Sikap Ibu Rumah Tangga Di Daerah Perkotaan Dan Perdesaan Terhadap Kenaikan Harga Beras (Kasus: Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan dan Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang)

(1)

SIKAP IBU RUMAH TANGGA DI DAERAH PERKOTAAN

DAN PERDESAAN TERHADAP KENAIKAN

HARGA BERAS

(Kasus: Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan dan Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH:

EVA JULIANA TAMBUNAN 080309054

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

SIKAP IBU RUMAH TANGGA DI DAERAH PERKOTAAN

DAN PERDESAAN TERHADAP KENAIKAN

HARGA BERAS

(Kasus: Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan dan Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH:

EVA JULIANA TAMBUNAN 080309054

PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Unversitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh :

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr.Ir. Satia Negara Lubis,M.Ec) (Emalisa, SP, M.Si) NIP : 196304021997031001 NIP.197211181998022001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

EVA JULIANA TAMBUNAN (080309054/PKP) dengan judul skripsi

“SIKAP IBU RUMAH TANGGA DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN TERHADAP KENAIKAN HARGA BERAS”. Studi kasus penelitian di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan, dan Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibimbing oleh Dr.Ir. Satia Negara Lubis,M.Ec sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Emalisa, SP, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap ibu rumah tangga di daerah perkotaan dan perdesaan terhadap kenaikan harga beras serta melihat hubungan faktor sosial ekonomi keluarga terhadap konsumsi beras rumah tangga. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota merupakan daerah interlen (tidak sentra produksi) yang menerima pangan dari sentra produksi serta jumlah Ibu Rumah Tangga terbanyak sedangkan daerah perdesaan daerah penelitian dilakukan di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Daerah tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan desa yang memiliki produktivitas padi paling tinggi serta ibu rumah tangga terbanyak.

Metode penentuan sampel ditentukan dengan metode sampling aksidental

dengan jumlah sampel sebanyak 30 ibu rumah tangga setiap mewakili daerah. Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode


(4)

analisis data yang digunakan yaitu secara Skala Likert dan Korelasi Pearson Product Moment.

Dari penelitian diperoleh hasil yakni:

1. Sikap negatif ibu rumah tangga didaerah perkotaan sebesar 56,66 %. 2. Sikap negatif ibu rumah tangga pada daerah perdesaan ialah 50 %.

3. Pada daerah perkotaan adanya hubungan yang signifikan karakter sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, total pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga) ibu rumah tangga dengan konsumsi rumah tangga sehari-hari.

4. Pada daerah perdesaan adanya hubungan yang signifikan karakter sosial ekonomi (jumlah tanggungan keluarga) ibu rumah tangga dengan konsumsi beras rumah.


(5)

RIWAYAT HIDUP

EVA JULIANA TAMBUNAN, lahir di Kota Medan pada tanggal 12 Juli 1991. Anak ketiga (3) dari delapan (8) bersaudara dari keluarga Bapak

Sahat Parulian Tambunan dan Ibu Rosetua Sidauruk. Pendidikan yang ditempuh penulis adalah:

1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 101735 Sunggal Kabupaten Deli Serdang dan tamat tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Swasta Teladan Sumatera Utara Kecamatan Medan Helvetia dan tamat tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menegah Atas di SMA Swasta Teladan Sumatera Utara Kecamatan Medan Helvetia dan tamat tahun 2008.

4. Tahun 2008 diterima di Program Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN .

5. Bulan Juli-Agustus 2011 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Air Putih Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan.

6. Bulan Desember 2012 – Maret 2013 melakukan penelitian skripsi di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan dan Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. 7. Selama perkuliahan peneliti mengikuti organisasi KMK (Kegiatan

Mahasiswa Kristen) dan Pengurus IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) selaku Ketua Bidang Pengkaderan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Sikap Ibu Rumah Tangga di Daerah Perkotaan dan Perdesaan Terhadap Kenaikan Harga Beras“. Penelitian ini bertujuan untuk bagaimana sikap ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras dan hubungan faktor sosial ekonomi dengan konsumsi beras. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.Ir. Satia Negara Lubis,M.Ec sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan skripsi ini.

Dengan penuh sukacita dan rasa sayang penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak/ibu dan saudara-saudara penulis yang tercinta yang telah memberikan dukungan baik bantuan materil dan juga motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis hanturkan kepada Bapak Sahat Parulian Tambunan dan Ibu Rosetua Sidauruk serta saudaraku yaitu Pratu Huppul S. Tambunan, Herkules Tambunan, Serda Buha Tambunan, Iwan S.Tambunan, Lamria Tambunan, Anggi Syahputra Tambunan, dan Gita Octaviagustine Tambunan atas kasih sayang, nasehat, motivasi serta dukungan baik secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.


(7)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman teman di Jurusan Agribisnis’08, Pengurus IMASEP, kelompok kecil Sparkling Girls, Juguler Stars,

Guru-guru Sekolah Minggu & NHKBP Immanuel Sei-Semayang, PP HKBP DISTRIK X Medan – Aceh yang telah banyak membantu selama pengerjaan dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan juga kritik yang membangun yang dapat meningkatkan mutu dari tulisan ini. Akhir kata penulis berharap kiranya tulisan ini dapat bermanfaaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2013


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... 1

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 8

Tujuan Penelitian ... 8

Kegunaan Penelitian ... 9

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka ... 10

Landasan Teori ... 14

Kerangka Pemikiran ... 21

Hipotesis Penelitian ... 23

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 24

Metode Penentuan Sampel ... 26

Metode Pengumpulan Data ... 27

Metode Analisis Data ... 28

Defenisi dan Batasan Operasional ... 31

Definisi ... 31

Batasan Operasional ... 32

DESKRIPSI WILAYAH Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota ... 33

Letak Geografis ... 33


(9)

Desa Sidodadi Kecamatan Beringin ... 35

Sejarah Singkat ... 35

Letak Geografis ... 36

Potensi Sumber Daya Manusia ... 37

Tingkat Pendidikan ... 38

Mata Pencaharian Penduduk ... 38

Penduduk Menurut Agama Yang di anut ... 39

Prasarana Pendidikan ... 39

HASIL DAN PEMBAHASAN Sikap Ibu Rumah Tangga diPerkotaan ... 41

Sikap Ibu Rumah Tangga diPerdesaan ... 45

Hubungan Umur, Tingkat Pendidikan, Total Pendapatan, Jumlah Tanggungan Keluarga dan Luas Lahan Dengan Konsumsi Beras Rumah tangga Hubungan Umur Dengan Konsumsi Beras Rumah Tangga ... 46

Hubungan Tingkat pendidikan Dengan Konsumsi Beras Rumah Tangga ... 48

Hubungan Total Pendapatan Dengan Konsumsi Beras Rumah Tangga ... 51

Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga Dengan Konsumsi Beras Rumah Tangga ... 53

Hubungan Luas Lahan Dengan Konsumsi Beras Rumah Tangga ... 56

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 58

Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal.

1. Data Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Kota Medan ... 2

2. Konsumsi Pangan Sumatera Utara ... 3

3. Perkembangan Harga Beras di Kota Medan ... 5

4. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Deli Serdang ... 6

5. Produktivitas Padi Sawah Per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang ... 25

6. Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk, dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga di Kecamatan Medan Kota ... 26

7. Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk, dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga di Kecamatan Beringin Tahun 2011 ... 27

8. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 30

9. Jumlah Penduduk Kelurahan sudirejo I Kecamatan Medan Kota Berdasarka Jenis Kelamin ... 34

10.Jumlah Penduduk Kelurahan sudirejo I Kecamatan Medan Kota Berdasarkan Mata Pencaharian ... 34

11.Jumlah Penduduk Kelurahan sudirejo I Kecamatan Medan Kota Berdasarkan Agama Yang Dianut ... 35

12.Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin ... 37

13.Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin. ... 38


(11)

14.Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin ... 39 15.Jumlah Sarana dan Prasarana Pendidikan Di Desa Sidodadi Ramunia

Kecamatan Beringin ... 40 16.Jumlah Sarana Dan Prasarana Usaha Perekonomian Di Desa Sidodadi

Ramunia Kecamatan Beringin ... 40 17.Interpretasi Sikap Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan

Medan Kota Kotamadya Medan ... 42 18.Sikap Dan Persentase Ibu Rumah Tangga Terhadap Kenaikan Harga Beras

di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan ... 43 19.Interpretasi Sikap Ibu Rumah Tangga di Desa Sidodadi Kecamatan Beringin

Kabupaten Deli Serdang ... 4 20.Sikap dan Persentase Ibu Rumah Tangga Terhadap Kenaikan Harga Beras di

Desa Sidodadi Kecamatan Beringin Kab. Deli Serdang ... 45 21.Hubungan Umur Ibu Rumah Tangga Terhadap Konsumsi Beras Rumah

tangga di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota ... 46 22.Hubungan Umur Ibu Rumah Tangga Terhadap Konsumsi Beras Rumah

tangga di Desa Sidodadi Kecamatan Beringin Kab. Deli Serdang ... 47 23.Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga Terhadap Konsumsi

Beras Rumah tangga di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota .... 48 24.Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga Terhadap Konsumsi

Beras Rumah tangga di Desa Sidodadi Kecamatan Beringin Kab. Deli Serdang ... 49


(12)

25.Hubungan Total Pendapatan Keluarga Terhadap Konsumsi Beras Rumah tangga di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota ... 51 26.Hubungan Total Pendapatan Keluarga Terhadap Konsumsi Beras Rumah

tangga di Desa Sidodadi Kecamatan Beringin Kab. Deli Serdang ... 52 27.Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Konsumsi Beras Rumah

tangga di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota ... 54 28.Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Konsumsi Beras Rumah

tangga di Desa Sidodadi Kecamatan Beringin Kab. Deli Serdang ... 55 29.Hubungan Luas Lahan Terhadap Konsumsi Beras Rumah tangga di Desa


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal.

1. .. Garis Konsumsi Pendapatan Untuk Barang Normal ... 17 2. .. Kurva Engel Untuk Barang Normal ... 18 3. .. Skema Kerangka Pemikiran ... 22


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1 Kategori Jawaban Sikap Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan.

2 Nilai T Sikap Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan.

3 Kategori Jawaban Sikap Ibu Rumah Tangga di Desa Sidodadi Ramunia

Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.

4 Nilai T Sikap Ibu Rumah Tangga di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan

Beringin Kabupaten Deli Serdang.

