Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kualitas Hidup Masyarakat Berhubungan dengan Bencana Asap di Desa Bukit Rawi, Palangkaraya T1 462012049 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bencana terjadi hampir di setiap daerah Indonesia. Bencana
bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti; alam,
manusia, dan juga bencana yang diakibatkan oleh manusia yang
diperparah oleh keadaan alam. Salah satu bencana yang sering
terjadi di Indonesia adalah kebakaran hutan yang menyebabkan
bencana asap.
Pada kebakaran hutan dan lahan antara tahun 1982 dan
1983 tercatat area yang terbakar seluas 3.600.000 ha, pada tahun
1994 seluas 5.110.000 ha dan pada tahun 1997/1998 seluas
10.000.000 ha. Pada tahun 1987 juga terjadi kebakaran pada
kawasan hutan seluas 66.000 ha dan pada tahun 1991 luas total
kawasan yang terbakar mencapai 500.000 ha (Fasabeni, 2014).
Di Indonesia, pembakaran hutan terjadi pada musim
kemarau.

Tindakan

membakar


sering

dilakukan

di

daerah

Kalimantan dan Sumatra dengan membakar semak-semak di
beberapa titik api. Proses kebakaran berjalan sangat cepat dan
kadang kala merembet ke wilayah hutan sekitarnya yang tidak
diinginkan dikarenakan keringnya semak di daerah terbuka dan
dipicu oleh tiupan angin. Kebakaran liar pun ikut terjadi dan sulit
untuk dikendalikan (Sukandarrumidi, 2010).
1

2
Kalimantan Tengah, menjadi salah satu pusat kebakaran
lahan di wilayah Kalimantan. Penyebab dari kebakaran hutan dan

lahan

di

Kalimantan

Tengah

bermacam-macam,

seperti:

pembukaan lahan dengan cara membakar, puntung rokok yang
dibuang sembarangan di semak-semak, dan akibat bara api yang
terbakar dan terbawa oleh angin ke lahan kering lainnya (Aza dan
Tur dalam Pro Kalteng, 2015).
Laoli menuliskan dalam Kontan.co.id (2015) bahwa catatan
menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
tentang luas area Kalimantan Tengah yang mengalami kebakaran
mencapai 26.664 ha dan luas area kebakaran tersebut diperkirakan

akan semakin meluas dikarenakan lahan gambut yang mudah
terbakar dan juga sulit untuk dipadamkan.
Dalam hal penelitian ini, peneliti juga telah mendapatkan
data berhubungan dengan bencana asap di Desa Bukit Rawi. Data
yang diperoleh peneliti tentang luas kebakaran dan jarak pandang
di Desa Bukit Rawi adalah sebagai berikut :

3
Tabel 1.1 Data Luas Kebakaran dan Jarak Pandang Di Desa Bukit
Rawi
Tahun

Luas Kebakaran

Jarak Pandang

2014

± 40 hektar


± 20 meter

2015

± 125 hektar

± 10 meter

Ditulis oleh Khaitami dalam Tribun Kalteng (2015) lalu,
menurut PJ Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) Hadi Prabowo
dalam rapat evaluasi penanganan bencana asap akibat kebakaran
hutan dan lahan regional Kalimantan mengatakan beberapa
masalah yang selama ini melatarbelakangi masih terjadinya
kebakaran hutan dan lahan karena kabupaten/kota belum punya
rencana jelas dan tegas soal penanggulangan kebakaran hutan.
Akibat dari belum ada perencanaan yang jelas maka penanganan
karlahut (Kebakaran Lahan Gambut) baru bisa dilakukan setelah
kondisi parah. Dalam hal personel dan peralatan, Hadi Prabowo
menilai sejauh ini juga belum terorganisasi. Sementara lokasi
peralatan yang dapat dimobilitasi juga belum tersusun dan

tersistem.
Kebakaran hutan tentu saja berdampak langsung pada
kualitas udara. Kualitas udara yang ada diukur menggunakan
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) seperti disebutkan dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997
tentang : Indeks Standar Pencemar Udara. ISPU adalah angka

