Pengembangan modul pembelajaran IPA kelas III eksistensial Sekolah Dasar berbasis pendidikan emansipatoris untuk menanamkan sikap peduli lingkungan.

(1)

i

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA KELAS

III EKSISTENSIAL SEKOLAH DASAR BERBASIS

PENDIDIKAN EMANSIPATORIS UNTUK MENANAMKAN

SIKAP PEDULI LINGKUNGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Selviana Desi Ambarwati NIM: 131134033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus, atas segala yang sudah diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi.

2. Kedua orang tuaku, Sri Rahayu Ningsih dan Benny Wibowo yang selalu memberikan dukungan baik material maupun moral.

3. Saudara-saudaraku, Eka Damar, Esa Lentera, Yunita Dian, Anggi Febriana, Ricky Fajar yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Sahabat-sahabatku, Frans Aldi, Irina Susilaningrum, Bernadeta Cahya, Azalia Vidyacitra, Yustina Mira, Hesti Mahanani, Theresia Kasih, Septiana Sandra yang selalu menemani saat suka duka menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh anggota SD Joannes Bosco yang selalu membantu dan memberikan semangat peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

6. Almamaterku Universitas Sanata Dharma.

dan semua pihak yang terlibat dalam penulisan tugas akhir yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.


(5)

v

MOTTO

Kebahagiaan dan keberhasilan akan datang apabila kita mampu melewati jalan yang sudah dipilihkan Tuhan, walaupun harus melewati badai kehidupan yang sangat sulit.

(Penulis)

Habis gelap terbitlah terang.


(6)

(7)

(8)

viii

ABSTRAK

Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Kelas III Eksistensial Sekolah Dasar Berbasis Pendidikan Emansipatoris untuk Menanamkan Sikap Peduli

Lingkungan.

Selviana Desi Ambarwati Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang berawal dari adanya analisis kebutuhan peserta didik. Kebutuhan peserta didik yang ditemukan peneliti adalah kurang baiknya sikap peduli lingkungan peserta didik kelas III Eksistensial. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan pengembangan materi IPA kelas III berbasis pendidikan emansipatoris untuk menanamkan sikap peduli lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan proses pengembangan materi dan mendeskripsikan kualitas modul IPA berbasis pendidikan emansipatoris untuk peserta didik kelas III dalam menanamkan sikap peduli lingkungan.

Jenis penelitian ini adalah pengembangan materi (Material Development) yang termasuk dalam salah satu jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development). Materi yang dikembangkan berupa Modul IPA untuk menanamkan sikap peduli lingkungan peserta didik sekolah dasar kelas III. Proses pengembangan modul ini mengikuti 5 langkah pengembangan materi dari Tomlinson (dalam Harsono,2007) yaitu (1)analisis kebutuhan, (2)desain, (3) revisi, (4)implementasi, (5)evaluasi. Modul hasil penilaian dari para ahli mendapat skor rata-rata 3,39 yang masuk ke dalam kategori sangat baik sehingga layak digunakan pada tahap implementasi.

Implementasi dilakukan kepada 24 peserta didik kelas III Eksistensial SD Joannes Bosco Yogyakarta untuk mengetahui kualitas dari modul yang dihasilkan. Setelah proses implementasi juga dilakukan kegiatan evaluasi dengan melakukan wawancara kepada 3 orang peserta didik untuk mengetahui kualitas dari modul. Dari hasil implementasi yang sudah dilakukan oleh peneliti, juga didapatkan data bahwa peserta didik kelas III Eksistensial melaksanakan tiga kunci dalam pendidikan emansipatoris. Humanisasi terjadi ketika peserta didik mencari pengetahuannya sendiri ketika menanam. Peserta didik mencoba mengisi tanah yang sesuai supaya batang singkong tidak jatuh, dan mencoba mencari tahu seberapa banyak air yang digunakan untuk menyiram tanaman. Dialog terjadi pada saat diskusi dengan kelompok untuk menemukan cara menanam yang benar. Kesadaran muncul pada saat peserta didik mengetahui manfaat dari menanam tanaman untuk lingkungan..

Kata kunci: penelitian dan pengembangan, modul IPA, sikap peduli lingkungan,


(9)

ix ABSTRACT

The Development of Learning Science Module for Third Grade Eksistensial of Elementary School Students based on Emancipatory Education to Implant

Caring Attitude toward Environment Selviana Desi Ambarwati

Sanata Dharma University 2017

This research was research and development started from the existence of students’ need analysis. The needs of learners found by the researches is lack of caring attitude toward environment. Because of that, researcher tried to do the science material development for third grade based on emancipatory education to implant caring attitude toward environment. The purpose of this research was to explain the process of material development and describe the quality of science module for third grade students based on emancipatory education in implanting caring attitude toward environment.

This kind of research was material development which categorized as research and development. The developing material was Science module for implanting third grade students‘ of elementary school caring attitude toward environment. The process of developing this module followed 5 steps of Tomlinson’s material development (in Harsono,2007) which were (1)need analysis, (2)design, (3)revision, (4)implementation, (5)evaluation. Research result module from expertise got average score 3,39 which was categorized as excellent, so it was worth to be used in implementation stage.

The implementation has done toward 24 third grade students Eksistential of Joannes Bosco Yogyakarta elementary school in order to know the quality of the module which was resulted. After implementation process, researcher did evaluation by interviewing 3 students in order to know the quality of the module. From the results of the implementation has been done,researchers obtained data that students grade III Eksistensial implement three keys emancipatory education. Humanization happens when students looking from the their knowledge its self when plant. Students attempts fill land appropriate that stem cassava did not fall, and trying to figure out how much the water use to flush plants. Dialogue occurred at the discussion with group of to find growing the right. Awareness appeard at the time when students new know the benefit of plants to the environment.

Keywords: research and development, Science module, caring attitude toward environment, emancipatory education.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya penulis tidak terlepas dari kekurangan, baik aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang penulis sajikan. Oleh sebab itu penulis mengucapkan segenap terimakasih atas segala bimbingan dan dukungan, serta motivasi, baik secara materi maupun moril dalam menghadapi segala keterbatasan, hambatan dan kesulitan yang telah dialami penulis selama tahap penyelesaian penyusunan skripsi ini, kepada :

1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan semangat, arahan dan sumbangan pikiran yang peneliti butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Wahyu Wido Sari, S.Si, M.Biotech. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan semangat, arahan dan sumbangan pikiran yang peneliti butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu Dosen serta karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu kepada peneliti.

7. Tri Indartanta, S.Pd. selaku bapak kepala sekolah SD Joannes Bosco Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti dalam melaksanakan penelitian.


(11)

xi

8. Ambrosius Cahya W., S.Pd. selaku guru kelas III Eksistensial SD Joannes Bosco Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan, waktu dan bantuan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian.

9. Bapak, Ibu guru serta karyawan SD Joannes Bosco Yogyakarta yang telah menerima kehadiran peneliti dengan ramah dan terbuka.

10.Siswa-siswi kelas III Eksistensial SD Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 yang telah bersedia sebagai subyek penelitian penelitian.

11.SD Joannes Bosco Yogyakarta yang membantu peneliti untuk menyelesikan skripsi ini.

12.Teman-teman PGSD angkatan 2013, yang selalu menemani, memberikan dukungan dalam penyelesaiaan skripsi ini.

13.Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.

Sekian ucapan terima kasih, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta


(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR BAGAN... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Batasan Masalah... 3

1.3 Rumusan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.6 Spesifikasi Produk... 5

1.7 Definisi Operasional... 5

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Paradigma Pendidikan Dominikan ... 7

2.1.2 Hakikat IPA ... 9

2.1.3 Pendidikan Emansipatoris ... 12


(13)

xiii

2.1.5 Karakteristik Anak ... 16

2.1.6 Sikap Peduli Lingkungan... ... 17

2.1.7 Modul... 18

2.2 Penelitian-Penelitian yang Relevan ... 20

2.3 Kerangka Berpikir ... 23

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Setting Penelitian ... 27

3.3 Prosedur Pengembangan ... 28

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.5 Instrumen Pengumpulan Data ... 34

3.6 Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pengembangan ... 47

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan …………. ... 87

5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Umum Instrumen Penelitian ... 34

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan Peserta Didik Dengan Kepala Sekolah ... 35

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan Peserta Didik Dengan Kepala Sekolah ... 36

Tabel 3.4 Kisi – Kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan Dengan Guru Kelas III... 37

Tabel 3.5 Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan Dengan Guru Kelas III ... 37

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kelayakan Modul Kepada Peserta Didik ... 38

Tabel 3.7 Pedoman Wawancara Kelayakan Modul Kepada Peserta Didik 38 Tabel 3. 8 Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 39

Tabel 3.9 Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan... 39

Tabel 3.10 Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner Penilaian Modul ... 41

Tabel 3.11 Instrumen Kuesioner Penilaian Modul ... 42

Tabel 3.12 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ... 46

Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 51

Tabel 4.2 Klasifikasi Hasil Penilaian ... 67

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Ahli Dosen ... 67

Tabel 4.4 Hasil Penilaian Ahli IPA ... 70

Tabel 4.5 Hasil Penilaian Guru Kelas III ... 72


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Penerapan Prinsip Pertama Tomlinson ... 59

