PERBANDINGAN MOTIVASI DAN PARTISIPASI ANTARA SISWA KELAS REGULER DENGAN KELAS RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

(1)

PERBANDINGAN MOTIVASI DAN PARTISIPASI ANTARA SISWA KELAS REGULER DENGAN KELAS RINTISAN SEKOLAH

BERTARAF INTERNASIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

(Studi Ex Post Facto di SMA Pasundan 2 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh Andri Permana

0807739

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

ABSTRAK

PERBANDINGAN MOTIVASI DAN PARTISIPASI ANTARA SISWA KELAS REGULER DENGAN KELAS RINTISAN SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Pembimbing : 1. Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd 2. Dra. Hj. Mimin Karmini, M.Pd

Andri Permana*

Dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani, motivasi dan partisipasi siswa akan berbeda-beda. Siswa yang memiliki tingkat motivasi tinggi maka tingkat partisipasinya akan tinggi juga, karena motivasi dan partisipasi saling berkaitan. Dalam penelitian ini penulis mencoba membandingkan motivasi dan partisipasi antara siswa kelas reguler dengan kelas RSBI dalam pembelajaran penjas.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ex post facto, dengan desain penelitian menggunakan angket dan wawancara. Jumlah populasi sebanyak 230 dan sampel diambil secara random sampling dengan jumlah sebanyak 55 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelas reguler tingkat motivasi memiliki persentase sebesar 82% dan partisipasi sebesar 80%, sedangkan pada kelas RSBI memiliki tingkat motivasi sebesar 75% dan partisipasi sebesar 76%.

Kesimpulan yang diperoleh adalah tingkat motivasi dan partisipasi siswa kelas reguler lebih tinggi dibandingkan dengan kelas RSBI dalam pembelajaran pendidikan jasmani.


(3)

ABSTRACT

COMPARISON BETWEEN MOTIVATION AND PARTICIPATION GRADE STUDENTS WITH REGULAR CLASS INTERNATIONAL SCHOOL STUBS

IN LEARNING PHYSICAL EDUCATION Advisor: 1. Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd

2. Dra. Hj. Mimin Karmini, M.Pd Andri Permana *

In the following physical education learning, student motivation and participation may vary. Students who have a high level of motivation that

participation levels will be high as well, because the motivation and participation related. In this study, the authors try to compare student motivation and

participation among regular classes with classes in learning physical education RSBI.

The method used in this research is ex post facto research design using questionnaires and interviews. Total population of 230 and a sample taken at random sampling with a total of 55 people. The results showed that in the regular classroom motivation level has a percentage of 82% and a participation of 80%, while the class RSBI have motivation levels by 75% and 76% participation. Conclusion is the level of student motivation and participation in regular class higher than the class RSBI physical education learning.


(4)

Andri Permana, 2013

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Batasan Penelitian ... 6

F. Defini Operasional ... 6

G. Anggapan Dasar ... 8

H. Hipotesis ... 10

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Motivasi ... 11

1. Pengertian Motivasi ... 11

2. Teori Motivasi ... 12

3. Peranan Motivasi dalam Pembelajaran Penjas ... 14

B. Partisipasi ... 15

1. Pengertian Partisipasi ... 15

2. Syarat-syarat Tumbuh Partisipasi ... 17

3. Peranan Partisipasi dalam Pembelajaran Penjas ... 18

C. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanl (RSBI) ... 19

1. Pengertian RSBI ... 19

2. Tujuan Program RSBI ... 21

3. Gambaran Motivasi Siswa RSBI dalam Pembelajaran Penjas ... 22

4. Gambaran Partisipasi Siswa RSBI dalam Pembelajaran Penjas ... 23

D. Sekolah / Kelas Reguler ... 23

1. Pengertian Sekolah/ Kelas Reguler ... 23


(5)

E. Pendidikan Jasmani ... 25

1. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 25

2. Tujuan Pendidikan Jasmani... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian... 28

B. Objek Penelitian ... 29

C. Populasi dan Sampel ... 29

1. Populasi ... 29

2. Sampel ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 30

1. Teknik Observasi ... 30

2. Teknik Wawancara (interview) ... 31

3. Kuesioner (Angket) ... 32

E. Instrumen Penelitian ... 33

1. Penyusunan Instrumen ... 33

2. Pengembangan Kisi-Kisi ... 35

3. Pedoman Skoring ... 44

4. Penyusunan Alat Pengumpulan Data ... 45

F. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 45

1. Uji Validitas ... 45

2. Uji Realibilitas ... 50

G. Prosedur Pengolahan data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Penelitian ... 55

1.Deskripsi Angket Penelitian ... 55

2.Verifikasi Angket... 55

3. Klasifikasi Data dan Pemberian Skor... 56

B. Hasil Pengolahan Data ... 57

1. Mencari Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku ... 58

2. Uji Normalitas Distribusi Data ... 58

C. Diskusi Temuan ……….. 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(6)

(7)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Siswa adalah sekelompok orang dengan usia tertentu yang belajar baik secara kelompok atau perorangan. Siswa juga disebut murid atau pelajar. Ketika kita bicara mengenai siswa maka fikiran kita akan tertuju kepada siswa di lingkungan sekolah, baik sekolah dasar maupun menengah. Menurut Muchid (2011) di lingkungan sekolah dasar masalah-masalah yang muncul belum begitu banyak, tetapi ketika memasuki lingkungan sekolah menengah maka banyak sekali masalah-masalah yang muncul karena anak atau siswa sudah menapaki masa remaja. Siswa sudah mulai berfikir tentang dirinya, bagaimana keluarganya, teman-teman pergaulannya dan sebagainya. Pada masa ini seakan mereka menjadi manusia dewasa yang bisa segalanya dan terkadang tidak memikirkan akibatnya.

Di lingkungan sekolah masalah-masalah dalam proses pembelajaran sudah pasti sering dialami siswa. Begitu juga dalam pembelajaran pendidikan jasmani, banyak sekali permasalahan yang muncul ketika pembelajaran di lapangan.

Sebelum kita jauh membahas tentang pendidikan jasmani alangkah baiknya kita bahas dulu tentang pengertian pendidikan dan tujuan pendidikan. Menurut UU No. 2 tahun 1989 (dalam Eka, 2011) menyatakan bahwa „Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang.‟

Sedangkan menurut UU No. 20 tahun 2003 (dalam Eka, 2011) tentang Sistem Pendidikan nasional, menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan


(8)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses pembelajaran yang didapat oleh setiap manusia untuk dapat membuat manusia itu mengerti, paham, dan lebih dewasa serta mampu membuat manusia lebih kritis dalam berpikir dengan apa yang didapat melalui pembelajaran.

Setelah kita mengetahui pengertian dari pendidikan, kita perlu mengetahui pengertian dari pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses seseorang sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak.

Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Paling tidak fokusnya pada keterampilan anak. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial.

Dalam mengikuti pembelajaran penjas siswa akan mempunyai motif dan motivasi yang berbeda-beda, sehingga partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran akan berbeda pula. Oleh karena itu penulis akan mencoba meneliti permasalahan tersebut.

Pembelajaran penjas yang akan penulis teliti berada di sekolah SMA Pasundan 2 Bandung, alasan penulis memilih sekolah ini karena sebelumnya telah melaksanakan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah tersebut sehingga penulis telah mengetahui dan melihat sendiri permasalahan siswa dalam hal motivasi dan partisipasi mengikuti pembelajaran penjas. Di sekolah ini peneliti mengajar penjas pada semua siswa kelas X (sepuluh). Siswa kelas X terdiri dari delapan kelas yang dibagi kedalam dua macam kelas yaitu kelas reguler dan kelas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Siswa yang termasuk kedalam kelas reguler yaitu sebanyak enam kelas (kelas X3,X4,X5,X6,X7, dan X8) dan dua kelas RSBI (kelas X1 dan X2).


(9)

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional merupakan upaya pemerintah untuk menciptakan sekolah yang berkualitas. Peningkatan kualitas ini diharapkan akan mengurangi jumlah siswa yang bersekolah di luar negeri. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional atau disingkat RSBI, adalah suatu program pendidikan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3, yang menyatakan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. (http://id.wikipedia.org/wiki/Rintisan_Sekolah_Bertaraf_Internasional)

Di SMA Pasundan 2 Bandung, kelas RSBI diberi jam pelajaran tambahan sebanyak dua jam mata pelajaran tambahan dan jumlah siswa di kelas tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan kelas reguler.

