Gambaran Kepuasan Pernikahan Individu Lanjut Usia.

Gambaran Kepuasan Pernikahan Individu Lanjut Usia

Atika Saraswati
(Dibimbing Oleh Langgersari Elsari Novianti, S. Psi., M. Psi.)

ABSTRAK
Penelitian ini berdasar pada teori yang menyatakan bahwa kepuasan pernikahan lansia
dikatakan meningkat. Namun di sisi lain kondisi dan karakteristik lansia justru mendukung
turunnya aspek-aspek dalam kepuasan pernikahan yang lansia jalani. Penelitian ini
bermaksud untuk meneliti gambaran kepuasan pernikahan pada individu lanjut usia. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kepuasan pernikahan menurut Olson &
Fowers (1993) yang menyatakan terdapat sepuluh aspek dalam kepuasan pernikahan yaitu
komunikasi, aktivitas waktu luang bersama pasangan, agama, resolusi konflik, manajemen
keuangan, hubungan seksual, hubungan dengan keluarga dan teman, anak dan pola asuh, isu
kepribadian, dan kesetaraan peran dalam pernikahan. Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuisioner dengan pernyataan tertutup dan pertanyaan terbuka. Sampel
dalam penelitian ini adalah individu lanjut usia, yang didapatkan melalui convenience
sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 98,89% individu lanjut usia menunjukkan
kepuasan pernikahan, sedangkan 1,11% sisanya tidak menunjukkan kepuasan pernikahan.
Individu lanjut usia yang puas dengan pernikahannya umumnya puas juga dengan kesepuluh
aspek kepuasan pernikahan dalam pernikahan mereka. Aspek sexual relation merupakan

aspek dengan jumlah responden terbanyak yang menunjukkan ketidakpuasan. Sementara
aspek children and parenting merupakan aspek dengan responden terbanyak yang
menunjukkan kepuasan. Selain itu suami juga lebih puas dengan pernikahannya
dibandingkan dengan istri. Suami juga lebih puas pada kesepuluh aspek dalam kepuasan
pernikahan dibandingkan istri.

Kata Kunci : Kepuasan Pernikahan, Individu, Lanjut Usia

PENDAHULUAN
Setiap hari usia kita selalu bertambah.
Bertambahnya usia ini juga disertai dengan

akhirnya pertambahan usia yang terus
menerus akan membawa kita pada tahapan
lanjut usia (lansia).

berbagai perubahan baik fisik, kognitif,

Berdasarkan undang-undang nomor 13


maupun sosioemosi pada diri kita. Pada

tahun 1998, yang disebut dengan lansia

adalah ia yang telah mencapai usia 60

Di dalam keluarga lansia memiliki

tahun ke atas. Indonesia sendiri merupakan

pasangan, anak, bahkan cucu. Namun anak

negara kelima dengan jumlah lansia

umumnya sudah tidak tinggal bersama

terbanyak di dunia. Setiap tahun proporsi

lansia baik karena belajar, bekerja, atau


jumlah

lansia

terus

meningkat.

bahkan menikah. Oleh karena itu pasangan

Peningkatan jumlah ini

menyebabkan

memiliki peranan utama agar lansia dapat

Indonesia mengalami aged population

menjalani kehidupan masa tua dengan


boom (Bappenas, 2003). Menghadapi hal

memuaskan dan membahagiakan.

tersebut kita harus memberikan perhatian

Menurut

tahapan

kognitif

menurut

lebih bagi lansia agar mereka dapat

Erikson lansia ada dalam tahapan integrity

menciptakan successful aging.


vs despair, dimana ciri utama dari tahapan

Dalam kehidupan lanjut usia berlaku

ini adalah mereview kehidupan. Dalam

socioemotional selectivity theory. Dalam

mereview

teori ini dikatakan bahwa lansia menjadi

kembali pengalaman yang telah dilalui,

lebih selektif mengenai dengan siapa saja

mengevaluasinya, menginterpretasikannya,

mereka berinteraksi. Hal ini karena lansia


kemudian

memiliki tingkat kepuasan emosional yang

(George, Robitaille, dkk dalam Santrock,

tinggi, sehingga mereka lebih memilih

2011). Tidak terkecuali mereview kembali

untuk menjalin hubungan dengan orang-

kehidupan

orang terdekatnya saja (Carstensen dalam

pasangan.

