PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI DI KELOMPOK BINA KELUARGA BALITA (BKB) : Studi Kasus Pada Kelompok BKB Nuri RT 03 / RW 01 Desa Hegarmanah Kecamatan Bayongbong Garut.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ……… i

LEMBAR PERNYATAAN……….. ii

ABSTRAK……… …… iii

KATA PENGANTAR……… iv

UCAPAN TERIMAKASIH………... v

DAFTAR ISI ………. viii

DAFTAR BAGAN ………. x

DAFTAR TABEL……… xi

DAFTAR GAMBAR ……….. xii

DAFTAR LAMPIRAN………... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Rumusan Masalah……….. 12

C. Tujuan Penelitian……… 13

D. Manfaat Penelitian………... 14

E. Penjelas Istilah……….. 15

F. Metode Penelitian ……… 17


(2)

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini……….. 19

B. Konsep Dasar Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini…... 48

C. Program Bina Keluarga Balita Posyandu……… 104

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian……… 113

B. Subjek dan Lokasi Penelitian……… 115

C. Teknik pengumpulan Data……… 117

D. Analisis Data………. 121

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………. 123

B. Pembahasan Hasil Penelitian……… 168

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………... 178

B. Saran………. 179

DAFTAR PUSTAKA ……… 183 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Masa kanak-kanak dari usia 0-8 tahun disebut masa emas (golden age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia sehingga sangatlah penting untuk merangsang pertumbuhan otak anak dengan memberikan perhatian terhadap kesehatan anak, penyediaan gizi yang cukup, dan pelayanan pendidikan. Oleh karena itu pendidikan yang diberikan kepada anak sejak usia dini merupakan investasi yang sangat besar bagi keluarga dan juga bangsa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Prof. Benyamin S. Bloom, yang menyebutkan bahwa perkembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupannya. Data empirik menggambarkan bahwa sebanyak 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi pada masa anak berusia 4 tahun, dan peningkatan berikutnya 30% terjadi pada masa anak berusia 8 tahun, kemudian sisanya sekitar 20% terjadi pada masa dua puluh tahunan. Kajian Bloom tersebut menunjukkan bahwa rangsangan belajar pada masa usia dini memberikan pengalaman yang sangat berharga untuk perkembangan pada masa berikutnya.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat esensial bagi perkembangan anak. Pendidikan Anak Usia Dini diartikan sebagai segenap upaya pendidik dalam memfasilitasi perkembangan dan belajar anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun melalui penyediaan berbagai pengalaman dan rangsangan yang


(4)

bersifat mengembangkan, terpadu, dan menyeluruh sehingga anak dapat berkembang secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai dan norma yang dianut.

Abdulhak (Martini, 2004) menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini memegang posisi fundamental. Fundamental dalam pengertian bahwa pendidikan anak usia dini memberikan pengaruh yang “membekas”, oleh karena itu merupakan kesempatan luar biasa memberikan pendidikan kepada anak dalam rangka mengembangkan semua potensi anak. Memberikan pendidikan yang tepat pada anak usia dini akan menjadi pondasi bagi keberhasilannya pada masa yang akan datang, akan menjadi seorang individu yang cerdas, penuh percaya diri dan mampu mengarungi kehidupan dengan segala tantangannya dengan baik dan akan menjadi manusia yang berkualitas, berkepribadian kuat, berguna bagi orang tua, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Hasil Seminar dan Lokakarya (Semiloka) Nasional yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Nasional (Ditjen Diklusepa Depdiknas) dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung (2003) menyimpulkan sebagai berikut: Berdasarkan sudut pandang medis-neurologis, psikososiokultural, dan edukatif, dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan hal yang esensial. Secara medis-neurologis, PAUD sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan struktur dan fungsi otak anak sehingga dapat memberikan pengaruh yang menetap terhadap perkembangan perilaku dan kepribadian anak selanjutnya. Secara psiko-edukatif masa usia dini juga dipandang sebagai masa kritis bagi perkembangan intelektual, kepribadian, dan perilaku sosial sehingga rangsangan-rangsangan pada


(5)

saat itu mempunyai dampak yang lama terhadap diri seseorang. Pengalaman pendidikan dipandang sebagai suatu yang berkesinambungan sehingga pengalaman pendidikan pada masa dini akan melandasi proses dan hasil pendidikan selanjutnya.

