Pengembangan modul pembelajaran IPA kelas III humanis sekolah dasar berbasis pendidikan emasipatoris untuk menanamkan sikap peduli lingkungan.

(1)

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA KELAS III HUMANIS SEKOLAH DASAR BERBASIS PENDIDIKAN EMASIPATORIS UNTUK MENANAMKAN SIKAP PEDULI

LINGKUNGAN SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Irina Susilaningrum

NIM : 131134025

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu memberikan berkat dan karuniaNya.

Almamater Universitas Sanata Dharma

Kedua orangtuaku tersayang, Bambang Dira Susila dan Chistina Poniyem yang selalu memberikan doa, dukungan serta kasih sayang.

Adik saya Yosafat Novianto yang selalu mendampingi dan membantu. Keluarga besar saya yang selalu memotivasi dan memberi doa.

Sahabat saya Selviana Desi Ambarwati teman seperjuangan skripsi yang selalu memberi dukungan dan semangat.

Keluarga Besar SD Joannes Bosco Yogyakarta yang telah membantu terselenggaranya penelitian.

Sahabat-sahabat saya Dhimas K, There, Hesti, Siska, Gema, Ambrosisus Cahya yang telah memberi dukungan dan memotivasi.

Sahabat-sahabat sepayung Emansipatoris yang selalu memberi dukungan dan memotivasi.


(5)

MOTO

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.

1 Petrus 5:7

Ketika anda sudah bisa menertawakan diri sendiri, itu artinya anda sudah mampu belajar dari diri sendiri.


(6)

(7)

(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA KELAS III HUMANIS SEKOLAH DASAR BERBASIS PENDIDIKAN

EMANSIPATORIS UNTUK MENANAMKAN PEDULI LINGKUNGAN Irina Susilaningrum

Universitas Sanata Dharma 2017

Penelitian ini berawal dari kebutuhan guru dan peserta didik pada modul pembelajaran IPA untuk peserta didik kelas III di SD Joannes Bosco Yogyakarta. Peneliti melakukan observasi, wawancara dan penyebaran angket untuk menganalisis kebutuhan tersebut. Penelitian ini menghasilkan suatu produk berupa modul IPA berbasis Pendidikan Emansipatoris untuk menanamkan sikap peduli lingkungan. Modul pembelajaran IPA ini diimplementasikan di kelas III Humanis SD Joannes Bosco Yogyakarta dengan jumlah responden 25 peserta didik. Jenis penelitian ini adalah Material Development yang menggunakan prosedur pengembangan Tomlinson yang terdiri dari 5 langkah yaitu analisis kebutuhan, desain, revisi, implementasi dan evaluasi.

Hasil penelitian berdasarkan penilaian modul oleh kedua ahli dan guru kelas III SD Joannes Bosco Yogyakarta dari keseluruhan diperoleh rata-rata skor 3,4 dengan kategori “sangat baik”. Dengan demikian, modul yang dikembangkan berbasis Pendidikan Emansipatoris yang di dalamnya memuat Paradigma Pendidikan Dominikan (PPD) dapat dikatakan sangat baik untuk digunakan sebagai bahan ajar peserta didik kelas III Sekolah Dasar.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama implementasi modul pembelajaran IPA di SD Joannes Bosco Yogyakarta, terlihat bahwa peserta didik terdorong untuk peduli terhadap lingkungan dilihat saat kegiatan berlangsung. Wawancara setelah implementasi dilakukan kepada tiga peserta didik untuk mengetahui pendapat sebagai bahan evaluasi setelah implementasi modul. Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa peserta didik mampu memahami modul dengan baik serta akan memiliki sikap peduli lingkungan setelah belajar menggunakan modul pembelajaran IPA.

Kata kunci: pengembangan modul, Pendidikan Emansipatoris, Peduli Lingkungan.


(9)

ABSTRACT

SCIENCE LEARNING MODULE DEVELOPMENT FOR EMANCIPATORY BASED OF THIRD GRADE HUMANIS ELEMENTARY SCHOOL TO

RAISE EVIRONMENT AWARENESS Irina Susilaningrum

Sanata Dharma University

2017

This research was triggered by the teachers and students’ need for science learning module for third grade students in Johanes Bosco Yogyakarta Elementary School. The researcher conducted observation, interview, and questionnaire distribution to analyze the needs. The research produced a product in a form of Emancipatory based science module to raise environment awareness.

This science learning module was implemented in “Humanis” third grade of

Johanes Bosco Yogyakarta Elementary School with 25 student respondents. Material Development was used in this research with Tomlinson development procedure and it consisted of 5 steps, namely, need analysis, design, revision, implementation, and evaluation.

The research result was based on product assessment by the two experts and teachers of third grade Johanes Bosco Yogyakarta Elementary School. From

the whole assessment, the average score was 3,4 which was categorized “ very good”. Therefore, the developing module was very well to be used as learning

material for third grade elementary school students.

According to the observation result in the implementation of science module in Johanes Bosco Yogyakarta Elementary School, it was seen that the students, during the activity, were motivated to be aware of environment. The

interview with 3 students was done after the implementation to ask students’

opinion to evaluate the implemented module. According to the interview result, it was concluded that the students can understand the module well and they were motivated to raise awareness with the environment after having learned with science module learning application.

Keywords: module development, Emancipatory Learning, Environment Awareness.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA KELAS III

HUMANIS SEKOLAH DASAR BERBASIS PENDIDIKAN

EMANSIPATORIS UNTUK MENANAMKAN SIKAP PEDULI

LINGKUNGAN” dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dukungan dan doa kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.Pd. selaku Ketua Prodi Program Studi

PGSD.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Prodi Program Studi PGSD.

4. Eny Winarti, S.Pd, M.Hum., Ph.D. selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia memberikan waktu, tenaga, pikiran, saran, kritik serta kesabaran untuk membimbing peneliti selama menyusun skripsi ini.


(11)

5. Wahyu Wido Sari, S.Si, M.Biotech. selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia memberikan waktu, tenaga, pikiran, saran, kritik serta kesabaran untuk membimbing peneliti selama menyusun skripsi ini.

6. Drs. Y.B. Adimassana, M.A. selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan masukan dan saran.

7. T.Tri Indartanta, S.Pd. selaku Kepala Sekolah Dasar Joannes Bosco Yogyakarta, yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

8. Petrus FajarYuniantoro, S.Pd. selaku guru kelas III Humanis SD Joannes Bosco yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian dari tahap awal hingga akhir.

9. Peserta didik kelas III Humanis SD Joannes Bosco Yogyakarta 2016/2017 yang telah berpartisipasi dalam proses penelitian ini.

10.Segenap staf dan karyawan PGSD yang telah memberi bantuan dan dukungan.

11.Kedua orang tua, Bambang Dira Susila, S.Pd. dan Chistina Poniyem, S.Pd. yang selalu mendukung dalam segala hal, motivasi,doa, bimbingan serta kasih sayang.

12.Keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberi dukungan selama penulisan skripsi ini.

13.Seluruh sahabat-sahabat dan semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu yang selalu memotivasi dan mendukung.


(12)

xii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Batasan Masalah... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.6 Spesifikasi Produk ... 6

1.7 Definisi Operasional ... 7

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka ... 8


(14)

xiv

2.1.2 Karakter Peduli Lingkungan ... 10

2.1.3 Karakteristik Peserta Didik Kelas III SD ... 16

2.1.4 Pendidikan Emansipatoris ... 19

2.1.5 Kurikulum 2013 dan PPD ... 23

2.1.6 Pengembangan Bahan Ajar Modul IPA ... 26

2.2 Penelitian yang Relevan ... 28

2.3 Kerangka Berpikir ... 31

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Setting Penelitian ... 36

3.3 Prosedur Pengembangan ... 36

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.5 Instrumen Pengumpulan Data ... 41

3.6 Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pengembangan ... 56

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 94

5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran ... 94


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.2 Kisi-kisi Umum Instrumen Penelitian... 41

Tabel 3.3 Kisi-Kisi angket analisis kebutuhan peserta didik ... 42

Tabel 3.4Angket tentang analisis kebutuhan peserta didik ... 43

Tabel 3.5 Kisi – Kisi Angket Penilaian Modul oleh para Ahli ... 45

Tabel 3.6 Contoh Instrumen Angket Penilaian Modul Pembelajaran IPA SD 48 Tabel 3.7 Kisi-Kisi Insrtumen Wawancara Kepala Sekolah ... 52

Tabel 3.8 Instrumen Pertanyaan Wawancara kepada Kepala Sekolah ... 52

Tabel 3. 9 Kisi-kisi Instrumen Wawancara kepada Guru Kelas ... 53

Tabel 3.10 Instrumen Pertanyaan Wawancara kepada Guru Kelas ... 53

Tabel 3.11 Kisi-Kisi Instrumen Pertanyaan Wawancara Kelayakan Modul ... 53

Tabel 3.12 Instrumen Pertanyaan Wawancara Kualitas Modul ... 54

Tabel 3.13Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ... 55

Tabel 4.1 Hasil Angket Analisis Kebutuhan Peserta Didik ... 57

Tabel 4.2 Kompetensi Inti ... 62

Tabel 4.3 Kompetensi Dasar dan Indikator... 63

Tabel 4.4 Hasil Penilaian Para Ahli IPA ... 73

Tabel 4.5 Hasil Penilaian Para Ahli PPD ... 76

Tabel 4.6 Hasil Penilaian Guru Kelas III ... 79

Tabel 4.7 Hasil Rekap Penilaian Para Ahli ... 82


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tahap Perkembangan Kogniitif Piaget ... 18

Gambar 4.1 Modul Pembelajaran Prinsip 1 ... 67

Gambar 4.2 Modul Pembelajaran Prinsip 2 ... 67

Gambar 4.3 Modul Pembelajaran Prinsip 3 ... 68

Gambar 4.4 Modul Pembelajaran Prinsip 4 ... 68

Gambar 4.5 Modul Pembelajaran Prinsip 5 ... 69

Gambar 4.6 Modul Pembelajaran Prinsip 6 ... 69

Gambar 4.7 Modul Pembelajaran Prinsip 7 ... 70

Gambar 4.8 Modul Pembelajaran Prinsip 8 ... 70

Gambar 4.9 Modul Pembelajaran Prinsip 9 ... 71

Gambar 4.10 Modul Sebelum Revisi (yang pertama) ... 83

Gambar 4.11 Modul Sesudah Revisi (yang pertama) ... 83

Gambar 4.12 Modul Sebelum Revisi (yang kedua) ... 84

Gambar 4.13 Modul Sesudah Revisi (yang kedua) ... 84

Gambar 4.14 Modul Sebelum Revisi (yang ketiga) ... 85


(17)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Literatur map dari penelitian-penelitian sebelumnya ... 31 Bagan 3.1 Prosedur Pengembangan menurut Tomlinson ... 39


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Lembar Angket Analisis Kebutuhan ... 100

Lampiran 2 Lembar Transkrip Wawancara ... 102

Lampiran 3 Lembar Silabus Pembelajaran ... 107

Lampiran 4 Lembar Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 137

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian... 165

Lampiran 6 Surat Setelah Penelitian ... 166

Lampiran 7 Foto Kegiatan Pembelajaran ... 167

Lampiran 8 Modul Pembelajaran IPA (dicetak terpisah) CURRUCULUM VITAE ... 170


(19)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini diuraikan tentang latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang diharapkan dan definisi operasional.