Sedangkan kelas reguler merupakan kelas yang tidak mendapat jam pelajaran tambahan, jadi dapat dikatakan bahwa kelas reguler sama dengan kelas di sekolah umum lainnya. Perbandingan jumlah siswa kelas reguler dengan kelas RSBI sebanyak dua kali lipat dari kelas RSBI. Perbedaan kelas reguler dengan kelas RSBI terlihat pada fasilitas kelas yang siswa gunakan dalam melaksanakan pembelajaran. Fasilitas kelas RSBI lebih lengkap dibandingkan kelas reguler, karena di kelas RSBI tersedia fasilitas seperti komputer, infocus, serta suasana kelas juga lebih nyaman untuk digunakan proses pembelajaran.

Penulis melakukan observasi ketika menjadi pengajar di sekolah tersebut, hasil observasi penulis permasalahan siswa berhubungan dengan motivasi dan partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran penjas, karena motivasi dan partisipasi siswa antara kelas reguler dan kelas RSBI terlihat sangat berbeda. Siswa kelas reguler sangat antusias dan bersemangat dalam melakukan pembelajaran penjas. Hal ini terlihat dari keaktifan dan keikutsertaan siswa saat proses pembelajaran penjas berlangsung, berbeda dengan kelas RSBI yang mempunyai antusias kurang dalam mengikuti pembelajaran penjas, terlihat pada kurangnya keaktifan dan antusias siswa


(10)

berkeringat pada saat pembelajaran sehingga mempengaruhi partisipasi siswa yang lainnya. Partisipasi siswa dipengaruhi oleh motivasi dari diri siswa itu, oleh karena itu penulis ingin mengetahui motivasi dan partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran penjas.

Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movore, yang berarti “menggerakkan” (to move). Mitchell (Winardi, 2001:1) mengungkapkan bahwa „motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke arah tujuan tertentu.‟

Salah satu dari teori motivasi yang dikemukakan dan dibahas adalah model hirarki kebutuhan yang diusulkan oleh Abraham Maslow (Gibson, Ivancevich, dan Donnelly, 1996:189). Maslow membagi kebutuhan manusia atas lima tingkat kebutuhan, yaitu : kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan akan rasa keamanan (safety needs), kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan akan penghargaan atau prestasi (esteem needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization). Partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu “participation” adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab didalamnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya partisipasi dapat didekati dengan beragam pendekatan disiplin keilmuan. Sebagaimana dikemukakan oleh Berlo (1961) (dalam Turindra, 2009) “Menurut konsep proses pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau responses atas rangsangan-rangsangan yang diberikan; yang dalam hal ini, tanggapan merupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat diharapkan.”

Dengan adanya permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Perbandingan motivasi dan partisipasi antara siswa kelas reguler dengan kelas rintisan sekolah bertaraf internasional dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMA Pasundan 2 Bandung”.


(11)

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas adalah mengenai perbandingan motivasi dan partisipasi antara siswa kelas regular dengan kelas RSBI dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Sebagai landasan penelitian, penulis mengambil teori mengenai teori hirarki milik Abraham Maslow.

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka identifikasi permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan motivasi antara siswa kelas reguler dengan kelas RSBI dalam pembelajaran penjas di SMA Pasundan 2 Bandung?

2. Apakah terdapat perbedaan partisipasi antara siswa kelas reguler dengan kelas RSBI dalam pembelajaran penjas di SMA Pasundan 2 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban terhadap masalah yang telah dirumuskan mengacu pada latar belakang, identifikasi masalah. Maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perbedaan motivasi antara siswa kelas reguler dengan kelas RSBI dalam pembelajaran penjas di SMA Pasundan 2 Bandung.

2. Untuk mengetahui perbedaan partisipasi antara siswa kelas reguler dengan kelas RSBI dalam pembelajaran penjas di SMA Pasundan 2 Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan ilmu dalam bidang penjas mengenai motivasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran penjas serta bermanfaat untuk memberikan gambaran dan pengetahuan yang lebih luas kepada peneliti-peneliti berikutnya dan kepada masyarakat umum yang membutuhkannya. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan dalam program belajar mengajar pada pendidikan jasmani.


(12)

E. Batasan Masalah

Dalam melaksanakan penelitian diperlukan keteraturan permasalahan yang akan dibahas, untuk itu perlu ada penegasan masalah yang sekalipun dapat memberikan gambaran kearah proses pemecahan masalah.

Seperti yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad bahwa : memiliki masalah yang telah dirumuskan dengan jelas adalah suatu kondisi yang mempunyai fungsi tersendiri yaitu :

a. Ia memungkinkan peneliti untuk mulai menyusun laporan penelitian b. Ia memungkinkan peneliti untuk mulai membuat rencana pemecahan

c. Ia memungkinkan peneliti untuk mengetahui apakah problem itu akhirnya terpecahkan dengan baik atau tidak (Winarno Surakhmad 1994:149) (http://www.scribd.com/doc/22806880/Batasan-masalah).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi dan partisipasi.

2. Variabel atribut dalam penelitian ini adalah siswa reguler dengan siswa rintisan sekolah bertaraf internasional.

3. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pembelajaran pendidikan jasmani.

F. Definisi Operasional

Supaya tidak terjadi salah pengertian dan salah dalam penafsiran maksud dari judul penelitian ini, maka perlu memperjelas dengan memberikan penegasan-penegasan istilah:

1. Motivasi

Menurut kamus Bahasa Indonesia Modern, karangan Muhammad Ali (Ishak dan Hendri, 2003 : 12) motif diartikan sebagai : sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang, dasar pikiran dan pendapat, sesuatu yang menjadi pokok. Dari


(13)

pengertian motif tersebut dapat diturunkan pengertian motivasi sebagai sesuatu yang pokok, yang menjadi dorongan bagi seseorang untuk bekerja.

2. Partisipasi

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis dalam (http://id.wikipedia.org/wiki/Partisipasi), partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.

Jadi dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik peserta dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang melaksanakan dalam proses belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya.

3. Sekolah reguler

Sekolah reguler adalah suatu program pendidikan yang memiliki ketentuan sebagai berikut ; sekolah tersebut memiliki rata-rata nilai ujian nasional 6,5 , tidak double shift, berakreditasi B dari Badan Akreditasi Nasional (BAN) sekolah atau madrasah.

4. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional atau disingkat RSBI, adalah suatu program pendidikan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3, yang menyatakan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional merupakan upaya pemerintah untuk menciptakan sekolah yang berkualitas. Peningkatan kualitas ini diharapkan akan mengurangi jumlah siswa yang bersekolah di luar negeri. (http://id.wikipedia.org/wiki/Rintisan_Sekolah_Bertaraf_Internasional)


(14)

5. Pendidikan jasmani

Pendidikan jasmani adalah suatu proses melalui aktivitas jasmani, yang dirancang dan disusun secara sistematik, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Hal ini sependapat seperti yang diungkapkan oleh Charles Bucher, dalam bukunya Foundation of Physical Education (Soenardi Soemosasmito, 1988:5), mengutarakan bahwa :

Pendidikan jasmani adalah bagian yang terpadu dari proses pendidikan yang menyeluruh; bidang dan sasaran yang diusahakan adalah perkembangan jasmaniah, mental, emosional, dan sosial bagi warga negara yang sehat, melalui medium kegiatan jasmaniah.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar atau kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti. Ada dua variabel bebas dalam penelitian ini, yakni motivasi dan partisipasi. Dari kedua variabel tersebut, masing-masing memberikan pengaruh terhadap pembelajaran pendidikan jasmani.

Motivasi merupakan hal-hal yang dapat menimbulkan kekuatan atau motif. Hal ini diungkapkan oleh Gray, dkk. (dalam Winardi, 2001:2) mengemukakan bahwa „motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.‟

Motif kadang dinyatakan orang sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan atau impuls-impuls yang muncul dalam diri seorang individu. Pada intinya dapat dikatakan, bahwa motif merupakan penyebab terjadinya tindakan-tindakan.

Dari hasil pemaparan diatas, motivasi seseorang dalam mengikuti pembelajaran penjas akan berbeda-beda sehingga keaktifan siswa dalam pembelajaranpun akan berbeda pula.


(15)

Sama seperti motivasi, partisipasi juga memiliki pengaruh terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu

“participation” adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis (http://id.wikipedia.org/wiki/Partisipasi), partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab didalamnya.

Hasil observasi penulis di SMA Pasundan 2 Bandung, terdapat permasalahan motivasi dan partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran penjas, karena dari hasil pengamatan terlihat jelas perbedaan motivasi dan partisipasi antara siswa kelas reguler dengan siswa kelas RSBI. Siswa reguler sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran, terlihat dari keaktifan siswa mengikuti pembelajaran. Selain itu juga tingginya motivasi dan partisipasi siswa reguler dapat dilihat dari kehadiran siswa dalam mengikuti pembelajaran, selain itu juga siswa mau mengungkapkan beberapa pertanyaan dan pernyataan kepada pengajar ketika pembelajaran penjas berlangsung, bahkan ketika jam pelajaran penjas berakhir, siswa sering meminta tambahan waktu supaya pembelajaran dapat dilanjutkan.

