Peran Interaksi Sosial Terhadap Kepuasan Hidup Lanjut Usia.

(1)

PERAN INTERAKSI SOSIAL TERHADAP KEPUASAN

HIDUP LANJUT USIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas

Udayana Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

LUH PUTU WIWIN FITRIYADEWI

1102205045

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2016


(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Panitia Ujian Skripsi Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi.

Pada tanggal :

Mengesahkan Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Dekan,

Prof. Dr. Dr. Putu Astawa, SpOT (K).M. Kes

Tim Penilai : Tanda tangan

1. Luh Made Karisma Sukmayanti Suarya, S.Psi.,M.A. ________________

Pembimbing

2. Dr. Ni Made Swasti Wulanyani, S.Psi, M.Erg.,Psi. ________________

Ketua Penguji

3. Made Diah Lestari,S.Psi.,M.Psi. ________________

Sekretaris Penguji

4. Tience Debora Valentina, S.Psi.,M.A, Psi. ________________


(3)

iii

MOTTO

Kekuatan Tidak Berasal Dari Kapasitas Fisik, Itu Berasal Dari

Kemauan Yang Gigih.

Mahatma Gandhi

Sukses Tidak Datang Dari Apa Yang Diberikan Oleh Orang

Lain, Tetapi Datang Dari Keyakinan Dan Kerja Keras Kita

Sendiri


(4)

iv

PERSEMBAHAN

Dalam lembar ini, ijinkan saya mempersembahkan karya ini kepada : Ida Sanghyang Widhi Wasa

Ayah dan Ibu

Drs. I Wayan Garjita dan Nyoman Terima

Adik Terkasih

I Made Arya Udyana Putra

Program Studi Psikologi Universitas Udayana

Institusi pendidikan yang menjadi tempat saya mengenyam ilmu yang sekaligus telah banyak membantu saya untuk mengembangkan potensi diri

dan


(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertandatangan dibawah ini saya, Luh Putu Wiwin Fitriyadewi, dengan disaksikan oleh tim penguji skripsi, dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh derajat kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun. Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia derajat kesarjanaan ini dicabut.

Denpasar, Januari 2016 Yang Menyatakan,

Luh Putu Wiwin Fitriyadewi NIM. 1102205045


(6)

vi

PERAN INTERAKSI SOSIAL TERHADAP KEPUASAN HIDUP LANJUT USIA

Luh Putu Wiwin Fitriyadewi

Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

ABSTRAK

Pada masa lansia terjadi penurunan fungsi sosial, mental, psikologis, maupun kesehatan yang merupakan hambatan untuk merasakan dan menikmati kepuasan hidup. Kepuasan hidup yang tinggi dapat tercapai jika individu tetap melakukan aktivitas – aktivitas yang dianggapnya bermakna. Salah satu hal yang dapat menciptakan kepuasan hidup yaitu interaksi sosial. Interaksi tidak saja terjadi dengan anggota keluarga tetapi juga meliputi lingkup sosial yang lebih luas seperti tetangga, teman – teman satu kantor dan sebagainya. Bentuk– bentuk interaksi sosial seperti menyapa, memberikan senyuman sampai dalam hal ikut ambil bagian dalam proses penyelesaian masalah. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling, Pada subjek lansia yang tinggal di Kota Denpasar dengan rentang usia 60 tahun sampai 80 tahun. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala interaksi sosial sebanyak 15 aitem dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,804 dan skala kepuasan hidup sebanyak 13 aitem dengan koefisien reliabilitas sebesar 0.788. Hasil dari penelitian ini diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.001 atau berada dibawah 0,05 (p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara interaksi sosial dengan kepuasan hidup lansia, semakin tinggi interaksi sosial yang dilakukan lansia maka kepuasan hidup lansia semakin tinggi, dan begitu pula sebaliknya apabila interaksi sosial rendah maka kepuasan hidup lansia juga rendah. Nilai R square sebesar 0.101 yaitu interaksi sosial memberikan kontribusi sebesar 10.1% terhadap kepuasan hidup lansia. Sebanyak 100 subjek pada penelitian ini tergolong kedalam kategori subjek yang memiliki interaksi sosial dan kepuasan hidup yang cenderung baik. Kata Kunci : Interaksi Sosial, Kepuasan Hidup, Lansia


(7)

vii

THE ROLE OF SOCIAL INTERACTION TOWARDS LIFE SATISFACTION AT THE LATE ADULTHOOD

Luh Putu Wiwin Fitriyadewi

Department of Psychology, Medical Faculty, Udayana University

ABSTRACT

A person’s mental, social functioning and psychological also health will decreased during

the late adulthood phase. Those are the obstacles for the people who want to feel the enjoyment of life. People will assume that they have high life satisfaction when they still did the daily activity that they used to do. One of the thing that can make people satisfy with their life is social interaction. Social interaction happened in many aspect of our life not only just in family but also in bigger social life such as neighborhoods, friends, friends at work, etc. The form of social interaction are say hello, smile, and also when a person take a part in problem solving process . This research is a quantitative research using simple regression analysis and using purposive sample technique as the technique sample. Subject in this research are a person age 60 till 80 years old. The instrument in this research is social interaction scale with 15 items and the coefficient reliability = 0,788. The result of this research is show R= 0,001 (p<0,05) thus can be stated that there is a relationship between social interaction with life satisfaction of a late adulthood, which means that the higher social interaction of a person will make a high life satisfaction to their life but if a person have low social interaction, the life satisfaction will be low too. R square = 0,101 which means that the social interaction have contributed 10,1% toward life satisfaction. 100 subject in this research are the people who have a good social interaction and life satisfaction.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas berkat dan penyertaan-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Interaksi Sosial Terhadap Kepuasan Hidup Lanjut Usia" ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana psikologi di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari banyaknya bantuan berbagai pihak, oleh karena itu perkenankanlah penulis menghaturkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT(K), M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2. Dra. Adijanti Marheni, M.Si, Psikolog, sebagai Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik yang selalu membimbing dan memotivasi selama penulis menempuh pendidikan.

3. Luh Made Karisma Sukmayanti Suarya, S.Psi.,M.A. sebagai dosen pembimbing skripsi yang begitu sabar membimbing penulis, meluangkan waktu dan tenanganya, membagi ilmu dan memotivasi, serta tidak hanya menjadi pembimbing namun juga menjadi ibu yang luar biasa bagi penulis.

4. Keluarga besar Program Studi Psikologi Universitas Udayana yang sudah peneliti anggap seperti keluarga sendiri. Seluruh staff dosen, staff Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, serta seluruh teman-teman dari berbagai angkatan, yang terus memberi dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini. 5. Orang tua tercinta, Ayah Drs. I Wayan Garjita, Ibu Nyoman Terima, adik terkasih I


(9)

ix

yang selalu mendukung penulis dalam segala hal dan merupakan segala-galanya bagi penulis.

6. Seluruh sahabat dan saudara terbaik, Gina Sonia Martha Dewi, Dina Yuniarini, Yuli Pratiwi, Ida Ayu Intan Yuliana, Adelia Surya Anjani, Intan Kinanti Angligan, Pak De dan Bu De Menjangan dan Pak De dan Bu De Sumuh, serta semua teman Zestrivida – Psikologi 2011 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang semuanya punya peranan tersendiri dalam kehidupan penulis.

7. Ketua Persatuan Wredha Sejahtera Kota Denpasar serta para lansia yang tergabung dalam kelompok lansia Desa maupun Kelurahan yang telah mengijinkan penulis melakukan proses pengambilan data demi kelancaran proses pembuatan skripsi penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sepenuhnya sempurna, karena masih terdapat kesalahan dan kekurangan terkait keterbatasan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Denpasar, Januari 2016


(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Keaslian Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 11

1. Manfaat Teoritis ... 11

2. Manfaat Praktis ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Lanjut Usia ... 13

1. Pengertian Lanjut Usia ... 13

2. Karakterisitik Lanjut Usia ... 14

B. Kepuasan Hidup Lanjut Usia ... 16

1. Pengertian Kepuasan Hidup Lanjut Usia ... 16

2. Aspek-aspek Kepuasan Hidup Lanjut Usia ... 17

3. Faktor-faktor Kepuasan Hidup Lanjut Usia ... 19

C. Interaksi Sosial ... 22

1. Pengertian Interaksi Sosial ... 22

2. Aspek-aspek Interaksi Sosial ... 25

3. Faktor-faktor Interaksi Sosial ... 27

D. Dinamika Antar Variabel ... 29

E. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 34

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 35

C. Subjek Penelitian ... 36

D. Metode Pengambilan Sampel... 37

E. Metode Pengumpulan Data ... 38

F. Validitas dan Reliabilitas ... 41

1. Uji Validitas ... 41


(11)

xi

G. Metode Analisis Data ... 42

H. Uji Asumsi Data Penelitian ... 43

1. Uji Normalitas... 43

2. Uji Linearitas ... 43

3. Uji Hipotesis ... 43

BAB IV Persiapan, Laporan Penelitian, dan Pembahasan ... 45

A. Persiapan Penelitian ... 45

1. Persiapan Uji Coba Alat Ukur Penelitian ... 45

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 46

B. Pelaksanaan Penelitian ... 50

C. Analisis Data dan Hasil Penelitian ... 50

1. Karakteristik Subjek ... 50

D. Deskripsi Data ... 52

E. Uji Asumsi ... 55

a. Uji Normalitas... 55

b. Uji Linearitas ... 56

F. Uji Hipotesis ... 57

G. Analisis Data Tambahan ... 58

H. Pembahasan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

DAFTAR ISTILAH ... 75


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Cara Penialaian Aitem Favorable dan Unfavorable ... 39

Tabel 2. Blue Print Skala Interaksi Sosial ... 40

Tabel 3. Blue Print Skala Kepuasan Hidup ... 40

Tabel 4. Kategorisasi Skor ... 44

Tabel 5. Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Interaksi Sosial ... 46