1.1Latar Belakang

Pendidikan secara langsung maupun tidak langsung membawa suatu perubahan ke arah kemajuan bagi suatu Negara (Isjoni,2008:78). Pendidikan membawa dampak besar bagi kehidupan manusia. Pendidikan memberikan kesempatan untuk berkembang secara maksimal dengan ilmu yang telah dipelajari. Pendidikan memiliki tujuan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai suatu hasil yang dapat dikembangkan oleh setiap manusia. Hasil proses pendidikan akan memungkinkan seseorang dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya (Hamzah:2013). Peserta didik memiliki sejumlah pengetahuan dalam dirinya. Menurut Freire pengetahuan memiliki sisi transformatife, semakin anda tahu semakin anda mengalami perubahan. Kesadaran merupakan syarat sebagai pemerolehan pengetahuan. Kesadaran erat kaitannya dengan keterlibatan manusia dengan dunia. Kondisi yang terjadi saat ini, peserta didik mengalami tingkat kesadaran yang rendah terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Para pendidik perlu mengatur strategi yang tepat dalam proses pembelajaran sesuai kebutuhan peserta didiknya. Oleh karena itu pendidikan sangat penting ditanamkan kepada peserta didik sejak dini untuk menghadapi permasalahan yang menekan tanah air Indonesia. Salah satunya adalah kondisi lingkungan yang ada di sekitar.

Dewasa ini masalah lingkungan terus menjadi agenda pembicaraan Negara. Lingkungan yang selayaknya menjadi tempat yang nyaman dan banyak bermanfaat bagi kehidupan manusia namun saat ini justru memiliki kondisi yang memprihatinkan. Banyak penelitian membuktikan tentang kerusakan lingkungan dan pencemaran lingkungan (Hamzah:2013). Dalam Ensiklik Laudato Si menjelaskan keprihatinan tentang kerusakan ekologi yang terjadi di alam ini. Seperti polusi dan perubahan iklim, permasalahan air, hilangnya keanekaragaman


(20)

hayati serta penurunan kualitas hidup manusia. Manusia memiliki hubungan erat terhadap lingkungan karena kebutuhan manusia telah tersedia di alam. Dengan adanya interaksi ini maka kondisi lingkungan juga akan dipengaruhi oleh perilaku manusia. Permasalahan lingkungan pada saat ini erat kaitannya dengan kesadaran manusia yang peduli atau tidaknya terhadap lingkungan sekitar. Kepedulian merupakan salah satu aspek sikap yang dapat digunakan sebagai upaya menjaga lingkungan hidup. Kondisi peserta didik saat ini sangat memprihatinkan, dilihat dari sikap mereka yang kurang peduli terhadap lingkungan. Ironisnya hal tersebut kini terjadi pada peserta didik di Sekolah Dasar, mereka jarang melakukan piket kelas, kerja bakti di lingkungan sekolah dan aksi menanam pohon di lingkungan hal ini diketahui dari sumber observasi yang dilakukan. Hal seperti ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Pendidikan bagi sumber daya manusia sangat mempengaruhi dan erat kaitannya dengan upaya-upaya dalam pelestarian lingkungan yang memang penting untuk diberdayakan.

Salah satu sarana pendidikan yang dapat diterapkan untuk peserta didik Sekolah Dasar dalam menanamkan sikap peduli terhadap lingkungan secara efektif yaitu dengan mempelajari pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Pembelajaran IPA dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran yang lainnya untuk menambah wawasan peserta didik tentang pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup. IPA dapat dipandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai keanekaragaman hayati yang ada di bumi. Untuk itu diperlukan suatu tata cara tertentu yang sifatnya analitis, cermat, lengkap serta menghubungkan keanekaragaman hayati yang satu dengan keanekaragaman hayati yang lainnya sehingga keseluruhannya membentuk suatu sudut pandang yang baru tentang objek yang diamatinya (Hendro, 1991:5). Dalam pembelajaran IPA dapat menanamkan nilai-nilai mencintai lingkungan hidup. Pada umumnya manusia mempunyai pengetahuan yang dapat dikembangkan. Diharapkan dengan mengambil topik tentang keanekaragaman hayati serta perkembangbiakan tumbuhan, perilaku yang ditunjukkan peserta didik merupakan perilaku yang mencerminkan sikap ramah lingkungan serta mampu mempertahankan keanekaragaman hayati yang dapat mendukung kehidupan.


(21)

Untuk meningkatkan pendidikan yang bermutu maka perlu pengembangan bahan ajar dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat mengusung konsep pembelajaran mengenai pelestarian keanekaragaman hayati dengan subtema perkembangbiakan tumbuhan. Dampak perkembangbiakan tumbuhan akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem serta menciptakan lingkungan yang sehat. Melalui proses pembelajaran maka dapat ditransformasikan sikap-sikap peduli kepada peserta didik terhadap lingkungan di sekitarnya.

Dewasa ini para pendidik lemah dalam proses pembelajaran untuk menanamkan sikap peduli terhadap lingkungan. Selama ini pendidik hanya berfokus pada pemerolehan nilai yang tinggi. Pembelajaran yang terjadi sering pasif serta kurang meningkatkan keaktifan peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran perlu adanya tantangan yang merangsang daya cipta menemukan serta mengesankan. Mengajak peserta didik untuk melakukan suatu aksi nyata sebagai wujud dan hasil dari proses belajar.

Peneliti memberikan angket untuk mengetahui kebutuhan peserta didik dalam proses pembuatan modul pembelajaran yang berisi tentang sikap peduli terhadap lingkungan melalui pelajaran IPA yang terintegrasi dalam tematik. Hasil angket 25 siswa dari kelas III Humanis di SD Joannes Bosco Yogyakarta menujukkan bahwa aspek sosial, ekonomi dan akademik peserta didik masih perlu ditanamkan lagi sikap peduli tentang lingkungan yang ada di sekitarnya. Berdasarkan hasil wawancara Kepala Sekolah dan Guru kelas III Humanis peserta didik tidak mempunyai kegiatan khusus dalam aksi kegiatan lingkungan. Mereka datang ke sekolah hanya sekedar belajar menimba ilmu di dalam kelas ataupun di luar kelas tanpa memperdulikan terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.

Dilihat dari hasil observasi di SD Joannes Bosco di atas merupakan salah satu yang dibutuhkan saat ini maka, pendidik berupaya menciptakan pembelajaran yang aktif dan transformatife. Banyak pendekatan yang dapat dilakukan dalam upaya mengoptimalkan tingkat kepedulian peserta didik yaitu salah satunya dengan Pendidikan Emansipatoris, yang di dalamnya dapat dikolaborasikan dengan aksi nyata para peserta didik dalam berkegiatan di lingkungan sekitar. Emansipatoris merupakan pendidikan yang bersifat mengembangkan pemahaman dan pengalaman peserta didik tentang realitas, kesadaran kritis, kesadaran politis,


(22)

pemberdayaan, dan berlangsungnya dialog murni (Nouri dan Sajjadi, 2014). Dalam Pendidikan Emansipatoris , baik pendidik maupun peserta didik keduanya adalah pembelajar.

Peneliti menggunakan Pendidikan Emanispatoris sebagai salah satu upaya untuk menanamkan sikap peduli kepada peserta didik terhadap lingkungan hidup. Dengan pendidikan ini mampu membuat peserta didik menemukan sendiri serta belajar melalui proses pembelajaran yang kreatif. Peserta didik akan memperoleh pengetahuan melalui suatu aksi dalam proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran yang berbasis Emansipatoris meningkatkan relasi antar peserta didik, menghargai pendapat orang lain, mencintai lingkungan dan mengetahui berbagai permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar. Oleh karena itu proses belajar mengajar perlu dikembangkan sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran serta tindakan peserta didik terhadap lingkungannya. Peneliti akan membuat modul pembelajaran IPA sebagai bahan ajar untuk peserta didik kelas III Humanis. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul: “PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA KELAS III

HUMANIS SEKOLAH DASAR BERBASIS PENDIDIKAN

EMANSIPATORIS UNTUK MENANAMKAN SIKAP PEDULI


(23)

1.2Batasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian dapat dilakukan secara terarah dan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti membatasi hal-hal sebagai berikut:

1.2.1 Sekolah yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah SD Joannes Bosco Yogyakarta, khususnya di kelas III Humanis.

1.2.2 Aspek yang diamati yaitu sikap kepedulian terhadap lingkungan sekitar dengan menggunakan tema pembelajaran “Keanekaragaman Hayati”. 1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka peneliti dapat merumuskan masalahnya sebagai berikut:

1.3.1 Bagaimana mengembangkan modul pembelajaran IPA SD untuk menanamkan sikap peduli terhadap lingkungan sekitar di kelas III SD Joannes Bosco Yogyakarta melalui implementasi Pendidikan Emansipatoris?