Gambar 4.2 Penerapan Prinsip Kedua Tomlinson ... 60

Gambar 4.3 Penerapan Prinsip Ketiga Tomlinson ... 61

Gambar 4.4 Penerapan Prinsip Keempat Tomlinson ... 61

Gambar 4.5 Penerapan Prinsip Kelima Tomlinson ... 62

Gambar 4.6 Penerapan Prinsip Keenam Tomlinson ... 63

Gambar 4.7 Penerapan Prinsip Ketujuh Tomlinson ... 64

Gambar 4.8 Penerapan Prinsip Kedelapan Tomlinson ... 65

Gambar 4.9 Penerapan Prinsip Kesembilan Tomlinson ... 66

Gambar 4.10 Sebelum Revisi Lembar Kegiatan... 76

Gambar 4.11 Sesudah Revisi Lembar Kegiatan... 76

Gambar 4.12 Sebelum Revisi Angka ... 77

Gambar 4.13 Sesudah Revisi Angka ... 77

Gambar 4.14 Sebelum Revisi Tema dan Subtema ... 78

Gambar 4.15 Sesudah Revisi Tema dan Subtema ... 78

Gambar 4.16 Sebelum Revisi Materi Kontemplasi ... 79


(16)

xvi

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.1 Literatur Map……….. 23 Bagan 3.1 Model Pengembangan Materi………. 31


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran... ... 93

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... ... 115

Lampiran 3 Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran ... 132

Lampiran 4 Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 133

Lampiran 5 Transkrip Wawancara Kepala Sekolah... 135

Lampiran 6 Transkrip Wawancara Guru... .. 138

Lampiran 7 Transkrip Wawancara Siswa... 140

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian ... 142

Lampiran 9 Surat Izin Telah Melakukan Penelitian ... 143

Lampiran 10 Modul Siswa (dicetak terpisah) CURRICULUM VITAE ……… 144


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari tujuh bagian, yaitu latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan spesifikasi produk yang dikembangkan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri (UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003). Oleh karena itu pendidikan sangat penting untuk ditanamkan sejak dini, supaya peserta didik dapat menghadapi permasalahan yang dihadapi. Dalam pendidikan terdapat berbagai mata pelajaran yang diberikan untuk peserta didik, salah satu mata pelajaran yang dapat diterapkan di dalam pembelajaran adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang di dalamnya berupa metode atau cara yang digunakan untuk mengamati seluruh alam semesta (Samatowa 2016:3). Mata pelajaran IPA khususnya di sekolah dasar yang menggunakan kurikulum 2013, maka IPA akan terintegrasi di dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran IPA salah satunya membahas tentang lingkungan. Lingkungan adalah semua benda, daya, dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi hidupnya (Siahaan 2004:4). Lingkungan sangat mempengaruhi kehidupan manusia karena lingkungan tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk beraktivitas, tetapi lingkungan juga sangat berperan dalam berbagai aktivitas manusia. Selain itu manusia dapat memperoleh manfaat yang dapat digunakan dalam kehidupan. Manusia dan lingkungan akan berinteraksi secara terus menerus. Kondisi lingkungan akan dipengaruhi oleh perilaku manusia. Perilaku manusia akan mempengaruhi kondisi lingkungan. Dengan


(19)

demikian, manusia seharusnya mampu memelihara lingkungan. Memelihara lingkungan dapat diawali dari dalam diri yaitu dengan sikap peduli lingkungan dari diri pribadi setiap manusia.

Sikap peduli lingkungan adalah sikap yang selalu berusaha untuk mencegah aktivitas-aktivitas yang dapat berdampak pada kerusakan lingkungan (Wibowo dalam Kurniawan:2013.41). Sikap peduli terhadap lingkungan seharusnya dimiliki oleh setiap pribadi manusia, namun dilihat dari kenyataan bahwa banyak masyarakat yang masih kurang memiliki sikap peduli terhadap lingkungan. Terlihat terjadi berbagai kerusakan di lingkungan akibat ekosistem yang tidak seimbang. Ekosistem yang tidak seimbang terjadi karena manusia memiliki kebiasaan-kebiasaan kurang baik yang terus menerus dilakukan. Salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah masyarakat cenderung mengeksploitasi alam untuk kepentingannya tanpa memperhatikan kelestarian. Selain itu masyarakat juga kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan, masyarakat dengan mudahnya membuang sampah sembarangan sehingga sampah terus menumpuk dan mengakibatkan banjir.

Kurangnya sikap kepedulian juga terlihat pada peserta didik kelas III Eksistensial SD Joannes Bosco Yogyakarta. Dari hasil wawancara kepala sekolah dan guru kelas III Eksistensial, peserta didik tidak memiliki kegiatan khusus dalam aksi kegiatan lingkungan. Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan oleh peneliti kepada 24 peserta didik kelas III Eksistensial, terlihat bahwa peserta didik perlu ditanamkan sikap peduli lingkungan. Sedangkan dari observasi terlihat bahwa sebagian peserta didik membuang sampah tidak pada tempatnya, padahal pihak sekolah sudah menyediakan tempat sampah di dalam dan di luar kelas. Sebagian peserta didik juga masih merusak tanaman. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik kelas III Eksistensial SD Joannes Bosco Yogyakarta masih kurang baik dalam sikap peduli terhadap lingkungan. Peserta didik perlu diajak untuk melakukan aksi nyata, supaya peserta didik memiliki sikap peduli terhadap lingkungan.

Dari uraian di atas, peneliti menawarkan solusi untuk menanamkan sikap peduli lingkungan dengan menggunakan pendidikan emansipatoris. Pelaksanaan pendidikan emansipatoris dalam proses pembelajaran selalu menekankan


(20)

humanisasi yaitu memberdayakan peserta didik supaya peserta didik tidak hanya sebagai penerima yang dianggap sebagai objek namun peserta didik menjadi subjek yang mencari pengetahuannya sendiri. Pembelajaran yang berbasis pendidikan emansipatoris juga akan meningkatkan relasi antar peserta didik, menghargai pendapat orang lain, dan mengetahui permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. Oleh, karena itu pembelajaran perlu untuk dikembangkan supaya peserta didik memiliki kesadaran kritis terhadap lingkungan. Peneliti akan mengembangkan Modul IPA berbasis Pendidikan Emansipatoris untuk peserta didik kelas III Eksistensial. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “PENGEMBANGAN MODUL

PEMBELAJARAN IPA KELAS III EKSISTENSIAL SEKOLAH DASAR BERBASIS PENDIDIKAN EMANSIPATORIS UNTUK MENANAMKAN

SIKAP PEDULI LINGKUNGAN”.

1.2Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini khusus dibatasi pada peserta didik kelas III Eksistensial di SD Joannes Bosco Yogyakarta. Aspek yang diamati adalah sikap peduli peserta didik terhadap lingkungan dalam tema keanekaragaman hayati. Dalam penelitian ini, modul hanya terbatas pada Bahasa Indonesia KD 3.2 dan 4.2. Matematika pada KD 3.1 dan 4.2. PPKn pada KD 3.2 dan 4.2. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Paradigma Pendidikan Dominikan (PPD) dan menggunakan Pendidikan Emansipatoris.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, peneliti dapat merumuskan masalahnya sebagai berikut :

1.3.1 Bagaimana proses pengembangan modul IPA untuk menanamkan sikap peduli lingkungan peserta didik sekolah dasar kelas III terhadap lingkungan dengan menggunakan pendidikan emansipatoris?


(21)

1.3.2 Bagaimana kualitas modul IPA untuk menanamkan sikap peduli terhadap lingkungan peserta didik sekolah dasar kelas III dengan mengunakan pendidikan emansipatoris?

1.4Tujuan

Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1.Memaparkan proses pengembangan modul IPA untuk menanamkan sikap peduli peserta didik sekolah dasar kelas III terhadap lingkungan dengan menggunakan pendidikan emansipatoris.

1.4.2 Mendeskripsikan kualitas modul IPA yang layak untuk menanamkan sikap peduli peserta didik sekolah dasar kelas III dengan menggunakan pendidikan emansipatoris.

1.5 Manfaat

Manfaat dari penelitian dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu sebagai berikut :

1.5.1 Manfaat Teoritis

1.5.1.1 Memperkaya pengetahuan yang berhubungan dengan menanamkan sikap peduli lingkungan peserta didik melalui pendidikan emansipatoris. 1.5.1.2 Mengembangkan modul pembelajaran menggunakan pendidikan

emansipatoris.

1.5.2 Manfaat Praktis

1.5.2.1 Bagi Peserta Didik

Melalui hasil penelitian ini, diharapkan dapat memudahkan peserta didik memahami sikap peduli terhadap lingkungan.

1.5.2.2 Bagi guru

Melalui hasil penelitian ini, pendidikan emansipatoris dapat dijadikan sebagai pendidikan untuk menanamkan sikap peduli peserta didik terhadap lingkungan.


(22)

1.5.2.3Bagi sekolah

Melalui hasil penelitian ini, sekolah dapat menambah bacaan atau referensi dalam menyampaikan materi menggunakan pendidikan emansipatoris.

1.5.2.4Bagi peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman langsung yaitu dapat terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan menanamkan sikap peduli lingkungan pada peserta didik, dan dalam hal pengembangan materi pembelajaran berbasis pendidikan emansipatoris.

1.6 Spesifikasi Modul

Spesifikasi Modul yang akan dihasilkan pada penelitian ini adalah modul pembelajaran IPA. Modul yang dikembangkan menggunakan Kurikulum 2013 sehingga mata pelajaran IPA terintegrasi ke dalam mata pelajaran lainnya. Modul ini bertemakan Keanekaragaman Hayati dengan KD tertentu, yaitu Bahasa Indonesia KD 3.2 dan 4.2. Matematika pada KD 3.1 dan 4.2. PPKn pada KD 3.2 dan 4.2 yang dikembangkan menurut prinsip pengembangan materi Tomlinson. Modul ini berbasis Pendidikan Emansipatoris yang mencangkup aspek humanisasi,kesadaran kritis,dan dialog. Langkah pembelajaran berdasarkan PPD yang di dalamnya memuat pendekatan saintifik.