Tabel 6. Sebaran Skala Interaksi Sosial Sebelum Aitem Gugur ... 47

Tabel 7. Spesifikasi Skala Interaksi Sosial yang Sudah Diuji Keabsahannya ... 47

Tabel 8. Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Kepuasan Hidup ... 48

Tabel 9. Sebaran Skala Kepuasan Hidup Sebelum Aitem Gugur ... 49

Tabel 10. Spesifikasi Skala Interaksi Sosial yang Sudah Diuji Keabsahannya ... 49

Tabel 11. Profil Subjek Berdasarkan Usia ... 50

Tabel 12. Profil Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Tabel 13. Profil Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 51

Tabel 14. Profil Subjek Berdasarkan Aktivitas Sehari-hari ... 51

Tabel 15. Karakteristik Subjek Berdasarkan Riwayat Penyakit ... 52

Tabel 16. Karakteristik Subjek Berdasarkan Pasangan ... 52

Tabel 17. Deskripsi Statistik Hasil Pengukuran ... 53

Tabel 18. Tabel Mean Empiris dan Mean Teoritis ... 53

Tabel 19. Norma Kategorisasi Skor ... 54

Tabel 20. Kategorosasi Interaksi Sosial ... 54

Tabel 21. Kategorisasi Kepuasan Hidup ... 55

Tabel 22. Hasil Uji Normalitas ... 56

Tabel 23. Hasil Uji Linearitas ... 56

Tabel 24. Hasil Besarnya Sumbangan Interaksi Sosial Dengan Kepuasan Hidup ... 57

Tabel 25. Hasil Uji Regresi Interaksi Sosial dan Kepuasan Hidup ... 57

Tabel 26. Hasil Uji Signifikansi Konstanta Interaksi Sosial Terhadap Kepuasan Hidup ... 58

Tabel 27. Perbedaan Kepuasan Hidup Berdasarkan Usia Lansia ... 59

Tabel 28. Perbedaan Kepuasan Hidup Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

Tabel 29. Perbedaan Kepuasan Hidup Berdasarkan Pendidikan ... 60

Tabel 30. Perbedaan Kepuasan Hidup Berdasarkan Aktivitas Sehari-hari ... 60

Tabel 31. Perbedaan Kepuasan Hidup Berdasarkan Riwayat Penyakit ... 61

Tabel 32. Perbedaan Kepuasan Hidup Berdasarkan Ada atau Tidak Ada Pasangan ... 61


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Try Out ... 77

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian (Aitem Valid) ... 84

Lampiran 3. Sebaran Data Try Out ... 90

Lampiran 4. Sebaran Data Try Out Skala Interaksi Sosial ... 92

Lampiran 5. Sebaran Data Try Out Skala Kepuasan Hidup ... 94

Lampiran 6. Validitas dan Reliabilitas SkalaInteraksi Sosial Sebelum Aitem digugurkan ... 96

Lampiran 7. Validitas dan Reliabilitas SkalaInteraksi Sosial Setelah Aitem digugurkan ... 97

Lampiran 8. Validitas dan Reliabilitas Skala Kepuasan Hidup Sebelum Aitem digugurkan ... 98

Lampiran 9. Validitas dan Reliabilitas SkalaKepuasan Hidup Setelah Aitem digugurkan ... 100

Lampiran 10. Sebaran Data Penelitian ... 101

Lampiran 11. Sebaran Data Penelitian Skala Interaksi Sosial ... 104

Lampiran 12. Sebaran Data Penelitian Skala Kepuasan Hidup ... 107

Lampiran 13. Kategorisasi Data Penelitian ... 110

Lampiran 14. Uji Normalitas dan Homogenitas Data Penelitian ... 111

Lampiran 15. Uji Linearitas Data Penelitian ... 112

Lampiran 16. Uji Hipotesis Data Penelitian ... 113

Lampiran 17. Uji Data Tambahan Perbedaan Kepuasan Hidup Pada Lansia Berdasarkan Usia ... 114

Lampiran 18. Uji Data Tambahan Perbedaan Kepuasan Hidup Pada Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin ... 116

Lampiran 19. Uji Data Tambahan Perbedaan Kepuasan Hidup Pada Lansia Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 118

Lampiran 20. Uji Data Tambahan Perbedaan Kepuasan Hidup Pada Lansia Berdasarkan Aktivitas Sehari-hari ... 119

Lampiran 21. Uji Data Tambahan Perbedaan Kepuasan Hidup Pada Lansia Berdasarkan Ada atau Tidak Ada Penyakit ... 120

Lampiran 22. Uji Data Tambahan Perbedaan Kepuasan Hidup Pada Lansia Berdasarkan Ada atau Tidak Ada Pasangan ... 122


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia atau yang sering disebut lansia merupakan suatu fase dalam kehidupan manusia. Pada lanjut usia terjadi beberapa perubahan fisik dan fungsi biologis tubuh, seperti kulit yang semakin keriput, tumbuhnya uban di rambut dan kemampuan untuk mempelajari hal baru yang menjadi lambat serta beberapa lanjut usia akan mengalami kepikunan (Suardiman, 2011).

Berdasarkan data dari Detik News (2010) Indonesia termasuk kedalam negara yang memiliki jumlah lanjut usia tertinggi nomor empat di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat, sedangkan Provinsi Bali menempati urutan ke sepuluh dengan jumlah lanjut usia tertinggi di Indonesia. Tingginya jumlah lanjut usia tersebut merupakan keberhasilan pemerintah pusat maupun masyrakat untuk meningkatkan angka harapan hidup. Akan tetapi jumlah lanjut usia yang tinggi juga menyebabkan bebarapa permasalahan seperti kesehatan, ekonomi dan kepuasan hidup lanjut usia menjadi rendah sehingga beberapa lanjut usia tidak menikmati hari tua dan merasa menyesali hari tua yang dimiliki (BKKBN, 2010 ; Ulfa, 2014).

Pada umumnya pada fase lanjut usia sudah merasakan kepuasan dalam hidupnya karena lanjut usia telah memperoleh pencapain hidup seperti bekerja, meraih cita-cita, menikah dan memiliki keluarga serta menjalin hubungan dengan dengan orang lain serta telah menyesuaikan diri pada setia fase kehidupan. Akan tetapi kenyataan yang dihadapi lanjut usia di Indonesia berbeda, seperti kasus yang terjadi di Gunung Kidul yaitu 40% kasus bunuh diri didominasi oleh kaum lanjut usia. Penyebab tingginya angka bunuh diri lanjut usia karena masalah emosional seperti depresi, mengidap penyakit, ketidakpedulian


(16)

2 keluarga, lingkungan sekitar tempat tinggal lanjut usia (Kurnia, 2014).

Untuk mengurangi angka depresi dan bunuh diri pada lanjut usia diperlukan kepuasan hidup karena lanjut usia dapat memiliki hidup yang berkualitas serta merasa puas terhadap hari tua serta dapat melakukan kegiatan yang disukai sehingga lanjut usia merasa berguna bagi orang lain. Untuk menjaga kepuasan hidup serta kesejahteraan lanjut usia pemerintah membuat undang-undang nomor 13 tahun 1998 terkait lanjut usia. Selain membuat undang-undang terkait lanjut usia pemerintah juga mengembangkan progran kegiatan bagi lanjut usia. Seperti yang dilakukan oleh pemerintah Kota Denpasar yaitu melakukan upaya meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan hidup lansia di Kota Denpasar yang tinggi mencapai 102.00 orang, pemerintah membuat program Lansia Center yang merupakan tempat bagi lanjut usia untuk berinteraksi dan melakukan kegiatan bersama lanjut usia lainnya (Komnaslansia ; Rohmat, 2012).

Dengan adanya interaksi sosial lanjut usia dapat bertukar informasi terkait kesehatan, melakukan aktivitas bersama lansia lainnya sehingga lanjut usia dapat terjaga kesehatannya, dan mendapatkan dukungan dari lanjut usia maupun orang-orang disekitar lanjut usia. Seperti studi kasus yang di lakukan Fitriyadewi (2014) terhadap tiga subjek lanjut usia. Subjek pertama memilih mengisi waktu luang dengan bekerja kembali setelah masa pensiun, dengan menjadi kepala sekolah di sebuah taman kanak-kanak. Hasil wawancara dengan subjek menunjukkan bahwa subjek pertama yang telah memasuki lanjut usia dan memilih untuk bekerja kembali, dapat dikatakan memiliki konsep diri yang cenderung tinggi. Konsep diri memiliki dua aspek yaitu aspek internal yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri seperti identitas diri yang individu itu miliki, diri sebagai pelaku dan diri sebagai penilai. Dimensi eksternal terdiri dari diri fisik terkait fisik, moral, pribadi, keluarga dan sosial. Konsep diri subjek pertama cenderung tinggi disebabkan oleh adanya dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan, serta adanya aktivitas yang


(17)

3 dilakukan di luar rumah, sehingga kegiatan di luar rumah yang dilakukan dapat menimbulkan perasan senang dan puas. Perasaan senang yang dirasakan subjek pertama disebabkan karena pada usia yang telah lanjut dapat bekerja kembali dan berguna bagi orang lain.

Selanjutnya subjek kedua yaitu, lanjut usia berumur 62 tahun yang merupakan pensiunan pegawai negeri. Subjek kedua tidak bekerja kembali setelah memasuki masa pensiun, namun memilih mengisi masa pensiun dengan berinteraksi terhadap lingkungan. Interaksi yang subjek kedua lakukan seperti mengikuti kegiatan gotong royong di lingkungan banjar, arisan rantauan yang rutin diadakan setiap satu bulan sekali di kampung tempat subjek kedua berasal, serta kegiatan ngayah di masyarakat. Subjek kedua merasakan perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah masa pensiun, selama aktif bekerja subjek memiliki kegiatan rutin setiap hari yaitu harus pergi ke kantor, sedangkan setelah pensiun kegiatan rutin itu tidak ada lagi. Kegiatan rutin yang dilakukan subjek saat ini yaitu jalan-jalan di sekitar tempat tinngal pada sore hari, dengan adanya kegiata itu subjek dapat menjalin interaksi dengan lingkungan sehingga tidak merasa kesepian dalam menjalani keseharian.

