Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Berbasis Outdoor Untuk Calon Guru Sekolah Dasar.

(1)

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Penjelasan Istilah ... 10

BAB II. PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN ... 12

A. Lingkungan Hidup ... 12

B. Ekologi dan Pencemaran... 13

C. Pendidikan Lingkungan Hidup... 16

D. Pembelajaran Pendidikan Lingkungan ... 18

E. Sikap, Kesadaran, dan Perilaku terhadap Lingkungan ... 20

F. Pembelajaran Sikap dan Perilaku ... 24

G. Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Berbasis Outdoor ... 32

1. Model Siklus Belajar... 38

2. Metode Eksperimen... 41

3. Metode Simulasi... 45

4. Media Pembelajaran ... 46

5. Konsep Verbal dan Konkret...……... 53


(2)

dan Kurikulum IPA SD ...……... 53

J. Hasil Penelitian yang Relevan...…………... 58

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 61

A. Paradigma Penelitian... 61

B. Desain Penelitian …... 62

C. Prosedur Penelitian ... 66

1. Studi Pendahuluan ... 66

2. Perancangan Model ... 67

3. Pengembangan Model ... 72

4. Uji Model ... 81

D. Subyek Penelitian …... 82

E. Teknik Pengumpulan Data ... 82

F. Teknik Analisis Data ... 84

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 89

A. Hasil Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Lingkungan... 89

1. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Lingkungan berbasis Outdoor ... 91

2. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Lingkungan berbasis Outdoor... 101

3. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Lingkungan berbasis Outdoor ... 104

B. Implementasi Penelitian Pendidikan Lingkungan berbasis Outdoor …... 107

1. Kemampuan Calon Guru dalam Penguasaan Konsep ... 107

2. Peningkatan Penguasaan Konsep Pendidikan Lingkungan ... 117

3. Perbedaan Penguasaan Konsep Pendidikan Lingkungan bagi Calon Guru kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 120

4. Kinerja Calon Guru dalam Melakukan Percobaan ... 122

5. Sikap Calon Guru dalam Melakukan Percobaan ... 125

6. Kemampuan Calon Guru dalam Pembelajaran Pendidikan Lingkungan ... 128

7. Sikap Calon Guru terhadap Lingkungan Sekolah ... 137

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 140

1. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Lingkungan berbasis Outdoor…… 141


(3)

E. Keunggulan dan Keterbatasan Model Pembelajaran PLO …………..……... 163

1. Keunggulan ...……….. 163

2. Keterbatasan ...……….………...…………...…. 164

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 165

A. Kesimpulan ... 165

B. Rekomendasi ... 168

DAFTAR PUSTAKA ... 169


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Terjaganya lingkungan menjadikan kualitas hidup manusia lebih baik. Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah terjadinya kemerosotan kualitas lingkungan hidup. Faktor penyebabnya antara lain adalah kegiatan manusia yang mencemari lingkungan hidup dan mengeksploitasi sumber daya alam. Pemanfaatan sumber daya alam tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan dan fungsi ekologi telah merusak kelestarian lingkungan. Kerusakan lingkungan hidup akibat aktivitas manusia pada umumnya disebabkan oleh: 1) Ketidaktahuan masyarakat terhadap akibat dari tindakannya, misalnya kebiasaan membuang sampah di sungai atau sembarang tempat yang tidak disadari akan menyebabkan pencemaran; 2) Desakan kebutuhan hidup, sehingga tanpa disadari kegiatan merusak lingkungan terus berlangsung seperti penebangan kayu untuk pembakaran batubata yang telah menjadi pekerjaan dan penghasilan keluarga; 3) Kurangnya pengetahuan tentang keseimbangan dan fungsi ekosistem, misalnya penggunaan pestisida yang tanpa disadari mengakibatkan musnahnya organisme lain; 4) Kepedulian yang rendah terhadap kelestarian lingkungan misalnya industri membuang limbah tanpa mempertimbangkan akibatnya pada lingkungan; 5) Kurang memasyarakatnya hukum tentang lingkungan hidup dan kurang tegasnya penerapan sangsi hukum bagi pelanggar (Suranto & Kusrahmadi, 1993).


(5)

Budaya hidup selaras dengan alam telah diajarkan secara turun temurun dalam masyarakat. Namun seiring derasnya arus globalisasi yang berimbas pada pola hidup konsumtif pada masyarakat, budaya itu kini telah semakin menipis. Budaya mencintai lingkungan sejak dini dapat ditanamkan di lingkungan keluarga dan sekolah. Siswa sejak dini diperkenalkan pada krisis lingkungan, seperti perubahan iklim dan pemanasan global. Isu-isu lingkungan dapat diperkenalkan secara integral dalam berbagai mata pelajaran yang relevan di sekolah. Hal ini berdasarkan surat keputusan bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional No. Kep.07/MenLH/06/2005 dan No. 05/VI/KB/2005 tentang pembinaan dan pengembangan pendidikan lingkungan hidup. Dalam keputusan bersama ini sangat ditekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup dilakukan secara terintegrasi dengan mata pelajaran yang ada.

Penanaman fondasi pendidikan lingkungan seharusnya dilakukan sejak dini, agar siswa memiliki pemahaman tentang lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan diharapkan mampu mendidik siswa agar berperilaku peduli terhadap lingkungan. Dumouchel. (2003) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan lingkungan hidup sejak usia dini bukanlah sekedar mempelajari permasalahan lingkungan hidup, tetapi harus dapat mendorong siswa agar memiliki sikap dan perilaku peduli pada lingkungan. Contoh-contoh dalam memelihara lingkungan hidup dapat diberikan oleh guru sehingga siswa dapat mencintai lingkungan, misalnya memberi pelajaran tentang cara membuang sampah pada tempatnya, mengajak siswa melihat keindahan taman laut dan keanekaragaman biota laut, serta membawa siswa melihat sistem pengelolaan air minum yang berasal dari air sungai. Hurlock (2003) menyatakan bahwa masa anak-anak merupakan perjalanan


(6)

yang kritis sebagai generasi bangsa di masa mendatang. Jika pengetahuan dan sikap peduli terhadap lingkungan dapat ditanamankan pada masa anak-anak, dapat diharapkan ketika mereka sudah remaja dan dewasa, maka bekal pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam dirinya terhadap lingkungan akan berdampak positif.

Hasil wawancara dengan beberapa guru sekolah dasar (SD) di Bandung pada tahun 2008 menunjukkan bahwa mereka kurang memperhatikan kebersihan sekolah karena terfokus untuk mengajar siswa setiap hari, sehingga tidak ada waktu untuk memonitor sikap dan perilaku siswa terhadap kebersihan sekolah. Dalam pembelajaran guru lebih banyak menekankan pada aspek pengetahuan dan keterampilan daripada aspek sikap peduli terhadap lingkungan bagi siswa. Hasil wawancara dengan beberapa guru SD di Padang pada tahun 2008 menunjukkan bahwa mereka kurang memperhatikan kebersihan sekolah karena mereka menganggap bahwa masalah kebersihan sekolah adalah tugas penjaga sekolah. Dalam pembelajarannya, guru lebih banyak menekankan pada aspek pengetahuan daripada aspek keterampilan pada siswa. Hasil survei tentang perilaku siswa dan kebersihan lingkungan sekolah di beberapa SD adalah sebagai berikut: 1) Siswa jajan di pinggir jalan, membeli makanan yang tidak ditutup atau tidak dibungkus, membeli makanan di sembarang tempat yang tidak bersih (berdebu, dihinggapi lalat, asap kendaraan); 2) Siswa membuang sampah di sembarang tempat di sekolah (selasar, ruang kelas, halaman sekolah); 3) Perabotan (lemari, meja, kursi) di dalam kelas tidak tertata rapi; 4) Toilet siswa kotor dan berbau; 5) Saluran air di lingkungan sekolah penuh sampah.

Rendahnya sikap dan kepedulian siswa terhadap lingkungan tentu memprihatinkan, karena melalui pendidikan di sekolah mestinya siswa memiliki


(7)

sikap peduli terhadap lingkungan. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ternyata belum mampu membekali siswa dengan sikap peduli terhadap lingkungan. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru seyogianya memiliki sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan. Dalam pembelajaran, guru hendaknya menekankan pada aspek sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan bagi siswa di samping aspek kognitif dan psikomotor. Sehubungan dengan hal ini, seyogianya guru SD dapat meningkatkan kemampuannya dalam pendidikan lingkungan dan menanam- kan sikap peduli terhadap lingkungan bagi siswa. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Soemarwoto (2001) bahwa pendidikan lingkungan hidup mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi perlu dikaji ulang agar dapat menumbuhkan sikap hemat dan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup.

Untuk dapat menanamkan sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan bagi siswa, guru seyogianya mempunyai sikap dan kepedulian terhadap lingkungan, khususnya lingkungan sekolah karena mereka setiap hari di sekolah. Menanamkan sikap peduli terhadap kelestarian lingkungan bukan hal yang mudah, tetapi bisa dilakukan. Sikap dan kepedulian terhadap lingkungan dimulai dengan kesadaran diri sendiri sebagai bagian dari ekosistem, untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Kesadaran tersebut harus dimulai dari diri sendiri, mulai saat ini tanpa harus menunggu saat yang tepat untuk melakukannya, dan mulai dari hal yang sederhana. Misalnya menanamkan kesadaran pada diri sendiri bahwa perilaku membuang sampah sembarangan bukan hanya melanggar hukum tetapi juga melanggar aturan norma moral, karena selain membuat lingkungan menjadi tidak indah dan tidak nyaman juga membahayakan orang lain,


(8)

menimbulkan pencemaran air, tanah, dan udara yang dapat menyebabkan turunnya kualitas kehidupan manusia.

Untuk menghasilkan guru yang peduli terhadap lingkungan dan memiliki kemampuan menanamkan sikap/perilaku peduli terhadap lingkungan bagi siswa, program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) sebagai lembaga penghasil guru SD perlu mendidik mahasiswanya agar dapat mengajarkan pendidikan lingkungan dan menanamkan sikap peduli terhadap lingkungan. Melalui mata kuliah Basic Pendidikan Lingkungan, calon guru SD (mahasiswa PGSD) diberi bekal pengetahuan tentang konsep dasar lingkungan. Untuk dapat mengajarkan pendidikan lingkungan pada siswa SD, calon guru dibekali dalam mata kuliah Pendidikan Lingkungan untuk SD (UPI, 2007). Walaupun calon guru SD sudah mengikuti kedua mata kuliah ini, kenyataannya mereka masih mengalami kesulitan dalam merencanakan pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh kekurangmampuan mereka dalam memilih metode pembelajaran yang cocok untuk menanamkan sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan. Di samping itu, perkuliahan pendidikan lingkungan untuk SD yang berjalan selama ini kurang menekankan pada aspek sikap dan cara menanamkan sikap peduli lingkungan. Permasalahan ini dapat diatasi dengan membekali calon guru SD dengan pengalaman belajar yang dapat menanamkan sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan dalam perkuliahan pendidikan lingkungan untuk SD.

