UPAYA BELAJAR MANDIRI IBU RUMAH TANGGA DAN PELAKU TRANSFORMASI: Studi Kasus Pada Beberapa Warga Belajar LPKL Sunny Di Kotamadya Bandung.
UPAYA BELAJAR MANDIRI IBU RUMAH TANGGA
DAN PELAKU TRANSFORMASI
(STUDI KASUS PADA BEBERAPA WARGA BELAJAR
LPKL SUNNY DI KOTAMADYA BANDUNG)
THESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Thesis
tnstitut Keguruan dan Hmu Penddikan Bandung
Untuk Memenuhl Persyaratan Dalam Mencapai
Gelar Magister Pendidikan Bidang
Pendidikan Luar Sekolah
Oleh:
Marietje Terok
NRR 8932132
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDDIKAN
BANDUNG
1993
DISETUJUI
OLEH TIM PEMBIMBING:
~rs~)
Prof.Dr. SOEPARPJO APIKUSUMO
JIMBINO
1
Prof.Pr.SUDARDJA APIWIKARTA,MA
PEMBIMBINO
2
UPAYA BELAJAR MANDIRI
IBU RUMAH TANGGA
DAN KEGIATAN PELAKU TRANSFORMASI
CStudi Kasus pada Beberapa Warga Belajar
LPKL Sunny di Kotamadya Bandung)
ABSTRAK
Belajar
sebagai
mandiri
satuan
PLS
warga
belajar,
upaya
mewujudkan
meningkatnya
diri,
ibu
yang
ternyata
suatu
rumah
berorientasi
dan
citra
LPKL
kepada
kemandirian
masih merupakan titik
lemah dalam
masyarakat
belajar.
Sementara
itu
aspirasi ibu rumah tangga dalam memodernisasi
mengembangan sumber daya,
an sebagai
tangga
kualitas
hidup,
mengangkat citra kemandiri
semakin
menantang
para
pelaku
transformasi untuk lebih mendinamisasi peran yang dimiliki.
Berangkat
dari
kedua
premis
ini
peneliti
mengangkat
permasalahan kesiapan belajar mandiri ibu rumah tangga dan
kegiatan
pelaku
transformasi.
Apakah
kesiapan
belajar
mandiri ibu rumah tangga telah dapat diandalkan dalam arti
memiliki prospek bagi pengembangan usaha serta peran mereka
dalam kehidupan
rumah
tangga?
Bagaimana
kepedulian
LPKL
terhadap hal tersebuf?
Berfokus
pada kegiatan pelaku transformasi
di
LPKL
Sunny Cpengelola dan dua orang sumber belajar) dan tiga ibu
rumah tangga warga belajar sebagai latar empirik,
an ini berupaya untuk menacari
litas
LPKL
sebagai
satuan
jalan bagi
PLS,
dan
peneliti
peningkatan kua
meningkatkan
upaya
belajar mandiri ibu rumah tangga yang mendukung pengembang
an usaha atau peran mereka dalam kehidupan keluarga.
Setelah melalui
suatu prosedur
penelitian yang me-
nerapkan metode kualitatif dengan teknik studi kasus,
dite-
fflukan sejumlah hasil penelitian sebagai berikut:
Secara
kualitatif
kesiapan
belajar
mandiri
mandiri
dari
ketiga ibu rumah tangga telah cukup diandalkan dalam meno-
pang
usaha
dan
Kesiapan tersebut
peran
mereka
dalam
kehidupan
keluarga.
mencakup keterbukaan/kepedulian terhadap
setiap kesempatan belajar,
berinisiatif
dan
merasa
konsep belajar yang efektif,
bebas
dalam belajar,
kreatif,
orientasi yang kuat terhadap masa depan, cinta terhadap
belajar dan memiliki keterampilan dasar. Dengan dukungan
komponen lainnya, kesiapan belajar tersebut membangun suatu
proses pembelajaran yang kondusif bagi pencapaian tujuan
belajar. Setiap kasus memiliki motif khusus yang mendinamisasi
kesiapan belajar mereka.
Penampilan belajar mereka
memperlihatkan suatu daur belajar mulai dari rasa tidak
puas, sadar masalah, mencari sumber belajar yang berhasil,
belajar mandiri dan mengaplikasikan perolehan hasil bela
jar. Dari sisi kelembagaan sebagai pelaku transformasi,
kepedulian LPKL Sunny telah ikut mendinamisasi kesiapan
belajar mereka. Proses pemampuan mulai dari membangun kesadasar sampai pada upaya menindaklanjuti hasil
Semua persoalan diuji dalam lab makanan. Baik
belajar.
program
maupun praktikum didiskusikan secara kreatif. Informasi andalan sebagai rahasia khusus menjadi incaran warga belajar.
Sumber belajar secara jeli menampilkan diri selaku fasilitator, helper dan mitra warga belajar. Selain itu ditemukan
pula sejumlah konsep yang menarik dari setiap kasus.
Beberapa iraplikasi yang dikemukakan berkisar pada
pengembangan kelembagaan LPKL, pengembangan konsep belajar
PLS, pengembangan/profesionalisasi sumber belajar. Bagi LPK
dan Sumber Belajar disarankan antara lain pentingnya
meng-
analisis kesiapan belajar mandiri warga belajar, mendinami
sasi aspek kepelayanan dalam manajemen LPKL, memblna
relation yang kuat, membangun profesionalisme
dan
human
wawasan
usaha/pekerjaan warga belajar, mengimbas praktek kelembaga
an LPKL Sunny.
Selain itu dikemukakan beberapa isyu yang
menarik untuk diteliti lebih lanjut.
DAFTAR ISI
Halaman
n
LEMBAR PENGESAHAN
ii i
KATA PENGANTAR
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
xi
DAFTAR ISI
xiii
DAFTAR GAMBAR
xi v
DAFTAR LAMPIRAN
xv
ABSTRAK
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
1
Latar Belakang Pemikiran
B.
Fokus
C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
11
Penelitian
12
14
D. Paradigma Penelitian
E. Def ini si Operasional
BAB
II
18
PELUANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM
MENJAWAB TANTANGAN KEMANDIRIAN
RUMAH TANGGA SEBAGAI SUMBER DAYA
IBU
IN-
SANI
A.
Ibu Rumah Tangga Sebagai Sumber Daya
21
Insani
B.
Referensi Kemandirian dalam PLS
1. Tinjauan Humanistik
2. PLS sebagai Proses Empowering
3.
C.
41
Konsep Self Directed Learning
Malcolm Knowles
5.
33
Belajar bagi Orang Dewasa menurut
Steven Brookfield
4.
30
30
Implikasi teoritik dalam Pengembangan PLS di Indonesia
43
46
Kesiapan Belajar, Sumber Belajar dan
Proses Belajar Mandiri
1.
Kesiapan Belajar
2.
Sumber
3.
Proses Belajar Mandiri
Belajar
62
66
BAB
III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
72
C. Tahap Penelitian
g2
74
B. Lokasi/Subyek Penelitian
D.
BAB
^
Keabsahan Data
IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Gambaran Umum Tentang LPKL Sunny
|S
B. Profil Warga Belajar
C. Deskripsi dan Analisis
iQi
iqi
124
1. Kasus ibu Tien
2.
Kasus ibu Inggrid
3.
Kasus ibu Enny
'.'•'
'
4. Analisis terhadap perbedaan ketiga
kasus
1
5. Kepedulian LPKL Sunny sebagai sa
tuan PLS
6. Rangkuman Hasil Penelitian setiap
Kasus
D.
BAB
152
176
181
185
193
Pembahasan
V KESIMPULAN, IMPLIKASI HASIL PENELITIAN
DAN REKOMENDASI
A.
Kesimpulan
".''",'""' D' [,''
B. Implikasi Hasil Penelitian dan
mendasi
Reko-
223
230
245
DAFTAR KEPUSTAKAAN.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Paradigma Penelitian
♦
Gambar
I.1
Gambar
II.1
Konsep Modernisasi Individu menu-
Gambar
11. 2
Posisi Pamong Belajar dalam Proses
Gambar
II. 3
Gambar
II. 4
rut Fredrick Waisanen
IV. 1
63
Langkah-langkah Proses Belajar
Mandiri menurut David Boud
69
Unsur-unsur dalam Proses Belajar
u
..
.
Model Sistem Belajar PLS Kasus
T.
♦
ibu Tien
Gambar
IV. 2
Gambar
IV. 3
30
Pembelajaran menurut Sudomo
Mandiri
Gambar
1 7
Model Sistem Belajar PLS Kasus
ibu Inggrid
Model Sistem Belajar PLS Kasus
,-,
ibu Enny
*
69
197
203
208
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Alur Pengumpulan Data
B. Surat Pengantar IKIP Bandung
C. Surat Ijin Direktorat SosPol Pemda Tkt I
Propinsi Jawa Barat
D.
Curriculum vitae
^4 K*A=fi»l
bair-J>al
seperti
seperux
masih adanya
dualisme
terhadap konsep «—«- Mor.r". gejalah takut mandiri.
belajar demi gengsi, ketergantungan pada suami. dan
meningkatnya peran serta ibu rumah tangga dalam pere.cno.ian
rumah tangga dengan segala efek negatifnya. C^alisme
terhadap konsep wanita karir di .ana di satu sisi ada yang
pro dan di sisi lain ada yang .contra, dapat menjadi Icendala
bagi ibu-ibu yang sukar menentukan pilihan yang pada
giiirannya dapat bersikap masa bodoh dalam kehidupannya.
Gejalah takut mandiri Cinderella complex, yang disebabkan
oleh faktor budaya atau suasana yang terlampau formalism*
dapat memBuat ibu rumah tangga tidak pedui i iagi terhadap
perobahan atau upaya peningkatan diri. Beiajar demi gengsi
juga terlihat pada sebagian ibu — tangga. Biia hal ini
yang menjadi faktor pendorong. *
•*«>
keoenderuhgan orang hanya sekedar belajar untuk mendapatkan
s.rtifikat. Ibu rumah tangga yang hanya tergantung pada suami
sebetulnya hanya menedam potensi yang di^likinya yang pada "
•giiirannya dapat menimbulkan sikap masa bodoh. tidak mau
meng.mbangkan diri. Meningkatnya peran ibu rumah tangga
dalam perekonomian rumah tangga CPudjiwati Suyogyo, 19«Q . di
Satu sisi mempunyai dampak positif namun disi lain juga
membawa dampak negatif dalam pendidikan keluarga.
Dari
sisi
kelembagaan
pendidikan
luar
sekolah
terlihat beberapa hal seperti munculnya berbagai satuan PLS
seperti yang praktek kelembagaannya asal jadi, cenderung
menformalkan yang "non formal", cenderung berorientasi pada
aspek ekonomi
melirik
semata-mata ketimbang aspek
pada" kemandirian
warga
belajar
sosial.
belum
secara
utuh,
kepedulian terhadap warga belajar hanya pada waktu proses
pembelajaran berlangsung di tempat fcursus. Menurut penulis,
bila kenyataan-kenyataan seperti yang dikemukakan ^im tetap
tumbuh
subur, pada giiirannya satuan-satuan PLS yang ada
akan membawa masalah baru bahkan tidak membawa nilai tambah
bagi pengembangan sumber daya manusia seutuhnya.
Baik sebagai individu maupun sebagai lembaga bahkan
keterpaduan keduanya dalam suatu sistem kelembagaan PLS,
tidak dapat dipisankan dari beberapa ide dasar yang diangkat
oleh penulis dalam meneropong permasalahan dalam penelitian
ini
yaitu
modernisasi
manusia,
pengembangan sumber
daya
manusia, kemandirian sebagai kualitas dan pendekatan serta
eksistensi LPK sebagai satuan PLS.
1.
Modernisasi Manusia
Konsep membangun manusia seperti di negara kita, tidak
dapat dipisahkan dengan konsep modernisasi manusia. Seorang
Guru besar
Sosiologi
di
Harvard
Inkeles mengemukakan bahwa,
University bernama
Alex
"pada akhirnya ide pembangunan
mengharuskan adanya perubahan watak manusia dimana perubahan
tersebut merupakan alat untuk mencapai tujuan berupa pertumbuhan yang lebih Ianjut lagi. dan berbarengan dengan itu juga
merupakan tujuan besar proses pembangunan itu sendiri" CAlex
Inkeles dalam buku Myron Weiner, 1980:88). Bertolak dari pan-
dangan ini. maka manusia Ctermasuk ibu-ibu rumah tangga) yang
ingin membangun adalah manusia yang ingin memodernisasikan
dirinya. Profil manusia modern dapat merujuk pada sembilan
indikator yang dikemukakan Alex Inkeles, C1980: 90-93) yaitu
keterbukaan
terhadap
pembaharuan/perubahan,
kesanggupan
membentuk/menyampaikan pendapat terhadap persoalan sekitar/
diluarnya. orientasi waktu masa kini dan masa depan. perenca-
naan "minded", optimis terhadap kemampuan manusia/gemar bel
ajar. rasional/percaya akan dunia yang cukup tertib di bawah
kendali manusia. memiliki harga diri, percaya pada ilmu dan
teknologi. serta percaya pada apa yang disebut keadilan dalam
pembagian Cmemperoleh sesuatu sesuai unjuk kerja).
VlCecenderungan yang banyak melanda ibu-ibu rumah tangga
dewasa ini seperti mengikuti pendidikan di 1embaga-1embaga
pendidikan luar sekolah/kesekolahan antara lain didorong oleh
semangat atau jiwa modernisasi manusia seperti yang dikemuka
kan sebelumnya. Dengan jalan tersebut. ibu-ibu akan semakin
berkualitas dalam menjalankan fungsi transformasi dalam ke
luarga di
bidang kehidupan
keluarga.Kehadiran
berbagai
/ '''
satuan
/
PLSXjuga
modernisasi
5
tidak
dapat
dipisahkan
pada
tuntutan
manuusia.
2. Ibu Rumah Tangga dan Konsep Pengembangan Sumber Daya
Manusia
Konsep pengembangan sumber daya manusia di Indonesia
pada dasarnya merupakan "pemberian peluang dan kesempatan
yang lebih besar serta dukungan yang lebih kuat bagi pengem
bangan potensi seluruh manusia Indonesia dalam menghadapi
tantangan masa depan"CPresiden Soeharto, 1990). Bertolak dari
konsep ini, ibu rumah tangga dalam keterikatannya dengan ke
luarga dan masyarakat yang sedang membangun, disamping menja
di obyek pengembangan sumber daya juga sekaligus menjadi sub-
yek pengembangan sumber daya.
