hernawati, Tati (2000). Program layanan dasar bimbingan dalam mengembangkan perilaku sosial siswa tunarungu jenjang SLTPLB di SLB,

Tesis, UPI Bandung, Tidak diterbitkan.

Komalasari, (2009). Teori Belajar dan pembelajaran, Jakarta: PT Asdi Mahasatya Liben, Lynn (1985), Inclusive Education, New York: Routledge

Moleong Lexy ( 2004 ), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja RosdaKarya

Moores (2001). Child Development, Allyn & Bacon, USA: Permission departemen Nasution (1992). Metode Research. Bandung: Jemmars.

Nelly (1982). Brother, Sistes, and Special needs,Canberra: Australian Government Publishing Service

Nazir, Moh. (2009). Metode Penelitian. Cetakan Ketujuh. Bandung: Ghalia Indonesia.


(6)

Nurhadiat, Dedi. (2004). Pendidikan seni: seni rupa 2. Jakarta: PT. Grasindo Smith J David (1998), Inclusion schools for All Students, USA : Wadsworth

publishing Company

Sudjana, (2009), Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Bandung: Falah Production.

Sumaatmaja, (1994), Bentuk Keterampilan kontenporer. Yogyakarta: PT Cerdas Bangsa

Sugiyono, (2005), Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suran,S.G and Rizzo J. (1979), Being Deaf: The Experience of Deafnes. London: Pinter Press

Suryobroto. (2009), Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Tarjo, Enday. (2004). Strategi belajar-Mengajar Seni Rupa. Bandung: Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI.

Tim Pengembang MKDK, (2002). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Dekdipbud