Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Tradisi Lamporan Bagi Masyarakat Desa Kunden di Kabupaten Blora T1 152009023 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku manusia.
Kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan manusia terhadap dunianya,
lingkungan serta masyarakatnya seperangkat nilai-nilai yang menjadi landasan
pokok untuk menentukan sikap terhadap dunia luarnya, bahkan untuk mendasari
setiap langkah yang hendak dan harus dilakukan sehubungan dengan pola hidup
dan tata cara kemasyarakatannya. (Budiono Herusatoo, 2008: 11).
“Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha
budi rakyat Indonesia. Kebudayaan lama dan asli terdapat sebagai
puncak-puncak kebudayaan daerah-daerah diseluruh Indonesia, terhitung
sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah
kemajuan adab, budaya, dan persatuan dengan tidak menolak bahanbahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau
memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat
kemanusiaan bangsa Indonesia. (GBHN, 1981: 20).”
Kebudayaan dapat pula diartikan sebagai keseluruhan gagasan, tindakan,

dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
manusia melalui belajar, dengan demikian dapat ditemukan pemahaman yang
lebih luas, yaitu:
1. Bahwa manusia dalam masyarakat karena manusia adalah makhluk
bermasyarakat. Di dalam masyarakat inilah kebudayaan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan.

1

2. Kebudayaan itu diperoleh melalui proses belajar. Sedangkan naluri
yang juga dimiliki manusia sebagaimana binatang, tidak termasuk
proses belajar, jadi bukan hasil kebudayaan.
3. Kebudayaan pada hakekatnya berupa gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia. Sehingga dalam kebudayaannya dapat ditemukan tiga wujud
umum yaitu, kebudayaan berupa idea-idea, kebudayaan berupa tingkah
laku (aktivitas manusia) dan kebudayaan berupa fisik/ materi/
kebendaan.
Kebudayaan itu keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia,
yang diatur oleh tata-kelakuan, yang harus didapatnya dengan belajar dan yang
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. (Tri Widiarto, 2009: 10-12).

Unsur-unsur kebudayaan adalah sosial, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan,
teknologi, kesenian, filsafat, dan religi. (Tri Widiarto, 2005: 16). Kebudayaan
Jawa telah ada sejak jaman prasejarah, istilah prasejarah, memang cukup
membingungkan. Karena era prasejarah itu pula sebenarnya bersejarah. Jadi,
prasejarah sekedar memberi limit berbudaya dan tak sadar berbudaya. Kesadaran
memang modal awal, namun seringkali juga terjadi ketaksadaran manusia yang
memunculkan budaya pula. Ketaksadaran budaya, bisa berasal dari pengaruh
budaya lain yang serta merta. Budaya lain yang amat halus dan sublim, boleh jadi
memoles budaya Jawa. (Suwardi Endraswara, 2005: 1-2).
Manusia sendiri adalah homo creator , karena dalam setiap karyanya
manusia memberi bentuk dan isi yang manusiawi secara pribadi. Oleh karena itu
setiap benda budaya menandakan nilai tertentu, menunjukkan maksud serta

2

gagasan-gagasan penciptanya. Kebudayaan sendiri erat kaitannya dengan
gagasan-gagasan, simbol-simbol dan nilai-nilai sebagai hasil karya dan perilaku
manusia. Sehingga tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa : “ begitu eratnya
kebudayaan manusia itu dengan simbol-simbol sehingga manusia dapat pula
disebut sebagai makhluk bersimbol”. (Budiono Herusatoo, 2008: 11-16).

Penafsiran simbol ritual, akan tampak pada ungkapan-ungkapan konvensional.
Yakni ungkapan tradisi yang masih dipergunakan dalam ritual, misalnya saja
berupa mantra atau doa.
Kebudayaan : Cultuur ( bahasa Belanda), Cultuure (bahasa Inggris),
berasal dari perkataan Latin “Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan dan mengembangkan, terutama culture sebagai “segala daya dan
aktivitet manusia untuk mengobah dan mengubah alam”. Dilihat dari sudut
pandang bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta
“Buddhayah”. Yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Budaya juga diartikan sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk : budi
daya, yang berarti daya dari budi. Karena itu mereka membedakan antara budaya
dengan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan
rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta , karsa dan rasa tersebut. (Abu
Ahmadi, 2007: 58).
Kebudayaan adalah menifestasi kehidupan. Pengertian kebudayaan
terkandung di dalamnya pengertian “tradisi”. Karena tradisi dapat diterjemahkan
dengan pewarisan norma-norma, adat-istiadat, kaidah-kaidah, nilai-nilai, dan juga
ide vital - ide vital, maka membuka pesan yang terkandung di dalam ungkapan