Dalam teori tabularasa yang dipopulerkan John Locke bahwa anak ibarat kertas putih bersih, tinggal lingkungannya yang akan menggores kepribadian anak tersebut akan menjadi apa (Purwanto, 1994). Dengan kata lain, pada masa ini pula menjadi masa yang strategis dan kritis. Dikatakan strategis karena pada masa ini anak memperoleh stimulan dan pembelajaran yang memungkinkan anak dikondisikan untuk memperoleh keberhasilan dalam kehidupannya. Namun dikatakan masa kritis karena jika terjadi kesalahan dalam pola asuhnya, maka anak tidak memperoleh stimulan dan perlakuan yang tepat sehingga perkembangan anak pada masa selanjutnya akan mengalami gangguan.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Tujuan utama (primary goal) dari pendidikan anak usia dini adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak sedini mungkin yang meliputi aspek-aspek fisik, psikis, dan sosial secara menyeluruh, yang merupakan hak semua anak tanpa kecuali, dengan perkembangan itu, maka anak diharapkan lebih siap untuk belajar sosial,


(6)

emosional, moral, dan lain-lain pada lingkungan sosial, sedangkan kesiapan belajar (akademik) di sekolah adalah merupakan tujuan penyerta (nurturing goal) dari pendidikan anak usia dini (Dedi Supriadi, 2003).

Pendidikan pada usia dini adalah peletak dasar bagi pendidikan selanjutnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (pasal 1, butir 14). Disebutkan lebih lanjut di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 28 bahwa PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dan PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur formal, nonformal, dan informal.

Pendidikan anak usia dini pada jalur formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudhathul Athfal (RA), dan lembaga sejenis. Pendidikan anak usia dini pada jalur nonformal berbentuk Kelompok Bermain (Kober/KB), Taman Penitipan Anak (TPA) ,dan Satuan PAUD sejenis, salah satunya adalah Pos PAUD yang terintegrasi dengan Posyandu.

Sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama, keluarga seyogianya menyelenggarakan pendidikan dan bimbingan terhadap anak sedini mungkin. Pengalaman-pengalaman awal kehidupan anak dalam keluarga akan


(7)

tercermin dalam perkembangan perilaku anak pada fase-fase berikutnya. Penelitian yang dilakukan oleh Hatimah (2002), misalnya, memperlihatkan bahwa penggunaan pola bimbingan yang tepat dalam keluarga berpengaruh positif terhadap kreativitas anak usia dini.

Keluarga merupakan pusat pendidikan pertama yang dikenal anak, keluarga mempunyai peran mensosialisasikan adat istiadat, kebiasaan, peraturan, nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Menurut Ki Hajar Dewantoro: “ Alam keluarga adalah pendidikan yang pertama dan terpenting, oleh karena itu sejak timbulnya adat kebiasaan hingga kini, kehidupan keluarga itu selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia”.

Sejak bayi anak berkembang secara fisik, mental, sosial, dan emosional. Pendidikan dimulai sejak awal kehidupan anak, orang tua melatih atau mengajar anak bicara dan berjalan. Orang tua dan anggota keluarga lain menjadi guru pertama bagi anak, mereka menstimulasi perkembangan fisik dan mental anak. Pada kenyataannya lingkungan keluarga atau lingkungan rumah tidak selalu mampu memberikan pengalaman yang terbaik bagi perkembangan anak. Program-program yang menangani pendidikan anak prasekolah khususnya dan anak-anak pada umumnya bekerja sama dengan para keluarga, agar anak-anak sejak usia dini telah mempunyai dasar perkembangan mantap. Program-program pendidikan untuk para orangtua dengan anak usia dini dapat diterapkan oleh para orang tua di rumah mereka masing-masing bersama anaknya.


(8)

Perkembangan pendidikan pra sekolah tidak hanya terjadi di negara yang telah maju saja, tetapi juga di negara yang sedang membangun. Berbagai macam pelayanan pendidikan pra sekolah ditemukan sekitar kehidupan kita, baik yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun oleh pihak swasta, baik yang lngsung menjangkau anak didik atau memberi pelatihan kepada para ibu atau sekaligus yang menjangkau anak dan ibunya. Hal terssebut membuktikan betapa pentingnya pendidikan untuk anak prasekolah.

