Kontribusi Hutan Rakyat Kemenyan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan)
KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT KEMENYAN TERHADAP
PENDAPATAN RUMAH TANGGA
(Studi Kasus di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang
Hasundutan)
SKRIPSI
Oleh :
HARMOKO SINAGA
051201028/MANAJEMEN HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
(2)
ABSTRAK
Harmoko Sinaga. Kontribusi Hutan Rakyat Kemenyan Terhadap Pendapatan
Rumah Tangga (Studi Kasus di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten
Humbang Hasundutan). Di bawah bimbingan AGUS PURWOKO dan KANSIH
SRI HARTINI.
Luasan lahan hutan kemenyan yang dimiliki masyarakat Desa Hutajul
berpotensi besar untuk dikelola demi peningkatan pendapatan rumah tangga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola budidaya tanaman kemenyan,
mengetahui besar kontribusi hutan rakyat kemenyan terhadap pendapatan
masyarakat dan untuk mengetahui distribusi pendapatan dari budidaya kemenyan
yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung,
Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian dilakukan dengan metode
simple
random sampling
dan menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan pola budidaya kemenyan masih bersifat
tradisional atau sederhana dengan pola kombinasi antara tanaman kemenyan dan
pohon alam. Nilai ekonomi kemenyan untuk kualitas 1 adalah Rp.
3.918.820/kg/ha/tahun dan Rp. 960.190/kg/haa/tahun untuk kualitas 2.
Pemanfaatan kemenyan merupakan pendapatan utama dengan kontribusi terhadap
pendapatan rumah tangga sebesar 59,88 % dengan pendapatan Rp.
8.343.750/Kepala Keluarga/tahun. Distribusi pendapatan dari budidaya kemenyan
yang paling besar untuk pendidikan.
(3)
ABSTRAC
Harmoko Sinaga. Contribution of Incense Community Forest to Household
Income (Case Study in Hutajulu Village, Pollung Subdistric, Humbang
Hasundutan Distric). Under the guidance of AGUS PURWOKO and KANSIH SRI
HARTINI.
Incense forest land area owned by the Hutajulu Villages community is
great potential to be managed for household incomes increase. This research is
aim to know cultivate patterns of frankincense, knowing the type and value of
economic benefits community forest for income and to know incomes distribution
from incenses cultivate which ised by community in Hutajulu Village, Pollung
Subdistric, Humbang Hasundutan Distric. This research done by simple random
sampling method and using descriptive analysis.
The results of research showed the incenses cultivation pattern was still
traditional or simple cultivation with combination pattern between frankincense
with natural trees. Incenses economic value for first quality is Rp.
3.918.820/kg/ha/year and Rp. 960.190/kg/ha/tahun for second quality. Incenses
exploiting is the main income with contributingto the household income is 59,88%
with income Rp. 8.343.750/Family Leader/year. The biggest distribution incomes
from incense cultivation is for education.
(4)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pangururan Kabupaten Samosir pada tanggal 25
Februari 1987 dari ayah Pdt. JM. Sinaga dan ibu S. Simbolon. Penulis merupakan
anak pertama dari enam bersaudara.
Penulis memulai pendidikan di SDN 175833 Pardomuan 1 dan lulus
tahun 1999 kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Pangururan dan lulus
tahun 2002, pada tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1
Pangururan. Pada tahun yang sama diterima masuk di Program Studi Manajemen
Hutan Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama perkuliahan penulis tergabung dalam organisasi Himpunan
Mahasiswa Sylva USU. Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan dan
Pengelolaan Hutan (P3H) di Tanjung Tiram Kabupaten Asahan dan di Lau Kawar
Kabupaten Karo. Kemudian penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
di PT. Musi Hutan Persada di Palembang. Penelitian dilakukan di Desa Hutajulu,
Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Kontribusi Hutan Rakyat Kemenyan Terhadap Pendapatan rumah tangga (studi
kasus Desa Hutajulu Kec. Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan) sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
Agus Purwoko, S.Hut, MSi dan Kansih Sri Hartini, S.Hut, M.P selaku ketua dan
anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai
masukan berharga kepada penulis. Penulis juga menghaturkan pernyataan
terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis Pdt. JM. Sinaga dan
S. Simbolon yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik selama ini.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh
pihak yang mendukung penyelesaian skripsi ini seperti masyarakat Desa Hutajulu,
Kepala Desa Hutajulu serta rekan-rekan seangkatan atas semangatnya dan
bantuannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Februari 2010
(6)
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ...
iii
RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 3
Tujuan Penelitian ... 3
Manfaat Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Rakyat ... 5
Kemenyan (
Styrax sp
) ... 7
METODOLOGI PRAKTIK
Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12
Alat dan Bahan ... 12
Populasi dan Sampel Penelitian ... 12
Pengumpulan Data ... 13
Metode Pengolahan Data ... 14
Pola budidaya tanaman kemenyan ... 14
Jenis dan nilai manfaat ekonomi budidaya kemenyan ... 14
Kontribusi kemenyan terhadap pendapatan... 15
Distribusi pendapatan hasil pemanfaatan budidaya kemenyan ... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Desa Hutajulu ... 16
Pola Budidaya Tanaman Kemenyan ... 19
Persiapan lahan ... 20
Penanaman ... 21
Pemeliharaan... 22
Pemanenan ... 22
Pemasaran ... 25
Jenis dan Nilai Manfaat Ekonomi Budidaya Kemenyan ... 31
Kontribusi Kemenyan Terhadap Pendapatan ... 32
(7)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 40
Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 42
(8)
DAFTAR TABEL
No
Hal
1.
Sarana dan prasarana Desa Hutajulu ...
18
2.
Jumlah pelajar dan sekolah...
18
3.
Tingkat pendidikan responden...
19
4.
Kualitas mutu ditingkat agen mutu ...
27
5.
Persentase pendapatan dari hutan kemenyan dan selain hutan
kemenyan ...
33
6.
Hubungan luas lahan dengan pendapatan responden...
36
7.
Hubungan luas lahan dengan pendapatan responden...
37
(9)
DAFTAR GAMBAR
No
Hal
1.
Kawasan hutan kemenyan di Desa Hutajulu ...
19
2.
a) Pisau takik; b) pisau penggaruk; c) pisau panen ...
23
3.
a) Kegiatan “manggur is”; b) tali alat bantu memanjat ...
24
4.
a) Mata besar; b) super; c) kacangan; d) jagung; e) beras; f) pasir;
e) tepung ...
26
5.
Skema penjualan kemenyan ...
28
6.
Pola kombinasi tanaman kemenyan di Desa Hutajulu ...
29
7.
Grafik kontribusi sektor terhadap pendapatan rumah tangga ...
35
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
No
Hal
1
Bentuk kuisioner penelitian ...
44
2
Data identitas responden Desa Hutajulu ...
48
3
Pendapatan rumah tangga Desa Hutajulu ...
49
4
Jumlah produksi dan harga satuan kemenyan ...
51
(11)
ABSTRAK
Harmoko Sinaga. Kontribusi Hutan Rakyat Kemenyan Terhadap Pendapatan
Rumah Tangga (Studi Kasus di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten
Humbang Hasundutan). Di bawah bimbingan AGUS PURWOKO dan KANSIH
SRI HARTINI.
Luasan lahan hutan kemenyan yang dimiliki masyarakat Desa Hutajul
berpotensi besar untuk dikelola demi peningkatan pendapatan rumah tangga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola budidaya tanaman kemenyan,
mengetahui besar kontribusi hutan rakyat kemenyan terhadap pendapatan
masyarakat dan untuk mengetahui distribusi pendapatan dari budidaya kemenyan
yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung,
Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian dilakukan dengan metode
simple
random sampling
dan menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan pola budidaya kemenyan masih bersifat
tradisional atau sederhana dengan pola kombinasi antara tanaman kemenyan dan
pohon alam. Nilai ekonomi kemenyan untuk kualitas 1 adalah Rp.
3.918.820/kg/ha/tahun dan Rp. 960.190/kg/haa/tahun untuk kualitas 2.
Pemanfaatan kemenyan merupakan pendapatan utama dengan kontribusi terhadap
pendapatan rumah tangga sebesar 59,88 % dengan pendapatan Rp.
8.343.750/Kepala Keluarga/tahun. Distribusi pendapatan dari budidaya kemenyan
yang paling besar untuk pendidikan.
(12)
ABSTRAC
Harmoko Sinaga. Contribution of Incense Community Forest to Household
Income (Case Study in Hutajulu Village, Pollung Subdistric, Humbang
Hasundutan Distric). Under the guidance of AGUS PURWOKO and KANSIH SRI
HARTINI.
Incense forest land area owned by the Hutajulu Villages community is
great potential to be managed for household incomes increase. This research is
aim to know cultivate patterns of frankincense, knowing the type and value of
economic benefits community forest for income and to know incomes distribution
from incenses cultivate which ised by community in Hutajulu Village, Pollung
Subdistric, Humbang Hasundutan Distric. This research done by simple random
sampling method and using descriptive analysis.
The results of research showed the incenses cultivation pattern was still
traditional or simple cultivation with combination pattern between frankincense
with natural trees. Incenses economic value for first quality is Rp.
3.918.820/kg/ha/year and Rp. 960.190/kg/ha/tahun for second quality. Incenses
exploiting is the main income with contributingto the household income is 59,88%
with income Rp. 8.343.750/Family Leader/year. The biggest distribution incomes
from incense cultivation is for education.
(13)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan sektor kehutanan sebagai salah satu bagian dari
pembangunan bidang ekonomi bangsa haruslah mampu memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya
masyarakat desa sekitar hutan, sekaligus tetap menjaga kelestarian sumberdaya
alam dan kelangsungan fungsi serta mutu lingkungan hidup. Keberadaan hutan
rakyat merupakan salah satu yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
sekaligus tetap menjaga kelestarian hutan tersebut.
Hutan rakyat atau hutan milik adalah semua hutan yang ada di Indonesia
yang tidak berada di atas tanah yang dikuasai oleh pemerintah, hutan yang
dimiliki oleh rakyat. Proses terjadinya hutan rakyat bisa dibuat oleh manusia, bisa
juga terjadi adakalanya berawal dari upaya untuk merehabilitasi tanah-tanah kritis.
Jadi hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik rakyat, dengan
jenis tanaman kayu-kayuan, yang pengelolaannya dilakukan oleh pemiliknya atau
oleh suatu badan usaha (Awang
et al
. 2001).
Sumatera Utara mempunyai potensi hutan yang besar dengan luasan yang
menyebar di sepanjang daerah ini. Selain kayu, hutan Sumatera Utara memiliki
potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) cukup tinggi, antara lain berupa kulit
kayu, rotan, gondorukem, getah jelutung, minyak eukaliptus, dan getah-getahan.
Beberapa jenis komoditi HHBK yang diproduksi oleh masyarakat telah mendapat
perhatian dari pemerintah daerah antara lain bambu, rotan, arang dan getah tusam.