Salah satu model pembelajaran yang dapat menanamkan sikap dan perilaku peduli lingkungan adalah pembelajaran di luar kelas. Dumouchel (2003) menyatakan bahwa pembelajaran di luar kelas (outdoor) bertujuan untuk


(9)

meningkatkan kesadaran siswa terhadap: 1) diri sendiri melalui masalah sehari-hari yang ditemui, 2) orang lain melalui permasalahan kelompok dan dalam pengambilan keputusan, 3) lingkungan melalui pengamatan secara langsung. Melalui pendidikan lingkungan berbasis outdoor, guru dapat menumbuhkan literasi lingkungan bagi siswa dan membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peduli terhadap lingkungan. Tumisem (2007) dalam penelitiannya menemukan bahwa pelaksanaan program pendidikan lingkungan di luar sekolah berbasis ekologi perairan melalui kegiatan pramuka di SD mampu meningkatkan literasi lingkungan sebesar 47% dan mengubah sikap siswa terhadap lingkungan perairan sebesar 52%. American Institutes for Research (2005) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa siswa yang berpartisipasi dalam program pendidikan outdoor secara signifikan mempunyai kepedulian yang lebih besar terhadap lingkungan, dibandingkan dengan siswa yang tidak mengikuti program tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian dan pengem- bangan pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis outdoor untuk meningkatkan kemampuan dasar calon guru SD dalam mengelola pembelajaran, menanamkan sikap dan perilaku peduli pada lingkungan. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini berupa model pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis outdoor yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dasar calon guru SD, meningkatkan sikap dan kepedulian terhadap lingkungan, sehingga timbul kesadaran untuk mau mengubah sikap/perilaku menjadi peduli pada lingkungan.


(10)

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis outdoor yang dapat meningkatkan kemampuan dasar calon guru sekolah dasar? Rumusan masalah ini dapat dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana model pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis outdoor yang dapat meningkatkan kemampuan dasar calon guru SD?

2. Bagaimana kemampuan calon guru dalam penguasaan konsep pendidikan lingkungan berbasis outdoor untuk SD?

3. Bagaimana kemampuan calon guru dalam pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis outdoor untuk SD?

4. Bagaimana sikap calon guru SD terhadap lingkungan sekolah?

5. Apakah efektif model pembelajaran yang dikembangkan dibandingkan dengan pembelajaran reguler?

6. Apa model pembelajaran yang dikembangkan?

C. Pembatasan Masalah

Masalah penelitian dibatasi pada kajian berikut:

1. Bahan ajar yang digunakan pada penelitian ini mengaju pada materi IPA SD yang terintegrasi ke dalam perkuliahan pendidikan lingkungan untuk SD. Bahan ajar yang diteliti terdiri empat pokok bahasan, yaitu:

a. Air (mencakup: air bersih, pencemaran air, penjernihan air).

b. Tanah (mencakup: pembentukan tanah, pencemaran tanah, pengelolaan sampah di sekolah).


(11)

c. Udara (mencakup: udara bersih, pencemaran udara, kebersihan fasilitas sanitasi di sekolah).

d. Sumber daya alam (mencakup: jenis sumber daya alam, energi listrik, penghematan energi listrik).

2. Kemampuan calon guru dalam penguasaan konsep pendidikan lingkungan disertai kinerja dan sikap calon guru dalam melakukan percobaan.

3. Kemampuan calon guru SD dalam pembelajaran pendidikan lingkungan yang diteliti mencakup kemampuan: a) merencanakan, b) melaksanakan, c) mengevaluasi pembelajaran pendidikan lingkungan, d) menanamkan kepedulian terhadap lingkungan sekolah.

4. Pelaksanaan simulasipembelajaran dilakukan calon guru dalam peerteaching.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah mengembangkan pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis outdoor yang dapat meningkatkan kemampuan dasar calon guru SD dalam pendidikan lingkungan, sedangkan tujuan khusus adalah:

1. Menemukan model pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis outdoor yang dapat meningkatkan kemampuan dasar calon guru SD.

2. Meningkatkan kemampuan calon guru dalam menguasai konsep pendidikan lingkungan untuk SD.

3. Meningkatkan kemampuan calon guru dalam pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis outdoor untuk SD.


(12)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat teoretik dan manfaat praktis bagi calon guru SD, dosen mata kuliah Pendidikan Lingkungan untuk SD, jurusan PGSD, dan guru SD.

1. Manfaat Teoretik

Hasil penelitian berupa model pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis outdoor yang dapat meningkatkan kemampuan dasar calon guru SD, dapat menjadi contoh untuk mengembangkan model pembelajaran. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran yang dapat menumbuh-kembangkan sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan sekolah. Penelitian ini dapat memberikan inspirasi kepada peneliti lain, terutama dalam pengembangan model pembelajaran yang dapat mengubah sikap dan perilaku siswa sehingga mereka peduli terhadap lingkungan. Hasil penelitian ini juga memperkaya model pembelajaran yang dapat mendukung peningkatan kualitas pembelajaran di SD.

Model pembelajaran yang dikembangkan ini dapat digunakan oleh dosen PGSD untuk membekali calon guru SD dalam mengajar pendidikan lingkungan, menanamkan sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan, bila di SD ada pendidikan lingkungan yang berdiri sendiri sebagai mata pelajaran muatan lokal. Bila di SD tidak ada mata pelajaran pendidikan lingkungan yang berdiri sendiri, maka diharapkan calon guru SD mampu mengintegrasikan materi pendidikan


(13)

lingkungan dan menanamkan sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan melalui mata pelajaran yang terkait dengan lingkungan misalnya IPA.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian berupa model pembelajaran dan perangkatnya (rencana pelaksanaan pembelajaran, lembaran kerja mahasiswa, handout, dan video pembelajaran) diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dosen mata kuliah Pendidikan Lingkungan untuk SD. Manfaat praktis bagi dosen PGSD, calon guru SD, jurusan PGSD, dan guru SD adalah:

a) Meningkatkan kemampuan calon guru SD dalam pendidikan lingkungan; b)Meningkatkan kemampuan calon guru SD dalam merencanakan, melaksana-

kan, dan mengevaluasi pembelajaran pendidikan lingkungan;

c) Meningkatkan sikap dan kepedulian calon guru SD terhadap lingkungan sekolah; d)Sumbangan pemikiran bagi jurusan PGSD untuk memperbaiki kualitas

pembelajaran pendidikan lingkungan;

e) Menjadi acuan bagi dosen mata kuliah Pendidikan Lingkungan untuk SD dalam merencanakan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan calon guru SD dalam mengajar dan menanamkan sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan;

f) Menjadi acuan bagi guru SD dalam menanamkan sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan bagi siswa.

F. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari perbedaan persepsi terhadap istilah yang digunakan, maka dalam penelitian ini perlu didefinisikan beberapa istilah sebagai berikut.


(14)

1. Pendidikan lingkungan adalah pendidikan yang mengkaji materi tentang lingkungan hidup dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (KLH, 205). 2. Pendidikan lingkungan berbasis outdoor merupakan pembelajaran yang

menggunakan fasilitas, sumber belajar, dan kejadian yang ada di luar kelas di lingkungan sekitar sekolah (Mastrilli, 2005). Jika kondisi tidak memungkinkan untuk melaksanakan pembelajaran di luar kelas, maka pembelajaran dapat dilakukan di dalam kelas dengan menggunakan media, misalnya video pembelajaran.

3. Pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis outdoor yang dikembangkan adalah pembelajaran yang mengkaji permasalahan lingkungan di sekitar sekolah.

4. Kemampuan dasar adalah kemampuan: merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, cara menanamkan sikap peduli lingkungan, dan mengevaluasi pembelajaran pendidikan lingkungan (Sudjana, 2002; Suryosubroto, 2002; NSTA, 1998).


(15)

(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian

Paradigma dapat menjadi pedoman dalam penelitian untuk memecahkan masalah (Kuhn, 1970). Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antar variabel yang diteliti (Sugiyono, 2004). Paradigma penelitian mendasari gagasan dan pemikiran seseorang dalam menyelesaikan masalah. Paradigma sebagai suatu pola pikir untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini disajikan dalam Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Paradigma Penelitian Kebijakan pendidikan lingkungan di Indonesia

Pengetahuan tentang lingkungan

Keterampilan/kinerja memecahkan masalah lingkungan sekolah Permasalahan di lingkungan sekolah PGSD

Monitoring Sikap peduli terhadap lingkungan sekolah Pembelajaran di

luar kelas

Pendidikan lingkungan hidup di sekolah

Pembentukan sikap/ perilaku peduli lingkungan sekolah

Perilaku peduli lingkungan sekolah (menjaga, memelihara, melestarikan)

Pembelajaran PLO (lingkungan sekolah)

Mengabungkan PL dengan PBM merencanakan, melaksanakan, menanamkan sikap, mengeva-luasi pembelajaran PLO Siklus belajar 5E


(17)

Melalui surat keputusan bersama Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional, pemerintah menetapkan bahwa pendidikan ling- kungan hidup terutama di SD dilaksanakan secara terintegrasi dengan mata pelajaran yang ada di sekolah. Pendidikan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan melalui kegiatan teori dan praktek, diskusi, observasi, dan menanamkan nilai-nilai konservasi lingkungan. Salah satu model pembelajaran yang dapat menanamkan sikap dan perilakupeduli lingkungan adalah pembelajaran pendidikan lingkungan di luar kelas (PLO). Dalam pembelajaran PLO dikaji permasalahan lingkungan sekolah dengan menerapkan model siklus belajar 5E. Hasil yang diharapkan dalam pembelajaran ini adalah calon guru memiliki pengetahuan tentang lingkungan, keterampilan memecahkan masalah lingkungan, dan peduli terhadap lingkungan sekolah. Diperlukan monitoring terhadap sikap dan perilaku supaya kepedulian terhadap lingkungan menjadimilikcalonguru.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang mengacu pada Borg and Gall (1989). Secara konseptual, metode penelitian dan pengembangan meliputi 10 tahap yang dilakukan dalam mengembangkan model pembelajaran (Borg, 1989) yaitu: 1) penelitian dan pengumpulan informasi, 2) perencanaan, 3) mengembangkan bentuk produk awal, 4) pengujian lapangan awal, 5) revisi produk awal, 6) pengujian lapangan utama, 7) revisi produk utama, 8) pengujian lapangan operasional, 9) revisi produk operasional, 10) diseminasi dan implementasi.