1.7 Definisi Operasional

1.7.1 Modul adalah program pembelajaran yang sudah disusun secara sistematis yang berisi dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi kepada peserta didik.

1.7.2 IPA adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan alam semesta, yang meliputi gejala-gejala alam dan merupakan hasil dari observasi dan eksperimen yang disusun sedemikian rupa sehingga menjadi teratur.


(23)

1.7.3 Sikap peduli lingkungan adalah sikap yang selalu berusaha untuk menghargai alam, dengan cara melaksanakan kewajiban dalam melestarikan alam lingkungan, sehingga mencapai tujuan agar tidak terjadi kerusakan alam.

1.7.4 Pendidikan emansipatoris adalah suatu pendidikan yang selalu menekankan humanisasi untuk peserta didik , mampu membuat peserta didik memiliki kesadaran kritis , dan membantu menemukan realitas dari proses dialog antara guru dan peserta didik.


(24)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini terdiri dari empat bagian, yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Paradigma Pendidikan Dominikan

2.1.1.1Filosofi Paradigma Pendidikan Dominikan (PPD)

Filosofi PPD adalah kerangka berpikir atau dasar pemikiran PPD yang mendasari PPD. Kerangka berpikir atau dasar pemikiran PPD digali dan diambil dari kehidupan Santo Dominikus sendiri. Melalui cara atau gaya hidup Santo Dominikus, diyakini dan menjadi pegangan hidup para pengikutnya. Secara khusus dalam dunia pendidikan semangat, cara hidup Santo Dominikus tersebut menjadi pegangan dalam melaksanakan tahap-tahap PPD yang menjadi lingkaran tanpa putus. Smith (2004:7) menyatakan bahwa apapun pendekatan dominikan dalam pendidikan harus berakar dan merefleksikan semangat dan visi Santo Dominikus. Kehidupan Santo Dominikus menjadi filosofi dalam Paradigma Pendidikan Dominikan (PPD) . Dengan begitu, pendidikan di Yayasan Santo Dominikus selalu berakar dan berakhir dengan refleksi yang berkaitan dengan semangat dan visi Santo Dominikus . Segala sesuatu dalam pelayanan pendidikan di Yayasan Santo Dominikus selalu menuju pada tujuan yaitu keselamatan jiwa-jiwa untuk diri sendiri dan keselamatan jiwa-jiwa untuk sesama.


(25)

2.1.1.2Tahap-tahap PPD

Yayasan Santo Dominikus (2012:10-13) mengatakan bahwa terdapat lima tahap dalam PPD, antara lain : (a)learning, (b)contemplating, (c) actuating, (d)sharing, (e)reflecting. Penjelasan terkait dengan tahap dalam PPD, dijelaskan sebagai berikut ini :

a. Learning

Learning adalah kegiatan aktif dengan menggunakan panca indera, motorik halus dan kasar, dan seluruh kemampuan yang dimilikinya untuk menemukan segala sesuatu yang berguna bagi hidupnya sendiri maupun sesama.

b. Contemplating

Kontemplasi merupakan sebuah tipe pengetahuan yang dimulai dan berakhir dalam kasih. Selanjutnya kontemplasi merupakan kegiatan berbicara tentang kesadaran akan kasih Allah. Melalui kontemplasi peserta didik akan melihat Allah dalam segala hal dan segala sesuatu di dalam Allah untuk keselamatan dirinya sendiri dan sesama.

c. Actuating

Selanjutnya pada tahap Actuating adalah pengambilan sikap/keputusan atas apa yang dikehendaki Tuhan yang ditemukan dalam Contemplating. d. Sharing

Tahap keempat dalam PPD adalah sharing. Sharing merupakan suatu kegiatan memberikan atau membagikan kepada orang lain buah kontemplasi (dari proses Learning, Contemplating,Actuating) .

e. Reflecting

Pada tahap Reflecting merupakan tahap terakhir dalam PPD. Pada tahap ini yang dilakukan adalah mengingat dan melihat kembali seluruh proses dari learning, contemplating, actuating, dan sharing untuk mencari makna apa yang dikehendaki Tuhan dari seluruh proses yang telah dilakukan maupun yang dialami sehingga akhirnya dapat menentukan sikap selanjutnya.


(26)

Selain itu pada tahap ini peserta didik mengingat dan melihat dirinya kembali selama ini sudah menyelamatkan dirinya sendiri dan sesama atau sebaliknya.

2.1.2 Hakikat IPA

2.1.2.1Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Hendro dalam Samatowa,2016:3). Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Powler (dalam Samatowa,2016:3) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu system, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku oleh seorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan alam semesta, yang meliputi gejala-gejala alam dan merupakan hasil dari observasi dan eksperimen yang disusun sedemikian rupa sehingga menjadi teratur. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) akan saling berkaitan satu sama lain sehingga tidak dapat berdiri sendiri

2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

IPA adalah sebagai tuntutan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat yang selalu meningkat sesuai dengan perkembangan zaman. Mata pelajaran IPA tentu saja memiliki tujuan yang diharapkan mampu dicapai oleh peserta didik. IPA memiliki tujuan sebagai berikut: (a)IPA penting bagi suatu bangsa, (b)IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang akan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk


(27)

berfikir kritis, (c)IPA memiliki nilai-nilai pendidikan yang memiliki potensi untuk membentuk kepribadian peserta didik (Samatowa 2011:4). Hal itu diperkuat dengan tujuan pembelajaran IPA menurut Laksmi (dalam Trianto:2013:142) adalah (a)memberikan pengetahuan kepada siswa, (b)menanamkan sikap hidup ilmiah, (c)memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan, (d)mendidik siswa, (e)menggunakan dan menerapkan metode ilmiah.

Melalui mata pelajaran IPA, akan disampaikan pengetahuan kepada peserta didik terkait tentang dunia sebagai tempat tinggalnya, sehingga peserta didik menjadi mengerti bagaimana cara bersikap kepada dunia yang selama ini sudah menjadi tempat tinggalnya. Peserta didik dituntut untuk berpikir kritis di karena pembelajaran IPA memberikan keterampilan bagi peserta didik untuk melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang masih dipertanyakan. Melalui kegiatan pengamatan peserta didik mengetahui sendiri hasil jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan. Selanjutnya tujuan IPA adalah mendidik peserta didik untuk mengenal, dan mengetahui cara kerja sehingga peserta didik dapat menghargai ilmuwan sebagai penemunya, dan tujuan IPA yang terakhir adalah menggunakan dan menerapkan metode ilmiah untuk memecahkan masalah. Dengan begitu ketika peserta didik akan memecahkan masalah dalam pembelajaran IPA, maka peserta didik diwajibkan untuk menggunakan metode ilmiah sehingga akan menemukan hasil dari masalah yang akan dipecahkan.

2.1.2.3IPA untuk Sekolah Dasar

Proses pembelajaran IPA di sekolah dasar hendaknya disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitifnya. Mereka perlu diberikan kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses dalam pembelajaran IPA. Keterampilan proses sains didefinisikan oleh Paolo dan Marten(dalam Samatowa,2016:5) antara lain (a)mengamati, (b)mencoba memahami apa yang diamati, (c)Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi. (d)menguji ramalan-ramalan.


(28)

Berdasarkan konsep diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di sekolah dasar seharusnya disesuaikan dengan perkembangan kognitif yang sesuai dengan umurnya. Sehingga dalam proses pembelajaran di sekolah, peserta didik tidak merasa kesulitan untuk memahami materi-materi pelajaran IPA. Selain itu dalam pelaksanaan proses pembelajaran, peserta didik harus diberikan kesempatan untuk melaksanakan seluruh keterampilan proses . Keterampilan proses yang pertama adalah mengamati. Peserta didik ketika kegiatan mengamati akan melakukan pengamatan terhadap objek yang ingin diketahui lebih mendalam. Selanjutnya peserta didik mencoba memahami dari objek yang sudah diamati. Melalui kegiatan pengamatan secara mendalam kepada suatu objek, maka peserta didik akan memperoleh pengetahuan baru yang digunakan untuk meramalkan sesuatu terkait dengan objek itu. Pengetahuan baru yang diramalkan kemudian diujikan untuk mengetahui ramalan yang terkait dengan objek itu benar atau salah.

2.1.2.4Memberdayakan Anak Melalui Pembelajaran IPA

Dalam pembelajaran IPA lebih menekankan proses pembelajaran kepada anak, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Kegiatan-kegiatan yang disusun di dalam pembelajaran IPA hendaknya memberdayakan peserta didik supaya peserta didik dapat menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru, dan akhirnya dapat mengembangkan dan mengaplikasikan kemampuan berpikir untuk memecahakan sesuatu dalam kehidupan mereka. Beberapa aspek penting yang dapat diperhatikan guru dalam memberdayakan anak melalui pembelajaran IPA antara lain : a)memahami peserta didik terlebih dahulu, b) aktivitas-aktivitas yang dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran ini dapat dilakukan di laboratorium, di kelas dengan berbagai alat bantuan belajar, bahkan di lingkungan sekolah, c)kegiatan bertanya menjadi bagian yang paling utama dalam pembelajaran IPA. d)memberikan kesempatan kepada


(29)

peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah dalam proses pembelajaran IPA (Samatowa, 2016 :10 )

Guru hendaknya memahami pengetahuan awal peserta didik supaya membantu peserta didik untuk memperbaiki pengetahuan awal mereka yang dibawa ke dalam pembelajaran untuk diperbaiki, dilengkapi, atau ditingkatkan. Pembelajaran IPA memungkinkan terjadinya pembelajaran yang aktif karena peserta didik tidak sekedar belajar di dalam kelas, namun peeserta didik dapat belajar dimana saja untuk dihadapkan langsung kepada fenomena nyata dari objek yang dipelajari. Kegiatan bertanya di dalam pembelajaran IPA hendaknya dilakukan supaya peserta didik dapat menyampaikan ide dan gagasan dan akan menciptakan pembelajaran yang aktif.