Sebagai
obyek pengembangan,
berarti segenap upaya transformasi yang dilakukan selama. ini
sedapat mungkin menjawab kebutuhan para ibu rumah tangga da
lam menghadapi masa depan keluarga dan masyarakatnya. Sebagai
subyek pengembangan, berarti para ibu rumah tangga seyogianya
melibatkan/dilibatkan dalam segenap upaya transformasi yang
dilakukan. Potensi yang mereka miliki perlu diangkat dan di-
kembangkan seoptimal mungkin. sehingga mereka bukan hanya se-
kedar "pelenghap" atau dipandang sebagai "beban" atau menja
lankan fungsi melahirkan saja. Pada dasarnya para ibu rumah
tangga dewasa ini dipandang potensial bukan hanya sebagai
pendidik dalam keluarga, tetapi juga menjalankan fungsi pen-
6
didik dalam masyarakat, fungsi ekonomi, fungsi sosial, dan
Iain-lain. Adanya pergeseran fungsi inilah yang justru meng
angkat isyu tentang "belajar" dan "kemandirian" bagi ibu ru
mah tangga semakin populer dipersoalkan.
3. Kemandirian sebagai Kualitas dan Pendekatan
Dewasa
kembang
ini
sebagai
mandirian
isyu
suatu
dipandang
tentang' kemandirian
referensi
semakin
ber-
nilai. Di satu sisi ke
sebagai suatu kualitas hidup yang di-
upayakan orang untuk memilikinya. Di sisi lain kemandirian |
digunaka'n sebagai pendekatan untuk mencapai sesuatu yang berkualitas. Dalam kaitannya dengan pendidikan David Boud mi sal-
nya menguraikan kemandirian atau otonomi
sebagai
"goal
of
education" dan sebagai "approach to education" CDavid Boud.
1988 : 18-20).
Guna
mencapai
kemandirian dalam kehidupan
keluarga menuntut para ibu rumah tangga untuk senantiasa
nyadari kemampuan yang dimilikinya. Kesadaran
perubahan sebagai akibat kemajuan ilmu dan
pihak Cmodernisasi) dan
kesadaran
me
akan tuntutan
teknologi di satu
eksistensial
sebagai ibu
rumah tangga di lain pihak Csumber daya dalam keluarga), akan
membuat seorang ibu rumah tangga tidak akan tinggal diam. Sa
lah satu upaya ke arah pemenuhan tuntutan tersebut adalah me-
lalui belajar. Bagi ibu rumah tangga konsep belajar yang dimaksud
lebih ditekank an pada konsep
"self directed
belajar
mandiri
atau
learning" CGugielmino dalam buku David Boud,
1**-
1988:45).
Konsep belajar mandiri seperti yang disebutkan ini
berarti menggunakan kemandirian sebagai pendekatan dalam bel-ajar.
Belajar
mandiri
orang Ctermasuk
dengan
faktor
ibu
Cself-directed
rumah tangga)
kesiapan belajar
menyebutnya "self-directed
lain
faktor
kesiapan
learning)
tidak
yang
dapat
bagi
sese-
dipisahkan
dimilikinya.
Guliemino
learning readines". Namun di sisi
dimaksud
dapat
suatu situasi yang kondusif untuk itu.
termanifestasi
dalam
Salah satu figur yang
dilibatkan dalam menciptakan situasi yang demikian adalah fa
silitator sebagai sumber belajar.
Adanya kesiapan yang tinggi
yang didukung oleh fasilitator yang arif Cprofesional) dalam
mencapai
suatu perolehan yang dikehendaki.
Menyadari
konsep-konsep yang berkaitan dengan kesiapan belajar
serta rekomendasi-rekomendasi
bagi
para
ibu
rumah
tangga
mengenai
masih
fasilitator
bahwa
mandiri
yang arif
amat terbatas ,
dalam
penelitian ini penulis mencoba mengungkap beberapa ibu
rumah
tangga sekaligus sumber belajarnya dalam kondisi budaya bangsa kita.
Menurut penilis, pertanyaan kritis yang menjadi sum
ber keresahan dalam konteks kemandirian bagi
dimaksud adalah "dalam. kondisi budaya
ibu rumah tangga
bangsa
kita
sekarang
ini sejaxih mana aspek kemandirian telah menjadi referensi ba
gi ibu rxunah. tangga dan sat-aan-satuan PLS yang ada ?
Apakah
secara
empirik
referensi
terhadap
kemandirian ini
8
telah dapat memberi nilai tambah bagi ibu rumah tangga? Per-
tanyaan ini memerlukan suatu pengkajian yang cermat dan antisipatif, sehingga dapat ditemukan bahan-bahan terapi budaya
masyarakat.
4. Eksistens*i LPK dan Keluarga sebagai Satuan PLS
Lembaga Pendidikan Keterampilan CLPK) dewasa ini ber-
kembang cukup pesat. Keberadaannya sebagai salah satu satuan
PLS secara yuridis
telah
dijamin oleh
Undang-undang Sis
tem Pendidikan Nasional CUUSPN) Nomor 2 tahun 1989 dan PP No73 tahun
1991
tentang
PLS.
Dalam
kerangka
moderni
sasi. pengembangan sumber daya serta kemandirian sebagaimana
yang dikemukakan sebelumnya LPK mendapat tempat yang cukup
strategis. Sebagai satuan PLS,
LPK seyogianya setiap saat
peka terhadap tuntutan Cdemands). apa yang menjadi kebutuhan
warga belajar, siapa yang membutuhkannya, referensi .nana yang
harus dipegang yang dapat memberikan nilai tambah bagi
warga
belajar sekaligus nilai tambah bagi lembaganya. dan sebagainya. Begitu kuatnya tarikan modernisasi bagi kehidupan
keluarga dewasa ini misalnya. sehingga membuat kebanyakan ibu
rumah tangga berupaya meningkatkan atau mengembangkan kete-
rampilannya di lembaga-lembaga pelatihan atau lembaga pendi
dikan keterampilan. LPK sebagai satuan PLS perlu menjawabnya
dengan menampilkan program-program. fasilitator, peralatan
yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan jaman.
Begitu kuatnya kaitan antara pengembangan sumber daya manusia
dengan pembentukan kepribadian yang mandiri. sehingga LPK
sebagai salah satu upaya transformasi pengembangan sumber da
ya manusia senantiasa menggunakan kemandirian sebagai refe
rensi dalam operasionalisasi. Hal ini berarti bahwa kualitas
suatu LPK dapat di1ihat/dini1ai antara lain pada sejauh mana
LPK tersebut menggunakan fasilitator yang arif dalam mencip
takan suasana belajar membelajarkan yang kondusif bagi terbentuknya kepribadian yang mandiri bagi warga belajar yang
didukung oleh suatu kesiapan belajar mandiri seperti yang di
kemukakan sebelumnya.
Keluarga menurut UU Nomor 2 tahun 1989 juga merupakan
satuan pendidikan luar sekolah. Pendidikan keluarga merupakan
"bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai
budaya. nilai moral dan keterampilan" CH. D. Sudjana S.1987.
ha.203). Ibu rumah tangga pada dasarnya menjadi salah satu
pelaku transformasi dalam keluarga. Perannya sebagai pendidik
dalam keluarga bukan hanya menanamkan keyakinan agama, nilai
budaya atau nilai moral, tetapi juga memberikan keterampilan
dan ada kalanya memberikan juga pengetahuan kepada anak.
Secara sistemik, ibu rumah tangga dalam keluarga sebagai
satuan PLS menjadi sumber belajar bagi keluarga. Dalam posisi
inilah menuntut kemampuan ibu rumah tangga dan untuk memenuhi
lO
tuntutan tersebut ibu rumah tangga seyogianya mengembangkan
diri atau belajar setiap saat.
B.
.
FOKUS PENELITIAN
Inti masalah dalam penelitian ini berfokus pada perso-
alan
kesiapan
belajar'
mandiri
ibu
rumah
tangga
transformasi pendidikan luar sekolah. Persoalan tersebut
angkat oleh peneliti
setelah mengamati/mengikuti
dalam
di-
beberapa
kecenderungan kehidupan LPK sekarang ini dengan mengacu pada
keempat ide dasar yang dikemukakan dan secara khusus sorotan
tersebut muncul setelah penulis
mengakrabi
salah
satu lem
baga pendidikan keterampilan di Kotamadya Bandung yaitu LPKL
"Sunny". Hal yang menarik untuk diangkat dari lembaga ini
adalah antara lain warga belajarnya yang sebagian besar ibu
rumah tangga. penampilan sumber belajar. proses pembelajaran
serta profil lepasan Coutput) nya. Ibu rumah tangga sebagai
warga belajar dalam suatu lembaga pendidikan memang kelihatannya bukan suatu yang aneh, apalagi dikaitkan dengan konsep
modernisasi
individu
seperti
yang
dikemukakan
sebelumnya
CAlex Inkeles) atau konsep Fredrich Waisanen mengenai pendi
dikan non formal dan modern!tas individu CCole S. Brembeck.
1973: p. lOl); konsep pengembangan sumber daya CFredrick H.Har
bison, 1973:h. 5-12). Gerakan emansipasi dan adanya kesadaran
terhadap aktualisasi martabat kemanusiaan di sisi lain juga
11
ikut memperkuat kecenderungan semakin banyaknya para ibu ru-
mah tangga berupaya mengembangk an dirinya.
Berdasarkan penga-
matan sementara penulis pada ibu-ibu peserta kursus,
nya motivasi mereka cukup bervariasi.
tivasi
oleh keinginan untuk
diperoleh dari
kursus,
saja.
ber usaha lewat keterampilan yang
dalam organisasi
peserta yang dimotivasi
keluarga,
Ada peserta yang dimo
ada peserta yang dimotivasi
inginan untuk mengabdi
oleh
dorongan
dan ada yang hanya sekedar
pemenuhan
mengisi
ada
kebutuhan
waktu luangnya
Keadaan ini menurut penulis sangat mencoraki faktor ke
Secara teoritik hal
konsep dalam psikologi
sosial
dan sikap seseorang dicoraki
CKrech,
dkk,1962).
oleh
Dalam
mewujudkan
bagi
pencapaian
faktor
kesiapan
dimaksud.
melihat
proses
hasil
belajar
belajar
faktor
dinamika
yang dimilikinya
mereka.
yang
yang
baik
yang
pembelajaran
belajar
yang
diandalkan,
yang
didukung
menuntut
oleh
adanya
pihak lembaga pendidikan termasuk
ada
Diasumsikan bahwa hasil
berbagai
motivasi
warga belajar terletak pada
suatu
kepedulian yang tinggi dari
sumber
didukung oleh
Persoalan yang justru perlu dilacak menu
faktor kesiapan belajar mandiri
efektif
ini
yang menyatakan bahwa tindakan
rut penulis pada ibu-ibu sebagai
oleh
oleh ke
yang diikutinya,
siapan belajar mereka.
para
tampak-
dalam
belajar
internal
terjadi
lembaga
seseorang dibangun
maupun
dalam
pendidikan
LPKL
eksternal.
sebagai
Untuk
satuan
12
Pendidikan Luar Sekolah dalam konteks kesiapan belajar ibu
rumah tangga dirumuskan beberapa pertanyaan seperti berikut:
CI) Bagaimana kesiapan belajar mandiri yang dimiliki ibu ru
mah tangga yang belajar di LPKL Sunny?
C2) Bagaimana kepedulian LPKL Sunny dalam merespons kesiapan
belajar ibu rumah tangga ?
Adakah
belajar
indikasi
peran yang ditampilkan oleh sumber
dalam fungsinya sebagai fasilitator, pembantu
dan mitra warga belajar ?
C3) Apakah ada indikasi lain yang ikut membangun kesiapan
belajar mandiri ibu rumah tangga, penampilan belajar, dan
usaha/kegiatan mereka?
C. TUJUAN PENELITIAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
1.
Tuj uan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencari
jalan dalam upaya meningkatkan kualitas LPK sebagai satuan
pendidikan
luar
sekolah
dalam
menjalankan
fungsi
transformasi
bagi
ibu
rumah
tangga
sebagai
sumber
daya
i nsani.
Secara khusus penelitian ini bertujuan:
a. Mengungkap sejauh mana aspek kemandirian telah men
jadi referensi bagi ibu rumah tangga dan proses pembelajaran
di LPKL sebagai satuan PLS.
13
b.
Melalui .penelitian ini diharapkan dapat diperoleh
gambaran
empirik
mengenai
belajar
khususnya
termasuk
sumber
ibu
aspek
rumah
kesiapan
tangga
dan
belajar
warga
kepedulian
LPKL
belajarnya dalam merespons kesiapan belajar
mereka dalam kegiatan kelembagaan dan proses pembelajaran.
c.
gambaran
Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh
mengenai
prospek
usaha
ibu
rumah
tangga
yang
penelitian
ini
didukung oleh upaya belajar mandiri.
2.
Kegunaan Penelitian
Manfaat
yang
dapat. diperoleh
dalam
mencakup segi praktis dan segi teoritis.
temuan-temuan
bahan
komparasi
organisasi
wanita
yang
atau
Cbergerak
upaya
dalam penelitian ini
atau
bergerak
satuan
dalam
mereka
bahan
untuk
di
bidang
pemampuan
lebih
dapat
pertimbangan
pendidikan
upaya
Dari segi praktis,
luar
dijadikan
bagi
lembaga
atau
peningkatan
peranan
sekolah
relevan
potensi
yang
kewanitaan)
mengefektifkan
lembaga pendidikan yang dihadapi.
sebagai
dalam
organisasi
atau
Bagi ibu rumah tangga pada
umumnya, penelitian ini dapat mengantar atau menggiring pola
pikir atau wawasan mengenai bagaimana seyogianya posisi
dan
peranan ibu rumah tangga dalam menjawab tantangan masa depan
kel uarga.
Dari
pengembangan
segi
teoritis,
penelitian
konsep-konsep
pendidikan
ini
bermanfaat
luar
sekolah
bagi
yang
14
sekarang ini tengah digalakkan.
Mengkaji
kesiapan belajar
mandiri ibu rumah tangga dan kegiatan pelaku transformasi di
negara kita dapat memperkaya konsep pendidikan luar sekolah
yang berwawasan budaya bangsa. Jika dikatakan bahwa "fakta
itu bermuatan teori" CM. Goldstein) , maka melalui penelitian
ini
diharapkan
dapat
mengungkapkan
konsep-konsep
yang
berkembang yang bermanfaat bagi pengembangan PLS di negara
kita.