Sedangkan HHBK lainnya belum dikelola secara optimal, salah satunya adalah
getah kemenyan. Potensi tanaman kemenyan cukup besar dengan luasan
(14)
keseluruhan dari tiga kabupaten yaitu Dairi, Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara
lebih kurang 22.793 ha. Dengan penyebaran terluas terdapat di Tapanuli Utara
dengan luas tanaman lebih kurang 17.299 ha yang didominasi oleh jenis
Styrax
sumatrana
. Getah kemenyan merupakan komoditi khas Sumatera Utara
(Sasmuko, 1998).
Pengembangan hutan rakyat kemenyan di Humbang Hasundutan
seharusnya merupakan salah satu upaya yang harus ditingkatkan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah tersebut, karena keberadaan hutan
rakyat ini mempunyai arti penting bagi peningkatan keadaaan sosial ekonomi
masyarakat dan memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pendapatan
masyarakat. Berdasarkan penelitian Panusunan (2005), di salah satu desa yang
memanfaatkan hutan rakyat kemenyan, yaitu Desa Simasom Kecamatan Parlilitan
Kabupaten Tapanuli Utara, hutan rakyat kemenyan memberikan peranan penting,
yaitu sebesar 78,59 % dalam pendapatan rumah tangga.
Pemilihan Desa Hutajulu Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang
Hasundutan didasarkan atas keberadaan masyarakat yang banyak berpendapatan
dari pengelolaan budidaya hutan rakyat kemenyan serta luasan lahan yang
dimiliki masyarakat yang sangat berpotensi untuk pengelolaan budidaya
kemenyan. Dengan keberadaan hutan rakyat kemenyan yang ada di daerah ini,
akan kita lihat seberapa besar sekarang kontribusi hutan rakyat kemenyan
terhadap pendapatan rumah tangga dan upaya yang dilakukan masyarakat dalam
pengelolaan tanaman kemenyan ini.
(15)
Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1.
Bagaimana pola budidaya tanaman kemenyan yang terdapat di Desa Hutajulu?
2.
Apa saja jenis dan nilai manfaat ekonomi yang diperoleh masyarakat dari
budidaya kemenyan?
3.
Sejauhmana kontribusi pemanfaatan tanaman kemenyan terhadap pendapatan
rumah tangga masyarakat di Desa Hutajulu?
4.
Sejauhmana distribusi pendapatan dari budidaya kemenyan dimanfaatkan oleh
masyarakat?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui pola budidaya tanaman kemenyan yang terdapat di
Desa Hutajulu
2.
Untuk mengetahui jenis dan nilai manfaat ekonomi yang diperoleh dari
budidaya kemenyan
3.
Untuk mengetahui besar kontribusi hutan rakyat kemenyan terhadap
pendapatan masyarakat di Desa Hutajulu
4.
Untuk mengetahui distibusi pendapatan dari budidaya kemenyan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat.
(16)
Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.
Sebagai informasi bagi masyarakat yang terdapat di Desa Hutajulu untuk
bahan pertimbangan dalam usaha tani yang harus dikembangkan
2.
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dari para pembaca tentang
kontribusi budidaya kemenyan terhadap pendapatan rumah tangga
3.
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan kesejahteraan
masyarakat melalui budidaya kemenyan.
(17)
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Rakyat
Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan
negara yang bertumbuhan pohon-pohonan, sedemikian rupa sehingga secara
keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta lingkungannya,
yang pemilikan lahannya berada pada rakyat (Dirjen RRL, 1995
dalam
Affandi,
1998). Hutan rakyat adalah hutan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh
organisasi masyarakat baik pada lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat
tersusun dari satuan ekosistem kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu,
satwa, buah-buahan, satuan budi daya semusim, peternakan, barang dan jasa, serta
rekreasi alam (Awang
et al
. 2001).
Hutan rakyat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a.
Hutan rakyat tradisional, yaitu hutan rakyat yang saat sekarang telah ada
dan diusahakan oleh masyarakat sendiri tanpa campur tangan pemerintah
serta pengelolaannya kurang intensif
b.
Hutan rakyat inpres, yaitu hutan rakyat yang dikembangkan melalui
program bantuan penghijauan berdasarkan Inpres Nomor 8 Tahun
1980/1981 dan Inpres Nomor 7 tahun 1981/1982 (Arif, 2001).
Hutan rakyat merupakan salah satu program pemerintah pada tahun
1970-an, bersamaan dengan dimulainya pemberian konsesi HPH kepada
perusahaan-perusahaan untuk mengelola kawasan hutan yang ada di Indonesia.
Program ini dilakukan dalam upaya menghijaukan kembali lahan-lahan kritis dan
tanah kosong, terutama di Pulau Jawa. Salah satu contoh tanaman hutan rakyat
yaitu “program sengonisasi”, dalam hal ini Departemen Kehutanan dan Dinas
(18)
Kehutanan seluruh Indonesia waktu itu mengintruksikan agar masyarakat
menanam pohon sengon (Djajapertjunda, 2001).
Pengembangan hutan rakyat sejalan dengan amanat GBHN sub bidang
ekonomi kehutanan. Di dalamnya disebutkan pembangunan kehutanan diarahkan
untuk memberikan manfaat bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan
tetap menjaga kelestarian sumber daya alam fungsi lingkungan hidup. Selanjutnya
disebutkan bahwa pengembangan produksi kayu dan non kayu diselenggarakan
salah satunya dengan peningkatan pengusahaan hutan rakyat (Didik
et all
, 2000).
Hutan rakyat atau hutan milik adalah semua hutan, yang ada di Indonesia
yang tidak berada di atas tanah yang dikuasai oleh pemerintah, hutan yang tidak
berada di atas tanah yang dikuasai oleh pemerintah, hutan yang dimiliki oleh
rakyat. Proses terjadinya hutan rakyat bisa dibuat oleh manusia, bisa juga terjadi
secara alami, tetapi proses hutan rakyat terjadi adakalanya berawal dari upaya
untuk merehabilitasi tanah-tanah kritis. Sehingga tujuan dari pembangunan hutan
rakyat adalah :
a.
Meningkatkan produktivitas lahan kritis atau areal yang tidak produktif secara
optimal dan lestari
b.
Membantu penganekaragaman hasil pertanian yang dibutuhkan masyarakat
c.
Membantu masyarakat dalam penyediaan kayu bangunan dan bahan baku
industri serta kayu bakar
d.
Meningkatkan pendapatan masyarakat tani di pedesaan sekaligus
meningkatkan kesejahteraannya
e.
Memperbaiki tata air dan lingkungan, khususnya pada lahan milik rakyat yang
berada di kawasan perlidungan daerah hulu DAS (Awang
et al
. 2001).
(19)
Kemenyan (
Styrax sp
)
Kemenyan atau
gum benzoin
di dalam perdagangan biasa disebut sebagai
“sumatra benzoin”. Kemenyan merupakan “balsamic resin” yang diperoleh dari
hasil pelunakan batang pohon
Styrax benzoin
Dryand atau
Styrax paralleloneurus
Perkins, sedangkan yang dihasilkan dari
Styrax tonkinensis
(Pierre) atau
kemungkinan juga dari jenis-jenis lain dikenal dengan nama “siam benzoin”.
Styrax berasal dari bahasa Yunani kuno “storax” yaitu nama yang digunakan
untuk gum/getah yang berbau harum atau juga untuk pohon yang
menghasilkannya. Sedangkan “benzoin” berasal dari bahasa Arab, yaitu “ben”
yang berarti harum dan “zoa” berarti getah jadi benzoin adalah getah yang berbau
harum (Clause (1961)
dalam
Widiyastuti
et all
, 1995).
Secara umum, kemenyan tersebar di belahan bumi utara, khususnya di
Asia Timur (tidak terdapat di Australia dan Pasifik Sentral). Pulau Sumatera
merupakan pusat penyebaran kemenyan yang terluas. Khusus daerah penyabaran
kemenyan durame (
Sytrax benzoin
Dryand), terdapat di Sumatera, Semenanjung
Malaya dan Jawa Barat (Steenis, 1954). Menurut Heyne (1987) di Sumatera
kemenyan tersebar di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Jayusman
et al
(1999) melaporkan bahwa daerah Tapanuli memiliki luas kebun kemenyan seluas
22.670 Ha dengan produksi total 4. 247 ton/ha/tahun.
Kemenyan dapat tumbuh pada habitat yang bervariasi yaitu mulai dari
dataran rendah sampai hutan pegunungan dengan ketinggian 1600 mdpl (Kiew,
1995) dan dapat tumbuh pada hutan primer campuran, umumnya pada tanah subur
(Steenis, 1954). Kemenyan juga dapat tumbuh pada tanah-tanah tinggi yang
(20)
berpasir maupun lempung rendah, di hutan alam, tapi secara umum kemenyan
menghendaki tanah yang memiliki kesuburan yang baik (Pangaribuan, 2004).
Ciri khas kemenyan toba (
Sytrax sumatrana
) adalah kandungan atau kadar
asam sinamatanya cukup tinggi. Jelas bahwa jenis dapat menghasilkan getah
kualitas pertama dengan ciri-ciri memiliki aroma yang lebih wangi, berwarna
putih dan tidak lengket. Sedangkan cirri khas kemenyan durame (Sytarx benzoin)
bahwa jenis ini dapat mengahsilkan getah kemneyan seperti tahir yang memiliki
kulitas getah lebih rendah dengan ciri-ciri berwarna hitam kecoklatan dan agak
lengket (Jayusman
et all
, 1999).
Untuk Indonesia terdapat 7 jenis
Styrax
yang menghasilkan getah
kemenyan, tetapi hanya dua jenis yang diusahakan di Sumatera Utara, yakni
Styrax benzoin
Dryand dan
Styrax parllelonorous
Perkin. Kedua jenis tersebut
termasuk ke dalam family Styracaceae dari tanaman berbiji dua (Dicotil).
Kemenyan (
Styrax
spp.) termasuk jenis pohon berukuran besar, yaitu dari family
Styracaceae. Adapun urutan sistematika kemenyan adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Superdivision
: Spermatophyta
Divison
: Angiospermae
Class
: Dikotil
Ordo
: Styracales
Family
: Styracaceae
Genus
:
Styrax
(21)
Tanda-tanda umum dari tanaman kemenyan tersebut ialah: berdaun
tunggal tersusun secara spiral, sebelah atas daun berwarna kekuning-kuningan,
pinggiran daun merata. Pertumbuhan batang tegap menyerupai tanaman karet
tetapi lebih kuat batang tanaman kemenyan. Berbunga selalu teratur yakni sekali
dalam setahun, berkelamin dua, kelopak dan mahkota bunga masing-masing5
buah, benang sari 10 buah. Buahnya bundar atau lonjong sebesar ibu jari kaki.
Antara
Styrax parllelonorous
dan
Styrax benzoin
dapat dibedakan sebagai
berikut : Tanda-tanda
Styrax parllelonorous
Perkin (Kemenyan Toba = Hamnjon
Toba) ialah :
a.
Berbiji bulat lonjong sebesar ibu jari kaki
b.
Daunnya lebih besar dari daun
Styrax benzoin,
daunnya berwarna hijau tua
c.