Subjek ketiga merupakan seorang lanjut usia yang mengisi waktu luang dengan mengasuh cucu, mengikuti kegiatan lanjut usia yang ada di banjar tempat tinggal subjek serta mengikuti kegiatan masyarakat seperti kegiatan PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga) di tempat tinggal subjek dan kegiatan masyarakat di kampung halaman. Subjek mengatakan menikmati kegiatan yang dijalani selain merupakan kewajiban, kegiatan yang dijalani subjek dapat mengisi waktu luang pada masa lanjut usia. Melalui kegiatan tersebut, subjek dapat bertukar pikiran, berinteraksi baik secara verbal maupun non verbal, bercanda dan tertawa dengan masyarakat maupun sesama lanjut usia sehingga menghilangkan penat yang subjek rasakan.


(18)

4 Berdasarkan pemaparan studi pendahuluan, beberapa lanjut usia memilih mengisi waktu luang dengan berbagai kegiatan baik kegiatan di lingkungan keluarga maupun kegiatan di lingkungan masyarakat. Kegiatan yang dijalani lanjut usia menyebabkan kepuasan hidup yang dimiliki lanjut usia meningkat karena lanjut usia dapat manjalani aktivitas yang disenangi, berinteraksi dengan keluarga maupun masyarakat dan melakukan aktivitas di luar rumah. Akan tetapi beberapa lanjut usia masih memiliki kepuasan hidup yang rendah akibat kurangnya relasi yang lanjut usia miliki.

Studi pendahuluan terhadap tiga subjek memiliki perbedaan hasil dengan pernyataan Kompas (2008) yaitu sebesar 30 sampai 45 persen lanjut usia yang dirawat di rumah sakit maupun panti dikarenakan depresi akibat faktor biologik, psikologik dan stres kronis. Stres kronis yang dialami lanjut usia disebabkan karena kurangnya relasi yang lanjut usia miliki.

Kepuasan hidup yang lanjut usia miliki dapat tercapai apabila lanjut usia mendapat perhatian dan berinteraksi dengan keluraga. Seperti penelitian terhadap lanjut usia yang menikah dan memiliki keluarga mempunyai kepuasan hidup yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan lanjut usia yang menduda atau menjanda. Kepuasan hidup didapat karena adanya dukungan dari keluarga yang dimiliki lanjut usia. Berdasarkan penelitian tersebut nampak bahwa dukungan sosial keluarga berperan dalam pencapaian kepuasan hidup lanjut usia (Fauzi, 2013). Beberapa lanjut usia perempuan yang tidak menikah memiliki kepuasan hidup yang rendah, karena tidak terpenuhinya tugas-tugas perkembangan seperti menikah dan memiliki keluarga, sehingga tidak adanya dukungan sosial dari keluarga yang dibentuk. Akan tetapi lanjut usia perempuan yang tidak menikah tetap mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan. Dukungan sosial yang diperoleh dari lingkungan dapat menunjang kelangsungan hidup lanjut usia (Kurniasari & Leonardi,2013). Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dari Fauzi, Kurniasari dan Leonardi dapat dikatakan bahwa kepuasan hidup yang dimiliki lanjut usia diperoleh dari


(19)

5 dukungan sosial, baik dukungan sosial dari dalam keluarga maupun dukungan sosial yang diperoleh dari lingkungan tempat tinggal lanjut usia. Dengan adanya dukungan sosial baik dari keluarga maupun lingkungan, secara langsung lanjut usia telah melakukan interaksi dengan keluarga yaitu interaksi melalui kontak fisik maupun interaksi verbal.

Selain dukungan sosial, kepuasan hidup yang dimiliki lanjut usia juga diperoleh melalui perilaku beragama. Melalui berperilaku seperti berserah diri dan berusaha mencari pertolongan hidup pada Tuhan untuk mendapatkan kepuasan diri, lanjut usia akan mendapatkan kecerdasan spiritual dan merasa puas terhadap hidupnya. Lanjut usia yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi akan menghargai hidup sebagai sesuatu yang berarti, menerima keadaan diri apapun yang dialami pada masa lanjut usia, serta optimis dalam menjalani kehidupan (Sistya, 2014; Minaswari, 2007).

Sikap optimis dalam menjalani kehidupan yang dimiliki lanjut usia menggambarkan suatu kondisi yang khas pada diri lanjut usia. Kondisi yang khas tersebut membuat lanjut usia mengalami banyak kesenangan dan merasa sangat sedikit ketidaksenangan secara emosional. Lanjut usia dapat menerima kenyataan hidup dan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi dalam diri dan lingkungan. Kemampuan menyesuaikan diri yang dimiliki membuat lanjut usia ingin menambah pengalaman hidup yaitu dengan aktif dalam berbagai kegiatan yang ada di lingkungan sekitar lanjut usia, serta melakukan kontak sosial dengan teman sebaya. Adanya kegiatan dan kontak dengan teman sebaya akan membentuk suatu interaksi pada lanjut usia. Interaksi yang dilakukan lanjut usia melalui kontak sosial dapat meningkatkan kepuasan hidup yang dimiliki lanjut usia (Rachman, 2013).

Interaksi sosial yang dilakukan, menyebabkan lanjut usia memiliki aktivitas yang akan mengisi waktu senggang dalam kehidupan sehari-hari. Individu pada lanjut usia yang aktif dalam berbagai kegiatan, akan merasa puas dengan kehidupan. Lanjut usia yang tetap aktif


(20)

6 baik secara fisik, mental ataupun sosial akan memiliki kepuasan yang tinggi dalam hidup. Pentingnya aktivitas berkesinambungan, dapat mengisi waktu luang yang dimiliki lanjut usia, sehingga lanjut usia akan merasa berguna dan puas terhadap hidupnya (Papalia, Old & Feldman, 2008).

Beberapa lanjut usia memilih bekerja kembali untuk mengisi waktu luang dan menjalin interaksi sosial. Berdasarkan survey Angkatan Kerja Nasional atau Sakernas pada tahun 2011, menunjukkan hampir separuh dari lanjut usia yaitu 45.41% memiliki kegiatan bekerja kembali setelah pensiun dan 28.69% mengurus rumah tangga, 28.69% menganggur atau mencari kerja dan lanjut usia yang memiliki kegiatan lainnya sekitar 24.24% ( Abikusno, 2013). Berdasarkan hasil survey Sakernas terlihat bahwa sebagian besar lanjut usia masih aktif dalam melakukan kegiatan.

Intratksi Sosial yang lanjut usia lakukan sangat penting seperti penelitian yang dilakukan oleh Widodo dan Aniroh (2013) yang menunjukkan bahwa interaksi sosial yang dilakukan lanjut usia dapat mencegah depresi pada lanjut usia. Interaksi sosial yang dilakukan lanjut usia akan menimbulkan perasaan bahagia karena berkurangnya kondisi terisolir, dan lanjut usia merasa berguna. Lanjut usia yang melakukan interaksi sosial memiliki banyak teman atau relasi dan memiliki aktivitas untuk mengisi waktu luang sehingga lanjut usia akan merasa berguna dalam menjalani hidup.

Selain mengurangi depresi pada lanjut usia, interaksi sosial juga dapat memperpanjang hidup lanjut usia. Adanya interaksi sosial pada lanjut usia membuat lanjut usia mendapat dukungan dari relasi yang dimiliki untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Banyaknya relasi yang dimiliki membuat lanjut usia saling membantu dan bertukar pengalaman terutama pengalaman terkait kesehatan dan dapat membuat lanjut usia sejahtera (Chimes, 2013).


(21)

7 lanjut usia juga memperoleh hasil bahwa interaksi sosial di luar lingkungan keluarga memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan hidup lanjut usia. Lanjut usia yang melakukan interaksi sosial di luar lingkungan keluarga memiliki kepuasan hidup yang lebih tinggi dari pada lanjut usia yang tidak melakukan interaksi sosial. Interaksi sosial di luar lingkungan keluarga berupa aktif mengikuti kelompok lanjut usia di tempat ibadah, berwirausaha dan menghabiskan waktu untuk pekerjaan yang disenangi sehingga lanjut usia dapat berinteraksi dengan orang di luar keluarga seperti adanya kontak fisik ataupun verbal, menyampaikan ide dalam suatu pertemuan. Kegiatan interaksi sosial tersebut membuat lanjut usia memiliki pikiran positif terkait diri dan merasa berguna sehingga kualitas hidup yang dimiliki menjadi meningkat.

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, nampak bahwa interaksi sosial yang dilakukan lanjut usia di lingkungan masyarakat dan keluarga adalah penting. Interaksi sosial yang dilakukan lanjut usia penting dikarenakan dengan interaksi sosial orang lanjut usia memiliki teman untuk bertukar pikiran dan informasi sehingga dapat mengurangi kesepian yang dirasakan, sehingga lanjut usia merasa berguna dalam hidup, terhindar dari depresi, dan kepuasan hidup menjadi cenderung meningkat. Lanjut usia yang cenderung tidak melakukan interaksi sosial akan merasa kesepian, kekurangan informasi terkait kesehatan pada lanjut usia, tidak adanya teman untuk bertukar pikiran sehingga kesehatan lanjut usia tersebut menurun, lanjut usia akan depresi dan kepuasan hidup cenderung rendah. Kepuasan hidup yang cenderung rendah menyebabkan lanjut usia merasa menyesal dengan kehidupan ketika memasuki masa lanjut usia, sehingga berakibat pada kecenderungan lanjut usia untuk menyendiri, murung dan terisolasi dari kegiatan luar rumah. Kepuasan hidup yang cenderung rendah akan berdampak pula pada kesehatan karena lanjut usia merasa sedih dan tidak bersemangat dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu peran interaksi sosial terhadap kepuasan hidup usia lanjut perlu diteliti lebih mendalam.


(22)

8

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini yaitu apakah ada hubungan antara interaksi sosial dengan kepuasan hidup lanjut usia?

C. Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh Wardhani (2005) yaitu Hubungan Antara Interaksi Sosial di Lingkungan Luar Keluarga dengan Kepuasan Hidup Pada Lanjut usia. Penelitian yang dilakukan Wardani mengambil Populasi umat Gereja Katolik Paroki Santha Theresia Bongsari Semarang dengan usia diatas 60 tahun, dapat membaca dan berbahasa Indonesia. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Wardhani yaitu semakin tinggi interaksi sosial yabg dilakukan lanjut usia maka semakin tinggi juga kepuasan hidup yang lanjut usia miliki. Pada penelitian peran interaksi sosial terhadap kepuasan hidup lanjut usia menggunakan populasi lanjut usia yang ada di kota Denpasar. Penelitian Wardhani menggunakan metode skala dengan bentuk tertutup, subjek harus memilih jawaban yang telah disediakan. Persamaan penelitian Wardhani dengan penelitian peran interaksi sosial terhadap kepuasan hidup lanjut usia yaitu sama-sama menggunakan variabel bebas interaksi sosial dan variabel tergantung kepuasan hidup lanjut usia.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Minaswari (2007) yang berjudul Kepuasan Hidup Pada Orang Lanjut Usia Ditinjau Dari Kecerdasan Spiritual. Penelitian Minaswari menggunakan variabel bebas yaitu kecerdasan spiritual sedangkan penelitian peran interaksi sosial terhadap kepuasan hidup lanjut usia ini menggunakan variabel bebas interaksi sosial. Penelitian Minaswari dan penelitian ini menggunakan metode penelitian yang sama yaitu metode penelitian kuantitatif dan menggunakan variabel tergantung kepuasan hidup lanjut usia. Hasil dari penelitian Minaswari menunjukkan ada hubungan yanng positif antara kecerdasan spiritual dengan kepuasan hidup lanjut usia.


(23)

9 Penelitian lainnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fauzi (2013) dengan judul hubungan dorongan keluarga dengan kepuasan hidup lanjut usia berdasarkan status perkawinan. Penelitian Fauzi menggunakan variabel bebas yaitu kepuasan hidup dan variabel tergantungnya yaitu dorongan keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Fauzi menggunakan metode pangumpulan data mix method yaitu kualitatif dan kuantitatif. Subjek kualitatif diambil sampel 6 orang dengan teknik wawancara dan sampel lanjut usia kuantitatif diminta untuk mengisi skala Family Support Scale (FSS) dan skala Satisfaction With Life Scale (SWLS). Perbedaan penelitian peran interaksi sosial terhadap kepuasan hidup lanjut usia dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauzi yaitu terletak pada variabel bebas dan tergantung. Pada penelitian peran interaksi sosial terhadap kepuasan hidup lanjut usia menggunakan variabel bebas yaitu Interaksi sosial dan kepuasan hidup lanjut usia sebagai variabel tergantung. Selain variabel bebas dan tergantung, metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini juga berbeda. Penelitian ini hanya menggunakan metode peniltian kuatitatif. Penelitian Fauzi menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara dorongan keluarga terhadap kepuasan hidup yang lanjut usia miliki.

Penelitian yang serupa yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sistya (2014) dengan judul perilaku beragama dan kepuasan hidup lanjut usia. Variabel bebas pada penelitian Sistya yaitu perilaku beragama, sedangkan penelitian peran interaksi sosial terhadap kepuasan hidup pada lanjut usia menggunakan variabel bebas yaitu interaksi sosial. Subjek penelitian Sistya yaitu individu dengan usia 60 tahun keatas yang berada di daerah Joho, Kediri, sedangkan penelitian peran interaksi sosial terhadap kepuasan hidup lanjut usia ini menggunakan subjek penelitian yaitu lanjut usia di kota Denpasar. Hanya saja penelitian Sistya dan penelitian ini memilliki variabel tergantung yang sama yaitu kepuasan hidup lanjut usia dan metode penelitian yang sama yaitu metode kuantitatif. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Sistya yaitu, adanya hubungan yang positif antara perilaku beragama


(24)

10 terhadap kepuasan hidup lanjut usia, semakin tinggi perilaku beragama yang lanjut usia lakukan maka kepuasan hidup lanjut usia semakin tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Rachman (2013) dengan judul perbedaan kepuasa hidup lanjut usia pada kelompok pensiunan dosen Universitas Negeri Semarang anggara kasih dan non-anggara kasih. Penelitian Rachman hanya menggunakan variabel kepuasan hidup lanjut usia sedangkan penelitian peran interaksi sosial terhadap kepuasan hidup lanjut usia menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas interaksi sosial dan variabel tergantung kepuasan hidup lanjut usia. Penelitian Rachman merupakan penelitian komparasi yang membandingkan kepuasan hidup pada populasi kelompok pensiunan dosen UNNES (Universitas Negeri Semarang) Anggara Kasih dan kelompok dosen Non-Anggara Kasih. Penelitian peran interaksi sosial terhadap kepuasan hidup lanjut usia merupakan penelitian korelasi. Penelitian Rachman menunjukkan hasil yaitu, tidak ada perbedaan kepuasan hidup antara kelompok pensiunan dosen anggara kasih dan non-anggara kasih meskipun kepuasan hidup yang subjek miliki bervariasi.

Penelitian lain yang memiliki kemiripan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sari, Yuliadi & Arif (2011) dengan judul hubungan antara konsep diri, religiuitas dengan kepuasan hidup pada lansia. Penelitian Sari, Yuliadi & Arif (2011) menggunakan variabel bebas yaitu konsep diri dan religiuitas sedangkan penelitian peran interaksi sosial terhadap kepuasan hidup lanjut usia menggunakan variabel bebas interaksi sosial. Selain itu perbedaan terletak pada subjek penelitian, penelitian Sari, Yuliadi & Arif (2011) mengggunakan subjek 420 sampel lansia di desa Rendeng Kudus. Sedangkan penelitian peran interaksi sosial terhadap kepuasan hidup lanjut usia menggunakan subjek lanjut usia di Kota Denpasar. Penelitian ini dengan penelitian Sari, Yuliadi & Arif (2011) memiliki perbedaan variabel, yaitu terletak pada variabel bebas. Persamaan penelitian Sari, Yuliadi dan Arif dan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan variabel tergantung berupa


(25)

11 kepuasan hidup. Hasil penelitian yaitu, terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dan religiuitas terhadap kepuasan hidup lansia.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel bebas dan variabel tergantung yang digunakan, metode penelitian serta tempat pengambilan sampel yang berbeda.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan kontribusi antara interaksi sosial terhadap kepuasan hidup lanjut usia.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang terdapat dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah pengetahuan dan pengembangan literatur dalam ilmu psikologi bidang perkembangan, khususnya gerontologi yang berkaitan dengan interaksi sosial lanjut usia dan kepuasan hidup pada lanjut usia.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti hal yang serupa yakni hubungan antara interaksi sosial terhadap kepuasan hidup lanjut usia, dengan demikian peneliti berikutnya lebih mudah menemukan hal-hal maupun referensi dan kaya akan informasi lebih mendalam terkait aktivitas sosial dan kepuasan hidup lanjut usia.

c. Penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang bermanfaat bagi lanjut usia untuk mengetahui pentingnya kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kepuasan hidup, sehingga lanjut usia menjadi sejahtera dan bahagia dalam menjalani masa lanjut usia.


(26)

12

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Lanjut usia

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi lanjut usia untuk meningkatkan interaksi sosial dengan mengikuti aktivitas yang disenangi dan menambah relasi pertemanan untuk melakukan aktivitas dalam mengisi waktu luang, sehingga lanjut usia merasa dirinya berguna dan puas terhadap kehidupan.

b. Bagi Keluarga

Adanya penelitian ini, diharapkan keluarga yang memiliki lanjut usia dapat mempertimbangkan atau menyarankan aktivitas yang dapat dilakukan oleh lanjut usia, meningkatkan interaksi sosial bagi lanjut usia baik interaksi secara fisik maupun verbal. Oleh karena itu, lanjut usia dapat merasakan perhatian dari keluarga dan memiliki pikiran positif terhadap hidup yang dijalani.

c. Bagi Pemerintah atau Masyarakat Umum

Diharapkan pemerintah atau masyarakat umum mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan hidup lanjut usia, sehingga dapat lebih peduli pada keberadaan lanjut usia, seperti menyediakan fasilitas-fasilitas yang mempermudah lanjut usia melakukan aktivitas sosial ataupun membentuk aktivitas bersama baik dengan


(27)

(28)

(29)

(30)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia

1. Pengertian Lanjut Usia

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, dalam pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas, sedangkan menurut WHO umur tua dibagi menjadi tiga jenis yaitu umur lanjut (elderly) antara umur 60-75 tahun, umur tua (old) antara umur 75-90 tahun dan umur sangat tua (very old) lebih dari 90 tahun (Suardiman, 2011). Hurlock (1980) menyatakan pada tahap perkembangan dalam rentan kehidupan batasan masa tua atau masa lanjut usia yaitu dari usia 60 tahun sampai dengan individu meninggal. Pernyataan Undang-undang Republik Indonesia dan Hurlock didukung oleh Hardwinoto dan Setiabudi (1999), yang menyatakan bahwa lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun keatas.

Terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk mengidentifikasi kapan individu dapat dikatakan tua, yaitu pendekatan biologis dan pendekatan kronologis. Pendekatan biologis yaitu pendekatan yang didasarkan pada keadaan fisik atau biologis individu, sedangkan pendekatan kronologis yaitu pendekatan yang didasarkan pada hitungan umur individu (Suardiman, 2011).

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat diketahui bahwa lanjut usia merupakan individu yang berusia 60 tahun, melalui dua pendekatan yang digunakan untuk mengetahui kapan individu dapat disebut lanjut usia yaitu pendekatan biologis yang berdasarkan keadaan fisik seseorang dan pendekatan kronologi yaitu pendekatan yang didasarkan pada usia seseorang.