Hal ini sangat terlihat berbeda ketika mengamati siswa kelas RSBI, siswa di kelas RSBI terlihat kurang motivasi dan tidak mau ikut berpartisipasi dalam pembelajaran penjas. Kurangnya motivasi dan partisipasi siswa RSBI dapat dilihat dari beberapa pernyataan dan alasan yang dilontarkan siswa kepada pengajar, misalnya : siswa takut berkeringat, takut kepanasan, tidak menyukai penjas, dll. Alasan-alasan tersebut dapat menghambat pembelajaran serta ketika beberapa orang melontarkan alasan, maka siswa yang lain juga akan terpengaruhi oleh siswa yang malas.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi dan partisipasi dapat memberikan pengaruh dalam keikutsertaan siswa dalam mengikuti pembelajaran penjas di SMA Pasundan 2 Bandung, sehingga perbedaan motivasi dan partisipasi siswa akan mempengaruhi proses pembelajaran penjas.


(16)

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. “Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Kebenaran dari hipotesis itu harus dibuktikan melalui data yang terkumpul” (Sugiyono, 2010:224).

Menurut Nasution (2009 : 51) menyatakan bahwa hipotesis mempunyai fungsi sebagai berikut : a) menguji kebenaran suatu teori, b) memberi ide untuk mengembangkan suatu teori, c) memperluas pengetahuan kita mengenai apa yang kita teliti.

Berdasarkan uraian anggapan dasar diatas maka penulis menetapkan hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan motivasi antara siswa kelas reguler dengan kelas RSBI dalam pembelajaran penjas.

2. Terdapat perbedaan partisipasi antara siswa kelas reguler dengan kelas RSBI dalam pembelajaran penjas.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan motivasi dan partisipasi antara siswa kelas reguler dengan kelas RSBI dalam pembelajaran penjas di SMA Pasundan 2 Bandung.

Maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian “ex post facto” yaitu menguji apa yang telah terjadi pada subjek. Ex post facto secara harfiah berarti "sesudah fakta", karena kausa atau sebab yang diselidiki tersebut sudah berpengaruh terhadap variabel lain. Penelitian ini disebut penelitian kausal komparatif karena dimaksud untuk menyelidiki kausa yang mungkin untuk suatu pola perilaku yang dilakukan dengan cara membandingkan subjek dimana pola tersebut ada dengan subjek yang serupa dimana pola tersebut tidak ada atau berbeda (Glass & Hopkin, 1979). Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah satu atau lebih kondisi yang sudah terjadi mungkin menyebabkan perbedaan perilaku pada subjek. Dengan kata lain, penelitian ini menentukan apakah perbedaan yang terjadi antar kelompok subjek (dalam variabel independen) menyebabkan terjadinya perbedaan pada variabel dependen. Menurut Mc Millan dan Schumacher (1989) penelitian ex post facto mempunyai kesamaan dengan penelitian eksperimen dalam hal :

a) Tujuan : untuk menentukan hubungan kausa. b) Kelompok perbandingan, dan

c) Teknik analisis statistik yang digunakan.

Hanya saja dalam penelitian ex post facto tidak ada manipulasi kondisi karena kondisi tersebut sudah terjadi sebelum penelitian ini mulai dilaksanakan. Karena itu penelitian ini memerlukan waktu yang relatif singkat.


(18)

(http://www.4skripsi.com/metodologi-penelitian/penelitian-ex-postfacto.html#ixz z208tDKRut)

B. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini yaitu SMA Pasundan 2 Bandung, yang terletak di Jl. Cihampelas No.167 Bandung, Jawa Barat.

Pengamatan dilakukan kepada seluruh kelas X (sekarang kelas XI), yang terdiri dari dua kelas RSBI dan enam kelas reguler. Pengamatan ini mengukur motivasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yaitu: Motivasi dan Partisipasi, serta memiliki variabel terikat yaitu Pembelajaran Pendidikan Jasmani.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Dalam suatu penelitian yang dilakukan, keberadaan populasi dan sampel penelitian adalah hal yang penting untuk menunjang keberhasilan proses penelitian. Pengertian populasi menurut Sugiyono (2010:117) yang tertulis dalam bukunya menyebutkan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Menurut Sugiyono, populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada pada objek/ subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu. Maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X (sekarang kelas XI) SMA Pasundan 2 Bandung yang mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani.

Peneliti mengambil sampel dari dua kelas, yaitu satu kelas reguler dan satu kelas RSBI. Untuk kelas regular terdapat 35 orang sampel siswa dan untuk kelas RSBI sebanyak 20 orang sampel.


(19)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengambilan sampel menggunakan sceara acak atau random sampling. Pengambilan sampel secara acak berarti setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Individu-individu tersebut punya peluang yang sama, bila mereka memiliki karakteristik yang sama atau diasumsikan sama.

Adapun jumlah sampel yang diambil oleh peneliti sebanyak 35 orang dari kelas reguler dan 20 orang dari kelas RSBI.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data dengan teknik sebagai berikut :

1. Teknik Observasi

Teknik observasi yaitu mengadakan penelitian langsung ke lapangan/ lokasi penelitian untuk mengamati dan mencatat secara teliti dan sistematik atas gejala-gejala yang sedang diteliti.

Menurut Nasution (2009 : 106) mengatakan bahwa “Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan.” Dengan observasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode lain.

Observasi juga dilakukan bila belum banyak keterangan dimiliki tentang masalah yang kita selidiki. Observasi diperlukan untuk menjajakinya. Jadi berfungsi sebagai eksplorasi. Dari hasil ini kita dapat memperoleh gambaran yang


(20)

lebih jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara memecahkannya.

Dalam garis besarnya observasi dapat dilakukan (1) dengan partisipasi pengamat jadi sebagai partisipan atau (2) tanpa partisipasi pengamat jadi sebagai non-partisipan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi sebagai partisipan artinya peneliti merupakan bagian dari kelompok yang ditelitinya, karena peneliti merupakan seorang pengajar yang memberikan materi langsung kepada para siswa, sehingga peneliti berada di kelompok tersebut dan melakukan interaksi sehingga peneliti mengenal situasi itu dengan baik dan dapat mengumpulkan keterangan yang banyak.

2. Teknik Wawancara (Interview)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (2009:113) bahwa “Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.”

Dalam wawancara pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal. Biasanya komunikasi ini dilakukan dalam keadaan saling berhadapan, namun komunikasi dapat juga dilaksanakan melalui telepon. Interview sering dilakukan antara dua orang tetapi dapat juga sekaligus diinterview dua orang atau lebih.

Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2010:194) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview dan juga kuesioner (angket) adalah sebagai berikut.

1. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri

2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya


(21)

3. Bahwa interprestasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti. Wawancara pada umumnya dibedakan menjadi dua macam yakni wawancara berstruktur dan wawancara tak berstruktur (bebas). Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Responden boleh menjawab secara bebas menurut isi hati atau pikirannya. Lama wawancara juga tidak ditentukan dan diakhiri menurut keinginan pewawancara.

3. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengimpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.

Sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (2009:128) bahwa “Angket atau questionnaire adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab dibawah pengawasan peneliti.”

Dalam penggunaan angket, responden ditentukan berdasarkan teknik sampling. Angket digunakan untuk mendapatkan keterangan dari sampel atau sumber yang beraneka ragam. Peneliti yang menggunakan angket tidak perlu bertatap muka secara langsung dengan responden, biasanya peneliti tidak bertemu langsung karena alasan biaya dan waktu.

Angket pada umumnya meminta keterangan tentang fakta yang diketahui oleh responden atau juga mengenai pendapat atau sikap.


(22)

E. Instrumen Penelitian 1. Penyusunan instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan penelitian yaitu untuk mengungkap motivasi dan partisipasi belajar siswa dalam pendidikan jasmani.

1.1 Instrumen Motivasi

Sebelum membahas teori, terlebih dahulu kita menelaah pengidentifikasian kata motif dan kata motivasi. Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu. Dengan demikian, menurut Hamzah B. Uno (2012:1) mengemukakan bahwa “motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya.” Berkaitan dengan pengertian motivasi, beberapa psikolog menyebut motivasi sebagai konstruk hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan keinginan, arah, intensitas, dan keajegan perilaku yang diarahkan oleh tujuan. Dalam motivasi tercakup konsep-konsep, seperti kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan berafiliasi, kebiasaan, dan keingintahuan seseorang terhadap sesuatu.