D.
PARADIGMA PENELITIAN
Kerangka berpikir yang dikemukakan dalam bagian A men-
cerminkan paradigma yang akan dikembangkan dalam
Menurut peneliti masyarakat yang cerdas
penelitian.
dan produktif dalam
suatu "learning and teaching society" yang mencakup seluruh
lapisan
masyarakat
termasuk
ibu
rumah
tangga
merupakan
kondisi yang amat vital dalam kehidupan era tinggal landas.
Memperhatikan kondisi masyarakat kita khususnya ibu rumah
tangga
dan
transformasi
berbagai
satuan
PLS yang
pembelajaran,
masih
menjalankan
terlihat
fungsi
beberapa
kecenderungan yang dapat menjadi sumber keresahan dari upaya
mewujudkan kondisi
Dari
sisi
ibu
masyarakat
rumah
tangga
yang disebutkan
sebelumnya.
kecenderungan-kecenderungan
seperti persepsi yang dualisme terhadap wanita karir. takut
akan kemandirian Ccinderella complex}, belajar demi gengsi,
15
ketergantungan pada suami,
masih
cukup
menonjol.
mengenyampingkan tugas kodrati,
Dari
sisi
kelembagaan
PLS
menjalankan fungsi transformasi, kecenderungan yang
seperti
jadi,
yang
muncul
hadirnya berbagai satuan PLS yang prakteknya asal
cenderung
terlampau
menformalkan
yang
non
formal,
orientasi ekonomis yang lebih besar ketimbang sosial,
belum
melirik
hanya
peduli
pada
pada
kemandirian
warga
warga
belajar
belajar
pada
saat
secara
proses
utuh,
pembelajaran
berlangsung di tempat kursus, juga masih cukup menonjol. Bila
lihat pada beberapa ide dasar seperti tuntutan modernisasi
manusia,
pengembangan
sumber
daya
manusia,
kemandirian
sebagai kualitas dan pendekatan, serta eksistensi LPK sebagai
satuan PLS,
cukup
menurut
kompleks
penulis
yang
melahirkan
perlu
suatu
diteliti
masalah
secara
yang
cermat.
Masalah tersebut menyangkut kesiapan belajar ibu rumah tangga
dan
kepedulian
LPK
sebagai
satuan
PLS
dalam
upayanya
mentransformasi kesiapan belajar tersebut yang mengarah pada
kemandirian belajar dan berusaha dari ibu rumah tangga.
Menurut
peneliti,
semakin
tuan-satuan pendidikan luar
disebabkan
oleh
masyarakat guna
diperhatikannya
sekolah
meningkatnya
menggapai
dewasa
aspirasi
kualitas
pengembangan
sa-
ini antara lain
kependidikan dari
hidup tertentu yang di-
inginkan. Bagi ibu rumah tangga, kenyataan
ini sangat besar. Adanya kesiapan belajar
terhadap aspirasi
yang
tinggi
dari
16
mereka tidak bisa dilepaskan dengan beberapa aspek yaitu
dernisasi
individu,
konsepsi
manusia
sebagai
mo
sumber daya
Csumber insani), serta tantangan kemandirian sebagai kualitas
hidup. Indikasi
terletak
dari
suatu
kesiapan
yang baik antara lain
pada adanya keterbukaan terhadap kesempatan belajar
yang tersedia, memiliki konsep diri yang jelas terhadap bela
jar yang
efektif, berinisiatif dan memiliki kebebasan dalam
belajar, memiliki kecintaan terhadap belajar,
liki orientasi masa depan, mampu menerapkan
kreatif, memi
keterampilan da
sar yang dipelajari serta terampil memecahkan suatu
an. Kesiapan belajar yang disebutkan ini
di
sisi
persoal
lain akan
ikut mewarnai dinamika dari suatu
proses
merujuk
belajar. Dinamika tersebut
pada
kemandirian
akan lebih efektif jika
warga
didukung
oleh
pembelajaran
sumber
yang
belajar yang
berfungsi sebagai fasilitator sekaligus sebagai pembantu dan
partner warga belajar serta kepedulian LPKL yang tinggi.
Berhubung
belajar
dengan fungsi
seyogianya
menggunakan kemandirian sebagai
katan dalam mewujudkan
dan
dimaksud setiap LPKL dan sumber
peranannya.
pende
Dengan dukungan program
peralatan yang memadai , serta manajeman yang baik,
proses pembelajaran di suatu lembaga pendidikan luar sekolah
dapat menjawab aspirasi
masyarakat sekaraang ini
giiirannya dapat menciptakan suatu kondisi
cerdas dan produktif CIihat paradigma
dan pada
masyarakat yang
di halaman berikut)
17
balikan
KONDISI NYATA
Belajar sebagai beban ibu ruwah tang-
Perilaku tergantung
ibu ruwah tangga,.
Gejala takut Mandi
ri ibu ruwah tangga
Dualisue wanita karir
Praktek satuaan PLS
asal jadi, forwaliswe,
orientasi
ekonowi sewata-wata
PROSES
KESIAPAN
PEMBELAJARAN/
BELAJAR
TRANSFORMASI
MANDIRI
PLS
KONDISI IDEAL
Terpenuhinya
rongan
woom
Berkewbangnya
tensi suwber
insani
Kewandirian wenjadi
referensi dan pei»_
dekatan
individu
dan lewbaga
Citra satuan PLS
balikan
Gbr I.l
Paradigwa Penelitian
18
E.
DEFINISI OPERASIONAL
1. Upaya Belajar Mandiri
Upaya
belajar mandiri dapat
belajar seseorang.
dilihat
pada
kesiapan
Dalam penelitian ini upaya belajar
man-
ri lebih dititik beratkan pada kesiapan belajar mandiri dari
ibu rumah tangga. Kesiapan belajar mandiri dimaksud diidentifikasikan
atau
kedalam
keterbukaan
beberapa
terhadap
indikator
setiap
yaitu
kesempatan
keterbukaan
belajar
yang
tersedia, memiliki konsep tentang warga belajar yang efektif,
memiliki inisiatif dan merasa bebas dalam belajar, memiliki
kecintaan terhadap belajar, menunjukkan perilaku yang dapat
digolongkan kreatif,
memiliki
memiliki orientasi
kemampuan/keterampilan
dasar
masa depan,
yang
serta
dibutuhkan
da
lam praktek. Sedangkan belajar mandiri dalam penelitian ini
ditekankan pada aspek tanggung jawab dan respons kreatif dari
warga
belajar
itu
kebutuhan belajar,
belajar,
sendiri
dalam
hal
mengidentifikasi
menentukan tujuan, merencanakan kegiatan
menentukan
sumber
belajar
yang
dibutuhkan
dalam
belajar, bekerja sama dengan orang lain, menyeleksi kegiatan
belajar, cenderung menghendaki penilaian sendiri, menentukan
waktu
belajar
secara
penuh
serta
merefleksikan
apa
yang
dipelajarinya serta membuat keputusan yang berarti mengenai
pekerjaan yang diinginkannya untuk kepentingan kehidupannya
19
C Davi d Boud,
1988:45).
Berdasarkan
pandangan
ini
maka
dapat
dikemukakan
bahwa
kesiapan belajar mandiri adalah segala kondisi internal yang
membuat ibu rumah tangga belajar mandiri.
dimaksud
akan
mekar
jika
ditunjang
Kondisi
oleh
internal
kondisi-kondisi
eksternal seperti Lembaga Pendidikan Keterampilan dan Latihan
atau sumber belajar.
2.
Ibu Rumah Tangga
Pengertian ibu rumah tangga dalam penelitian ini adalah
wanita yang sudah berkeluarga secara sah yang sering mengi
kuti kursus di Lembaga Pendidikan Keterampilan dan
CLPKL)
3.
Latihan
Sunny.
Pelaku Transformasi
Dalam penelitian ini
pelaku
transformasi
diartikan
sebagai seseorang atau lembaga yang melakukan peran
si khususnya dalam pendidikan luar sekolah.
transformasi
transfor-
Satuan pelaku
dimaksud adalah lembaga pendidikan dan latihan
CLPKL) atau sejenisnya. Pelakunya
adalah para pengelola LPKL
dan sumber belajar yang berperan sebagai fasilitator, helper
atau mitra warga belajar.
Secara empirik peneliti memusatkan
perhatian kepada LPKL Sunny di
kotamadya Bandung.
Sebagai
pelaku. diharapkan PLS dalam menjalankan fungsi transformasinya dapat
memampukan seseorang atau mengembangkan potensi
masyarakat sebagai sumber daya insani sehingga mereka menya-
dari dirinya, mengarahkan dirinya dan mengaktualisasl dirinya
secara seimbang dalam kehidupannya.
4 .
LPKL Sunny
LPKL
Keterampilan
kursus
Sunny
dan
memasak
adalah
Latihan
bagi
salah
yang
masyarakat.
satu
Lembaga
Pendidikan
menyelenggarakan
Pendidikan
di
kegiatan
LPKL
ini
terbuka bagi ibu rumah tangga, remaja puteri, kaum pria yang
berbakat
dan peserta kursusnya
tidak
terbatas
untuk
kota
Bandung saja tetapi terbuka untuk masyarakat luas di luar
kota Bandung sampai
dengan Jakarta.
jalan Mohamad Ramdan nomor 91
Lokasinya terletak
di
dan jalan Pandu nomor
26
kotamadya Bandung. Selain paket belajar yang bersifat tetap
ada
juga
paket
yang
insi dental.
LPKL
ini
juga
menyelenggarakan ujian negara bagi yang ingin memilikinya.
Kepedulian LPKL Suny dalam merespons kesiapan belajar berarti
upaya
yang
dilakukannya
dalam
mentransformasi
kesiapan
belajar yang dimiliki ibu rumah tangga yang membuat mereka
dapat mencapai kemandirian dalam belajar dan berusaha.
BAB
III
PROSEDUR PENELITIAN
A.
METODE
PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
tode kualitatif atau disebut juga naturalistik.
adalah me
Disebut "kua
litatif" karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualita
tif yakni
tidak menggunakan alat-alat pengukur.
tural is tik",
tural
karena situasi
atau wajar,
Disebut
lapangan penelitian bersifat
sebagaimana adanya tanpa dimanipulasi,
atur dengan eksperimen atau test CNasution, 1988:18).
tian ini
tidak
"na
na
di-
Peneli
menggunakan pengujian hipotesa melainkan men-
jawab sejumlah pertanyaan yang diturunkan dari fokus peneli
tian.
Dalam menggunakan metode ini,
pulan data peneliti
khususnya
dalam pengum
langsung berhadapan dengan situasi
yang
wajar dan orang yang diselidiki, sehingga data yang diperoleh
merupakan data langsung (first hand).
S. Nasution (1988:9-11)
tian naturalistik
1.
sebagai
mengemukakan ciri-ciri
peneli
berikut:
Penelitian dilakukan dalam "natural setting".
Data dikum
pulkan berdasarkan observasi situasi yang wajar, sebagai
mana adanya,
2.
Peneliti
tanpa dipengaruhi dengan sengaja.
sebagai
"human
instrument".
Melakukan
pengamatan dan wawancara untuk memahami
antar manusia,
membaca gerak muka,
72
sendiri
makna interaksi
menyelami perasaan dan
73
nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden.
3. Sangat deskriptif, dalam pengumpulan data yang banyak dan
dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian.
4.
Mementingkan proses maupun produk
terhadap perkembangan
terjadinya sesuatu.
5.
Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan manusia
dalam konteks yang lebih 1uas yang dipandang dari kerang
ka pemikiran dan perasaan responden.
6.
Mengutamakan data langsung (first hand),
yakni peneliti
sendiri yang terjun ke lapangan untuk mengadakan observasi
7.
dan
wawancara.
Melakukan triangulasi yakni mengecek kebenaran data atau
informasi
kepada
pihak
lain
agar
ada jaminan tentang
tingkat kepercayaan data dari satu pihak.
8.
Menonjolkan rincian kontekstual
mencatat data.
dalam mengumpulkan dan
Tidak secara lepas-lepas
akan tetapi sa-
ling berkaitan dan merupakan satu keseluruhan atau struk
tur .
9.
10.
Peneliti berkedudukan sama dengan orang yang diteliti.
Mengutamakan perspektif emic.
Artinya mementingkan pan
dangan responden yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dari
11.
Mengadakan
segi
verifi'kasi
pendiriannya.
melalui
kasus
yang bertentangan
atau negatif.
12. Melakukan sampling purposive yang
biasanya
sedikit
dan
74
dipilih menurut tujuan penelitian.
13. Melakukan audit trail untuk mengetahui apakah laporan pe
nelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan.
14. Melakukan partisipasi tanpa mengganggu untuk memperoleh
situasi yang alamiah atau wajar.
15. Mengadakan analisis sejak dari awal penelitian dan seterusnya sepanjang masa penelitian.
Pendekatan yang digunakan adalah studi kasus. Menurut
S.Nasution studi kasus adalah bentuk penelitian secara menda-
lam tentang sesuatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia
didalamnya. Studi kasus dapat dilakukan terhadap seorang in
dividu, sekelompok individu, segolongan manusia, lingkungan
hidup manusia atau lembaga sosial, dapat juga mengenai per
kembangan sesuatu dan dapat pula memberi gambaran tentang
keadaan yang ada.
Dalam penelitian ini, studi kasus dilakukan di Lembaga
Pendidikan Keterampilan dan Latihan Sunny. Melalui studi ka
sus ini diteiiti secara mendetail tentang kesiapan belajar
mandiri warga belajar, peran fasilitator, proses pembelajaran
dengan keunikan-keunikannya.
B. LOKASI/SUBYEK PENELITIAN
Penelitian ini hanya dibatasi pada sebuah LPK (Lembaga
Pendidikan Keterampilan) Sunny, yang terletak di Jalan Pandu
Kotamadya Bandung.
Pemilihan LPK
per ti mbangan-per ti mbangan yakni:
CD
Kelembagaan
ini
didasarkan
pada
75
Lembaga ini telah diakui oleh pemerintah sebagai salah
satu satuan pendidikan luar sekolah dan dengan demikian
dijamin oleh UU SPN dan Peraturan pemerintah tentang Pen
didikan Luar Sekolah.