Tinggi tanaman dapt mencapai 40 meter
d.
Cabang tumbuh menjulang ke atas membentuk sudut ± 60
odengan batang
tanaman
e.
Tumbuh pada tempat yang tingginya 600-2000 mdpl.
Styrax benzoin
Dryand, juga disebut Haminjon Dairi atau Haminjon
Durame. Tanda-tandanya antara lain :
a.
Berbiji agak bulat/bulat gepeng
b.
Tinggi tanaman dapat mencapai 30 meter
c.
Daun sebelah bawah tertutup dengan buluh yang berbentuk bintang
d.
Cabangnya tumbuh mendatar (Sianturi
et al
, 1971).
Penggunaan kemenyan untuk industri dalam negeri sampai saat ini masih
terbatas, relative kecil dan belum banyak diketahui serta ditelitiannya
kegunaannya, kecuali dibakar sebagai bahan dupa dalam penyelenggaraan
(22)
upacara-upacara keagamaan dan dipakai pada upacara adat atau sesajian serta
ramuan rokok. Ekstraksi kimia getah kemenyan menghasilkan
tincture
dan
benzoin resin yang digunakan sebagai
fix active agent
dalam industri parfum.
Ekstraksi kemenyan juga dapat menghasilkan beberapa senyawa kimia yang
diperlukan oleh industri farmasi, antara lain asam balsamat, asam sinamat, benzyl
benzoate, sodium benzoate, benzo phenone, ester aromatis, dan sebagainya
(Jayusman
et all
, 1999).
Sumatera benzoin atau kemenyan telah dikenal sejak abad ke-14, tetapi
benzoin siam baru dikenal pada tahun 1905. Pemakaian siam benzoin hamper
seluruhnya sebagai bahan utama pembuatan parfum, sedangkan sumatera benzoin
digunakan dalam bidang farmasi atau obat-obatan (Clause (1961)
dalam
Widiyastuti
et all
, 1995).
Di Jawa pada khususnya dan hampir di seluruh Indonesia, kemenyan
biasanya dipakai sebagai bahan dupa pada penyelenggaraan upacara-upacara
yulan, yang tanpa tujuan atau kesukaan akan baunya. Kemenyan juga digunakan
dalam ramuan rokok supaya aroma wangi dikenal sebagai rokok menyan.
Di Sumatera, kemenyan biasa dibuat sebagai candi menyan serta minyak
kemenyan (Widiyastuti
et al
, 1995).
Penanaman kemenyan biasanya dimulai setelah bercocok tanam padi di
hutan-hutan sebagai perladangan berpindah, biasanya petani kemenyan mencari
suatu lahan yang sesuai kemudian dijadikan ladang biasa dengan menanami ubi
jalar atau tebu kemudian ditanami padi secara menyeluruh. Bersamaan dengan
menanam padi maka biji kemenyan juga ditanam, setelah padi dipanen biasanya
biji kemenyan tersebut tumbuh kurang lebih setinggi 25 cm. Apabila tanahnya
(23)
subur maka tahun kedua dapat ditanami padi kembali, namun bila tanahnya dirasa
kurang subur maka tidak ditanami. Jika tanaman kemenyan sudah siap untuk
diambil getahnya (kurang lebih umur 5 tahun), maka petani mendirikan gubug
sementara di lahannya masing-masing. Panen dimulai pertama dengan
membersihkan kebunnya dari semak-semak sehingga mudan untuk memanennya,
kegiatan ini disebut “martomabak, marhaminjon atau mandigi” dan petani
membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk dapat memperoleh hasil sadapan
yang kemudian dijual ke Tarutung atau ke pedagang kemenyan kota Medan.
Cara pengambilan getah adalah sebagai berikut, pertama-tama pohon
kemenyan yang sudah siap dipanen dibuat 3 jalur sepanjang 40 cm, lalu dalam
jalur tersebut dibuatlah takikan-takikan sedikit sampai ke kayunya, jika dilihat
dari samping menyerupai segitiga. Dari takikan tersebut keluarlah getah yang
lambat laun mengeras dan harus segera diambil dan dikumpulkan. Kalau masa
produksi pohon sedang bagus di pangkal batang tanaman diletakkan
bambu-bambu sebagai penampung getah kemenyan. Hasil sadapan yang diperoleh
kemudian dipilih untuk menentukan kualitasnya. Beberapa tingkatan kualitas
kemenyan yang disebutkan oleh eksportir antara lain jenis tahir, jurung mata
kucing dan mata kasar sedan di tingkat pedagang kualitas kemenyan yang dikenal
yaitu jenis mata, mata kucing, matahari dan asalan. Beberapa istilah yang
menyatakan kualitas kemenyan yang dikenal antara lain menyan putih, menyan
sesetan, menyan hitam dan lain-lain (Widiyastuti
et al
, 1995).
(24)
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung
Kabupaten Humbang Hasundutan, Propinsi Sumatera Utara, selama dua bulan
dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2009. Dengan pertimbangan
Desa Hutajulu memiliki hutan rakyat kemenyan yang merupakan jenis tanaman
lokal Propinsi Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, adalah kamera
untuk dokumentasi, kalkulator, alat tulis menulis dan kuisioner sebagai daftar
pertanyaan. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
masyarakat Desa Hutalu yang memiliki tanaman budidaya kemenyan sebagai
objek penelitian ini dan tanaman kemenyan sebagai objek penelitian.
Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh Kepala
Keluarga (KK) yang ada di Desa Hutajulu yang memiliki lahan tanaman
kemenyan sebagai sumber pendapatan rumah tangga masyarakat. Sedangkan
untuk sampel dalam penelitian adalah adalah sebagai berikut:
•
Apabila jumlah penduduk
≤ 100 kepala keluarga, maka diambil seluruh
responden.
•
Apabila responden > 100 kepala keluarga, maka diambil 10-15 % dari
jumlah kepala keluarga (Arikunto, 2002).
(25)
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara
Simple Random
Sampling
(Sampling Random Sederhana). Ciri utama sampling ini adalah setiap
unsur dari keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih.
Caranya adalah dengan menggunakan undian, ordinal, tabel, bilangan random,
atau komputer. Keuntungannya ialah anggota sampel mudah dan cepat diperoleh.
Pengumpulan Data
Data-data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Data Primer, merupakan data hasil pengamatan secara langsung di lokasi
penelitian. Data primer yang diperlukan adalah data umum rumah tangga yaitu
nama, umur, identitas, jumlah anggo ta keluarga, pendidikan, mata pencaharian.
Pendapatan rumah tangga, yaituPendapatan seluruh rumah tangga dari budidaya
kemenyan, pendapatan dari sumber lain, seperti dari hasil tanaman lain, gaji,
upah, dagang ataupun jasa. Bentuk pengelolaan, yaitu luas lahan milik, status
lahan, pembukaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan
pemasaran
2. Data Sekunder, yang diperlukan adalah data umum yang ada pada instansi
pemerintah desa, kecamatan, dinas kehutanan dan perkebunan, seperti : letak dan
luas desa, jumlah penduduk, mata pencaharian, luas lahan kemenyan, potensi
kehutanan, serta letak geografis desa penelitian.
Metode Pengolahan Data
Menurut Nazir (1988), metode deskriptif digunakan untuk mengetahui dan
menganalisis data yang terkumpul dari hasil kuisoner, wawancara mendalam,
(26)
observasi dan studi pustaka. Data yang terkumpul dari hasil kuisioner dinyatakan
dalam bentuk Tabel (tabulasi) frekuensi silang yang berupa data karakteristik
responden yang meliputi umur, mata pencaharian, jumlah anggota keluarga dan
pendidikan serta data pengelolaan berupa luas lahan, jumlah tenaga kerja, sistem
kepemilikan lahan dan lain-lain dianalisis secara deskriptif berdasarkan tabulasi.
Untuk keterangan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, berikut dijelaskan
masing-masing metode pengumpulan data sesuai dengan tujuan penelitian :
Pola budidaya tanaman kemenyan
Pola budidaya tanaman kemenyan yang terdapat di desa Hutajulu akan
dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Pola budidaya yang dimaksud
merupakan pola budidaya yang dianalisis berdasarkan metode silvikultur
pengelolaan budidaya kemenyan serta identifikasi budidaya kemenyan
berdasarkan pola kombinasi, yaitu kemenyan saja (homogen), dengan tanaman
pertanian, dengan pohon lain ataupun campuran. Perlunya diketahui pola
kombinasi tanaman kemenyan dengan pohon lain bertujuan untuk mengetahui
pendapatan lain selain kemenyan yang dapat memberikan kontribusi yang lain
bagi masyarakat Desa Hutajulu. Pengumpulan data ini akan dilakukan dengan
observasi langsung di lapangan terhadap lahan-lahan sampel masyarakat Hutajulu.
Jenis dan nilai manfaat ekonomi budidaya kemenyan
Metode deskriptif juga digunakan dalam menganalisis jenis dan nilai
manfaat ekonomi budidaya kemenyan di masyarakat. Dalam hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui berbagai jenis manfaat yang dapat dimanfaatkan masyarakat
melalui budidaya kemenyan serta nilai manfaat ekonominya. Metode
(27)
pengumpulan data untuk tujuan penelitian ini akan menggunakan metode
wawancara dengan kuisioner serta interaksi langsung dengan masyarakat sesuai
dengan kebiasaan masyarakat dalam pemanfaatan kemenyan.
Kontribusi kemenyan terhadap pendapatan
Untuk mengetahui kontribusi kemenyan terhadap pendapatan dianalisis
dengan menghitung seluruh pendapatan, baik dari sumber kegiatan hutan rakyat
kemenyan maupun sumber pendapatan lainnya. Kontribusi hutan rakyat
kemenyan dilakukan dengan membandingkan persentase besarnya hasil yang
diperoleh dari hutan rakyat kemenyan terhadap total pendapatan rumah tangga.
Dalam pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara terhadap
masyarakat responden.
Distribusi pendapatan hasil pemanfaatan budidaya kemenyan
Analisis deskripsi juga akan digunakan untuk menganalisis distribusi
pemanfaatan hasil budidaya kemenyan yang digunakan masyarakat. Dalam hal ini
akan dianalisis arah pemanfaatan hasil budidaya kemenyan sehingga dapat kita
lihat dari yang didapat pihak lain oleh karena adanya budidaya kemenyan.
Sistem
dan cara penggunaan akan dijelaskan dengan metode ini sesuai dengan keadaan
yang didapati di lapangan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data
untuk tujuan ini dilakukan dengan metode wawancara.
(28)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Desa Hutajulu
Desa Hutajulu yang merupakan daerah sebagai tempat penelitian merupakan desa yang mengelola budidaya kemenyan oleh masyarakat. Desa ini terletak di Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan, Propinsi Sumatera Utara yang secara geografis terletak pada batas-batas sebagai berikut:
Sebelah utara : Kecamatan Harian Boho Kab. Samosir
Sebelah Selatan : Desa Hutapaung Utara (Kec. Pollung)
Sebelah barat : Kecamatan Parlilitan Kab. Humbang Hasundutan
Sebelah timur : Desa Ria-Ria (Kec. Pollung).