(18)

Sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini maka dilakukan adaptasi terhadap 10 tahap yang dikemukakan oleh Borg, dengan memperhatikan esensi yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan penelitian. Dengan demikian, rancangan penelitian ini menjadi empat tahap, yaitu: 1) studi pendahuluan, 2) perancangan model pembelajaran, 3) pengembangan model berupa kegiatan penilaian draf model, revisi draf model berdasarkan hasil penilaian, ujicoba dan revisi draf model, 4) uji model (Sukmadinata, 2002). Dalam pelaksanaannya penelitian ini diawali dengan melakukan studi pendahuluan untuk menemukan draf model, selanjutnya draf model dikembangkan melalui ujicoba.

Ujicoba draf model pembelajaran menggunakan metode eksperimen kuasi dengan desain pretest-posttest satu grup (Creswell, 1994). Pre-test dan post-test diberikan pada calon guru dengan menggunakan soal yang sama. Desain ujicoba draf model pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Desain Ujicoba Draf Model Pembelajaran

Kelas Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen O X1 O

Keterangan: X1 = pembelajaran dengan draf model yang dikembangkan

Model pembelajaran hasil ujicoba disebut model empirik (model yang akan diimplementasikan). Selanjutnya model empirik diimplementasikan untuk mengetahui keefektifan keunggulan, dan keterbatasannya. Untuk implementasi model empirik, calon guru dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Calon guru kelas eksperimen melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model empirik, sedangkan calon guru kelas kontrol melaksanakan


(19)

pembelajaran reguler (yang biasa dilakukan sebelumnya). Uji model pembelajaran menggunakan metode eksperimen kuasi dengan desain pretest-posttest grup kontrol (Creswell, 1994). Pre-test dan post-test diberikan pada calon guru kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan soal yang sama. Desain uji model pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Desain Uji Model Pembelajaran

Kelas Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen O X1 O

Reguler O X2 O

Keterangan: X1 = pembelajaran dengan model PLO X2 = pembelajaran reguler.

Hasil uji model disebut model teruji (model akhir) yaitu model pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis outdoor (lingkungan sekolah). Alur penelitian disajikan dalam Gambar 3.2.


(20)

Gambar 3.2. Alur Penelitian STUDI PENDAHULUAN

KAJIAN PUSTAKA - Mencari informasi untuk meran-

cang model pembelajaran berbasis outdoor (PLO)

- Mengkaji materi pendidikan ling- kungan yang terintegrasi dalam pembelajaran IPA di SD - Mengkaji hasil penelitian yang relevan

- Mempelajari teori sikap/perilaku

RANCANGAN MODEL

- Draf model pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis outdoor

(lingkungan sekolah) yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi - Menyusun instrumen

penelitian (RPP, LKM, media, soal, alat evaluasi) - Memvalidasi model pem- belajaran dan instrumen.

PENGEMBANGAN UJI MODEL

Kelompok Kelompok Eksperimen Kontrol

Pre-test Pre-test

Pembelajaran Pembelajaran dengan model reguler

empirik

Post-test Post-test

KAJIAN LAPANGAN - Mengalisis masalah dalam per

-kuliah pendidikan lingkungan untuk SD di PGSD

- Menganalisis masalah berkenaan dengan pendidikan lingkungan, sikap, dan perilaku siswa SD terhadap lingkungan sekolah - Mengkaji kompetensi guru SD

yang berkenaan dengan pen-didikan lingkungan dan sikap peduli lingkungan sekolah.

Analisis data Penilaian draf model

Revisi I Ujicoba model hipotetik Revisi II Model empirik

- Menguasai konsep pendidikan lingkungan - Terampil memecahkan masalah lingkungan - Mampu menanamkan sikap dan perilaku

peduli terhadap lingkungan sekolah

Sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan sekolah

Hasil

Model PLO (Lingkungan Sekolah)


(21)

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengembangkan model pembelajaran pendidikan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Studi Pendahuluan

Sebelum mengembangkan model pembelajaran terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan yang meliputi kegiatan studi kepustakaan dan kajian lapangan. Studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan bahan/dokumen pendukung yang berupa silabus mata kuliah Pendidikan Lingkungan untuk SD, kurikulum IPA SD, pembelajaran berbasis outdoor, dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan model pembelajaran yang dikembangkan. Kajian lapangan dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan pendidikan lingkungan dan sikap peduli terhadap lingkungan bagi siswa SD, kompetensi guru SD dalam pelaksanaan pendidikan lingkungan dan menanamkan sikap peduli terhadap ling- kungan bagi siswa SD, dan pelaksanaan kuliah pendidikan lingkungan untuk SD. Hasil studi pendahuluan merupakan dasar untuk merancang draf model pembelajaran.

Studi pendahuluan dilakukan melalui studi dokumentasi, observasi, dan wawancara. Studi dokumentasi berupa kajian tentang silabus mata kuliah Pendidikan Lingkungan untuk SD dan kurikulum IPA SD. Hasil kajian silabus dan kurikulum ini digunakan sebagai dasar dalam penyusunan materi kuliah pendidikan lingkungan untuk SD yang digunakan dalam penelitian. Observasi kelas dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan kuliah pendidikan lingkungan untuk SD. Rincian kegiatan yang dilakukan dalam studi pendahuluan sebagai berikut:


(22)

a. Studi kepustakaan meliputi kegiatan:

1) Mencari informasi untuk mengembangkan model pembelajaran pendidikan lingkungan.

2) Mengkaji materi pelajaran IPA di SD yang terintegrasi dalam mata kuliah Pendidikan Lingkungan untuk SD.

3) Mempelajari teori pembentukan sikap dan perilaku siswa.

4) Mengkajiberbagaihasilpenelitianyang relevandengan modelpembelajaran yang dikembangkan, melalui jurnal dalam dan luar negeri.

b. Kajian lapangan, meliputi kegiatan:

1) Meninjau pelaksanaan perkuliahan pendidikan lingkungan untuk SD di prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan. 2) Menganalisis permasalahan dalam kuliah pendidikan lingkungan untuk SD. 3) Mengobservasi pelaksanaan pembelajaran IPA di SD.

4) Mengobservasi sikap dan perilaku siswa SD terhadap lingkungan sekolah. 5) Menganalisis permasalahan yang berkenaan dengan pendidikan lingkungan

dan sikap peduli terhadap lingkungan bagi siswa SD.

6) Mengkaji kompetensi guru SD yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan dan sikap peduli terhadap lingkungan sekolah.

2. Perancangan Model Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Berbasis Outdoor a. Perancangan Draf Model

Draf model pembelajaran PLO disusun berdasarkan pada hasil studi pendahuluan. Komponen-komponen draf model pembelajaran yang dirancang adalah: kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran, metode pembelajaran, prosedur pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.


(23)

Kompetensi dasar dan indikator disusun mengacu pada silabus pendidikan lingkungan untuk SD. Materi pembelajaran disusun berdasarkan kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran menggunakan metode eksperimen, diskusi, dan simulasi pembelajaran (peer teaching). Prosedur pembelajaran mencakup tiga tahap kegiatan yaitu: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan inti meliputi: a) Eksplorasi berupa kegiatan melakukan percobaan berdasarkan petunjuk dalam lembaran kerja mahasiswa. b) Eksplanasi berupa kegiatan diskusi untuk menjelaskan hasil yang ditemukan dalam percobaan. c) Aplikasi berupa penerapan dari konsep yang sudah dipelajari dalam bentuk simulasi pembelajaran dan membangun sikap/perilaku peduli terhadap lingkungan sekolah. Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi dasar yang telah ditetapkan (evaluasi hasil belajar) dan menilai proses pelaksanaan pembelajaran (evaluasi proses pembelajaran).

Pada Gambar 3.3 dapat dilihat keterkaitan komponen draf model pembela- jaranyangdinamakanmodelpembelajaranpendidikanlingkunganberbasis outdoor.

Evaluasi

Indikator Materi ajar Media

pembelajaran

Eksperimen

Metode pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis outdoor

Eksplorasi

Pendahuluan

Aplikasi

Eksplanasi Kompetensi

dasar

outdoor

- Simulasi - Menanamkan

sikap dan peri-laku peduli lingkungan sekolah - Reward

- Punishment

Evaluasi


(24)

Dalam pelaksanaan pembelajaran diperhatikan hal yang membentuk dan menanamkan kepedulian calon guru terhadap lingkungan sekolah, sebagai berikut. 1) Pembelajaran melibatkan calon guru dengan pengalaman langsung melalui

kegiatan eksperimen atau eksplorasi.

2) Dosen memberikan contoh atau keteladanan dalam proses pembelajaran, misalnya dosen membuang sampah yang ada di mejanya ke tempat sampah yang disediakan di luar kelas.

3) Pembelajaranmenggunakan media (video,slide projector)untuk memperlihat -kan kondisi lingkungan sekolah yang tercemar dan kondisi lingkungan sekolah yang nyaman.

4) Penanaman sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan dapat dilakukan melalui pendekatan: ajakan, pembiasaan, pendisiplinan, dan penegakan aturan. 5) Dalam pembelajaran, calon guru didorong untuk menerapkan konsep yang

dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

6) Calon guru membangun sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan konsep yang telah dipelajari.

7) Dosen memberikan penghargaan kepada calon guru yang menunjukkan sikap peduli terhadap lingkungan, misalnya calon guru membuang sampah pada tempatnya. Penghargaan dapat berupa pemberian bonus nilai pada calon guru. 8) Dosen memberikan peringatan, sangsi, atau hukuman kepada calon guru yang

mencemari lingkungan, misalnya calon guru yang membuang sampah di dalam kelas diberi sangsi membersihkan sampah di kelas tersebut.


(25)

Setelah draf model pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis outdoor

selesai disusun, maka disusun instrumen penelitian, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembaran kerja mahasiswa, dan media yang digunakan dalam pembelajaran.

b. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Instrumen Penelitian Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran melibatkan dosen PGSD, yang meliputi kegiatan pokok bahasan pertama tentang pembelajaran pencemaran air. Secara umum tahap yang digunakan adalah:

1) Mengidentifikasi kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pendidikan lingkungan.

2) Merumuskan materi pembelajaran dalam bentuk pokok bahasan dan sub pokok bahasan.

3) Menetapkan penggunaan model siklus belajar dengan metode eksperimen, diskusi, dan simulasi dalam prosedur pembelajaran.

4) Menentukan prosedur pembelajaran.

5) Membuat media pembelajaran.