2.1.3 Pendidikan Emansipatoris

2.1.3.1Pengertian Pendidikan Emansipatoris

Pendidikan Emansipatoris adalah model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik pada objek yang dipelajari, kemudian peserta didik memahami diri dan tindakan belajarnya dengan kesadaran. (Suprijono,2016:28) Sedangkan Giroux (dalam Winarti,2015) mengatakan bahwa Pendidikan Emansipatoris dipandang sebagai pendidikan yang pergerakannya menekankan perwujudan masyarakat yang adil dan demokratis. Dalam Pendidikan Emansipatoris, peserta didik akan diarahkan untuk memahami obyek yang akan dipelajari, kemudian peserta didik akan mengetahui tindakan yang harus dilakukan kepada objek tersebut, sehingga akan menumbuhkan kesadaran. Pada pendidikan emansipatoris, peserta didik tidak hanya sekedar mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari guru, melainkan peserta didik menjadi subjek yang terlibat aktif dalam persoalan untuk menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapi.


(30)

2.1.3.2Konteks Kurikulum

Menurut Freire (dalam Kesuma,2016:154) dalam pendidikan yang baik tidak hanya a reading of the word, a reading of the text tetapi juga a reading of the world, a reading of the context. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang membuat peserta didik belajar bukan hanya dari menerima pengetahuan, sehingga menjadikan pendidikan di pandang sebagai pendepositan isi terhadap wadah kosong.

Isi kurikulum harus humanisasi. Peserta didik menemukan segala sesuatu dengan mempertanyakan terlebih dahulu terkait perintah yang diberikan, selanjutnya mengamati segala sesuatu dengan mempertimbangkan terlebih dahulu, dan proses pembelajaran menekankan peserta didik untuk berpikir kritis dengan keadaan nyata yang terjadi. Dalam pendidikan emansipatoris, proses pendidikan bukan menjadikan peserta didik sebagai wadah kosong yang selalu memaksakan kehendak kepada peserta didik untuk menjadi penerima. Sebaliknya, dalam pendidikan emansipatoris peserta didik untuk menemukan segala sesuatu harus mempertimbangkannya terlebih dahulu dengan cara berpikir kritis untuk menemukan keadaan nyata yang sebenarnya.

2.1.3.3Tiga Kata Kunci Pendikan Emansipatoris

Terdapat tiga kata kunci dalam Pendidikan Emansipatoris, antara lain: (a)humanisasi, (b)kesadaran kritis dan (c)mempertanyakan sistem. Humanisasi yang berarti dengan memberdayakan pemahaman antara kedua belah pihak yaitu antara guru dan peserta didik, dan mengembangkan kesadaran kritis relasi pribadi dengan dunia. Selanjutnya kesadaran kritis memiliki makna belajar menerima keadaan sosial, ekonomi dan politik yang bertolak belakang, dan kemudian akhirnya dapat melawan penindasan realitas. Mempertanyakan sistem memiliki makna bahwa dalam pendidikan emansipatoris, baik guru maupun peserta didik keduanya adalah pembelajar. Ketika terjadi dialog, maka pemahaman dan pengalaman akan realitas kedua belah pihak pun berkembang. Pada saat proses berdialog, akan terjadi


(31)

perubahan pemahaman antara kedua belah dan menciptakan suatu pemahaman yang baru. Dengan begitu peserta didik dan guru akan menjadi teman yang saling memberdayakan (Winarti, 2015:53).

Ditambahkan oleh Freire (Kesuma,2016:159-160), bahwa terdapat tiga pemikiran fundamental antara lain : (a)humanisasi, (b)kesadaran, (c)mempertanyakan sistem. Humanisasi adalah proses orang menjadi subjek yang dapat membuat keputusan untuk menjalani kehidupannya. Selanjutnya inti dari pendidikan humanisasi adalah pembangkitan kesadaran kritis. Kesadaran adalah sebuah totalitas-penalaran, perasaan, keinginan, kesadaran akan diri sendiri dan dunia,. Kemudian, pemikiran fundamental terakhir menurut Freire adalah dialog. Dialog merupakan sentral dari proses pendidikan transformatif, kritis, pembebasan. Melalui proses dialog antara peserta didik dan guru akan saling berbagi pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki, sehingga akan menjadi suatu pemahaman yang baru.

2.1.4 Kurikulum 2013

2.1.4.1Pengertian Kurikulum

Dalam pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan , isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Caswell (dalam Kurniasih,2014:5) kurikulum merupakan seluruh pengalaman dari anak yang berada dalam pengawasan guru. Selanjutnya menurut Sunarti (2014:1) Kurikulum 2013 memadukan tiga konsep yang menyeimbangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana pembelajaran yang meliputi tujuan dari pendidikan yang akan dicapai, beserta isi bahan pelajaran dengan memadukan beberapa konsep yaitu sikap,


(32)

keterampilan, dan pengetahuan. Isi dari perangkat pembelajaran tersebut akan digunakan untuk melakukan proses pembelajaran di sekolah dengan pengawasan guru. Berdasarkan cara yang digunakan di dalam program pendidikan, peserta didik dapat melakukan kegiatan pembelajaran sebagai pengalaman, sehingga mereka terdorong untuk berkembang sesuai dengan target pencapaian.

2.1.4.2Ciri Kurikulum 2013

Setiap kurikulum memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda. Ciri kurikulum 2013 adalah menuntut guru untuk lebih banyak mencari pengetahuan sehingga akan memiliki pengetahuan yang lebih. Begitu pula dengan peserta didik dituntut untuk lebih memiliki tanggung jawab untuk lingkungan, interpersonal dan antarpersonal, serta mampu berpikir kritis. Kurikulum 2013 juga bertujuan untuk membentuk generasi selanjutnya yang lebih produktif, kreatif, dan inovatif . Dalam pembelajaran tematik integratif di Sekolah Dasar mata pelajaran IPA dan IPS dimasukkan ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. (Kurniasih,2014:22)

2.1.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 memiliki kelebihan dan kekurangan selama proses pelaksanaannya. Kelebihan dan kekurangan dari kurikulum 2013 antara lain: kurikulum 2013 menuntut peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Penilaian dalam kurilulum 2013 meliputi seluruh aspek yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pada proses pelaksanaannya juga akan mempermudah guru karena semua dokumen kurikulum sudah disiapkan oleh pemerintah. Kelebihan lainnya adalah adanya pendidikan karakter yang sudah diintegrasikan pada seluruh mata pelajaran.


(33)

Dibalik kelebihan yang dimiliki kurikulum 2013, terdapat kekurangan-kekurangan dalam proses pelaksanaannya antara lain: masih ada beberapa guru tidak menguasai kurikulum 2013 dengan baik sehingga guru kesulitan dalam membuat penilaian dan merancang RPP. Di dalam kurikulum 2013 ini materi terlalu banyak sehingga materi kurang disampaikan dengan baik dan waktu belajar di sekolah menjadi lama. Kekurangan lainnya yang dimiliki adalah guru tidak dilibatkan dalam penyusunan pengembangan kurikulum 2013(Kurniasih 2014:40-41).

2.1.5 Karakteristik Peserta Didik Kelas III

2.1.5.1Kesesuaian Pembelajaran Dengan Karakteristik Anak

Karakteristik peserta didik rata-rata di Indonesia dapat dikategorikan yaitu 6 tahun-12 tahun. Pengalaman langsung memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung anak terjadi secara spontan dari kecil (sejak lahir) sampai berumur 12 tahun (Piaget dalam Samatowa1996:28). Usia 7-11 tahun adalah masa konkreto prerasional. Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan berbagai macam tugas yang konkret (Sunarto,dkk, 2002:24). Karakteristik peserta didik khususnya kelas III yang rata-rata di Indonesia adalah berumur 8 tahun, sudah mampu melakukan berbagai macam tugas melalui pengalaman langsung. Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran, yang di dalam kegiatan pemerolehan pengetahuan mengandung unsur pengalaman supaya peserta didik dapat menemukan pengetahuan dan pemahaman secara nyata.


(34)

2.1.6 Sikap Peduli Lingkungan

2.1.6.1Pengertian Sikap Peduli Lingkungan

Dewasa ini sikap peduli lingkungan sangat dibutuhkan. Terlihat bahwa terjadi ketidakseimbangan ekosistem akibat kerusakan lingkungan. Dengan demikian sikap peduli lingkungan dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk menjaga dan melestarikan alam sekitar. Samani, dkk (2013:54) mengatakan bahwa peduli lingkungan adalah menghargai alam lingkungan dengan berkewajiban melestarikan fungsinya agar terjadi kehidupan yang berkelanjutan, jauh dari pencemaran lingkungan. Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi (Wibowo dalam Kurniawan,2013:41). Berdasarkan teori-teori tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap peduli lingkungan adalah sikap yang selalu berusaha untuk menghargai alam dengan cara melaksanakan kewajiban untuk melestarikan alam lingkungan, sehingga pada akhirnya mampu mencapai tujuan yaitu tidak terjadi kerusakan alam. Alam dapat menjalankan fungsinya untuk mencukupi kebutuhan manusia dalam kehidupan yang berkelanjutan.