4
yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi
kualitas udara di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada
dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk
hidup lainnya. ISPU mempunyai rentang nilai kualitas udara yaitu,
baik (0 - 50), sedang (51 - 100), tidak sehat (101 - 199), sangat
tidak sehat (200 - 299), dan berbahaya (>300) (KepMen LH, 1997).
Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan
nilai

ISPU

di


Kalimantan

Tengah,

termasuk

ibu

kotanya

Palangkaraya, berada pada kategori sangat berbahaya, di mana
nilai ISPU di Palangkaraya mencapai 2.314. Tingginya indeks
pencemaran udara di Palangkaraya amat berbahaya karena telah
menembus angka 2.000 (Kusumadewi dalam CNN Indonesia,
2015).
Akibat dari bencana asap ini, semua sektor kehidupan
masyarakat di Palangkaraya menjadi terganggu. Dampak dari asap
sendiri seperti berkurangnya jarak pandang di mana jarak pandang
rata-rata di Palangkaraya dan sekitarnya sering terjadi di rentang 50

- 100 meter (Haryadi, 2015) sehingga rawan untuk terjadi
kecelakaan lalu lintas. Seperti yang terjadi di daerah Pangkalan
Bun, seorang pelajar SMAN tewas setelah menabrak sebuah truk,
dikarenakan jarak pandang yang buruk sehingga ketika jaraknya
dekat, pengendara truk dan pelajar yang mengendarai motor
tersebut tidak sempat menghindar (Uli dalam Tabengan, 2015).

5
Ditulis juga oleh Stefanie dalam CNN Indonesia (2015),
dalam sektor pendidikan sendiri, mengakibatkan aktivitas belajar
mengajar terhenti dikarenakan sekolah diliburkan hampir 2 bulan
sehingga para guru pun tetap berusaha tak mengurangi pendidikan
yang semestinya diterima oleh para murid. Sebelum para murid
libur, guru memberikan bank soal untuk dikerjakan di rumah
kemudian penilaian diberikan setelah sekolah masuk lagi.
Dalam aspek kesehatan pun juga menjadi masalah seperti
meningkatnya penderita penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan
Akut) di kota Palangkaraya. Dikatakan oleh Kepala Pusat Dana
Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho penderita
ISPA sampai tanggal 27 September 2015 di Provinsi Kalteng

berjumlah 11.522 orang (Kusumadewi dalam CNN Indonesia,
2015).
Dalam menanggulangi bencana asap ini, masyarakat telah
melakukan berbagai tindakan seperti pembagian masker gratis dan
pengadaan posko-posko kesehatan di beberapa titik wilayah di kota
Palangkaraya. Meskipun telah diadakan langkah penanggulangan
bencana asap seperti pembagian masker, beberapa masyarakat
masih ada yang enggan untuk menggunakan masker dengan
alasan tidak bisa bernapas dan sulit jika dipasangkan masker
(Irawan, Regional Kompas, 2015). Bahkan di daerah Sampit,
diadakan kegiatan senam massal yang dilaksanakan oleh Dinas

6
Pemuda dan Olahraga meskipun paparan asap masih lumayan
pekat

yang

menunjukkan


bahwa

masyarakat

seperti

tidak

memikirkan bahaya yang ada jika beraktivitas dalam kondisi
lingkungan yang terkena paparan asap (May dalam Tabengan,
2015).
Dari beberapa data di atas terlihat kesadaran dari beberapa
masyarakat masih kurang terhadap kesehatan mereka sendiri.
Dalam praktek kehidupan masyarakat ketika terjadi bencana asap,
peneliti melihat kualitas hidup masyarakat dalam menghadapi
bencana asap masih kurang terlihat masih adanya masyarakat
yang enggan menggunakan masker atau masih beraktivitas di luar
ruangan ketika ada paparan asap, selain itu adanya korban dari
bencana asap yang terjadi mengakibatkan adanya individu yang
terserang penyakit bahkan hingga kehilangan nyawa. Kualitas

hidup sendiri mengarah pada persepsi pribadi seseorang akan
hidupnya, di mana sudut pandang kualitas hidup sangat bervariasi
dan berubah bergantung pada situasi yang dapat ditingkatkan
melalui pencegahan dan manajemen penyakit kronis seperti
perawatan preventif, dukungan untuk gaya hidup sehat, edukasi,
dan pengkajian lingkungan untuk mencegah cidera (Dewi, 2014).
Dari masalah inilah penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Kualitas Hidup Masyarakat Berhubungan
Dengan Bencana Asap di Desa Bukit Rawi, Palangkaraya”.