Dari definisi diatas, dapat diketahui bahwa motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Dalam varibel penelitian ini, penulis memakai teori motivasi yang dipopulerkan oleh Abraham Maslow. Menurut Maslow (dalam Gibson, Ivancevich, dan Donnelly, 1996) memaparkan bahwa terdapat lima hierarki kebutuhan manusia yakni : Kebutuhan fisiologis (Psychological need), Kebutuhan perasaan aman (Safety need), Kebutuhan sosial (Social need), Kebutuhan penghargaan/ penghormatan (Esteem need), dan Kebutuhan aktualisasi diri (Self actualization).

Jadi instrumen yang digunakan untuk mengukur motivasi siswa terhadap pembelajaran penjas, penulis mengacu dari teori motivasi dari Maslow, yaitu :


(23)

1) Kebutuhan fisiologis (physiological need), yang teridiri dari kesehatan, dan kebutuhan akan nilai.

2) Kebutuhan rasa aman (safety need), yang terdiri dari fasilitas, lingkungan yang aman dan nyaman.

3) Kebutuhan sosial (social need), yang terdiri dari pengakuan dari teman, dan pengakuan dari guru.

4) Kebutuhan akan penghargaan/prestasi (esteem need), yang terdiri dari penghargaan dari teman, dan penghargaan dari guru.

5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, keteraturan, dan peningkatan kualitas diri. 1.2 Instrumen Partisipasi

Dalam varibel partisipasi, penulis memakai teori Keith Davis, Human Relation at Work (dalam skripsi Ahmad Rizal Mufti, 2012). Menurut Davis memaparkan bahwa kunci pemikiran dalam partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi. Kemudian dari unsur mental dan emosi tersebut diuraikan lebih rinci menjadi lima komponen yaitu: Keikutsertaan, Keterlibatan, Kesediaan, Kemauan, dan Keaktifan.

Jadi instrumen yang digunakan untuk mengukur partisipasi siswa terhadap pembelajaran penjas, penulis mengacu dari teori partisipasi dari Keith Davis, yaitu:

1) Keikutsertaan yang terdiri dari ikut serta dalam pembelajaran, semangat dalam pembelajaran, totalitas dalam pembelajaran.

2) Keterlibatan yang terdiri dari terlibat dalam pembelajaran, paham akan kegiatan pembelajaran, percaya diri dalam mengikuti pembelajaran.

3) Kesediaan yang terdiri dari dapat menerima dengan baik tugas gerak yang diberikan guru, dapat menampilkan tugas gerak yang diinstruksikan guru, dapat menyesuaikan diri dalam pembelajaran.

4) Kemauan yang terdiri dari senang melakukan tugas gerak, melakukan tugas pembelajaran dengan kesadaran diri, ingin mendapat hasil yang baik. 5) Keaktifan yang terdiri dari ingin menjadi pusat perhatian, melaksanakan


(24)

2. Pengembangan Kisi-kisi

Penyusunan kisi-kisi atau instrumen penelitian merupakan acuan dalam penyusunan alat pengumpulan data. Kisi-kisi penelitian disusun secara sistematis relevan dengan permasalahan, tujuan penelitian serta pertanyaan penelitian, yang kemudian dijabarkan berdasarkan aspek yang diteliti serta indikator-indikatornya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pembuatan item pertanyaan angket.

Untuk mengukur motivasi dan partisipasi seseorang, peneliti menyusun kisi-kisi angket berdasarkan teori motivasi dari Abraham Maslow (dalam Gibson, Ivancevich, dan Donnelly 1996:189). Sedangkan untuk mengukur partisipasi, penulis menggunakan teori partisipasi dari Keith Davis, Human Relation at Work (dalam skripsi Ahmad Rizal Mufti, 2012). Kisi-kisi instrumen motivasi dan partisipasi disajikan dalam Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 :


(25)

Variabel Sub Variabel Indikator

Deskripsi Tingkah Laku

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Variabel

Motivasi : Teori hirarki menurut Maslow (Gibson, Ivancevich, dan Donnelly 1996:189) 1. Kebutuhan fisiologis (Physiological Need)

a. Kesehatan Saya beranggapan bahwa sehat merupakan prioritas utama dalam pembelajaran penjas

Saya beranggapan bahwa sehat merupakan prioritas kedua dalam pembelajaran penjas

Saya mengikuti pembelajaran penjas supaya tahan terhadap penyakit

Saya menjadi mudah tertular penyakit setelah mengikuti pembelajaran penjas b. Nilai

Saya mengikuti pembelajaran penjas supaya dapat nilai raport bagus

Saya mengabaikan nilai raport dari pembelajaran penjas Saya rajin mengikuti pembelajaran

penjas untuk menutupi nilai raport

Saya sering bolos mengikuti pembelajaran penjas walau nilai raport kurang bagus

2. Kebutuhan rasa aman (Safety need)

a. Fasilitas pembelajaran penjas

Saya mengikuti pembelajaran penjas untuk mencoba fasilitas olahraga yang ada

Saya tidak mau mengikuti pembelajaran penjas walau fasilitasnya sudah disediakan Saya takut mengikuti

Tabel 3.1


(26)

penjas

Untuk mencari suasana menyenangkan, saya mengikuti pembelajaran penjas

Suasana dalam pembelajaran penjas sangat membosankan

Dengan mengikuti pembelajaran penjas, saya mendapat pergaulan yang positif

Dari pembelajaran penjas, saya mendapat pergaulan yang negatif c. Rasa nyaman

dalam pembelajaran

Saya merasa aman dan nyaman dalam pembelajaran karena perlakuan dari guru penjas

Saya merasakan pembelajaran menjadi menakutkan karena perlakuan dari guru penjas Kenyamanan suasana pembelajaran

penjas, menjadi daya tarik tersendiri untuk saya

Hanya rasa takut yang saya dapatkan dari proses pembelajaran penjas

3. Kebutuhan sosial (Social Need)

a. Pengakuan dari

teman Melalui pembelajaran penjas, saya dapat berinteraksi dengan teman

Saya menjadi sulit berinteraksi dengan teman ketika

pembelajaran penjas Melalui pembelajaran penjas, saya

dapat diterima di lingkungan bermain

Saya dijauhi teman-teman ketika mengikuti pembelajaran penjas b. Pengakuan dari

guru Dengan rajin mengikuti pembelajaran penjas, saya dikenal sebagai siswa rajin oleh guru

Karena ingin dikenal sebagai siswa nakal, saya mengikuti pembelajaran penjas


(27)

selalu mengecek kehadiran siswa ketika

pembelajaran penjas mengecek kehadiran siswa ketika pembelajaran penjas

4. Kebutuhan penghargaan/ prestasi (Esteem Need)

a. Penghargaan dari teman

Saya mengikuti pembelajaran penjas karena ingin mendapat pujian dari teman

Saya dicemoohkan teman ketika mengikuti pembelajaran penjas

Saya mengikuti pembelajaran penjas dengan harapan ingin memperoleh perhatian dari teman

Saya mengikuti pembelajaran penjas dengan harapan tetap diacuhkan teman

b. Penghargaan dari

guru Saya mengikuti pembelajaran penjas supaya guru lebih mengenal saya

Guru penjas tetap acuh walau saya rajin mengikuti pembelajaran Supaya kemampuan saya diakui oleh

guru penjas, saya menampilkannya saat pembelajaran penjas

Guru penjas tetap mengabaikan kemampuan walau sudah mengikuti pembelajaran penjas 5. Kebutuhan

aktualisasi diri (Self

Actualization)

a. Pengetahuan

Saya mendapatkan pengetahuan baru setelah mengikuti pembelajaran penjas

Pengetahuan saya menurun setelah mengikuti pembelajaran penjas

Untuk mengetahui cara hidup sehat, saya mengikuti pembelajaran penjas

Saya tidak mengetahui cara hidup sehat, walau mengikuti

pembelajaran penjas b. Pemahaman

Untuk memahami tujuan gerak, saya mengikuti pembelajaran penjas

Saya tidak faham tujuan gerak yang dipelajari dalam


(28)

penjas jadi berkurang c. Keteraturan

Supaya kehidupan lebih teratur, saya mengikuti pembelajaran penjas

Kehidupan saya menjadi berantakan setelah mengikuti pembelajaran penjas

Supaya keseharian lebih disiplin, saya mengikut ipembelajaran penjas

Keseharian saya menjadi tidak disiplin setelah mengikuti pembelajaran penjas d. Peningkatan