1.3.2 Bagaimana kualitas pengembangan modul pembelajaran IPA SD untuk menanamkan sikap peduli lingkungan sekitar di kelas III SD Joannes Bosco Yogyakarta melalui implementasi Pendidikan Emansipatoris?

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Untuk mengetahui cara mengembangkan modul pembelajaran IPA SD untuk menanamkan sikap peduli terhadap lingkungan sekitar di kelas III SD Joannes Bosco Yogyakarta melalui implementasi Pendidikan Emansipatoris.

1.4.2 Untuk mengetahui kualitas pengembangan modul pembelajaran IPA SD untuk menanamkan sikap peduli lingkungan sekitar di kelas III SD


(24)

Joannes Bosco Yogyakarta melalui implementasi Pendidikan Emansipatoris.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: Manfaat Teoritis

1.5.1 Memperkaya pengetahuan yang berhubungan dengan peduli terhadap lingkungan dari peserta didik dalam proses pembelajaran melalui Pendidikan Emansipatoris.

1.5.2 Mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan Pendidikan Emansipatoris.

Manfaat Praktis 1.5.3 Bagi Pendidik

Pendidikan Emansipatoris dapat menjadi salah satu alternatif dalam menumbuhkan kesadaran dan aksi dari peserta didik dalam pembelajaran. 1.5.4 Bagi sekolah

Memberikan informasi tentang keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan menerapkan Pendidikan Emansipatoris.

1.5.5 Bagi peneliti

Menjadi salah satu sumber referensi bagi peneliti dan menambah wawasan dalam penerapan Pendidikan Emansipatoris.

1.6 Spesifikasi Modul yang Diharapkan

Spesifikasi produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini yaitu modul pembelajaran berbasis IPA. Modul pembelajaran ini mengangkat pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013. Modul ini bertemakan keanekaragaman hayati yang dikembangkan berdasarkan prinsip dari Tomlinson. Modul ini berbasis Pendidikan Emansipatoris yang di dalamnya terdapat aspek humanisasi, penyadaran kritis dan mempertanyakan sistim berupa dialog. Langkah pembelajaran berdasarkan PPD yang di dalamnya


(25)

memuat pendekatan saintifik. Modul pembelajaran ini akan dikembangkan menjadi pengembangan dan pemanfaatan bahan ajar pada pembelajaran berbasis IPA yang diintegrasikan dengan beberapa mata pelajaran untuk kelas III Humanis SD Joannes Bosco Yogyakarta menggunakan Pendidikan Emansipatoris.

1.7 Definisi Operasional

1.7.1 Modul pembelajaran adalah sejenis satuan kegiatan belajar terencana, di desain guna membantu siswa menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu. Modul adalah semacam paket program untuk keperluan belajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1.7.2 Pendidikan Emansipatoris adalah pendidikan yang mengembangkan pemahaman dan pengalaman peserta didik tentang realitas, kesadaran emansipatoris, kesadaran politis, pemberdayaan, dan berlangsungnya dialog murni.

1.7.3 Kepedulian yaitu berhubungan dengan pribadi, emosi dan kebutuhan manusia.

1.7.4 Paradigma Pendidikan Dominikan (PPD) merupakan paradigma yang digunakan dalam suatu pendidikan yang diciptakan oleh Dominikus. Tahap-tahap PPD terdiri dari Learning, Contemplating, Actuating, Sharing dan Reflecting.


(26)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini akan menguraikan empat bagian yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir. Kajian pustaka akan membahas tentang beberapa topik yang berkaitan dengan penelitian.

2.1Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran IPA

2.1.1.1Hakikat Pembelajaran IPA

Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkutan dengan alam. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam (Samatowa:2016). IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Powler (dalam Winataputra:1992). Dengan melalui IPA peserta didik mampu memahami berbagai gejala alam serta lingkungan hidup yang ada di sekitarnya.

Model belajar berbasis IPA juga dikaitkan dengan kebutuhan peserta didik, tidak hanya sebatas pengamatan dan teori. Pendekatan belajar mengajar yang paling cocok dan paling efektif untuk dapat menjawab tantangan dan sesuai dengan situasi belajar peserta didik dalam kehidupan nyata di masyarakat yaitu pembelajaran melalui pengalaman langsung (learning by doing). Peserta didik akan mampu mengikuti dan mengembangkan konsep tertentu jika pembelajaran di dalamnya di susun secara sistematis dan bersifat hirarkis untuk mencapai pengembangan kognitif.

2.1.1.2Tujuan pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan sebuah alat sebagai penunjang pendidikan dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dalam sebuah kurikulum. Oleh karena itu pembelajaran IPA mempunyai tujuan-tujuan sebagai


(27)

berikut (1) memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap. (2) menanamkan sikap hidup ilmiah. (3) memberikan ketrampilan untuk melakukan pengamatan. (4) mendidik peserta didik untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan penemunya. (5) menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan masalah Laksmi ( dalam Trianto 2013:142).

Dengan demikian pembelajaran IPA memang sangat dibutuhkan dalam proses pemerolehan pengetahuan peserta didik tentang ruang lingkup di sekitarnya. Belajar IPA tidaklah sulit, sebab pembelajaran IPA dapat dilakukan di lingkungan sekitar. Melalui belajar IPA peserta didik mendapatkan banyak pengalaman serta manfaat yang banyak bagi dirinya dan lingkungan.

2.1.1.3IPA untuk Sekolah Dasar

IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA sangat penting bagi peserta didik. Ada beberapa alasan mengapa IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah. Alasan tersebut yaitu bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa dalam menggenapi pengetahuan tentang teknologi pembangunan. Selain itu IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan peserta didik mampu berpikir realistis. Pembelajaran IPA juga tidak bersifat hafalan belaka, tetapi dikemas dalam suatu pembelajaran yang menarik seperti percobaan, pengamatan dan praktikum (Samatowa: 2016).

Ketrampilan proses IPA didefinisikan oleh Paolo dan Marten (dalam Carin, 1993:5) antara lain mengamati, mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengalaman baru untuk meramalkan apa yang terjadi, menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar.

Jadi, pembelajaran IPA mengandung suatu permasalahan yang nantinya dapat dipecahkan dan dikembangkan oleh peserta didik. Dalam pembelajaran IPA peserta didik tidak boleh bersikap apa adanya, tetapi dapat memodifikasi melalui model serta penemuan yang didapatkan dari lingkungan sekitar.


(28)

2.1.1.4Memberdayakan Peserta Didik melalui Pembelajaran IPA

Dalam pebelajaran IPA, pada saat ini lebih ditekankan pada peserta didik dibandingkan kepada gurunya. Pembelajaran IPA di dalam kelas dipandang sebagai suatu proses yang aktif dan sangat dipengaruhi oleh keingintahuan tentang apa yang akan dipelajari siswa. Aspek pokok dalam pembelajaran IPA yaitu peserta didik mampu menyadari keterbatasan yang dimilikinya, peserta didik memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam mencari tahu berbagai pengetahuan yang baru, dan peserta didik mampu mengaplikasikannya ke dalam kehidupan mereka sehari-hari (Samatowa :2016). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran IPA yaitu pendidik perlu memahami kondisi peserta didik dalam memulai kegiatan pembelajarannya. Selain itu aktivitas yang dialami oleh peserta didik harus melalui kegiatan yang nyata terutama dalam hal alam. Dalam proses pembelajaran IPA juga melibatkan peserta didik untuk bertanya dalam suatu diskusi bersama. Peserta didik dapat saling memberikan tanggapan dalam berbagai permasalahan. Kemudian dalam proses pembelajaran IPA harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah (Samatowa:2016). 2.1.2 Karakter Peduli Lingkungan

2.1.2.1Pendidikan Karakter

Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Erni:2015) menyatakan bahwa karakter sama dengan watak. Karakter atau watak adalah paduan dariada segala tabiat manusia bersifat tetap, sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain. Driyarkara (2006:488-494) menyamakan karakter dengan budi pekerti. Menurut Driyarkara, seseorang disebut mempunyai budi pekerti atau karakter bila mempunyai kebiasaan menjalankan dorongan yang baik. Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakter mengandung nilai-nilai dan sikap yang menujukkan sebuah kebaikan. Karakter akan mempengaruhi tingkah laku, cara berpikir dan cara pandang seseorang yang akan menjadi tabiat hidupnya. Dengan kata lain sikap hidup baik tersebut, akan menjadi kebiasaan baik dalam hidupnya. Orang dapat dikatakan berkarakter jika mampu menghargai sesama manusia, mampu


(29)

bersikap dalam mengahadapi orang lain, berpikir secara positif dan menghargai pribadi orang lain.

Sedangkan pendidikan karakter berarti pendidikan yang memiliki tujuan untuk membantu peserta didik untuk memperoleh dan mengalami serta memiliki karakter yang kuat di dalam dirinya. Pendidikan karakter dengan keyakinan bahwa karakter manusia itu dapat diubah serta dikembangkan (Erni:2015). Tugas pendidikan adalah mengembangkan karakter peserta didik yang sudah baik supaya tidak hilang dan membiasakan karakter yang tidak baik dapat diubah menjadi karakter yang berbudi pekerti. Maka pendidik perlu mengenal keadaan awal peserta didik dalam hal memperdalam karakternya, sehingga dapat mengupayakan perkembangan karakter peserta didik dalam dirinya. Nilai karakter yang dikembangkan perlu disesuaikan dengan kondisi peserta didik dengan menggunakan model pendekatan yang mendukung. Kondisi saat ini sesuai dengan permasalahan karakter yang perlu dikembangkan yaitu sikap peduli lingkungan.

2.1.2.2Hakikat Kepedulian

Kepedulian dapat ditujukkan terhadap sesama dan terhadap alam sekitarnya. Kepedulian terhadap sesama adalah perhatian yang diberikan kepada orang lain yang ada pada lingkungan sekitar (Barus: 2011). Sedangkan menurut Muhammad (2014:77) menyatakan bahwa kepedulian adalah merasakan kekhawatiran tentang orang lain atau sesuatu. Oleh karena itu kepedulian merupakan suatu rasa yang mewujudkan perhatian terhadap orang lain ataupun sesuatu yang ada di sekitar manusia.