6) Menetapkan prosedur dan alat evaluasi. Alat evaluasi yang berupa soal penguasaan konsep pendidikan lingkungan mencakup aspek kognitif, psikomotor (keterampilan), dan afektif (sikap/perilaku).

7) Menyusun alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan dan umpan balik pelaksanaan pembelajaran. Dalam kegiatan ini disusun kisi-kisi instrumen: soal penguasaan konsep pendidikan lingkungan, format penilaian keterampilan dasar, keterampilan melakukan percobaan, penilaian sikap dalam melakukan percobaan, penilaian sikap peduli lingkungan sekolah.


(26)

8) Menyusun lembaran kerja mahasiswa untuk pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian.

9) Menyusun lembaran observasi, pedoman wawancara, angket sikap dan perilaku calon guru SD terhadap lingkungan sekolah, format penilaian kemampuan calon guru dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi pembelajaran dan menanamkan sikap peduli lingkungan.

c. Penyusunan Media Pembelajaran

Penelitian ini menggunakan media yang ada di lingkungan sekitar sekolah,

peralatan eksperimen, komputer, dan proyektor LCD (infocus). Media yang digunakan dalam pembelajaran pencemaran air adalah bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar, termasuk barang bekas misalnya botol bekas, kantong plastik, dan sebagainya. Media yang digunakan dalam pembelajaran pencemaran tanah adalah sampah, dedak, tanah humus, tinja ayam/sapi, dan kantong plastik. Media yang digunakan dalam pembelajaran pencemaran udara adalah video pembelajaran tentang cara menjaga dan memelihara kebersihan fasilitas sanitasi. Media yang digunakan dalam pembelajaran penghematan energi listrik adalah video pembelajaran tentang cara menghemat penggunaan energi listrik. Pembuatan video pembelajaran untuk materi menjaga kebersihan fasilitas sanitasi dan cara menghemat penggunaan energi listrik dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut.

1) Pembuatan draf skenario video pembelajaran.

2) Draf skenario dikonsultasikan dengan penimbang ahli. 3) Merevisi draf skenario video pembelajaran.


(27)

5) Merevisi skenario video pembelajaran bersama penimbang ahli.

6) Skenario video pembelajaran yang sudah direvisi diserahkan kepada tim ahli multimedia UPI. Tim ini yang bekerja membuat video pembelajaran untuk dua materi pembelajaran.

Setelah draf model pembelajaran disusun, dilakukan validasi draf model pembelajaran. Validasi terhadap draf model pembelajaran dilakukan melalui konsultasi dengan teman sejawat (dosen, mahasiswa S3), dosen mata kuliah Pendidikan Lingkungan untuk SD, dosen pembimbing, dan penimbang ahli. Revisi draf model pembelajaran dilakukan berdasarkan penilaian dan saran dari teman sejawat, dosen mata kuliah Pendidikan Lingkungan untuk SD, dosen pembimbing, dan penimbang ahli. Hasil revisi draf model pembelajaran disebut model hipotetik (Lampiran 38).

3. Pengembangan Model

a. Pengembangan Model Pembelajaran PLO

Pengembangan model pembelajaran meliputi kegiatan ujicoba model pembelajaran dan revisi model hipotetik berdasarkan hasil ujicoba. Ujicoba model pembelajaran dilakukan terhadap calon guru SD. Kegiatan pembelajaran dalam ujicoba model pembelajaran dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan dengan materi yang sudah dirancang sebanyak empat pokok bahasan. Setelah pelaksanaan pembelajaran untuk pokok bahasan pertama maka dilakukan perbaikan, baik terhadap keluasan materi, alokasi waktu, maupun prosedur pelaksanaannya. Kemudian model pembelajaran direvisi. Revisi dilakukan berdasarkan saran dari observer, diskusi dengan teman sejawat, dan kesulitan yang dialami oleh calon guru pada saat pembelajaran berlangsung. Setelah direvisi, model pembelajaran


(28)

diterapkan pada pokok bahasan kedua. Setelah direvisi berulang kali sampai pokok bahasan keempat maka diperoleh model empirik yang siap untuk di implementasi pada calon guru kelas eksperimen. Dengan demikian diharapkan calon guru tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan revisi terhadap model pembelajaran, lembaran kerja mahasiswa (LKM) juga direvisi berdasarkan saran dari observer, diskusi dengan teman sejawat, dan kesulitan yang dialami oleh calon guru pada saat pembelajaran. LKM yang sudah direvisi pada setiap kali pertemuan digunakan pada saat uji model pembelajaran dengan pokok bahasan yang sama.

Dari ujicoba model pembelajaran, terdapat beberapa aspek yang harus diperbaiki pada tahap pembelajaran. Pada kegiatan pendahuluan: 1) tanya jawab tentang konsep prasyarat dan memotivasi calon guru sesuai dengan tujuan pembelajaran, direvisi menjadi melakukan tanya jawab untuk memotivasi calon guru, 2) ditambahkan kegiatan membagikan handout karena calon guru membutuhkan dalam pembelajaran. Pada kegiatan inti: 1) langkah kegiatan eksplorasi direvisi sesuai dengan kondisi yang dilaksanakan, 2) kalimat pada langkah kegiatan eksplanasi dan aplikasi disempurnakan.

b. Pengembangan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: 1) Instrumen untuk melaksanakan model pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis outdoor; 2) Instrumen untuk mengetahui kemampuan calon guru dalam pendidikan lingkungan; 3) Instrumen untuk mengetahui kemampuan calon guru dalam pembelajaran pendidikan lingkungan; 4) Instrumen untuk mengetahui sikap calon guru terhadap lingkungan sekolah; 5) Instrumen untuk mengetahui


(29)

keefektifan model pembelajaran yang dikembangkan; 6) Instrumen untuk menemukan keunggulan dan keterbatasan model yang dikembangkan.

Instrumen yang digunakan berupa format observasi, pedoman wawancara, angket, dan tes hasil belajar. Format observasi dan pedoman wawancara digunakan pada studi pendahuluan untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan perkuliahan pendidikan lingkungan untuk SD, permasalahan pendidikan lingkungan, dan sikap/ perilaku peduli terhadap lingkungan bagi siswa SD, serta pemahaman guru SD tentang pendidikan lingkungan. Format obvervasi dan pedoman wawancara juga digunakan dalam pengembangan model pembelajaran untuk memperoleh gambaran tentang keterlaksanaan model, keunggulan dan keterbatasan model pembelajaran. Angket, format penilaian kemampuan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran, dan tes hasil belajar digunakan pada saat uji coba, dan implementasi model pembelajaran. Tes hasil belajar berupa tes penguasaan konsep pendidikan lingkungan. Angket sikap dan lembaran observasi digunakan untuk memperoleh data tentang sikap dan perilaku calon guru SD terhadap lingkungan sekolahnya.

Pengembangan instrumen penelitian meliputi kegiatan penilaian draf instrumen, revisi draf instrumen berdasarkan hasil penilaian, ujicoba instrumen, dan revisi instrumen berdasarkan hasil ujicoba. Penilaian terhadap draf instrumen penelitian dilakukan melalui konsultasi dengan teman sejawat, dosen mata kuliah Pendidikan Lingkungan untuk SD, dosen pembimbing, dan penimbang ahli. Revisi draf instrumen penelitian dilakukan berdasarkan penilaian dan saran dari teman sejawat, dosen mata kuliah Pendidikan Lingkungan untuk SD, dosen pembimbing, dan penimbang ahli. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh validitas isi instrumen penelitian.


(30)

Teman sejawat memberikan masukan terhadap instrumen yang telah disusun. Saran dari teman dan pembimbing dipelajari untuk menyempurnakan instrumen. Dalam kegiatan ini diperbaiki rencana pelaksanaan pembelajaran dan media pembelajaran yang berupa rekaman video tentang kebersihan fasilitas sanitasi di sekolah dan penghematan energi listrik.

Dosen mata kuliah Pendidikan Lingkungan untuk SD memberikan masukan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembaran kerja mahasiswa. Perbaikan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi materi dan langkah-langkah pembelajaran. Perbaikan terhadap lembaran kerja mahasiswa meliputi materi, langkah-langkah kegiatan, dan alokasi waktu.

Dosen pembimbing dan tiga orang penimbang ahli telah memberikan masukan terhadap instrumen yang telah disusun. Perbaikan dilakukan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran, lembaran kerja mahasiswa, video pembelajaran untuk pokok bahasan kebersihan failitas sanitasi dan penghematan energi listrik, soal penguasaan konsep untuk pokok bahasan pencemaran air, tanah, udara, dan penghematan energi listrik, lembaran observasi, pedoman wawancara, angket sikap peduli terhadap lingkungan, format penilaian kemampuan calon guru dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menanamkan sikap peduli lingkungan, dan mengevaluasi pembelajaran. Perbaikan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi penyusunan kompetensi dasar, indikator, materi, langkah-langkah pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Berkaitan dengan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran, penimbang ahli menyarankan supaya rumusannya diperjelas. Perbaikan terhadap lembaran kerja mahasiswa meliputi materi, langkah-langkah kegiatan dan alokasi waktu. Berkaitan dengan alokasi waktu, penimbang ahli


(31)

mempertanyakan apakah waktu yang dialokasikan cukup untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Selanjutnya instrumen penelitian yang sudah direvisi diujicobakan pada calon guru SD.

Uji coba dalam penelitian melibatkan 20 orang calon guru SD pada LPTK yang sama. Ujicoba tes penguasaan konsep pendidikan lingkungan dilakukan untuk mengetahui validitas konstruk, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Ujicoba angket sikap peduli terhadap lingkungan sekolah dilakukan untuk mengetahui validitas konstruk dan reliabilitas item angket. Hasil pengujian validitas konstruk tes penguasaan konsep pendidikan lingkungan adalah sebagai berikut: Berdasarkan uji korelasi diperoleh bahwa semua soal mempunyai koefisien validitas yang termasuk kategori cukup. Berdasarkan uji keberartian koefisien korelasi diperoleh bahwa semua soal ini adalah valid. Dari hasil pengujian reliabilitas tes penguasaan konsep pendidikan lingkungan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,83 yang termasuk kategori sangat tinggi. Hasil analisis tentang tingkat kesukaran menunjukkan bahwa 11 soal (nomor 1, 3 – 7, 9, 11, 15, 18, 20) memiliki tingkat kesukaran yang termasuk kategori sedang, 9 soal (nomor 2, 8, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 19) memiliki tingkat kesukaran yang termasuk kategori mudah. Hasil analisis tentang daya pembeda menunjukkan bahwa sebanyak delapan soal (nomor 3 – 7, 9, 11, 18) memiliki daya pembeda yang termasuk kategori baik. Sebanyak 11 soal (nomor 1, 2, 8, 10, 12 - 15, 17, 19, 20) memiliki daya pembeda yang termasuk kategori sedang. Sebanyak satu soal (nomor 16) memiliki daya pembeda yang termasuk kategori buruk, sehingga soal ini perlu direvisi.