Desa Hutajulu dengan jumlah penduduk (sampai dengan Februari 2008) mencapai 2.404 jiwa (laki-laki 1.023 jiwa dan perempuan 1.381 jiwa). Jumlah kepala keluarga (Kepala Keluarga) 418 KK dengan KK tergolong miskin 150 KK. Secara umum, penduduk Desa Hutajulu bekerja sebagai petani (95 %) dan 5 % berprofesi sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil), pengusaha, pegawai swasta dan lain-lain. Seluruh penduduk mayoritas beragama Kristen dan mayoritas Suku Batak Toba. Suku Batak Toba merupakan salah satu suku yang sistem kekerabatannya yang erat karena adat istiadat yang mengikat. Hal ini berhubungan dengan kedudukan masyarakat tersebut dalam adat istiadat masyarakat.
Desa Hutajulu dengan luas wilayah ±4.800 hektar, ketinggian tanah dari permukaan laut ± 1.340 m berjarak 6 km dari pusat pemerintahan kecamatan, 17 km dari ibukota kabupaten yaitu Dolok Sanggul serta berjarak 380 km dari ibukota propinsi.
(29)
Akses perjalanan menuju daerah ini sangat lancer dan didukung dengan adanya transport harian yang mempunyai jadwal tetap dari ibukota propinsi. Jalur jalan Desa Hutajulu juga merupakan jalan lintas menuju kota kabupaten dan juga merupakan jalan lintas perusahaan PT. Toba Pulp Lestari.
Sedangkan kondisi topografi Desa Hutajulu secara umum adalah bergelombang sampai berbukit dengan kemiringan lahan 15-25 % dan 25-40 % dan merupakan dataran tinggi dengan ketinggian tanah ±1500 mdpl. Iklim di daerah penelitian ini adalah tropis dengan suhu udara rata-rata 20-25o C sedangkan untuk curah hujan di desa Hutajulu ± 20-22 mm/tahun. Secara umum keadaan tanah dikategorikan pada tanah yang cukup subur dengan kelembapan yang tinggi dengan komposisi luas pertanahan yang dimiliki adalah:
Tanah sawah (yang dikelola masyarakat) ± 156 Ha
Tanah Kering/Perkebunan ± 190 Ha
Bangunan/Pekarangan ± 120 Ha
Hutan Rawa ± 4.334 Ha
Jenis pertanian yang dikelola oleh masyarakat adalah padi, tomat, terong belanda, kopi, cabai, dan pengelolaan kemenyan. Pengelolaan kemenyan merupakan pekerjaan utama Desa Hutajulu dengan 90 % masyarakat bekerja dengan mengelola kemenyan yang merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan untuk tanaman pertanian lainnya secara umum merupakan perkerjaan yang dilakukan di desa dan dikerjakan oleh perempuan dengan bantuan laki-laki (Data Monografi Desa Hutajulu, 2008).
Berdasarkan daftar isian profil Desa Hutajulu tahun 2008, jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki adalah 78 buah, dimana sarana dan prasarana digolongkan berdasarkan jenis dan jumlahnya seperti yang tampak pada Tabel 1.
(30)
Tabel 1. Sarana dan Prasarana Desa Hutajulu
No Jenis Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Poskesdes Gereja Protestan Gereja Katolik Truk Kendaraan umum Sepeda motor Sepeda Mobil
Saluran irigasi 5000 meter Pompa air 1 5 1 27 10 20 10 2 1 1
Total 78
Sumber : Data Monografi Desa Hutajulu tahun 2008
Tingkat pendidikan di Desa Hutajulu dimulai dari tingkat SD hingga perguruan tinggi dengan data anak yang tampak pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Pelajar dan Sekolah
Keterangan SD SLTP SLTA Perguruan tinggi
Pelajar (orang) 320 220 207 27
Sekolah 2 1 - -
Sumber : Data Monografi Desa Hutajulu tahun 2008
(31)
sekolah dengan menggunakan transportasi umum. Untuk tingkatan perguruan tinggi, masyarakat mengikuti pendidikan di Medan dan juga di Universitas Sisingamangaraja di Siborong-borong Tapanuli Utara.
Pola Budidaya Tanaman Kemenyan
Pengelolaan tanaman kemenyan di Desa Hutajulu merupakan salah satu contoh kemampuan masyarakat dalam mengusahakan lahan. Hasil utama yang diperoleh dari hutan kemenyan adalah getah yang dihasilkan oleh jenis-jenis pohon Styrax spp terutama
Styrax sumatrana (Kemenyan Toba) dan Styrax benzoin (Kemenyan durame). Untuk Desa Hutajulu didominasi oleh jenis Styrax sumatrana seperti yang tampak pada Gambar 1.
Gambar 1. Kawasan hutan kemenyan di Desa Hutajulu
Kegiatan pengelolaan hutan kemenyan yang ada di Desa Hutajulu merupakan kegiatan pengelolaan secara tradisional sesuai dengan keterangan yang disampaikan oleh seluruh responden. Hal ini juga dapat dilihat dari tingkat pendidikan responden seperti pada Tabel.
(32)
Tabel 3. Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan Jumlah Persentase (%)
SD SLTP SLTA
16 orang 17 orang 7 orang
40 42,5 17,5
Total 40 orang 100
Sumber : Diolah dari data primer
Tingkat pendidikan yang masih rendah mengakibatkan pengetahuan akan pengelolaan kemenyan masih bersifat turun-temurun dan berdasarkan pengalaman. Tingkat pendidikan tidak mempengaruhi dalam pengelolaan kemenyan yang mengakibatkan penggunaan teknologi dalam pengelolaan juga masih bersifat sederhana.
Kegiatan pengelolaan kemenyan dimulai dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan sampai dengan pemasaran hasilnya, dijelaskan sebagai berikut:
Persiapan lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan membersihan lahan dari semak belukar dengan menggunakan parang/golok serta mempersiapkan lubang tanam. Pembukaan lahan baru tidak dilakukan di daerah ini karena lahan yang ada merupakan tanah warisan yang telah tersedia dari nenek moyang para responden. Masyarakat Desa Hutajulu memanfaatkan lahan ini dalam pengelolaan hutan kemenyan semaksimal mungkin sesuai dengan kondisi lahan.
Status lahan yang dimanfaatkan masyarakat responden pada umumnya adalah milik sendiri, yaitu lahan yang diwariskan oleh nenek moyang masyarakat Desa Hutaulu dari 3-5 generasi. Selain itu, terdapat 2 (dua) responden yang memanfaatkan lahan
(33)
dengan status lahan sewaan dari masyarakat lain yang hasilnya dibagi dengan pemilik lahan.
Mengenai status lahan ini juga sesuai dengan keterangan Kepala Departemen Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Humbang Hasundutan, bahwa keberadaan hutan tanaman kemenyan yang terdapat di kabupaten Humbang Hasundutan dapat dikelola oleh masyarakat setempat walaupun berada pada lahan konsesi PT. TPL yang terdapat di daerah tersebut. Ketentuan ini dilihat berdasarkan ketentuan Undang Undang Republik Indonesia No 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, BAB X Peran Serta Masyarakat Pasal 68 ayat 3 yang berisikan: “Masyarakat di dalam dan di sekitar hutan berhak memperoleh kompensasi karena hilangnya akses dengan hutan sekitarnya sebagai lapangan kerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya akibat penetapan kawasan hutan, sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.” Berdasarkan undang-undang tersebut, pihak departemen dengan perusahaan yang terdapat di daerah tersebut membuat kesepakatan akan membiarkan lahan masyarakat dikelola oleh masyarakat tersebut dengan ketentuan luasan lahan minimal ½ ha dengan lahan yang mengelompok dengan lahan masyarakat lain.
Penanaman
Pengelolaan tanaman kemenyan masih sangat sederhana, yaitu dengan memanfaatkan tanaman kemenyan yang tumbuh secara alami tanpa pemeliharaan yang intensif. Penanaman dilakukan dengan tidak terjadwal yaitu jika petani menemukan anakan yang tumbuh di bawah tegakan kemenyan maka mereka akan memindahkannya ke areal yang mempunyai jarak tanam yang jarang. Bibit tanaman tersebut berasal dari biji yang jatuh yang tumbuh secara alami menjadi anakan. Anakan tersebut ditanam dengan membuat lubang yang sudah disiapkan.
(34)
Majalah Kehutanan Indonesia (2007) menyebutkan bahwa hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan penanaman tanaman kemenyan adalah tanaman kemenyan harus menggunakan naungan karena tanaman kemenyan mempunyai sifat toleran, yaitu dapat tumbuh di bawah naungan atau tegakan. Sehingga tanaman harus dipindahkan pada areal tanam yang ada naungan sehingga dapat dipastikan juga bahwa penanaman kemenyan di daerah ini tidak mempunyai jarak tanam yang pasti.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan petani berupa penyiangan batang dari tanaman pengganggu. Kegiatan ini disebut masyarakat setempat “mangarabi” (bahasa batak), yaitu membersihkan pohon-pohon kecil, semak-semak atau tumbuhan liar yang ada di sekitar pohon kemenyan yang dianggap mengganggu serta pembersihan benalu yang menempel pada ranting pohon kemenyan. “Mangarabi” penting dilakukan agar pertumbuhan kemenyan tidak terganggu dan diharapkan dapat memberikan produk yang lebih baik.
Pemupukan serta pemberantasan dari serangan hama tidak pernah dilakukan oleh petani di Desa Hutajulu. Pemupukan tidak dilakukan karena tidak ada ilmu/keterangan yang pasti bagi masyarakat akan penggunaan pupuk yang tepat terhadap tanaman kemenyan. Sedangkan untuk serangan hama, menurut keterangan responden bahwa sejauh ini serangan tersebut tidak ada hanya serangan gulma.
Pemanenan
Terdapat dua kualitas dari hasil pemanenan tanaman kemenyan, kualitas 1 yang disebut dengan “takkasan” atau mata kasar/hasil inti dan kualitas 2 yang disebut dengan “tahir” atau panen sisa. Kualitas 2 merupakan hasil panen sisa dari kualitas 1 yang
(35)
dapat diproduksi saat batang tanaman sudah mencapai diameter ± 10 cm atau berumur sekitar 8 tahun. Sanudin (2006) menyatakan bahwa getah bisa dipanen (diambil getahnya) pada umur 7 - 10 tahun dan sampai puluhan tahun ke depan tergantung pemeliharaan dan tingkat kesuburan tanahnya. Penyadapan kemenyan akan tetap menghasilkan getah dengan baik jika tanaman kemenyan ini tetap dijaga dari benalu dan tanaman pengganggu di sekitarnya.
Secara umum, musim penakikan dilakukan pada bulan Juli hingga September yang disebut dengan mangguris dan mansugi. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan penakikan yang disebut dengan mansugi. Sedangkan pemungutan hasil dilakukan 3-4 bulan kemudian yaitu pada bulan Oktober hingga Desember yang disebut dengan
mangaluak. Proses pemanenan dilakukan secara rotasi pada masing-masing tanaman kemenyan sesuai dengan waktu proses pengerjaannya. Alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan pemanenan ini adalah pisau penggaruk (piso guris/koret), pisau takik (agat panuttuk/agat panugi), pisau panen (agat pangaluak), tali tamban (tali polang) dengan panjang 8-12 meter, 2 buah tongkat dengan panjang 0,5 meter, parang, serta bakul sebagai tempat penampungan getah kemenyan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.