Santrock, 2011). Salah satu orang terdekat
bagi


lansia

adalah

lansia

melihat

menginterpretasikan

pernikahannya

Pernikahan

merupakan

ulang

dengan


komitmen

mereka.

emosional dan hukum antara dua orang

Keberadaan keluarga sangat penting bagi

untuk saling berbagi keintiman baik fisik

lansia. Hal ini didukung oleh penelitian

maupun emosional, berbagai tugas, dan

yang

berbagi

dilakukan


keluarga

kehidupan,

oleh

Hoban

yang

sumber

pendapatan

ekonomi

menyatakan bahwa dukungan dan cinta

(Olson, 2011). Setiap pasangan yang


dari keluarga terdekat akan memberikan

menikah pasti menginginkan pernikahan

pengaruh positif terhadap kesejahteraan

yang bertahan hingga keduanya menua dan

lansia (Hoban, James, Pattrick, Beresford,

pernikahan yang berhasil. Salah satu

dan Fleming dalam WRVS, 2012). Selain

kriteria yang dapat digunakan untuk

itu

juga


mengukur keberhasilan pernikahan adalah

membuat lansia lebih sehat baik secara

dengan melihat kepuasan pernikahan yang

fisik maupun psikologis (WRVS, 2012).

dijalani

hubungan

dengan

keluarga

(Burgess and

Locke, 1960).

Kepuasan pernikahan itu sendiri adalah

dengan

melihat kepuasan pernikahan lansia. Bila

kebahagiaan, kepuasan, dan kesenangan,

lansia tidak puas maka ia akan menghadapi

yang dialami oleh suami atau istri ketika

loneliness

mempertimbangkan

pasangannya. Apabila tidak berpisahpun,

perasaan

subyektif

berkaitan

semua

aspek

kehidupan pernikahannya (Olson, 2006).
Terdapat

sepuluh

aspek

dalam

saat

pernikahan
membuat

berpisah

yang

dengan

tidak

memuaskan

lansia menjadi

distres dan

mengukur kepuasan pernikahan menurut

mengalami penurunan kesehatan fisik dan

Olson dan Fowers (1993). Kesepuluh

mental.

aspek

komunikasi

menyulitkan lansia untuk mendapatkan

(communication), aktivitas waktu luang

kehidupan masa tua yang sukses dan

bersama

bahagia.

itu

ialah

pasangan

(leisure

activities),

agama (spiritual values), resolusi konflik
(conflict

resolution),

keuangan

(financial

Tentu

hal-hal

tersebut

akan

Menurut Duvall, kepuasan pernikahan

managemen

umumnya tinggi pada awal pernikahan.