Surat izin operas! dari Depdikbud no. 79/102. 10/A/C/L.89 izin Depnaker no. 00029/W. 9/1990. namun praktis berdirinya
LPK Sunny sudah sejak 25 tahun yang lalu. Kepercayaan ma
syarakat terhadap LPK ini sangat besar. Hal ini dapat di
lihat pada animo peserta kursus Cwarga belajar yang tetap
secara bergantian berdatangan dan berasal dari berbagai
daerah di Jawa Barat dan ada juga yang dari luar.
C2)
Program
Sebagian besar progran yang di buka di lembaga ini dituJukan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan yang
banyak diminati oleh kaum wanita Cibu rumah tangga). Pe
neliti mempunyai perhatian mendalam terhadap kewanitaan
kebogaan Cmakanan) dalam kerangka pengembangan sumber da
ya mereka, modernisasi individu serta peningkatan produktivitas mereka Juga sebagai wanita/ibu rumah tangga.
C3)
Pendekatan
Dalam pengamatan awal di mana penulis ikut melibatkan di
ri sebagai peserta kursus (warga belajar), LPK ini cende
rung menerapkan
prinsip-prinsip
yang
dikemukakan
oleh
Suzanne Kindervatter tentang PNF sebagai empowering pro
cess atau konsep-konsep tentang belajar mandiri.
Dalam
era sekarang ini dan lebih khusus lagi bagi ibu-ibu rumah
76
tangga pendekatan ini sangat relevan.
C4>
Kualitas
Fasilitator
Dari segi pengalaman dan tingkat pendidikan yang dicapai
para fasilitator di LPK ini
pimpinan LPK sendiri
cukup diandalkan.
sebagai
tenaga-tenaga yang berasal
tihan Pariwisata CBPLP)
fasilitator,
dari
Balai
Disamping
terdapat
pula
Pendidikan dan La
Bandung.
C5) Peralatan Belajar/Praktikum
LPK ini
memiliki
seperangkat
peralatan
yang
cukup meme
nuhi syarat untuk digunakan dalam proses pembelajaran.
C6) Lepasan C output)
Sampai saat ini kebanyakan lepasan LPK ini menurut infor
masi
sus
dari
pimpinan kursus dan juga beberapa peserta kur
telah
menjadi
berhasil
membuat
nara sumber di
dan memenuhi
Mengingat
usaha
sendiri
Cwiraswasta),
organisasi-organisasi
kewanitaan,
kebutuhan keluarga sendiri.
jumlah peserta/lepasan
telah cukup banyak,
penulis dalam upaya mendalami aspek-aspek penelitian yang di
kemukakan
hanya
membatasi
pada
sampel dalam studi kasus ini.
tiga
General
kursus
sebagai
Ketiga peserta tersebut adalah:
CI) Peserta/lepasan yang saat ini
dang hotel dan restaurant.
peserta
mengembangkan usaha di
Dan
tugasnya
adalah
bi-
sebagai
manager.
C2) Seorang ibu yang membuka usaha di bidang catering diit.
Tugasnya adalah sebagai
C3) Seorang
ibu
yang
pengelola.
memanfaatkan
keterampilan
dan
ilmu
77
memasaknya di keluarga sendiri dan kegiatan sosial.
Untuk
fasilitator,
penulis
hanya
menetapkan
seorang
saja yakni ibu pemimpin kursus sendiri yang sekaligus merang-
kap sebagai sumber belajar utama, dengan pertlmbangan bahwa
ibu ini sudah banyak memiliki pengalaman dalam
bidang meng-
jar Cfasilitator), mengikuti perkembangan dalam bidang kebogaan Cmakanan), memiliki human relation yang baik dengan wai
ga belajar serta sumber belajar lainnya.
C.
TAHAP PENELITIAN
1.
Tahap Awal
Mengurus
surat izin
pelaksanaan
penelitian
melalui
prosedur yang bertingkat yakni mulai dari FPS, Rektor IKIP
Bandung, dilamjutkan ke Kadit Sospol Propinsi Daerah Tingkat
I Jawa Barat,
diteruskan lagi
ke Kadit
Sospol
Tingkat II
Kotamadya Bandung dan terakhir surat tersebut diteruskan ke
pada Pimpinan Lembaga Pendidikan Keterampilan Sunny di Jalan
Pandu Kodya Bandung Csurat izin terlampir).
2.
Tahap Orientasi
Sementara
peneliti
proses
pengurusan
surat
izin
berlangsung,
mengadakan orientasi ke lapangan yakni
pimpinan LPK Sunny.
Peneliti
disambut
baik
oleh
mendatangi
pemimpin
kursus dan langsung menyatakan kesediaannya untuk menjadikan
LPK nya sebagai obyek penelitian. Peneliti "ditawarkan untuk
ikut dalam kegiatan belajar dengan maksud untuk dapat memban
tu peneliti mengetahui secara langsung dan mendalam tentang
pelaksanaan kegiatan belajar di kursus ini. Peneliti langsung
78
menyatakan kesediaan untuk mengikuti kursus dan sekaligus
telah berfungsi sebagai "partisipan observation".
Kegiatan
belajar ini peneliti ikuti selama 3 bulan untuk dua program
belajar dari ke enam program yang ada. Kegiatan awal yang
dilaksanakan peneliti adalah mengadakan pendekatan dengan be
berapa ibu peserta kursus dalam rangka pemilihan sampel yang
sesuai dengan fokus penelitian, serta pemantapan terhadap fokus penelitian.
3. Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini peneliti memasuki lapangan untuk meng
adakan pengumpulan data. Tehnik pengumpulan data yang diguna
kan adalah dengan cara pengamatan Cobservasi).
wawancara.
studi dokumentasi dan studi literatur.
CD Pengamatan Cobservasi)
Guba dan Lincoln C1981: 191 -193)
mengemukakan bahwa
pengamatan sangat perlu untuk penelitian kualitatif sebab:
a. Pengamatan adalah pengalaman secara langsung. dan merupa
kan alat ampuh untuk mengetes suatu kebenaran.
b. Pengamatan berarti melihat dan mengamati sendiri dan
pengamat dapat mencatat sendiri perilaku dan kejadian
sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam
situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung
diperoleh dari data.
d. Dengan pengamatan dapat mengecek data.
e. Pengamatan mampu memahami situasi-situasi yang rumit dan
79
perilaku yang kompleks.
f. Pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat dima
na tehnik komunikasi yang lain tidak memungkinkan.
Pengamatan terhadap subyek dilaksanakan dalam dua cara
yaitu pertama, pengamat berperan serta secara langsung dalam
kelompok yang diamati.
Dalam hal
anggota belajar secara penuh.
ini
peneliti
ikut menjadi
Dengan keikutsertaan peneliti
ini. peneliti dapat mengamati hal-hal yang berhubungan dengan
peran yang ditampilkan warga belajar.
belajar serta hal-hal
fasilitator,
situasi
yang dapat memberikan informasi
yang
tak dapat dilakukan dengan wawancara. Pengamatan ini dilaku
kan tanpa mengganggu proses kegiatan pembelajaran dan biasa-
nya subyek tidak mengetahui kalau sedang diamati. Kedua, ada
lah pengamatan yang dilakukan secara terbuka diketahui oleh
subyek baik warga belajar maupun sumber belajar Cfasilitator).
«
Hal-hal yang diamati adalah menyangkut informasi yang
berkenaan dengan fokus penelitian.
Dalam melaksanakan peng
amatan, bukan berarti peneliti sama sekali
tidak
berkelakar dan selalu dalam situasi yang wajar
berbicara,
dan seadanya.
Data yang dikumpulkan segera dideskripsikan dalam bentuk gam
baran
C2)
umum.
Wawancara
Wawancara mendalam digunakan sebagai
pengumpul
data,
karena yang ingin diketahaui adalah bagaimana persepsi res
ponden tentang dunia kenyataan. Mengenai
wawancara
mendalam
80
dikatakan oleh Subino C1988:2) bahwa wawancara itu tidak ter
batas "puas" sampai terjawabnya pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan akan tetapi terus dikejar sampai merasa bahwa apa
yang diinginkan sudah diperoleh semuanya.
Tehnik wawancara yang digunakan adalah wawancara dalam
bentuk pembicaraan informal dengan menggunakan petunjuk umun
berupa pokok-pokok yang akan ditanyakan. Pertanyaan tidak
disusun sevara baku yang disiapkan lebih dahulu untuk dita
nyakan. Peneliti mengutamakan informasi emic yang berasal
dari responden itu sendiri.
Pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan dalam wawan
cara. sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Patton. yakni:
a. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau perilaku
responden.
b. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai dari
responden.
c. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan dari responden.
d. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan
dari respon
den.
e. Pengmatan yang berkaitan dengan indra responden.
f. Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang dari responden.
Pencatatan data wawancara dilakukan dengan tape recor
der maupun dengan pencatatan peneliti sendiri. Tidak semua
responden bersedia untuk direkam. Setelah wawancara dilakukan
peneliti segera mentranskripkan dengan mengetiknya pada
81
kertas menurut sistematika yang baik. agar mudah untuk dianalisis.
C3)
Studi
dokumentasi
Studi dokumentasi
berupa dokumen resmi
dimaksudkan untuk
baik
yang internal
mengumpulkan data
maupun eksternal.
Dokumen internal yang diperoleh antara lain meliputi keadaan
tempat pelaksanaan kursus seperti gedung, ruangan, peralatan.
buku pendataan, struktur organisasi.
brosur-brosur.
kuriku
lum. dan Iain-lain. Sedangkan dokumen resmi berupa eksternal
adalah berupa pedoman pelaksanaan kursus dari Bidang Pendi
dikan Masyarakat, Buletin Depdikbud, surat-surat penghargaan.
surat izin operasional , dan Iain-lain.
Alasan
mengapa
dokumen
dan
record
digunakan
dalam
penelitian menurut Lincoln dan Guba C1981: 232-235) adalah:
a.
Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang
stabil,
kaya dan mendorong.
b. Berguna sebagaivbuktl,untuk suatu pengujian.
c. Keduanya berguna untuk penelitian kualitatif.
d.
Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh tapi doku
men harus dicari
e.
Keduanya tidak
dan ditemukan.
relatif
sehingga
tidak
sukar
ditemukan
dengan tehnik kajian isi.
f.
Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih
memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang
teliti.
C4>
Studi
literatur
di-
82
Tehnik
ini
digunakan untuk
mendapatkan pengetahuan
teoritis. yang akan dijadikan bahan diskusi hasil penelitian
sekaligus dalam menetapkan rambu-rambu permasalahan peneli
tian. Bertolak dari prinsip bahwa "fakta bermuatan teori"
CGoldstein,1978:17), studi literatur ini dijadikan sebagai
bahan pembanding realitas Ckeadaan faktual) mengenai aspekaspek yang diteliti di lapangan.
4. Tahap Analisis Data
Keseluruhan data yang terkumpul dan tercatat dilaporan
lapangan selanjutnya dibuat dalam reduksi data, display data
dan pengambilan kesimpulan serta verifikasi.
Tehnik yang digunakan dalam penganalisisan data adalah
strategi induksi dan perbandingan konstan CS.Nasution 1988.
Goetz dan Le Comte 1984). Teori-teori yang dikemukakan sebe
lumnya serta teori-teori lain yang muncul sewaktu mengkaji
fakta yang ada digunakan guna mengkuatkan temuan-temuan
yang
diperoleh di lapangan.
D.
KEABSAHAN DATA
Salah satu kriteria dalam pemeriksaan keabsahan data
adalah kredibilitas. Kredibilitas dilakukan dengan cara:
a. Perpanjangan waktu pengamatan untuk lebih mengenai respon
den. lingkungan dan kegiatannya serta peristiwa-peristiwa
yang terjadi. Dengan penelitian yang relatif lama peneliti
dapat mendeteksl dan memperhitungkan distorsi yang mengotoridata dan terutama dapat memberi kepercayaan diri pe
neliti
sendiri.
83
b. Pengamatan yang terus menerus, agar peneliti dapat melihat
sesuatu secara cermat. terinci dan mendalam sehingga dapat
membedakan mana yang bermakna dan tidak, dengan demikian
peneliti dapat memberikan deskripsi yang cermat dan rinci.
c. Triangulasi. yaitu pengecekan kembali tingkat kepercayaan
data dengan mengadakan usaha-usaha sebagai berikut:
CI) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
C2) Membandingkan apa yang dikatakan orang yang didepan
umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
C3) Membandingkan apa yang dikatakan orang dengan dikata
kannya sepanjang waktu.
C4)
Membandingkan
keadaan
menurut
perspektif
seseorang
dengan berbagai pendapat orang lain.
C5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
Sumber lain yang dimintakan informasi untuk mengecek
kebenaran data ini diantaranya adalah teman sesama sumber
belajar, salah satu staf dari pimpinan kursus, bidang Pen
didikan Masyarakat Kanwil Depdikbud Jawa Barat. Sedangkan
untuk mengecek kebenaran dari warga belajar adalah melalui
teman terdekat. anak. suami. karyawan dalam usahanya.
d. Peer debriefing, membicarakan dengan orang lain yang seba-
ya dengan peneliti. tidak terlibat dengan penelitian ini,
mempunyai pengetahuan tentang pokok penelitian dan metode
penelitian kualitatif.
84
e. Member check, yaitu peneliti mengadakan pengecekan kembali
tentang apa yang sudah dikatakan responden dengan maksud
agar responden dapat mengoreksi kembali bila ada kesalahan
dan menambahkan bila ada kekurangan.
BAB
KESI MPULAN,
V
IMPLIKASI
HASIL
PENELITIAN DAN REKOMENDASI
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
analisis
dan
pembahasan
yang
dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya dapat diangkat be
berapa kesimpulan sebagai berikut :
1. LPKL Sunny sebagai satuan Pendidikan Luar
Se
kolah dilihat dari segi penyusunan program, pendekatan/
komunikasi, persepsi terhadap warga belajar, proses pem
belajaran, tindak Ianjut terhadap lepasan dan kualitas
para lepasan, telah dapat diandalkan dalam menjalankan
fungsi transformasi yang berorientasi pada kemandirian
warga belajar.
2.
Dalam transformasi
yang berorientasi
pendidikan
kepada kemandirian,
luar
sekolah
mengisyaratkan
akan adanya kesiapan belajar mandiri dari warga belajar
agar dengannya proses transformasi akan lebih efektif
dan
efisien.