Uji coba angket sikap dan perilaku calon guru SD terhadap lingkungan sekolah dilakukan untuk mengetahui validitas konstruk dan reliabilitas angket.


(32)

Hasil pengujian validitas konstruk angket adalah sebagai berikut: Dari 40 item angket yang diujicoba, berdasarkan uji korelasi diperoleh bahwa sebanyak delapan item mempunyai koefisien validitas yang termasuk kategori tinggi, 14 item mempunyai koefisien validitas yang termasuk kategori cukup, dan 18 item mempunyai koefisien validitas yang termasuk kategori rendah. Berdasarkan uji keberartian koefisien korelasi diperoleh bahwa 22 item angket adalah valid. Dari hasil pengujian reliabilitas angket diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,88 yang termasuk kategori sangat tinggi.

Berdasarkan hasil analisis ujicoba instrumen penelitian diperoleh keputusan bahwa semua soal penguasaan konsep pendidikan lingkungan (setelah merevisi satu soal) dan 22 item angket sikap dan perilaku calon guru SD terhadap lingkungan sekolah dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Jenis Instrumen Penelitian

No Jenis Instrumen Kegunaan Instrumen 1 Rencana pelaksanaan

pembelajaran

Pedoman dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis outdooor

2 Pedoman wawancara Mengetahui keunggulan dan keterbatasan model PLO 3 Tes penguasaan konsep Mengukur penguasaan konsep calon guru dalam

pendidikan lingkungan

4 Format penilaian kinerja Mengukur kinerja calon guru dalam melakukan percobaan 5 Format penilaian sikap Mengetahui sikap calon guru dalam melakukan percobaan 6 Format penilaian kemam-

puan dalam pembelajaran pendidikan lingkungan

Mengukur kemampuan calon guru dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi pembelajaran, menanamkan sikap dan perilaku peduli lingkungan sekolah

7 Angket sikap Mengetahui sikap/perilaku calon guru terhadap lingkungan sekolah

8 Format observasi Memperoleh informasi tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan lingkungan

9 Lembar kerja mahasiswa Panduan bagi calon guru dalam melakukan percobaan 10 Catatan lapangan Catatan peneliti tentang keterlaksanaan, faktor pendukung


(33)

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun oleh peneliti berdasarkan model pembelajaran yang dikembangkan. Komponen-komponen yang terdapat dalam rencana pembelajaran adalah: identitas mata kuliah, pokok bahasan, sub pokok bahasan, waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pelajaran, alat dan sumber belajar, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. RPP selengkapnya disajikan pada Lampiran 17.

2) Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan wawancara. Wawancara dilakukan untuk melengkapi data observasi. Menurut Reif (1995) wawancara dapat dilakukan untuk memperoleh informasi khusus tentang hal-hal yang tidak dapat diamati secara langsung, misalnya perasaan, pikiran, keinginan, dan perilaku yang terjadi pada masa lampau. Wawancara dilakukan pada saat studi pendahuluan dan pengembangan model pembelajaran.

3) Tes Penguasaan Konsep Pendidikan Lingkungan

Tes penguasaan konsep pendidikan lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes esai. Naskah soal ini disusun oleh peneliti dengan bantuan penimbang ahli untuk mengetahui validitas isi tes. Validitas konstruk dan reliabilitas tes diperoleh dalam ujicoba. Soal penguasaan konsep pendidikan lingkungan berjumlah 20 item. Soal penguasaan konsep pendidikan lingkungan disusun berdasarkan kisi tes seperti pada Tabel 3.4.


(34)

Tabel 3.4. Kisi Tes Penguasaan Konsep Pendidikan Lingkungan No. Pokok Bahasan Nomor Item Jumlah item

1 Pencemaran air 1 – 5 5

2 Pencemaran tanah 6 – 10 5

3 Pencemaran udara 11 – 15 5

4 Penghematan energi 16 – 20 5

4) Format Penilaian Kinerja

Format penilaian kinerja dalam melakukan percobaan digunakan untuk menilai kinerja/keterampilan calon guru dalam melakukan percobaan. Format penilaian disusun untuk pokok bahasan penjernihan air dan pembuatan kompos, seperti pada Lampiran 5 dan 6.

5) Format Penilaian Sikap

Format penilaian sikap dalam melakukan percobaan digunakan untuk menilai sikap calon guru dalam melakukan percobaan. Format penilaian disusun untuk pokok bahasan penjernihan air dan pembuatan kompos seperti pada Lampiran 7 dan 8.

6) Format Penilaian Kemampuan dalam Pembelajaran Pendidikan Lingkungan

Format penilaian kemampuan dalam pembelajaran pendidikan lingkungan digunakan untuk menilai kemampuan calon guru dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi pembelajaran, dan menanamkan sikap peduli lingkungan. Format penilaian ini digunakan untuk setiap pokok bahasan dalam ujicoba dan uji model pembelajaran. Format penilaian disajikan pada Lampiran 9, 10,11, dan 12.


(35)

7) Angket Sikap

Angket ini berupa skala sikap Likert yang digunakan untuk memperoleh data tentang sikap dan perilaku calon guru terhadap lingkungan sekolah. Angket berisi pernyataan positif dan pernyataan negatif. Responden diminta untuk memilih opsi yang sudah ditentukan dalam angket. Angket sikap dan perilaku calon guru terhadap lingkungan sekolah disajikan pada Lampiran 13, dan kisi-kisi angket disajikan dalam Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Kisi Angket Sikap Calon Guru terhadap Lingkungan Sekolah

No Komponen Sikap No. Item Jumlah

1 Sikap terhadap kebersihan dan kerapian 1, 2, 3, 4 4 2 Sikap terhadap kebersihan air dan fasilitas sanitasi 5, 6, 7, 8 4 3 Sikap terhadap penghematan energi listrik 9, 1011, 12 4 4 Sikap terhadap pengelolaan sampah 13, 14, 15, 16 4 5 Sikap terhadap kelestarian lingkungan sekolah 17, 18, 19 3 6 Sikap terhadap bangunan dan perabot sekolah 20, 21, 22 3

8) Format Observasi

Format observasi digunakan sebagai pedoman dalam melakukan observasi. Observasi dilakukan oleh peneliti pada studi pendahuluan untuk menjaring data tentang kondisi pembelajaran pendidikan lingkungan untuk SD, permasalahan pendidikan lingkungan, sikap/perilaku siswaterhadap lingkungan, dan pemahaman guru SD tentang pendidikan lingkungan. Pada saat ujicoba model pembelajaran, observasi dilakukan oleh observer (teman sejawat/dosen PGSD) untuk memperoleh informasi/data tentang pelaksanaan model pembelajaran.


(36)

Lembaran kerja mahasiswa disusun oleh peneliti dengan mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Materi dalam petunjuk praktikum berdasarkan pada pokok bahasan yang telah disusun. Ada empat lembaran kerja mahasiswa (LKM) yang digunakan dalam penelitian, untuk: 1) penjernihan air, 2) pembuatan kompos, 3) pemeliharaan fasilitas kebersihan di sekolah, 4) penghematan energi listrik. Komponen-komponen yang terdapat dalam lembaran kerja mahasiswa adalah: identitas mata kuliah, judul, tujuan kegiatan, materi pembelajaran, sumber bacaan, alat dan bahan yang digunakan, langkah kerja, dan tugas. Lembaran kerja yang dipakai mahasiswa disajikan pada Lampiran 16.

4. Uji Model

Model pembelajaran (model empirik) diimplementasikan pada calon guru SD. Materi pembelajaran yang disajikan pada calon guru ini sama dengan materi pembelajaran pada saat ujicoba. Calon guru yang menjadi subyek uji model pembelajaran dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Calon guru kelas eksperimen melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model empirik. Sedangkan calon guru kelas kontrol melaksanakan pembelajaran reguler (yang biasa dilakukan selama ini).

Langkah-langkah yang ditempuh dalam uji model pembelajaran adalah: a) Menetapkan kelas untuk eksperimen dan kelas kontrol; b) Memberikan pre-test pada calon guru kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan soal yang sama; c) Memberikan perlakuan pada calon guru kelas eksperimen dengan melaksanakan model pembelajaran yang sudah diujicoba dan direvisi. Calon guru kelas kontrol melaksanakan pembelajaran reguler; d) Mengevaluasi proses pembelajaran di kelas eksperimen. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan pada setiap pokok bahasan dengan menggunakan format penilaian proses pembelajaran; e)


(37)

Memberikan post-test pada calon guru kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan soal yang sama; f) Menganalisis data dan menginterpretasikan hasil yang diperoleh. Data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui: kemampuan calon guru dalam menguasai konsep pendidikan lingkungan, kinerja dan sikap dalam melakukan percobaan, kemampuan merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi pembelajaran, menanamkan sikap peduli terhadap lingkungan, dan sikap calon guru terhadap lingkungan sekolah.

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah calon guru SD (mahasiswa program studi PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan yang mengambil mata kuliah Pendidikan Lingkungan untuk SD yang berjumlah 104 orang. Ujicoba model pembelajaran dan instrumen penelitian yang sudah dirancang dilakukan terhadap calon guru SD. Subyek ujicoba terdiri atas satu kelas, sedangkan uji model melibatkan calon guru sebanyak dua kelas. Pemilihan kelas ini dilakukan secara random untuk ditetapkan sebagai kelas ujicoba, kelas eksperimen, dan kelas kontrol.

E. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan pada tahap-tahap pengembangan model pembelajaran maka teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi, wawancara, angket dan tes. Pengumpulan data pada studi pendahuluan, dilakukan dengan observasi, wawancara dan kajian pustaka. Observasi digunakan untuk meninjau pelaksanaan kuliah Pendidikan Lingkungan untuk SD. Wawancara digunakan untuk melengkapi data observasi.


(38)

Pada tahap pengembangan model pembelajaran, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan tes. Observasi dan wawancara digunakan untuk memper

-oleh data tentang pelaksanaan model pembelajaran yang diujicobakan. Data ini diperlukan untukmengetahuiapakahdesain modelpembelajaran dapatdilaksanakan dan untuk mengetahui kendala atau kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam proses pembelajaran. Pada tahap pengembangan ini, juga dilakukan ujicoba terhadap soal penguasaan konsep dan angket sikap peduli lingkungan. Ujicoba soal penguasaan konsep bertujuan untuk mengetahui validitas konstruk, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda item soal (Lampiran 36). Ujicoba sikap/perilaku peduli lingkungan bertujuan untuk mengetahui validitas konstruk dan reliabilitas item angket sikap terhadap lingkungan sekolah (Lampiran 37).

