UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Snow Ball ( PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP N 3 Sr

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI
PEMBELAJARAN SNOW BALL
( PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP N 3 Sragen )

NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :
DWI LARASATI
A 410 070 104

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

Pendahuluan
Pendidikan mempunyai peranan sangat penting bagi perkembangan dan
peningkatan sumber daya manusia di Indonesia. Pendidikan merupakan wadah (kegiatan)

sebagai pencetak sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas
pembelajaran merupakan salah satu dasar untuk peningkatan mutu pendidikan secara
keseluruhan.
Keberhasilan siswa mencapai prestasi yang baik pada pembelajaran matematika
merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan proses belajar mengajar matematika.
Belajar matematika bukan hanya sekedar menghafal, bukan pula sekedar mengingat
rumus-rumus tanpa mengetahui kapan pemakaiannya, tetapi membutuhkan pengertian,
pemahaman terhadap suatu persoalan matematika serta kreatifitas siswa dalam
mengkaitkan informasi baru dengan konsep yang telah dimilikinya. Pokok-pokok
pemikiran inilah yang harus dikembangkan dalam penyelesaian kegiatan belajar
matematika, supaya proses belajar bermakna dapat terjadi dengan baik. Dalam
pembelajaran matematika kita harus berusaha agar siswa lebih banyak memahami dan
mengikuti pelajaran matematika dengan gembira. Jika pembelajaran dilakukan dengan
baik dan menarik maka akan membantu meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran
matematika.
Sampai saat ini pembelajaran yang dikembangkan guru matematika adalah
metode pembelajaran konvensional yang lebih banyak mengandalkan ceramah. Guru
lebih memfokuskan diri dalam upaya pemindahan pengetahuan ke dalam diri siswa tanpa
memperhatikan bahwa ketika siswa memasuki kelas, siswa mempunyai bekal
kemampuan dan pengetahuan yang tidak sama.

Pembelajaran matematika selama ini belum berhasil dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar matematika.

Hal serupa juga terjadi pada pembelajaram matematika di SMP Negeri 3 Sragen. 
Berdasarkan hasil observasi pendahuluan yang dilakukan di ditemukan permasalahan
sebagai berikut: 1) Kurangnya kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran matematika, 2)
Rendahnya siswa memperhatikan penjelasan guru, 3) Rendahnya siswa dalam
mengerjakan soal latihan yang diberikan guru.
Namun dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa prestasi belajar matematika yang
dicapai siswa masih rendah. Suatu pendekatan mempunyai peranan penting karena
pendekatan dalam pembelajaran pada hakikatnya merupakan cara yang teratur dan
terpikir secara sempurna untuk mencapai suatu tujuan pengajaran. Pendekatan ini
merupakan peran yang penting untuk menentukan berhasil dan tidaknya pembelajaran
yang diinginkan.
Untuk mengatasi permasalahan ini akan dicoba dengan menerapkan pembelajaran
aktif tipe snow ball. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan agar motivasi belajar
siswa dalam pembelajaran matematika meningkat dengan menerapkan model
pembelajaran aktif tipe snow ball.

Model pembelajaran aktif tipe snow ball ini


dipusatkan pada cara siswa menyelesaikan persoalan dengan langkah sistematis yaitu dari
kelompok kecil kemudian dilanjutkan dengan kelompok lebih besar sehingga pada
akhirnya akan memunculkan beberapa jawaban yang telah disepakati oleh siswa secara
berkelompok. Penerapan model pembelajaran aktif tipe snow ball diharapkan dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar.
Berdasarkan uraian diatas maka akan dilakukan penelitian tentang “Upaya
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam Pembelajaran Matematika Melalui Strategi
pembelajaran snow ball”.

Kajian Teori
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya upaya
untuk mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai
daya pengggerak dari dalam dan di dalam subte untuk maealakukan aktivitasa- aktivitas
tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahakan motif dapat diartikan sebagai suatu
kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif itu”, maka motivasi dapat
diaratika sebagai daya penggerak untuk menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat
tertentu , terutama bila kebutuhan untuk menjadi tujuan sangat dirasakan atau mendesak.
(Sardiman, 2009:79).
dalam proses belajar mengajar, peranan guru sebagai pengajar mempunyai

tanggung jawab yang besar pada proses belajar siswa, terutama dalam memilih prosedur,
metode dan teknik pembelajaran agar siswa lebih mudah dalam memahami perhatian dan
kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
strategi ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari diskusi
siswa secara bertingkat. Dimulai dari kelompok kecil kemudian dilanjutkan dengan
kelompok yang lebih besar sehingga pada akhirnya akan memunculkan dua atau tiga
jawaban yang telah disepakati oleh siswa secara kelompok. Strategi ini akan berjalan
dngan baik jika materi yang dipelajari menurut pemikiran yang mendalam atau menurut
siswa untuk berpikir analisis bahkan mungkin sintesis. Materi yang bersifat factual, yang
jawabannya sudah ada di dalam buku teks mungkin tidak tepat diajarkan dengan strategi
ini.