5 Uji Korelasi Pearson Product Moment Umur Dengan Konsumsi Beras Rumah Tangga di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan. 6 Uji Korelasi Pearson Product Moment Umur Dengan Konsumsi Beras Rumah

Tangga di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.

7 Uji Korelasi Pearson Product Moment Tingkat Pendidikan Dengan Konsumsi Beras Rumah Tangga di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan.

8 Uji Korelasi Pearson Product Moment Tingkat Pendidikan Dengan Konsumsi Beras Rumah Tangga di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.


(15)

9 Uji Korelasi Pearson Product Moment Total Pendapatan Keluarga Dengan Konsumsi Beras Rumah Tangga di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan.

10 Uji Korelasi Pearson Product Moment Total Pendapatan Keluarga Dengan Konsumsi Beras Rumah Tangga di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.

11 Uji Korelasi Pearson Product Moment Jumlah Tanggungan Keluarga Dengan Konsumsi Beras Rumah Tangga di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan.

12 Uji Korelasi Pearson Product Moment Jumlah Tanggungan Keluarga Dengan Konsumsi Beras Rumah Tangga di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.

13 Uji Korelasi Pearson Product Moment Luas Lahan Keluarga Dengan Konsumsi Beras Rumah Tangga di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan.

14 Uji Korelasi Pearson Product Moment Luas Lahan Dengan Konsumsi Beras Rumah Tangga di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.


(16)

ABSTRAK

EVA JULIANA TAMBUNAN (080309054/PKP) dengan judul skripsi

“SIKAP IBU RUMAH TANGGA DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN TERHADAP KENAIKAN HARGA BERAS”. Studi kasus penelitian di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan, dan Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibimbing oleh Dr.Ir. Satia Negara Lubis,M.Ec sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Emalisa, SP, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap ibu rumah tangga di daerah perkotaan dan perdesaan terhadap kenaikan harga beras serta melihat hubungan faktor sosial ekonomi keluarga terhadap konsumsi beras rumah tangga. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota merupakan daerah interlen (tidak sentra produksi) yang menerima pangan dari sentra produksi serta jumlah Ibu Rumah Tangga terbanyak sedangkan daerah perdesaan daerah penelitian dilakukan di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Daerah tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan desa yang memiliki produktivitas padi paling tinggi serta ibu rumah tangga terbanyak.

Metode penentuan sampel ditentukan dengan metode sampling aksidental

dengan jumlah sampel sebanyak 30 ibu rumah tangga setiap mewakili daerah. Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode


(17)

analisis data yang digunakan yaitu secara Skala Likert dan Korelasi Pearson Product Moment.

Dari penelitian diperoleh hasil yakni:

1. Sikap negatif ibu rumah tangga didaerah perkotaan sebesar 56,66 %. 2. Sikap negatif ibu rumah tangga pada daerah perdesaan ialah 50 %.

3. Pada daerah perkotaan adanya hubungan yang signifikan karakter sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, total pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga) ibu rumah tangga dengan konsumsi rumah tangga sehari-hari.

4. Pada daerah perdesaan adanya hubungan yang signifikan karakter sosial ekonomi (jumlah tanggungan keluarga) ibu rumah tangga dengan konsumsi beras rumah.


(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan manusia yang cukup mendasar. Terpenuhinya kebutuhan pangan secara kuantitas dan kualitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan manusia seutuhnya. Dalam pembangunan nasional, sektor pertanian pangan menempati prioritas penting. Keadaan ini tercermin dari berbagai bentuk intervensi yang dilakukan pemerintah disektor pangan terutama beras, seperti intervensi pengembangan teknologi pangan, ketahanan pangan maupun kebijaksanaan harga. Intervensi tersebut ditujukan ntuk memecahkan masalah pangan nasional, yaitu penyediaan pangan yang tidak merata di seluruh tanah air serta jangkauannya daya beli masyarakat (Amang, 1993).

Ketahanan pangan merupakan suatu wujud dimana masyarakat mempunyai pangan yang cukup di tingkat wilayah dan juga rumah tangga, serta mampu mengakses pangan dengan cukup untuk anggota keluarganya, sehingga mereka dapat hidup sehat dan kerja produktif. Penyediaan pangan, terutama beras dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau tetap menjadi prioritas utama pembangunan nasional. Selain merupakan makanan pokok untuk lebih dari 95% rakyat Indonesia, padi juga telah menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 20 juta rumah tangga petani di pedesaan (Badan Ketahanan Pangan, 2012)

Dalam periode 1970-1990 laju pertumbuhan produksi padi cukup tajam, rata-rata 4,3% per tahun. Akan tetapi kemarau panjang yang terjadi beberapa


(19)

tahun kemudian menyebabkan terjadinya penurunan produksi. Dalam periode 1997-2000 produksi padi kembali meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,67% per tahun, terutama karena bertambahnya areal panen. Pada tahun 2007, produksi padi meningkat sebesar 4,96% dibandingkan dengan tahun 2006 sedangkan pada tahun 2008, menurut angka ramalan BPS (Badan Pusat Statistik) produksi padi nasional mencapai 60,28 juta ton gabah kering giling, meningkat 5,46% dibanding tahun 2007. Pencapaian ini telah mengantar Indonesia kembali meraih swasembada beras (Badan Ketahanan Pangan, 2012).

Data tiga tahun terakhir produksi beras di kota Medan mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi beras

pada tahun 2008, 2009 dan 2010 masing – masing sekitar 11.451,70 ton, 10.035 ton, 9.935,2 ton. Sementara dapat kita lihat jumlah penduduk meningkat

pada tahun 2009 tetapi mengalami penurunan kembali pada tahun 2010. Penurunan yang dialami tidak terlalu signifikan tetapi kebutuhan beras yang diperlukan terlihat meningkat drastis. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Data Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Kota Medan

Uraian

Tahun

2008 2009 2010

Beras

Jumlah penduduk (jiwa) 2.120.436,00

2.121.053 2.097.610 Produksi (ton) 11.451,70 10.035 9.935,2 Kebutuhan beras (ton) 241.878,13

284.496,84 327.115,55 Surplus/minus (ton) -230.426,43 -274.46084 -317.180,35 Tingkat swasembada (%) 4,73 3,53 3,03

(Badan Ketahanan Pangan, 2012)

Menurut Khimaidi (1997) makanan pokok adalah makanan yang dalam sehari-hari mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan merupakan sumber energi terbesar, sedangkan pangan pokok utama adalah pangan yang dikonsumsi


(20)

oleh sebagian besar penduduk serta dalam situasi normal tidak dapat diganti oleh jenis komoditas lain. Beras menjadi pangan pokok utama tidak hanya karena tingkat konsumsinya yang tinggi tetapi juga sumbangannya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi.

Tabel 2. Konsumsi Pangan Sumatera Utara.

Kelompok Pangan

Konsumsi Pangan (gram/kap/hari)

2008 2009 2010

Beras 312.52 298.74 297.15

Jagung 0.62 0.5 0.74

Terigu 22.11 18.5 19.82

(Badan Ketahanan Pangan, 2012)

Konsumsi pada kelompok pangan di Sumatera Utara ialah pada kelompok padi-padian yakni komoditi beras. Dengan tingkat konsumsi pada tahun 2008 ialah 312,52 gram/kap/hari, pada tahun 2009 ialah 298,74 gram/kap/hari, sedangkan pada tahun 2010 ialah 297,15 gram/kap/tahun.

Salah satu bahan pangan yang paling banyak dikonsumsi masyarakat adalah beras. Dari aspek komsumsi, pemahaman bahwa konsumsi beras merupakan indikator masyarakat maju menyebabkan perubahan kebiasaan dan ketergantungan konsumsi pangan pada beras. Bahkan perubahan kebiasan yang dipaksakan dan pokok nonberas ke beras menyebabkan ketergantungan terhadap pangan semakin besar. Keadaan menjadi lebih sulit dengan kebutuhan beras yang tidak didukung oleh kemampuan daerah dalam menyediakan konsumsi pangannya (Sudomoningrat, 2001).

Pembentukan pola konsumsi beras pada rumah tangga dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan pengaruh yang berasal dari rumah tangga yaitu pendapatan rumah tangga, jumlah konsumsi beras, jumlah pembelian beras dan kelas sosial. Faktor eksternal adalah


(21)

pengaruh yang berasal dari luar lingkungan rumah tangga, yaitu harga beras. Apabila harga beras mengalami peningkatan, perubahan pola konsumsi beras rumah tangga dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang membentuk pola konsumsi beras (Sudomoningrat, 2001).

Permintaan beras yang cukup tinggi tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah sehingga terjadi kelangkaan beras di pasar. Dan pada akhirnya harga beras menjadi tinggi karena permintaan akan beras tidak dapat dipenuhi oleh persediaan beras nasional. Sehingga ketersediaan beras perlu dijaga dengan baik karena masyarakat sangat sensitif terhadap isu mengenai beras dan hal ini terkait erat dengan harga. Untuk rumah tangga dengan pendapatan yang tetap, kenaikan harga beras tentu saja akan berdampak negatif terhadap pola konsumsinya sehingga mempengaruhi tingkat kesejahteraan rumah tangga pada (Lastry, 2006).

Harga-harga komoditas pertanian memegang peranan penting baik secara ekonomi maupun politik karena mempunyai pengaruh yang besar bagi pendapatan petani dan kesejahteraan konsumen. Telah banyak upaya dilakukan pemerintah dalam meningkatkan produksi pertanian dan sekaligus memperbaiki tingkat kesejahteraan petani melalui berbagai macam program intensifikasi dan ekstensifikasi, namun berdasarkan pengalaman selama ini, bagaimanapun bagusnya konsep-konsep yang mendasari semua program tersebut, selama harga jual yang diterima petani tidak turut diperbaiki oleh pemerintah, usaha-usaha pemerintah tersebut tidak akan membawa hasil yang optimal (Tambunan, 2003).

Rangsangan ekonomi dalam bentuk tingkat harga yang menguntungkan merupakan faktor paling penting bagi petani untuk meningkatkan produksinya, seperti juga yang berlaku bagi setiap produsen disektor lainnya. Petani pada


(22)

akhirnya akan merasa tidak ada untungnya memperluas lahan garapan, menerapkan teknologi baru dan menggunakan pupuk berkualitas baik apabila semua hal tersebut tidak menambah penghasilan netonya (Tambunan, 2003).

Untuk memberikan jaminan pada para petani bahwa hasil produksinya akan dibeli pada harga yang ditetapkan pemerintah atau perusahaan yang telah

ditunjuk, pemerintah mengeluarkan kebijakan harga dasar gabah dan beras

(floor price). Kebijakan ini juga berfungsi sebagai insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi (Tambunan, 2003).