2.1.6.2Indikator Peduli Lingkungan

Berdasarkan pengertian dari sikap peduli lingkungan, maka banyak sikap yang harus dikembangkan untuk mewujudkan sikap peduli peserta didik dalam melestarikan dan merawat lingkungan di sekitarnya. Menurut Salim (1986:234) hal- hal yang dapat dilakukan untuk mengupayakan pelestarian lingkungan hidup dalam kehidupan sehari-hari adalah: (1)peningkatan kesehatan lingkungan, (2)kebersihan di dalam rumah, (3)usaha hemat energi, (4)pemanfaatan kebun atau pekarangan, (5)penanggulangan sampah. Ditambahkan oleh Zubaedi (2011:93) dengan menyebutkan bahwa berakhlak terhadap alam dapat dilakukan manusia dengan


(35)

upaya-upaya pelestarian alam sebagai berikut : (1)melarang penebangan pohon secara liar, (2)melarang perburuan binatang secara liar, (3)melakukan reboisasi (penghijauan), (4)membuat cagar alam dan suaka margasatwa, (5)menerapkan tata guna lahan yang lebih sesuai. (6)memberikan pengertian yang lebih baik perlunya menjaga lingkungan kepada seluruh lapisan masyarakat dan, (7)memberikan sanksi-sanksi tertentu kepada pelanggar-pelanggar.

Indikator-indikator tersebut dapat peneliti jelaskan sebagai berikut: (1)untuk meningkatkan kesehatan lingkungan,peserta didik dapat ikut membersihkan selokan, (2)selanjutnya peserta didik dapat menjaga kebersihan di dalam rumah dengan membersihkan dapur, (3)peserta didik dapat menghemat energi dengan menghemat listrik, menghemat pemakaian air yaitu dengan memadamkan lampu yang sudah tidak terpakai dan menutup kran serta tidak membiarkan air mengalir dan menetes, (4)peserta didik dapat memanfaatkan kebun atau perkarangan rumahnya untuk ditanami tumbuhan untuk tujuan penghijauan, (5)antar peserta didik dapat memberikan pengertian tentang perlunya menjaga lingkungan, (6)peserta didik dapat melakukan kegiatan penanggulangan sampah yang dapat dilakukan dengan membakar sampah, membuang sampah pada tempatnya

2.1.7 Modul

2.1.7.1 Pengertian Modul

Dalam konteks pendidikan, modul adalah paket atau program belajar mengajar, mulai dari perencanaan ,pelaksanaan,sampai ke evaluasi terhadap dampak hasil pelaksanaan (Rahardi:2016,16). Modul adalah lembaran tertulis berisi materi pelajaran yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat dipakai belajar siswa secara mandiri (Wiyanto:2012,41). Modul yang baik mencangkup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dikemas secara sistematis. Modul yang baik juga harus mampu mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki seperti ruang, waktu, dan


(36)

daya perkembangan peserta didik. Modul yang dibuat diharapkan akan mampu menjadikan peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

2.1.7.2 Kriteria Materi

Menurut Tomlinson (1998:170-173) kriteria materi pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut : (1) Materials should achieve impact. (2) Materials should help learners feel at ease. (3) Materials should help learners to develop confidence. (4)What is being taught should be perceived by learners as relevant and useful. (5)Materials should require and facilitate learners self-investment. (6)Learners must be ready to acquire the points to be taught. (7) Materials should expose the learners to language in authentic use. (8)The learners attention should be drawn to linguistic feature of the input. (9)Materials should provide the learners with opportunities to use the target language to achieve communicatative purpose. (10)Materials should take into account that the positive effects of instruction are usually delayed. (11)Materials should take into account that learners have different learning styles. (12)Materials should take into account that learners differ in affective attitude. (13)Materials should permit a silent period at the beginning of instruction. (14)Materials should maximize learning potential by encouraging intellectual, aesthetic and emotional involvement which stimulates both right and left brain activities. (15)Materials should not rely too much on controlled practice. (16)Materials should provide opportunities for outcome feedback.

Prinsip Tomlinson diatas adalah pengembangan materi Bahasa. Peneliti menentukan 9 prinsip dari 16 prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson.

Prinsip pertama pengembangan materi menurut Tomlinson di atas, dapat disimpulkan bahwa materi harus mencapai dampak atau pengaruh dari tujuan yang sudah ditentukan. Materi yang dibuat harus membuat peserta didik merasa nyaman


(37)

dalam mempelajari materi sehingga akan muncul perasaan senang dalam diri peserta didik sehingga akan memenuhi prinsip kedua.

Prinsip ketiga adalah materi yang dikembangkan dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan percaya diri sehingga kegiatan-kegiatan disesuaikan untuk mengembangkan kepercayaan diri. Materi yang dapat mengembangkan kepercayaan diri adalah materi yang mampu mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Prinsip keempat adalah materi yang diberikan juga harus relevan untuk peserta didik, sehingga materi harus disesuaikan dengan kemampuan peserta didik .

Prinsip kelima yang digunakan adalah peserta didik dapat mengembangkan kepribadiannya melalui materi. Peserta didik juga harus memperoleh poin-poin pengetahuan yang didapatkan dalam proses pembelajaran sehingga akan berguna untuk kehidupan selanjutnya, sehingga dapat mencapai prinsip keenam.

Prinsip ketujuh adalah materi dapat mengembangkan potensi yang mencangkup intelektual, estetika, dan emosional menggunakan otak kiri dan otak kanan. Prinsip kedelapan yaitu melalui materi peserta didik dapat melakukan umpan balik atau aksi yang akan dilakukan dari proses pembelajaran. Peserta didik memiliki perbedaan sikap yang saling berbeda dengan yang lain, sehingga materi diharapkan terdapat kegiatan-kegiatan kelompok yang memungkinkan antar peserta didik daling bekerjasama.

2.2 Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan ini dapat dipaparkan sebagai berikut.

2.2.1 Penelitian Tentang Pengembangan Modul IPA

Ditasari,dkk (2013) melakukan penelitian yang berjudul Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Terpadu Berpendekatan Keterampilan Proses Pada Tema


(38)

Dampak Limbah Rumah Tangga Terhadap Lingkungan Untuk SMP Kelas VIII. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan keefektifan modul pembelajaran IPA Terpadu berpendekatan keterampilan proses pada tema dampak limbah rumah tangga terhadap Lingkungan untuk SMP kelas VIII. Penelitian menggunakan metode Research and Development (R&D).Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul termasuk dalam kriteria layak digunakan tanpa revisi berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh pakar. Hasil tanggapan penggunaan modul oleh guru dan siswa termasuk dalam kriteria sangat menarik. Hasil belajar siswa pada skala besar mencapai 87,5% siswa tuntas belajar, menunjukkan adanya hasil yang signifikan karena hasil thitung > ttabel dan n- gain termasuk dalam kategori

tinggi.

2.2.2 Penelitian Tentang Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan

Trahati,dkk (2015) melakukan penelitian yang berjudul Implementasi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tritih Wetan 05 Jeruk Legi Cilacap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tritih Wetan 05 Jeruklegi Cilacap. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dengan reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Negeri Tritih Wetan 05 dilaksanakan melalui (1) Pengembangan kurikulum sekolah meliputi program pengembangan diri, pengintegrasian dalam mata pelajaran, dan budaya sekolah. (2) Pengembangan proses pembelajaran kelas, sekolah, dan luar sekolah. (3) Pengembangan kesehatan sekolah meliputi pemeliharaan ruang dan bangunan, pencahayaan dan ventilasi udara ruang kelas yang memadai, pengelolaan fasilitas sanitasi, kantin/warung, pencegahan lingkungan dari jentik nyamuk, larangan dan penyuluhan bahaya rokok, dan dan promosi hygieni dan sanitasi.


(39)

2.2.3 Penelitian Tentang Problem Possing

Herawati,dkk (2010) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pembelajaran Problem Posing Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 6 Palembang. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematika antara siswa pada kelas yang memperoleh pembelajaran problem posing dengan siswa pada kelas yang memperoleh pembelajaran konvensional. (2) Mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematika antara siswa dalam kelompok tinggi, sedang dan rendah ditinjau dari tingkat penguasaan matematika. (3) Mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan tingkat penguasaan matematika dalam kemampuan pemahaman konsep matematika. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan unit-unit penelitian ditentukan berdasarkan kelompok pembelajaran dan tingkat penguasaan matematika siswa. Kelompok pembelajaran dibedakan menjadi dua yaitu pembelajaran problem posing dan pembelajaran konvensional. Sedangkan tingkat penguasaan matematika siswa dibedakan ke dalam kelompok tinggi, sedang dan rendah.. Sampel penelitian adalah kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematika antara siswa yang memperoleh pembelajaran problem posing dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. (2) Terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematika antara siswa pada kelompok tinggi dan sedang serta tinggi dan rendah. Tetapi tidak terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematika antara siswa pada kelompok sedang dan rendah. (3) Terdapat interaksi antara pembelajaran (Problem Posing dan Konvensional) dengan tingkat penguasaan matematika siswa dalam kemampuan pemahaman konsep matematika. Interaksi terjadi antara pembelajaran (PP dan KV) dengan tingkat penguasaan matematika siswa pada kelompok tinggi dan sedang serta tinggi dan rendah dalam kemampuan pemahaman konsep matematika. Tetapi tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (PP dan KV) dengan tingkat penguasaan matematika siswa dalam kelompok sedang dan rendah.