Metode peneliti
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif, sedangkan
desaimnya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dilakukan secara kolaborasi

antara kepala sekolah, guru matematika dan peneliti. Menurut Suharsimi Arikunto (2009:
3). PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang langkah-langkah yang

tepat dalam meningkatkan motivasi belajar matematika siswa dikelas melalui penerapan
strategi pembelajaran Snow Ball.
Menurut Iskandar dalam bukunya Penelitian Tindakan Kelas (2009), PTK
setidaknya memiliki karakteristik antara lain: (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi
guru dalam instruksional, (2) adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya, (3) penelitian
sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi, (4) bertujuan memperbaiki dan atau
meningkatkan kualitas praktik instruksional, dan (5) dilaksanakan dalam rangkaian
langkah dengan beberapa siklus. Prosedur penelitian tindakan kelas difokuskan pada
kegiatan pokok yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3)
pengawasan (observing), (4) refleksi (reflecting), dan (5) evaluasi. Dengan adanya PTK
diharapkan dapat menanggulangi masalah dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan
dalam kawasan kelas atau sekolah dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Perencanaan dan penyusunan yang dilakukan untuk mengadakan tindakan adalah
mengidentifikasi masalah dan siswa yang diharapkan dapat digunakan untuk
merumuskan permasalahan siswa terutama yang berhubungan dengan motivasi belajar
siswa selama pembelajaran. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan berdasarkan pada
perencanaan. Selanjutnya, dari perencanaan yang ada diimplemetasikan melalui
penerapan strategi pembelajaran snow Ball. Oleh karena itu, rencana tindakan harus
tentatif dan sementara, fleksibel, dan siap diubah sesuai dengan keadaan yang ada.


Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain: 1) Metode observasi untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis
dengan prosedur yang terstandar, 2) Wawancara digunakan untuk menggali informasi
guna memperoleh data terkait dengan aspek-aspek, 3) Metode dokumentasi merupakan
metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu melalui buku-buku, arsip, yang
berhubungan dengan yang akan diteliti, dan 4) Teknik evaluasi digunakan untuk
memperoleh data mengenai motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
Pada penelitian tindakan kelas ini, analisis data dilakukan secara diskriptif
kualitatif. Analisis diskriptif kualitatif dilakukan dengan analisis interaktif. Data yang
dianalisis secara diskriptif kualitatif dengan analisis interaktif terdiri dari reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan dilakukan dalam bentuk interaktif dengan
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.
Menurut M. B. Miles (1992 : 20) proses analisis interaktif dapat tiga jalur kegiatan
yang terjadi secara bersama, yaitu:1) Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncu dari catatan
tertulis di lapangan.2) Penyajian Data Kegiatan memilah-milahkan/ mengelompokkelompokkan data sesuai dengan permasalahannya masing-masing yang disusun, diatur
diringkas dalam bentuk kategori-kategori sehingga mudah dipahami maknanya, 3)
Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap dari kumpulan makna tiap kategori
disimpulkan sementara, kemudian dilakukan penyimpulan dengan cara berdiskusi mitra

kolaborasi. Verifikasi adalah sebagai pemikiran kembali yang dilakukan oleh penganalis
tentang apa yang ditulis dan juga tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan. Data-data
yang telah diseleksi dapat diambil kesimpulan.
Temuan Penelitian dan Pembahasan

Penerapan strategi pembelajaran Snow Ball mendapat tanggapan yang positif
dari guru matematika, hal ini terbukti dari adanya peningkatan indikator-indikator
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika yang meliputi siswa yang
memiliki

kesiapan

untuk

mengikuti

pelajaran,

siswa yang


serius

dalam

memperhatikan penjelasan guru, dan siswa yang rajin mengerjakan soal latihan, dan
prestasi belajar matematika siswa
Hasil penelitiaan tindakan kelas yang dilakukan dapat dituliskan pada tabel 1
berikut ini:
Tabel 1
Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII B SMP N SRAGEN
Sebelum dan Sesudah Penelitian
Tindakan