Dalam penelitian ini kepedulian dilihat dari segi perhatian dan tindakan yang diberikan kepada alam serta lingkungan sekitar. Memiliki kepedulian dan perasaan khawatir terhadap perubahan lingkungan serta terdapat aksi untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Terdapat tingkatan dalam menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan hidup, yang pertama mengalami peduli yang artinya manusia perlu benar-benar mengalami situasi tentang lingkungan secara faktual. Kedua, berlatih peduli yaitu manusia perlu melatih diri agar mampu peduli dengan kondisi lingkungan hidup yang banyak memberikan manfaat dalam hidup. Ketiga, memulai dan mempertahankan hubungan peduli


(30)

dengan cara melakukan sebuah aksi tindakan secara nyata wujud dari kepedulian yang dimiliki. Keempat, terus peduli, berefleksi dan perbaikan perlu dibangun supaya manusia tetap selalu berpegang dengan sikap peduli dan selalu memperbaiki kondisi lingkungan hidup agar tetap nyaman serta lestari.

Adapun sikap kepedulian memiliki karakteristik secara umum, sebagai berikut (1) berupaya untuk menjaga kebaikan bersama orang lain. (2) memiliki jiwa yang penuh kasih dan peduli. (3) mengekspresikan rasa syukur. (4) memberi maaf dan memaafkan orang lain. (5) membantu orang yang membutuhkan (Muhammad :2014). Berdasarkan uraian di atas maka beberapa karakteristik kepedulian dapat diterapkan oleh peserta didik kepada lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Peserta didik dapat berupaya untuk menjaga lingkungan yang ada di sekitarnya supaya tetap bersih dan nyaman. Kemudian peserta didik memiliki jiwa yang penuh kasih serta peduli terhadap kondisi lingkungan hidup, sehingga dapat menjaga dan melestarikannya.

2.1.2.3Pengertian Sikap Peduli Lingkungan

Dalam hakikat sikap peduli lingkungan, beberapa ahli menyoroti tentang beberapa hal yang pertama adalah sikap (attitude). Saefuddin (2002: 5) menjelaskan sikap merupakan suatu respon mengenai kondisi peserta didik yang memiliki stimulus sosial yang telah terkondisikan. Peserta didik akan memberikan respon dengan berbagai stimulus yang telah mereka terima. Respon yang mereka berikan merupakan suatu wujud kesiapan mereka. Dengan melihat berbagai respon yang timbul maka sikap seseorang pun dapat diketahui. Sikap yang sering dilakukan maka akan membentuk pola tingkah laku peserta didik dalam pembentukan karakter. Kedua, yaitu tentang fase sikap peduli lingkungan yaitu hakikat peduli. Selain peduli juga menyoroti tentang lingkungan. Menurut (Suprihadi : 1984) sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan manusia pada umumnya di sebut lingkungan hidup. Lingkungan hidup merupakan sesuatu yang ada di sekitar kita, yang memberikan tempat dan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Odum (Masruri, dkk: 2002) menyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua keadaannya seperti benda, daya, dan makhluk hidup, yang mempengaruhi segala kehidupan. Berdasarkan beberapa


(31)

pendapat dari para ahli di atas maka lingkungan merupakan suatu tempat yang digunakan untuk hidup dan berinteraksinya makhluk hidup.

Dalam konteks ini maka sikap peduli dan lingkungan dapat dipadukan yang memiliki arti bahwa segala sesuatunya wajib dijaga. Menurut Erni (2013:37) peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Peduli lingkungan merupakan salah satu upaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam dan sekitarnya. Tindakan yang harus dijaga dalam merawat lingkungan hidup. Untuk mengembangkan hal tersebut dapat dilakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang terjadi (Narwati:2011). Oleh karena itu upaya yang perlu direalisasikan tumbuh berawal dari diri sendiri dengan melakukan hal-hal yang sederhana seperti menanam pohon, merawat tanaman, tidak membuang sampah sembarangan dan tidak menimbulkan polusi. Apabila kegiatan tersebut dilakukan akan menghasilkan lingkungan yang bersih dan sehat.

Dari beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap peduli lingkungan sangat dibutuhkan dalam lingkungan alam yang kita miliki. Hal ini sebagai upaya dalam menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati yang ada di lingkungan sekitar. Berbagai sikap dapat dilihat dari bagaimana respon masing-masing individu melihat kondisi yang ada di sekitarnya.

2.1.2.4Indikator Sikap Peduli Lingkungan

Berdasarkan ulasan dari sikap peduli lingkungan maka banyak sikap yang harus dikembangkan untuk mewujudkan kepedulian peserta didik agar mampu melestarikan dan merawat lingkungan hidup di sekitarnya. Menurut Salim (1986:234) menyebutkan hal-hal yang dapat di lakukan untuk mengupayakan pelestarian lingkungan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Peningkatan kesehatan lingkungan yang menyangkut usaha kebersihan selokan, tempat mandi-cuci-kakus, terpeliharanya sumur air minum.

2. Kebersihan di dalam rumah, termasuk jendela yang bisa memberi celah untuk masuknya sinar matahari, serta kebersihan dapur.


(32)

3. Usaha hemat energi seperti menghemat aliran listrik, memadamkan lampu yang sudah tidak dipakai. Selain itu juga menghemat pemakaian air, dengan menutup kran, jangan biarkan air mengalir/menetes terus.

4. Pemanfaatan kebun atau pekarangan dengan tumbuh-tumbuhan yang berguna, penanaman bibit tumbuh-tumbuhan untuk penghijauan.

5. Penanggulangan sampah, memanfaatkan kembali sampah organik, dan mendaur ulang sampah anorganik.

6. Mengembangkan teknik biogas, dengan memanfaatkan sampah hewan serta kotoran yang dapat dibuat untuk dibiogaskan sebagai sumber energi.

7. Meningkatkan ketrampilan sehingga, dapat memanfaatkan bahan yang tersedia di alam.

Sikap peduli lingkungan ada kaitannya dengan alam sekitar, maka yang perlu diperhatikan yaitu sikap dan perilaku yang ada hubungannya dengan alam sekitar. Menurut Sedyawati (dalam Samani:2012) menjelaskan bahwa sikap dan perilaku yang berhubungan dengan alam sekitar yaitu: bekerja keras, berpikir jauh kedepan, menghargai kesehatan dan pengabdian.

Penelitian ini berfokus pada beberapa sikap yang dijelaskan di atas. Sikap tersebut sesuai dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar yang memiliki hubungan dengan proses pembelajaran IPA. Sikap-sikap tersebut dapat diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, sehingga pendidik perlu menanamkan sikap-sikap sebagai upaya penyadaran diri pendidik terhadap kepedulian lingkungan hidup. Sikap-sikap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kerja Keras

Kerja keras merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh manusia. Kerja keras membutuhkan energi yang sangat besar. Supaya kita mampu menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan harapan maka kita perlu mengerahkan segala energi yang dimiliki. Kerja keras dalam melindungi dan mengawetkan alam ini perlu digalakkan secara sungguh-sungguh (Salim:1930).

2. Menghargai Kebersihan dan kesehatan

Menghargai kebersihan dan kesehatan pribadi merupakan tanggung jawab masing-masing individu. Jika mampu menghargai kebersihan dan kesehatan maka artinya mereka mampu menjaganya untuk diri sendiri, masyarakat dan


(33)

lingkungan. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan serta lingkungan yang bersih yaitu menanam pohon supaya tetap rindang dan udara tetap bersih, kemudian membuang sampah pada tempatnya sehingga lingkungan tetap bersih (Samani dan Hariyanto:2012).

3. Bijaksana

Menurut Tabrani (2003: 114) menjelaskan jika kebijaksaan merupakan sikap orang-orang yang menggunakan akal sehat dan pikiran dalam bertindak. Mereka berpikir dalam melakukan segala tindakannya, oleh karena itu hal yang mereka perbuat selalu seimbang dan proporsional dengan kenyataan yang ada. Misalnya memiliki masalah dalam hal bagaimana cara melestarikan keanekaragaman hayati, bisa dengan menanam pohon serta bibit baru dalam mengupayakan kelestarian tanaman dan menjaga keanekaragaman lingkungan hidup dilakukan secara proporsional dan bijaksana dalam segala tindakan.

4. Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan perilaku seseorang dalam bertindak melakukan kewajibannya sesuai dengan yang seharusnya di mana keadaan yang dikehendaki oleh dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan. Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan uraian indikator di atas maka dapat disimpulkan bagaimana peserta didik dapat berkerja keras dalam mengupayakan melestarikan keanekaragaman hayati demi menjaga keutuhan lingkungan di sekitarnya. Kemudian juga menujukkan bagaimana menghargai kebersihan dan kesehatan di dalam lingkungan sekitar itu sendiri dengan mewujudkan lingkungan yang sehat. Bijaksana pula dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati dan tanggung jawab dalam upaya perkembangbiakan tumbuhan yang ada di lingkungan hidup.

2.1.2.5Pentingnya Sikap Peduli Lingkungan

Faktor penyebab kerusakan lingkungan hidup yaitu proses alam, perilaku manusia, dan penggunaan teknologi yang tidak ramah lingkungan. Supaya kondisi lingkungan tetap terjaga maka manusia memiliki peran serta dalam pengelolaan lingkungan hidup.


(34)

Adapun perlunya pembentukan kesadaran untuk mewujudkan sikap peduli. Pembentukan kesadaran terhadap kondisi yang sesuai dengan fakta dan kondisi yang ada di lingkungannya dapat ditempuh melalui pendidikan di sekolah terutama sekolah dasar yang dapat diintegrasikan pada pelajaran IPA. Mustakin (2011:86) menyatakan bahwa:

“Sekolah seharusnya memainkan perannya dalam membentuk kesadaran terhadap lingkungan. Perlu ada pemebntukan karakter terhadap lingkungan pada diri peserta didik. Karakter ini bisa dimulai dari persoalan sepele, seperti penyediaan tempat sampah yang memadai, sampai pada perumusan action plan tentang program-program kepedulian lingkungan. Melalui pembentukan karakter ini diharapkan lahir generasi yang memiliki kepedulian lingkungan.”