Kualitas Diri Untuk menjadi seseorang yang ahli dalam olahraga dan kesehatan, saya mengikuti pembelajaran penjas

Minat menjadi seorang yang ahli dalam bidang olahraga dan kesehatan sangat kecil Saya berusaha bekerja keras untuk

mencapai prestasi terbaik

Saya malas bekerja keras untuk meraih prestasi terbaik


(29)

Kisi-kisi Instrumen Partisipasi Menurut Keith Davis, Human Relation at Work

Variabel Sub Variabel Indikator Deskripsi Tingkah Laku

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Variabel Partisipasi : Teori menurut Keith Davis, Human Relation at Work (dalam skripsi Ahmad Rizal Mufti, 2012)

1. Keikutsertaan a. Ikut serta dalam pembelajaran

Saya mengikuti pembelajaran penjas karena sudah menjadi aturan sekolah

Saya tidak mengikuti pembelajaran penjas walaupun sudah menjadi aturan sekolah

Saya berinisiatif mengikuti

pembelajaran penjas karena keinginan sendiri

Saya mengikuti pembelajaran karena ajakan atau paksaan dari teman dan guru

b. Semangat dalam pembelajaran

Saya mengikuti pembelajaran penjas dengan semangat

Saya mengikuti pembelajaran penjas dengan malas

Tugas gerak yang saya hadapi, membuat saya bersemangat mengikuti pembelajarn penjas

Tugas gerak yang saya hadapi, membuat saya tidak bersemangat lagi untuk mengikuti pembelajaran penjas

c. Totalitas dalam pembelajaran

Saya tetap melakukan kegiatan walau guru penjas berhalangan hadir

Jika guru penjas berhalangan hadir, saya akan diam saja

Saya tidak takut kepanasan dan berkeringat ketika mengikuti pembelajaran penjas

Saya tidak mau mengikuti pembelajaran penjas karena takut kepanasan dan menjadi berkeringat

2. Keterlibatan a. Terlibat dalam pembelajaran

Saya mengikuti semua kegiatan yang terdapat dalam proses pembelajaran penjas

Saya mengikuti pembelajaran penjas yang mudah-mudah dan yang saya sukai saja


(30)

pembelajaran penjas pembelajaran penjas b. Paham akan

kegiatan pembelajaran

Saya memahami manfaat dari setiap tugas gerak yang diberikan guru penjas

Saya kurang mengerti tujuan gerak yang diberikan oleh guru penjas

Untuk mengetahui tujuan dari pembelajaran penjas, saya berusaha terlibat dalam proses pembelajaran

Tujuan dari pembelajaran penjas tetap tidak dimengerti oleh saya, walaupun saya terlibat dalam pembelajaran

c. Percaya diri dalam mengikuti pembelajaran

Untuk menumbuhkan percaya diri, saya mengikuti pembelajaran penjas

Saya merasa minder walau sudah mengikuti pembelajaran penjas

Saya merasa percaya diri dalam mengikuti pembelajaran penjas

Saya merasa malu dalam mengikuti pembelajaran penjas

3. Kesediaan a. Dapat menerima dengan baik tugas gerak yang

diberikan guru

Saya mampu menampilkan tugas gerak yang diberikan oleh guru penjas

Saya sering gagal dalam menampilkan tugas gerak yang diberikan guru penjas

Penyampaian materi yang jelas dari guru penjas membuat saya mudah menerima arahan

Saya kesulitan menerima arahan, walaupun sudah disampaikan oleh guru penjas b. Dapat

menampilkan tugas gerak

Saya berusaha menampilkan tugas gerak yang diberikan oleh guru penjas

Saya malas menampilkan tugas gerak yang diberikan guru penjas


(31)

guru didepan orang banyak banyak c. Dapat

menyesuaikan diri dalam pembelajaran

Saya mudah menyesuaikan diri dengan kegiatan pembelajaran penjas

Saya sulit menyesuaikan diri dengan kegiatan pembelajaran penjas Saya berusaha menyesuaikan diri

dengan lingkungan pembelajaran penjas

Saya keberatan menyesuaikan diri dengan lingkungan pembelajaran penjas

4. Kemauan a. Senang melakukan tugas gerak

Saya senang melakukan gerakan-gerakan yang terdapat dalam proses pembelajaran penjas

Saya merasa malas melakukan gerakan-gerakan dalam proses pembelajaran penjas Strategi penyampaian guru penjas

bervariatif dan menantang, membuat saya senang melakukan tugas gerak

Strategi penyampaian guru penjas sangat monoton membuat saya malas melakukan tugas gerak b. Melakukan tugas pembelajaran dengan kesadaran diri

Saya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru penjas dengan tepat waktu

Terlambat dalam menyelesaikan tugas merupakan hal yang biasa bagi saya Saya bersungguh-sungguh dalam

melakukan tugas yang diberikan guru penjas

Saya asal-asalan dalam melakukan tugas yang diberikan guru penjas

c. Ingin mendapat hasil yang baik

Dalam mengerjakan tugas, saya berusaha lebih baik dari teman-teman

Saya tidak berusaha untuk lebih baik dari teman dalam mengerjakan tugas

Untuk mendapat hasil yang baik, saya bersedia mengerjakan tugas tambahan

Saya tidak akan mau mengerjakan tugas tambahan,walau hasil belajar saya kurang baik


(32)

perhatian

penjas berharap supaya mendapat perhatian dari teman

pembelajaran, teman-teman tetap mengacuhkan saya

Ketika menjadi perhatian dan mendapat pujian, saya akan belajar lebih baik lagi

Walaupun saya menjadi pusat perhatian dan mendapat pujian, saya tidak akan belajar lebih giat

b. Melaksanakan tugas gerak yang diberikan

Saya mengikuti semua yang diinstruksikan oleh guru penjas

Saya hanya diam saja walau sudah diinstruksikan oleh guru penjas Saya menjalankan semua tugas gerak

yang diberikan oleh guru penjas

Saya bersembunyi kalau ada tugas gerak yang diberikan oleh guru penjas

c. Berperan aktif dalam

pembelajaran

Saya berusaha mengikuti semua kegiatan pembelajaran penjas

Saya hanya mengikuti kegiatan yang mudah saja

Saya berusaha aktif terlibat dalam proses pembelajaran penjas

Saya berusaha menjauh dari porses pembelajaran penjas


(33)

Instrumen yang telah dirumuskan kedalam bentuk kisi-kisi tersebut diatas selanjutnya dijadikan bahan penyusun butir-butir pertanyaan atau soal dalam angket. Butir-butir pertanyaan atau soal tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan dengan kemungkinan jawaban yang tersedia.

3. Pedoman skoring

Mengenai alternatif jawaban dalam angket, penulis menggunakan skala sikap yakni skala Likert. Mengenai skala Likert, Sugiyono (2010:134) mengemukakan bahwa “Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.”

Dengan skala likert, maka variabel yang akan dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan.

Tabel 3.3

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban

Positif Negatif

Sangat setuju 5 1

Setuju 4 2

Kurang Setuju 3 3

Tidak Setuju 2 4

Sangat Tidak Setuju 1 5

Dalam menyusun pernyataan-pernyataan agar responden dapat menjawab salah satu alternatif jawaban tersebut maka pernyataan-pernyataan itu disusun dengan berpedoman penjelasan Surakhman (dalam Ahmad Rizal Mufti, 2012) sebagai berikut :

1) Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan sesingkat-singkatnya 2) Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh

responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif 3) Sifat pernyataan harus netral dan obyektif


(34)

4) Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh sumber lain

5) Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi

4. Penyusunan Alat Pengumpulan Data

Dalam penyusunan alat pengumpul data ini, terlebih dahulu disusun kisi-kisi secara sistematis dan relevan dengan kebutuhan pemecahan masalah. Kegiatan yang ditempuh dalam penyusunan alat pengumpulan data ini adalah sebagai berikut :

1) Merumuskan problematika penelitian, dengan variabel yang dianggap penting dengan indikator-indikatornya yang akan dijadikan pertanyaan-pertanyaan.

2) Menyusun pertanyaan atau pernyataan beserta alternatif jawabannya yang disesuaikan dengan problematika penelitian dan disertai dengan petunjuk pengisian sehingga akan jelas tujuan dan maksud untuk dipahami responden.

F. Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas

Untuk memperoleh kesahihan dan keterandalan dari tiap butir soal, uji validitas instrumen yang digunakan adalah uji validitas internal butir dengan mengkorelasikan antara skor tiap butir soal yang didapat dengan skor total responden, sedangkan untuk uji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan teknik belah dua dengan rumus korelasi Product Moment dan Spearman Brown.