3. Beberapa hal yang menarik diangkat dari LPKL
Sunny adalah walaupun biaya kursus tidak murah namun da
pat dijangkau oleh warga belajar, semua persoalan yang
muncul diuji
melalui suatu pengujian di lab makanan,
baik program maupun praktikum didiskusikan bersama yang
223
224
menga
DAN PELAKU TRANSFORMASI
(STUDI KASUS PADA BEBERAPA WARGA BELAJAR
LPKL SUNNY DI KOTAMADYA BANDUNG)
THESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Thesis
tnstitut Keguruan dan Hmu Penddikan Bandung
Untuk Memenuhl Persyaratan Dalam Mencapai
Gelar Magister Pendidikan Bidang
Pendidikan Luar Sekolah
Oleh:
Marietje Terok
NRR 8932132
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDDIKAN
BANDUNG
1993
DISETUJUI
OLEH TIM PEMBIMBING:
~rs~)
Prof.Dr. SOEPARPJO APIKUSUMO
JIMBINO
1
Prof.Pr.SUDARDJA APIWIKARTA,MA
PEMBIMBINO
2
UPAYA BELAJAR MANDIRI
IBU RUMAH TANGGA
DAN KEGIATAN PELAKU TRANSFORMASI
CStudi Kasus pada Beberapa Warga Belajar
LPKL Sunny di Kotamadya Bandung)
ABSTRAK
Belajar
sebagai
mandiri
satuan
PLS
warga
belajar,
upaya
mewujudkan
meningkatnya
diri,
ibu
yang
ternyata
suatu
rumah
berorientasi
dan
citra
LPKL
kepada
kemandirian
masih merupakan titik
lemah dalam
masyarakat
belajar.
Sementara
itu
aspirasi ibu rumah tangga dalam memodernisasi
mengembangan sumber daya,
an sebagai
tangga
kualitas
hidup,
mengangkat citra kemandiri
semakin
menantang
para
pelaku
transformasi untuk lebih mendinamisasi peran yang dimiliki.
Berangkat
dari
kedua
premis
ini
peneliti
mengangkat
permasalahan kesiapan belajar mandiri ibu rumah tangga dan
kegiatan
pelaku
transformasi.
Apakah
kesiapan
belajar
mandiri ibu rumah tangga telah dapat diandalkan dalam arti
memiliki prospek bagi pengembangan usaha serta peran mereka
dalam kehidupan
rumah
tangga?
Bagaimana
kepedulian
LPKL
terhadap hal tersebuf?
Berfokus
pada kegiatan pelaku transformasi
di
LPKL
Sunny Cpengelola dan dua orang sumber belajar) dan tiga ibu
rumah tangga warga belajar sebagai latar empirik,
an ini berupaya untuk menacari
litas
LPKL
sebagai
satuan
jalan bagi
PLS,
dan
peneliti
peningkatan kua
meningkatkan
upaya
belajar mandiri ibu rumah tangga yang mendukung pengembang
an usaha atau peran mereka dalam kehidupan keluarga.
Setelah melalui
suatu prosedur
penelitian yang me-
nerapkan metode kualitatif dengan teknik studi kasus,
dite-
fflukan sejumlah hasil penelitian sebagai berikut:
Secara
kualitatif
kesiapan
belajar
mandiri
mandiri
dari
ketiga ibu rumah tangga telah cukup diandalkan dalam meno-
pang
usaha
dan
Kesiapan tersebut
peran
mereka
dalam
kehidupan
keluarga.
mencakup keterbukaan/kepedulian terhadap
setiap kesempatan belajar,
berinisiatif
dan
merasa
konsep belajar yang efektif,
bebas
dalam belajar,
kreatif,
orientasi yang kuat terhadap masa depan, cinta terhadap
belajar dan memiliki keterampilan dasar. Dengan dukungan
komponen lainnya, kesiapan belajar tersebut membangun suatu
proses pembelajaran yang kondusif bagi pencapaian tujuan
belajar. Setiap kasus memiliki motif khusus yang mendinamisasi
kesiapan belajar mereka.
Penampilan belajar mereka
memperlihatkan suatu daur belajar mulai dari rasa tidak
puas, sadar masalah, mencari sumber belajar yang berhasil,
belajar mandiri dan mengaplikasikan perolehan hasil bela
jar. Dari sisi kelembagaan sebagai pelaku transformasi,
kepedulian LPKL Sunny telah ikut mendinamisasi kesiapan
belajar mereka. Proses pemampuan mulai dari membangun kesadasar sampai pada upaya menindaklanjuti hasil
Semua persoalan diuji dalam lab makanan. Baik
belajar.
program
maupun praktikum didiskusikan secara kreatif. Informasi andalan sebagai rahasia khusus menjadi incaran warga belajar.
Sumber belajar secara jeli menampilkan diri selaku fasilitator, helper dan mitra warga belajar. Selain itu ditemukan
pula sejumlah konsep yang menarik dari setiap kasus.
Beberapa iraplikasi yang dikemukakan berkisar pada
pengembangan kelembagaan LPKL, pengembangan konsep belajar
PLS, pengembangan/profesionalisasi sumber belajar. Bagi LPK
dan Sumber Belajar disarankan antara lain pentingnya
meng-
analisis kesiapan belajar mandiri warga belajar, mendinami
sasi aspek kepelayanan dalam manajemen LPKL, memblna
relation yang kuat, membangun profesionalisme
dan
human
wawasan
usaha/pekerjaan warga belajar, mengimbas praktek kelembaga
an LPKL Sunny.
Selain itu dikemukakan beberapa isyu yang
menarik untuk diteliti lebih lanjut.
DAFTAR ISI
Halaman
n
LEMBAR PENGESAHAN
ii i
KATA PENGANTAR
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
xi
DAFTAR ISI
xiii
DAFTAR GAMBAR
xi v
DAFTAR LAMPIRAN
xv
ABSTRAK
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
1
Latar Belakang Pemikiran
B.
Fokus
C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
11
Penelitian
12
14
D. Paradigma Penelitian
E. Def ini si Operasional
BAB
II
18
PELUANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM
MENJAWAB TANTANGAN KEMANDIRIAN
RUMAH TANGGA SEBAGAI SUMBER DAYA
IBU
IN-
SANI
A.
Ibu Rumah Tangga Sebagai Sumber Daya
21
Insani
B.
Referensi Kemandirian dalam PLS
1. Tinjauan Humanistik
2. PLS sebagai Proses Empowering
3.
C.
41
Konsep Self Directed Learning
Malcolm Knowles
5.
33
Belajar bagi Orang Dewasa menurut
Steven Brookfield
4.
30
30
Implikasi teoritik dalam Pengembangan PLS di Indonesia
43
46
Kesiapan Belajar, Sumber Belajar dan
Proses Belajar Mandiri
1.
Kesiapan Belajar
2.
Sumber
3.
Proses Belajar Mandiri
Belajar
62
66
BAB
III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
72
C. Tahap Penelitian
g2
74
B. Lokasi/Subyek Penelitian
D.
BAB
^
Keabsahan Data
IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Gambaran Umum Tentang LPKL Sunny
|S
B. Profil Warga Belajar
C. Deskripsi dan Analisis
iQi
iqi
124
1. Kasus ibu Tien
2.
Kasus ibu Inggrid
3.
Kasus ibu Enny
'.'•'
'
4. Analisis terhadap perbedaan ketiga
kasus
1
5. Kepedulian LPKL Sunny sebagai sa
tuan PLS
6. Rangkuman Hasil Penelitian setiap
Kasus
D.
BAB
152
176
181
185
193
Pembahasan
V KESIMPULAN, IMPLIKASI HASIL PENELITIAN
DAN REKOMENDASI
A.
Kesimpulan
".''",'""' D' [,''
B. Implikasi Hasil Penelitian dan
mendasi
Reko-
223
230
245
DAFTAR KEPUSTAKAAN.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Paradigma Penelitian
♦
Gambar
I.1
Gambar
II.1
Konsep Modernisasi Individu menu-
Gambar
11. 2
Posisi Pamong Belajar dalam Proses
Gambar
II. 3
Gambar
II. 4
rut Fredrick Waisanen
IV. 1
63
Langkah-langkah Proses Belajar
Mandiri menurut David Boud
69
Unsur-unsur dalam Proses Belajar
u
..
.
Model Sistem Belajar PLS Kasus
T.
♦
ibu Tien
Gambar
IV. 2
Gambar
IV. 3
30
Pembelajaran menurut Sudomo
Mandiri
Gambar
1 7
Model Sistem Belajar PLS Kasus
ibu Inggrid
Model Sistem Belajar PLS Kasus
,-,
ibu Enny
*
69
197
203
208
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Alur Pengumpulan Data
B. Surat Pengantar IKIP Bandung
C. Surat Ijin Direktorat SosPol Pemda Tkt I
Propinsi Jawa Barat
D.
Curriculum vitae
^4 K*A=fi»l
bair-J>al
seperti
seperux
masih adanya
dualisme
terhadap konsep «—«- Mor.r". gejalah takut mandiri.
belajar demi gengsi, ketergantungan pada suami. dan
meningkatnya peran serta ibu rumah tangga dalam pere.cno.ian
rumah tangga dengan segala efek negatifnya. C^alisme
terhadap konsep wanita karir di .ana di satu sisi ada yang
pro dan di sisi lain ada yang .contra, dapat menjadi Icendala
bagi ibu-ibu yang sukar menentukan pilihan yang pada
giiirannya dapat bersikap masa bodoh dalam kehidupannya.
Gejalah takut mandiri Cinderella complex, yang disebabkan
oleh faktor budaya atau suasana yang terlampau formalism*
dapat memBuat ibu rumah tangga tidak pedui i iagi terhadap
perobahan atau upaya peningkatan diri. Beiajar demi gengsi
juga terlihat pada sebagian ibu — tangga. Biia hal ini
yang menjadi faktor pendorong. *
•*«>
keoenderuhgan orang hanya sekedar belajar untuk mendapatkan
s.rtifikat. Ibu rumah tangga yang hanya tergantung pada suami
sebetulnya hanya menedam potensi yang di^likinya yang pada "
•giiirannya dapat menimbulkan sikap masa bodoh. tidak mau
meng.mbangkan diri. Meningkatnya peran ibu rumah tangga
dalam perekonomian rumah tangga CPudjiwati Suyogyo, 19«Q . di
Satu sisi mempunyai dampak positif namun disi lain juga
membawa dampak negatif dalam pendidikan keluarga.
Dari
sisi
kelembagaan
pendidikan
luar
sekolah
terlihat beberapa hal seperti munculnya berbagai satuan PLS
seperti yang praktek kelembagaannya asal jadi, cenderung
menformalkan yang "non formal", cenderung berorientasi pada
aspek ekonomi
melirik
semata-mata ketimbang aspek
pada" kemandirian
warga
belajar
sosial.
belum
secara
utuh,
kepedulian terhadap warga belajar hanya pada waktu proses
pembelajaran berlangsung di tempat fcursus. Menurut penulis,
bila kenyataan-kenyataan seperti yang dikemukakan ^im tetap
tumbuh
subur, pada giiirannya satuan-satuan PLS yang ada
akan membawa masalah baru bahkan tidak membawa nilai tambah
bagi pengembangan sumber daya manusia seutuhnya.
Baik sebagai individu maupun sebagai lembaga bahkan
keterpaduan keduanya dalam suatu sistem kelembagaan PLS,
tidak dapat dipisankan dari beberapa ide dasar yang diangkat
oleh penulis dalam meneropong permasalahan dalam penelitian
ini
yaitu
modernisasi
manusia,
pengembangan sumber
daya
manusia, kemandirian sebagai kualitas dan pendekatan serta
eksistensi LPK sebagai satuan PLS.
1.
Modernisasi Manusia
Konsep membangun manusia seperti di negara kita, tidak
dapat dipisahkan dengan konsep modernisasi manusia. Seorang
Guru besar
Sosiologi
di
Harvard
Inkeles mengemukakan bahwa,
University bernama
Alex
"pada akhirnya ide pembangunan
mengharuskan adanya perubahan watak manusia dimana perubahan
tersebut merupakan alat untuk mencapai tujuan berupa pertumbuhan yang lebih Ianjut lagi. dan berbarengan dengan itu juga
merupakan tujuan besar proses pembangunan itu sendiri" CAlex
Inkeles dalam buku Myron Weiner, 1980:88). Bertolak dari pan-
dangan ini. maka manusia Ctermasuk ibu-ibu rumah tangga) yang
ingin membangun adalah manusia yang ingin memodernisasikan
dirinya. Profil manusia modern dapat merujuk pada sembilan
indikator yang dikemukakan Alex Inkeles, C1980: 90-93) yaitu
keterbukaan
terhadap
pembaharuan/perubahan,
kesanggupan
membentuk/menyampaikan pendapat terhadap persoalan sekitar/
diluarnya. orientasi waktu masa kini dan masa depan. perenca-
naan "minded", optimis terhadap kemampuan manusia/gemar bel
ajar. rasional/percaya akan dunia yang cukup tertib di bawah
kendali manusia. memiliki harga diri, percaya pada ilmu dan
teknologi. serta percaya pada apa yang disebut keadilan dalam
pembagian Cmemperoleh sesuatu sesuai unjuk kerja).
VlCecenderungan yang banyak melanda ibu-ibu rumah tangga
dewasa ini seperti mengikuti pendidikan di 1embaga-1embaga
pendidikan luar sekolah/kesekolahan antara lain didorong oleh
semangat atau jiwa modernisasi manusia seperti yang dikemuka
kan sebelumnya. Dengan jalan tersebut. ibu-ibu akan semakin
berkualitas dalam menjalankan fungsi transformasi dalam ke
luarga di
bidang kehidupan
keluarga.Kehadiran
berbagai
/ '''
satuan
/
PLSXjuga
modernisasi
5
tidak
dapat
dipisahkan
pada
tuntutan
manuusia.
2. Ibu Rumah Tangga dan Konsep Pengembangan Sumber Daya
Manusia
Konsep pengembangan sumber daya manusia di Indonesia
pada dasarnya merupakan "pemberian peluang dan kesempatan
yang lebih besar serta dukungan yang lebih kuat bagi pengem
bangan potensi seluruh manusia Indonesia dalam menghadapi
tantangan masa depan"CPresiden Soeharto, 1990). Bertolak dari
konsep ini, ibu rumah tangga dalam keterikatannya dengan ke
luarga dan masyarakat yang sedang membangun, disamping menja
di obyek pengembangan sumber daya juga sekaligus menjadi sub-
yek pengembangan sumber daya.