Untuk melindungi konsumen, pemerintah (Bulog) menetapkan harga eceran tertinggi lokal. Untuk memenuhi permintaan pada suatu saat dan pada suatu tempat, Bulog melakukan penyebaran persediaan di seluruh Indonesia. Orientasi Bulog dalam distribusi pangan adalah harga, sesuai dengan tugas pokok Bulog untuk menstabilkan harga. Penyediaan persediaan pangan oleh Bulog memiliki tujuan yaitu menjaga variasi harga antar musim dan antar tempat (Amang dan Sawit, 1999).

Tabel 3. Perkembangan Harga Beras di Kota Medan. Tahun

Bulan 2009 2010 2011

Ramos IR 64 Ramos IR 64 Ramos IR 64

Januari 6564 6323 6479 7334 8675 8244

Februari 6694 6480 7228 7380 8967 8705

Maret 6694 6319 6901 7194 8323 7758

April 6651 6374 6874 7144 8286 7541

Mei 6694 6319 6874 7144 8402 7620

Juni 6651 6374 6874 7369 8556 8187

Juli 6087 6087 7295 7521 8452 8367

Agustus 6087 6087 7392 7650 8317 9246

September 6680 6359 7397 7638 8376 9588

Oktober 6646 6312 7412 6973 8594 9616

November 6646 6312 7779 7161 8698 9628


(23)

Rata - Rata 6570.5 6315.167 7233.75 7369.167 8520 8555

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012

Jenis beras yang paling banyak dikonsumsi masyarakat di Kota Medan ialah Ramos dan IR 64 dengan harga yang semakin meningkat. Pada tahun 2009 harga beras jenis Ramos mempunyai rata-rata harga Rp. 6.570,5 sedangkan beras jenis IR 64 mempunyai rata-rata harga Rp.6.315,167. Pada tahun 2010 harga beras pada jenis beras Ramos mempunyai rata-rata harga Rp. 7.233,75 sedangkan beras jenis IR 64 mempunyai rata-rata harga Rp.7.369,167. Pada tahun 2011 harga beras jenis Ramos mempunyai rata-rata harga Rp. 8.520 sedangkan beras jenis IR 64 mempunyai rata-rata harga Rp.8.555.

Tabel 4. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Deli Serdang.

Bulan

Tahun

2009 2010 2011

IR 64 Ramos IR 64 Ramos IR 64 Ramos

Januari 6400 7800 6500 7500 9500 10000

Februari 6400 7800 6500 7500 9433 10000

Maret 6480 7800 6300 7300 8400 9400

April 6500 7800 6300 7300 8000 9000

Mei 6500 7800 6500 7400 7500 9000

Juni 6500 7800 6900 7500 8000 9000

Juli 6475 7800 6900 7500 8400 9500

Agustus 6325 7575 6850 7650 8325 9500

September 5880 7500 6800 7800 7650 9550

Oktober 5800 7500 7000 7800 8000 9700

November 5800 7500 7000 7800 7933 9700

Desember 5800 7500 7860 8660 8200 9780

Rata -

Rata 6238.333 7681.25 6784.1667 7642.5 8278,47 9510,83

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012

Di Kabupaten Deli Serdang ada 2 (dua) jenis beras yang paling sering dikonsumsi masyarakat yakni jenis beras IR 64 dan Ramos . Setiap bulan harga beras kedua jenis ini pun berbeda sesuai dengan cuaca dan produktifitas padi


(24)

Rp. 6.238, sedangkan jenis beras Ramos adalah Rp. 7.681,25. Pada tahun 2010 harga rata-rata beras jenis IR 64 ialah Rp. 6.784,16, sedangkan jenis beras Ramos adalah Rp. 7.642,5. Pada tahun 2011 harga rata-rata beras jenis IR 64 ialah Rp.

8.278,47 sedangkan jenis beras Ramos adalah Rp. 9.510,83.

Dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kota Medan dan di Kabupaten Deli Serdang mengakibatkan permintaan beras semakin meningkat pula, sehingga harga beras semakin meningkat. Meningkatnya harga beras menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, penurunan daya beli dapat menyebabkan menurunnya tingkat konsumsi dari sisi kuantitas dan atau kualitas khususnya bagi kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah.

Meningkatnya harga mempengaruhi sikap ibu rumah tangga. Sikap merupakan jumlah keseluruhan kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan prasangka, ide-ide, rasa takut, ancaman, dan keyakinan terhadap sesuatu hal yang khusus. Sikap dapat dinyatakan kembali dalam setiap cara berikut ini. Sikap adalah :

1. Pengaruh atau penolakan, 2. Penilaian,

3. Suka atau tidak suka,

4. Kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek (Daniel, 2002).

Rumah tangga dalam penelitian ini ialah semua rumah tangga masyarakat baik rumah tangga petani maupun rumah tangga nonpetani. Ketahanan masyarakat bahwa setiap rumah tangga dapat mengkonsumsi pangan secara cukup. Standar kecukupan dalam mengkonsumsi sekitar 2000 kalori dan


(25)

ketersediaan 2.500 kalori. Standar kecukupan pangan dinyatakan dalam satuan kalori dan protein (akan terus direvisi standarnya) sedangkan pola pangan harapan merupakan kombinasi konsumsi (kalau dinilai dari skor 100 berarti sudah cukup beragam dalam konsumsi) bahan-bahan sumber karbohidrat, protein, vitamin, mineral (Soemarno, 2010).

Identifikasi masalah

Setelah dilihat dari uraian pada latar belakang maka dapat disimpulkan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sikap ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras di daerah perkotaan dan perdesaan terhadap kenaikan harga beras?

2. Bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi rumah tangga (umur, tingkat pendidikan, total pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan) terhadap konsumsi beras baik di perkotaan ataupun perdesaan?.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis sikap ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras di daerah perkotaan dan perdesaan terhadap kenaikan harga beras. 2. Untuk menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi rumah tangga

(umur, tingkat pendidikan, total pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan) terhadap konsumsi beras baik di perkotaan ataupun perdesaan?.


(26)

Kegunaan Penulisan

Hasil penelitian ini diharapkan di kemudian hari dapat dipergunakan sebagai: 1. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Fakultas

Petanian Universitas Sumatera Utara.

2. Menjadi bahan informasi dalam bentuk penelitian kepada pihak-pihak yang membutuhkan.


(27)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Pangan adalah komoditas strategi karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Pangan tidak saja berarti strategis secara ekonomi, tetapi juga sangat berarti dari segi pertahanan dan keamanan, sosial dan politik . Pangan pokok ialah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan merupakan sumber energi yang terbesar. Sedangkan pangan pokok utama ialah pangan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk serta dalam situasi normal tidak dapat diganti oleh jenis komoditi lain (Hasan, 1998).

Secara umum dikatakan bahwa masalah pangan merupakan sebagian dari masalah kesejahteraan pribadi, keluarga dan masyarakat akibat adanya ketimpangan antara kebutuhan persediaan, permintaan pangan dan kesehatan. Permintaan pangan mempunyai kaitan erat dengan pendapatan, harga pangan dan non pangan, pendidikan rumah tangga terutama ibu serta adat (cultur) dan kebiasaan. Jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat tidak saja dipengaruhi oleh produksi, ketersediaan pangan nasional atau ketersediaan pasar, tetapi dipengaruhi juga oleh daya jangkau ekonomi (daya beli), kesukaan, pendidikan dan nilai sosial budaya yang berlaku di masyarakat (Yuliyanti, 2011).

Menurut Fajar (2010) dalam penelitiannya tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Beras di Indonesia menjelaskan bahwa harga beras memiliki keunikan dalam proses penentuannya sehingga perlu kehati-hatian


(28)

dalam menentukan harganya. Keunikan tersebut antara lain beras sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia, untuk meningkatkan kesejahteraan petani perlu adanya kenaikan harga beras, namun jika harga beras tinggi penduduk miskin akan meningkat. Keunikan yang lain meskipun pemerintah telah menaikkan harga dasar penjualan padi tetap saja petani akan miskin.

Menurut Fajar (2010) dalam penelitiannya tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Beras di Indonesia, menyebutkan bahwa persediaan beras di tingkat pengepul (penebas) sangat mempengaruhi harga beras pada tingkat daerah, sedangkan musim juga berpengaruh signifikan terhadap harga beras karena jika musim kemarau hasil beras akan lebih baik jika dibandingkan pada musim penghujan. Namun faktor yang paling berpengaruh terhadap harga beras adalah kebijakan impor beras oleh pemerintah.

Kebijakan pemerintah mengenai harga terendah untuk harga padi dan harga tertinggi untuk harga beras. Tujuan kebijakan ini adalah untuk menjamin tingkat harga yang layak, yang disatu pihak memberikan keuntungan yang wajar kepada petani produsen sehingga sekaligus dapat merangsang kenaikan produksi dan dilain pihak mewujudkan harga beras yang berada dalam jangkauan daya beli masyarakat banyak. Untuk memelihara agar tingkat harga tetap bergerak dalam batas harga terendah dan tertinggi itu, pemerintah segera memberi beras dipasaran apabila harga terendah dan menjual dipasaran (Nitisastrio, 2010).

Tahun 2001 ditetapkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2001 tentang harga beras yang baru tanpa ada membedakan wilayah. Penetapan kebijakan pemberasan menginstruksikan badan/departemen terkait untuk memberikan dukungan bagi peningkatan produktivitas petani padi dan produksi beras nasional,


(29)

memberikan dukungan bagi diversifikasi (penganekaragaman) kegiatan ekonomi petani dan melaksanakan kebijakan harga dasar pembelian beras oleh pemerintah. Tujuan dari pada pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan konsumen dan petani serta kestabilan harga (Departemen Pertanian, 2004).

Dampak dari kenaikan harga beras ini, pada prinsipnya tidak terlalu berpengaruh pada konsumsi masyarakat, karena beras merupakan kebutuhan pokok yang paling utama. Jadi mahal atau tidak, beras tetap akan dibeli masyarakat. Meskipun demikian, kenaikan harga beras tersebut tetap memberikan kecemasan terhadap warga di semua daerah (Yuliyanti, 2011).