Kesiapan Mengikuti
pelajararan

Memperhatikan
penjelasan guru

Mengerjakan

latihan soal

Sebelum
tindakan

10 siswa

8 siswa

8 siswa

(31,25 %)

(25 %)

(25%)

15 siswa

12 siswa


11 siswa

(46,87 %)

( 37,50 %)

( 34,37 %)

19 siswa

17 siswa

16 siswa

( 59,37 %)

( 53,12 %)

( 50 %)


24 siswa

23 siswa

22 siswa

(75 %)

(71,87 %)

( 68,75 % )

Putaran I

Putaran II

Putaran III

Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Melalui strategi pembelajaran Snow ball

Sebelum tindakan

Putaran I

Putaran II

Putaran III

12 siswa

17 siswa

22 siswa

27 siswa

(37,50 % )

(53,12 %)

(68,75 %)

( 84,37%)

Adapun grafik peningkatan prestasi belajar sebagai berikut :
 

Indikator-indikator yang digunakan untuk mengamati peningkatan
motivasi belajar matematika adalah kesiapan mengikuti pelajaran, memperhatikan
penjelasan guru dan mengerjakan soal latihan. Motivasi belajar siswa sebelum

dilaksanakan tindakan kelas masih rendah, hal ini dapat diketahui dari jumlah
siswa yang benar-benar siap untuk mengikuti pelajaran hanya sebanyak 10 orang,
sedangkan siswa yang serius dalam memperhatikan penjelasan guru hanya 8
orang, dan yang memiliki semangat untuk mengerjakan soal latihan adalah 8
orang. Kondisi ini mengharuskan adanya evalusi pembelajaran, dialog yang
dilakukan antara peneliti dengan guru mitra menghasilkan kesepakatan untuk
memperbaiki kualitas proses pembelajaran. Sebagai solusinya digunakanlah
pendekatan snow ball dalam pembelajaran berikutnya. Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya peningkatan dari pada sebelum diberikan tindakan kelas.
Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran semula hanya 10 orang meningkat
setelah dilaksanakan putaran I menjadi 15 orang, sedangkan perhatian siswa pada
penjelasan guru yang semula hanya 8 orang menjadi 12 orang, dan siswa yang
mengerjakan latihan soal semula hanya 8 orang menjadi 11 orang. Peningkatan ini
pada dasarnya telah menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan telah
cukup efektif.
Hasil putaran I telah menunjukkan adanya peningkatan, akan tetapi hasil
yang dicapai belum memuaskan, dibutuhkan perbaikan pada putaran selanjutnya.
Pembelajran pada putaran II tetap menggunakan pendekatan snow ball akan tetapi
ada beberapa hal yang harus diperbaiki, diantaranya pada masalah pemusatan
perhatian guru kepada siswa yang harus ditingkatkan serta bimbingan yang
menyeluruh pada siswa. Hasilnya, pada putaran II ditemukan perubahan pada
kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran yang pada putaran I hanya 15 orang
pada putaran II menjadi 19 orang, sedangkan perhatian siswa terhadap penjelasan
guru yang pada putaran I hanya 12 siswa, pada putaran II meningkat menjadi 17
orang, dan siswa yang mengerjakan latihan soal yang semula hanya 11 orang

menjadi 16 orang pada putaran II. Peningkatan menunjukkan bahwa langkahlangkah yang diambil cukup tepat, akan tetapi untuk sekolah yang berstandar
nasional maka hal ini belum bisa dikatakan maksimal, maka perlu ada
penyempurnaan pada proses pembelajarannya. Kesepakatan yang diambil adalah
perlu ditingkatkan lagi keramahan guru dalam mengajar, serta ditingkatkannya
lagi peran guru dalam memotivasi siswa.
Perbaikan yang disepakati pada putaran III memberikan hasil yang cukup
memuaskan, terdapat peningkatan yang cukup signifikan pada indikator-indikator
yang diamati. Pada putaran II siswa yang memiliki kesiapan untuk mengikuti
pelajaran adalah 19 orang, meningkata pada putaran III menjadi 24 orang,
sedangkan siswa yang memperhatikan penjelasan guru pada putaran II sebanyak
17 orang meningkat pada putaran III menjadi 23 orang, dan siswa yang
mengerjakan soal latihan pada putaran II adalah 16 orang, meningkat pada putaran
III menjadi 22 orang. Peningkatan pada putaran III ini memperlihatkan bahwa
perbaikan proses pembelajaran dari putaran II menunjukkan hasil yang
memuaskan.
Prestasi belajar siswa sebelum dilakukan tindakan pada dasarnya
menunjukkan bahwa untuk siswa kelas VII SMP N 3 Sragen sudah cukup bagus.
Data dari guru mitra memperlihatkan bahwa untuk siswa yang memperoleh nilai
lebih dari sama dengan 65 adalah sebanyak 12 orang (37,50 % dari 32 siswa),
akan tetapi pencapaian tersebut tetap harus ditingkatkan, harapannya adalah bisa
semaksimal mungkin. Prosentase diatas sebenarnya menunjukkan adanya
permasalahan dalam proses pembelajaran, adanya 20 siswa yang belum mencapai
target mengharuskan evaluasi dan menemukan solusi. Solusi yang disepakati
adalah dengan menggunakan pendekatan snow ball, setelah dilaksanakan tindakan