Sebagai
obyek pengembangan,
berarti segenap upaya transformasi yang dilakukan selama. ini
sedapat mungkin menjawab kebutuhan para ibu rumah tangga da
lam menghadapi masa depan keluarga dan masyarakatnya. Sebagai
subyek pengembangan, berarti para ibu rumah tangga seyogianya
melibatkan/dilibatkan dalam segenap upaya transformasi yang
dilakukan. Potensi yang mereka miliki perlu diangkat dan di-
kembangkan seoptimal mungkin. sehingga mereka bukan hanya se-
kedar "pelenghap" atau dipandang sebagai "beban" atau menja
lankan fungsi melahirkan saja. Pada dasarnya para ibu rumah
tangga dewasa ini dipandang potensial bukan hanya sebagai
pendidik dalam keluarga, tetapi juga menjalankan fungsi pen-
6
didik dalam masyarakat, fungsi ekonomi, fungsi sosial, dan
Iain-lain. Adanya pergeseran fungsi inilah yang justru meng
angkat isyu tentang "belajar" dan "kemandirian" bagi ibu ru
mah tangga semakin populer dipersoalkan.
3. Kemandirian sebagai Kualitas dan Pendekatan
Dewasa
kembang
ini
sebagai
mandirian
isyu
suatu
dipandang
tentang' kemandirian
referensi
semakin
ber-
nilai. Di satu sisi ke
sebagai suatu kualitas hidup yang di-
upayakan orang untuk memilikinya. Di sisi lain kemandirian |
digunaka'n sebagai pendekatan untuk mencapai sesuatu yang berkualitas. Dalam kaitannya dengan pendidikan David Boud mi sal-
nya menguraikan kemandirian atau otonomi
sebagai
"goal
of
education" dan sebagai "approach to education" CDavid Boud.
1988 : 18-20).
Guna
mencapai
kemandirian dalam kehidupan
keluarga menuntut para ibu rumah tangga untuk senantiasa
nyadari kemampuan yang dimilikinya. Kesadaran
perubahan sebagai akibat kemajuan ilmu dan
pihak Cmodernisasi) dan
kesadaran
me
akan tuntutan
teknologi di satu
eksistensial
sebagai ibu
rumah tangga di lain pihak Csumber daya dalam keluarga), akan
membuat seorang ibu rumah tangga tidak akan tinggal diam. Sa
lah satu upaya ke arah pemenuhan tuntutan tersebut adalah me-
lalui belajar. Bagi ibu rumah tangga konsep belajar yang dimaksud
lebih ditekank an pada konsep
"self directed
belajar
mandiri
atau
learning" CGugielmino dalam buku David Boud,
1**-
1988:45).
Konsep belajar mandiri seperti yang disebutkan ini
berarti menggunakan kemandirian sebagai pendekatan dalam bel-ajar.
Belajar
mandiri
orang Ctermasuk
dengan
faktor
ibu
Cself-directed
rumah tangga)
kesiapan belajar
menyebutnya "self-directed
lain
faktor
kesiapan
learning)
tidak
yang
dapat
bagi
sese-
dipisahkan
dimilikinya.
Guliemino
learning readines". Namun di sisi
dimaksud
dapat
suatu situasi yang kondusif untuk itu.
termanifestasi
dalam
Salah satu figur yang
dilibatkan dalam menciptakan situasi yang demikian adalah fa
silitator sebagai sumber belajar.
Adanya kesiapan yang tinggi
yang didukung oleh fasilitator yang arif Cprofesional) dalam
mencapai
suatu perolehan yang dikehendaki.
Menyadari
konsep-konsep yang berkaitan dengan kesiapan belajar
serta rekomendasi-rekomendasi
bagi
para
ibu
rumah
tangga
mengenai
masih
fasilitator
bahwa
mandiri
yang arif
amat terbatas ,
dalam
penelitian ini penulis mencoba mengungkap beberapa ibu
rumah
tangga sekaligus sumber belajarnya dalam kondisi budaya bangsa kita.
Menurut penilis, pertanyaan kritis yang menjadi sum
ber keresahan dalam konteks kemandirian bagi
dimaksud adalah "dalam. kondisi budaya
ibu rumah tangga
bangsa
kita
sekarang
ini sejaxih mana aspek kemandirian telah menjadi referensi ba
gi ibu rxunah. tangga dan sat-aan-satuan PLS yang ada ?
Apakah
secara
empirik
referensi
terhadap
kemandirian ini
8
telah dapat memberi nilai tambah bagi ibu rumah tangga? Per-
tanyaan ini memerlukan suatu pengkajian yang cermat dan antisipatif, sehingga dapat ditemukan bahan-bahan terapi budaya
masyarakat.
4. Eksistens*i LPK dan Keluarga sebagai Satuan PLS
Lembaga Pendidikan Keterampilan CLPK) dewasa ini ber-
kembang cukup pesat. Keberadaannya sebagai salah satu satuan
PLS secara yuridis
telah
dijamin oleh
Undang-undang Sis
tem Pendidikan Nasional CUUSPN) Nomor 2 tahun 1989 dan PP No73 tahun
1991
tentang
PLS.
Dalam
kerangka
moderni
sasi. pengembangan sumber daya serta kemandirian sebagaimana
yang dikemukakan sebelumnya LPK mendapat tempat yang cukup
strategis. Sebagai satuan PLS,
LPK seyogianya setiap saat
peka terhadap tuntutan Cdemands). apa yang menjadi kebutuhan
warga belajar, siapa yang membutuhkannya, referensi .nana yang
harus dipegang yang dapat memberikan nilai tambah bagi
warga
belajar sekaligus nilai tambah bagi lembaganya. dan sebagainya. Begitu kuatnya tarikan modernisasi bagi kehidupan
keluarga dewasa ini misalnya. sehingga membuat kebanyakan ibu
rumah tangga berupaya meningkatkan atau mengembangkan kete-
rampilannya di lembaga-lembaga pelatihan atau lembaga pendi
dikan keterampilan. LPK sebagai satuan PLS perlu menjawabnya
dengan menampilkan program-program. fasilitator, peralatan
yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan jaman.
Begitu kuatnya kaitan antara pengembangan sumber daya manusia
dengan pembentukan kepribadian yang mandiri. sehingga LPK
sebagai salah satu upaya transformasi pengembangan sumber da
ya manusia senantiasa menggunakan kemandirian sebagai refe
rensi dalam operasionalisasi. Hal ini berarti bahwa kualitas
suatu LPK dapat di1ihat/dini1ai antara lain pada sejauh mana
LPK tersebut menggunakan fasilitator yang arif dalam mencip
takan suasana belajar membelajarkan yang kondusif bagi terbentuknya kepribadian yang mandiri bagi warga belajar yang
didukung oleh suatu kesiapan belajar mandiri seperti yang di
kemukakan sebelumnya.
Keluarga menurut UU Nomor 2 tahun 1989 juga merupakan
satuan pendidikan luar sekolah. Pendidikan keluarga merupakan
"bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai
budaya. nilai moral dan keterampilan" CH. D. Sudjana S.1987.
ha.203). Ibu rumah tangga pada dasarnya menjadi salah satu
pelaku transformasi dalam keluarga. Perannya sebagai pendidik
dalam keluarga bukan hanya menanamkan keyakinan agama, nilai
budaya atau nilai moral, tetapi juga memberikan keterampilan
dan ada kalanya memberikan juga pengetahuan kepada anak.
Secara sistemik, ibu rumah tangga dalam keluarga sebagai
satuan PLS menjadi sumber belajar bagi keluarga. Dalam posisi
inilah menuntut kemampuan ibu rumah tangga dan untuk memenuhi
lO
tuntutan tersebut ibu rumah tangga seyogianya mengembangkan
diri atau belajar setiap saat.
B.
.
FOKUS PENELITIAN
Inti masalah dalam penelitian ini berfokus pada perso-
alan
kesiapan
belajar'
mandiri
ibu
rumah
tangga
transformasi pendidikan luar sekolah. Persoalan tersebut
angkat oleh peneliti
setelah mengamati/mengikuti
dalam
di-
beberapa
kecenderungan kehidupan LPK sekarang ini dengan mengacu pada
keempat ide dasar yang dikemukakan dan secara khusus sorotan
tersebut muncul setelah penulis
mengakrabi
salah
satu lem
baga pendidikan keterampilan di Kotamadya Bandung yaitu LPKL
"Sunny". Hal yang menarik untuk diangkat dari lembaga ini
adalah antara lain warga belajarnya yang sebagian besar ibu
rumah tangga. penampilan sumber belajar. proses pembelajaran
serta profil lepasan Coutput) nya. Ibu rumah tangga sebagai
warga belajar dalam suatu lembaga pendidikan memang kelihatannya bukan suatu yang aneh, apalagi dikaitkan dengan konsep
modernisasi
individu
seperti
yang
dikemukakan
sebelumnya
CAlex Inkeles) atau konsep Fredrich Waisanen mengenai pendi
dikan non formal dan modern!tas individu CCole S. Brembeck.
1973: p. lOl); konsep pengembangan sumber daya CFredrick H.Har
bison, 1973:h. 5-12). Gerakan emansipasi dan adanya kesadaran
terhadap aktualisasi martabat kemanusiaan di sisi lain juga
11
ikut memperkuat kecenderungan semakin banyaknya para ibu ru-
mah tangga berupaya mengembangk an dirinya.
Berdasarkan penga-
matan sementara penulis pada ibu-ibu peserta kursus,
nya motivasi mereka cukup bervariasi.
tivasi
oleh keinginan untuk
diperoleh dari
kursus,
saja.
ber usaha lewat keterampilan yang
dalam organisasi
peserta yang dimotivasi
keluarga,
Ada peserta yang dimo
ada peserta yang dimotivasi
inginan untuk mengabdi
oleh
dorongan
dan ada yang hanya sekedar
pemenuhan
mengisi
ada
kebutuhan
waktu luangnya
Keadaan ini menurut penulis sangat mencoraki faktor ke
Secara teoritik hal
konsep dalam psikologi
sosial
dan sikap seseorang dicoraki
CKrech,
dkk,1962).
oleh
Dalam
mewujudkan
bagi
pencapaian
faktor
kesiapan
dimaksud.
melihat
proses
hasil
belajar
belajar
faktor
dinamika
yang dimilikinya
mereka.
yang
yang
baik
yang
pembelajaran
belajar
yang
diandalkan,
yang
didukung
menuntut
oleh
adanya
pihak lembaga pendidikan termasuk
ada
Diasumsikan bahwa hasil
berbagai
motivasi
warga belajar terletak pada
suatu
kepedulian yang tinggi dari
sumber
didukung oleh
Persoalan yang justru perlu dilacak menu
faktor kesiapan belajar mandiri
efektif
ini
yang menyatakan bahwa tindakan
rut penulis pada ibu-ibu sebagai
oleh
oleh ke
yang diikutinya,
siapan belajar mereka.
para
tampak-
dalam
belajar
internal
terjadi
lembaga
seseorang dibangun
maupun
dalam
pendidikan
LPKL
eksternal.
sebagai
Untuk
satuan
12
Pendidikan Luar Sekolah dalam konteks kesiapan belajar ibu
rumah tangga dirumuskan beberapa pertanyaan seperti berikut:
CI) Bagaimana kesiapan belajar mandiri yang dimiliki ibu ru
mah tangga yang belajar di LPKL Sunny?
C2) Bagaimana kepedulian LPKL Sunny dalam merespons kesiapan
belajar ibu rumah tangga ?
Adakah
belajar
indikasi
peran yang ditampilkan oleh sumber
dalam fungsinya sebagai fasilitator, pembantu
dan mitra warga belajar ?
C3) Apakah ada indikasi lain yang ikut membangun kesiapan
belajar mandiri ibu rumah tangga, penampilan belajar, dan
usaha/kegiatan mereka?
C. TUJUAN PENELITIAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
1.
Tuj uan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencari
jalan dalam upaya meningkatkan kualitas LPK sebagai satuan
pendidikan
luar
sekolah
dalam
menjalankan
fungsi
transformasi
bagi
ibu
rumah
tangga
sebagai
sumber
daya
i nsani.
Secara khusus penelitian ini bertujuan:
a. Mengungkap sejauh mana aspek kemandirian telah men
jadi referensi bagi ibu rumah tangga dan proses pembelajaran
di LPKL sebagai satuan PLS.
13
b.
Melalui .penelitian ini diharapkan dapat diperoleh
gambaran
empirik
mengenai
belajar
khususnya
termasuk
sumber
ibu
aspek
rumah
kesiapan
tangga
dan
belajar
warga
kepedulian
LPKL
belajarnya dalam merespons kesiapan belajar
mereka dalam kegiatan kelembagaan dan proses pembelajaran.
c.
gambaran
Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh
mengenai
prospek
usaha
ibu
rumah
tangga
yang
penelitian
ini
didukung oleh upaya belajar mandiri.
2.
Kegunaan Penelitian
Manfaat
yang
dapat. diperoleh
dalam
mencakup segi praktis dan segi teoritis.
temuan-temuan
bahan
komparasi
organisasi
wanita
yang
atau
Cbergerak
upaya
dalam penelitian ini
atau
bergerak
satuan
dalam
mereka
bahan
untuk
di
bidang
pemampuan
lebih
dapat
pertimbangan
pendidikan
upaya
Dari segi praktis,
luar
dijadikan
bagi
lembaga
atau
peningkatan
peranan
sekolah
relevan
potensi
yang
kewanitaan)
mengefektifkan
lembaga pendidikan yang dihadapi.
sebagai
dalam
organisasi
atau
Bagi ibu rumah tangga pada
umumnya, penelitian ini dapat mengantar atau menggiring pola
pikir atau wawasan mengenai bagaimana seyogianya posisi
dan
peranan ibu rumah tangga dalam menjawab tantangan masa depan
kel uarga.
Dari
pengembangan
segi
teoritis,
penelitian
konsep-konsep
pendidikan
ini
bermanfaat
luar
sekolah
bagi
yang
14
sekarang ini tengah digalakkan.
Mengkaji
kesiapan belajar
mandiri ibu rumah tangga dan kegiatan pelaku transformasi di
negara kita dapat memperkaya konsep pendidikan luar sekolah
yang berwawasan budaya bangsa. Jika dikatakan bahwa "fakta
itu bermuatan teori" CM. Goldstein) , maka melalui penelitian
ini
diharapkan
dapat
mengungkapkan
konsep-konsep
yang
berkembang yang bermanfaat bagi pengembangan PLS di negara
kita.
D.