(40)

Berikut adalah literatur map dari penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

bagan 2.1 literature map

2.3 Kerangka Berpikir

Lingkungan saat ini semakin mengalami kerusakan yang semakin hari semakin mengkhawatirkan. Kerusakan lingkungan diawali dari sikap peduli masyarakat yang masih kurang baik. Dengan demikian pendidikan saat ini sedang berusaha untuk membenahi lingkungan dengan mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pembelajaran. Melalui analisis kebutuhan yang dilakukan peneliti peserta didik kelas III Eksistensial SD Joannes Bosco juga terlihat kurang baik dalam sikap peduli Pengembangan Modul IPA Pendidikan Karakter (Peduli Lingkungan) Pendidikan Emansipatoris

Ditasari , Peniati, dan Kasmui (2013) melakukan penelitian yang berjudul Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Terpadu Berpendekatan

Keterampilan Proses Pada Tema Dampak Limbah Rumah Tangga Terhadap Lingkungan Untuk SMP Kelas VIII

Trahati dan Rimadhani (2015) melakukan penelitian yang berjudul Implementasi Pendidikan Karakter Peduli

Lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tritih Wetan 05 Jeruk Legi Cilacap

Herawati, Siroj,dan Basir (2010) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pembelajaran

Problem Posing

Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 6 Palembang

Yang perlu diteliti :

Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Kelas III Eksistensial Sekolah Dasar Berbasis Penddidikan Emansipatoris Untuk


(41)

lingkungan. Peneliti melihat sebagian peserta didik membuang sampah bekas makanan di sekitar kelas, padahal dari pihak sekolah sudah menyediakan tempat sampah yang berada di dalam maupun di luar kelas. Sebagian peserta didik juga tidak mengikuti kegiatan piket. Mereka memilih untuk segera pulang daripada melaksanakan kegiatan piket kelas. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada kepala sekolah dan guru juga menjelaskan bahwa tidak terdapat kegiatan atau aksi lingkungan yang dilakukan oleh peserta didik karena dalam pengelolaan lingkungan sekolah sudah diatur oleh petugas kebersihan.

Hasil dari analisis kebutuhan peserta didik, membuat peneliti tertarik untuk mengembangkan materi yang bertujuan menanamkan sikap peduli lingkungan kepada peserta didik kelas III Eksistensial. Peneliti kemudian mengembangkan materi di dalam modul IPA berbasis pendidikan emansipatoris untuk menanamkan sikap peduli lingkungan di sekolah dasar khususnya kelas III.

2.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan peneliti sebagai berikut :

2.4.1 Bagaimana proses pengembangan modul IPA untuk menanamkan sikap peduli lingkungan untuk peserta didik kelas III dengan Pendidikan Emansipatoris?

2.4.1.1. Bagaimana tahap-tahap pengembangan modul IPA SD untuk menanamkan sikap peduli lingkungan di kelas III Eksistensial melalui implementasi Pendidikan Emansipatoris?


(42)

2.4.2 Bagaimana kualitas modul IPA untuk menanamkan sikap peduli lingkungan untuk peserta didik kelas III dengan Pendidikan Emansipatoris menurut ahli? 2.4.2.1Bagaimana kualitas modul IPA menurut ahli IPA?

2.4.2.2Bagaimana kualitas modul IPA menurut ahli PPD?


(43)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Material Development. Material Development merupakan pengembangan materi pada sebuah bidang studi yang menggunakan prinsip-prinsip serta prosedur digunakan untuk mencapai bahan ajar. (Tomlinson,2011:170). Oleh karena itu bentuk penelitian ini menggunakan Material Development, karena penelitian ini lebih fokus pada pengembangan materi.

Dari uraian diatas, dapat dijelaskan perbedaan antara Material Development dengan Research and Development. Material Development adalah pengembangan materi dari analisis kebutuhan, sedangkan Research and Development adalah pengembangan produk dari masalah yang ditemukan. Untuk lebih lanjut, bisa dibandingkan dengan Research And Development (Rnd) menurut Sugiyono.

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah langkah pengembangan materi menurut Tomlinson (dalam Harsono,2007). Kelima langkah pengembangan materi meliputi : 1)analisis kebutuhan, 2)desain, 3)revisi, 4)implementasi, 5)evaluasi. Instrumen dan materi yang disusun di penelitian ini dilakukan evaluasi oleh para ahli. Langkah pengembangan materi menurut Tomlinson dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut.

3.1.1 Analisis Kebutuhan

Menentukan tujuan yang akan dicapai sebagai langkah awal pengembangan materi. Selanjutnya mencari tahu sejauh mana peserta didik sudah melakukan tujuan yang sudah dicapai. Dari langkah tersebut, ditemukan analisis kebutuhan yang masih kurang dari peserta didik untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.


(44)

3.1.2 Desain

Langkah-langkah desain termasuk perumusan materi sesuai target kebutuhan. materi harus mempertimbangkan keakuratan yang meliputi pemilihan kata dan huruf, judul, sistem pengajaran yang diberikan penilaian untuk melihat kelayakan modul sebelum implementasi.

3.1.3 Revisi

Materi harus didasarkan pada analisis kebutuhan yang diperoleh untuk mencapai tujuan. Jika bahan ajar belum sesuai dengan kriteria kelayakan modul untuk pencapaian tujuan yang sudah ditentukan , maka dilakukan revisi.

3.1.4 Implementasi

Setelah memiliki rancangan lengkap berupa bahan ajar, guru menerapkan materi kepada peserta didik dalam situasi yang nyata.

3.1.5 Evaluasi

Dari implementasi yang telah dilakukan, ditemukan kelemahan dan kelebihan bahan ajar.

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah peserta didk kelas III Eksistensial di SD Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017. Peserta didik yang diteliti berjumlah 24 orang.

3.2.2 Objek Penelitian

Penelitian pengembangan produk berupa modul IPA yang menanamkan karakter sikap peduli lingkungan.


(45)

3.2.3 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di SD Joannes Bosco Yogyakarta. Sekolah tersebut beralamat di Jalan Melati Wetan No.51, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta.

3.2.4 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dari bulan Agustus 2016-Januari 2017.

3.3 Prosedur Pengembangan

Berdasarkan langkah pengembangan menurut Tomlinson (dalam Harsono, 2007), terdapat lima langkah yang harus dilakukan dalam penelitian dan pengembangan ini. Langkah-langkah modifikasi yang dilakukan oleh peneliti akan dijelaskan sebagai berikut :

3.3.1 Analisis Kebutuhan

Langkah pengembangan yang pertama adalah peneliti membuat tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik yaitu menanamkan sikap peduli lingkungan. Selanjutnya peneliti menganalisis kebutuhan peserta didik yaitu dibagi ke dalam sosial, ekonomi, dan pendidikan yang diperoleh melalui wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas III Eksistensial, observasi, dan penyebaran kuesioner kepada 24 peserta didik di kelas III Eksistensial. Langkah selanjutnya peneliti mengidentifikasi kebutuhan yang diperlukan peserta didik untuk diterapkan ke dalam modul yang akan dibuat.

Setelah mengetahui analisis kebutuhan peserta didik, peneliti menganalisis kebutuhan peserta didik dari analisis kebutuhan yang sudah didapatkan untuk menentukan langkah pembelajaran yang akan dibuat di dalam modul. Langkah pembelajaran awal yang dibuat di dalam modul adalah merancang Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator.


(46)

3.3.2 Desain

Langkah selanjutnya setelah menentukan Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator adalah mengembangkan materi di dalam modul menggunakan prinsip pengembangan bahan ajar menurut Tomlinson yang merupakan ahli bahasa. Prinsip pengembangan bahan ajar dari Tomlinson terdiri dari 16. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya mengadaptasi 9 prinsip yang digunakan sebagai pengembangan materi menurut Tomlinson (dalam Harsono,2007:170-173). Adapun prinsip yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1) Materials should achieve impact. 2) Materials should help learners to develop confidence. 3)What is being taught should be perceived by learners as relevant and useful. 4)Materials should require and facilitate learners self-investment. 5) Learners must be ready to acquire the points to be taught. 6) Materials should help learners feel at ease. 7) Materials should take into account that learners different in affective attitudes. 8) Materials should maximize learning potential by encouraging intellectual, aesthetic, and emotional involvement which stimulates both right and left brain activities. 9) Materials should provide opportunities for outcome feedback. Setelah mengembangkan materi menggunakan 9 prinsip Tomlinson, langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah mengembnagkan materi di dalam modul. Peneliti mendiskripsikan isi modul yang mencangkup strategi pembelajaran dan meliputi pendekatan yang digunakan di dalam modul. Setelah modul sudah jadi, selanjutnya peneliti membuat instrumen penilaian yang akan digunakan untuk acuan penilaian oleh para ahli. Kemudian modul diberikan kepada para ahli untuk dilakukan penilaian yang bertujuan agar modul lebih baik lagi.

3.3.3 Revisi

Hasil dari penilaian yang diberikan para ahli, kemudian digunakan sebagai acuan untuk dilakukannya revisi. Kekurangan dari modul diperbaiki sesuai dengan kritik dan saran yang diberikan oleh ketiga para ahli.


(47)

3.3.4 Implementasi

Modul yang sudah di revisi oleh peneliti berdasarkan kritik dan saran dari para ahli, kemudian diujicobakan untuk mengetahui kualitas dari modul yang dihasilkan sesuai dengan tujuan untuk menanamkan sikap peduli lingkungan. Uji coba dilakukan di kelas III Eksistensial SD Joannes Bosco Yogyakarta.