management),

Kemudian menurun pada 10 tahun pertama

relations),

pernikahan terutama saat datangnya anak

hubungan dengan keluarga dan teman

(Rollins dan Feldman dalam Duvall,

pasangan (family and friends), anak dan

1977). Setelah itu mengalami peningkatan

pola asuh (children and parenting), isu

sepanjang tahap akhir pernikahan yaitu

kepribadian

dan

setelah melewati masa pensiun (Duvall,

pernikahan

1977). Namun bila dikaitkan dengan

hubungan

kesetaraan

seksual

(sexual

(personality
peran

issue),

dalam

aspek-aspek kepuasan pernikahan menurut

(egalitarian role).
Penting bagi kita mengetahui kepuasan

Olson

dan

Fowers

(1993),

terdapat

pernikahan untuk dua hal. Pertama untuk

beberapa hal yang justru mendukung

mengantisipasi

turunnya

pernikahan
merupakan

yang

perceraian,
tidak

merupakan

karena
memuaskan

indikator

kuat

aspek-aspek

kepuasan

pernikahan pada pasangan lanjut usia.
Berkaitan dengan aspek komunikasi,

perceraian. Kedua untuk mengantisipasi

indera

pendengaran

dewasa

akhir

pengasuhan orangtua yang tidak sesuai,

mengalami penurunan fungsi dikarenakan

kondisi distres secara psikologis, dan

kerusakan selaput telinga mereka (Adams

memburuknya kondisi fisik dikarenakan

dalam Santrock, 2014). Selain itu lansia

pernikahan yang tidak membahagiakan

juga mengalami gangguan bahasa yang

(Amato dalam Nijole V. Benokraitis,

menyulitkan mereka untuk menggunakan

2011). Bila dikaitkan dengan penjelasan

kata-kata dalam percakapan dan kesulitan

tersebut maka penting bagi kita untuk

memahami bahasa (Clark-cotton, Willian,

dan Goral dalam Santrock, 2014). Hal

perempuan juga menjadi tidak nyaman

tersebut tentu akan menyulitkan lansia

untuk

berkomunikasi dengan pasangannya.

karena mereka juga tengah mengalami

Lansia juga umumnya tengah menjalani
masa pensiun. Seperti yang kita ketahui

melakukan

Dalam aspek kesetaraan peran dalam
pernikahan,

dari jumlah pendapatan biasanya. Hal ini

menunjukkan

tentu

cenderung

penyesuaian

intercourse

menopause.

bersama pendapatan saat pensiun kurang

membutuhkan

sexual

sebuah
bahwa

untuk

penelitian
ternyata

membuat

suami

keputusan

manajemen keuangn dalam rumah tangga

penting dalam rumah tangga. Sementara

dan seringkali menimbulkan kesulitan

perempuan cenderung membuat keputusan

dalam rumah tangga lansia. Selain itu

kecil (Universitas Bar Ilan, 2001). Hal ini

masalah kurangnya pendapatan juga tidak

diperkuat oleh penelitian yang dilakukan

jarang menimbulkan permasalahan dalam

oleh Jennifer Roebuck Bulanda yang

rumah tangga. Oleh karena itu lansia perlu

menyatakan bahwa ternyata pada lansia,

mengatur resolusi konflik-konflik yang

wanita

muncul saat menjalani masa pensiun

pernikahan (marital power) yang lebih

dengan pasangan.

rendah jika dibandingkan dengan laki-laki

Pada aspek anak dan pola asuh, lansia
umumya juga sudah tidak tinggal lagi

memiliki

kekuatan

dalam

(Jennifer Roebuck Bulanda, 2011).
Berdasarkan

penjabaran

peneliti,

dengan anak. Baik karena anak sekolah,

kepuasan pernikahan lansia dikatakan

bekerja,

meningkat

atau

menikah.

Lansia

yang

namun

kondisi

dan

ditinggalkan anaknya mengalami apa yang

karakteristik lansia justru mendukung

disebut dengan Empty nest syndrome,

turnunnya kepuasan pada sebagian besar

dimana

mereka

aspek kepuasan pernikahan mereka. Oleh

meninggalkan

karena itu peneliti ingin melihat gambaran

kepuasan

menurun

setelah

pernikahan
anak

kepuasan pernikahan individu lanjut usia.

rumah (Santrock, 2014).
Seperti yang kita ketahui berasama,
lansia

mengalami

banyak

penurunan

fungsi pada dirinya. Salah satunya adalah
fungsi

seksual.

Penurunan

performa

METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian dalam penelitian
ini adalah pendekatan non-eksperimental

seksual yang terjadi antara lain adalah

menggunakan

sulitnya lansia laki-laki untuk mencapai

kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah

ereksi dan menurunnya frekuensi orgasme

penelitian

(Santrock,

menggambarkan

2014).