(31)

13

2. Karakteristik Lanjut Usia

Terdapat beberapa karakteristik yang membedakan fase lanjut usia dengan fase lainnya dalam kehidupan. Menurut Papalia, Old dan Feldman (2008) beberapa karakteristik yang terjadi pada lanjut usia yaitu, karakteristik fisik dan karakteristik Psikososial. Pada masa lanjut usia individu memiliki perubahan fisik, baik yang terlihat maupun yang kurang dapat terlihat. Perubahan-perubahan fisik yang dapat terlihat tersebut antara lain kulit yang mengeriput dan kurang elastis serta rambut yang memutih, tubuh lanjut usia juga terlihat lebih pendek karena tulang yang membungkuk dan menipis. Sedangkan perubahan fisik yang kurang dapat terlihat antara lain menurunnya berat otak karena hilangnya neuron dalam otak, munculnya masalah pada alat-alat indera, penurunan fungsi seksual, selain itu lanjut usia juga memiliki kencenderungan dimensia. Pada masa lanjut usia terjadi perubahan fisik maupun psikologis yang tidak seperti pada usia sebelum 60 tahun, akan tetapi lanjut usia dengan usia 60 sampai 80 tahun memiliki kemampuan fisik dan kognitif yang tidak jauh berbeda.

Fungsi psikososial pada lanjut usia mengalami perubahan gaya hidup, hal ini dikarenakan pensiun dan waktu luang, individu pada masa lanjut usia yang sebelumnya bekerja juga akan mengalami kehilangan identitas pada masa pensiun. Selain kehilangan pekerjaan lanjut usia yang mengalami pensiun juga cenderung jarang berinteraksi dengan teman-teman semasa bekerja (Papalia, Old dan Feldman, 2008). Terdapat beberapa perbedaan pertemanan antara lanjut usia laki-laki dan perempuan. Pada perempuan hubungan pertemanan lebih intim, umunya perempuan bercerita tentang perasaan kepada teman perempuannya. Berbeda dengan perempuan, lanjut usia laki-laki dalam pertemanan umumnya lebih banyak membicarakan terkait pekerjaan dan aktivitas sehari-hari (Posner, 1995).


(32)

13

membedakan masa lanjut usia dengan masa perkembangan lainnya seperti:

a. Karakteristik biologis yaitu semua faktor genetik dan kesehatan yang memepengaruhi perkembangan lanjut usia seperti, terjadinya menopouse, adanya kerutan di wajah, serta perubahan fungsi organ tubuh.

b. Karakteristik psikologis merupakan dampak dari perubahan emosi, kognitif dan kepribadian yang berbeda dengan masa perkembangan lainnya.

c. Karakteristik sosiokultural merupakan faktor sosial budaya dan etnis dimana lanjut usia tersebut tinggal.

d. Karakteristik yang terakhir yaitu siklus kehidupan yang merupakan gabungan dari karakteristik biologis, psikologis dan sosiokultural. Siklus kehidupan pasti akan terjadi pada setiap individu, berawal dari masa anak-anak hingga lanjut usia, siklus kehidupan memberikan arti penting bagi tahap perkembangan.

Selain karakteristik fisik dan psikososial lanjut usia juga mengalami beberapa perubahan yaitu perubahan kognitif dan perubahan sosio emosional. Perubahan kognitif yaitu terjadi penurunan pada fungsi kognitif lanjut usia. Lanjut usia akan mengalami kesulitan dengan fungsi ingatan, belajar dan kecerdasan. Lanjut usia dipandang sebagai kelompok minoritas bila dibandingkan dengan kelompok usia muda sehingga lanjut usia cenderung mendapat perlakukan yang tidak menyenangkan seperti dianggap lemah dan menyusahkan. Dampak dari perlakukan tersebut menyebabkan lanjut usia memiliki konsep diri yang rendah , hal ini cenderung akan ditunjukkan lanjut usia dengan bentuk perilaku yang tidak menyenangkan, sulit menyesuaikan diri dengan keadaan sekarang sehingga lanjut usia akan mudah marah (Hurlock, 1980; Suardiman, 2011).

Dari pernyataan sebelumnya terkait lanjut usia dapat diketahui bahwa pada masa lanjut usia terdapat beberapa perubahan yaitu melemahnya kondisi fisik bila dibandingkan dengan masa sebelum lanjut usia, psikososial yang berbeda dengan keadaan sebelum


(33)

13

memasuki masa lanjut usia yaitu emosi yang cenderung meningkat, perubahan pada kegiatan sosial yang dijalani. Penurunan kognitif seperti penurunan ingatan dan proses belajar, serta perubahan pada sosio emosional apabila lanjut usia tidak dapat menyesuaikan diri dangan keadaan sekarang. Selain itu juga terjadi perubahan biologis, psikologis, sosiokultural yang menjadi siklus kehidupan dan pasti akan dialami oleh setiap individu.

B. Kepuasan Hidup Lanjut Usia

1. Pengertian Kepuasan Hidup Lanjut Usia

Seiring dengan kemajuan teknologi dan perawatan medis yang lebih baik menyebabkan angka harapan hidup meningkat. Meningkatnya angka harapan hidup sehingga jumlah lanjut usia pada setiap negara semakin tinggi. Di sisi lain jumlah lanjut usia yang meningkat menyebabkan permasalahan terkait kesejahteraan terhadap lanjut usia menjadi meningkat. Kurangnya kesejahteraan pada lanjut usia menyebabkan beberapa permasalahan seperti tingginya angka depresi pada lanjut usia, serta belum terpenuhinya kebutuhan ekonomi pada lanjut usia ketika memasuki masa pensiun. Permasalahan yang dihadapi lanjut usia seperti rasa kurang puas terhadap hidupnya karena belum terpenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup pada masa lanjut usia (Suardiman, 2011).

Kepuasan hidup merupakan evaluasi kognitif individu secara menyeluruh terhadap kualitas kehidupan yang dialami (Diener & Oishi, 2005). Kepuasan hidup dapat dialami lanjut usia dengan cara menikmati pengalaman-pengalaman semasa hidup dengan kegembiraan. Kepuasan hidup pada lanjut usia akan timbul apabila kebutuhan-kebutuhan atau harapannya telah terpenuhi dan lanjut usia dapat menerima keadaan diri saat memasuki masa lanjut usia (Alston & Dudley dalam Hurlock 1980).


(34)

13

pencapaian tujuan hidup serta perasaan positif terhadap keadaan diri pada masa lanjut usia. Kepuasan hidup pada masa lanjut usia meliputi kesejahteraan secara umum terkait kehidupan dimasa tua, dan kepuasan hidup berkaitan dengan moral, penyesuain diri yang baik serta kesejahteraan psikologis. Lanjut usia memiliki kepuasan hidup cenderung baik dapat terlihat dari kesenangan lanjut usia dalam kegiatan sehari-hari sehingga dapat menemukan hidup yang bermakna (Neugarten, 1996).

Ardelt (1997) mengungkapkan bahwa kepuasan hidup merupakan perasaan puas dan kurangnya perasaan tidak puas pada semua area kehidupan individu. Selain itu kepuasan hidup adalah keselarasan terhadap tujuan yang diinginkan dengan tujuan yang dicapai. Apabila individu telah mencapai tujuan yang diinginkan maka individu tersebut cenderung puas terhadap hidupnya.

Dari beberapa pengertian kepuasan hidup yang telah dipaparkan sebelumnya dapat dikatakan bahwa, kepuasan hidup pada lanjut usia merupakan suatu konsep yang kompleks terkait pencapaian tujuan hidup serta perasaan positif terhadap keadaan diri. Kesejahteraan hidup berkaitan erat terhadap moral dan penyesuaian diri yang baik pada masa lanjut usia. Lanjut usia yang memiliki kepuasan hidup cenderung baik akan menunjukkan kesenangan dalam menjalani aktivitas sehari-hari sehingga menemukan hidup yang bermakna.

2. Aspek-aspek Kepuasan Hidup Lanjut Usia

Beberapa tokoh berpendapat bahwa diperlukan beberapa aspek untuk mengetahui kepuasan hidup, seperti Neugarten (1996) menyatakan lima dimensi terkait aspek-aspek yang menunjang kepuasan hidup pada lanjut usia yaitu :


(35)

13

a. Senang dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari yaitu, dapat dikatakan sebagai reaksi manusia terhadap situasi dalam kehidupan sehari-hari. Lanjut usia sangat menikmati dan melakukan kegiatan sehari-harinya dengan suka cita.

b. Menganggap hidup penuh arti yaitu, menerima dengan tulus kondisi kehidupan, yaitu lanjut usia dapat mengisi kehidupan sehari-hari dengan sesuatu yang berguna, dan tidak menyesali apa yang telah terjadi pada dirinya.

c. Merasa telah berhasil mencapai cita-cita atau merasa mencapai sebagian besar tujuan utama dalam kehidupan yaitu, lanjut usia tidak lagi mengejar suatu impian yang tidak mungkin dicapai dengan keadaan dirinya yang sekarang dan ia merasa telah mencapai tujuan hidupnya di masa yang lalu.

d. Memiliki gambaran diri yang positif yaitu, lanjut usia yang telah mampu menerima keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut serta hidup penuh dengan suka cita.

e. Mempunyai sikap hidup yang optimis, lanjut usia optimis dan yakin bahwa hidup ini tidak sia-sia dan mangisi hidup dengan hal-hal yang berarti.

Pada tahun 1985 kelima aspek kepuasan hidup dirangkum oleh Diener menjadi lima aitem pernyataan sebagai berikut :

Satisfaction with life scaleIn most ways my life is close to my ideal,The conditions of my life are excellent, I am satisfied with my life, So far I have gotten the important things I want in life, If I could live my life over, I would change almost nothing” (Diener dkk, 1985: 71-75)

.

Yang diartikan bahwa kepuasan hidup terdiri dari lima komponen yaitu keinginan untuk mengubah kehidupan, kepuasan terhadap kehidupan saat ini, kepuasan terhadap hidup di masa lalu, kepuasan terhadap kehidupan di masa depan, dan penilaian terhadap kehidupan seseorang.