Oleh karena itu pendidikan memang sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap peduli terhadap lingkungan hidup. Sikap tersebut akan terbentuk melalui proses yang dilakukan secara terus-menerus. Hal ini sangat penting karena kondisi pada kenyataannya lingkungan saat ini banyak yang tercemar, banyak tempat yang tidak ditumbuhi pohon-pohon yang rindang, membuang sampah sembarangan. Jika kerusakan seperti ini dibiarkan secara terus-menerus maka akan menyebabkan kepunahan terhadap makhluk hidup di bumi ini, serta rusaknya keanekaragaman hayati. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dibutuhkan sekali sikap peduli lingkungan dan peran serta para peserta didik untuk menghentikan segala tindakan yang dapat merusak lingkungan. Hal ini dapat diberikan dan diinternalisasikan dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

2.1.3 Karakteristik Peserta didik Kelas III SD

2.1.3.1 Psikologi Perkembangan Peserta Didik Sekolah Dasar

Dewasa ini psikologi merupakan suatu disiplin ilmu yang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Psikologi perkembangan mengkaji perkembangan tingkah laku dan aktivitas mental manusia sepanjang rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi hingga meninggal dunia.

Salah satu tujuan dari psikologi perkembangan peserta didik yaitu memberikan, mengukur dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat usia yang


(35)

mempunyai ciri-ciri universal, dalam artian yang berlaku bagi para peserta didik di mana saja dalam lingkungan sosial-budaya mana saja. (Desmita, 2012:05). Psikologi perkembangan peserta didik juga dapat mempelajari tingkah laku peserta didik pada lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi yang berbeda. Dalam perkembangannya peserta didik mampu melakukan suatu tindakan nyata yang dapat memberikan umpan balik pada suatu tingkah laku mereka.

Dari perkembangan peserta didik maka dapat diketahui pengetahuan tentang perkembangannya dengan mengetahui pola normal perkembangan, memungkinkan para pendidik untuk sebelumnya mempersiapkan peserta didik menghadapi perubahan yang terjadi pada tubuh, perhatian dan perilakunya.

Karakteristik peserta didik usia Sekolah Dasar dapat dikategorikan usia rata-rata anak Indonesia saat memasuki Sekolah Dasar yaitu 6 tahun dan selesai pada 12 tahun. Pembagian tahapan perkembangan peserta didik, berarti usia sekolah berada dua masa perkembangan yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun) dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Kelas III SD berada pada masa perkembangan kanak-kanak tengah. Para perserta didik usia Sekolah Dasar memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Dalam tahap ini peserta didik senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan secara langsung. (Desmita, 2012:35). Oleh karena itu, pendidik hendaknya mampu mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, aktif dalam bergerak, bekerja dalam kelompok serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.

Menurut Piaget (Desmita:2012) salah seorang tokoh psikologi dari Swiss, perkembangan peserta didik dapat diasumsikan sebagai suatu cara yang mendeskripsikan bagaimana manusia bertindak untuk memaknai dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasi informasi. Ide-ide dasar teori Piaget yaitu anak adalah pembelajar yang aktif, anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalamannya, anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Teori Piaget dalam penelitian ini dapat melandasi bahwa perkembangan peserta didik itu memerlukan proses dan tahapan untuk mencapai tindakan yang maksimal.


(36)

Gambar 2.1 Tahap Perkembangan Kognitif Piaget Skema di atas dapat menunjukkan tahap-tahap kognitif pada anak.

Teori Piaget (Desmita: 2012) dapat menujukkan klasifikasi umur pada tiap tahapnya dan dapat diketahui komponen-komponen pencapaian anak pada setiap tahapnya. Pada tahap peserta didik kelas III SD umumnya berusia 6 tahun, sehingga pada teori Piaget dapat diklasifikasikan pada tahap Pra-Operasional yang kedua dengan usia 7-11 tahun. Pada tahap ini peserta didik sudah mampu berpikir logis sesuai dengan pengalaman yang mereka alami. Peserta didik pada tahap ini dapat diajak kearah proses berpikir kritis untuk memperoleh pengetahuan melalui sebuah pengalaman yang konkrit.

Tahap Sensorimotor ( Usia 0-2 tahun )

Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik

Tahap Pra-Oprasional ( Usia 2-7 tahun)

Anak mulai mempresentasikan kata-kata dan gambar-gambar, yang menunjukkan adanya peningkatan pemikiran.

Tahap Pra-Operasional Konkrit (Usia 7-11 tahun)

Pada tahap ini akan dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang kongkrit.

Tahap Pra-Operasional Formal (Usia 11 tahun-dewasa)


(37)

2.1.4 Pendidikan Emansipatoris

2.1.4.1Filosofi Pendidikan Emansipatoris

Pendidikan Emansipatoris merupakan model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik pada suatu objek yang akan dipelajari, kemudian peserta didik memahami diri dan tindakan dalam proses belajar dengan kesadaran reflektif (Suprijono: 2016). Dalam membatasi tentang pendidikan humanistiknya Freire Paulo (dalam Nouri : 2014) memberikan sebuah definisi yang memuat sebagian besar pemikirannya tentang konsep pendidikan humanis, menurutnya pendidikan yang humanis yaitu:

1. Pendidikan yang mempertegas dan memperjelas arah pendidikan yang membebaskan dan memerdekakan, yaitu sebuah upaya pemberdayaan masyarakat tertindas menuju sebuah paradigma kritis dan transformative dalam mewujudkan sebuah kebebasan sebagai hak asasi setiap manusia.

2. Pendidikan yang selalu menjadi pendamping dan pengawal segala dinamika kehidupan. Dari definisi ini kemudian Freire menfokuskan kajiannya pada sebuah keadaan dalam kebudayaan, pengetahuan dan kondisi suatu kelompok masyarakat.

3. Pendidikan Emansipatoris yaitu pendidikan yang tidak saja menjalarkan perannya sebagai proses pengalihan pengetahuan. Atau hanya sekedar proses pengumpulan data dan informasi yang disebutkan penyimpanannya, melainkan mengetahui peserta didik harus sebagai makhluk yang “menjadi” subjek hidup secara aktif merasakan persoalan dan ikut terlibat dalam liku-liku kehidupan sesuai dengan pengalaman masing-masing. Hal ini berarti peserta didik dapat melakukan analisis dan kritis terhadap konstruksi masyarakat yang sedang terbentuk maupun dibentuk oleh lingkungan.

2.1.4.2Tujuan pendidikan Emansipatoris

Pendidikan Emansipatoris mempunyai gagasan bahwa pendidikan harus berperan dalam menciptakan masyarakat yang adil dan demokratis (Nouri: 2014). Pendidikan Emansipatoris merupakan pendidikan yang melibatkan cara berfikir tentang negosiasi dan perubahan hubungan di dalam proses mengajar di kelas,


(38)

produksi pengetahuan, struktur kelembagaan sekolah, hubungan sosial di masyarakat luas.

Berdasarkan tinjauan literature yang berhubungan dengan Pendidikan Emansipatoris, tujuan utama pendidikan ini adalah humanisasi, penyadaran kritis, dan pembentukan system pendidikan permasalahan sikap.

1. Humanisasi, pendidikan memiliki 2 karakter. Pertama, menjadi pedagogi yang memungkinkan para peserta didik dan pendidik untuk mengembangkan pemahaman kritis atas hubungan mereka dengan dunia. Kedua, perlu menjadi pedagogi yang memungkinkan peserta didik dan pendidik untuk menjadi subjek mengetahui konteks mereka dan kondisi mereka sebagai manusia (Dharma:2016). Menurut Freire, untuk mengubah dunia menjadi lebih manusiawi dengan melalui dialog sejati dengan kondisi seperti cinta, kerendahan hati, kepercayaan, harapan dan berpikir kritis.

2. Penyadaran Kritis, salah satu point penting dalam karakteristik Pendidikan Emansipatoris yaitu penyadaran. Freire mendifinisikan penyadaran sebagai “belajar” untuk melihat sosial, politik, dan kondisi ekonomi dan mengambil tindakan sebagai suatu realitas. Penyadaran dilakukan pada pembelajaran untuk mempengaruhi perubahan. Menurut Freire (dalam Dharma: 2016) kesadaran merupakan proses inti atau hakikat dari proses pendidikan kaum tertindas, karena dengan tumbuhnya kesadaran akan menjauhkan seseorang dari Fear of Freedom. Kesadaran adalah sebuah totalitas, penalaran, perasaan, keinginan, kesadaran akan diri sendiri dan dunia, menangkap dunia yang menjadi intensinya (Dharma:2016). Oleh karena itu kesadaran kritis merupakan inti dari pendidikan humanisasi, peserta didik aktif terlibat dan melibatkan diri dengan realitas.

3. Problem Possing Education, atau pendidikan hadap-masalah, juga signifikan

dengan asa pendidikan yang memanusiakan manusia (Suprijono: 2016). Jadi pendidikan ini dikembangkan supaya peserta didik mampu memahami realita kehidupan. Peserta didik dihadapkan pada sebuah permasalahan, kemudian mereka menghadapinya dengan berdasarkan pemecahan masalah sesuai sudut pandang masing-masing. Salah satu inti dari pendidikan hadap-masalah yaitu dengan dialog. Pendidikan dapat dipandang sebagai proses dialog yang


(39)

merupakan fenomena manusiawi. Dialog mengasumsikan kesetaraan antarmanusia, hubungan subjek-subjek. Dengan sebuah dialog maka terdapat perjumpaan yang mempersatukan refleksi dan tindakan dari para perilakunya (Dharma:2016). Oleh karena itu proses dialog sebagai dasar hubungan antara peserta didik dengan guru untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran. Pendidikan bukan transfer pengetahuan, tetapi perjumpaan antara peserta didik dan guru dalam dialog sebagai proses pencarian objek dan proses mengetahui dan berpikir.

2.1.4.3Prinsip Pendidikan Emansipatoris

Pendidikan Emansipatoris mendukung perubahan radikal dalam hubungan kekuasaan di dalam kelas dan menunjukkan bahwa pendidik dan peserta didik perlu belajar satu sama lain (Nouri:2014). Pendidikan Emansipatoris memiliki beberapa prisnsip yaitu pendidikan memperluas peserta didik melihat realitas, pendidikan transformatife, pendidikan politik, pendidikan memberdayakan, pendidikan didasarkan pada dialog yang benar.