Selain

itu

lansia

metode

yang

deskriptif

berfokus
atau

dalam

menjelaskan

fenomena, kegiatan, atau situasi yang

responden menunjukkan kepuasan pada

terjadi (Christensen, 2007). Sedangkan

pernikahan mereka. Sedangkan sianya

penelitian kuantitatif adalah penelitian

yaitu 1,11% menunjukkan ketidakpuasan

yang mengukur nilai dari suatu variabel

pernikahan.

pada individu dan hasil tersebut akan

Kepuasan

pernikahan

ditunjukkan

diinterpretasikan menjadi kesimpulan.

kepuasan

dengan

pada

pernikahan

Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah

lansia

menampilkan

aspek-aspek

mereka.

kepuasan

Pada

aspek

communication, lansia dapat menjalin

90 orang dewasa akhir yang berusia 60

komunikasi

tahun ke atas, berstatus menikah dan

assertiveness dan self confidence dengan

pasangan masih hidup, memiliki anak,

pasangan. Selain itu lansia juga memiliki

tinggal di Kota Bandung, dan kondisi fisik

perasaan senang ketika berkomunikasi

serta psikisnya menungkinkan peneliti

dengan pasangan mereka.

untuk mengambil data. Partisipan dalam
penelitian

ini

didapatkan

dengan

yang

melibatkan

adanya

Pada aspek spiritual values, lansia
menanmkan

kepercayaan

agama

dan

prakteknya dalam pernikahan yang dijalani

menggunakan convenience sampling.

serta melakukan aktivitas ibadah bersama
pasangan. Pada aspek conflict resolution,

Pengukuran
Kepuasan pernikahan lansia diukur

lansia dapat menyampaikan apa yang

yang

dirasakan dan dipikirkan kepada pasangan

dikembangkan berdasarkan teori kepuasan

saat menghadapi permasalahan serta saling

pernikahan Olson & Fowers (1993).

berkomunikasi

Penyusunan kuisioner disesuaikan dengan

masalah. Lansia juga menikmati aktivitas

kondisi dan karakteristik pada lansia.

waktu luangnya bersama dengan pasangan

Kuisioner terdiri dari dua bagian yaitu

pada aspek leisure activities.

menggunakan

pernyataan

kuisioner

tertutup

dan

pertanyaan

untuk

menyelesaikan

Dalam aspek financial management,

terbuka. Terdapat 51 pernyataan tertutup

lansia

memaksimalkan

pengelolaan

dan 21 pertanyaan terbuka, sehingga

kebutuhan dan keperluan rumah tangga

jumlah total keseluruhan adalah 72 item.

sesuai dengan pendapatan yang diperoleh
bersama dengan pasangan. Ia juga puas
dengan hubungan seksual yang terjalin

HASIL
Hasil

penelitian

ini

menunjukkan

hampir seluruh responden yaitu 98,89%

dengan pasangan pada aspek

sexual

relations. Selain itu lansia juga memiliki

hubungan yang dekat dengan keluarga

komunikasi, aktivitas waktu luang bersama

serta saling mengenali dan memiliki

pasangan, resolusi konflik, managemen

hubungan yang baik dengan teman dalam

keuangan, anak dan pola asuh,

aspek family and friends.

kepribadian, dan kesetaraan peran dalam

Dalam aspek children and parenting,

pernikahan.

Namun

isu

menunjukkan

dengan

kepuasan pada aspek agama, hubungan

pasangan mengenai cara mengasuh dan

seksual, dan hubungan dengan teman dan

mendidik anak. Sedangkan dalam aspek

keluarga.

lansia

memiliki

kesepakatan

Berikut

personality issues, lansia menerima sifat-

merupakan

diagram

yang

sifat pasangan dan kebiasaan-kebiasaan

menunjukkan persentase responden yang

pasangan. Lansia juga membuat keputusan

menunjukkan puas dan tidak puas pada

dalam rumah tangga bersama dengan

setiap aspek kepuasan pernikahan oleh

pasangan dan tidak ada dominasi antar

responden

pasangan dalam aspek egalitarian role.

pernikahannya,

Sebagian besar lansia yang puas dengan
pernikahannya

menunjukkan

kepuasan

juga pada aspek komunikasi, aktivitas
waktu luang bersama pasangan, agama,
resolusi konflik, managemen keuangan,
hubungan

seksual,

hubungan

dengan

yang

puas

dengan

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

keluarga dan teman, anak dan pola asuh,
isu kepribadian, dan kesetaraan peran
dalam pernikahan. Artinya, lansia yang
Puas

puas dengan pernikahannya sebagian besar
juga puas dengan kesepuluh aspek dalam
pernikahan mereka. Hasil perhitungan
menemukan

bahwa

terdapat

35,56%

responden yang tidak hanya puas dengan
pernikahannya, namun juuga puas dengan
seluruh aspek dalam kepuasan pernikahan
mereka.