Berikut langkah-langkah pengolahan data untuk menentukan validitas angket adalah :

a. Memberikan skor pada masing-masing butir pernyataan sesuai dengan jawaban responden

b. Merangking skor yang diperoleh masing-masing responden

c. Menentukan 30 persen responden yang memperoleh skor tinggi, kelompok ini disebut kelompok atas


(35)

d. Menentukan 30 persen responden yang memperoleh skor rendah, kelompok ini disebut kelompok bawah

e. Mencari skor rata-rata ( x ) dari tiap-tiap butir pernyataan tiap kelompok, baik dari kelompok atas atau bawah. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

x = skor rata-rata yang dicari x = skor

∑ = “sigma” berarti jumlah

n = jumlah sampel

f. Mencari simpangan baku tiap butir soal kelompok atas dan kelompok bawah. Menggunakan rumus sebagai berikut:

√∑( Keterangan :

S = simpangan baku x = skor

x = nilai rata-rata n = jumlah sampel

g. Mencari simpangan baku gabungan dari butir soal kelompok atas dan kelompok bawah

( (

Keterangan :

Sgab2 = Simpangan baku gabungan n = Jumlah sampel kelompok atas


(36)

n2 = Jumlah sampel kelompok bawah

S12 = Simpangan baku kelompok atas dikuadratkan S22 = Simpangan baku kelompok bawah dikuadratkan

h. Mencari nilai “t hitung” untuk tiap butir soal dari kedua kelompok dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

t = Nilai t hitung yang dicari x 1 = Skor rata-rata kelompok atas x 2 = Skor rata-rata kelompok bawah

S = Simpangan baku gabungan kedua kelompok n1 = Jumlah responden sampel kelompok atas n2 = Jumlah responden sampel kelompok bawah

Selanjutnya membandingkan nilai t hitung yang telah dicari dengan t tabel pada taraf signifikasi α=0,05 dengan derajat kesahihan (dk = n1 + n2 – 2) yaitu 15+15-2= 28, maka nilai t tabel yang diperoleh 2,048. Berikut hasil uji coba angket motivasi dan partisipasi siswa dalam pelajaran pendidikan jasmani di SMA Pasundan 2 Bandung.


(37)

Tabel 3.4

Hasil Validitas Uji Coba Angket Motivasi

No t-tab t-hit Keterangan No t-tab t-hit keterangan 1 2,048 1,31 Tidak Valid 27 2,048 0,16 Tidak Valid 2 2,048 0,18 Tidak Valid 28 2,048 2,44 Valid 3 2,048 2,83 Valid 29 2,048 -2,6 Tidak Valid 4 2,048 1,97 Tidak Valid 30 2,048 4,92 Valid 5 2,048 -1,1 Tidak Valid 31 2,048 -1,6 Tidak Valid 6 2,048 1,07 Tidak Valid 32 2,048 2,27 Valid 7 2,048 -0,6 Tidak Valid 33 2,048 0,94 Tidak Valid 8 2,048 2,93 Valid 34 2,048 0,45 Tidak Valid 9 2,048 -0.8 Tidak Valid 35 2,048 0,85 Tidak Valid 10 2,048 1.47 Tidak Valid 36 2,048 2,81 Valid 11 2,048 1,1 Tidak Valid 37 2,048 1,39 Tidak Valid 12 2,048 0,35 Tidak Valid 38 2,048 1,53 Tidak Valid

13 2,048 2,05 Valid 39 2,048 3,37 Valid

14 2,048 3,44 Valid 40 2,048 2,74 Valid

15 2,048 3,87 Valid 41 2,048 2,32 Valid

16 2,048 3,21 Valid 42 2,048 4,67 Valid

17 2,048 2,08 Valid 43 2,048 2,37 Valid

18 2,048 1,36 Tidak Valid 44 2,048 1,39 Tidak Valid

19 2,048 2,32 Valid 45 2,048 3,21 Valid

20 2,048 3,55 Valid 46 2,048 4,41 Valid

21 2,048 2,57 Valid 47 2,048 2,36 Valid

22 2,048 3,99 Valid 48 2,048 3,19 Valid

23 2,048 1,34 Tidak Valid 49 2,048 3,02 Valid 24 2,048 6,54 Valid 50 2,048 1,29 Tidak Valid 25 2,048 0,9 Tidak Valid 51 2,048 3,06 Valid 26 2,048 3,03 Valid 52 2,048 1,38 Tidak Valid

Berdasarkan penghitungan analisis validitas instrumen motivasi dari setiap butir pernyataan yang berjumlah 52 butir, diperoleh 28 butir pernyataan yang valid atau 54% dan jumlah pernyataan yang tidak valid diperoleh 24 butir pernyataan atau 46%. Untuk hasil-hasil uji coba angket partisipasi di SMA Pasundan 2 Bandung, akan disajikan dalam Tabel 3.5 dibawah ini :


(38)

Tabel 3.5

Hasil Validitas Uji Coba Angket Partisipasi

No t-tab t-hit Keterangan No t-tab t-hit keterangan 53 2,048 -0,2 Tidak Valid 83 2,048 4,53 Valid

54 2,048 6,89 Valid 84 2,048 2,82 Valid

55 2,048 3,08 Valid 85 2,048 3,26 Valid

56 2,048 5,97 Valid 86 2,048 5,03 Valid

57 2,048 6,54 Valid 87 2,048 1,87 Tidak Valid

58 2,048 7,22 Valid 88 2,048 3,78 Valid

59 2,048 5,3 Valid 89 2,048 3,72 Valid

60 2,048 5,46 Valid 90 2,048 4,3 Valid

61 2,048 2,38 Valid 91 2,048 5,43 Valid

62 2,048 2,59 Valid 92 2,048 2,75 Valid

63 2,048 2,09 Valid 93 2,048 2,37 Valid 64 2,048 3,47 Valid 94 2,048 1,34 Tidak Valid

65 2,048 2,63 Valid 95 2,048 4,79 Valid

66 2,048 1,69 Tidak Valid 96 2,048 4,81 Valid 67 2,048 2,65 Valid 97 2,048 1,77 Tidak Valid

68 2,048 4,03 Valid 98 2,048 5,27 Valid

69 2,048 3,21 Valid 99 2,048 0,81 Tidak Valid

70 2,048 3,1 Valid 100 2,048 3,83 Valid

71 2,048 2,65 Valid 101 2,048 1,31 Tidak Valid

72 2,048 6,28 Valid 102 2,048 2,27 Valid

73 2,048 2,8 Valid 103 2,048 2,41 Valid

74 2,048 3,76 Valid 104 2,048 3,76 Valid

75 2,048 4,02 Valid 105 2,048 3,56 Valid

76 2,048 4,37 Valid 106 2,048 3,96 Valid

77 2,048 4,04 Valid 107 2,048 3,31 Valid

78 2,048 1,84 Tidak Valid 108 2,048 2,61 Valid

79 2,048 3,5 Valid 109 2,048 3,15 Valid

80 2,048 2,3 Valid 110 2,048 5,03 Valid

81 2,048 2,85 Valid 111 2,048 2,18 Valid

82 2,048 4,81 Valid 112 2,048 5,14 Valid

Berdasarkan penghitungan analisis validitas instrumen partisipasi dari setiap butir pernyataan yang berjumlah 60 butir, diperoleh 52 butir pernyataan yang valid atau 87% dan jumlah pernyataan yang tidak valid diperoleh 8 butir pernyataan atau 13%.


(39)

2. Uji Reliabilitas

Untuk menguji reliabilitas tiap butir tes digunakan rumus teknik belah dua dengan rumus kolerasi Product Moment sebagai berikut:

1. Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian dihitung validitas itemnya.

2. Membagi item yang valid tersebut menjadi dua belahan. Unutk membelah alat pengukur menjadi dua dilakukan dengan cara membagi antara pernyataan nomor ganjil dan nomor genap

3. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan langkah ini menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden, yakni skor total belahan (X) dan skor belahan (Y).

4. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua dengan menggunakan teknik kolerasi Product Moment,

(∑ (

√[( ( [( (

Keterangan :

r xy = Koefisien korelasi yang dicari xy = Jumlah perkalian skor x dan y x = Jumlah skor x

y = Jumlah skor y

n = Jumlah banyaknya pasangan X dan Y

5. Mencari reliabilitas seluruh perangkat butir dengan menggunakan rumus Spearman Brown dengan rumus:

Keterangan :

r ii = realibilitas yang dicari r xy = koefisien korelasi


(40)

Adapun hasil penghitungan reliabilitas angket dapat dilihat pada Tabel 3.6: Tabel 3.6

Uji Reliabilitas Item Motivasi dan Partisipasi Variabel r hitung r tabel Kesimpulan

Motivasi 0,98 0,344 Reliabel

Partisipasi 0,99 0,344 Reliabel

Berdasarkan Tabel 3.6, diperoleh hasil penghitungan r-hitung motivasi sebesar 0,98 dan r-tabel sebesar 0,344, maka dapat dikatakan reliabel. Demikian juga dengan perhitungan r-hitung partisipasi sebesar 0,99 dan r-tabel sebesar 0,344, maka dapat dikatakan reliabel.