(a) (b) (c)
(36)
Proses pemanenan diawali dengan pembersihan sekeliling pohon kemenyan dari semak-semak untuk memudahkan kelancaran penakikan dengan menggunakan parang. Setelah itu, batang dibersihkan dari kotoran seperti lumut yang menempel dengan menggunakan pisau guris seperti pada Gambar 3. Kegiatan ini disebut dengan mangguris
dilanjutkan dengan pembersihan batang dari benalu agar tidak mengganggu terhadap pertumbuhan kemenyan yang sifatnya parasit. Kemudian batang ditakik dengan menggunakan pisau takik yang disebut dengan mansugi, yaitu membuat luka pada kulit yang kemudian membuat rongga di antara kulit dan kayu sebagai tempat terbentuk getah yang mengumpul dan mengering. Luka yang dibuat secara vertikal dengan panjang luka sekitar 5 cm dengan lebar sekitar 3 cm pada bagian kayu sampai terdapat ruang dan kemudian luka tersebut harus rapat kembali ke pembuluh kayu dengan cara dipukul-pukul pelan dengan menggunakan pegangan pisau takik dimaksudkan untuk menghindari air hujan masuk ke dalam kulit. Pada bagian batang atas, petani menggunakan tali tambang yang diikatkan dengan 2 batang kayu kecil sebagai pijakannya dan dirangkai dengan tujuan sebagai alat bantu memanjat seperti tampak pada Gambar 3.
(a) (b)
(37)
Untuk luka pada batang pohon dilakukan sisi demi sisi dengan jarak antar luka sadapan sekitar 20 cm hal ini dimaksudkan untuk penakikan ke depan dapat dilakukan pada sela antar luka. Selanjutnya, penakikan dilakukan pada sisi yang lain demikian seterusnya.
Kemampuan petani dalam penakikan tanaman kemenyan adalah sekitar 6-7 batang/hari/orang. Batang yang sudah ditakik ditinggalkan 3-4 bulan sampai getah keluar dan mengering pada batang pohon yang selanjutnya dipanen yang disebut dengan
mangaluak. Hasil panen ini adalah hasil panen kualitas 1 yang menurut keterangan responden bahwa secara umum produksi getah dapat mencapai 0,3-0,5 kg/batang. Setelah selesai dilakukan pengumpulan getah kualitas 1 maka 2-3 bulan berikutnya sembari membersihkan luka lama akan diperoleh hasil panen kualitas 2, selanjutnya hingga proses pemulihan luka dilanjutkan kembali penakikan pada bagian yang lain dan seterusnya.
Pemasaran
Hasil panen baik kualitas 1 maupun kualitas 2 yang didapat dikeringkan dan dibersihkan dari kulit kayu, lumut maupun sampah lainnya yang menempel karena harga getah kemenyan juga tergantung pada kebersihan getah tersebut. Petani menjual hasilnya kepada pengumpul desa (tengkulak) dan ada juga yang menjual kepada pengumpul di pasar sesuai dengan informasi harga yang mereka peroleh. Untuk proses penentuan harga, dilakukan berdasarkan kesepakatan antara petani dengan pengumpul berdasarkan per kilonya. Kemenyan yang semakin bersih akan meningkatkan harga.
Pengumpul di pasar maupun pengumpul di pasar menjual kembali kepada agen/pengumpul di kota dengan kesepakatan harga antar agen. Agen kota yang terletak di Dolok Sanggul selanjutnya menjual getah kemenyan ke Jakarta dan dikelola maupun diekspor. Pengelolaan juga dilakukan di agen kota dengan membersihkan kembali getah
(38)
dan memilah getah tersebut sesuai dengan ukuran karena perbedaan ukuran juga menentukan perbedaan harga seperti tampak pada Gambar 4.
(a) (b)
(39)
(e) (f)
(g)
Gambar 4. a) mata besar; b) super; c) kacangan; d) jagung; e) beras; f) pasir; g) tepung
Hal ini dapat terjadi karena untuk peruntukannya di pabrik pengelelolaan getah. Seperti keterangan Sasmuko (2003), bahwa tingkat pedagang antar pulau, pengolahan kemenyan disesuaikan dengan permintaan dan tujuan pasar. Untuk permintaan kemenyan bakar, pengolahan dilakukan dengan membuat kemenyan tampangan (batangan) dan untuk tujuan ekspor terdapat pengolahan kemenyan menjadi bentuk abu. Pada agen kota pembagian kualitas mutu juga dilakukan dengan cara membedakan berdasarkan ukuran dan kebersihan kemenyan. Berdasarkan keterangan agen di kota, getah kemenyan dibagi menjadi 7 kelas mutu, dengan ketentuan harga seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Kualitas mutu ditingkat agen kota
No Nama Kualitas Harga (Rp/kg)
1 Mata besar 150.000
2 Super 130.000
(40)
4 Jagung 120.000
5 Beras 100.000
6 Pasir 85.000
7 Tepung 50.000
Sumber : Diolah dari data primer
Pola pemasaran yang masih bersifat belum teratur dan rantai pemasaran yang masih banyak melibatkan pedagang atau pengumpul mengakibatkan kerugian pada petani dimana harga ditentukan oleh pedagang. Skema penjualan kemenyan dapat dilihat pada Gambar 5.
Pemilik/pengelola
Agen di Pasar
Agen di Kota
Agen di Jakarta Mengirim ke
Eksport Pemilik Pabrik
(Indonesia) Agen di Desa
(41)
Sumber : Diolah dari data Primer
Gambar 5. Skema penjualan kemenyan
Berdasarkan keterangan Sasmuko (2003), rantai pemasaran yang dimulai dari petani dan pengumpul-pengumpul menghasilkan keuntungan maupun kerugian. Keuntungannya adalah produksi kemenyan dari petani cepat tersalurkan karena adanya pedagang pengumpul, produksi kemenyan cepat sampai ke konsumen karena adanya pedagang antar pulau atau eksportir. Sedangkan kerugiaanya adalah harga ditentukan oleh pedagang, harga jual akhir tinggi, keuntungan petani rendah, rantai pemasaran terlalu panjang.
Untuk pola kombinasi tanaman kemenyan yang terdapat di Desa Hutajulu adalah kombinasi antara pohon-pohon alam yang tumbuh di sekitar areal tanaman kemenyan, seperti tampak pada Gambar 6.
(42)
Keterangan :
= Kemenyan (Styrax sumatrana)
= Sampinur bunga (Podocarpus imbricatus)
= Pinus (Pinus merkussi)
= Haundolok (Eugenia sp)
= Hoting (Quercus sp)
Kombinasi tanaman kemenyan dengan pohon alam lainnya sengaja dibiarkan oleh masyarakat karena menurut persepsi mereka, pohon alam tersebut memberi manfaat dalam pengelolaan kemenyan. Berdasarkan keterangan masyarakat bahwa pohon alam yang terdapat di sekitar tanaman kemenyan berfungsi sebagai pelindung dari terpaan angin yang dalam hal ini juga berfungsi untuk mengurapi penguapan yang dilakukan kemenyan yang dapat mengurangi hasil getah kemenyan. Hal ini juga berhubungan dengan sifat tumbuh tanaman kemenyan yang dapat tumbuh dengan baik jika ada naungan.
Jenis tanaman yang lain yang terdapat di lahan masyarakat responden antara lain seperti Pinus (Pinus merkussi), Sampinur bunga (Podocarpus imbricatus) yang termasuk ke dalam jenis tanaman berdaun jarum serta Hoting (Quercus sp), Haundolok (Eugenia
sp) dan juga jenis Suren (Toona sureni) termasuk ke dalam jenis tanaman berdaun lebar. Kayu dari tanaman lain yang terdapat di sekitar tanaman kemenyan tidak dimanfaatkan oleh masyarakat dikarenakan fungsinya terhadap tanaman kemenyan. Masyarakat hanya memanfaatkan ranting atau percabangan yang mungkin dapat dipotong sebagai kayu
(43)
bakar yang dibawa ke rumah warga maupun yang dimanfaatkan di gubuk masyarakat saat bekerja di hutan.
Secara umum, pola penyebaran tanaman kemenyan yang terdapat di lahan masyarakat adalah berkelompok atau mengumpul dengan jarak tanam yang tidak teratur. Hal ini dilakukan agar lahan yang tersedia termanfaatkan dengan baik dan juga disebabkan lokasi tempat tumbuh anakan sebelumnya tidak memungkinkan untuk tempat tumbuh kemenyan dengan baik. Akan tetapi, terdapat juga tanaman kemenyan yang tumbuh secara alami tanpa dipindahkan dari tempat tumbuh anakan sebelumnya. Hal ini dilakukan karena pertumbuhan anakan tersebut baik dan juga tempat tumbuhnya adalah lahan subur dilihat dari pohon lain yang ada di sekitarnya.
(44)
Jenis dan Nilai Manfaat Ekonomi Budidaya Kemenyan
Budidaya kemenyan merupakan sumber pendapatan rumah tangga bagi masyarakat Desa Hutajulu yang harus dipertahankan karena nilai ekonomi dan kontribusinya terhadap pendapatan masyarakat. Pemanfaatan budidaya yang terdapat di Desa Hutajulu mayoritas hanya memanfaatkan pada penyadapan getah kemenyan saja dan secara umum tidak dimanfaatkan langsung akan tetapi dijual kepada pengumpul-pengumpul di desa maupun di kota. Pemanfaatan lain yang ditemukan adalah penggunaan tanaman kemenyan sebagai kayu bakar dan juga adanya responden yang menggunakan getah kemenyan sebagai salah satu bahan dalam pengoba tan tradisional.
Pengaruh pasar yang dikuasai oleh para pedagang ataupun oleh pengumpul-pengumpul di desa maupun di kota serta kurangnya pengetahuan dari masyarakat akan harga pada konsumen akhir membuat harga sepenuhnya dikuasai oleh para agen-agen pengumpul. Hal inilah yang mempengaruhi nilai ekonomi dari pemanfaatan getah kemenyan ini di samping kualitas kemenyan tersebut. Secara umum, harga yang didapat petani kemenyan adalah untuk kualitas 1 atau kualitas mata adalah sekitar Rp. 90.000,- hingga Rp. 110.000,-/kg sedangkan kualitas 2 atau kualitas tahir sebesar Rp. 40.000 hingga Rp. 55.000,-/kg. Produktivitas rata-rata getah kemenyan yakni 44,17 kg/ha untuk kualitas 1 dan 21,56 kg/ha untuk kualitas 2.