Salah satu penyebab mahalnya harga beras adalah menurunnya pertumbuhan produksi padi antara lain akibat imbas dari perubahan cuaca. Perubahan cuaca tersebut juga telah membuat negara pengekspor beras utama dunia yaitu Vietnam dan Thailand melakukan pengetatan ekspor beras. Meskipun kedua negara ini mengalami surplus beras, mereka telah mengumumkan bahwa

akan membatasi ekspor beras terkait anomali cuaca yang melanda (Anonimous, 2012).

Trend meningkatnya harga beras memang tak lepas dari hukum permintaan dan penawaran barang. Indonesia sebagai negara Asia dengan konsumsi beras sangat tinggi yakni mencapai 139 kg per kapita per tahun. Padahal negara-negara Asia lainnya tak lebih dari 100 kg per kapita per tahun. Dengan demikian, total permintaan beras Indonesia menjadi sangat besar mengingat jumlah penduduknya lebih dari 230 juta jiwa (Anonimous, 2012).


(30)

Permintaan terhadap beras yang tinggi tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan produksi beras yang memadai di dalam negeri. Pada saat ini jumlah permintaan dan penawaran beras di Indonesia relatif berimbang, dalam arti jumlah yang tersedia dan jumlah yang dikonsumsi berselisih tipis. Keadaan tersebut sangat signifikan, karena apabila terjadi goncangan permintaan atau penawaran, harga beras akan mudah berfluktuasi. Disamping itu, cadangan beras untuk pengamanan ketersedian oleh Pemerintah dilakukan dengan kebijakan impor. Instrumen impor inilah yang digunakan dalam mengantisipasi perilaku pasar agar tidak terjadi tindakan-tindakan yang justru memperkeruh pasar seperti aksi-aksi spekulasi.

Sikap adalah suatu bangun psikologis. Seperti semua wujud psikologis, sikap adalah hipotesis. Membangun adalah cara-cara mengkonseptualisasikan unsur-unsur yang tidak mudah dipahami daerah yang diselidiki oleh suatu ilmu tertentu. Para ilmuwan sosial menyelidiki keyakinan dan perilaku orang dalam usahanya untuk menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai keadaan mental dan proses mental. Sikap tidak dapat diobservasi atau di ukur secara langsung. Keberadaannya harus ditarik kesimpulan dari hasil-hasilnya (Mueller, 1996).

Selain itu, dalam kajian sikap telah diketahui bahwa sikap tersebut dapat bersifat negatif dan dapat pula bersifat positif. Sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk menjauhi, menghindari ataupun tidak menyukai keberadaannya suatu objek. Sedang sikap positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekati, menerima atau bahakan mengharapkan kehadiran objek tertentu (Mueller, 1996).


(31)

Meskipun ada beberapa perbedaaan pengertian sikap, namun ada beberapa yang dapat disetujui bahwa sikap adalah predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku, berubah dalam hal intensitasnya, biasanya konsisten sepanjang waktu dalam situasi yang sama yang sama, dan komposisinya hampir selalu kompleks. Sehubungan dengan itu pula penulis cenderung untuk mengemukakan pengertian sikap sebagai berikut: sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten. Demikianlah, sikap adalah konsep yang membantu seseorang untuk memahami tingkah laku. Sejumlah perbedaan tingkah laku dapat merupakan pencerminan atau manifestasi dari sikap yang sama (Ahmadi, 1999).

Landasan Teori

Harga merupakan salah satu faktor penentu dalam pemilihan merek yang berkaitan dengan keputusan membeli konsumen. Ketika memilih diantara merek-merek yang ada konsumen akan mengevaluasi harga secara tidak absolut akan tetapi dengan membandingkan beberapa standar harga sebagai referensi untuk melakukan transaksi pembelian (Djojodipuro, 1991).

Konsumsi didefinisikan sebagai penggunaan komoditas-komoditas oleh rumahtangga. Pengeluaran konsumsi dilakukan untuk memepertahankan taraf hidup. Pada tingkat pendapatan rendah, pengeluaran konsumsi pertama dibelanjakan untuk kebutuhan pokok. Kebutuhan makanan (pangan) adalah yang terpenting karena makanan merupakan jenis komoditas utama untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Akan tetapi terdapat bermacam-macam barang konsumsi yang merupakan kebutuhan rumahtangga. Keanekaragamannya


(32)

tergantung pada tingkat pendapatan rumahtangga. Tingkat pendapatan rumahtangga yang berbedabeda mengakibatkan perbedaan pola konsumsi. Tingkat pengeluaran konsumsi merupakan salah satu cara untuk mengkaji pola konsumsi. Dengan mengenali jenis-jenis barang konsumsi dapat diketahui bahwa rumahtangga dengan tingkat pendapatan tertentu membelanjakannya dalam persentase yang tertentu pula untuk keperluan rumah tangga. Dalam hal ini perlu diingat kembali Hukum Engel yang menyatakan bahwa bila selera tidak berubah, maka proporsi pengeluaran untuk pangan menurun dengan meningkatnya pendapatan. Engel menemukan hukum tersebut dari perangkat data survey pendapatan dan pengeluaran (Djojodipuro, 1991).

Teori permintaan merupakan suatu teori yang menerangkan sifat dari permintaan pembeli (konsumen) terhadap suatu komoditas serta menerangkan hubungan antara jumlah yang diminta dengan harga, yang selanjutnya menjelaskan pembentukan kurva permintaan. Permintaan sendiri diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga dalam waktu tertentu (Anonimous, 2013)

Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Anonimous (2013) tentang Pola Konsumsi dan Pengeluaran Rumah Tangga menyatakan bahwa perilaku konsumen mengandung arti semua aktivitas individu dalam memperoleh dan menggunakan komoditas termasuk pengambilan keputusan yang meliputi aktivitas tersebut. Perilaku mengkonsumsi beras rumah tangga merupakan bagian dari perilaku ibu rumah tangga dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukannya. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk


(33)

proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut. Perilaku konsumen merupakan perilaku yang ditunjukkan dalam mencari, membeli, menggunakan, menilai dan menentukan produk, jasa, dan gagasan .

Fungsi permintaan Marshallian mempunyai properti homogen derajat nol terhadap P dan M, atau Xi = XiM(tpi , tM) = Xi = XiM(pi , M). Homogen derajat nol ini mempunyai arti bahwa bila harga barang Pi dan M berubah dengan tingkat yang sama sebesar t, maka permintaan barang Xi tidak berubah. Dari fungsi permintaan tesebut dalam dilihat bahwa untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya jika kenaikan harga beras sama meningkat dengan pendapatan rumah tangga maka konsumsi atau keputusan pengalihan merek kepada beras yang lebih murah tidak akan terjadi.

Fungsi permintaan lain yang diturunkan dari proses minimisasi fungsi pengeluaran dengan kendala tingkat kepuasan tertentu disebut dengan fungsi permintaan Hicksian. Rasio harga menunjukkan slope dari kendala anggaran yang dimiliki ibu rumah tangga. Selanjutnya dari kondisi slope yang sama dapat diturunkan sebuah fungsi dengan X1 dan X2 yang menggambarkan utilitas maksimum dari pemilihan konsumsi pada suatu tingkat pendapatan tertentu dan tingkat harga yang konstan. Kurva dari fungsi tersebut disebut dengan kurva konsumsi pendapatan atau jalur konsumsi pendapatan. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini:


(34)

X1

Garis konsumsi pendapatan

X2= f (x1)

M1/P2

U2 X2

U1

X1 M1/P1 M2/P1

Gambar 1.Garis Konsumsi Pendapatan untuk Barang Normal

(Anonimous, 2013)

Gambar tersebut menunjukkan garis konsumsi rumah tangga untuk setiap nilai X1dan X2dengan menganggap p1 dan p2 konstan, sedangkan pendapatan Rumah tangga bervariasi dari M1 dan M2. Karena pendapatan rumah tangga bervariasi sedang harga beras konstan, maka garis anggaran akan bergeser secara paralel. Garis konsumsi beras rumah tangga didapatkan dengan menghubungkan titik-titik konsumsi rumah tangga terhadap beras optimal untuk masing-masing total pendapatan rumah tangga. Untuk menggambarkan hubungan X1 dan X2 yang merupakan fungsi dari pendapatan dapat dilihat pada Gambar berikut:


(35)

X2 Kurva Engel

X2 = f (M )

X22

X12

M1 M2 M

Gambar 2. Kurva Engel untuk Barang Normal

(Anonimous, 2013)

Terdapat perbedaan yang nyata antara karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, total pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, hari besar, dan luas lahan) di perdesaan dan perkotaan. Bila dibandingkan antar dua kelompok wilayah menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara nilai yang dianut perdesaan dengan perkotaan. Hampir seluruh perdesaan memiliki keyakinan nilai terhadap beras yang tinggi, sedangkan lebih dari setengah perkotaan yang memiliki keyakinan nilai yang tinggi terhadap beras. Nilai yang


(36)

dianut akan membentuk sikap yang kemudian akan menentukan perilaku konsumsi (Yuliyanti, 2011).

Komoditi beras bagi masyarakat Indonesia bukan saja merupakan bahan pangan pokok, tetapi sudah merupakan komoditi sosial. Oleh karena itu, perubahan-perubahan yang terjadi pada beras akan begitu mudah mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi yang lain. Perhatian pemerintah terhadap beras sudah lama dimulai dan bahkan setelah Indonesia merdeka, perhatian terhadap beras ini sudah menjadi program prioritas (Departemen Pertanian, 2004).

Adanya faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, total pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan) yang mempengaruhi ibu rumah tangga menimbulkan adanya tanggapan berupa sikap positif dan sikap negatif ibu rumah tangga di daerah perkotaan dan perdesaan terhadap konsumsi beras. Timbulnya sikap positif bagi ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras yaitu tetap mengkonsumsi beras pada merek yang sama walaupun harganya meningkat (Sumarwan, 2004).

Berikut akan diuraikan beberapa karakteristik sosial ekonomi yang mempengaruhi sikap ibu rumah tangga, yakni:

1. umur

Memahami umur ibu rumah adalah penting, karena konsumen yang berbeda umur akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan umur juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaaan terhadap merek.


(37)

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah dua karakteristik ibu rumah tangga yang berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsive terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi sikap ibu rumah tangga dalam pilihan produk atau merek. Pendidikan yang berbeda akan menyebabkan selera rumah tangga juga berbeda.

3. Total Pendapatan Keluarga

Pendapatan merupakan imbalan yang diterima seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah. Pendapatan adalah sumber daya material yang sangat penting bagi konsumen, karena dengan pendapatan itulah seseorang dapat membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli dari seseorang. Daya beli akan menggambarkan banyaknya produk dan jasa yang bias dibeli dan konsumsi oleh seseorang dan seluruh anggota keluarga.