3.3.5 Evaluasi

Setelah modul diimplementasikan, langkah selanjutnya adalah evaluasi untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan modul. Selain observasi pada saat implementasi, evaluasi juga dilakukan dengan wawancara peserta didik.


(48)

(49)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian, karena metode ini merupakan strategi atau cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitiannya (Widoyoko, 2012:33). Dalam penelitian pengembangan ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

3.4.1 Wawancara

Menurut Widoyoko (2012:40-44) wawancara merupakan suatu proses tanya jawab atau dialog secara lisan antara pewawancara (interviewer) dengan responden atau orang yang diinterviu (interview) dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, dimana jawaban dari responden tidak dibatasi. Peneliti juga hanya menggunakan pertanyaan secara garis besar, namun dapat dikembangkan pada saat wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur. Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh analisis kebutuhan peserta didik yang terdiri dari tiga aspek yaitu latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan peserta didik. Wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah SD Joannes Bosco Yogyakarta, guru kelas III Eksistensial. Selanjutnya wawancara juga dilakukan setelah implementasi modul dan dilakukan kepada 3 peserta didik di kelas III Eksistensial untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan modul.

3.4.2 Kuesioner

Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan pengguna. (Widoyoko,2012:33). Kuesioner dibagi menjadi dua jenis, yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang bisa dijawab/direspon secara bebas oleh responden. Kuesioner


(50)

tertutup adalah kuesioner yang jumlah item dan alternatif jawaban maupun responnya sudah ditentukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket tertutup, yaitu peneliti sudah menyediakan alternatif jawaban yang bisa dipilih oleh responden. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang terdiri dari tiga aspek yaitu latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan untuk memperoleh analisis kebutuhan 24 peserta didik kelas III Eksistensial dalam pembuatan modul. Selain itu kuesioner juga digunakan untuk penilaian kelayakan modul oleh tiga ahli.

3.4.3 Observasi

Widoyoko (2012, 46) menyatakan bahwa observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek penelitian.

Menurut Widoyoko (2012,47-49) observasi dibedakan menjadi 2 yaitu observasi berperan serta (participant observation), dan observasi non partisipan (Non participant observation). Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang melakukan observasi (observer) turut ambil bagian dalam kegiatan atau terlibat secara langsung dalam aktivitas orang-orang yang sedang diobservasi (observees). Sedangkan observasi disebut observasi non partisipan jika orang yang melakukan observer tidak turut ambil bagian dalam kegiatan atau tidak terlibat secara langsung dalam aktivitas orang-orang yang sedang diobservasi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non partisipan karena peneliti tidak terlibat secara langsung dalam aktivitas siswa yang sedang diamati. Peneliti hanya mengamati, mencatat, menganalisis kemudian menyimpulkan perilaku siswa yang sudah diobservasi. Observasi dilakukan peneliti kepada seluruh peserta didik kelas III Eksistensial. Kegiatan observasi dilakukan pada saat peserta didik kelas III Eksistensial sedang beristirahat atau selama proses pembelajaran untuk mengetahui seberapa jauh perilaku peduli lingkungan yang dimiliki oleh peserta didik. Observasi juga dilakukan untuk mengetahui kekurangan modul setelah implementasi.


(51)

3.5 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran (Widoyoko,2012:51).

Instrumen yang digunakan di dalam penelitian ini adalah wawancara, dan kuesioner. Gambaran umum tentang instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel kisi-kisi yang ada di bawah ini

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Umum Instrumen Penelitian

No Data Subjek Instrumen

1. Analisis Kebutuhan Peserta didik kelas III Eksistensial SD Joannes Bosco yang berjumlah 24 peserta didik.

Kuesioner

Guru Kelas III

Eksistensial SD Joannes Bosco.

Pedoman pertanyaan wawancara Kepala Sekolah SD

Joannes Bosco.

Pedoman pertanyaan wawancara

Observasi Observasi

2. Penilaian modul IPA 1 Dosen Ahli Kuesioner Penilaian Modul

1 Ahli PPD Kuesioner

Penilaian Modul 1 Guru kelas III

Eksistensial SD Joannes Bosco.

Kuesioner Penilaian Modul

3. Evaluasi Modul 3 peserta didik kelas III Eksistensial SD Joannes Bosco.

24 peserta didik kelas III

Pedoman pertanyaan wawancara


(52)

No Data Subjek Instrumen Eksistensial SD Joannes

Bosco

Observasi

Daftar pertanyaan wawancara digunakan untuk mengetahui latar belakang sosial,ekonomi, dan pendidikan peserta didik. Lembar kuesioner dibagikan kepada 24 peserta didik kelas III Eksistensial untuk mengetahui latar belakang sosial,ekonomi,dan pendidikan. Lembar kuesioner juga diberikan kepada ahli IPA, ahli PPD, dan guru kelas III untuk mengetahui kelayakan modul sebelum implementasi. Berikut ini adalah wawancara analisis kebutuhan peserta didik. Kisi-kisi wawancara dan daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan kepala sekolah, guru serta kisi-kisi kuesioner dan instrumen kuesioner analisis kebutuhan siswa dan penilaian kelayakan modul dapat dilihat pada tabel 3.2, 3.3, 3.4, 3.5, 3.6, 3.7, 3.8, 3.9, 3.10, 3.11.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan Peserta Didik dengan Kepala Sekolah

No Aspek No. Pernyataan

1. Kegiatan yang dilakukan 1

2. Pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan hidup

2

3. Kualitas kelulusan peserta didik 3

4. Rata-rata ekonomi orang tua/wali 4

5. Pekerjaan orang tua/wali 5

6. Kurikulum 6

7. Model/pendekatan 7


(53)

Setelah peneliti membuat kisi-kisi wawancara analisis kebutuhan peserta didik dengan kepala sekolah, peneliti selanjutnya membuat daftar pertanyaan.

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan Peserta Didik dengan Kepala Sekolah

No Daftar Pertanyaan Jawaban

1. Apa saja kegiatan yang dilakukan peserta didik berkaitan dengan pelestarian lingkungan di sekolah?

2. Bagaimana pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan hidup yang ada di sekolah? 3. Bagaimana kualitas kelulusan SD Joannes

Bosco Yogyakarta setiap tahun?

4. Bagaimana rata-rata ekonomi orang tua/wali peserta didik SD Joannes Bosco Yogyakarta?

5. Apa pekerjaan sebagian besar orang tua/wali peserta didik SD Joannes Bosco? 6. Apa kurikulum yang digunakan di SD

Joannes Bosco Yogyakarta?

7. Apa model/pendekatan yang digunakan di SD Joannes Bosco Yogyakarta?

8. Apa visi dan misi SD Joannes Bosco Yogyakarta?


(54)

Tabel 3.4 Kisi – Kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan dengan Guru Kelas III

No Aspek No. Pernyataan

1. Metode 1

2. Peran peserta didik 2

3. Integrasi IPA 3,4

4. Pekerjaan Orang Tua/Wali 5

Setelah peneliti membuat kisi-kisi wawancara analisis kebutuhan peserta

didik dengan guru kelas III, peneliti selanjutnya membuat daftar pertanyaan wawancara.

Tabel 3.5 Pedoman wawancara Analisis Kebutuhan dengan Guru Kelas III

No Daftar Pertanyaan Jawaban

1. Apa metode yang digunakan dalam proses pembelajaran?

2. Bagaimana peran peserta didik dalam menjaga dan melestarikan lingkungan? 3. Bagaimana mengintegrasikan

pembelajaran IPA untuk kelas III dalam pembelajaran tematik?

4. Apakah di setiap tema terintegrasi IPA ? 5. Apa pekerjaan sebagian besar orang


(55)

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kualitas Modul Kepada Peserta Didik

No Aspek No. Pernyataan

1. Pemahaman 2. Manfaat 3. Kesulitan 4. Aksi 5. Perasaan

Setelah peneliti membuat kisi-kisi wawancara kualitas modul dengan peserta didik, peneliti selanjutnya membuat daftar pertanyaan.

Tabel 3.7 Pedoman Wawancara Kualitas Modul Kepada Peserta Didik

No Daftar Pertanyaan Jawaban

1. Apa kamu paham mengerjakan soal-soal latihan yang ada di dalam modul ? 2. Apa manfaat yang kamu dapatkan

setelah mengerjakan modul ?

3. Apa kesulitan yang kamu alami pada saat mengerjakan modul ?

4. Apa yang akan kamu lakukan

selanjutnya setelah mempelajari tentang perkembangbiakan tumbuhan ?

5. Bagaimana perasaanmu saat belajar menggunakan modul itu? Mengapa?


(56)

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan

No Aspek No. Pernyataan

1. Latar belakang sosial 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,1 8,19

2. Latar belakang ekonomi 20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30 3. Latar belakang pendidikan 31,32,33,34,35,36

Setelah peneliti membuat kisi-kisi instrumen kuesioner analisis kebutuhan peserta didik, peneliti selanjutnya menyususn item pernyataan di dalam angket. Berikut ini adalah instrumen kuesioner analisis kebutuhan.