7
1.2. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yaitu untuk
mengetahui tentang kualitas hidup masyarakat berhubungan
dengan bencana asap di Desa Bukit Rawi, Palangkaraya, maka
fokus penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kualitas hidup masyarakat berhubungan
dengan

bencana


asap

di

Desa

Bukit

Rawi,

Palangkaraya?
2. Apa upaya masyarakat untuk meningkatkan kualitas
hidup berhubungan dengan bencana asap di Desa Bukit
Rawi, Palangkaraya?

1.3. Signifikansi
Peneliti

ingin

melakukan

penelitian

ini

dikarenakan

keprihatinan penulis terhadap bencana asap yang setiap tahun
selalu terjadi di wilayah Kota Palangkaraya. Penelitian ini juga
penting agar nanti ke depannya pemerintah dan pihak terkait bisa
melakukan sesuatu untuk mencegah terjadinya kembali kejadian
serupa atau setidaknya mengurangi efek dari bencana asap yang
mungkin akan terjadi lagi nanti.

8
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui

bagaimana

kualitas

hidup

masyarakat

berhubungan dengan bencana asap di Desa Bukit Rawi,
Palangkaraya.
2. Mengetahui upaya masyarakat untuk meningkatkan
kualitas hidup berhubungan dengan bencana asap di
Desa Bukit Rawi, Palangkaraya.

1.5. Manfaat Penelitian
a. Secara Praktis
1. Peneliti
Sebagai pembelajaran kompetensi riset kualitatif
untuk mengetahui

dan

memahami

tentang kualitas

hidup masyarakat berhubungan dengan bencana asap
di Desa Bukit Rawi, Palangkaraya.
2. Institusi kesehatan pemerintah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman
dalam membuat suatu kebijakan yang berhubungan
dengan penanggulangan bencana asap ke depannya.

9
3. Masyarakat
Sebagai arahan untuk mencapai kualitas hidup
yang baik dalam menghadapi suatu bencana.
4. Secara teoritis
Sebagai pengembangan studi keperawatan
dalam

bidang

keperawatan

komunitas

tentang

kualitas hidup masyarakat berhubungan dengan
bencana asap.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kualitas Hidup Masyarakat Berhubungan dengan Bencana Asap di Desa Bukit Rawi, Palangkaraya T1 462012049 BAB II

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kualitas Hidup Masyarakat Berhubungan dengan Bencana Asap di Desa Bukit Rawi, Palangkaraya T1 462012049 BAB IV

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kualitas Hidup Masyarakat Berhubungan dengan Bencana Asap di Desa Bukit Rawi, Palangkaraya T1 462012049 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kualitas Hidup Masyarakat Berhubungan dengan Bencana Asap di Desa Bukit Rawi, Palangkaraya

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kualitas Hidup Masyarakat Berhubungan dengan Bencana Asap di Desa Bukit Rawi, Palangkaraya

0 0 45

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Seksual pada Remaja PSK di Palangkaraya T1 462011090 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Tradisi Lamporan Bagi Masyarakat Desa Kunden di Kabupaten Blora T1 152009023 BAB I

0 1 6

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Bantu Pengawasan Larangan Merokok dengan Deteksi Sensor Asap T1 BAB I

0 1 3

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Obesitas pada Masyarakat Desa Sanoba Kecamatan Sanoba Kabupaten Nabire – Papua T1 BAB I

0 1 6

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengelolaan Parkir di Salatiga T1 BAB I

0 0 6