Pada tahap implementasi, data dikumpulkan melalui tes penguasaan konsep pendidikan lingkungan. Sikap awal mahasiswa diperoleh dari tugas tentang kondisi dan solusi permasalahan di lingkungan sekolah masing-masing calon guru. Data sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan diperoleh melalui observasi dan angket sikap skala Likert. Keunggulan dan keterbatasan model yang dikembangkan terungkap dari hasil observasi terhadap pelaksanaan model pembelajaran, peningkatan penguasaan konsep pendidikan lingkungan, sikap mahasiswa terhadap lingkungan sekolah, dan wawancara dengan observer. Teknik dan instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data disajikan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Penelitian No Teknik Pengumpulan Data Instrumen yang Digunakan

1 Observasi 1. Format observasi

2. Format penilaian kinerja dalam percobaan 3. Format penilaian sikap dalam percobaan. 4. Format penilaian kemampuan dalam pem- belajaran Pendidikan Lingkungan


(39)

2 Wawancara Pedoman wawancara

3 Tes Soal penguasaan konsepPendidikanLingkungan 4 Angket Angket sikap peduli lingkungan

5 Monitoring Pedoman monitoring F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Uji Coba

Analisis data uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda item (butir) soal penguasaan konsep pendidikan lingkungan, serta validitas dan reliabilitas angket sikap dan perilaku calon guru terhadap lingkungan sekolah. Analisis validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dan analisis reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus alpha Cronbach.

a. Validitas Item

Validitas item diperoleh dengan cara menghitung korelasi antara skor tiap item (X) dengan skor total (Y) dengan mengunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

{

2 2

}{

2 2

}

xy ( X) ( X N Y) X)( ( -XY N r Y Y

NΣ − Σ

∑ − ∑ ∑ ∑ ∑ = Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y X = skor setiap item

Y = skor total

N = jumlah responden

Uji keberartian koefisien korelasi menggunakan uji-t dengan rumus:

2 1 2 xy xy r n r t − − = Keterangan:


(40)

n = jumlah responden, dk = n – 2

Kriteria: Semua item tes adalah valid karena diperoleh nilai t hitung yang lebih besar daripada t tabel (Sudjana, 1996).

b. Reliabilitas Item

Reliabilitas item diperoleh dengan menggunakan rumus alpha Cronbach sebagai berikut:       Σ −       −

= 22

11 1 1 t i s s n n r Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas tes

∑si2 = jumlah varians skor setiap item St2 = varians skor total

n = jumlah item soal

Adapun penafsiran koefisien reliabilitas berdasarkan kriteria (Arikunto, 2002): 1. 0,80 < r11 < 1,00 : sangat tinggi

2. 0,60 < r11 < 0,80 : tinggi 3. 0,40 < r11 < 0,60 : cukup 4. 0,20 < r11 < 0,40 : rendah 5. 0,00 < r11 < 0,20 : sangat rendah

c. Tingkat Kesukaran Item

Tingkat kesukaran item (butir soal) ditentukan dengan menggunakan rumus:

) S 2N(S 2NS -B A TK min maks min − +

= (Suherman, 1993)

Keterangan:

TK = tingkat kesukaran

A = jumlah skor kelompok atas B = jumlah skor kelompok bawah

N = jumlah siswa kelompok atas atau bawah Smaks = skor maksimum setiap soal


(41)

Smin = skor minimum setiap soal Klasifikasi :

TK ≤ 0,00 : terlalu sukar 0,00 < TK ≤ 0,30 : sukar

0,30 < TK ≤ 0,70 : sedang 0,70 < TK ≤ 1,00 : mudah TK = 1,00 : terlalu mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir tes hasil belajar untuk dapat membedakan antara mahasiswa yang berkemampuan tinggi dengan mahasiswa yang berkemampuan rendah (Suherman, 1993). Daya pembeda butir soal dapat dihitung menggunakan dengan rumus:

) S N(S

B A DP

min maks −

= (Suherman, 1993)

DP = daya pembeda

A = jumlah skor kelompok atas B = jumlah skor kelompok bawah

N = jumlah siswa kelompok atas atau bawah Smaks = skor maksimum setiap soal

Smin = skor minimum setiap soal Klasifikasi DP:

DP ≤ 0,00 : jelek sekali 0,40 < DP ≤ 0,70 : baik

0,00 < DP ≤ 0,20 : jelek 0,70 < DP ≤ 1,00 : sangat baik 0,20 < DP ≤ 0,40 : cukup

2. Analisis Data Penelitian

Data studi pendahuluan, keunggulan dan keterbatasan model pembelajaran dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif. Pada tahap pengembangan model pembelajaran, analisis data dilakukan sebagai berikut: a) Draf model pembelajaran dianalisis secara kualitatif dengan merevisi keterlaksanaan model. b) RPP dan lembaran kerja mahasiswa dianalisis secara kualitatif dengan merevisi keterbacaan dan sistematika penulisan. Pada tahap implementasi model pembela


(42)

-jaran, analisis data secara kuantitatif dilakukan sebagai berikut: a) Kemampuan calon guru dalam penguasaan konsep pendidikan lingkungan, kinerja calon guru dalam melakukan percobaan, sikap calon guru dalam melakukan percobaan, dan kemampuan calon guru dalam pembelajaran pendidikan lingkungan dianalisis dengan teknik deskriptif; b) Peningkatan penguasaan konsep pendidikan lingkungan dianalisis dengan menghitung rata-rata skor gain ternormalisasi dari skor pre-test dan post-test. c) Perbedaan rata-rata skor penguasaan konsep pendidikan lingkungan bagi calon guru kelas eksperimen dengan kelas kontrol dianalisis dengan uji t. d) Sikap calon guru terhadap lingkungan sekolah dianalisis dengan membandingkan skor rata-rata dengan skor kategori.

Sebelum menggunakan uji t, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data. Uji persyaratan analisis data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas distribusi data dan uji homogenitas data.

a. Uji Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas distribusi data dilakukan dengan menggunakan rumus:

=

e 2 e o 2

f ) f (f X

Keterangan:

X2 = nilai chi-kuadrat

Fo = frekuensi yang diobservasi fe = frekuensi yang diharapkan k = banyak kelas dalam tabel X2 dk = k – 3

Kriteria: data adalah normal karena X2hitung ≤ X2tabel.

b. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan rumus:

2 k 2 b S S


(43)

Keterangan:

Sb2 = varians besar Sk2 = varians kecil

dkb = derajat kebebasan pada kelas yang variansnya besar dkk = derajat kebebasan pada kelas yang variansnya kecil nb = jumlah responden pada kelas yang variansnya besar nk = jumlah responden pada kelas yang variansnya kecil dkb = nb – 1 , dkk = nk – 1

Kriteria: data adalah homogen karena F ≤ Ftabel, dengan Ftabel = F(α/2) (ne-1; nk-1). c. Uji Gain

Peningkatan hasil belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diketa- hui dengan mengunakan rumus gain score ternormalisasi (normalized gain score).

pre maks pre pos S S S S − − = Ng Keterangan:

Ng = gain ternormalisasi Spre = skor pre-test

Spos = skor post-test Smaks = skor maksimum

Peningkatan hasil belajar dibagi atas tiga kategori, yaitu: 1. tinggi : Ng > 0,7

2. sedang : 0,3 < Ng ≤ 0,7 3. rendah : Ng ≤ 0,3 d. Uji Perbedaan Rata-rata

Perbedaan hasil belajar mahasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis dengan menggunakan uji-t dengan rumus:

      + − = k 2 k e 2 e k e n S n S X X t Keterangan:

Xe = rata-rata skor mahasiswa kelas eksperimen Xk = rata-rata skor mahasiswa kelas kontrol ne = jumlah mahasiswa kelas eksperimen nk = jumlah mahasiswa kelas kontrol

untuk data normal dan homogen, sampel lebih dari 30 orang (Best, 1982)


(44)

Se2 = varians skor mahasiswa kelas eksperimen Sk2 = varians skor mahasiswa kelas kontrol dk = ne + nk – 2

Kriteria: kedua kelompok yang diuji berbeda secara signifikan karena diperoleh nilai t hitung yang lebih besar daripada t tabel (Sudjana, 1996).

* Bgm Sdr mengembangkn Model PLO hgg diperoleh model & instrumen yg valid 3. Pengembangan Model a. Pengembangan Model Pembelajaran PLO

Pengembangan model pembelajaran meliputi kegiatan ujicoba model pembelajaran dan revisi model hipotetik berdasarkan hasil ujicoba. Ujicoba model pembelajaran dilakukan terhadap calon guru SD. Kegiatan pembelajaran dalam ujicoba model pembelajaran dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan dengan materi yang sudah dirancang sebanyak empat pokok bahasan. Setelah pelaksanaan pembelajaran untuk pokok bahasan pertama maka dilakukan perbaikan, baik terhadap keluasan materi, alokasi waktu, maupun prosedur pelaksanaannya. Kemudian model pembelajaran direvisi Revisi dilakukan berdasarkan saran observer, diskusi dg teman sejawat, dan kesulitan yg


(45)

dialami oleh calon guru pada saat pembelajaran. Setelah direvisi, model pembelajaran diterapkan pada PB kedua. Setelah direvisi berulang kali sampai PB keempat maka diperoleh model empirik yang siap u di implementasi. LKM yang sudah direvisi pada setiap kali pertemuan digunakan pada saat uji model pembelajaran dg PB yg sama

Dari ujicoba model pembelajaran, terdapat beberapa aspek yang harus diperbaiki pada tahap pembelajaran. Pada kegiatan pendahuluan: 1) tanya jawab tentang konsep prasyarat dan memotivasi calon guru sesuai dengan tujuan pembelajaran, direvisi menjadi melakukan tanya jawab u/ memotivasi calon guru, 2) ditambahkan kegiatan membagikan handout karena calon guru membutuhk dlm pbelajar. Pada keg inti: 1) langkah keg eksplorasi direvisi sesuai dg kondisi yg dilaksana, 2) kalimat pada langkah keg eksplanasi dan aplikasi dsempurna

a. Pengembangan Instrumen

Uji coba dalam penelitian melibatkan 20 orang calon guru SD. Ujicoba tes penguasaan konsep pendidikan lingkungan dilakukan untuk mengetahui validitas konstruk, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Ujicoba angket sikap peduli terhadap lingkungan sekolah dilakukan untuk mengetahui validitas konstruk dan reliabilitas item angket. Hasil pengujian validitas konstruk tes penguasaan konsep pendidikan lingkungan adalah sebagai berikut: Berdasarkan uji korelasi diperoleh bahwa semua soal mempunyai koefisien validitas yang termasuk kategori cukup. Berdasarkan uji keberartian koefisien korelasi diperoleh bahwa semua soal ini adalah valid. Dari hasil pengujian reliabilitas tes penguasaan konsep pendidikan lingkungan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,83 yang termasuk kategori sangat tinggi. Hasil analisis tentang tingkat kesukaran menunjukkan bahwa 11 soal (nomor 1, 3 – 7, 9, 11, 15, 18, 20) memiliki tingkat kesukaran yang termasuk kategori sedang, 9 soal (nomor 2, 8, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 19) memiliki tingkat kesukaran yang termasuk kategori mudah. Hasil analisis tentang daya pembeda menunjukkan bahwa sebanyak delapan soal (nomor 3 – 7, 9, 11, 18) memiliki daya pembeda yang termasuk kategori baik. Sebanyak 11 soal (nomor 1, 2, 8, 10, 12 - 15, 17, 19, 20) memiliki daya pembeda yang termasuk kategori sedang. Sebanyak satu soal (nomor 16) memiliki daya pembeda yang termasuk kategori buruk, sehingga soal ini perlu direvisi.