3


tradisional daerah, berarti juga mengungkap sejumlah norma, adat-istiadat,
akidah, nilai dan ide vital untuk diwariskan kepada generasi muda. (Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan, 1984: 4).
Ungkapan tradisional sebenarnya juga merupakan karya budaya bangsa
yang didalamnya juga mengandung ide vital dari sekelompok pendukungnya.
Sebagai ide vital, sekarang ini “Ungkapan Tradisonal” sudah banyak yang tidak
dipahami oleh generasi muda penerus cita-cita bangsa. Mereka banyak yang
belum memahani apa yang tersirat dari apa yang tersurat pada ungkapan
tradisional tersebut. (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1984: 1).
Hubungan masyarakat terhadap lingkungan disekitarnya dan hubungan
pergaulan dengan individu-individu dapat dilihat dari prosesi-prosesi upacara
tradisional yang diselenggarakan oleh masyarakat, khususnya masyarakat Jawa
Tengah. Masyarakat tradisional Jawa memandang bahwa upacara-upacara
tradisional penting untuk dilakukan karena mengandung pesan-pesan dan nilainilai serta norma-norma yang harus diturunkan dari leluhur atau nenek moyang
kepada generasi berikutnya. Sekaligus dapat diketahui identitas keluhuran nilainilai dan norma-norma yang terkandung di dalam upacara tradisional agar selalu
dilestarikan.
Diantara sekian banyak jenis tradisi yang ada di Jawa, tradisi Lamporan di
Kelurahan Kunden Kecamatan Blora Kabupaten Blora merupakan salah satu
kegiatan yang layak mendapat perhatian. Tradisi Lamporan ini biasanya

diselenggarakan pada bulan Suro pada setiap Kamis Legi malam Jumat Pahing.
Tradisi Lamporan telah dilaksanakan secara turun-temurun oleh kelompok

4

masyarakat Desa Kunden, agar desa dan masyarakatnya terhindar dari malapetaka
atau sering disebut sebagai ritual tolak bala , yang diikuti ratusan warga dari
kalangan petani, peternak (cah angon) turut mengikuti acara tahunan itu.
Kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa tradisi ini hanya sesuatu wujud dari
pelestarian budaya tanpa tahu arti dan makna yang penting yang terkandung
didalamnya. Perkembangan jaman yang kian modern turut andil dalam pola
pemikiran masyarakat, yang justru lebih tertarik akan budaya asing yang lebih
mendunia dan masa kini, dari pada mengenal budaya sendiri, hal tersebut tergantung
dari masyarakat setempat untuk terus melestarikannya. Padahal tradisi Lamporan ini
banyak terkandung filosofi didalamnya. Maka dari itu tradisi Lamporan perlu
diteliti, agar kita tahu makna apa saja yang terkandung di dalam tradisi Lamporan
tersebut.

B.


Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan tesebut di atas maka dapat
diperoleh suatu rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimaa prosesi tradisi Lamporan bagi masyarakat Desa Kunden di
Kabupaten Blora?
2. Apakah makna tradisi Lamporan bagi masyarakat Desa Kunden di
Kabupaten Blora?

5

C.

Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas
tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mendeskripsikan prosesi tradisi Lamporan bagi masyaraakt Desa
Kunden di Kabupaten Blora.
2. Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam tradisi Lamporan
bagi masyarakat Desa Kunden di Kabupaten Blora.


D.

Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
a. Hasil penelitian dapat memperkaya materi Sejarah Kebudayaan dan
Sejarah Lokal.
b. Menambah koleksi bacaan sejarah kebudayaan, terutama tradisi yang
berkaitan dengan adat istiadat yang dapat dijadikan salah satu sumber
kajian sejarah lokal.
2. Manfaat Praktis
a. Mengenalkan Tradisi Lamporan Desa Kunden di Kabupaten Blora
supaya menjadi aset kebudayaan bangsa Indonesia untuk dapat
dilestarikan dan dikembangkan oleh warga masyarakat Blora dan
Bangsa Indonesia.
b. Melestarikan budaya Upacara Lamporan Desa Kunden di
Kabupaten Blora dalam wujud nilai-nilai, norma-norma, maupun
aktivitas masyarakatnya.

6