Selanjutnya, pendidikan ini lebih suka melakukan dialog dan berpikir kritis, lebih dari pengulangan dan mengajar (Nouri:2014). Peserta didik memiliki kekuatan maksimal dan mereka diizinkan untuk masuk kedalam dunia sosial. Hal ini juga mengundang mereka supaya dapat menghadapi tantangan untuk refleks pada sifat sosial dari pengetahuan yang mereka dapatkan. Akhirnya mereka mencapai tingkat untuk mampu berpikir kritis tentang apa yang ingin mereka lakukan. Dialog juga didasarkan sebagai proses pendidikan. Dialog merupakan inti dari proses pendidikan transformatife, radikal, kritis, pembebasan dan praksis. Sebuah dialog dalam proses pembelajaran akan memunculkan aksi dan refleksi yang akan menghasilkan pengetahuan. (Dharma: 2016)

2.1.4.4Orientasi Kurikulum Pendidikan Emansipatoris

Kurikulum pada Pendidikan Emansipatoris dipahami sebagai proses kontekstual sosial dan proses politik. Pendidikan Emansipatoris berorientasi pada dialog bersama. Proses dialog menginspirasi karena semua partisipan dapat


(40)

membuat kekuatan yang kompleks di dalam sekolah, menghadapi tantangan serta dapat menghadapinya dengan berpikir kritis.

Dalam konteks Pendidikan Emansipatoris, kurikulum yang desain dan implementasinya melalui inateraksi dan dialog antara pendidik dan peserta didik, disebut juga “the negotiated curriculum” (dalam Nouri: 2014). Peran pendidik dalam konteks Pendidikan Emansipatoris adalah membantu peserta didik untuk ikut berkontribusi dalam mengubah dunia mereka menjadi reformasi politik yang positif dan sesuai. Pendidik dalam mengajar juga mentransformasikan nilai, serta menerapkan demokrasi di dalam kelas. Pendidik dan peserta didik berdialog untuk menemukan kembali sebuah makna dan mengalami sebuah perubahan. Menurut Freire (1970a) dan Shor (1996) (dalam Nouri:2014), Pedagogi Emansipatoris telah menunjukkan bagaimana dialog yang dapat menyediakan keuntungan bagi peserta didik untuk praktik berpikir kritis. Shor (1992,1996) (dalam Nouri: 2014) mengusulkan partisipasi peserta didik untuk mengontrol aktivitas pembelajaran dan membutuhkan mereka untuk mengkritik teknik pendidikan. Freire juga mendukung peran pendidik sebagai pemandu dan menghormati peserta didik atas tindakan yang sesuai dengan pengetahuan yang mereka pelajari.

Penilaian juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pendidikan ini. Dalam proses belajar mengajar juga dilakukan penilaian, fungsi utamanya adalah memberi kesempatan kepada peserta didik untuk secara kritis menganalisis dan merefleksikan pengetahuan dan pengalaman mereka.

Oleh sebab itu Pendidikan Emansipatoris termasuk ke dalam pendidikan Humanistik, yang mendasari adalah bahwa masalah di dunia ini khususnya dalam konteks pendidikan lebih pada realitas yang terjadi di sekitar. Pendidikan Emansipatoris dapat menjembatani supaya kepedulian peserta didik terhadap lingkungan hidup semakin meningkat.

2.1.4.5 Relevansi Pendidikan Emansipatoris dengan Sikap Peduli Lingkungan

Pendidikan Emansipatoris dengan prinsipnya yang humanisasi, penyadaran serta dialog antar pembelajar mampu menciptakan pembelajaran yang mengajak peserta didik berpikir kritis dalam proses pencapaian pengetahuan. Hal


(41)

yang terjadi pada peserta didik kelas III Humanis SD Joannes Bosco yaitu kurangnya kesadaran mereka terhadap kepedulian lingkungan, belum bisa memiliki sepenuhnya apa yang mereka miliki berupa keanekaragaman yang ada di bumi.

Upaya penanaman sikap peduli dengan lingkungan dapat di kembangkan dengan prinsip-prinsip Pendidikan Emansipatoris. Pendidik menerapkan humanisasi dalam proses pembelajaran karena manusia harus menjadi manusia, menolak diperlakukan sebagai objek seperti hewan.(Freire: 50-51). Selain itu pembelajaran juga mengarahkan peserta didik pada penyadaran kritis yang mengarahkan peserta didik memperoleh kebebasan dalam menemukan pengetahuan. Kesadaran merupakan elemen dari proses pemerolehan pengetahuan. Ketiga dari prinsip Pendidikan Emansipatoris yaitu problem possing education atau disebut pendidikan hadap masalah berupa dialog, di mana proses pembelajaran menciptakan dialog antara pendidik dan peserta didik saling berinteraksi. Pendidikan mempersyaratkan terjadinya proses dialog sebagai acuan karena tanpa dialog pengetahuan dapat tertopengi dan tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dalam dialog menurut Freire (dalam Dharma:2016), peserta didik dan pendidik melakukan penyelidikan, masing-masing saling belajar dan saling mengajar menyikapi berbagai persoalan di lingkungan sekitar untuk pencapaian pengetahuan. Dari ketiga proses tersebut mengarahkan peserta didik melakukan aksi dan refleksi (Praksis) sebagai bagian dari proses pencapaian sikap peduli terhadap lingkungan hidup yang ada di sekitar.

2.1.5 Kurikulum 2013 dan Paradigma Pendidikan Dominikan (PPD). 2.1.5.1Kurikulum 2013

Menurut Bobbit (dalam Kurniasih, 2014:5) menyatakan “ kurikulum, sebagai suatu gagasan, telah memiliki akar kata Bahasa Latin Race-Source, menjelaskan kurikulum sebagai “mata pelajaran perbuatan” dan pengalaman yang dialami anak-anak sampai menjadi dewasa, agar kelak sukses dalam masyarakat orang dewasa”. Sedangkan menurut Krug (dalam Kurniasih, 2014:5) menyatakan “Kurikulum terdiri dari cara yang digunakan untuk mencapai atau melaksanakan tujuan yang diberikan sekolah.” Menurut beberapa pengertian di atas dapat


(42)

disimpulkan bahwa kurikulum 2013 merupakan suatu rencana pembelajaran serta pedoman untuk mencapai tujuan pendidikan. Berdasarkan cara yang digunakan untuk berbagai program pendidikan peserta didik dapat melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong mereka berkembang dan tumbuh sesuai dengan target pencapaian pendidikan.

Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pengembangan karakter peserta didik. Melalui implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan berbasis karakter, dengan mengguanakan pendekatan saintifik serta konseptual diharapkan peserta didik mampu mengembangkan pengetahuannya (Mulyasa: 2013). Dalam pengimplementasian Kurikulum 2013 ini proses pembelajaran ditanamkan nilai-nilai karakter yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran Kurikulum 2013 menggunakan sebuah pendekatan ilmiah yaitu pendekatan saintifik. Pendekatan ini menerapkan beberapa aspek seperti mengamati, menanya, menalar, mencoba serta mengkomunikasikan. Menurut Kemendikbud (2014:18) menjelaskan “ bahwa pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan peserta didik.” Berikut adalah karakteristik pembelajaran dengan metode saintifik, yaitu:

1. Berpusat pada peserta didik

2. Melibatkan ketrampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hokum atau prinsip.

3. Melibatkan proses-proses kognitif, yang potensial merangsang perkembangan intelek, khususnya ketrampilan berpikir tingkat tinggi.

4. Dapat mengembangkan karakter siswa. (Hosnanm,2014:36)

Jadi, kurikulum 2013 merupakan pedoman proses pembelajaran yang berbasis karakter untuk mencapai tujuan pendidikan. Di mana pendekatan saintifik mengajarkan peserta didik untuk terlibat langsung dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran, sehingga siswa menjadi lebih aktif dan kritis.


(43)

2.1.5.2Paradigma Pendidikan Dominikan (PPD) 1. Pengertian Filosofi

Menurut Titus (dalam Siswoyo: 2011) filosofi adalah (1) suatu sikap pribadi terhadap hidup dan alam semesta, (2) suatu metode pemikiran reflektif dan pengkajian yang berdasarkan pertimbangan yang sehat, (3) suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan yang menyeluruh. Filosofi adalah suatu kajian yang memuat tentang metode serta merupakan kerangka berpikir yang berfungsi memberikan ruang bagi suatu tindakan dalam suatu kehidupan. Berdasarkan penjelasan di atas berkenaan dengan PPD maka filosofi PPD merupakan kerangka PPD serta dasar pemikiran yang menggali suatu prinsip. Kerangka serta pemikiran yang mendasari PPD yaitu melalui cara dan gaya hidup Santo Dominikus. Secara khusus dalam dunia pendidikan Santo Dominikus memiliki semangat dan cara hidup untuk pegangan dalam melaksanakan tahap-tahap PPD yang menjadi lingkaran tanpa putus.

2. Tahap-tahap PPD

Learning, merupakan kegiatan aktif dengan mengguanakan panca indera, motorik halus dan kasar dan seluruh kemampuan yang dimiliki untuk menemukan yang berguna bagi hidupnya sendiri maupun sesama. Tahap learning memiliki ciri-ciri dalam proses belajarnya semakin memiliki sikap sabar, mengenal diri sendiri, terbuka terhadap hal-hal baru, peduli dengan sesame dan bertanggung jawab. Selain itu tahapan learning mampu menyusun konsep dan melaksanakannya.

Contemplating, merupakan sebuah tipe pengetahuan yang dimulai dan berakhir dalam kasih. Kontemplasi merupakan kegiatan berbicara tentang kesadaran akan kasih Allah. Kontemplasi memiliki ciri-ciri berupa nilai-nilai seperti nilai informasi yaitu segala yang diterima melalui panca indera. Nilai formasi/pembentukan yaitu nilai yang menanggapi peristiwa seperti bertindak positif, berpikir dan mampu mengambil makna. Selain itu kontemplasi juga melihat Tuhan dalam segala hal seperti dalam hal berbagi wawasan, belarasa, dan berpandangan positif.