Uji coba angket sikap dan perilaku calon guru SD terhadap lingkungan sekolah dilakukan untuk mengetahui validitas konstruk dan reliabilitas angket. Hasil pengujian validitas konstruk angket adalah sebagai berikut: Dari 40 item angket yang diujicoba, berdasarkan uji korelasi diperoleh bahwa sebanyak delapan item mempunyai koefisien validitas yang termasuk kategori tinggi, 14 item mempunyai koefisien validitas yang termasuk kategori cukup, dan 18 item mempunyai koefisien validitas yang termasuk kategori rendah. Berdasarkan uji keberartian koefisien korelasi diperoleh bahwa 22 item angket adalah valid. Dari hasil pengujian reliabilitas angket diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,88 yang termasuk kategori sangat tinggi.

Berdasarkan hasil analisis ujicoba instrumen penelitian diperoleh keputusan bahwa semua soal penguasaan konsep pendidikan lingkungan (setelah merevisi satu soal) dan 22 item angket sikap dan perilaku calon guru SD terhadap lingkungan sekolah dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

*Bgm menerapkn Model PLO hgg diperoleh hasil belajar (konsep,kinerja,sikap peduli ling b. Pengembangan Instrumen

Pengembangan instrumen penelitian meliputi kegiatan penilaian draf instrumen, revisi draf instrumen berdasarkan hasil penilaian, ujicoba instrumen, dan revisi instrumen berdasarkan hasil ujicoba. Penilaian terhadap draf instrumen


(46)

penelitian dilakukan melalui konsultasi dengan teman sejawat, dosen mata kuliah Pendidikan Lingkungan untuk SD, dosen pembimbing, dan penimbang ahli. Revisi draf instrumen penelitian dilakukan berdasarkan penilaian dan saran dari teman sejawat, dosen mata kuliah Pendidikan Lingkungan untuk SD, dosen pembimbing, dan penimbang ahli. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh validitas isi instrumen penelitian.

Teman sejawat memberikan masukan terhadap instrumen yang telah disusun. Saran dari teman sejawat dipelajari untuk menyempurnakan instrumen. Dalam kegiatan ini diperbaiki rencana pelaksanaan pembelajaran dan media pembelajaran yang berupa rekaman video tentang kebersihan fasilitas sanitasi dan penghematan energi listrik.

Dosen mata kuliah Pendidikan Lingkungan untuk SD memberikan masukan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembaran kerja mahasiswa. Perbaikan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi materi dan langkah-langkah pembelajaran. Perbaikan terhadap lembaran kerja mahasiswa meliputi materi, langkah-langkah kegiatan, dan alokasi waktu.

Dosen pembimbing dan tiga orang penimbang ahli telah memberikan masukan terhadap instrumen yang telah disusun. Perbaikan dilakukan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran, lembaran kerja mahasiswa, video pembelajaran untuk pokok bahasan kebersihan failitas sanitasi dan penghematan energi listrik, soal penguasaan konsep untuk pokok bahasan pencemaran air, tanah, udara, dan penghematan energi listrik, lembaran observasi, pedoman wawancara, angket sikap peduli terhadap lingkungan, format penilaian kemampuan calon guru dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menanamkan sikap peduli lingkungan, dan mengevaluasi


(47)

pembelajaran. Perbaikan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi penyusunan kompetensi dasar, indikator, materi, langkah-langkah pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Berkaitan dengan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran, penimbang ahli menyarankan supaya rumusannya diperjelas. Perbaikan terhadap lembaran kerja mahasiswa meliputi materi, langkah-langkah kegiatan dan alokasi waktu. Berkaitan dengan alokasi waktu, penimbang ahli mempertanyakan apakah waktu yang dialokasikan cukup untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Selanjutnya instrumen penelitian yang sudah direvisi diujicobakan pada calon guru SD.

Uji coba dalam penelitian melibatkan 20 orang calon guru SD berasl dari kelompok bukan eksperimen atau kontrol pada Universitas yang sama. Ujicoba tes penguasaan konsep pendidikan lingkungan dilakukan untuk mengetahui validitas konstruk, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Ujicoba angket sikap peduli terhadap lingkungan sekolah dilakukan untuk mengetahui validitas konstruk dan reliabilitas item angket. Hasil pengujian validitas konstruk tes penguasaan konsep pendidikan lingkungan adalah sebagai berikut: Berdasarkan uji korelasi diperoleh bahwa semua soal mempunyai koefisien validitas yang termasuk kategori cukup. Berdasarkan uji keberartian koefisien korelasi diperoleh bahwa semua soal ini adalah valid. Dari hasil pengujian reliabilitas tes penguasaan konsep pendidikan lingkungan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,83 yang termasuk kategori sangat tinggi. Hasil analisis tentang tingkat kesukaran menunjukkan bahwa 11 soal (nomor 1, 3 – 7, 9, 11, 15, 18, 20) memiliki tingkat kesukaran yang termasuk kategori sedang, 9 soal (nomor 2, 8, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 19) memiliki tingkat kesukaran yang termasuk kategori mudah. Hasil analisis tentang daya pembeda menunjukkan bahwa


(1)

INVESTIGATING AND EVALUATING ENVIRONMENTAL ISSUES AND

ACTIONS: SKILL DEVELOPMENT MODULES

Hungerford and his associates have analyzed research on variables related to the

development and demonstration of environmentally responsible behavior and

have designed and tested a set of instructional materials based on this research

(Hungerford, 1985). The materials stress a hierarchical-approach involving four

levels of activities (Hungerford p28-29 in Disinger, 1987).

1. Ecological Concepts: This goal level attempts to provide the learner with the

ecological knowledge that will permit him/her to make ecologically sound

decisions with respect to environmental issues. This knowledge would include

(but not be limited to) such concepts as individuals and populations, interaction,

limiting factors, biogeochemical cycling, abiotic influences, homeostasis,

succession, etc.

2. Conceptual Awareness: This goal level attempts to develop a conceptual

awareness (i.e., knowledge) of how individual and collective behaviors influence

the relationship between quality of life and the quality of the environment, as well

as how human behaviors result in issues which must be resolved through

investigation, evaluation, decision-making, and citizenship action.

3. Issue Investigation and Evaluation: This goal level attempts to develop the

knowledge and skills needed to permit learners to investigate environmental

issues and evaluate alternative solutions for remediating these issues. It also

provides opportunities for students to actually investigate and evaluate issues.

4. Environmental Action Skills: Training and Application: This goal level

attempts to develop those skills needed for learners to take positive environmental

action for the purpose of resolving or helping resolve environmentally-related

issues.It also involves the development of action plans by the students and

provides them with the opportunity to implement those plans if they desire.

Research data indicates that behavior change usually will not occur if students are

exposed only to Goals 1 and 2. The data also indicates that behavior will change if

students are thoroughly exposed to Goals 3 and 4 in addition to 1 and 2. The

quality of the students environmental actions also tends to improve when they

have used issue analysis and investigation.

The materials Hungerford and his associates have developed include six modules:

(1) Environmental Problem Solving; (2) Issue Investigation (Basics); (3) How to

Gather Information; (4) Interpreting Data; (5) Investigation of Issues; and (6)

Environmental Action Strategies. (Hungerford, 1988).

Studies report that effective use of the modules has usually required about 18

weeks of instruction and activities, but alternative approaches have been

suggested in the literature. The modules have been tested primarily at the middle

school and junior high school level, but could probably be adapted to grade levels


(2)

as low as four and certainly could be used with older students in secondary

schools and postsecondary institutions.

DECISIONS FOR TODAY AND TOMORROW: ISSUES IN

SCIENCE-TECHNOLOGY-SOCIETY

These materials by Iozzi and Others (1987) were developed to supplement

secondary school programs in the areas of science and social studies. The

materials stress developing a knowledge base, problem solving, critical thinking,

and thoughtful action.

The materials include a student guide with 12 chapters related to

science-technology-society and the environment. There are two teacher guides that

provide background material for the teachers, lesson plans, handouts, and

worksheets. The guides provide suggestions on effective teaching approaches and

activities to use.

SUMMARY

Research has identified several variables that are important in developing students

who exhibit responsible environmental behavior. Programs and materials that

include experiences with issue analysis, issue investigation, and working on real

environmental issues and problems have been more successful than those that

have not included these experiences. Programs that have included an emphasis on

environmental knowledge and problems over several months to several years have

also been more successful than brief activities. School staff and non- formal

program developers concerned with effective environmental education programs

should consider including such experiences in their programs.

SELECTED REFERENCES

Disinger, John F. Trends and Issues in Environmental Education: EE in School

Curricula. ERIC/SMEAC, Columbus, OH, 1987. ED 292 608.

Engleson, David C. A Guide to Curriculum Planning in Environmental Education.

Madison, WI: Wisconsin Department of Public Instruction, 1985. ED 264 134.

Hines, J. An Analysis and Synthesis of Research on Responsible Environmental

Behaviors, Ph. D. Dissertation, Southern Illinois University, Carbondale, IL 1984.

Hines, J. M., H. R. Hungerford, and A. N. Tomera. Analysis and Syntheses of

Research on Responsible Environmental Behavior: A Meta-Analysis. Journal of

Environmental Education, Vol 18 N2, p1-8, 1986-87.

Hungerford, Harold R. and others. Investigating and Evaluating Environmental

Issues and Actions: Skill Development Modules. A Curriculum Development

Project Designed To Teach Students How To Investigate and Evaluate

Sci-Related Social Issues. Modules I-VI. 1985. ED 257 664.