dengan

Hasil perhitungan data menunjukkan
bahwa aspek sexual realition merupakan
aspek dengan jumlah responden terbanyak
yang menunjukkan ketidakpuasan. Sebesar
24,44%

pernikahannya

ketidakpuasan

juga

menunjukkan
pada

aspek

responden

menunjukkan

ketidakpuasan pada aspek ini. Sementara
itu

Sementara lansia yang tidak puas

Tidak Puas

aspek

merupakan

children
aspek

and
dengan

parenting
jumlah

responden terbanyak yang menunjukkan

kepuasan.

Sebesar

96,67%

responden

menunjukkan kepuasan pada aspek ini.
Statistika inferensial, yaitu uji beda
Mann-Whitney

dilakukan

mengetahui

tidaknya

ada

perbedaan adalah aspek resolusi konflik
(conflict resolution) dengan signifikansi
sebesar 0,047.

untuk
perbedaan

PEMBAHASAN
Hendrick

kepuasan pernikahan berdasarkan jenis

&

Hendrick

(1992)

kelamin responden. Berdasarkan hasil uji

menyatakan bahwa lamanya pernikahan

didapatkan bahwa terdapat

mempengaruhi

perbedaan

kepuasan

pernikahan.

kepuasan pernikahan antara responden

Semakin lama usia pernikahan maka

laki-laki

dan

responden

semakin puas juga dengan pernikahan

dengan

signifikansi

yang dijalani. Hal ini karena individu

(suami)

perempuan

(istri)

sebesar 0,039. Hasil uji menunjukkan

semakin

responden suami menunjukkan nilai mean

diantara

rank 51,19 sedangkan responden istri

strategi untuk menyelesaikan masalah

39,81. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

dengan pasangan, dan mengembangkan

penelitian ini kepuasan pernikahan suami

toleransi

lebih tinggi jika dibandingkan kepuasan

penelitian ini sendiri usia pernikahan

pernikahan istri.

responden berkisar antara 31 tahun hingga

Uji beda Kruskal Wallis dilakukan

mengembangkan
keduanya,

dengan

kepuasan

memiliki

pasangan.

strategi-

Dalam

63 tahun. Tentu itu bukan waktu yang

untuk mengetahui perbedaan pada setiap

sebentar

bagi

individu

dimensi antara suami dan istri. Dari hasil

menghabiskan

perhitungan didapatkan bahwa mean rank

pasangannya. Tidak heran jika kemudian

suami pada aspek komunikasi, aktivitas

hampir semua responden menunjukkan

waktu luang bersama pasangan, agama,

kepuasan pada pernikahan yang mereka

resolusi konflik, managemen keuangan,

jalani.

waktu

untuk
bersama

dengan

Lansia memang mengalami berbagai

keluarga dan teman, anak dan pola asuh,

degenerasi yang mendukung turunnya

isu kepribadian, dan kesetaraan peran

kepuasan pada sebagian besar aspek-aspek

dalam pernikahan lebih besar dari mean

dalam kepuasan pernikahan yang dijalani,

rank istri. Hal tersebut menunjukkan

namun ada beberapa karakteristik lansia

bahwa

itu

hubungan

seksual,

pada

semua

hubungan

aspek

kepuasan

sendiri

yang

justru

mendukung

puas

kepuasan pada beberapa aspek kepuasan

dibandingkan dengan istri. Sedangkan

pernikahan mereka. Oleh karena itulah

aspek yang paling signifikan menunjukkan

meskipun banyak faktor yang mendukung

pernikahan,

suami

lebih

turunnya

kepuasan

pernikahan

lansia,

Jacobs dalam Santrock, 2014). Selain itu

lansia masih menunjukkan kepuasan pada

lansia

pernikahan yang mereka jalani.

keputusan secara baik (Healey dan Hasher

Seperti pada aspek agama, tingkat
spiritualitas
mengalami

lansia

juga

peningkatan.