kelas putaran I, data menunjukan adanya penigkatan prestasi belajar siswa.
Sebelum dilakukan tindakan, siswa yang mendapatkan nilai lebih besar sama
dengan 65 adalah 12 orang, meningkat menjadi 17 siswa setelah dilaksakan
tindakan kelas putaran I. Peningkatatan tersebut mengindikasikan bahwa tindakan
yang diambil sudah tepat, akan tetapi kurang maksimal. Sehingga diperlukan
perbaikan pada kualitas pembelajaran.
Tindakan

kelas

putaran

II

dilaksanakan

setelah

mendiskusikan

kekuarangan pada putaran I, dan hasilnya sebagai acuan pada tindakan kelas
putaran II. Solusi yang disepakati pada putaran II adalah meningkatkan perhatian
dan bimbingan serta menciptakan suasana belajar yang lebih terbuka dan
demokratis. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perubahan yang cukup
signifikan, siswa yang mencapai target sebanyak 22 orang, yang sebelumnya
hanya 17 siswa saja. Hasil yang dicapai pada putaran II masih harus ditingkatkan,
harapan dari penelitian ini adalah mencapai hasil semaksimal mungkin. Maka
utnuk putaran III dilakukan penyempurnan pada proses pembelajaran yang kurang
di putaran II. Solusi yang disepakati adalah dengan memotivasi siswa lebih
mendalam serta meningkatkan keramahan guru dalam mengajar.
Hasil tes setelah dilakukan tindakan kelas putaran III menunjukkan
peningkatan yang memuaskan, pada tindakan sebelumnya jumlah siswa mencapai
target adalah 22 orang, setelah dilakukan tindakan kelas putaran III meningkat
menjadi 27 siswa. Jumlah yang memuaskan, dari 32 siswa yang nilainya lebih dari
sama dengan 65 sebanyak 27 siswa atau 84,37 %.
Pembahasan di atas baik pada masing-masing putaran maupun antar
putaran telah menunjukkan adanya peningkatan yang berkelanjutan, mulai dari

putaran I sampai dengan putaran III. Indikator-indikator yang digunakan untuk
mengamati peningkatan motivasi juga mengalami perubahan yang positif,
sehingga pada putaran terakhir hasil yang dicapai sangat memuaskan. Solusisolusi yang diambil dan disepakati telah efektf terapkan proses pembelajaran.
Sehingga kondisi motivasi siswa dalam belajar matematika sampai pada putaran
III menunjukkan hasil yang maksimal.
Data prestasi belajar siswa menunjukkan tingkatan penguasaan materi
pelajaran sudah cukup tinggi. Kenaikan rata-rata prestasi belajar siswa
menunjukkan bahwa pembelajaran melalui snow ball dapat memudahkan siswa
memahami materi ajar sehingga mampu meningkatkan rata-rata prestasi belajar
siswa.
Kesimpulan
Penerapan strategi pembelajaran Snow Ball dalam pembelajaran matematika
dengan materi Persegi dan persegi panjang mampu meningkatkan motivasi belajar
siswa dalam pembelajaran matematika. Peningkatan motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran matematika ditunjukkan oleh hasil penelitian yang dilaksanakan selama
tiga kali putaran. Selain itu, peningkatan motivasi belajar siswa juga didukung oleh
pendapat dari guru kelas yang terlibat dalam penelitian.
Faktor siswa yang ikut mendukung peningkatan motivasi belajar siswa antara
lain adalah siswa yang memiliki kesiapan untuk mengikuti pelajaran, siswa yang
serius dalam memperhatikan penjelasan guru, dan siswa yang rajin mengerjakan soal
latihan, dan prestasi belajar matematika siswa

Daftar pustaka
Arikunto, Suharsimi Dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bina Aksara.
Miles, Mathew B & A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
Tentang Metode – metode baru. Jakarta. UI Press
Sadirman.2009.Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:PT Raja Grasido Persada.