Berdasarkan keterangan responden, dalam 1 batang pohon kemenyan rata-rata memiliki 20 takik (lubang) yang dibuat per tahun dan setelah diukur didapat rata-rata 0,235 ons/lubang sehingga dapat menghasilkan rata-rata 0,47 kg/batang/tahun. Jumlah batang rata-rata per hektarnya adalah 250 batang. Sehingga diperoleh Rp. 9.810.750/ha/tahun.
Pemanfaatan tanaman kemenyan sebagai kayu bakar dapat dilakukan hanya bila tanaman kemenyan tidak berproduksi lagi (mati) yang diperkirakan apabila tanaman
(45)
berumur 50 tahun atau bila terserang hama. Secara nilai ekonomi tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan karena hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga yang jumlahnya juga sangat sedikit. Selain itu, jarak antara dari hutan dengan desa menyebabkan kurang dimanfaatkan kayu kemenyan tersebut. Pemanfaatan lain dari getah kemenyan oleh seorang responden, Op. Pahala Lumbangaol yang juga berprofesi sebagai parmalim (dukun kampung) dalam pengobatan tradisional yang sering dipanggil masyarakat untuk mengobati penyakit tertentu seperti kerasukan, patah ataupun penyakit lain dan menggunakan kemenyan sebagai salah satu bahan pengobatannya.
Kontribusi Kemenyan terhadap Pendapatan
Pendapatan utama masyarakat di Desa Hutajulu berasal dari pemanfaatan hutan kemenyan dengan menghasilkan getahnya. Sedangkan sumber pendapatan masyarakat responden selain pemanfaatan kemenyan berasal dari persawahan (padi), kopi, cabe, andaliman, berdagang, ternak, serta upah tukang (selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan pengolahan data primer diperoleh persentase pendapatan dari masing-masing komponen yakni dengan membandingkan pendapatan dari hutan kemenyan terhadap pendapatan total yang diperoleh masyarakat, diketahui bahwa pendapatan total sebesar Rp. 557.345.000/tahun. Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari mengelola kemenyan adalah sebesar Rp. 333.750.000/tahun serta untuk pendapatan selain dari hutan kemenyan seperti yang dijelaskan melalui Tabel 4.
(46)
Tabel 5. Persentase Pendapatan dari Hutan Kemenyan dan Selain Hutan Kemenyan
No Sektor Pendapatan Total
Rp/Tahun
Persentase
1 2
Hutan kemenyan Selain hutan kemenyan
333.750.000 223.595.000
59,88 40,12 Total Pendapatan 557.345.000 100
Sumber : Diolah dari data primer
Diperoleh kontribusi pendapatan dari pemanfaatan hutan kemenyan mencapai 59,88 %. Besarnya persentase pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan kemenyan menunjukkan bahwa pengelolalaan kemenyan merupakan mata pencaharian utama yang dimiliki masyarakat Desa Hutajulu. Sehingga kegiatan hutan rakyat perlu dikembangkan di masa yang akan datang dengan meningkatkan pola budidaya maupun teknologi yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas hasil tanaman kemenyan.
Pendapatan selain memanfaatkan hutan kemenyan diperoleh berdasarkan keterangan responden. Perkebunan yang dimiliki masyarakat Desa Hutajulu adalah perkebunan kopi yang juga dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat. Sekitar 82,5 % responden mengelola perkebunan kopi dengan memanfaatkan lahan yang berada dekat dengan pemukiman. Persawahan (padi) dilakukan oleh 77,5 % responden dengan tujuan bahwa hasil ini dapat memenuhi kebutahan masyarakat dari sektor pangan. Menurut keterangan responden bahwa hasil persawahan dapat memenuhi kebutuhan rumah-tangga dalam hal pangan selama 10 bulan. Dan pada bulan Oktober, masyarakat membeli beras dari pasar untuk menambah kekurangan pangan. Hal ini disebabkan oleh kurang baiknya tempat tumbuh padi di daerah ini dikarenakan suhu yang tidak sesuai dengan syarat tumbuh baiknya padi dan juga disebabkan frekuensi panen
(47)
yang 1 (satu) kali dalam setahun. Berdasarkan keterangan responden bahwa berkebun kopi serta persawahan pada umumnya adalah merupakan pekerjaan wanita dikarenakan pekerjaan pengelolaan kemenyan merupakan seutuhnya pekerjaan laki-laki yang harus tinggal di hutan.
Pendapatan masyarakat dari cabe dan andaliman hanya dikelola oleh sebagian masyarakat. Hal ini dikarenakan kurang baiknya syarat tempat tumbuh tanaman cabe di daerah ini. Sedangkan untuk andaliman kurangnya harga pasar yang jelas membuat masyarakat tidak mengelolanya dan sebagian mengelolanya hanya untuk kebutuhan rumah-tangga saja.
Selain dari bercocok tanam maupun pemanfaatan hutan kemenyan, sebagian masyarakat juga memperoleh tambahan pendapatan mereka dengan berdagang. Masyarakat yang berdagang secara keseluruhan merupakan kedai kopi yang juga menjual kebutuhan sembako dan berbagai jenis makanan lainnya. Sedangkan masyarakat yang mempunyai ternak sebagai tambahan pendapatan, yaitu dari ternak babi dan juga kerbau. Dan untuk masyarakat yang mempuyai tambahan pendapatan dari jasa mereka adalah dari jasa sebagai tukang bangunan dan juga upah dari montir sepeda motor. Seluruh sektor pendapatan ini juga memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah-tangga dengan persentase yang berbeda, seperti yang dijelaskan pada Gambar 7.
(48)
Getah Kemenyan Kopi
Padi Cabe Andaliman Dagang Ternak Upah Tukang
Gambar 7. Grafik kontribusi sektor terhadap pendapatan rumah-tangga
Beberapa hal yang mempengaruhi perbedaan pendapatan dari kemenyan yang dihasilkan oleh masyarakat responden seperti yang ditampilkan pada Lampiran 3 adalah perbedaan luas lahan, kualitas kemenyan yang berhubungan dengan harga kemenyan serta produktivitas kerja petani. Hubungan luas lahan dengan besarnya pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan kemenyan dapat dilihat dari perbedaan besar pendapatan seperti yang tampak pada Tabel 6.
Tabel 6. Hubungan Luas Lahan dengan Pendapatan Responden
Pendapatan Luas Lahan Total
0,5 – 0,75 ha 1 – 2 ha > 2 ha
Tinggi - 9 8 17
59.88%
15.79% 11.81%
1.62% 0.02%
1.79% 6.39%
(49)
Rendah 4 17 2 23
Total 4 26 10 40
Sumber : Diolah dari data primer
Keterangan :
Pendapatan rata-rata = Rp. 8.343.750 Rendah = Rp. 3.000.000 – Rp. 8.343.750 Tinggi = > Rp. 8.343.750
Hasil tabel menunjukkan luas mempengaruhi pendapatan. Skala pengelolaan kemenyan yang semakin meningkat sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah tanaman kemenyan yang dapat ditanam. Rendahnya kapasitas kerja dalam pengelolaan tanaman kemenyan mempengaruhi terhadap tingkat pendapatan petani sehingga semakin luas lahan petani maka semakin besar tingkat pendapatan yang diperolehnya.
Terdapatnya responden dengan pendapatan yang rendah (di bawah pendapatan rata-rata) disebabkan oleh luas lahan tidak ditanami sepenuhnya dengan tanaman kemenyan. Menurut keterangan responden, hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat produktivitas kerja petani yang semakin menurun seturut dengan umur petani. Sedangkan untuk responden dengan luas lahan 2 ha dengan berpendapatan paling kecil, S. Lumbangaol disebabkan oleh karena pengelolaan kemenyan di lahannya baru dikerjakan sekitar 2 tahun dengan lahan hasil pembagian harta warisan sehingga jumlah batang tanaman kemenyan masih sedikit.
Kualitas kemenyan yang semakin baik akan meningkatkan harga kemenyan. Dalam penentuan harga sesuai dengan kualitas kemenyan dilakukan dengan kasat mata tanpa adanya perlakuan khusus untuk menguji kualitas tersebut. Sehingga dalam hal ini
(50)
petani dapat memasarkan kemenyan dengan memperhatikan tingkat harga yang ditawarkan para pengumpul. Akses dari desa menuju pengumpul di kota juga memperngaruhi kemudahan petani menuju kota. Menurut keterangan responden, pada umumnya apabila petani menawarkan langsung pada pengumpul di kota perbedaan harga hingga mencapi Rp. 5000/ kg dapat diperoleh.
Umur petani yang sejalan dengan produktivitas kerja petani juga mempengaruhi perbedaan pendapatan petani seperti yang tampak pada Tabel 7.
Tabel 7. Hubungan Tingkat Umur dengan Pendapatan Responden
Pendapatan Tingkat Umur (Tahun) Total
24 – 29 30-39 40-49 50-59 > 60
Tinggi Rendah 3 4 5 3 5 4 2 8 2 4 17 23
Total 7 8 9 10 6 40
Sumber : Diolah dari data primer
Keterangan :
Pendapatan rata-rata = Rp. 8.343.750 Rendah = Rp. 3.000.000 – Rp. 8.343.750 Tinggi = > Rp. 8.343.750
Hasil tabel yang menunjukkan perbedaan pendapatan yang disebabkan oleh tingkat umur yang mengarah kepada produktivitas kerja. Semakin tinggi umur petani semakin berkurang tingkat produktivitas kerja. Terdapatnya 2 (dua) responden yang berpendapatan tinggi dengan umur yang sudah lanjut disebabkan bertambah anggota
(51)
apabila sudah menikah maka pembagian lahan biasanya dilakukan dengan tujuan agar anak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri serta terdapatnya responden yang menyewa petani lain untuk mengelola lahannya. Sedangkan terdapatnya dengan tingkat umur yang masih muda tetapi berpendapatan rendah disebabkan karena lahan yang masih baru dikelola dengan jumlah batang tanaman kemenyan yang masih sedikit.
Distribusi Hasil Pemanfaatan Budidaya Kemenyan
Pendapatan terbesar masyarakat di Desa Hutajulu yang berasal dari pemanfaatan budidaya kemenyan secara langsung sangat berpengaruh besar terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain, tanpa budidaya kemenyan masyarakat Desa Hutajulu merupakan masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik.
Distribusi terbesar hasil pendapatan dari budidaya kemenyan oleh masyarakat adalah untuk biaya pendidikan anak masyarakat Desa Hutajulu. Kesadaran masyarakat batak yang tinggi akan pendidikan khususnya Desa Hutajulu merupakan salah satu yang mempengaruhi distribusi pendapatan. Sekitar 85 % keluarga masyarakat Desa Hutajulu mempunyai anggota keluarga yang sekolah dengan masing-masing perbedaan tingkatan pendidikan dari setiap keluarga, yaitu mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan bahkan Perguruan Tinggi. Dari responden yang tidak mendistribusikan pendapatannya untuk keperluan pendidikan karena belum ada anggota keluarga yang bersekolah karena anak-anaknya yang masih bayi dan terdapat 1 (satu) responden yang keseluruhan anggota keluarganya tinggal 1 orang lagi yang belum menikah.