ditemukan
Berdasarkan

juga

masih

dapat

membuat

dalam Santrock, 2014). Pengalamannya
bertahun-tahun membuat lansia menjadi
expertise

yang

memiliki

banyak

sebuah penelitian longitudinal ditemukan

pengetahuan dan pemahaman akan banyak

bahwa ternyata spiritualitas seseorang

hal. Dengan demikian meskipun banyak

semakin

dengan

masalah yang dijumpai ketika usia lanjut,

perkembangan usianya dan kemudian ada

terutama ketika pensiun, lansia masih

pada tingkat tertinggi pada saat usia

dapat meresolusi konflik dalam rumah

dewasa akhir (Wink dan Dillon dalam

tangganya dengan baik.

meningkatnya

Santrock, 2014). Menguatkan keyakinan

Berdasarkan hasil penelitian, aspek

beragama pada juga akan secara langsung

seksual merupakan aspek dengan jumlah

berpengaruh pada komitmen pernikahan.

responden

Karena

ketidakpuasan terbanyak. Penelitian dan

dengan

membuat

komitmen

yang

menunjukkan

pernikahan dihadapan Tuhan, pasangan

interview

yang

dilakukan

senantiasa

Hinchliff

pada

tahun

mempertahankan

Gott

2003

dan

kepada

pernikahannya bahkan di situasi tersulit

pasangan usia lanjut menyatakan bahwa

sekalipun (Skogrand dalam Olson, 2011).

seksualitas merupakan hal yang penting.

Pada aspek aktivitas waktu luang

Sepertiga responden bahkan menyatakan

dengan pasangan. Seperti yang kita ketahui

seksual

lansia tengah menjalani masa pensiun

penting dengan tingkat ekstrim (Gott dan

mereka. Lansia juga umumnya sudah tidak

Hinchliff dalam Berk, 2008). Namun

tinggal dengan anak. Dengan kondisi

sayangnya hal ini tidak didukung performa

demikian, lansia kembali mendapatkan

seksual

waktu berkualitasnya dengan pasangan

khususnya pada laki-laki (Benbow dan

setelah sebelumnya disibukkan dengan

Beeston; Marshall dalam Santrock, 2014).

pekerjaan dan mengurus anak.

Tidak heran bila kemudian lansia menjadi

Dalam

aspek

personality

issues,

ditemukan bahwa ternyata pada umumnya
perubahan kepribadian pada lanjut usia

merupakan

yang

semakin

jarang

hal

dimiliki

yang

oleh

melakukan

sangat

lansia

sexual

intercourse.
Santrock menyatakan bahwa lansia

merupakan perubahan yang mengarah

mengekpresikan

seksualitasnya

pada hal positif (George; Staudinger dan

berbeda

mereka

ketika

tidak

secara
dapat

melakukan sexual intercourse. Mereka

mengawasi anak-anaknya meskipun tidak

menikmati sentuhan tangan, belaian, atau

lagi tinggal bersama.

pelukan dengan pasangannya (Santrock,

Saat empty nest syndrome terjadi

2014). Akan tetapi dalam penelitian ini

kepuasan

sendiri

ditemukan menurun, namun beberapa

responden

menyatakan

pada

bahwa

umumnya

mereka

pernikahan

lansia

memang

jarang

tahun setelah anak meninggalkan rumah

menikmati seksual dengan pasangannya.

kepuasan pernikahan justru bertambah

Mereka jarang bahkan tidak lagi merasa

(Fingerman & Baker dalam Santrock,

senang ketika bergandengan tangan atau

2014). Hal ini dikarenakan setelah anak

berpelukan dengan pasangannya. Tidak

meninggalkan rumah dan lansia sudah

heran jika kemudian banyak responden

mampu

yang menunjukkan ketidakpuasan dalam

kehilangan

anaknya,

aspek seksual dengan pasangan.

mendapatkan

waktu

menyesuaikan

diri

dengan

ia

mampu

yang

berkualitas

Hasil penelitian juga menunjukkan

dengan pasangan. Lansia menemukan

bahwa aspek children and parenting

ketertarikan untuk menghabiskan waktu

merupakan

jumlah

dengan pasangan mereka. Tidak heran jika

responden terbanyak yang menunjukkan

kemudian banyak responden penelitian

kepuasan.