4. Jumlah tanggungan keluarga

Jumlah anggota keluarga atau rumah tangga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi suatu barang dan jasa. Rumah tangga dengan jumlah anggota yang lebih banyak akan membeli dan mengkonsumsi beras lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki anggota lebih sedikit.


(38)

5. Luas Lahan

Pada umumnya keluarga yang mempunyai lahan terutama lahan seperti sawah, ladang dan pekarangan akan mengkonsumsi dari lahan mereka sendiri. Sebahagian hasil dari panen mereka akan dijual juga untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang lain (Sumarwan, 2004) .

Kerangka Pemikiran

Provinsi Sumatera Utara merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah. Daerah yang termasuk penghasil beras di provinsi Sumatera Utara ialah Kabupaten Deli Serdang. Di daerah ini masyarakatnya hidup dari mata pencaharian sebagai petani dan salah satu komoditi yang berkembang di daerah tersebut ialah usaha tani padi. Hampir setiap tahunnya di daerah ini produksi beras selalu meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, layak dikatakan jika daerah ini merupakan lumbung beras yang paling banyak di Sumatera Utara.

Makanan pokok para penduduk di provinsi Sumatera Utara adalah nasi. Konsumen beras di Sumatera Utara dapat dibedakan sebagai konsumen yang tinggal di daerah perkotaan dan perdesaan. Meningkatnya harga beras menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat sehingga menurunkan tingkat konsumsi di sisi kuantitas atau pun kualitas khususnya bagi kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah.

Adanya faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, total pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan) yang mempengaruhi ibu rumah tangga menimbulkan adanya tanggapan berupa sikap positif dan sikap


(39)

beras. Timbulnya sikap positif bagi ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras yaitu tetap mengkonsumsi beras pada merek yang sama walaupun harganya naik. Sikap negatif ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras ialah beralih pada merek beras yang harganya lebih rendah. Secara skematis pemikiran tersebut digambarkan sebagai berikut:

Keterangan :

:menyatakan Hubungan

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran

Positif Negatif

Kenaikan Harga Beras

Ibu Rumah Tangga

Kota Desa

Sikap Konsumsi Beras

Rumah Tangga

Faktor Sosial Ekonomi:

- Umur,

- Tingkat pendidikan,

- Total pendapatan keluarga, - Jumlah tanggungan keluarga, - Luas lahan.


(40)

Hipotesis Penelitian

1. Terdapat sikap negatif Ibu rumah tangga di daerah perkotaan dan perdesaan terhadap kenaikan harga beras.

2. Terdapat hubungan faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, total pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan) terhadap konsumsi rumah tangga di perkotaan dan perdesaan.


(41)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Derah penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara Purposive (secara sengaja). Untuk perkotaan, daerah penelitian dilakukan di daerah Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan karena kotamadya Medan merupakan daerah interlen (tidak sentra produksi) yang menerima pangan dari sentra produksi serta jumlah Ibu Rumah Tangga terbanyak, sedangkan daerah perdesaan daerah penelitian dilakukan di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Daerah tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan desa yang memiliki produktivitas padi paling tinggi serta ibu rumah tangga terbanyak.

Penentuan daerah tersebut memiliki populasi dan dapat mewakili sampel ibu rumah tangga untuk melihat sikap ibu rumah tangga di daerah perkotaan dan perdesaan.


(42)

Tabel 5. Produktivitas Padi Sawah per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang

No Kecamatan Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1 Lubuk Pakam 5.44 5.445 5.445 5.44 5.362 5.377 5.382 2 Pagar merbau 5.278 5.284 5.342 5.343 5.352 5.381 5.477 3 Beringin 5.343 5.347 5.364 5.362 5.305 5.346 5.502 4 Gunung Meriah 4.938 4.949 5.07 5.011 5.082 5.056 4.391 5 Biru-biru 4.884 4.952 5.07 5.007 5.088 5.096 5.088 6 Patumbak 4.967 4.983 5.093 5.023 5.042 5.029 5.036 7 STM hulu 4.869 4.942 5.026 4.993 5.007 5.012 4.276 8 STM Hilir 5.038 5.042 5.078 5.064 5.097 5.114 5.127 9 Deli Tua 4.919 4.95 5.034 4.987 5.047 5.044 5.106 10 Pancur Batu 5.002 5.011 5.096 5.057 5.079 5.085 5.076 11 Namorambe 5.111 5.117 5.153 5.155 5.178 5.2 5.162 12 Sibolangit 4.97 5.014 5.119 5.037 5.056 5.056 4.627 13 Kutalimbaru 4.999 5.035 5.093 5.091 5.104 5.103 5.057 14 Sunggal 5.08 5.146 5.201 5.22 5.22 5.238 5.259 15 Hamparan Perak 5.162 5.166 5.137 5.211 5.224 5.23 5.235 16 Labuhan Deli 5.036 5.098 5.126 5.178 5.203 5.195 5.258 17 Batang Kuis 4.751 4.877 5.004 4.99 5.075 5.039 5.19 18 Percut Sei Tuan 5.212 5.254 5.269 5.282 5.271 5.278 5.251 19 Pantai Labu 5.168 5.19 5.212 5.199 5.196 5.197 5.279 20 Tanjung Morawa 5.185 5.192 5.243 5.176 5.212 5.253 5.356 21 Galang 5.134 5.159 5.169 5.06 5.22 5.225 5.271 22 Bangun Purba 4.811 4.945 5.044 4.996 5.003 5.01 5.073 Jumlah(ton/Ha) 5.151 5.148 5.181 5.187 5.215 5.223 5.233


(43)

Metode Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan dan Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Penarikan sampel penduduk berdasarkan jumlah rumah tangga yang dilakukan dengan metode

Sampling Aksidental yaitu dengan teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas , artinya siapa saja ibu rumah tangga yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristik maka orang tersebut dapat dijadikan sampel. Populasi rumah tangga di kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota sebanyak 2.891 rumah tangga. Dari seluruh populasi penduduk Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota diambil 30 rumah tangga sebagai sampel.

Rumah Tangga di Kecamatan Medan Kota.

No Kelurahan

Banyaknya Rata-rata

Anggota Rumah Tangga

Rumah Tangga Penduduk

1 Siti Rejo I 1.627 6.867 4.22

2 Sudi Rejo II 1.875 8.827 4.71

3 Sudi Rejo I 2.981 12.596 4.36

4 Teladan Timur 2.497 10.221 4.09

5 Teladan Barat 1.971 7.263 3.68

6 Pasar Merah Barat 658 3.034 4.61

7 Mesjid 689 3.058 4.44

8 Kota Matsum III 1.358 5.170 3.81

9 Sei Rengar I 1.050 4.408 4.20

10 Pasar Baru 608 2.881 4.74

11 Pusat Pasar 834 3.456 4.14

12 Pandau Hulu I 1060 4.799 4.53

Medan Kota 17.118 72.580 4.24

(Sumber: Badan Pusat statistik, 2012)


(44)

Populasi rumah tangga di Desa Sidodadi Ramunia sebanyak 2.905 rumah tangga. Dari seluruh populasi penduduk Desa Sidodi Ramunia diambil 30 rumah

tangga sebagai sampel. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 30 sampel sesuai dengan Teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian

yang menggunakan analisa statistik ukuran sampel paling minimum 30 sampel (Hasan, 2002).

Rumah Tangga di Kecamatan Beringin Tahun 2011

No Desa / Kelurahan Jumlah

Rumah Tangga

Jumlah Penduduk

Rata-Rata Rumah Tangga

1 Tumpatan 1.436 6.458 4

2 Emplasmen Kuala Namu 509 2.063 4

3 Sidodadi Ramunia 2.905 12.342 4

4 Pasar V kebun Kelapa 1.328 5.737 4

5 Aras Kabu 644 2.862 4

6 Serdang 530 2.408 5

7 Sidourip 517 2.243 4

8 Pasar VI Kuala Namu 85 375 4

9 Karang Anyar 1.769 7.749 4

10 Beringin 1.690 7.407 4

11 Sidoarjo Dua Ramunia 716 2.61 4

(Sumber: Badan Pusat statistik, 2012) Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat responden dengan daftar pertanyaan / kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait, seperti Dinas Pertanian, Badan Ketahanan Pangan, Badan Pusat Statistik, Kantor Camat ataupun dari buku dan literatur pendukung lainnya.


(45)

Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1, dianalisis dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

Sikap yang akan diteliti adalah sikap ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras. Responden akan diminta untuk salah satu jumlah kategori jawaban yang tersedia yaitu:

Pernyataan Positif Skor Pernyataan Negatif Skor

Sangat setuju (SS) 5 Sangat setuju (SS) 1

Setuju (S) 4 Setuju (S) 2

Ragu-ragu (R) 3 Ragu-ragu (R) 3

Tidak setuju (TS) 2 Tidak setuju(TS) 4

Sangat tidak setuju (STS) 1 Sangat tidak setuju (STS) 5 Sikap ibu rumah tangga di daerah perkotaan dan perdesaan terhadap kenaikan harga beras dapat dievaluasi melalui jawaban dari pernyataan yang diajukan dengan 13 pernyataan positif dan 20 pernyataan negatif.

Untuk menentukan skor sikap digunakan skala pengukuran Likert dengan rumus:

�= 50 + 10 ���−X

S �

Keterangan : T = skor standar xi = skor responden

x = rata-rata skor kelompok s = deviasi standar kelompok.


(46)

Kriteria uji, apabila :

T > 50 = sikap positif T≤ 50 = sikap negatif Jika :

T > 50, maka tolak H0 : terima H1 artinya positif T≤ 50, maka terima H0 : tolak H1 artinya negatif Apabila :

T > 50, maka H1 diterima artinya adanya sikap positif ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras

T≤ 50, maka H1 ditolak artinya adanya sikap negatif ibu rumah tangga

terhadap kenaikan harga beras. (Azwar, 1989).