PARADIGMA PENELITIAN
Kerangka berpikir yang dikemukakan dalam bagian A men-
cerminkan paradigma yang akan dikembangkan dalam
Menurut peneliti masyarakat yang cerdas
penelitian.
dan produktif dalam
suatu "learning and teaching society" yang mencakup seluruh
lapisan
masyarakat
termasuk
ibu
rumah
tangga
merupakan
kondisi yang amat vital dalam kehidupan era tinggal landas.
Memperhatikan kondisi masyarakat kita khususnya ibu rumah
tangga
dan
transformasi
berbagai
satuan
PLS yang
pembelajaran,
masih
menjalankan
terlihat
fungsi
beberapa
kecenderungan yang dapat menjadi sumber keresahan dari upaya
mewujudkan kondisi
Dari
sisi
ibu
masyarakat
rumah
tangga
yang disebutkan
sebelumnya.
kecenderungan-kecenderungan
seperti persepsi yang dualisme terhadap wanita karir. takut
akan kemandirian Ccinderella complex}, belajar demi gengsi,
15
ketergantungan pada suami,
masih
cukup
menonjol.
mengenyampingkan tugas kodrati,
Dari
sisi
kelembagaan
PLS
menjalankan fungsi transformasi, kecenderungan yang
seperti
jadi,
yang
muncul
hadirnya berbagai satuan PLS yang prakteknya asal
cenderung
terlampau
menformalkan
yang
non
formal,
orientasi ekonomis yang lebih besar ketimbang sosial,
belum
melirik
hanya
peduli
pada
pada
kemandirian
warga
warga
belajar
belajar
pada
saat
secara
proses
utuh,
pembelajaran
berlangsung di tempat kursus, juga masih cukup menonjol. Bila
lihat pada beberapa ide dasar seperti tuntutan modernisasi
manusia,
pengembangan
sumber
daya
manusia,
kemandirian
sebagai kualitas dan pendekatan, serta eksistensi LPK sebagai
satuan PLS,
cukup
menurut
kompleks
penulis
yang
melahirkan
perlu
suatu
diteliti
masalah
secara
yang
cermat.
Masalah tersebut menyangkut kesiapan belajar ibu rumah tangga
dan
kepedulian
LPK
sebagai
satuan
PLS
dalam
upayanya
mentransformasi kesiapan belajar tersebut yang mengarah pada
kemandirian belajar dan berusaha dari ibu rumah tangga.
Menurut
peneliti,
semakin
tuan-satuan pendidikan luar
disebabkan
oleh
masyarakat guna
diperhatikannya
sekolah
meningkatnya
menggapai
dewasa
aspirasi
kualitas
pengembangan
sa-
ini antara lain
kependidikan dari
hidup tertentu yang di-
inginkan. Bagi ibu rumah tangga, kenyataan
ini sangat besar. Adanya kesiapan belajar
terhadap aspirasi
yang
tinggi
dari
16
mereka tidak bisa dilepaskan dengan beberapa aspek yaitu
dernisasi
individu,
konsepsi
manusia
sebagai
mo
sumber daya
Csumber insani), serta tantangan kemandirian sebagai kualitas
hidup. Indikasi
terletak
dari
suatu
kesiapan
yang baik antara lain
pada adanya keterbukaan terhadap kesempatan belajar
yang tersedia, memiliki konsep diri yang jelas terhadap bela
jar yang
efektif, berinisiatif dan memiliki kebebasan dalam
belajar, memiliki kecintaan terhadap belajar,
liki orientasi masa depan, mampu menerapkan
kreatif, memi
keterampilan da
sar yang dipelajari serta terampil memecahkan suatu
an. Kesiapan belajar yang disebutkan ini
di
sisi
persoal
lain akan
ikut mewarnai dinamika dari suatu
proses
merujuk
belajar. Dinamika tersebut
pada
kemandirian
akan lebih efektif jika
warga
didukung
oleh
pembelajaran
sumber
yang
belajar yang
berfungsi sebagai fasilitator sekaligus sebagai pembantu dan
partner warga belajar serta kepedulian LPKL yang tinggi.
Berhubung
belajar
dengan fungsi
seyogianya
menggunakan kemandirian sebagai
katan dalam mewujudkan
dan
dimaksud setiap LPKL dan sumber
peranannya.
pende
Dengan dukungan program
peralatan yang memadai , serta manajeman yang baik,
proses pembelajaran di suatu lembaga pendidikan luar sekolah
dapat menjawab aspirasi
masyarakat sekaraang ini
giiirannya dapat menciptakan suatu kondisi
cerdas dan produktif CIihat paradigma
dan pada
masyarakat yang
di halaman berikut)
17
balikan
KONDISI NYATA
Belajar sebagai beban ibu ruwah tang-
Perilaku tergantung
ibu ruwah tangga,.
Gejala takut Mandi
ri ibu ruwah tangga
Dualisue wanita karir
Praktek satuaan PLS
asal jadi, forwaliswe,
orientasi
ekonowi sewata-wata
PROSES
KESIAPAN
PEMBELAJARAN/
BELAJAR
TRANSFORMASI
MANDIRI
PLS
KONDISI IDEAL
Terpenuhinya
rongan
woom
Berkewbangnya
tensi suwber
insani
Kewandirian wenjadi
referensi dan pei»_
dekatan
individu
dan lewbaga
Citra satuan PLS
balikan
Gbr I.l
Paradigwa Penelitian
18
E.
DEFINISI OPERASIONAL
1. Upaya Belajar Mandiri
Upaya
belajar mandiri dapat
belajar seseorang.
dilihat
pada
kesiapan
Dalam penelitian ini upaya belajar
man-
ri lebih dititik beratkan pada kesiapan belajar mandiri dari
ibu rumah tangga. Kesiapan belajar mandiri dimaksud diidentifikasikan
atau
kedalam
keterbukaan
beberapa
terhadap
indikator
setiap
yaitu
kesempatan
keterbukaan
belajar
yang
tersedia, memiliki konsep tentang warga belajar yang efektif,
memiliki inisiatif dan merasa bebas dalam belajar, memiliki
kecintaan terhadap belajar, menunjukkan perilaku yang dapat
digolongkan kreatif,
memiliki
memiliki orientasi
kemampuan/keterampilan
dasar
masa depan,
yang
serta
dibutuhkan
da
lam praktek. Sedangkan belajar mandiri dalam penelitian ini
ditekankan pada aspek tanggung jawab dan respons kreatif dari
warga
belajar
itu
kebutuhan belajar,
belajar,
sendiri
dalam
hal
mengidentifikasi
menentukan tujuan, merencanakan kegiatan
menentukan
sumber
belajar
yang
dibutuhkan
dalam
belajar, bekerja sama dengan orang lain, menyeleksi kegiatan
belajar, cenderung menghendaki penilaian sendiri, menentukan
waktu
belajar
secara
penuh
serta
merefleksikan
apa
yang
dipelajarinya serta membuat keputusan yang berarti mengenai
pekerjaan yang diinginkannya untuk kepentingan kehidupannya
19
C Davi d Boud,
1988:45).
Berdasarkan
pandangan
ini
maka
dapat
dikemukakan
bahwa
kesiapan belajar mandiri adalah segala kondisi internal yang
membuat ibu rumah tangga belajar mandiri.
dimaksud
akan
mekar
jika
ditunjang
Kondisi
oleh
internal
kondisi-kondisi
eksternal seperti Lembaga Pendidikan Keterampilan dan Latihan
atau sumber belajar.
2.
Ibu Rumah Tangga
Pengertian ibu rumah tangga dalam penelitian ini adalah
wanita yang sudah berkeluarga secara sah yang sering mengi
kuti kursus di Lembaga Pendidikan Keterampilan dan
CLPKL)
3.
Latihan
Sunny.
Pelaku Transformasi
Dalam penelitian ini
pelaku
transformasi
diartikan
sebagai seseorang atau lembaga yang melakukan peran
si khususnya dalam pendidikan luar sekolah.
transformasi
transfor-
Satuan pelaku
dimaksud adalah lembaga pendidikan dan latihan
CLPKL) atau sejenisnya. Pelakunya
adalah para pengelola LPKL
dan sumber belajar yang berperan sebagai fasilitator, helper
atau mitra warga belajar.
Secara empirik peneliti memusatkan
perhatian kepada LPKL Sunny di
kotamadya Bandung.
Sebagai
pelaku. diharapkan PLS dalam menjalankan fungsi transformasinya dapat
memampukan seseorang atau mengembangkan potensi
masyarakat sebagai sumber daya insani sehingga mereka menya-
dari dirinya, mengarahkan dirinya dan mengaktualisasl dirinya
secara seimbang dalam kehidupannya.
4 .
LPKL Sunny
LPKL
Keterampilan
kursus
Sunny
dan
memasak
adalah
Latihan
bagi
salah
yang
masyarakat.
satu
Lembaga
Pendidikan
menyelenggarakan
Pendidikan
di
kegiatan
LPKL
ini
terbuka bagi ibu rumah tangga, remaja puteri, kaum pria yang
berbakat
dan peserta kursusnya
tidak
terbatas
untuk
kota
Bandung saja tetapi terbuka untuk masyarakat luas di luar
kota Bandung sampai
dengan Jakarta.
jalan Mohamad Ramdan nomor 91
Lokasinya terletak
di
dan jalan Pandu nomor
26
kotamadya Bandung. Selain paket belajar yang bersifat tetap
ada
juga
paket
yang
insi dental.
LPKL
ini
juga
menyelenggarakan ujian negara bagi yang ingin memilikinya.
Kepedulian LPKL Suny dalam merespons kesiapan belajar berarti
upaya
yang
dilakukannya
dalam
mentransformasi
kesiapan
belajar yang dimiliki ibu rumah tangga yang membuat mereka
dapat mencapai kemandirian dalam belajar dan berusaha.
BAB
III
PROSEDUR PENELITIAN
A.
METODE
PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
tode kualitatif atau disebut juga naturalistik.
adalah me
Disebut "kua
litatif" karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualita
tif yakni
tidak menggunakan alat-alat pengukur.
tural is tik",
tural
karena situasi
atau wajar,
Disebut
lapangan penelitian bersifat
sebagaimana adanya tanpa dimanipulasi,
atur dengan eksperimen atau test CNasution, 1988:18).
tian ini
tidak
"na
na
di-
Peneli
menggunakan pengujian hipotesa melainkan men-
jawab sejumlah pertanyaan yang diturunkan dari fokus peneli
tian.
Dalam menggunakan metode ini,
pulan data peneliti
khususnya
dalam pengum
langsung berhadapan dengan situasi
yang
wajar dan orang yang diselidiki, sehingga data yang diperoleh
merupakan data langsung (first hand).
S. Nasution (1988:9-11)
tian naturalistik
1.
sebagai
mengemukakan ciri-ciri
peneli
berikut:
Penelitian dilakukan dalam "natural setting".
Data dikum
pulkan berdasarkan observasi situasi yang wajar, sebagai
mana adanya,
2.
Peneliti
tanpa dipengaruhi dengan sengaja.
sebagai
"human
instrument".
Melakukan
pengamatan dan wawancara untuk memahami
antar manusia,
membaca gerak muka,
72
sendiri
makna interaksi
menyelami perasaan dan
73
nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden.
3. Sangat deskriptif, dalam pengumpulan data yang banyak dan
dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian.
4.
Mementingkan proses maupun produk
terhadap perkembangan
terjadinya sesuatu.
5.
Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan manusia
dalam konteks yang lebih 1uas yang dipandang dari kerang
ka pemikiran dan perasaan responden.
6.
Mengutamakan data langsung (first hand),
yakni peneliti
sendiri yang terjun ke lapangan untuk mengadakan observasi
7.
dan
wawancara.
Melakukan triangulasi yakni mengecek kebenaran data atau
informasi
kepada
pihak
lain
agar
ada jaminan tentang
tingkat kepercayaan data dari satu pihak.
8.
Menonjolkan rincian kontekstual
mencatat data.
dalam mengumpulkan dan
Tidak secara lepas-lepas
akan tetapi sa-
ling berkaitan dan merupakan satu keseluruhan atau struk
tur .
9.
10.
Peneliti berkedudukan sama dengan orang yang diteliti.
Mengutamakan perspektif emic.
Artinya mementingkan pan
dangan responden yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dari
11.
Mengadakan
segi
verifi'kasi
pendiriannya.
melalui
kasus
yang bertentangan
atau negatif.
12. Melakukan sampling purposive yang
biasanya
sedikit
dan
74
dipilih menurut tujuan penelitian.
13. Melakukan audit trail untuk mengetahui apakah laporan pe
nelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan.
14. Melakukan partisipasi tanpa mengganggu untuk memperoleh
situasi yang alamiah atau wajar.
15. Mengadakan analisis sejak dari awal penelitian dan seterusnya sepanjang masa penelitian.
Pendekatan yang digunakan adalah studi kasus. Menurut
S.Nasution studi kasus adalah bentuk penelitian secara menda-
lam tentang sesuatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia
didalamnya. Studi kasus dapat dilakukan terhadap seorang in
dividu, sekelompok individu, segolongan manusia, lingkungan
hidup manusia atau lembaga sosial, dapat juga mengenai per
kembangan sesuatu dan dapat pula memberi gambaran tentang
keadaan yang ada.
Dalam penelitian ini, studi kasus dilakukan di Lembaga
Pendidikan Keterampilan dan Latihan Sunny. Melalui studi ka
sus ini diteiiti secara mendetail tentang kesiapan belajar
mandiri warga belajar, peran fasilitator, proses pembelajaran
dengan keunikan-keunikannya.
B. LOKASI/SUBYEK PENELITIAN
Penelitian ini hanya dibatasi pada sebuah LPK (Lembaga
Pendidikan Keterampilan) Sunny, yang terletak di Jalan Pandu
Kotamadya Bandung.
Pemilihan LPK
per ti mbangan-per ti mbangan yakni:
CD
Kelembagaan
ini
didasarkan
pada
75
Lembaga ini telah diakui oleh pemerintah sebagai salah
satu satuan pendidikan luar sekolah dan dengan demikian
dijamin oleh UU SPN dan Peraturan pemerintah tentang Pen
didikan Luar Sekolah.
Surat izin operas! dari Depdikbud no. 79/102. 10/A/C/L.89 izin Depnaker no. 00029/W. 9/1990. namun praktis berdirinya
LPK Sunny sudah sejak 25 tahun yang lalu. Kepercayaan ma
syarakat terhadap LPK ini sangat besar. Hal ini dapat di
lihat pada animo peserta kursus Cwarga belajar yang tetap
secara bergantian berdatangan dan berasal dari berbagai
daerah di Jawa Barat dan ada juga yang dari luar.