yang menunjukkan kepuasan pada aspek

aspek

dengan

Sebagian

besar

lansia

mengalami empty nest syndrome saat anak
meninggalkan

rumah.

merasa

Hasil perhitungan data menunjukkan

kehilangan anak-anak mereka. Namun

bahwa suami lanjut usia lebih puas dengan

meskipun merasa kehilangan, lansia masih

pernikahannya dibandingkan dengan istri

tetap dapat berkomunikasi dan mengawasi

lanjut usia. Berdasarkan survei yang

anak-anak

terbaru

dilakukan Glenn pada tahun 1975 pada

menunjukkan bahwa orang tua saat ini

pasangan dengan usia di atas 40 tahun

lebih

dan

menemukan bahwa ternyata perempuan

berkomunikasi dengan anak-anak mereka

ditemukan lebih stres dalam pernikahan

yang telah dewasa dibandingkan dengan

mereka (Glenn dalam Santrock, 1977).

generasi

sebelumnya

Bernard juga menyatakan bahwa dalam

(Fingerman, Chen, & lainnya; Fingerman,

pernikahan, laki-laki mendapat keuntungan

Pillerman & lainnya, dalam Santrock,

secara psikososial yang lebih banyak

2014). Lewat komunikasi yang lebih

dibandingkan perempuan (Bernard dalam

intens

Faulkner,

mereka.

sering

Penelitian

berhubungan

orang

inilah

Lansia

children and parenting.

tua

lansia

masih

mampu

2002).

Tidak

heran

jika

kemudian dalam penelitian ini suami lanjut

usia

juga

menunjukkan

kepuasan

dengan responden istri.

pernikahan yang lebih tinggi dibandingkan

DAFTAR PUSTAKA
Benokraitis, N. V. (2011). Marriage and Families : Change, Choices, and Constraints 7th
edition. United States of America : Pearson.
Berk, L. E. (2008). Exploring Lifespan Development. United States of America : Pearson.
(diunduh dari http://en.booksee.org/book/1416350 pada Jumat, 26 September 2014 pukul
13:01).
Bulanda, J.R. (2011). Gender, Marital Power, and Marital Quality in Later Life. Journal of
Women and Aging, 23:3-22. Oxford : Taylor and Francis Group.
Christensen, Larry. (2007). Experimental Methodology tenth edition. Pearson Education, Inc :
USA.
Desain

Sistem

Perlindungan

Sosial

Terpadu.

(2003).

Bappenas.

(Diunduh

dari

http://www.bappenas.go.id pada Selasa, 18 November 2014 pukul 9:43).
Duvall, Evelyn M. (1977). Marriage and Family Development, 5th edition. USA : J.B
Lipincott Company
Faulkner, Rhonda A. (2002) .

Gender Related Influences on Marital satisfaction and

Marital Conflict Overtime For Husbands and Wives. Dissertation. Georgia : University
of Georgia.
Info Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI : Situasi dan Analisis Lanjut Usia
(Diunduh dari http://www.depkes.go.id pada Kamis, 6 November 2014 pukul 11:21).
Olson, D. H. & DeFrain, John. (2011). Marriages and Families : Intimacy,diversity and
strengths.

7th

edition.

New

York

:

McGraw

Hill.

(Diunduh

dari

http://en.booksee.org/book/1434955 pada Kamis, 11 September 2014 pukul 12:58).
Santrock, J. W. (2011). Life-span Development 13th edition. New York : McGraw-Hill
Companies. (Diunduh dari http://en.booksee.org/book/1424851 pada Senin, 22 September
2014 pukul 10:01).
Santrock, J. W. (2014). A Tropical Approach to Life-Span Development 7th edition. New
York : McGraw-Hill Companies.
WRVS. (2012). Loneliness Amongst Older Peolple and The Impact of Family Connections.
(Diunduh dari http://www.royalvoluntaryservice.org.uk pada Jumat, 28 November 2014
pukul14:02