Dan rumus satuan standar deviasi yang digunakan ialah

�2 = � ∑ ��2−(∑ ��2)

�(�−1)

Keterangan:

�2 = simpangan baku, 2 = √� s = standar deviasi

n = jumlah sampel xi = skor responden (Sudjana, 1992)

Untuk identifikasi masalah 2, dianalisis menggunakan metode Korelasi Pearson Product Moment (PPM) dengan dibantu dengan SPSS (Statistical Product and Services Solution). Adapun rumus dari PPM ialah:


(47)

���= �(Ʃ��)− (Ʃ�)(Ʃ�)

���.Ʃ�2−(Ʃ�)2.{.Ʃ�2−(Ʃ�2)} Keterangan:

r = Koefisien Korelasi Pearson Product Moment

n = jumlah sampel

X = variable bebas (umur, tingkat pendidikan, total pendapatan keluarga, Jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan)

Y = variable terikat (konsumsi beras rumah tangga).

untuk melihat besarnya nilai keeratan dapat digunakan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut:

Tabel 8 . Nilai Hubungan Korelasi Menurut Guilford.

Nilai Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan

< 0,2 tidak terdapat hubungan antara kedua variabel

antara 0,2 s/d 0,399 hubungan variabel lemah antara 0,4 s/d 0,699 hubungan variabel cukup kuat antara 0,7 s/d 0,899 hubungan variabel kuat

antara 0,9 s/d 1,00 hubungan kedua variabel sangat kuat (Supriana dan Riantri, 2010)


(48)

Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi

1. Beras adalah salah satu padi-padian yang mengandung kalori sebesar 60-80% dan protein 45-55%.

2. Konsumsi beras adalah konsumsi beras total yang dikonsumsi oleh seluruh anggota rumah tangga.

3. Rumah tangga adalah seluruh anggota yang menjadi tanggungan dalam rumah tangga tersebut.

4. Sikap adalah pengaruh atau penolakan, penilaian yang diberikan oleh ibu rumah tangga, positif atau negatif.

5. Sikap positif adalah sikap ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras tetap mengkonsumsi beras pada merek yang sama walaupun harganya naik.

6. Sikap negatif adalah sikap yang menolak kenaikan harga beras.

7. Faktor sosial adalah faktor yang mempengaruhi sikap ibu rumah tangga dalam mengkonsumsi beras, yakni:

a. Usia: umur ibu rumah tangga pada saat penelitian.

b. Pendidikan : pendidikan formal yang ditempuh ibu rumah tangga. 8. Faktor ekonomi adalah faktor yang ada pada diri ibu rumah tangga yang

mempengaruhi sikap ibu rumah tangga, yakni:

a. Pendapatan : imbalan yang diterima seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah,


(49)

b. Jumlah tanggungan keluarga : semua anggota keluarga yang menjadi beban tanggungan keluarga.

c. Luas Lahan : sebidang tanah yang dimiliki oleh ibu rumah tangga atau keluarganya

9. Harga beras adalah harga yang berlaku dipasar atau harga yang ditetapkan oleh pemerintah

Batasan Operasional

1. Tempat penelitian adalah Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota

Kotamadya Medan dan Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.

2. Sample dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga. 3. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2013.


(50)

DESKRIPSI WILAYAH

Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota 1. Letak Geografis

Kelurahan Sudirejo I merupakan salah satu kelurahan dari 12 kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Kota yang mempunyai luas 5,98 Km2. Ditinjau dari wilayah Kelurahan Sudirejo I, maka wilayah daratan seluas 0,90 Km2 dengan banyaknya lingkungan 15 yaitu Lingkungan I, Lingkungan II, Lingkungan III, Lingkungan IV, Lingkungan V, LingkunganVI, Lingkungan VII, Lingkungan VIII, Lingkungan IX, Lingkungan X, Lingkungan XI, Lingkungan XII, Lingkungan XIII, Lingkungan XIV, Lingkungan XV. Dengan jumlah penduduk 12.596 Jiwa dan kepadatannya 13.996 per Km2.

Wilayah Kelurahan Sudirejo I yang terletak dengan batas-batas wilayah yaitu:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Teladan Timur, - Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sitirejo I, - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sudirejo II, - Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Teladan Barat.

Kelurahan Sudirejo I memiliki letak dan posisi yang strategis dalam arti tidak terisolasi dari daerah lain sehingga kemudahan jangkauan dalam mempercepat urusan pelayanan Ke Pemerintahan Kecamatan atau Kantor Walikota.


(51)

Wilayah Kelurahan Sudirejo I merupakan wilayah daratan yang penggunaannya dihuni untuk pemukiman penduduk atau perumahan juga sebagai daerah perkantoran dan bisnis usaha perdagangan.

2. Keadaan Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Kelurahan Sudirejo I berdasarkan Jenis Kelamin Disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 9 .Jumlah Penduduk Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Laki-laki 6225 49,42

Perempuan 6371 50,58

Jumlah 12596 100

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012

Dilihat dari tabel bahwa jumlah penduduk sebagian besar adalah perempuan yakni 6.225 jiwa sedangkan jumlah penduduk laki-laki ialah 6.371 jiwa.

3. Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk Kelurahan Sudirejo I berdasarkan mata pencahariannya dapat disajikan dari tabel berikut:

Tabel 10 .Jumlah Penduduk Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Berdasarkan Mata Pencaharian.

No Jenis Mata pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri 227 9.84

2 Pegawai swasta 1319 57.2

3 ABRI 15 0.65

4 Pedagang 585 25.37

5 Pensiunan 160 6.94

Jumlah 2306 100


(52)

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa mata Pencaharian penduduk Kelurahan Sudirejo I terbanyak ialah pegawai swasta dengan jumlah 1.319 jiwa (57,2 %). Penduduk dengan mata pencaharian Pedagang sebanyak 585 jiwa (25,37 %). Penduduk dengan mata pencaharian Pegawai Negeri sebanyak 227 jiwa (9.84 %). Penduduk dengan mata pencaharian terendah ialah Pensiunan sebanyak 160 jiwa (6,94 %).

Jumlah penduduk Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota berdasarkan agama yang dianut ialah sebagai berikut:

Tabel 11 .Jumlah Penduduk Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Berdasarkan Agama Yang Dianut

No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Islam 7921 56.5

2 Kristen Protestan 5306 37.8

3 Kristen Katolik 792 5.7

4 Budha 0 0

5 Hindu 0 0

Jumlah 14019 100

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota penduduk terbanyak ialah yang menganut agama Islam dengan jumlah 7921 jiwa (56,5 %), yang beragama Kristen Protestan sebanyak 5306 jiwa (37,8 %) dan yang beragama Kristen Katolik ialah 792 jiwa (5,7 %)

Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

1. Sejarah Singkat

Desa Sidodadi Ramunia lahir pada tahun 1949, lahirnya Desa Sidodadi Ramunia sebagian besar tercetus dalam rapat tokoh masyarakat, agama, adat dan kepala dusun serta lembaga masyarakat desa.


(53)

2. Letak Geografis

Desa Sidodadi Ramunia merupakan salah satu dari 11 (sebelas) desa yang berada di Kecamatan Beringin yang mempunyai luas wilayah 779 Ha yang terdiri dari :

- Luas pemukiman : 265,62 Ha - Luas perkuburan : 1,5 Ha - Luas perkantoran : 1200 meter - Luas prasarana umum : 22,88 Ha

Ditinjau dari wilayah Desa Sidodadi Ramunia, maka wilayah daratan memiliki luas 265,62 Ha yang penggunaannya dihuni untuk pemukiman penduduk/perumahan serta sarana perkantoran. Desa Sidodadi Ramunia yang berada di Kecamatan Beringin mempunyai ketinggian tanah diatas permukaan laut berkisar 0-20 meter. Jarak antara Desa Sidodadi Ramunia dengan Kecamatan Beringin lebih kurang 30 meter.

Wilayah Desa Sidodadi Ramunia terletak dengan batas-batas wilayah yaitu:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Karang Anyar, - Sebelah Timur berbatasn dengan Sei ular,

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Emplasmen Kwala Namu, - Sebelah Barat berbatasan dengan Pasar V kebun Kelapa.

Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin terdiri dari 17 (tujuh belas) dusun yaitu: Dusun Suka Damai, Dusun Blora, Dusun Perwira, Dusun Kediri, Dusun Cilcap, Dusun kauman, Dusun Jogja, Dusun Juli, Dusun Bali, Dusun

B.Negoro-A,Dusun B.Negoro-B, Dusun Tani-A, Dusun Tani-A, Dusun Madiun-B, Dusun Pw.Asri-A, dan Dusun Pw.Asri-B.


(54)

3. Potensi Sumber Daya Manusia

Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin merupakan suatu kebanggan masyarakat Deli Serdang karena Bandara Kuala Namu tersebut bertaraf Internasional sehinga nantinya Desa Sidodadi Ramunia menjadi “Sentra Perdangangan barang dan jasa di wilayah Kecamatan Beringin dan Kabupaten Deli Serdang khususnya Sumatera utara”.

4. Potensi Sumber Daya Manusia

Penduduk yang mendiami Wilayah Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan budayayang hidup dalam satu kesatuan adat dan budaya. Keanekaragaman suku bangsa ini meliputi Jawa, Sunda, Batak, Thionghoa, Aceh, Tapanuli serta suku bangsa lainnya yang sta keseluruhan hidup saling berdampingan rukun dan damai diantara sesama umat beragama untuk melihat data penduduk (jiwa) menurut golongan umur, dapat dilihat melalui table berikut ini:

Tabel 12 .Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin .

No Golongan Umur (tahun) Tahun

2010 2011

1 0 - 4 1.395 1.487

2 5 - 9 1.610 1.776

3 10 - 14 1.720 1.854

4 15 - 19 1.437 1.554

5 20 - 24 1.170 1.187

6 25 - keatas 4.683 4.600

Jumlah 11.700 12.342


(55)

Jumlah Penduduk (Jiwa) Desa Sidodadi Ramunia pada tahun 2010/2011 mengalami kenaikan 642 jiwa. Pertambahan penduduk ini terjadi karena adanya penduduk dari luar Desa Sidodadi Ramunia yang masuk menjadi warga Desa Sidodadi Ramunia, sedangkan jumlah kepala keluarga bertambah sebanyak 50 kepala keluarga bertambah. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari table berikut ini:

Tabel 13 . Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin.

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)

2010 2011

1 Laki-laki 5.760 6.338

2 Perempuan 5.940 6.004

Jumlah Penduduk 11.700 12.342

Jumlah Kepala Keluarga 2.824 2.874

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012

5. Tingkat Pendidikan

Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan relative cukup tinggi. Pada umumnya masyarakat telah pernah mengikuti pendidikan tingkat dasar, menengah pertama, menengah tingkat atas bahkan ke jenjang Akademi maupun Perguruan Tinggi dalam setiap pelaksanaan tahun ajaran baru selalu disambut warga usia blajar dengan antusias dan perhatian yang tinggi untuk masuk ke jenjang sekolah selanjutnya.