Berdasarkan keterangan responden bahwa seluruh responden mengeluarkan pendapatan mereka untuk keperluan sosial, yaitu mengahadiri upacara adat yang
(52)
dilakukan oleh masyarakat. Berdasarkan keterangan responden dalam setahun upacara adat dapat mencapai 15 acara. Dengan biaya yang diperlukan tergantung posisi keluarga tersebut di dalam acara adat tersebut. Ada yang berposisi sebagai suhut (pembuat acara),
hula-hula (paman bagi pembuat acara), ale-ale (sahabat keluarga), undangan dan lain-lain. Misalnya, sebagai suhut, berdasarkan keterangan responden biaya yang dikeluarkan dapat mencapai Rp. 20 juta untuk acara adat pernikahan. Sebagai hula-hula harus mengeluarkan biaya untuk pembelian ulos (kain kebangsaan orang batak) minimal 10 buah dengan harga bervariasi mulai dari Rp. 50.000,- dengan demikian harus mengeluarkan dana minimal Rp. 500.000,-. Tingkat antusias masyarakat Desa Hutajulu terhadap adat sangat besar karena semboyan batak yang masih melekat dan acara adat merupakan utang bagi masing-masing pribadi masyarakat yang harus dibayar dan juga merupakan kehormatan yang besar untuk menghadiri dan juga mengadakan upacara adat bagi masyarakat batak.
Masyarakat juga mempunyai kebiasaan sebagai distribusi pendapatan mereka, yaitu meminjamkan pendapatan mereka kepada masyarakat lain. Hal ini juga merupakan salah satu cara yang paling sering digunakan masyarakat Desa Hutajulu apabila mereka kekurangan dana untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dan pembayarannya biasanya dilakukan setelah panen mereka. Kerjasama ini sudah menjadi suatu kebiasaan yang dapat membantu kebutuhan finansial masyarakat Desa Hutajulu. Hutan kemenyan juga dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai tabungan mereka yang dapat disimpan di hutan yaitu dengan tidak memanen seluruhnya hasil mereka tanpa mengurangi kualitas kemenyan tersebut bahkan semakin baik dan disaat mereka membutuhkan baru dimanfaatkan.
Untuk keperluan sehari-hari, secara umum masyarakat Desa Hutajulu menggunakan hasil dari pendapatan lain yang dimiliki para masyarakat dan juga memanfaatkan hasil kemenyan kualitas 2 sebagai penambahan untuk kebutuhan
(53)
sehari-hari. Dapat dipastikan bahwa hasil getah kemenyan terutama kualitas lebih dimanfaatkan untuk pendidikan anak dan keperluan sosial ataupun juga untuk hal-hal yang tidak diinginkan seperti sakit yang harus berobat.
(54)
DAFTAR PUSTAKA
Arif, A. 2001. Hutan dan kehutanan. Kanisius. Yogyakarta
Awang S A, Heri S, Wahyu T W, Yuli N, Kustomo, dan Supardiono. 2001. Gurat
hutan rakyat di Kapur Selatan. DEBUT Press. Yogyakarta
Didik S., Azis K., Wibowo A.D., Martua T. Sirait, Santi E., 2000. Karakteristik
pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Pustaka Kehutanan Masyarakat.
Yogyakarta
Djajapertjunda, S. 2001. Studi kolaborasi pengelolaan repong damar Krui-
Lampung. Penerbit Syafa’at Advertesing bekerja sama dengan Forum
Komunikasi Kehutanan Masyarakat
Jayusman, R.A. Pasaribu, dan W. Sipayung. 1999. Budidaya kemenyan (Sytrax
sp). Konifera. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pematang
Siantar. Pematang Siantar
Majalah Kehutanan Indonesia, 2007. Kemenyan Tapanuli Utara : Komoditi
andalan yang kurang diminati. Sumber :
htttp://www.dephut.go.id/INFORMASI/MKI/06IVLaput%20Kemenyan.ht
m
(04 Juli 2009)
Pangaribuan, E. 2004. Variasi tingkat semai pada uji keturunan kemenyan durame
(Sytrax benzion Dryand). Skripsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.
Panusunan R.N. 2005. Profil sosial ekonomi hutan rakyat kemenyan di Desa
Simasom, Kec. Pahae Julu, Kab. Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara.
Skripsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Medan
Sanudin, 2006. Kajian kelembagaan social forestry pada hutan rakyat di Sumatera
Utara (Kasus di Kabupaten Asahan, Tapanuli Utara, dan Humbang
Hasundutan. Laporan hasil penelitian. Dep. Kehutanan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan. Aek Nauli
Sasmuko, S.A. 1998. Pengolahan dan tata niaga kemenyan di Sumatera Utara.
Ekspose Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar.
Pematang Siantar. pp.39-40
Sasmuko, 2003. Potensi pengembangan kemenyan sebagai komoditi hasil hutan
bukan kayu spesifik andalah Propinsi Sumatera Utara. Seminar Nasional
Himpunan Alumni – IPB dan HAPKA Fakultas Kehutanan IPB Wilayah
Regional Sumatera Utara. Medan
Sianturi H S D., W R. Silalahi, M P L. Tobing, S B. Simanjuntak, dan M T.
Manalu, 1971. Survei Kemenyan di Sumatera Utara. Kerjasama Direktorat
(55)
Perkebunan Jakarta Dinas Perkebunan Rakyat Sumatera Utara Fakultas
Pertanian USU. Medan
Soekarwati. 1995 dalam Hery J A. 2004. Kajian agroforestry karet (Hevea
brasiliensis) sebagai model hutan rakyat dan kontribusinya terhadap
pendapatan rumah tangga (Sk: Desa Lau Demak, Kec. Bahorok, Kab.
Langkat). Skripsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Medan
Widiyastuti Yuli, Djumidi, Sutjipto, dan J. Ria Hutapea. 1995. Beberapa aspek
etnobotani kemenyan (Styrax benzoin Dryand) di Tapanuli Utara dalam
Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani II. Ikatan
Pustakawan Indonesia (IPI). Yogyakarta
(56)
Lampiran 1. Bentuk Kuisioner Penelitian
KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT KEMENYAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA
(Studi Kasus di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan)
Oleh :
Harmoko Sinaga/051201028 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KUSIONER PENELITIAN
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Suku :
5. Agama :
6. Pendidikan (pilih) :
a. Tidak sekolah b. Tidak tamat SD c. SD
d. SLTP / sederajat e. SLTA / sederajat f. Diploma : D1 / D2 / D3 g. Perguruan Tinggi
(57)
B. Pola Budidaya Tanaman Kemenyan
• Persiapan Lahan 1. Berapa lama persiapan lahan?
2. Tahapan pekerjaan apa saja dalam kegiatan pembukaan lahan? 3. Berapa biaya untuk persiapan lahan : Rp………
4. Bagaimana persiapan lahan untuk tanaman lainnya
• Pembibitan
1. Dari manakah sumber bibit kemenyan saudara? ………... 2. Berapa umur bibit siap tanam? ……….. 3. Berapa biaya untuk pembibitan : Rp………..
• Penanaman
1. Siapa yang mengerjakan penanaman ………. ., dan berapa orang jumlahnya ………...
2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk penanaman……… 3. Apakah kegiatan penanaman dipengaruhi oleh musim?... 4. Tahapan kegiatan apa saja dalam penanaman ………. 5. Berapa biaya untuk penanaman : Rp……….
• Pemeliharaan
1. Apa saja kegiatan pemeliharaan yang diperlukan : ………... ……… ……… 2. Berapa biaya untuk pemeliharaan : Rp………..
(58)
• Pemanenan dan Proses Pemasaran
1. Siapa yang melakukan proses pemanenan kemenyan di lahan saudara………….
2. Berapa jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk pemanenan getah kemenyan saudara? ………...orang
3. Berapa hasil yang diperoleh setiap kali pemanenan :………Kg (Rp………)
4. Berapa kali dalam seminggu pemanenan dilakukan………..
C. Nilai dan Jenis Manfaat Tanaman Kemenyan
1. Apa saja manfaat lain dari tanaman kemenyan ini selain pemanfaatan getah kemenyan? ………...
………... 2. Berapa nilai hasil lain tersebut? ...
D. Kontribusi
1. Berapa luas lahan kemenyan saudara ?
2. Menurut pendapat bapak / ibu, apakah luas lahan mempengaruhi tingkat pendapatan : a. Ya b. Tidak
3. Bagaimana status kepemilikan lahan hutan rakyat saudara : a. Milik sendiri b. Sewa
c. Simpan pinjam d. Ulayat (adat) e. Garapan
4. Berapa jumlah kemenyan yang ada di lahan saudara? ……….. pohon/ha 5. Selain kemenyan, apa saja yang ditanam pada lahan saudara sebagai pendapatan :
(59)
No Tanaman Hasil/panen (kg) Harga/kg (Rp) 1 Tanaman keras
a. ………. b. ………. c. ………. d. ……….
2 Tanaman pertanian/semusim a. ……….
b. ………. c. ………. d. ……… e. ……….
6. Bagaimana sistem budidaya tanaman pertanian/semusim dan tanaman keras yang ditanam pada lahan saudara :
a. Tradisional b. Budidaya Intensif
c. Campuran (gabunan keduanya) d. dll
7. Bagaimana pemanenan dan pemasaran tanaman lainnya : ………...
8. Usia berapakah tanaman kemenyan mulai berproduksi? ……… tahun
(60)
10. Bagaimana perlakuan terhadap tanaman kemenyan yang tidak berproduktif lagi?
11. Apakah kayu tanaman kemenyan memiliki nilai komersil? …….(Ya/tidak) jika Ya berapa Rp ……….
12. Apa saja hasil yang anda peroleh dari budidaya kemenyan selain untuk dijual?
13. Apa peran pemerintah dalam pengembangan kegiatan hutan kemenyan di desa saudara?
14. Kendala apa yang saudara hadapi dalam pelaksanaan hutan rakyat? ………
15. Apa saran saudara untuk program hutan rakyat ke depan?... ………. 16. Apa anda memelihara hewan ternak sebagai pendapatan?