Actuating, merupakan pengambilan sikap/keputusan atas apa yang dikehendaki Tuhan yang ditemukan dalam kontemplasi. Ciri dalam tahap


(44)

actuating yaitu mengambil keputusan dari apa yang dilakukan berdasarkan kontemplasi, melakukan keputusan yang telah diambil dalam dirinya sendiri, mengaktualisasikan keputusan yang sudah diambil dalam hidup.

Sharing, merupakan suatu kegiatan yang memberikan atau membagikan kepada orang lain tentang buah-buah yang didapatkan dari learning, kontemplasi, dan actuating. Ciri dalam tahap sharing yaitu mewartakan keputusan yang sudah diambil dan telah dilakukan dalam hidupnya melalui sikap menguasai materi, mempunyai daya tarik dan bersemangat dalam melaksanakan perutusan.

Reflecting, merupakan proses mengingat dan melihat kembali apa yang telah dilakukan selama proses leraning, contemplating, actuating, dan sharing untuk mencari makna apa yang dikehendaki. Diri dari tahap reflecting yaitu melahirkan pembaharuan, di mana peserta didik mampu memperbaiki berbagai ilmu yang telah mereka dapatkan menjadi lebih baik lagi. Dari kegiatan ini memiliki tujuan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Dengan hal ini diharapkan para peserta didik mampu menyelamatkan dirinya dan sesamanya dalam melaksanakan keputusan dalam kehidupan mereka.

Berdasarkan pernyataan di atas Modul Pembelajaran IPA menggunakan kurikulum 2013, maka langkah pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Modul ini juga menggunakan Paradigma Pendidikan Dominikan (PPD) sebagai bagian dari tahap proses pembelajaran.

2.1.6 Pengembangan Bahan Ajar Modul Pembelajaran IPA Berbasis Pendidikan Emansipatoris

2.1.6.1 Pengertian Modul

Dalam konteks pendidikan modul merupakan paket atau program belajar mengajar, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai ke evaluasi terhadap dampak hasil pelaksanaan (Rahardi:2006). Modul merupakan lembaran tertulis berisi materi pelajaran yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat dipakai belajar peserta didik secara mandiri (Mustakim,2012:41). Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri (Abadi:2007). Oleh


(45)

karena itu modul merupakan kumpulan kegiatan pembelajaran yang dibuat untuk membantu peserta didik belajar memperoleh suatu pengetahuannya.

Berdasarkan pendapat beberapa sumber di atas maka modul merupakan serangkaian alat yang digunakan dalam proses pembelajaran. Penyusunan modul sesuai dengan kebutuhan dan materi pelajaran yang dikemas secara sistematis. Modul harus mampu mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya perkembangan peserta didik. Modul yang dibuat diharapkan mampu membuat peserta didik lebih aktif untuk belajar sendiri. Modul yang baik mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang mendukung pengembangan peserta didik.

2.1.6.2Pengembangan Materi

Menurut Tomlinson (dalam Harsono:2007) kriteria materi pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut: (1) materials should achieve impact, (2) materials should help learners feel at ease, (3) materials should help learners to develop confidence, (4) what is being taught should be perceived by learners as relevant and useful, (5) materials should require and facilitate learners’ self -investment, (6) learners must be ready to acquire the points to be taught, (7) materials should expose the learners to language in authentic use, (8) The learners attention should be drawn to linguistic feature of the input, (9) Materials should provide the learners with opportunities to use the target language to achieve communicative purpose, (10) Materials should take into account that learners have different learning styles, (11) Materials should take into account that learners differ in affective attitude, (12) Materials should permit a silent period at the beginning of instruction, (13) Materials should maximize learning potential by encouraging intellectual, aesthetic and emotional involvement both right and left brain activities, (14) Materials should not rely too much on controlled practice, (15) Materials should provide opportunities for outcome feedback.

Berdasarkan pernyataan di atas terdiri dari 15 prinsip yang dikemukakan oleh Tomlinson. Kriteria pembelajaran menurut Tomlinson di atas kesimpulannya


(46)

yaitu bahan dalam pembuatan pengembangan modul pembelajaran harus mencapai dampak dari tujuan yang telah ditetapkan. Bahan yang dibuat harus membuat peserta didik nyaman dalam mempelajarinya, jadi isi dari modul harus disesuaikan dengan umur serta analisis kebutuhan pada umumnya. Bahan yang digunakan dalam pengembangan modul juga harus dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan percaya dirinya, sehingga isi dari modul harus menunjang kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Kemudian bahan yang diajarkan harus relevan dan berguna serta dapat diterima oleh peserta didik. Bahan yang dibuat merupakan salah satu fasilitas dalam pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh hal-hal yang penting dari pembelajaran. Bahan yang dibuat tidak boleh terlalu banyak tetapi lebih baik mengandalkan praktik yang lebih terkontrol dari pada materi yang terlalu banyak. Dalam hal ini yang terpenting adalah bahan yang dibuat dalam modul pembelajaran harus menghasilkan umpan balik bagi peserta didik.

Langkah pengembangan modul menurut Tomlinson (dalam Harsono : 2007) terdiri dari 5 langkah, yaitu (1) analisis kebutuhan, (2) desain, (3) revisi, (4) implementasi, (5) evaluasi.

2.2Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan ini dapat dipaparkan sebagai berikut.

2.2.1 Penelitian tentang Peduli Lingkungan

Ani Handayani (2013) melakukan penelitian yang berjudul Peningkatan Sikap Peduli Lingkungan Melalui Implementasi Pendekatan Sains teknologi

Masyarakat (STM) Dalam Pembelajaran IPA Kelas IV.1 di SD N Keputran “A”. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif yang bekerja sama dengan Bapak Subardo, S.Pd selaku wali kelas untuk meningkatkan sikap peduli lingkungan pada siswa kelas IV.1SD N Keputran “A”. Penelitian ini menggunakan instrumen observasi dan angket dalam pemerolehan data. Hasil observasi menunjukkan sikap peduli lingkungan siswa pada kategori rendah sedangkan hasil angket


(47)

menujukkan sikap peduli lingkungan siswa pada kategori sedang dan tinggi. Dari hasil angket dan observasi belum mencapai hasil 75% sehingga peneliti memperbaiki dan meningkatkan sikap peduli lingkungan dengan cara menerapkan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam pembelajaran IPA.

2.2.2 Penelitian tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Rosalia Henny Susanti (2015) melakukan penelitian yang berjudul Pengembangan Modul Praktikum IPA sebagai Suplemen Kurikulum 2013 untuk Mendorong Siswa Kelas IV Berpikir Kritis. Penelitian ini berawal dari kebutuhan guru dan siswa akan modul pembelajaran yang mengacu pada kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa modul praktikum IPA sebagai suplemen kurikulum 2013 untuk mendorong berpikir kritis siswa SD kelas IV. Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta dan SD N 1 Bareng Lor Klaten. Jenis penelitian yang digunakan yaitu Research and development (R&D) yang menggunakan prosedur pengembangan Sugiyono. Hasil penelitian berdasarkan validasi produk oleh guru kelas IVB SD Kanisius Sengkan Yogyakarta dan siswa kelas IV SDN 1 Bareng Lor Klaten dari keseluruhan hasil validasi diperoleh rata-rata skor 3,50 dengan kategori sangat layak. Oleh karena itu produk berupa modul praktikum IPA sebagai suplemen kurikulum 2013 untuk berpikir kritis peserta didik kelas IV SD layak untuk di terapkan. Maka keseimpulannya modul yang telah dibuat ini dapat mendorong peserta didik mampu berpikir kritis. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya keterlibatan indikator-indikator berpikir kritis dan adanya 3 peserta didik yang bertanya ketika praktikum langsung.

2.2.3 Penelitian Tentang Humanisasi (Pendidikan Emansipatoris)

M. Isrofianto (2013) melakukan penelitian yang berjudul Peran Guru Dalam Pengembangan Humanisasi Pendidikan di Sekolah (Telaah Pemikiran Ki Hajar Dewantara). Penelitian ini dilatar belakangi oleh keprihatinan peneliti tentang praktik pembelajaran dalam pendidikan yang belangsung selama ini, yang tanpa disadari mengalami de-humanisasi. Hal ini ditandai dari proses pembelajaran selama ini cenderung memperlakukan peserta didik sebagai umpan yang


(48)

dilimpahi pengetahuan oleh gurunya tanpa memperhatikan perkembangan yang dialami oleh peserta didik. Oleh karena itu peneliti berpikir perlu adanya trobosan baru dalam dunia pendidikan. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu (1) mengetahui konsep pendidikan humanis didasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara, dan (2) mengetahui peran guru dalam pengembangan humanisasi di sekolah.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kepustakaan atau library research yang artinya bahan atau data yang digunakan dalam penulisan skripsi diperoleh melalui penggalian dan penelitian dari buku-buku, surat kabar, majalah dan catatan lainnya yang dipandang mempunyai hubungan dan dapat mendukung pemecahan masalah dalam penelitian ini. Kemudian metode yang digunakan yaitu pengumpulan data menggunakan metode-metode dokumentasi secara metode analisa menggunakan content analysis atau analisis isi. Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara yang tertuang di dalam bentuk tulisan, baik berupa makalah, buku, artikel dan tulisan ilmiah lainnya. Kemudian data sekunder berupa bahan pustaka yang memiliki kajian yang berkaitan dengan penelitian. Maka hasil yang didapatkan dari penelitian ini merupakan kajian tentang pentingnya peran guru dalam pengembangan humanisasi pendidikan di sekolah.


(49)

Bagan 2.1 Literatur map dari penelitian-penelitian sebelumnya

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa ada hal-hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan terletak pada jenis penelitian, jenjang kelas, serta karakter yang dikembangkan. Penelitian yang pertama tentang pengembangan modul praktikum IPA, penelitian kedua tentang sikap peduli lingkungan dengan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dan yang ketika penelitian tentang pengembangan humanisasi pendidikan.