6. Mata Pencaharian penduduk

Ditinjau dari sumber mata pencaharian penduduk Desa Sidodadi Ramunia tersebut berbagai jenis dan bidang sesuai dengan tingkat, keterampilan dan profesi yang dimiliki oleh masyarakat umumnya, masyarakat bekerja sebagai petani, buruh/wiraswasta, pegawai negeri, TNI/Polri dan pedagang.


(56)

Namun melihat kondisi ekonomi masyarakat Desa sidodadi Ramunia saat ini serta terbatasnya lapangan kerja yang terbuka, maka tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat secara umum sedang.

7. Penduduk Menurut Agama Yang Dianut

Agama yang dianut penduduk Desa Sidodadi Ramunia terdiri dari Agama Islam, Kristen dan Budha dengan keyakinan dan kepercayaan yang diyakini oleh warga masyarakat masing-masing. Penganut agama tersebut menjalankan ibadahnya dengan bebas, hikmat dan penuh dengan toleransi tanpa pemaksaan dari pihak manapun. Untuk jelasnya jumlah penduduk menurut agama dan penganutnya dapat dilihat dari table berikut:

Tabel 14. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin

No Agama Yang Dianut Tahun

2010 2011

1 Islam 11.304 11.946

2 Kristen 41 41

3 Budha 355 355

Jumlah 11.700 12.342

Sumber : Badan Pusat Statistik, 201

8. Prasarana Pendidikan

Lembaga pendidikan yang ada di Desa Sidodadi Ramunia sangat membantu masyarakat akan pentingnya pendidikan dalam menambah ilmu pengetahuan. Sesuai dengan program CERDAS Bapak Bupati Deli Srdang, sehingga sarana pendidikan merupakn sarana yang sangat penting peranannya demi meningkatkan dan memajukan sumber daya manusia. Semakin lengkapnya fasilitas pendidikan menurut jenjangnya maka akan memberikan jaminan bahwa mutu dari lulusan


(57)

terhadap pentingnya pendidikan relative cukup tinggi. Jumlah sarana pendidikan yang ada di Desa Sidodadi Ramunia ialah sebagai berikut:

Tabel 15 . Jumlah Prasarana Pendidikan di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.

No Jenis Prasarana Pendidikan Jumlah

2010 2011

1 SD Sederajat 5 5

2 Madrasah 1 1

3 SLTP 1 1

Jumlah 7 7

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012

9. Prasarana Ekonomi

Mata pencaharian masyarakat di Desa Sidodadi Ramunia ialah Petani, Pedangang, Karyawan swasta, Pegawai Negeri, TNI/POLRI dan lainnya. Jumlah prasarana dan sarana usaha ekonomi dan swasta serta PNS yang ada di Desa Sidodadi Ramunia sebagai berikut:

Tabel 16. Jumlah Sarana Dan Prasarana Usaha Perekonomian di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.

No Jenis Usaha Ekonomi Masyarakat Jumlah

1 Pengrajin Batu Bata 988

2 PNS/TNI/POLRI 98

3 PETANI 1654

4 Pensiunan 81

5 Karyawan Swasta/Pedagang 74

6 Dan Lain-lain 305


(58)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sikap Ibu Rumah Tangga di Perkotaan dan di Perdesaan Terhadap Kenaikan Harga Beras.

Sikap merupakan suatu proses respon dalam wujud setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek. Sikap dari 30 ibu rumah tangga di perkotaan dan perdesaan bervariasi terhadap kenaikan harga beras di daerah masing-masing. Sikap ibu rumah tangga berupa sikap positif dan sikap negatif.

Interpretasi terhadap skor masing-masing responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut kedalam skor standar yang menggunakan skala likert. Dengan mengubah skor pada skala sikap dengan mengubah skor nilai T

menyebabkan skor ini mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T = 50 dan standar deviasi (S) = 10,98 untuk sikap di perkotaan. Setelah melihat

skor masing-masing ibu rumah tangga maka dapat diinterpretasikan dari skor tersebut yakni apabila nilai T > 50 maka interpretasi dari sikap ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras ialah positif dan jika nilai T ≤ 50 maka interpretasi dari sikap ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras ialah negatif. Maka dari tabel dibawah ini dapat kita lihat sikap ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras di daerah perkotaan.


(59)

Tabel 17. Interpretasi Sikap Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan.

No.Responden Nilai T Interpretasi

1 24,22 Negatif

2 28,78 Negatif

3 57,92 Positif

4 43,4 Negatif

5 47,90 Negatif

6 47,90 Negatif

7 33,4 Negatif

8 49,72 Negatif

9 48,81 Negatif

10 30,60 Negatif

11 62,5 Positif

12 53,37 Positif

13 68,8 Positif

14 49,72 Negatif

15 58,83 Positif

16 46,08 Negatif

17 54,28 Positif

18 42,44 Negatif

19 48,81 Negatif

20 69,76 Positif

21 59,74 Positif

22 43,89 Negatif

23 47,90 Negatif

24 52,45 Positif

25 57,92 Positif

26 48,81 Negatif

27 48,81 Negatif

28 57,92 Positif

29 56,10 Positif

30 58,83 Positif

Sumber : Diolah dari lampiran 2

Gambaran sikap dan persentase ibu rumah tangga menurut skor sikap ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras di daerah perkotaan dan perdesaan. Dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(60)

Tabel 18 .Sikap Dan Persentase Ibu Rumahtangga Terhadap Kenaikan Harga Beras di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan.

No Sikap Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Positif 13 43,33

2 Negatif 17 56,66

Jumlah 30 100

Sumber : Diolah dari lampiran 2

Dari tabel 18 diatas bahwa dapat dilihat 13 Ibu rumah tangga mempunyai sikap yang positif terhadap kenaikan harga beras. Ibu rumah tangga beranggapan walaupun harga beras naik secara terus menerus, beras tersebut harus di beli karna beras merupakan kebutuhan pokok. Walaupun beras naik tidak bisa dikurangi kuantitas dalam memakan nasi. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa 17 ibu rumah tangga yang mempunyai sikap negatif terhadap kenaikan harga beras, ibu rumah tangga beranggapan bahwa kenaikan harga beras sangat meresahkan karna dengan pendapatan mereka berada di kelas menengah kebawah sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut ibu rumah tangga menjadi mengkonsumsi beras campur. Sesuai dengan pernyataan para ahli yakni Doyle dan Saunders (1985) Namun kenaikan harga pada merek berkualitas menyebabkan konsumen akan berpindah pada merek lain dengan harga sesuai pendapatan mereka.

Setelah melihat sikap ibu rumah tangga di daerah perkotaan, sikap ibu rumah tangga di daerah perdesaan juga tidak jauh berbeda dengan sikap ibu rumah tangga di daerah perkotaan. Setelah di uji dan di interpretasi terhadap skor masing-masing responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut kedalam skor standar yang menggunakan skala likert. Dengan mengubah skor pada skala sikap dengan mengubah skor nilai T menyebabkan skor ini mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T = 50 dan standar deviasi (S) = 8,55 untuk


(61)

sikap di perkotaan. Setelah melihat skor masing-masing ibu rumah tangga maka dapat diinterpretasikan dari skor tersebut yakni apabila nilai T > 50 maka interpretasi dari sikap ibu rumah tangga ialah positif dan jika nilai T ≤ 50 maka interpretasi dari sikap ibu rumah tangga ialah negatif. Maka dari tabel dapat di lihat sikap ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras di daerah perdesaan

Tabel 19. Interpretasi Sikap Ibu Rumah Tangga di Desa Sidodadi Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.

No.Responden Nilai T Interpretasi

1 42.4 Negatif

2 42.4 Negatif

3 54.09 Positif

4 52.92 Positif

5 56.43 Positif

6 44.73 Negatif

7 70.46 Positif

8 44.73 Negatif

9 57.6 Positif

10 43.56 Negatif

11 58.77 Positif

12 23.68 Negatif

13 44.73 Negatif

14 72.8 Positif

15 57.6 Positif

16 45.9 Negatif

17 44.73 Negatif

18 61.11 Positif

19 45.9 Negatif

20 51.75 Positif

21 49.41 Negatif

22 48.24 Negatif

23 50.58 Positif

24 55.26 Positif

25 52.92 Positif

26 59.94 Positif

27 36.54 Negatif

28 37.71 Negatif

29 40.05 Negatif

30 54.09 Positif


(62)

Gambaran sikap dan persentase ibu rumah tangga menurut skor sikap ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras di daerah perkotaan dan perdesaan. Dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 20. Sikap Dan Persentase Ibu Rumah tangga Terhadap Kenaikan Harga Beras Di Desa Sidodadi Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.

No Sikap Jumlah Orang Persentase (%)

1 Positif 15 50

2 Negatif 15 50

Jumlah 30 100

Sumber : Diolah dari lampiran 4

Dari tabel 20 dapat disimpulkan bahwa 15 ibu rumah tangga di perdesaan mempunyai sikap positif terhadap kenaikan harga beras. Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa Ibu rumah tangga yang mempunyai sikap positif merasa bahwa kenaikan harga beras tidak mempengaruhi kehidupan rumah tangganya karena mereka mengkonsumsi beras dari hasil lahan mereka sendiri atau sering disebut beras pecah giling. Tabel 20 juga menunjukkan bahwa 15 ibu rumah tangga mempunyai sikap negatif terhadap kenaikan harga beras. Ibu rumah tangga yang mempunyai sikap negatif menyatakan bahwa kenaikan harga beras sangat mempengaruhi kesejahteraan rumah tangganya karena pendapatan mereka berada di kelas menengah ke bawah dan mereka tidak mempunyai lahan sendiri dan sama seperti halnya menurut harian sumut pos yang diterbitkan pada tanggal 31 Januari 2011 menyatakan bahwa walaupun harga beras selalu meningkat mau tidak mau konsumen tetap membelinya.


(63)

Hubungan Umur, Tingkat Pendidikan, Total Pendapatan, Jumlah

Tanggungan Keluarga, dan Luas lahan Terhadap Konsumsi Beras Rumah tangga.

a. Hubungan Umur dengan Konsumsi Beras Rumah Tangga.

Umur ibu rumah adalah penting, karena konsumen yang berbeda umur akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Untuk melihat hubungan umur ibu rumah tangga terhadap konsumsi rumah tangga peneliti mengambil tiga 3 rentang umur yakni 27-36 tahun, 37-46 tahun, dan 47-56 tahun.