Berikutnya Ardelt (1997) menyatakan ada tiga aspek yang harus terpenuhi untuk mendapatkan kepuasan dalam hidup :


(36)

13 a. Puas terhadap berbagai situasi dalam hidup

Kepuasan terhadap hidup akan diperoleh jika lanjut usia merasa puas terhadap berbagai bidang di dalam kehidupan yaitu menerima bagaimanapun keadaan saat memasuki masa lanjut usia dan tidak menyalahkan perubahan yang terjadi.

b. Puas terhadap lingkungan sekitar

Kepuasan hidup akan diperoleh lanjut usia apabila merasa puas dengan orang-orang yang ada di dalam hidup seperti keluarga dan masyrakat sekitar, sehingga lanjut usia dapat berinteraksi dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

c. Keselarasan antara harapan dan hasil

Aspek terakhir yang dapat menunjang kepuasan hidup pada lanjut usia yaitu adanya keselarasan antara tujuan yang ingin dicapai lanjut usia dengan keadaan atau hasil akhir yang diperoleh. Lanjut usia yang mencapai tujuan yang diinginkan akan merasa lebih puas terhadap hidup.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya dapat diketahui bahwa aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan hidup pada lanjut usia yaitu, senang terhadap aktivitas

sehari-hari, menganggap hidup penuh arti dan menerima dengan tulus kondisi kehidupan,

merasa telah berhasil mencapai cita-cita atau merasa mencapai sebagian besar tujuan utama dalam kehidupan, memiliki gambaran diri yang positif, mempunyai sikap hidup yang optimis.

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepuasan Hidup pada Lanjut Usia

Terdapat beberapa faktor yang meyebabkan kepuasan hidup pada lanjut usia, menurut Ardelt (1997) faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup lanjut usia yaitu :

a. usia, kepuasan hidup yang dirasakan individu berbeda-beda pada setiap tahapan usia lanjut usia.


(37)

13

b. Kesehatan fisik yang dimiliki individu juga mempengaruhi baik atau buruk kepuasan hidup yang dimiliki, individu yang sehat cenderung memiliki kepuasan hidup yang baik bila dibandingkan individu yang sakit.

c. Pendapatan, namun dalam aspek ini ada banyak hal yang perlu dikontrol terkait pendapatan, seperti individu dengan pendapatan tinggi cenderung lebih puas terhadap kehidupan karena dapat memenuhi segala kebutuhan material namun perlu juga diperhatikan bagaimana pemenuhan kebutuhan psikologis pada individu tersebut. d. Hubungan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebutuhan karena

individu yang memiliki hubungan sosial yang baik akan melakukan interaksi terhadap individu maupun kelompok lainnya sehingga dukungan sosial yang didapat individu tersebut semakin tinggi.

e. Dukungan sosial yang didapat individu dapat mendukung individu melakukan aktivitas yang disenangi.

f. Pekerjaan, individu yang bekerja akan memiliki kepuasan hidup yang cenderung baik, karena dengan bekerja individu tersebut merasa berguna, sehingga pekerjaan dapat dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup.

Selain faktor yang dikemukakan oleh Ardelt, Markides (dalam Santrock, 1995) juga menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang kepuasan hidup lanjut usia, ada tiga faktor yang menunjang kepuasan hidup yaitu :

a. Pendapatan, lanjut usia dengan pendapatan yang layak dan kesehatan yang baik cenderung puas terhadap hidupnya bila dibandingkan dengan lanjut usia yang memiliki pendapatan rendah.

b. Suatu gaya hidup yang aktif dapat dikaitkan dengan kesejahteraan psikologis pada lanjut usia. Lanjut usia yang sering berpergian ke luar rumah cenderung lebih puas terhadap kehidupannya bila dibandingkan dengan lanjut usia yang hanya tinggal di


(38)

13 rumah dan mengurung diri.

c. Jaringan pertemanan, lanjut usia yang memiliki jaringan pertemanan dan keluarga yang luas cenderung lebih puas terhadap kehidupan bila dibandingkan dengan lanjut usia yang terisolasi secara sosial.

Selanjutnya Diener (dalam Carr, 2004) juga mengatakan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan hidup individu, hal yang berkaitan dengan kebahagiaan yaitu :

a. Penilaian subjektif individu mengenai kesehatannya, kesehatan yang baik memungkinkan individu dengan berbagai usia dapat melakukan aktivitas.

b. Kesehatan, individu dengan status bekerja lebih bahagia bila dibandingkan dengan individu yang tidak bekerja. Ketika individu tersebut bekerja dan menikmati pekerjaan maka individu tersebut akan puas terhadap hidupnya.

c. Penghasilan berkaitan dengan kepuasan finansial, individu yang puas secara finansia cenderung memiliki life satisfaction yang tinggi.

d. Realisme dari konsep-konsep peran, semkain berhasil individu melaksanakan tugas peran baru dalam fase kehidupan, maka semakin besar kepuasan yang ditimbulkan. e. Pernikahan, individu yang telah manikah cenderung lebih bahagia dari pada individu

yang tidak menikah, hal tersebut dikarenakan pernikahan menyediakan intimasi psikologis dan fisik.

f. Agama memiliki manfaat bagi kehidupan sosial maupun psikologis individu sehingga dapat meningkatkan life satisfaction.

g. Hubungan sosial, hubungan sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap life satisfaction. Individu yang memiliki kedekatan dengan orang lain, memiliki teman dan keluarga yang supportif cenderung puas akan seluruh kehidupannya.


(39)

13

menyebabkan kepuasan hidup pada lanjut usia yaitu kesehatan, hubungan sosial, pendapatan. Lanjut usia dengan kesehatan yang cenderung baik dapat aktif dalam berbagai kegiatan dan dapat melakukan aktivitas yang diinginkan, dengan aktif dalam kegiatan baik kegiatan di dalam lingkungan keluarga maupun di luar lingkungan keluarga menyebabkan lanjut usia memiliki jaringan pertemanan dan hubungan sosial dengan individu lain, maka akan terjadi suatu interaksi sosial antara lanjut usia dengan individu lain maupun kelompok-kelompok organisasi. Lanjut usia akan merasa bahagia apabila dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Interaksi terhadap lingkungan menyebabkan lanjut usia dapat bertukar informasi dengan sesama lanjut usia terkait kehidupan, sehingga mendapat dukungan dalam menjaga kesehatan.

C. Interaksi Sosial 1. Pengertian Interaksi Sosial

Manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk bermasyarakat oleh karena itu diperlukan adanya suatu interaksi sosial yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Diperlukan hubungan interpersonal yang melibatkan dua orang atau lebih dengan menggunakan tindakan verbal maupun non verbal agar interaksi sosial dapat terjadi. Interaksi sosial menjadi faktor penting diantara hubungan dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi. Tanpa interaksi sosial tidak akan ada hubungan bersama dalam masyarakat, oleh sebab itu interaksi sosial merupakan kunci terpenting dari kehidupan sosial. Interaksi sosial atau yang juga dapat disebut proses sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Interaksi sosial yaitu suatu hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun hubungan antara kelompok dengan kelompok (Soekanto & Sulistyowati,2014).


(40)

13

mempengaruhi, mengubah dan memperbaiki perilaku individu yang lain. Dengan adanya interaksi sosial maka dapat terjadi suatu aktivitas sosial dalam masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan manusia (Bonner dalam Gerungan 2000).

Menurut Sarwono (2010) interaksi sosial yaitu suatu peristiwa saling mempengaruhi antara satu individu atau kelompok terhadap individu atau kelompok lainnya dan terjadi suatu peroses komunikasi sehingga tercapainya tujuan bersama. Dalam interaksi sosial terjadi suatu proses komunikasi antar individu maupun kelompok, karena tanpa adanya komunikasi interaksi sosial tidak dapat terjadi. Selain proses komunikasi dalam interaksi sosial juga terdapat perilaku saling mempengaruhi antara dua orang atau lebih dengan menggunakan tindakan verbal maupun non verbal (Brigham, 2000).

Interaksi sosial yang terjadi pada lanjut usia berbeda dengan interaksi pada fase kehidupan anak-anak sampai dewasa. Bila pada anak-anak hingga dewasa individu lebih sering menjalin interaksi dengan orangtua maupun pasangan, sedangkan lanjut usia lebih senang jika berinteraksi dengan cucu. Lanjut usia akan lebih bahagia bila dapat mengisi waktu luang dengan bermain bersama cucu yang dimiliki (Bjorklund& Bee, 2009). Pada masa lanjut usia umumnya individu lebih banyak memiliki waktu untuk berinteraksi dengan teman maupun keluarga, karena pada masa dewasa umumnya individu sibuk dengan pekerjaan dan mengembangkan karier dalam pekerjaan, sedangkan pada lanjut usia yang telah memasuki masa pensiun lebih banyak memiliki waktu luang untuk berinteraksi dan melakukan aktivitas bersama teman maupun keluarga (Papalia, Sterns, Feldman & Camp, 2007).

Terdapat tiga teori terkait interaksi sosial yang terjadi pada lanjut usia yaitu : a. Succesful Aging Theory


(41)

13

sudut pandang seperti kondisi kesehatan yang baik, komampuan kognitif yang baik, dan penyesuaian diri yang baik pada masa lanjut usia (Suardiman, 2011).

b. Activity vs Disengagement Theory

Teori activity menyatakan bahwa untuk mencapai keberhasilan pada lanjut usia harus tetap aktif dan menjaga hubungan sosial fisik maupun emosional. Lanjut usia yang aktif dalam berbagai kegiatan akan mencapai kepuasan dalam hidup.

Sedangkan teori Disengagement menyatakan bahwa pada lanjut usia terjadi proses pengunduran diri dari kegiatan masyarakat. Proses pengunduran diri tersebut diakibatkan oleh penurunan kesehatan fisik, emosional dan berkurangnya interaksi sosial pada lanjut usia (Lafracois dalam Suardiman, 2011).

c. Continuity Theory

Dalam teori ini menyatakan bahwa lanjut usia tetap menjaga hubungan antara masa lalu dan masa saat ini untuk menjaga gaya hidup aktif dan berkesinambungan (Acthley dalam Suardiman, 2011).