C2)
Program
Sebagian besar progran yang di buka di lembaga ini dituJukan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan yang
banyak diminati oleh kaum wanita Cibu rumah tangga). Pe
neliti mempunyai perhatian mendalam terhadap kewanitaan
kebogaan Cmakanan) dalam kerangka pengembangan sumber da
ya mereka, modernisasi individu serta peningkatan produktivitas mereka Juga sebagai wanita/ibu rumah tangga.
C3)
Pendekatan
Dalam pengamatan awal di mana penulis ikut melibatkan di
ri sebagai peserta kursus (warga belajar), LPK ini cende
rung menerapkan
prinsip-prinsip
yang
dikemukakan
oleh
Suzanne Kindervatter tentang PNF sebagai empowering pro
cess atau konsep-konsep tentang belajar mandiri.
Dalam
era sekarang ini dan lebih khusus lagi bagi ibu-ibu rumah
76
tangga pendekatan ini sangat relevan.
C4>
Kualitas
Fasilitator
Dari segi pengalaman dan tingkat pendidikan yang dicapai
para fasilitator di LPK ini
pimpinan LPK sendiri
cukup diandalkan.
sebagai
tenaga-tenaga yang berasal
tihan Pariwisata CBPLP)
fasilitator,
dari
Balai
Disamping
terdapat
pula
Pendidikan dan La
Bandung.
C5) Peralatan Belajar/Praktikum
LPK ini
memiliki
seperangkat
peralatan
yang
cukup meme
nuhi syarat untuk digunakan dalam proses pembelajaran.
C6) Lepasan C output)
Sampai saat ini kebanyakan lepasan LPK ini menurut infor
masi
sus
dari
pimpinan kursus dan juga beberapa peserta kur
telah
menjadi
berhasil
membuat
nara sumber di
dan memenuhi
Mengingat
usaha
sendiri
Cwiraswasta),
organisasi-organisasi
kewanitaan,
kebutuhan keluarga sendiri.
jumlah peserta/lepasan
telah cukup banyak,
penulis dalam upaya mendalami aspek-aspek penelitian yang di
kemukakan
hanya
membatasi
pada
sampel dalam studi kasus ini.
tiga
General
kursus
sebagai
Ketiga peserta tersebut adalah:
CI) Peserta/lepasan yang saat ini
dang hotel dan restaurant.
peserta
mengembangkan usaha di
Dan
tugasnya
adalah
bi-
sebagai
manager.
C2) Seorang ibu yang membuka usaha di bidang catering diit.
Tugasnya adalah sebagai
C3) Seorang
ibu
yang
pengelola.
memanfaatkan
keterampilan
dan
ilmu
77
memasaknya di keluarga sendiri dan kegiatan sosial.
Untuk
fasilitator,
penulis
hanya
menetapkan
seorang
saja yakni ibu pemimpin kursus sendiri yang sekaligus merang-
kap sebagai sumber belajar utama, dengan pertlmbangan bahwa
ibu ini sudah banyak memiliki pengalaman dalam
bidang meng-
jar Cfasilitator), mengikuti perkembangan dalam bidang kebogaan Cmakanan), memiliki human relation yang baik dengan wai
ga belajar serta sumber belajar lainnya.
C.
TAHAP PENELITIAN
1.
Tahap Awal
Mengurus
surat izin
pelaksanaan
penelitian
melalui
prosedur yang bertingkat yakni mulai dari FPS, Rektor IKIP
Bandung, dilamjutkan ke Kadit Sospol Propinsi Daerah Tingkat
I Jawa Barat,
diteruskan lagi
ke Kadit
Sospol
Tingkat II
Kotamadya Bandung dan terakhir surat tersebut diteruskan ke
pada Pimpinan Lembaga Pendidikan Keterampilan Sunny di Jalan
Pandu Kodya Bandung Csurat izin terlampir).
2.
Tahap Orientasi
Sementara
peneliti
proses
pengurusan
surat
izin
berlangsung,
mengadakan orientasi ke lapangan yakni
pimpinan LPK Sunny.
Peneliti
disambut
baik
oleh
mendatangi
pemimpin
kursus dan langsung menyatakan kesediaannya untuk menjadikan
LPK nya sebagai obyek penelitian. Peneliti "ditawarkan untuk
ikut dalam kegiatan belajar dengan maksud untuk dapat memban
tu peneliti mengetahui secara langsung dan mendalam tentang
pelaksanaan kegiatan belajar di kursus ini. Peneliti langsung
78
menyatakan kesediaan untuk mengikuti kursus dan sekaligus
telah berfungsi sebagai "partisipan observation".
Kegiatan
belajar ini peneliti ikuti selama 3 bulan untuk dua program
belajar dari ke enam program yang ada. Kegiatan awal yang
dilaksanakan peneliti adalah mengadakan pendekatan dengan be
berapa ibu peserta kursus dalam rangka pemilihan sampel yang
sesuai dengan fokus penelitian, serta pemantapan terhadap fokus penelitian.
3. Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini peneliti memasuki lapangan untuk meng
adakan pengumpulan data. Tehnik pengumpulan data yang diguna
kan adalah dengan cara pengamatan Cobservasi).
wawancara.
studi dokumentasi dan studi literatur.
CD Pengamatan Cobservasi)
Guba dan Lincoln C1981: 191 -193)
mengemukakan bahwa
pengamatan sangat perlu untuk penelitian kualitatif sebab:
a. Pengamatan adalah pengalaman secara langsung. dan merupa
kan alat ampuh untuk mengetes suatu kebenaran.
b. Pengamatan berarti melihat dan mengamati sendiri dan
pengamat dapat mencatat sendiri perilaku dan kejadian
sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam
situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung
diperoleh dari data.
d. Dengan pengamatan dapat mengecek data.
e. Pengamatan mampu memahami situasi-situasi yang rumit dan
79
perilaku yang kompleks.
f. Pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat dima
na tehnik komunikasi yang lain tidak memungkinkan.
Pengamatan terhadap subyek dilaksanakan dalam dua cara
yaitu pertama, pengamat berperan serta secara langsung dalam
kelompok yang diamati.
Dalam hal
anggota belajar secara penuh.
ini
peneliti
ikut menjadi
Dengan keikutsertaan peneliti
ini. peneliti dapat mengamati hal-hal yang berhubungan dengan
peran yang ditampilkan warga belajar.
belajar serta hal-hal
fasilitator,
situasi
yang dapat memberikan informasi
yang
tak dapat dilakukan dengan wawancara. Pengamatan ini dilaku
kan tanpa mengganggu proses kegiatan pembelajaran dan biasa-
nya subyek tidak mengetahui kalau sedang diamati. Kedua, ada
lah pengamatan yang dilakukan secara terbuka diketahui oleh
subyek baik warga belajar maupun sumber belajar Cfasilitator).
«
Hal-hal yang diamati adalah menyangkut informasi yang
berkenaan dengan fokus penelitian.
Dalam melaksanakan peng
amatan, bukan berarti peneliti sama sekali
tidak
berkelakar dan selalu dalam situasi yang wajar
berbicara,
dan seadanya.
Data yang dikumpulkan segera dideskripsikan dalam bentuk gam
baran
C2)
umum.
Wawancara
Wawancara mendalam digunakan sebagai
pengumpul
data,
karena yang ingin diketahaui adalah bagaimana persepsi res
ponden tentang dunia kenyataan. Mengenai
wawancara
mendalam
80
dikatakan oleh Subino C1988:2) bahwa wawancara itu tidak ter
batas "puas" sampai terjawabnya pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan akan tetapi terus dikejar sampai merasa bahwa apa
yang diinginkan sudah diperoleh semuanya.
Tehnik wawancara yang digunakan adalah wawancara dalam
bentuk pembicaraan informal dengan menggunakan petunjuk umun
berupa pokok-pokok yang akan ditanyakan. Pertanyaan tidak
disusun sevara baku yang disiapkan lebih dahulu untuk dita
nyakan. Peneliti mengutamakan informasi emic yang berasal
dari responden itu sendiri.
Pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan dalam wawan
cara. sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Patton. yakni:
a. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau perilaku
responden.
b. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai dari
responden.
c. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan dari responden.
d. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan
dari respon
den.
e. Pengmatan yang berkaitan dengan indra responden.
f. Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang dari responden.
Pencatatan data wawancara dilakukan dengan tape recor
der maupun dengan pencatatan peneliti sendiri. Tidak semua
responden bersedia untuk direkam. Setelah wawancara dilakukan
peneliti segera mentranskripkan dengan mengetiknya pada
81
kertas menurut sistematika yang baik. agar mudah untuk dianalisis.
C3)
Studi
dokumentasi
Studi dokumentasi
berupa dokumen resmi
dimaksudkan untuk
baik
yang internal
mengumpulkan data
maupun eksternal.
Dokumen internal yang diperoleh antara lain meliputi keadaan
tempat pelaksanaan kursus seperti gedung, ruangan, peralatan.
buku pendataan, struktur organisasi.
brosur-brosur.
kuriku
lum. dan Iain-lain. Sedangkan dokumen resmi berupa eksternal
adalah berupa pedoman pelaksanaan kursus dari Bidang Pendi
dikan Masyarakat, Buletin Depdikbud, surat-surat penghargaan.
surat izin operasional , dan Iain-lain.
Alasan
mengapa
dokumen
dan
record
digunakan
dalam
penelitian menurut Lincoln dan Guba C1981: 232-235) adalah:
a.
Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang
stabil,
kaya dan mendorong.
b. Berguna sebagaivbuktl,untuk suatu pengujian.
c. Keduanya berguna untuk penelitian kualitatif.
d.
Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh tapi doku
men harus dicari
e.
Keduanya tidak
dan ditemukan.
relatif
sehingga
tidak
sukar
ditemukan
dengan tehnik kajian isi.
f.
Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih
memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang
teliti.
C4>
Studi
literatur
di-
82
Tehnik
ini
digunakan untuk
mendapatkan pengetahuan
teoritis. yang akan dijadikan bahan diskusi hasil penelitian
sekaligus dalam menetapkan rambu-rambu permasalahan peneli
tian. Bertolak dari prinsip bahwa "fakta bermuatan teori"
CGoldstein,1978:17), studi literatur ini dijadikan sebagai
bahan pembanding realitas Ckeadaan faktual) mengenai aspekaspek yang diteliti di lapangan.
4. Tahap Analisis Data
Keseluruhan data yang terkumpul dan tercatat dilaporan
lapangan selanjutnya dibuat dalam reduksi data, display data
dan pengambilan kesimpulan serta verifikasi.
Tehnik yang digunakan dalam penganalisisan data adalah
strategi induksi dan perbandingan konstan CS.Nasution 1988.
Goetz dan Le Comte 1984). Teori-teori yang dikemukakan sebe
lumnya serta teori-teori lain yang muncul sewaktu mengkaji
fakta yang ada digunakan guna mengkuatkan temuan-temuan
yang
diperoleh di lapangan.
D.
KEABSAHAN DATA
Salah satu kriteria dalam pemeriksaan keabsahan data
adalah kredibilitas. Kredibilitas dilakukan dengan cara:
a. Perpanjangan waktu pengamatan untuk lebih mengenai respon
den. lingkungan dan kegiatannya serta peristiwa-peristiwa
yang terjadi. Dengan penelitian yang relatif lama peneliti
dapat mendeteksl dan memperhitungkan distorsi yang mengotoridata dan terutama dapat memberi kepercayaan diri pe
neliti
sendiri.
83
b. Pengamatan yang terus menerus, agar peneliti dapat melihat
sesuatu secara cermat. terinci dan mendalam sehingga dapat
membedakan mana yang bermakna dan tidak, dengan demikian
peneliti dapat memberikan deskripsi yang cermat dan rinci.
c. Triangulasi. yaitu pengecekan kembali tingkat kepercayaan
data dengan mengadakan usaha-usaha sebagai berikut:
CI) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
C2) Membandingkan apa yang dikatakan orang yang didepan
umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
C3) Membandingkan apa yang dikatakan orang dengan dikata
kannya sepanjang waktu.
C4)
Membandingkan
keadaan
menurut
perspektif
seseorang
dengan berbagai pendapat orang lain.
C5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
Sumber lain yang dimintakan informasi untuk mengecek
kebenaran data ini diantaranya adalah teman sesama sumber
belajar, salah satu staf dari pimpinan kursus, bidang Pen
didikan Masyarakat Kanwil Depdikbud Jawa Barat. Sedangkan
untuk mengecek kebenaran dari warga belajar adalah melalui
teman terdekat. anak. suami. karyawan dalam usahanya.
d. Peer debriefing, membicarakan dengan orang lain yang seba-
ya dengan peneliti. tidak terlibat dengan penelitian ini,
mempunyai pengetahuan tentang pokok penelitian dan metode
penelitian kualitatif.
84
e. Member check, yaitu peneliti mengadakan pengecekan kembali
tentang apa yang sudah dikatakan responden dengan maksud
agar responden dapat mengoreksi kembali bila ada kesalahan
dan menambahkan bila ada kekurangan.
BAB
KESI MPULAN,
V
IMPLIKASI
HASIL
PENELITIAN DAN REKOMENDASI
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
analisis
dan
pembahasan
yang
dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya dapat diangkat be
berapa kesimpulan sebagai berikut :
1. LPKL Sunny sebagai satuan Pendidikan Luar
Se
kolah dilihat dari segi penyusunan program, pendekatan/
komunikasi, persepsi terhadap warga belajar, proses pem
belajaran, tindak Ianjut terhadap lepasan dan kualitas
para lepasan, telah dapat diandalkan dalam menjalankan
fungsi transformasi yang berorientasi pada kemandirian
warga belajar.
2.
Dalam transformasi
yang berorientasi
pendidikan
kepada kemandirian,
luar
sekolah
mengisyaratkan
akan adanya kesiapan belajar mandiri dari warga belajar
agar dengannya proses transformasi akan lebih efektif
dan
efisien.
3. Beberapa hal yang menarik diangkat dari LPKL
Sunny adalah walaupun biaya kursus tidak murah namun da
pat dijangkau oleh warga belajar, semua persoalan yang
muncul diuji
melalui suatu pengujian di lab makanan,
baik program maupun praktikum didiskusikan bersama yang
223
224
menga