G. Prosedur Pengelohan Data

Sesuai dengan masalah penelitian dan tujuan penelitian, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasional. Dalam proses pengelolaan data tersebut penulis menggunakan langkah-langkah di bawah ini :

1. Menghitung rata-rata, simpangan baku dan t-hitung.

a. Mencari nilai rata-rata (x ) dari setiap kelompok data dengan rumus:

Keterangan :

x = nilai rata-rata yang dicari x = skor mentah

n = jumlah sempel ∑ = jumlah dari

b. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus :


(41)

√∑( ̅ Keterangan :

S = simpangan baku yang dicari ∑ = jumlah dari

x = nilai data mentah

x = nilai rata-rata yang dicari n = jumlah sampel

2. Uji normalitas data

Rumus yang digunakan adalah dengan uji kenormalan secara parametik yang dikenal dengan Chi Kuadrat. Untuk pengujian hipotesis nol, ditempuh dengan prosedur sebagai berikut :

a. Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya. b. Menentukan jumlah kelas interval

c. Menentukan panjang kelas interval, yaitu: (data terbesar–data terkecil) dibagi dengan jumlah kelas interval

d. Menyusun data ke dalam tabel normalitas

e. Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh), dengan cara mengkalikan persentase luas tiap bidang curve normal dengan jumlah anggota sampel.

fh = luas curve x jumlah anggota

f. Memasukkan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh, sekaligus menghitung harga-harga (fo–fh) dan ( – dan menjumlahkannya. Harga jumlah ( –

adalah merupakan harga Chi Kuadrat ( ) hitung.

g. Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung ( ) dengan Chi Kuadrat tabel ( . Bila harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil


(42)

daripada Chi Kuadrat tabel ( , maka distribusi data dinyatakan normal.

3. Setelah uji normalitas, selanjutnya penulis mengolah data dengan prosedur dan analisis data dengan skala persentase sebagai berikut: a. Pengelompokan data. Dalam pengelompokan data ini penulis

melakukan langkah pengelompokan tiap-tiap butir pertanyaan b. Menjumlahkan skor-skor seluruh pertanyaan tiap sub komponen.

Seperti halnya skor aktual dengan menghitumg jumlah skor dari tiap kelompok pertanyaan dan skor ideal dihitung dengan cara jumlah skor dikali skor maksimal dikali dengan jumlah sampel. Sedangkan persentase menggunakan rumus:

( c. Membuat kriteria

Setelah data didapat kemudian menafsirkan dan menyimpulkan untuk mempermudah dalam penafsiran dan penyimpulan, dalam hal ini memilih parameter yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:246) dengan menafsirkan kriteria penilaian presentase sebagai berikut:

Tabel 3.7

Kriteria Frekuensi Presentase

Rentang Nilai Kriteria

76 - 100% Tinggi

56 - 75 % Sedang

40 – 55% Rendah

< 40% Sangat Rendah

d. Buat Kesimpulan

4. Selanjutnya adalah perhitungan korelasi antara variabel motivasi dengan partisipasi. Perhitungan korelasi dapat menggunakan tabel penolong dan memasukannya kedalam rumus :


(43)

√( (

Keterangan :

rxy = korelasi antara motivasi dengan partisipasi

x = nilai motivasi setiap siswa dikurangi nilai rata- rata motivasi y = nilai partisipasi setiap siswa dikurangi nilai rata-rata partisipasi

5. Uji Signifikasi

Setelah didapatkan nilai korelasi antara motivasi dengan partisipasi, kemudian dengan menggunakan t-hitung dengan rumus :

√ Keterangan :

r = korelasi antara motivasi dan partispasi n = jumlah data (siswa)

Setelah didapatkan nilai hitung, kemudian dibandingkan dengan t-tabel. Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak atau korelasinya signifikan.


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam membuat kesimpulan, peneliti merujuk dari rumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu untuk mencari apakah terdapat perbedaan motivasi dan partisipasi antara siswa kelas reguler dengan kelas RSBI dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Adapun kesimpulan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan motivasi antara siswa kelas reguler dengan siswa kelas RSBI dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMA Pasundan 2 Bandung. 2. Terdapat perbedaan partisipasi antara siswa kelas reguler dengan siswa kelas

RSBI dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMA Pasundan 2 Bandung.

B. Saran

1. Bagi seluruh pengajar / guru pendidikan jasmani diharapkan agar menerapkan metode pendekatan-pendekatan psikologis untuk menumbuhkan motivasi pada diri siswa sehingga akan meningkatkan tingkat partisipasinya pada setiap pembelajaran pendidikan jasmani yang diikutinya, sebab dari tingkat motivasi dan partisipasi yang tinggi akan mempermudah mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2. Semoga hasil penelitian dapat bermanfaat baik secara teoritik maupun praktik bagi semua lapisan masyarakat yang konsen terhadap kemajuan pendidikan jasmani.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Arep, I. dan Tanjung, H. (2003).Manajemen Motivasi. Jakarta : PT Grasindo. As’ad, Moh. (1998). Psikologi Industri. Yogyakarta : Liberty.

Aziz, Ahmes. (2008). Tujuan Pendidikan Jasmani. [Online]. Tersedia: http://ahmesabe.wordpress.com/2008/11/04/tujuan-pendidikan-jasmani/ [4 November 2008]

Depdiknas. (2007). Panduan Penyelenggaraan Rintisan SMA Bertaraf Internasional. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

Eka. (2011). Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga. [Online]. Tersedia: http://ekamalik.student.fkip.uns.ac.id/2011/10/08/pendidikan-jasmani-dan-pendidikan-olahraga/ [9 Juli 2012]

Firmansyah, S. (2009). Partisipasi Masyarakat. [Online]. Tersedia: http://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/05/partisipasi-masyarakat/ [9 Juli 2012]

Gibson, Ivancevich, dan Donnelly. (1996). Organisasi. Jakarta: Binarupa Aksara. Girsang. (2012). Pengertian RSBI. [Online]. Tersedia:

http://syahsmkn2tb.wordpress.com/2012/06/18/pengertian-rsbi/ [18 Juni 2012]

Hamalik, Oemar. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Jamal, A. (2011). Definisi Partisipasi Masyarakat. [Online]. Tersedia: http://aj-belajar.blogspot.com/2011/02/defenisi-partisipasi-masyarakat.html [9 Juli 2012]

Maslow, A. H. (1994). Motivasi dan Kepribadian 1. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.

Muchid. (2011). Definisi Siswa. [Online]. Tersedia: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2134628-definisi-siswa/ [9 Juli 2012]


(46)

Muchlisin. (2010). Penelitian Ex Post Facto. [Online]. Tersedia: http://www.4skripsi.com/metodologi-penelitian/penelitian-ex-post-facto.html #axzz208wi6CCN [9 Juli 2012]

Mufti A. R. (2012). Hubungan Motivasi dengan Partisipasi Siswa dalam Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga di SMA YPKKP Bandung. Skipsi pada POR UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Nasution, S. (2009). Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara.

Pratiwi, I. C. (2011). Kreativitas Siswa Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua. Skripsi pada jurusan Psikologi UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Soemanto, W. (1987). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Bina Aksara.

Soemosasmito, S. (1988). Dasar, Proses dan Efektivitas Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Syarifuddin, A. dan Muhadi. (1992/1993). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Taufik, M. (2009). Motivasi Belajar dalam Penjaskes. [Online]. Tersedia: http://penjaskessman26bdg.blogspot.com/2009/12/motivasi-belajar-dalam-penjaskes.html [7 Oktober 2012]

Turindra, A. (2009). Pengertian Partisipasi. Turindra Corporation Indonesia [Online]. Tersedia: http://turindraatp.blogspot.com/2009/06/pengertian-partisipasi.html [9Juli 2012]

Ucup. (2012). Pengaruh Model Pendekatan Taktis dan Model Pendekatan Teknis Terhadap Partisipasi Belajar Permainan Bola Voli Siswa Putri di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Rajagaluh Kabupaten Majalengka. Tesis Magister pada POR UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Uno, H. (2012). Teori Motivasin dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Winardi, J. (2001). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


(47)

http://dikdas.kemdikbud.go.id/application/media/file/1_Latar%2520Belakang%2520 Program%2520SBI.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Partisipasi

http://id.wikipedia.org/wiki/Rintisan_Sekolah_Bertaraf_Internasional http://www.duniapsikologi.com/pengertian-motivasi/

http://www.scribd.com/doc/22806880/Batasan-masalah

http://www.4skripsi.com/metodologi-penelitian/penelitian-ex-post-facto.html#ixzz 208tDKRut


(1)

53

daripada Chi Kuadrat tabel ( , maka distribusi data dinyatakan normal.