Dari pemaparan sebelumnya dapat diketahui bahwa interaksi sosial merupakan suatu peristiwa yang saling mempengaruhi antara satu individu atau kelompok terhadap individu atau kelompok lainnya,dan terjadi suatu proses komunikasi untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pada masa lanjut usia umumnya individu telah memasuki masa pensiun sehingga memiliki lebih banyak waktu luang untuk berinteraksi dan melakukan aktivitas bersama teman maupun keluarga. Beberapa lanjut usia tergabung dalam kelompok maupun organisasi lanjut usia, sehingga dalam organisasi tersebut sesama lanjut usia dapat menjalin komunikasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama dalam kelompok atau organisasi tersebut.


(42)

13

Terdapat beberapa aspek dalam interaksi sosial, menurut Brigham (2000) menjelaskan bahwa interaksi sosial dapat berbentuk kerjasama, akomodasi dan asimilasi.

a. Kerjasama yaitu proses sosial yang didalamnya terdapat aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama.

b. Akomodasi merupakan suatu usaha untuk meredakan pertentangan dengan mengurangi perbedaan yang ada. Dalam hal ini setiap individu akan mengurangi ego yang dimiliki agar tercapainya tujuan bersama.

c. Asimilasi merupakan salah satu aspek dalam interaksi sosial yaitu usaha yang dilakukan untuk mengurangi perbedaan yang terdapat pada dua orang atau lebih maupun kelompok untuk mempererat kesatuan, dan untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu, Sarwono (2010) juga menyatakan bahwa beberapa aspek yang mendasari interaksi sosial yaitu :

a. Komunikasi merupakan proses pengiriman berita dari individu satu kepada individu lainnnya. Komunikasi dapat terjadi secara langsung dengan bertatap muka maupun secara tidak langsung yaitu dengan tulisan maupun simbol.

b. Sikap merupakan istilah yang mencerminkan rasa senang ataupun tidak senang pada individu. Individu akan menunjukkan sikap senang ataupun tidak senang yang membuat individu menjalin interaksi.

c. Tingkah laku kelompok merupakan sikap yang ditunjukkan masing-masing individu dalam kelompok sehingga akan terjadi suatu interaksi kelompok.

d. Norma sosial yaitu merupakan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu kelompok yang membatasi tingkah laku individu dalam kelompok tersebut.

Sharma dan Sharma (1997) juga mengemukakan dua aspek terkait interaksi sosial yaitu :


(43)

13

Kontak sosial yaitu terjadinya suatu hubungan sosial antara satu individu dengan individu lain maupun antar kelompok. Kontak sosial dapat mempererat suatu hubungan sosial karena adanya tibal balik dari individu kepada individu yang lain. b. Komunikasi

Komunikasi yaitu merupakan penyampaian ide maupun opini dari individu kepada individu lain maupun kelompok. Komunikasi dapat terjadi secara langsung seperti dengan berbicara langsung, melalui gerak tubuh atau simbol tertentu, sedangkan komunikasi tidak langsung dapat berupa penyampaian informasi melalui surat.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya dapat diketahui bahwa aspek-aspek yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial yaitu komunikasi, sikap, tingkah laku kelompok dan norma sosial. Terjadinya interaksi sosial diawali dengan suatu proses komunikasi antar individu maupun kelompok sehingga dengan adanya komunikasi akan terlihat sikap masing-masing individu. Sekumpulan sikap individu tersebut kemudian membentuk tingkah laku kelompok yang dapat menjadi indentitas kelompok sehingga membedakan antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Selanjutnya untuk membatasi tingkah laku individu dalam kelompok akan terbentuk suatu norma sosial, dengan adanya norma sosial yang membatasi tingkah laku individu dalam kelompok sehingga dapat tercapai tujuan bersama.

3. Faktor-faktor Terjadinya Interaksi sosial

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial, menurut Gabriel Tarde (dalam Ahmadi 2007) berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor antara lain :


(44)

13

ini dapat mendorong individu untuk meniru atau ingin seperti individu lain.

b. Sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.

c. Indentifikasi merupakan kecendrungan-kecendrungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi bersifat lebih mendalam daripada imitasi karena kepribadian seseorang dapat terbentuk melalui proses identifikasi.

d. Simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerjasama dengannya.

Tokoh lain yang juga menyatakan faktor terjadinya interaksi sosial adalah Tumanggor, Ridho dan Nurochim (2014) menyatakan, faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yaitu :

a. Tekanan emosional yang merupakan suatu kondisi psikologis individu sehingga sangat mempengaruhi bagaimana individu tersebut berinteraksi dengan individu lain. b. Harga diri yang rendah yaitu, pada saat individu berada dalam kondisi yang direndahkan, maka individu tersebut memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan individu lainnya, karena ketika merasa direndahkan dangan cara spontan individu tersebut membutuhkan kasih sayang maupun dukungan moral dari individu lain untuk membentuk kondisi psikologis yang seperti semula.

c. Merasa terisolasi oleh komunitasnya atau pihak-pihak tertentu yaitu, individu berupaya melakukan interaksi dengan individu lain yang sepaham atau memiliki pemikiran yang sama agar terbentuk interaksi yang harmonis.


(45)

13 individu dalam berinteraksi sosial yaitu :

a. Persepsi sosial yang merupakan kesadaran maupun penilaian individu akan adanya individu lain atau sebaliknya.

b. Daya tarik interpersonal yaitu evaluasi individu terhadap individu lain baik secara positif atau negatif.

c. Sikap dan prasangka individu juga dapat menjadi faktor terjadinya interaksi sosial, sikap merupakan penilaian rasa suka atau tidak suka terhadap aspek lingkungan.

Berdasarkan Papalia, Sterns, Feldman dan Camp (2007) salah satu faktor yang mempengaruhi interaksi sosial pada lanjut usia yaitu jenis kelamin. Umunya lanjut usia perempuan lebih banyak memiliki teman dekat dibandingkan dengan lanjut usia pria. Lanjut usia pria lebih umumnya lebih menyukai bercerita terkait aktivitas dan informasi umum kepada sahabatnya, sedangkan lanjut usia perempuan umumnya lebih sering menceritakan terkait kehidupan pribadi kepada sahabat yang dimiliki.

Jadi faktor yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial yaitu imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Salah satu faktor yang menyebabkan lanjut usia melakukan interaksi sosial yaitu simpati. Simpati merupakan perasaan individu merasa tertarik pada pihak lain. Lanjut usia akan tertarik pada individu lain di lingkungannya sehingga dari ketertarikan tersebut lanjut usia akan melakukan interaksi sosial. Adanya interaksi di luar lingkungan keluarga menyebabkan lanjut usia memiliki jeringan pertemanan dengan lanjut usia lainnya dan dapat melakukan aktivitas bersama. Aktivitas bersama yang dilakukan menyebabkan lanjut usia dapat bertukar informasi, mendapat dukungan dari sesama lanjut usia.

D. Dinamika Antar Variabel


(46)

13

ekonomi maupun kesehatan yang dihadapi lanjut usia. Selain itu perubahan-perubahan pada lanjut usia seperti perubahan fisik, psikososial, biologis, psikologis, sosiokultural, kognitif dan sosioemosional yang tidak seperti masa sebelumnya menyababkan kesulitan penyesuaian diri dan aktivitas pada lanjut usia. Permasalahan yang dihadapi lanjut usia menyebabkan kurangnya kesejahteraan dan kepuasan hidup yang dimiliki lanjut usia (Hurlock,1980).

Kepuasan hidup pada lanjut usia merupakan suatu konsep yang kompleks terkait pencapaian tujuan hidup serta perasaan positif terhadap keadaan diri. Lanjut usia dengan kepuasan hidup cenderung baik akan menunjukkan kesenangan dalam menjalani aktivitas sehari-hari, merasa hidupnya berguna dan penuh arti sehingga menemukan hidup yang bermakna, dan lanjut usia tersebut akan memiliki konsep diri yang positif serta menjalani hidup secara optimis (Neugarten, 1996).

Kepuasan hidup yang dimiliki lanjut usia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang mempengaruhinya yaitu hubungan sosial. Adanya hubungan sosial menyebabkan lanjut usia memiliki jaringan pertemanan sehingga dapat melakukan interaksi sosial dengan individu lain maupun kelompok-kelompok organisasi. Lanjut usia akan merasa bahagia apabila dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Interaksi terhadap lingkungan menyebabkan lanjut usia dapat bertukar informasi dengan sesama lanjut usia terkait kehidupan, sehingga mendapat dukungan dalam menjaga kesehatan (Neugarten1996).

Berdasarkan pemaparan diatas maka pada penelitian ini menggunakan hubungan sosial sebagai faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup, dengan adanya hubungan sosial maka lanjut usia dapat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Interaksi sosial dapat berupa menjalani kegiatan bersama perkumpulan lanjut usia maupun dengan bekerja kembali sesuai dengan kemampuan dan keahlian. Berdasarkan hasil penelitian yang


(47)

13

pernah dilakukan menyatakan bahwa 45.41% lanjut usia memiliki kegiatan utama bekerja ( Abikusno, 2013). Interaksi sosial yang dilakukan lanjut usia dapat mencegah perasaan depresi dan kesepian yang dialami lanjut usia karena dengan adanya interaksi sosial, lanjut usia dapat melakukan aktivitas yang disukai baik dengan keluarga, masyarakat maupun sesama lanjut usia (Widodo & Aniroh, 2013).