2.3Kerangka Berpikir

Peneliti melakukan penelitian dengan mencari data tentang analisis kebutuhan peserta didik mengenai 3 aspek yaitu sosial, ekonomi dan akademik di SD Joannes Bosco Yogyakarta dengan menggunakan wawancara, penyebaran angket dan observasi. Analisis kebutuhan ini bertujuan untuk pembuatan modul

IPA Kepedulian Humanisasi

Handayani (2013) Peningkatan Sikap Peduli Lingkungan Melalui Implementasi Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat

(STM) dalam

Pembelajaran IPA kelas IV di SD N Keputren “A”

Isrofianto (2013) Peran Guru dalam Pengembangan Humanisasi

Pendidikan di Sekolah (Telaah Pemikiran Ki Hajar Dewantara ) Susanti (2015)

Pengembangan Modul Praktikum IPA sebagai Suplemen

Kurikulum 2013 untuk Mendorong SIswa Kelas IV Berpikir Kritis

Yang perlu diteliti:

Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Kelas III Humanis Sekolah Dasar Berbasis Pendidikan Emansipatoris untuk Menanamkan


(50)

pembelajaran IPA Sekolah Dasar berbasis Pendidikan Emansipatoris. Langkah pengembangan modul dibuat berdasarkan langkah pengembangan menurut Tomlinson dan sesuai dengan karakteristik peserta didik kelas III. Selain itu untuk mengetahui kualitas produk berupa modul ini peneliti melakukan validasi ke beberapa ahli yang bersangkutan, yaitu ahli IPA, ahli PPD (Paradigma Pendidikan Dominikan) serta guru kelas III Humanis. Setelah dilakukan validasi dari beberapa ahli tersebut, peneliti melakukan revisi demi perbaikan modul yang layak untuk digunakan. Validasi tersebut dalam penalitian ini dimaksudkan sebagai penilaian kualitas modul yang telah dibuat.

Peneliti juga melakukan implementasi guna melihat kualitas dari modul dalam aspek sikap peduli lingkungan. Modul pembelajaran dibuat berdasarkan prinsip-psrinsip dari Tomlinson serta berorientasi pada pendidikan Emansipatoris dan menggunakan pendekatan PPD. Berdasarkan penjelasan di atas peneliti mengembangkan Modul Pembelajaran IPA SD Berbasis Pendidikan Emansipatoris guna menciptakan pembelajaran yang dapat menanamkan sikap peduli terhadap lingkungan untuk para peserta didik. Modul yang dikembangkan berupa kegiatan-kegiatan yang membangun serta mengajak peserta didik untuk berpikir kritis dalam proses pembelajaran.

2.4Pertanyaan Penelitian

2.4.1 Bagaimana mengembangkan modul pembelajaran IPA SD untuk menanamkan sikap peduli terhadap lingkungan sekitar di kelas III Humanis SD Joannes Bosco Yogyakarta melalui implementasi Pendidikan Emansipatoris?

2.4.1.1 Bagaimana tahap-tahap pengembangan modul pembelajaran IPA SD untuk menanamkan sikap peduli lingkungan terhadap lingkungan sekitar di kelas III Humanis SD Joannes Bosco Yogyakarta melalui implementasi Pendidikan Emansipatoris?

2.4.2 Bagaimana kualitas pengembangan modul pembelajaran IPA SD untuk menanamkan sikap peduli lingkungan sekitar di kelas III Humanis SD Joannes Bosco Yogyakarta melalui implementasi Pendidikan Emansipatoris?


(51)

2.4.2.2 Siapa yang menjadi tim penilai kualitas pengembangan modul pembelajaran IPA SD untuk menanamkan sikap peduli lingungan sekitar di kelas III Humanis SD Joannes Bosco Yogyakarta melalui implementasi Pendidikan Emansipatoris?


(52)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian, (3) prosedur pengembangan, (4) teknik pengumpulan data, (5) instrumen penelitian, serta (6) teknik analisis data.

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Material Development. Menurut Tomlinson (2011: 2) Material Development merupakan pengembangan materi pada sebuah bidang studi yang menggunakan prinsip-prinsip serta prosedur digunakan untuk mencapai bahan ajar. Oleh karena itu bentuk penelitian ini menggunakan Material Development karena penelitian yang dilakukan lebih fokus pada pengembangan materi pembelajaran. Material Development merupakan salah satu bagian dari Research and Development (RnD).

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan perbandingan antara Material Development dengan Research and Development. Menurut Tomlinson dalam Material Development pengembangan ini berorientasi pada tujuan yang akan dicapai berdasarkan analisis kebutuhan. Sedangkan Research and Development merupakan penelitian dan pengembangan untuk mengembangkan suatu produk baru yang berorientasi pada masalah yang ada. Untuk selanjutnya dapat dibandingkan RnD menurut Sugiyono.

Oleh karena itu model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu langkah pengembangan modul berdasarkan Tomlinson (dalam Harsono, 2007:9) dapat diuraikan sebagai berikut:

3.1.1 Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mendapatkan kebutuhan data peserta didik. Analisis kebutuhan diperlukan untuk membuat bahan ajar supaya dapat mencapai dampak yang dibutuhkan oleh peserta didik. Menentukan tujuan yang akan dicapai sebagai langkah pengembangan bahan ajar. Kemudian mencari tahu sejauh mana peserta didik sudah melakukan tujuan yang hendak dicapai. Setelah


(1)

7. Foto Kegiatan Pembelajaran

Lampiran Foto

Lampiran foto Implemntasi hari 1


(2)

(3)

(4)

170

CURRICULUM VITAE

Irina Susilaningrum merupakan anak pertama dari pasangan Bambang Dira Susila dan Chistina Poniyem. Lahir di Bantul pada tanggal 26 Juni 1995. Pendidikan dimulai dari TK Immaculata Ganjuran pada tahun 2000-2001 kemudian pendidikan dilanjutkan di Sekolah Dasar Kanisius Ganjuran pada tahun 2001-2007. Peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Kanisius Bambanglipuro pada tahun 2007-2010. Peneliti kemudian menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jetis Bantul pada tahun 2010 dan lulus pada tahun 2013. Peneliti melanjutkan pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma pada tahun 2013. Selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma telah banyak kegiatan kemahasiswaan yang telah diikuti. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya sebagai berikut:

No Nama Kegiatan Tahun Peran

1 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I

2015 Peserta

2 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa II

2015 Peserta

3 Penguasaan Bahasa Inggris Aktif 2016 Peserta

4 English Club 2013 Peserta

5 Kursus Mahir Dasar Pramuka (KMD) 2013 Peserta

6 Inisiasi Fakultas (Infisa) 2014 Peserta

7 Week and Moral 2015 Peserta 8 Having Participated in the Seminar

Reinvinting Childhood Education

2015 Peserta

9 Pelatihan Metode Montessori 2015 Pemateri

10 Kuliah Umum PGSD acara Indonesia Mengajar


(5)

DASAR BERBASIS PENDIDIKAN EMASIPATORIS UNTUK MENANAMKAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN

Irina Susilaningrum

Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma

Jl. Affandi (Gejayan) Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta 55002 Email: irina_susilaningrum@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini berawal dari kebutuhan guru dan peserta didik pada modul pembelajaran IPA untuk peserta didik kelas III di SD Joannes Bosco Yogyakarta. Peneliti melakukan observasi, wawancara dan penyebaran angket untuk menganalisis kebutuhan tersebut. Penelitian ini menghasilkan suatu produk berupa modul IPA berbasis Pendidikan Emansipatoris untuk menanamkan sikap peduli lingkungan. Modul pembelajaran IPA ini diimplementasikan di kelas III Humanis SD Joannes Bosco Yogyakarta dengan jumlah responden 25 peserta didik. Jenis penelitian ini adalah Material Development yang menggunakan prosedur pengembangan Tomlinson yang terdiri dari 5 langkah yaitu analisis kebutuhan, desain, revisi, implementasi dan evaluasi.

Hasil penelitian berdasarkan penilaian modul oleh kedua ahli dan guru kelas III SD Joannes Bosco Yogyakarta dari keseluruhan diperoleh rata-rata skor 3,4 dengan kategori “sangat

baik”. Dengan demikian, modul yang dikembangkan berbasis Pendidikan Emansipatoris yang di

dalamnya memuat Paradigma Pendidikan Dominikan (PPD) dapat dikatakan sangat baik untuk digunakan sebagai bahan ajar peserta didik kelas III Sekolah Dasar.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama implementasi modul pembelajaran IPA di SD Joannes Bosco Yogyakarta, terlihat bahwa peserta didik terdorong untuk peduli terhadap lingkungan dilihat saat kegiatan berlangsung. Wawancara setelah implementasi dilakukan kepada tiga peserta didik untuk mengetahui pendapat sebagai bahan evaluasi setelah implementasi modul. Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa peserta didik mampu memahami modul dengan baik serta akan memiliki sikap peduli lingkungan setelah belajar menggunakan modul pembelajaran IPA.


(6)

SCIENCE LEARNING MODULE DEVELOPMENT FOR EMANCIPATORY BASED OF THIRD GRADE HUMANIS ELEMENTARY SCHOOL TO RAISE EVIRONMENT

AWARENESS

Irina Susilaningrum

Study Program of PGSD, Sanata Dharma University Yogyakarta Email: irina_susilaningrum@yahoo.com

ABSTRACT

This research was triggered by the teachers and students’ need for science learning module for third grade students in Johanes Bosco Yogyakarta Elementary School. The researcher conducted observation, interview, and questionnaire distribution to analyze the needs. The research produced a product in a form of Emancipatory based science module to raise environment awareness. This science learning module was implemented in “Humanis” third grade of Johanes Bosco Yogyakarta Elementary School with 25 student respondents. Material Development was used in this research with Tomlinson development procedure and it consisted of 5 steps, namely, need analysis, design, revision, implementation, and evaluation.

The research result was based on product assessment by the two experts and teachers of third grade Johanes Bosco Yogyakarta Elementary School. From the whole assessment, the average score was 3,4 which was categorized “ very good”. Therefore, the developing module was very well to be used as learning material for third grade elementary school students.

According to the observation result in the implementation of science module in Johanes Bosco Yogyakarta Elementary School, it was seen that the students, during the activity, were motivated to be aware of environment. The interview with 3 students was done after the

implementation to ask students’ opinion to evaluate the implemented module. According to the

interview result, it was concluded that the students can understand the module well and they were motivated to raise awareness with the environment after having learned with science module learning application.