a. Ya b. Tidak
17. Jika Ya, hewan apa saja, berapa jumlahnya, dan berapa hasil per tahunnya:
No Nama Hewan Frekuensi
Penjualan
Jumlah (ekor) Rata-rata Penghasilan/ta hun
1 2 3
(61)
4
5 dst
18. Apa sumber pendapatan lain? a. berdagang
b. PNS c. wiraswasta d. Tukang e. Karyawan
E. Distribusi Pendapatan Hasil Pemanfaatan Budidaya Kemenyan 1. Berapa pendapatan total dari tanaman kemenyan?
2. Hasil pendapatan kemenyan digunakan untuk apa saja? a. Kebutuhan sehari-hari
b. Pendidikan anak c. Keperluan sosial d. dll
(62)
Lampiran 2. Data identitas responden Desa Hutajulu
No Nama Umur Tingkat
pendidikan Jumlah tanggungan Luas lahan Kemenyan (Ha)
1 Op. Tito Situmorang 63 SLTP 4 2
2 A. Sarlin Lumbangaol 32 SD 1 1,5
3 Op. Charli Sinaga 49 SLTP 6 1,5
4 A. Denni Sinaga 54 SLTP 2 3
5 A. Siska Sinaga 29 SD 1 0,5
6 R. Situmorang 52 SLTP 5 0,5
7 A. Raffles Sinaga 30 SLTP 4 5
8 Op. Panto Sinaga 65 SD 7 1,5
9 A. Juliana Lumbangaol 29 SLTA 1 1
10 Viktor Sinaga 49 SLTP 6 10
11 A. Darma Lumbanbatu 42 SLTA 4 10
12 Op. Pahala Lumbangaol 69 SD 1 4
13 J. Manullang 49 SD 5 2
14 L. Simbolon 39 SD 4 2
15 Dosroha P 38 SLTA 3 4
16 Op. Pagabahan L.gaol 59 SLTP 3 1
17 Parlindungan L.batu 27 SLTP 1 1
18 Op. Rodin Sinaga 57 SLTP 4 3
19 Op. Putra Sinaga 54 SD 4 3
20 A. Handoko Lumbangaol 40 SLTP 5 8
21 Jandu Lumbangaol 25 SLTA 2 2
22 S. Lumbangaol 37 SLTA 3 2
23 Bropen Sinaga 24 SLTA 1 1
(63)
25 Op. Reihan 51 SD 7 1
26 A. Jonas Lumbanbatu 55 SD 8 1
27 A. Maret Aritonang 48 SLTP 6 1
28 A. Janter Lumbangal 51 SD 6 3
29 A. Juli Lumbangaol 45 SD 5 0,5
30 A. Daniel Nainggolan 24 SD 1 0,75
31 A. Papian Lumbangaol 30 SD 2 1
32 Op. Angel Sinaga 49 SLTP 6 1
33 A. Ganda Sinaga 48 SMP 8 1
34 A. Judianto Lumbangaol 30 SMA 2 1,5
35 A. Joseph Lumbangaol 34 SD 3 1,5
36 Op. Hosea Lumbangaol 67 SD 5 1
37 A. Frengki Simamora 53 SMP 4 1
38 Boyke Lumbangaol 28 SMP 3 1
39 Op. Dinro Sinaga 67 SD 3 1
40 Op. Sanro Sinaga 58 SMP 3 2
(64)
Lampiran 3. Pendapatan Rumah Tangga Desa Hutajulu (Rp. 000 / tahun)
No Nama Responden GK Kopi Padi Cabe Andaliman Dagan g
Ternak Upah Tukang Total pendapatan
1 Op. Tito Situmorang 11500 2000 3800 - - - 17300
2 A. Sarlin Lumbangaol 13400 - - - 13400
3 Op. Charli Sinaga 7850 6600 - 1520 - - - 10000 25970 4 A. Denni Sinaga 9250 1800 1600 4500 - - - - 17150
5 A. Siska Sinaga 4300 2750 600 - - - 7650
6 R. Situmorang 5900 4400 1600 3000 - - 8000 - 22900 7 A. Raffles Sinaga 15000 165 480 - - - 15645
8 Op. Panto Sinaga 7000 440 400 - - - 7840
9 A. Juliana Lumbangaol 10400 320 1650 - 4800 7500 - 24670 10 Viktor Sinaga 8600 1600 4000 - - 1800 - - 16000
11 A. Darma Lumbanbatu 13000 1000 2000 - - 1200 - - 17200
12 Op. Pahala Lumbangaol 13500 1000 800 - 120 - 1500 - 16920 13 J. Manullang 7500 2000 4000 - - - 4500 - 18000 14 L. Simbolon 9200 5000 4000 - - - 18200
15 Dosroha P 10000 - - - 10000
16 Op. Pagabahan Lumbangaol 6200 3000 3000 - - - 12200
17 Parlindungan Lumbanbatu 6750 - - - 5000 11750 18 Op. Rodin Sinaga 7600 880 2000 - - - 8000 - 18480 19 Op. Putra Sinaga 6500 1100 1560 - - - 9160
20 A. Handoko Lumbangaol 12000 550 1200 - - - 2100 - 15850 21 Jandu Lumbangaol 6000 - - - -- - 6000
22 S. Lumbangaol 3000 1000 4000 - - - 4000 - 12000 23 Bropen Sinaga 9500 1500 2000 - - - 13000
24 Op. Mega Sinaga 7300 3600 1750 - - 1200 - - 13850
25 Op. Reihan 5875 6000 4500 - - - 16375
26 A. Jonas Lumbanbatu 5100 3600 700 - - - 9400
27 A. Maret Aritonang 5400 2100 - - - 7500
28 A. Janter Lumbangaol 12500 - 2400 - - - 14900
29 A. Juli Lumbangaol 4325 3600 1050 - - - 8975
(1)
4
5
dst
18. Apa sumber pendapatan lain?
a. berdagang
b. PNS
c. wiraswasta
d. Tukang
e. Karyawan
E. Distribusi Pendapatan Hasil Pemanfaatan Budidaya Kemenyan
1. Berapa pendapatan total dari tanaman kemenyan?
2. Hasil pendapatan kemenyan digunakan untuk apa saja?
a. Kebutuhan sehari-hari
b. Pendidikan anak
c. Keperluan sosial
d. dll
(2)
Lampiran 2. Data identitas responden Desa Hutajulu
No
Nama
Umur
Tingkat
pendidikan
Jumlah
tanggungan
Luas lahan
Kemenyan
(Ha)
1
Op. Tito Situmorang
63
SLTP
4
2
2
A. Sarlin Lumbangaol
32
SD
1
1,5
3
Op. Charli Sinaga
49
SLTP
6
1,5
4
A. Denni Sinaga
54
SLTP
2
3
5
A. Siska Sinaga
29
SD
1
0,5
6
R. Situmorang
52
SLTP
5
0,5
7
A. Raffles Sinaga
30
SLTP
4
5
8
Op. Panto Sinaga
65
SD
7
1,5
9
A. Juliana Lumbangaol
29
SLTA
1
1
10
Viktor Sinaga
49
SLTP
6
10
11
A. Darma Lumbanbatu
42
SLTA
4
10
12
Op. Pahala Lumbangaol
69
SD
1
4
13
J. Manullang
49
SD
5
2
14
L. Simbolon
39
SD
4
2
15
Dosroha P
38
SLTA
3
4
16
Op. Pagabahan L.gaol
59
SLTP
3
1
17
Parlindungan L.batu
27
SLTP
1
1
18
Op. Rodin Sinaga
57
SLTP
4
3
19
Op. Putra Sinaga
54
SD
4
3
20
A. Handoko Lumbangaol
40
SLTP
5
8
21
Jandu Lumbangaol
25
SLTA
2
2
22
S. Lumbangaol
37
SLTA
3
2
23
Bropen Sinaga
24
SLTA
1
1
24
Op. Mega Sinaga
62
SLTP
4
1
(3)
25
Op. Reihan
51
SD
7
1
26
A. Jonas Lumbanbatu
55
SD
8
1
27
A. Maret Aritonang
48
SLTP
6
1
28
A. Janter Lumbangal
51
SD
6
3
29
A. Juli Lumbangaol
45
SD
5
0,5
30
A. Daniel Nainggolan
24
SD
1
0,75
31
A. Papian Lumbangaol
30
SD
2
1
32
Op. Angel Sinaga
49
SLTP
6
1
33
A. Ganda Sinaga
48
SMP
8
1
34
A. Judianto Lumbangaol
30
SMA
2
1,5
35
A. Joseph Lumbangaol
34
SD
3
1,5
36
Op. Hosea Lumbangaol
67
SD
5
1
37
A. Frengki Simamora
53
SMP
4
1
38
Boyke Lumbangaol
28
SMP
3
1
39
Op. Dinro Sinaga
67
SD
3
1
40
Op. Sanro Sinaga
58
SMP
3
2
(4)
Lampiran 3. Pendapatan Rumah Tangga Desa Hutajulu (Rp. 000 / tahun)
No Nama Responden GK Kopi Padi Cabe Andaliman Dagan
g
Ternak Upah Tukang Total pendapatan
1 Op. Tito Situmorang 11500 2000 3800 - - - 17300
2 A. Sarlin Lumbangaol 13400 - - - 13400
3 Op. Charli Sinaga 7850 6600 - 1520 - - - 10000 25970 4 A. Denni Sinaga 9250 1800 1600 4500 - - - - 17150
5 A. Siska Sinaga 4300 2750 600 - - - 7650
6 R. Situmorang 5900 4400 1600 3000 - - 8000 - 22900 7 A. Raffles Sinaga 15000 165 480 - - - 15645
8 Op. Panto Sinaga 7000 440 400 - - - 7840
9 A. Juliana Lumbangaol 10400 320 1650 - 4800 7500 - 24670 10 Viktor Sinaga 8600 1600 4000 - - 1800 - - 16000
11 A. Darma Lumbanbatu 13000 1000 2000 - - 1200 - - 17200
12 Op. Pahala Lumbangaol 13500 1000 800 - 120 - 1500 - 16920 13 J. Manullang 7500 2000 4000 - - - 4500 - 18000 14 L. Simbolon 9200 5000 4000 - - - 18200
15 Dosroha P 10000 - - - 10000
16 Op. Pagabahan Lumbangaol 6200 3000 3000 - - - 12200
17 Parlindungan Lumbanbatu 6750 - - - 5000 11750 18 Op. Rodin Sinaga 7600 880 2000 - - - 8000 - 18480 19 Op. Putra Sinaga 6500 1100 1560 - - - 9160
20 A. Handoko Lumbangaol 12000 550 1200 - - - 2100 - 15850 21 Jandu Lumbangaol 6000 - - - -- - 6000
22 S. Lumbangaol 3000 1000 4000 - - - 4000 - 12000 23 Bropen Sinaga 9500 1500 2000 - - - 13000
24 Op. Mega Sinaga 7300 3600 1750 - - 1200 - - 13850
25 Op. Reihan 5875 6000 4500 - - - 16375
26 A. Jonas Lumbanbatu 5100 3600 700 - - - 9400
27 A. Maret Aritonang 5400 2100 - - - 7500
28 A. Janter Lumbangaol 12500 - 2400 - - - 14900
29 A. Juli Lumbangaol 4325 3600 1050 - - - 8975
30 A. Daniel Lumbangaol 7975 - - - 7975
(5)
31 A. Papian Lumbangaol 8000 3000 - - - 11000
32 Op. Angel Sinaga 10500 5760 3500 - - - 19760
33 A. Ganda Sinaga 9500 4250 2450 - - - 16200
34 A. Judianto Lumbangaol 11825 1800 1750 - - - 15375
35 A. Joseph Lumbangaol 6050 3600 1050 - - - 10700
36 Op. Hosea Lumbangaol 6325 3600 - - - 9925
37 A. Frengki Simamora 6875 - 2800 - - 1000 - - 10675
38 Boyke Lumbangaol 8500 4800 1750 - - - 15050
39 Op. Dinro Sinaga 6750 2800 1700 - - - 11250
40 Op. Sanro Sinaga 7000 2400 1750 - - - 11150
(6)