(3)

Hungerford, H. R., R. A. Litherland, R. B. Peyton, J. M. Ramsey, A. N. Tomera,

and T. L. Volk. Investigating and Evaluating Environmental Issues and Actions

Skill Development Modules. Stipes, Champaign, IL. 1988.

Iozzi, Louis A., Ed.; Clint L. Shepard, Ed. Building Multicultural Webs through

Environmental Education. Selected Papers from the Annual Conference of the

North American Association for Environmental Education (17th, Orlando,

Florida, October 14-19, 1988). North American Association for Environmental

Education, Troy, Ohio. ED 308 089.

Iozzi, Louis A. Decisions for Today and Tomorrow. Issues in

Science-Technology-Society. Teachers Guide. Sopris West, Longmont, CO, 1987. ED 289

737.

Iozzi, Louis A., and Peter J. Bastardo. Decisions for Today and Tomorrow:

Student Guide. Issues in Science-Technology-Society. A Multidisciplinary

Approach to Problem-Solving and Critical Thinking. Sopris West, Longmont,

CO, 1987.

Mann, Lori D.; and others. Excellence in Environmental Education: Gaining

Momentum for the Challenge Ahead. Selected Papers from the Annual

Conference of the North American Association for Environmental Education

(16th, Quebec City, Quebec, Canada, October 16-21, 1987). North American

Association for Environmental Education, Troy, Ohio. ED 301 417.

National Diffusion Network. Education Programs That Work. Washington, DC,

U.S. Department of Education. 1988.

Sia, A. H., Harold R. Hungerford, and A. Tomera. Selected Predictions of

Responsible Environmental Behavior; An Analysis Journal of Environmental

Education. Vol 6 N2, p 31-40, 1986.

Stone, Jody M., Ed. Environmental Education: Transition to an Information Age.

Proceedings of the Annual Conference of the North American Association for

Environmental Education (15th, Eugene, Oregon, September 11-16, 1986). North

American Association for Environmental Education, Troy, OH. ED 287 691.

Para Guru Beradu Kreasi Pembelajaran

BAGAIMANA caranya menjelaskan sifat-sifat udara di depan murid SD? Tentu saja guru tidak hanya cukup dengan berceramah di depan kelas. Dibutuhkan kreativitas guru untuk memberi pemahaman akan konsep materi ini dengan mempergunakan sejumlah alat bantu.

TANPA perlu berbelit-belit, Arsyad mampu menjelaskan konsep udara kepada murid-muridnya yang duduk SDN 2 Tente, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.


(4)

Hebatnya lagi, dengan alat yang murah meriah, murid-muridnya di wilayah kepulauan itu bisa menikmati materi pelajaran secara santai.

Para murid bahkan merasa seakan-akan tidak sedang berada di dalam kelas. Benda-benda yang dipakai untuk memeragakan sifat-sifat udara sangat akrab di memori mereka sebagai barang mainan di luar sekolah dan akrab dengan kehidupan sehari-hari.

Ada juga kartu Shinchan, kartu F4 Meteor Garden, Kartu Batman, dan semacamnya. Ada pula kartu bekas voucher isi ulang pulsa telepon seluler maupun topi. Kartu-kartu tadi dipergunakan untuk memahami dua konsep sekaligus, yakni tekanan udara pada bidang datar dan titik berat benda.

SATU per satu muridnya dipanggil ke depan kelas untuk melakukan percobaan. Sang murid diminta meletakkan topi di lantai dalam posisi menengadah. Murid berdiri di dekat topi sambil memegang setumpuk kartu. Kartu dipegang dari ujung pinggir secara vertikal (dari atas ke bawah).

Dari ketinggian sekitar dua meter, selembar demi selembar kartu dijatuhkan secara lurus menuju topi yang menganga di lantai. Sampai 10 murid yang maju melakukan hal itu, tak satu pun yang berhasil memasukkan kartu ke dalam topi. Arah jatuhnya kartu selalu meleset ke samping topi.

Setelah murid-muridnya penasaran, barulah pria kelahiran Bima 7 Juli 1966 itu membongkar "misteri" kartu.

"Secermat apa pun, kamu tak akan pernah berhasil menjatuhkan kartu itu tegak lurus apalagi jatuh tepat ke dalam topi," ujar Arsyad memancing rasa ingin tahu muridnya. Dia menjelaskan, titik berat kartu tepat berada di tengahnya. Makanya, kartu mudah berputar dan oleng ketika dijatuhkan. Miring sedikit saja, sudah cukup untuk

menimbulkan gaya tahan udara yang lebih besar terhadap sisi yang menghadap ke bawah. Udara menahan kartu lebih kuat dan mendorongnya ke samping.

Lalu, bagaimana caranya menjatuhkan kartu agar arahnya bisa lurus masuk ke topi? "Gampang! Coba pegang kartu secara mendatar atau horizontal, lalu jatuhkan," Arsyad memberi instruksi.

Alhasil, kartu jatuh pelan dan masuk ke topi. Penjelasannya, bagian kartu yang lebar akan membuat kartu jatuh tegak lurus.

Pada kesempatan lain, Arsyad mengajak para muridnya bermain-main lagi untuk mengetahui pemuaian udara akibat pembakaran. Lagi-lagi, benda yang dibutuhkan sangat akrab dengan lingkungan sekitar. Ada gelas, korek api, piring, dan uang logam. Namun, kiatnya tidak berhenti sampai di situ. Arsyad pun memberi catatan sebagai hikmah yang dapat dipetik dari permainan tersebut.

"Jangan menyimpan botol plastik berisi udara yang tertutup rapat di lemari es atau kotak pendingin lainnya. Nanti botol itu remuk. Kaleng bekas semprotan jangan dibuang ke api. Nanti meledak!"

METODE pembelajaran itu dituangkan Arsyad dalam bentuk karya tulis ilmiah berjudul Efektivitas Learning By Game dalam Pembelajaran Konsep Sifat-sifat Udara di SD. Dalam Lomba Kreativitas Guru (LKG) 2003 yang diadakan Lembaga Ilmu Pengetahuan


(5)

Indonesia (LIPI), karya tulis tersebut keluar sebagai juara pertama untuk kategori guru SD.

Dalam pemaparan di depan tim juri di Gedung LIPI, Jakarta, Selasa (19/8), Arsyad menyisihkan dua finalis lainnya. Dua finalis yang dimaksud adalah Sudirman (SDN 1 Watampone, Sulsel) dan Rabia Habib Mukolang (SDN Oetama Kupang, NTT).

Seperti biasanya, LIPI menggelar LKG serangkai dengan Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR). LKG dibagi lima kategori. Kategori pertama, guru SD, yang dimenangkan Arsyad. Kategori kedua, bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) tingkat SLTP, dimenangi oleh Rizal Napitupulu (SLTP Kuala Kencana YP Jayawijaya, Papua).

Kategori ketiga, bidang Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi (Mipatek), dijuarai Ketut Kamir Astika (SLTPN Busungbiu, Buleleng, Bali).

Kategori keempat, bidang IPSK tingkat SMU/Kejuruan, dimenangi Erni Dewi Kurniawati (SMUN 1 Sambas, Kalbar).

Kategori kelima, bidang Mipatek tingkat SMU/Kejuruan dijuarai Ade Wijaya (SMU Kristen 7 Penabur, Jaktim).

Para guru tersebut kini telah berkumpul kembali bersama keluarga dan anak muridnya setelah mempertahankan karyanya di depan tim juri yang dipimpin Prof Dr Robert Napitupulu.

MISI yang diusung LIPI sangat relevan dengan santer-santernya istilah pembelajaran kontekstual. Pada semua jenjang pendidikan, metode tersebut kini terus digalakkan. Untuk ilmu eksakta, upaya itu dibutuhkan demi menjawab tudingan bahwa rendahnya daya serap peserta didik akan materi pengajaran lantaran minimnya alat peraga yang akrab dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara untuk ilmu sosial dan kemanusiaan, upaya itu mutlak karena istilah dan wacana yang dikembangkan sering kali tidak sinkron dengan suasana kebatinan masyarakat sekitarnya.

Pada pelajaran ilmu eksakta di tingkat SLTP misalnya, karya Ketut Kamir Astika menunjukkan karya yang sarat kontekstualitas dan aktualitas.

Sama seperti Arsyad, pria kelahiran Bali 31 Desember 1959 itu mampu menawarkan solusi alternatif di tengah minimnya anggaran sekolah untuk pengadaan bahan hingga alat peraga.

Baik untuk pelajaran fisika maupun biologi, semua alat peraga yang dirakit Astika adalah barang-barang bekas yang mudah didapatkan di lingkungan masyarakat.

Untuk menentukan arah arus listrik dan kutub magnet pada solenoida, Astika hanya menyarankan bahan berupa paku 7 sentimeter dua buah, kawat berisolasi lima meter, dan sebuah batu baterai. Caranya, kedua paku dililiti kawat kemudian dihubungkan ke baterai sebagai sumber tegangan.

Dia juga menawarkan alat peraga berupa bel sistem elektromagnetik dari kaleng bekas. Bahannya, baut 7 sentimeter, kaleng bekas, paku, sakelar, kawat email. Juga diperlukan


(6)

kayu 20 cm x 5 cm, 10 cm x 5 cm, dan 14 cm x 2 cm masing-masing satu potong, ditambah sebatang paku ulir.

BAGAIMANA dengan ilmu sosial yang sulit diperagakan dengan benda-benda sekitar kita?

Eni Dewi Kurniawati memberikan solusinya. Melalui pelajaran bahasa Indonesia, Eni mampu menumbuhkan kesadaran pluralisme pada siswa SMU Negeri 1 Sambas. Isu yang diangkat adalah konflik etnik yang menelan ribuan nyawa di Sambas beberapa tahun terakhir.

Dengan metode diskusi dan tugas-tugas mengarang, Eni bisa mengukur perubahan sikap siswanya terhadap konflik etnik. Dalam debat dan tulisannya, terbaca bahwa sikap siswa SMUN 1 Sambas pun mengecam tragedi kemanusiaan yang menambah daftar panjang pelanggaran HAM di negeri ini.

Perempuan kelahiran Tambelan, Riau, 16 Desember 1964 itu membuktikan bahwa tanpa arahan kurikulum pun, sebetulnya guru bisa merancang pembentukan sikap positif para siswa terhadap bidang-bidang sosial. Setiap jenis pelajaran bisa dijembatani menuju realitas sekitar kita.

Intinya, pembelajaran yang efektif sangat tergantung pada kreativitas dan inovasi guru. Kalau LIPI saja mampu mengadakan LKG setiap tahun, sungguh naif jika Depdiknas tidak mentradisikan hal semacam itu. (Nasrullah Nara)