3. Setelah uji normalitas, selanjutnya penulis mengolah data dengan prosedur dan analisis data dengan skala persentase sebagai berikut: a. Pengelompokan data. Dalam pengelompokan data ini penulis

melakukan langkah pengelompokan tiap-tiap butir pertanyaan b. Menjumlahkan skor-skor seluruh pertanyaan tiap sub komponen.

Seperti halnya skor aktual dengan menghitumg jumlah skor dari tiap kelompok pertanyaan dan skor ideal dihitung dengan cara jumlah skor dikali skor maksimal dikali dengan jumlah sampel. Sedangkan persentase menggunakan rumus:

(

c. Membuat kriteria

Setelah data didapat kemudian menafsirkan dan menyimpulkan untuk mempermudah dalam penafsiran dan penyimpulan, dalam hal ini memilih parameter yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:246) dengan menafsirkan kriteria penilaian presentase sebagai berikut:

Tabel 3.7

Kriteria Frekuensi Presentase

Rentang Nilai Kriteria

76 - 100% Tinggi

56 - 75 % Sedang

40 – 55% Rendah

< 40% Sangat Rendah

d. Buat Kesimpulan

4. Selanjutnya adalah perhitungan korelasi antara variabel motivasi dengan partisipasi. Perhitungan korelasi dapat menggunakan tabel penolong dan memasukannya kedalam rumus :


(2)

54

√( (

Keterangan :

rxy = korelasi antara motivasi dengan partisipasi

x = nilai motivasi setiap siswa dikurangi nilai rata- rata motivasi y = nilai partisipasi setiap siswa dikurangi nilai rata-rata partisipasi

5. Uji Signifikasi

Setelah didapatkan nilai korelasi antara motivasi dengan partisipasi, kemudian dengan menggunakan t-hitung dengan rumus :

√ √

Keterangan :

r = korelasi antara motivasi dan partispasi n = jumlah data (siswa)

Setelah didapatkan nilai hitung, kemudian dibandingkan dengan t-tabel. Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak atau korelasinya signifikan.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam membuat kesimpulan, peneliti merujuk dari rumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu untuk mencari apakah terdapat perbedaan motivasi dan partisipasi antara siswa kelas reguler dengan kelas RSBI dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Adapun kesimpulan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan motivasi antara siswa kelas reguler dengan siswa kelas RSBI dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMA Pasundan 2 Bandung. 2. Terdapat perbedaan partisipasi antara siswa kelas reguler dengan siswa kelas

RSBI dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMA Pasundan 2 Bandung.

B. Saran

1. Bagi seluruh pengajar / guru pendidikan jasmani diharapkan agar menerapkan metode pendekatan-pendekatan psikologis untuk menumbuhkan motivasi pada diri siswa sehingga akan meningkatkan tingkat partisipasinya pada setiap pembelajaran pendidikan jasmani yang diikutinya, sebab dari tingkat motivasi dan partisipasi yang tinggi akan mempermudah mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2. Semoga hasil penelitian dapat bermanfaat baik secara teoritik maupun praktik bagi semua lapisan masyarakat yang konsen terhadap kemajuan pendidikan jasmani.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arep, I. dan Tanjung, H. (2003).Manajemen Motivasi. Jakarta : PT Grasindo.

As’ad, Moh. (1998). Psikologi Industri. Yogyakarta : Liberty.

Aziz, Ahmes. (2008). Tujuan Pendidikan Jasmani. [Online]. Tersedia: http://ahmesabe.wordpress.com/2008/11/04/tujuan-pendidikan-jasmani/ [4 November 2008]

Depdiknas. (2007). Panduan Penyelenggaraan Rintisan SMA Bertaraf Internasional. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

Eka. (2011). Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga. [Online]. Tersedia: http://ekamalik.student.fkip.uns.ac.id/2011/10/08/pendidikan-jasmani-dan-pendidikan-olahraga/ [9 Juli 2012]

Firmansyah, S. (2009). Partisipasi Masyarakat. [Online]. Tersedia: http://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/05/partisipasi-masyarakat/ [9 Juli 2012]

Gibson, Ivancevich, dan Donnelly. (1996). Organisasi. Jakarta: Binarupa Aksara. Girsang. (2012). Pengertian RSBI. [Online]. Tersedia:

http://syahsmkn2tb.wordpress.com/2012/06/18/pengertian-rsbi/ [18 Juni 2012]

Hamalik, Oemar. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Jamal, A. (2011). Definisi Partisipasi Masyarakat. [Online]. Tersedia: http://aj-belajar.blogspot.com/2011/02/defenisi-partisipasi-masyarakat.html [9 Juli 2012]

Maslow, A. H. (1994). Motivasi dan Kepribadian 1. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.

Muchid. (2011). Definisi Siswa. [Online]. Tersedia: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2134628-definisi-siswa/ [9 Juli 2012]


(5)

71

Muchlisin. (2010). Penelitian Ex Post Facto. [Online]. Tersedia: http://www.4skripsi.com/metodologi-penelitian/penelitian-ex-post-facto.html #axzz208wi6CCN [9 Juli 2012]

Mufti A. R. (2012). Hubungan Motivasi dengan Partisipasi Siswa dalam Mengikuti

Ekstrakurikuler Olahraga di SMA YPKKP Bandung. Skipsi pada POR UPI

Bandung : tidak diterbitkan.

Nasution, S. (2009). Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara.

Pratiwi, I. C. (2011). Kreativitas Siswa Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua. Skripsi pada jurusan Psikologi UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Soemanto, W. (1987). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Bina Aksara.

Soemosasmito, S. (1988). Dasar, Proses dan Efektivitas Belajar Mengajar

Pendidikan Jasmani. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Syarifuddin, A. dan Muhadi. (1992/1993). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Taufik, M. (2009). Motivasi Belajar dalam Penjaskes. [Online]. Tersedia: http://penjaskessman26bdg.blogspot.com/2009/12/motivasi-belajar-dalam-penjaskes.html [7 Oktober 2012]

Turindra, A. (2009). Pengertian Partisipasi. Turindra Corporation Indonesia [Online]. Tersedia: http://turindraatp.blogspot.com/2009/06/pengertian-partisipasi.html [9Juli 2012]

Ucup. (2012). Pengaruh Model Pendekatan Taktis dan Model Pendekatan Teknis

Terhadap Partisipasi Belajar Permainan Bola Voli Siswa Putri di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Rajagaluh Kabupaten Majalengka. Tesis Magister pada

POR UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Uno, H. (2012). Teori Motivasin dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Winardi, J. (2001). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


(6)

72

http://dikdas.kemdikbud.go.id/application/media/file/1_Latar%2520Belakang%2520 Program%2520SBI.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Partisipasi

http://id.wikipedia.org/wiki/Rintisan_Sekolah_Bertaraf_Internasional http://www.duniapsikologi.com/pengertian-motivasi/

http://www.scribd.com/doc/22806880/Batasan-masalah

http://www.4skripsi.com/metodologi-penelitian/penelitian-ex-post-facto.html#ixzz 208tDKRut


Dokumen yang terkait

Implikasi Hukum Dihapusnya Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Dan Sekolah Bertaraf Internasional Oleh Mahkamah Konstitusi

0 4 7

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DAN SEKOLAH KATEGORI MANDIRI

2 31 183

PERBEDAAN KREATIVITAS SISWA SMP PADA SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) DAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI SURAKARTA.

0 1 12

PERBEDAAN KONSEP DIRI ANTARA SISWA PROGRAMRINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL ( RSBI) PERBEDAAN KONSEP DIRI ANTARA SISWA PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL ( RSBI) DENGAN SISWA PROGRAM REGULER PADA SISWA SMA.

0 0 17

BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Budaya Belajar Matematika Siswa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi Etnografi Di SMPN2 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanl Demak).

0 3 16

BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Budaya Belajar Matematika Siswa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi Etnografi Di SMPN2 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanl Demak).

0 1 16

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS XI DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas Xi Di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional SMA Batik 1 Surakarta.

0 0 17

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS XI DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas Xi Di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional SMA Batik 1 Surakarta.

0 2 21

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DAN SEKOLAH KATEGORI MANDIRI.

0 0 2

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN EKONOMI DENGAN MULTIMEDIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL.

0 0 10