Tabel 3.9 Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan

No Pernyataan Ya Tidak

1 Saya pernah mengikuti kerja bakti di sekolah 2 Saya pernah mengikuti kerja bakti dirumah

3 Peranan saya di dalam masyarakat adalah menjaga lingkungan sekitar.

4 Saya selalu menyapu halaman setiap hari

5 Saya sangat termotivasi untuk menjaga lingkungan sekitar

6 Saya merusak tanaman yang ada di lingkungan sekitar

7 Saya membuang sampah botol/plastik/kaleng di tanah/sungai

8 Saya membakar sampah plastik yang sudah tidak digunakan

9 Saya selalu menyisakan makanan ketika selesai makan

10 Saya dapat mengerjakan tugas kelompok dengan baik bersama teman sekelompok

11 Saya melaksanakan piket kelas bersama dengan teman sekelompok

12 Saya dapat membagi tugas dengan teman – teman ketika membersihkan lingkungan sekolah

13 Saya mengerjakan ulangan bersama dengan teman 14 Saya pernah menanam tanaman di lingkungan


(57)

No Pernyataan Ya Tidak

15 Saya pernah mengikuti kegiatan menanam pohon bersama

16 Saya senang melihat sampah menumpuk

17 Saya merasa prihatin melihat bencana banjir, tanah longsor

18 Saya selalu membantu pekerjaan ibu di rumah 19 Saya suka bermain game sampai lupa waktu 20 Saya selalu membawa bekal dari rumah

21 Saya membawa uang saku kurang dari Rp 5.000 22 Saya membawa uang saku lebih dari Rp 5.000 23 Saya memiliki mobil satu atau lebih dari satu 24 Saya memiliki motor satu atau lebih dari satu 25 Saya memiliki televisi satu atau lebih dari satu 26 Saya senang belanja di mall

27 Setiap naik kelas saya selalu membeli tas/sepatu baru.

28 Saya lebih senang berangkat ke sekolah menggunakan kendaraan umum (angkot, bis, becak, dll)

29 Saya lebih senang berangkat ke sekolah

menggunakan kendaraan pribadi

(mobil,motor,sepeda)

30 Kedua orang tua saya bekerja

31 Selain di sekolah saya mengikuti bimbingan belajar/les

32 Saya lebih mudah mengerti materi pelajaran dengan menggunakan media

33 Saya lebih mudah mengerti materi dengan membaca buku

34 Saya mendapat nilai bagus di semua mata pelajaran 35 Saya menyukai pelajaran IPA yang berkaitan

dengan alam

36 Saya lebih suka belajar sendiri daripada belajar bersama teman


(58)

Tabel 3.10 Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner Penilaian Modul

No Aspek Indikator No Pernyataan

1. Identitas mata pelajaran

- satuan pendidikan, kelas, semester, tema, subtema, pembelajaran ke-

1

2. Kualitas Rumusan Indikator

- Perumusan kompetensi Inti - Perumusan kompetensi Dasar - Rumusan aspek kognitif - Rumusan aspek afektif - Rumusan aspek psikomotor

2,3,4,5,6

3. Perumusan tujuan pembelajar an

- Kesesuaian dengan indikator (Kognitif, afektif, psikomotorik) - Kesesuaian dengan perumusan

tujuan dengan aspek Audience, Behaviour, Condition, dan Degree - Kesesuaian dengan karakteristik

peserta didik.

7,8,9

4. Pemilihan materi ajar

- Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran

- Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik

- Keruntutan uraian materi ajar

10,11,12

5. Pemilihan media dan sumber belajar

- Kesesuaian modul dengan tujuan pembelajaran

- Kesesuaian modul dengan materi pembelajaran

- Kesesuaian modul dengan pendekatan saintifik

- Kesesuaian modul karakter peserta didik

- Melibatkan peserta didik dalam penggunaan media

- Kelengkapan komponen dalam modul (KI,KD,Indikator,Tujuan) - Penggunaan bahasa yang mudah

dipahami

13,14,15,16,17,1 8,19

7. Skenario pembelajar an

- Menampilkan kegiatan pendahuluan , inti, dan penutup dengan jelas - Keruntutan kegiatan pembelajaran

berdasarkan Pendekatan Saintifik (mengamati, menanya, menalar,

20,21,22,23,24,2 5,26,27,28,29,30


(1)

(2)

(3)

CURRICULUM VITAE

Selviana Desi Ambarwati lahir di Klaten, 13 Desember 1994. Pendidikan dasar diperoleh di Maria Assumpta, Klaten dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan menengah pertama di SMP Pangudi Luhur Klaten, lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2013 menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA N 1 Jogonalan, Klaten. Selanjutnya tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Saat menjadi mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma, peneliti mengembangkan diri di bidang akademik maupun di bidang non akademik dengan mengikuti kegiatan wajib dan kegiatan tidak wajib. Kegiatan wajib yang telah diikuti peneliti pada tahun 2014 adalah Kursus Mahir Dasar (KMD), Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I dan II. Untuk lebih mengembangkan kepribadian peneliti juga mengikuti kegiatan Week-end Moral untuk pengembangan diri. Peneliti juga mengikuti English Club yang diselengarkan oleh PGSD Universitas Sanata Dharma selama empat semester.

Selain kegiatan wajib, peneliti mengikuti kegiatan tidak wajib yaitu dengan terlibat dalam kegiatan di dalam kampus. Peneliti menjadi anggota divisi acara di Parade Gamelan Anak 2014, bendahara bidang acara di Parade Gamelan Anak 2015 dan masih banyak kegiatan yang peneliti ikuti yang tidak bisa dituliskan satu persatu.

Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir yang berjudul Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Kelas III Eksistensial Sekolah Dasar Berbasis Pendidikan Emansipatoris Untuk Menanamkan Sikap Peduli Lingkungan.


(4)

(5)

viii ABSTRAK

Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Kelas III Eksistensial Sekolah Dasar Berbasis Pendidikan Emansipatoris untuk Menanamkan Sikap Peduli

Lingkungan. Selviana Desi Ambarwati Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang berawal dari adanya analisis kebutuhan peserta didik. Kebutuhan peserta didik yang ditemukan peneliti adalah kurang baiknya sikap peduli lingkungan peserta didik kelas III Eksistensial. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan pengembangan materi IPA kelas III berbasis pendidikan emansipatoris untuk menanamkan sikap peduli lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan proses pengembangan materi dan mendeskripsikan kualitas modul IPA berbasis pendidikan emansipatoris untuk peserta didik kelas III dalam menanamkan sikap peduli lingkungan.

Jenis penelitian ini adalah pengembangan materi (Material Development) yang termasuk dalam salah satu jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development). Materi yang dikembangkan berupa Modul IPA untuk menanamkan sikap peduli lingkungan peserta didik sekolah dasar kelas III. Proses pengembangan modul ini mengikuti 5 langkah pengembangan materi dari Tomlinson (dalam Harsono,2007) yaitu (1)analisis kebutuhan, (2)desain, (3) revisi, (4)implementasi, (5)evaluasi. Modul hasil penilaian dari para ahli mendapat skor rata-rata 3,39 yang masuk ke dalam kategori sangat baik sehingga layak digunakan pada tahap implementasi.

Implementasi dilakukan kepada 24 peserta didik kelas III Eksistensial SD Joannes Bosco Yogyakarta untuk mengetahui kualitas dari modul yang dihasilkan. Setelah proses implementasi juga dilakukan kegiatan evaluasi dengan melakukan wawancara kepada 3 orang peserta didik untuk mengetahui kualitas dari modul. Dari hasil implementasi yang sudah dilakukan oleh peneliti, juga didapatkan data bahwa peserta didik kelas III Eksistensial melaksanakan tiga kunci dalam pendidikan emansipatoris. Humanisasi terjadi ketika peserta didik mencari pengetahuannya sendiri ketika menanam. Peserta didik mencoba mengisi tanah yang sesuai supaya batang singkong tidak jatuh, dan mencoba mencari tahu seberapa banyak air yang digunakan untuk menyiram tanaman. Dialog terjadi pada saat diskusi dengan kelompok untuk menemukan cara menanam yang benar. Kesadaran muncul pada saat peserta didik mengetahui manfaat dari menanam tanaman untuk lingkungan..

Kata kunci: penelitian dan pengembangan, modul IPA, sikap peduli lingkungan, pendidikan emansipatoris.


(6)

ix

ABSTRACT

The Development of Learning Science Module for Third Grade Eksistensial of Elementary School Students based on Emancipatory Education to Implant

Caring Attitude toward Environment

Selviana Desi Ambarwati Sanata Dharma University

2017

This research was research and development started from the existence of students’ need analysis. The needs of learners found by the researches is lack of caring attitude toward environment. Because of that, researcher tried to do the science material development for third grade based on emancipatory education to implant caring attitude toward environment. The purpose of this research was to explain the process of material development and describe the quality of science module for third grade students based on emancipatory education in implanting caring attitude toward environment.

This kind of research was material development which categorized as research and development. The developing material was Science module for implanting third grade students‘ of elementary school caring attitude toward environment. The process of developing this module followed 5 steps of Tomlinson’s material development (in Harsono,2007) which were (1)need analysis, (2)design, (3)revision, (4)implementation, (5)evaluation. Research result module from expertise got average score 3,39 which was categorized as excellent, so it was worth to be used in implementation stage.

The implementation has done toward 24 third grade students Eksistential of Joannes Bosco Yogyakarta elementary school in order to know the quality of the module which was resulted. After implementation process, researcher did evaluation by interviewing 3 students in order to know the quality of the module. From the results of the implementation has been done,researchers obtained data that students grade III Eksistensial implement three keys emancipatory education. Humanization happens when students looking from the their knowledge its self when plant. Students attempts fill land appropriate that stem cassava did not fall, and trying to figure out how much the water use to flush plants. Dialogue occurred at the discussion with group of to find growing the right. Awareness appeard at the time when students new know the benefit of plants to the environment.

Keywords: research and development, Science module, caring attitude toward