Interaksi sosial merupakan kebutuhan utama manusia, dengan adanya interaksi sosial maka dapat terbentuk aktivitas sosial. Interaksi sosial berfungsi untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri manusia. Begitupula pada lanjut usia, dengan adanya interaksi sosial lanjut usia dapat melakukan aktivitas yang disenangi seperti berinteraksi dengan masyarakat maupun menjalankan hobi. Lanjut usia yang aktif dalam berbagai kegiatan memiliki sedikit kemungkinan menjadi renta dan besar kemungkinan menjadi puas terhadap hidupnya. Lanjut usia yang tetap aktif baik secara fisik, mental ataupun sosial akan memiliki kepuasan yang tinggi dalam hidup. Pentingnya aktivitas dan interaksi yang berkesinambungan dapat mengisi waktu luang yang dimiliki lanjut usia sehingga lanjut usia akan merasa berguna dan puas terhadap hidupnya (Papalia, Old, & Fieldman 2008).

Salah satu hubungan sosial seperti interaksi individu maupun kelompok tertentu terhadap individu maupun kelompok lain,interaksi yang dilakukan dapat berupa komunikasi baik komunikasi langsung maupun tidak langsung. Komunikasi merupakan sarana pendukung kepuasan hidup pada lanjut usia karena dengan adanya komunikasi lanjut usia dapat menyampaikan opini, perasaan dan bertukar pikiran kepada sesama lanjut usia, masyarakat maupun keluarga. Komunikasi dapat menciptakan pengertian bersama dengan maksud mengubah pikiran, perilaku dan sikap sosial menuju arah yang lebih positif (Sharma & Sharma, 1997).

Berdasarkan pemaparan terkait interaksi sosial dan kepuasan hidup maka dapat dikatakan bahwa, antara interaksi sosial dengan kepuasan hidup yang dimiliki lanjut usia


(48)

13

memiliki hubungan positif. Apabila interaksi sosial yang dilakukan lanjut usia semakin tinggi maka kepuasan hidup lanjut usia tersebut semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, apabila interaksi yang dilakukan lanjut usia semakin rendah maka kepuasan hidup yang dimiliki juga semakin rendah .


(49)

13

Gambar 1. Dinamika antara variabel

Keterangan Bagan :

: Jalur yang diteliti : Jalur yang tidak diteliti

: Bagian yang diteliti : Bagian yang tidak diteliti Faktor-faktor Interaksi

Sosial :

a. Imitasi b. Sugesti c. Identifikasi d. Simpati

K

epuasan Hidup Lanjut usia Interaksi Sosial

Aspek-aspek interaksi sosial:

a. Komunikasi b. Sikap

c. Tingkah laku kelompok d. Norma sosial

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia :

a. Fisik b. Psikososial c. Biologis d. Sosiokultural e. Kognitif f. Emosional


(50)

13

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

Ho : Interaksi sosial berpengaruh terhadap kepuasan hidup lanjut usia Ha : Interaksi sosial tidak berpengaruh terhadap kepuasan hidup lanjut usia.


(1)

13 individu dalam berinteraksi sosial yaitu :

a. Persepsi sosial yang merupakan kesadaran maupun penilaian individu akan adanya individu lain atau sebaliknya.

b. Daya tarik interpersonal yaitu evaluasi individu terhadap individu lain baik secara positif atau negatif.

c. Sikap dan prasangka individu juga dapat menjadi faktor terjadinya interaksi sosial, sikap merupakan penilaian rasa suka atau tidak suka terhadap aspek lingkungan.

Berdasarkan Papalia, Sterns, Feldman dan Camp (2007) salah satu faktor yang mempengaruhi interaksi sosial pada lanjut usia yaitu jenis kelamin. Umunya lanjut usia perempuan lebih banyak memiliki teman dekat dibandingkan dengan lanjut usia pria. Lanjut usia pria lebih umumnya lebih menyukai bercerita terkait aktivitas dan informasi umum kepada sahabatnya, sedangkan lanjut usia perempuan umumnya lebih sering menceritakan terkait kehidupan pribadi kepada sahabat yang dimiliki.

Jadi faktor yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial yaitu imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Salah satu faktor yang menyebabkan lanjut usia melakukan interaksi sosial yaitu simpati. Simpati merupakan perasaan individu merasa tertarik pada pihak lain. Lanjut usia akan tertarik pada individu lain di lingkungannya sehingga dari ketertarikan tersebut lanjut usia akan melakukan interaksi sosial. Adanya interaksi di luar lingkungan keluarga menyebabkan lanjut usia memiliki jeringan pertemanan dengan lanjut usia lainnya dan dapat melakukan aktivitas bersama. Aktivitas bersama yang dilakukan menyebabkan lanjut usia dapat bertukar informasi, mendapat dukungan dari sesama lanjut usia.

D. Dinamika Antar Variabel


(2)

13

ekonomi maupun kesehatan yang dihadapi lanjut usia. Selain itu perubahan-perubahan pada lanjut usia seperti perubahan fisik, psikososial, biologis, psikologis, sosiokultural, kognitif dan sosioemosional yang tidak seperti masa sebelumnya menyababkan kesulitan penyesuaian diri dan aktivitas pada lanjut usia. Permasalahan yang dihadapi lanjut usia menyebabkan kurangnya kesejahteraan dan kepuasan hidup yang dimiliki lanjut usia (Hurlock,1980).

Kepuasan hidup pada lanjut usia merupakan suatu konsep yang kompleks terkait pencapaian tujuan hidup serta perasaan positif terhadap keadaan diri. Lanjut usia dengan kepuasan hidup cenderung baik akan menunjukkan kesenangan dalam menjalani aktivitas sehari-hari, merasa hidupnya berguna dan penuh arti sehingga menemukan hidup yang bermakna, dan lanjut usia tersebut akan memiliki konsep diri yang positif serta menjalani hidup secara optimis (Neugarten, 1996).

Kepuasan hidup yang dimiliki lanjut usia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang mempengaruhinya yaitu hubungan sosial. Adanya hubungan sosial menyebabkan lanjut usia memiliki jaringan pertemanan sehingga dapat melakukan interaksi sosial dengan individu lain maupun kelompok-kelompok organisasi. Lanjut usia akan merasa bahagia apabila dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Interaksi terhadap lingkungan menyebabkan lanjut usia dapat bertukar informasi dengan sesama lanjut usia terkait kehidupan, sehingga mendapat dukungan dalam menjaga kesehatan (Neugarten1996).

Berdasarkan pemaparan diatas maka pada penelitian ini menggunakan hubungan sosial sebagai faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup, dengan adanya hubungan sosial maka lanjut usia dapat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Interaksi sosial dapat berupa menjalani kegiatan bersama perkumpulan lanjut usia maupun dengan bekerja kembali sesuai dengan kemampuan dan keahlian. Berdasarkan hasil penelitian yang


(3)

13

pernah dilakukan menyatakan bahwa 45.41% lanjut usia memiliki kegiatan utama bekerja ( Abikusno, 2013). Interaksi sosial yang dilakukan lanjut usia dapat mencegah perasaan depresi dan kesepian yang dialami lanjut usia karena dengan adanya interaksi sosial, lanjut usia dapat melakukan aktivitas yang disukai baik dengan keluarga, masyarakat maupun sesama lanjut usia (Widodo & Aniroh, 2013).

Interaksi sosial merupakan kebutuhan utama manusia, dengan adanya interaksi sosial maka dapat terbentuk aktivitas sosial. Interaksi sosial berfungsi untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri manusia. Begitupula pada lanjut usia, dengan adanya interaksi sosial lanjut usia dapat melakukan aktivitas yang disenangi seperti berinteraksi dengan masyarakat maupun menjalankan hobi. Lanjut usia yang aktif dalam berbagai kegiatan memiliki sedikit kemungkinan menjadi renta dan besar kemungkinan menjadi puas terhadap hidupnya. Lanjut usia yang tetap aktif baik secara fisik, mental ataupun sosial akan memiliki kepuasan yang tinggi dalam hidup. Pentingnya aktivitas dan interaksi yang berkesinambungan dapat mengisi waktu luang yang dimiliki lanjut usia sehingga lanjut usia akan merasa berguna dan puas terhadap hidupnya (Papalia, Old, & Fieldman 2008).

Salah satu hubungan sosial seperti interaksi individu maupun kelompok tertentu terhadap individu maupun kelompok lain,interaksi yang dilakukan dapat berupa komunikasi baik komunikasi langsung maupun tidak langsung. Komunikasi merupakan sarana pendukung kepuasan hidup pada lanjut usia karena dengan adanya komunikasi lanjut usia dapat menyampaikan opini, perasaan dan bertukar pikiran kepada sesama lanjut usia, masyarakat maupun keluarga. Komunikasi dapat menciptakan pengertian bersama dengan maksud mengubah pikiran, perilaku dan sikap sosial menuju arah yang lebih positif (Sharma & Sharma, 1997).

Berdasarkan pemaparan terkait interaksi sosial dan kepuasan hidup maka dapat dikatakan bahwa, antara interaksi sosial dengan kepuasan hidup yang dimiliki lanjut usia


(4)

13

memiliki hubungan positif. Apabila interaksi sosial yang dilakukan lanjut usia semakin tinggi maka kepuasan hidup lanjut usia tersebut semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, apabila interaksi yang dilakukan lanjut usia semakin rendah maka kepuasan hidup yang dimiliki juga semakin rendah .


(5)

13 Gambar 1. Dinamika antara variabel

Keterangan Bagan :

: Jalur yang diteliti : Jalur yang tidak diteliti

: Bagian yang diteliti : Bagian yang tidak diteliti Faktor-faktor Interaksi

Sosial :

a. Imitasi b. Sugesti c. Identifikasi d. Simpati

K

epuasan Hidup Lanjut usia Interaksi Sosial

Aspek-aspek interaksi sosial:

a. Komunikasi b. Sikap

c. Tingkah laku kelompok d. Norma sosial

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia :

a. Fisik b. Psikososial c. Biologis d. Sosiokultural e. Kognitif f. Emosional


(6)

13

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

Ho : Interaksi sosial berpengaruh terhadap kepuasan hidup lanjut usia Ha : Interaksi sosial tidak berpengaruh terhadap kepuasan hidup lanjut usia.