Tabel 21. Hubungan Umur Ibu Rumah Tangga Terhadap Konsumsi Beras Rumah Tangga di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Umur

(tahun)

Konsumsi Beras Hari Biasa (Kg/Bulan) Total (Orang) 30 - 50 > 50 - 70 > 70 - 90

27 - 36 6 (20 %) 4 (13,33 %) - 10 (33,33 %)

37 - 46 6 (20 %) 5 (16,66 %) 1 (3,33 %) 12 (40 %)

47 - 56 1 (3.33 %) 6 (20 %) 1 (3,33 %) 8 (26,66 %)

Jumlah 7 (23,33 %) 15 (50 %) 2 (6,66 %) 30 (100 %) Sumber : Data diolah dilampiran 5

Dari Tabel 21 dapat dilihat bahwa kelompok umur 27 – 56 tahun, konsumsi beras rumah tangga terendah 7 rumah tangga (23,33 %), konsumsi beras rumah tangga yang sedang sebanyak 15 rumah tangga (50 %), dan konsumsi beras rumah tangga tertinggi sebanyak 2 rumah tangga (6,66 %).

Hasil analisis data (Lampiran 5) dengan uji Korelasi Pearson Product Moment diperoleh konsumsi beras rumah tangga dengan rata-rata 53,1667 dengan standar deviasi 13,22767 dan variabel umur ibu rumah tangga di kota mempunyai rata-rata 38,6333 dengan standar deviasi 8,21892. Dari analisis dapat di lihat bahwa korelasi antara konsumsi beras rumah tangga dengan umur ibu rumah tangga di daerah perkotaan adalah 0,549 dengan tingkat signifikansi 0,002.


(64)

Koefisien korelasi 0,549 menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang cukup kuat antara konsumsi rumah tangga dengan umur ibu rumah tangga. Tingkat signifikansi sebesar 0,002 < 0,05 berarti ada korelasi yang nyata antara konsumsi rumah tangga dengan umur ibu rumah tangga.

Tabel 22 . Hubungan Umur Ibu Rumah Tangga Terhadap Konsumsi Beras Rumah Tangga di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kab. Deli Serdang.

Umur (tahun)

Konsumsi Beras Hari Biasa (Kg/Bulan) Total (Orang) 45 - 65 > 65 - 85 > 85 - 105

25 - 38 6 (20 %) 3 (10 %) 6 (20 %) 15 (30 %)

39 - 52 6 (20 %) 2 (6,66 %) 5 (16.66 %) 13 (43,3 %)

53 - 66 - 1 (3,33 %) 1 (3,33 %) 2 (6,66 %)

Jumlah 12 (40 %) 6 (20 %) 12 (40 %) 30 (100 %)

Sumber : Data diolah dilampiran 6

Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa kelompok umur 25 – 66 tahun, konsumsi beras rumah tangga terendah 12 rumah tangga (40 %), konsumsi beras rumah tangga yang sedang sebanyak 6 rumah tangga (20 %), dan konsumsi beras rumah tangga tertinggi sebanyak 12 rumah tangga (40 %).

Hasil analisis data (lampiran 6) dengan uji Korelasi Pearson Product Moment diperoleh diperoleh konsumsi beras rumah tangga dengan rata-rata 53,1667 dengan standar deviasi 13,22767 dan variabel umur ibu rumah tangga di desa mempunyai rata-rata 38,8333 dengan standar deviasi 9,35537. Dari analisis dapat di lihat bahwa korelasi antara konsumsi beras rumah tangga dengan umur ibu rumah tangga di daerah perdesaan adalah -0,096 dengan tingkat signifikansi 0,614.


(65)

Koefisien korelasi -0,096 menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara konsumsi rumah tangga dengan umur ibu rumah tangga. Tingkat signifikansi sebesar 0,614 > 0,05 berarti tidak ada korelasi yang nyata antara konsumsi rumah tangga dengan umur ibu rumah tangga.

Menurut Surmawan (2003) dalam bukunya “Perilaku Konsumen Teori dan Penerapan Dalam pemasaran”, Umur ibu rumah adalah penting, karena konsumen yang berbeda umur akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan umur juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaaan terhadap merek. Umur ibu rumah tangga berkaitan dengan selera dalam konsumsi beras di dalam rumah tangganya. Untuk itu, memahami umur ibu rumah tangga adalah hal yang penting, karena ibu rumah tangga yang berbeda umur akan berbeda memilih keputusan untuk konsumsi merek beras yang ada untuk keluarganya.

b. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga Di daerah Perkotaan dan Perdesaan Terhadap Konsumsi Beras Rumah Tangga.

Untuk melihat tingkat pendidikan ibu rumah tangga peneliti menyatakan pendidikan ibu rumah tangga dengan tahun pendidikan yakni jika pendidikan terakhir SD (Sekolah Dasar) maka 6 tahun, SMP (Sekolah Menengah Pertama) maka 9 tahun, SMA (Sekolah Menengah Atas) maka 12 tahun, Diploma 1 (D1) maka 13 tahun, Sarjana (S1) maka 17 tahun.


(1)

Hasil Korelasi Luas Lahan di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan dengan Konsumsi Rumah Tangga.

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Luas lahan kota .0000 .00000 30

Konsumsi Beras 53.1667 13.22767 30

Correlations

Luas lahan kota Konsumsi Beras

Luas lahan kota Pearson Correlation .a .a

Sig. (2-tailed) .

Sum of Squares and Cross-products

.000 .000

Covariance .000 .000

N 30 30

Konsumsi Beras Pearson Correlation .a 1

Sig. (2-tailed) .

Sum of Squares and Cross-products

.000 5074.167

Covariance .000 174.971

N 30 30


(2)

Lampiran 14. Uji Korelasi Pearson Product Moment Luas Lahan dengan Konsumsi Beras Rumah Tangga di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.

No Responden Konsumsi Beras Rumah Tangga (Kg/Bulan)

Luas Lahan (Rante)

1 90 0

2 90 6

3 75 2

4 75 4

5 60 3.5

6 60 0

7 75 3.5

8 90 2

9 105 3

10 90 4

11 90 6

12 90 4

13 105 6

14 60 2

15 60 6

16 45 0

17 90 5

18 90 4

19 75 3.5

20 45 0

21 60 0

22 60 0

23 60 0

24 105 2.5

25 75 2

26 45 1.3

27 60 3

28 90 0.5

29 75 2.5

30 60 3

Jumlah 2250 79.3


(3)

Hasil Korelasi Luas Lahan di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang dengan Konsumsi Rumah Tangga.

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Luas lahan desa 2.6433 2.01352 30

Konsumsi Beras 53.1667 13.22767 30

Correlations

Luas lahan desa Konsumsi Beras

Luas lahan desa Pearson Correlation 1 .026

Sig. (2-tailed) .893

Sum of Squares and Cross-products

117.574 19.883

Covariance 4.054 .686

N 30 30

Konsumsi Beras Pearson Correlation .026 1

Sig. (2-tailed) .893

Sum of Squares and Cross-products

19.883 5074.167

Covariance .686 174.971


(4)

Lampiran 15. Matriks Hasil Penelitian

No. Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Data Analisis

Data

Hasil Penelitian

1. Bagaimana sikap ibu rumah

tangga terhadap kenaikan harga beras di daerah perkotaan dan perdesaan?.

Untuk menganalisis sikap ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras di daerah

perkotaan dan perdesaan.

Terdapat sikap negatif ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras di daerah

perkotaan dan perdesaan.

Data Primer Skala Likert

Terdapat 56,66 % sikap negatif dan 43,33 % sikap positif ibu rumah tangga di daerah perkotaaan terhadap kenaikan harga beras, sedangkan di daerah perdesaan terdapat 50 % sikap negatif dan 50 % sikap positif ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras.

2. Bagaimana hubungan

karakteristik sosial ibu rumah tangga (umur, tingkat

pendidikan, total pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan)

terhadap konsumsi beras baik di

Untuk menganalisis hubungan karakteristik sosial ibu rumah tangga (umur, tingkat

pendidikan, total pendapatan keluarga, jumlah tanggungan

Terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik sosial ibu rumah tangga (umur, tingkat pendidikan, total pendapatan keluarga, jumlah

Data Primer Korelasi Pearson Product Moment

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara

karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga yaitu umur, tingkat pendidikan, total pendapatan dan jumlah tanggungan


(5)

perkotaan atau pun perdesaan. keluarga dan luas lahan) terhadap

konsumsi beras baik di perkotaan atau pun perdesaan.

tanggungan keluarga dan luas lahan) terhadap konsumsi beras baik di perkotaan atau pun perdesaan.

keluarga dengan konsumsi beras rumah tangga di daerah perkotaan tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakter sosial ekonomi yaitu luas lahan dengan konsumsi beras rumah tangga di daerah perkotaan.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara

karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga yaitu jumlah tanggungan keluarga dengan konsumsi beras rumah tangga di daerah perdesaan tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakter sosial ekonomi yaitu umur, tingkat pendidikan, total pendapatan dan luas lahan dengan konsumsi beras rumah tangga di daerah perdesaan.


(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan 2015

4 52 139

Analisis Tingkat Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan Petani Padi Sawah di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Deli Serdang

19 143 103

Kajian Pemanfaatan Bambu di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

4 47 59

Pengaruh Sosial Ekonomi Rumah Tangga Terhadap Kenakalan Remaja Di Desa Sidodadi Kecamatan Birubiru Kabupaten Deli Serdang

7 84 114

Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Perilaku Ibu dalam Penyediaan Menu Seimbang untuk Balita di Desa Ramunia-I Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

8 89 99

Penelitian Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Tentang Pemakaian Obat Kumur Pada Ibu Rumah Tangga DI Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Kotamadya Medan

2 47 66

ANALISIS TINGKAT KETIMPANGAN PENDAPATAN DAN KEMISKINAN PETANI PADI SAWAH (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI

1 9 12

Sikap Ibu Rumah Tangga Di Daerah Perkotaan Dan Perdesaan Terhadap Kenaikan Harga Beras (Kasus: Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan dan Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang)

0 0 29

Sikap Ibu Rumah Tangga Di Daerah Perkotaan Dan Perdesaan Terhadap Kenaikan Harga Beras (Kasus: Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan dan Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang)

0 0 14

Latar Belakang - Sikap Ibu Rumah Tangga Di Daerah Perkotaan Dan Perdesaan Terhadap Kenaikan Harga Beras (Kasus: Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota Kotamadya Medan dan Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang)

0 0 9