Minat mengembangkan pendidikan prasekolah bersumber dari 5 macam pemikiran, yaitu:

1. Meningkatnya tuntunan terhadap pengasuhan anak dari para ibu yang bekerja, yang berasal dari berbagai tingkatan sosial ekonomi.

2. Adanya perhatian yang dikaitkan dengan produktivitas, persaingan yang bersifat internasional, permintaan tenaga kerja yang bersifat global, kesempatan kerja yang luas baik bagi wanita maupun bangsa manapun.

3. Pandangan bahwa pengasuhan anak sebagai suatu kekuatan utama guna membantu para ibu untuk meningkatkan kualitasnya baik sebagai ibu maupun sebagai sumber daya manusia pada umumnya sehingga dapat bersaing dalam pasar tenaga kerja.

4. Adanya hasrat untuk meningkatkan kualitas anak sejak usia dini terutama bagi mereka yang orang tuanya kurang beruntung, antara lain yang kurang mampu memasukkan anak ke TK.

5. Program untuk anak usia dini mempunyai dampak positif yang panjang terhadap peningkatan kualitas perkembangan anak (Mitchell, 1989)


(9)

Dari berbagai alternatif program pendidikan anak prasekolah salah satu diantaranya pendidikan ibu dengan anak prasekolah, yang berbentuk: pendidikan orangtua dengan disertai kunjungan rumah dan pendidikan orang dewasa dengan pendekatan kelompok. Melalui pendidikan orangtua sebagai pendidik akan menghasilkan beberapa keuntungan, antara lain:

1. Baik orangtua (sebagai pengasuh) maupun anak akan beruntung. Program pendidikan anak melalui latihan orangtua akan mempunyai nilai positif bagi kedua belah pihak. Nilai positif ini akan tercermin dalam sikap maupun tingkah laku yang mengesankan adanya peningkatan kepercayaan diri bagi kedua belah pihak (Wood dan Engle dalam Myers, 1991).

2. Pertanggungjawaban keluarga diperkuat. Umumnya keluarga bertanggung jawab terhadap pendidikan dan pengasuhan anak. Program yang mendidik dan mengasuh anak yang dilakukan oleh seorang pengasuh (bukan orangtua) akan mengalihkan tanggung jawab para orangtua. Dengan mendidik orangtua berarti peran dan tanggung jawab orangtua menjadi lebih baik.

3. Memberi kekuatan pada orangtua yang bersifat jangka panjang. Pemberian pengetahuan dan keterampilan yang mantap tentang pendidikan dan pengasuhan anak akan mengubah pengetahuan dan sikap para orangtua sebagai pendidik.

Di Indonesia dikenal suatu program nasional, yaitu Bina Keluarga Balita (BKB) yang menggunakan pendekatan orangtua (ibu) dan anggota keluarga lainnya dan bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam mengasuh dan mendidik anak balita mereka. Program ini dikoordinasikan


(10)

oleh Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, sedangkan sebagai penanggung jawab di lapangan adalah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) serta memperoleh bantuan dari UNICEF.

Di dalam pidatonya pada semiloka Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan agar Posyandu dan BKB diberdayakan kembali, begitu juga dengan harapan yang disampaikan oleh Ibu Ani Bambang Yudhoyono pada pembukaan Sosialisasi Pendidikan Anak Usia Dini di Depdagri tanggal 18 Juli 2005 yang lalu agar keberadaan Posyandu dan BKB dapat diintegrasikan dengan layanan pendidikan anak usia dini.

Melalui Gerakan Bina Keluarga Balita (BKB) diharapkan setiap keluarga akan mampu meningkatkan kemampuannya terutama dalam membina anak-anak balitanya dan anak prasekolah sehingga anak tumbuh dan berkembang secara optimal, berkepribadian yang luhur, cerdas, serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Bina Keluarga Balita (BKB) merupakan upaya pendidikan yang ditujukan kepada para ibu dan anggota keluarga lainnya yang mempunyai anak balita. Upaya tersebut berupa pembinaan dan pola asuh tumbuh kembang balita semaksimal mungkin agar ibu dan anggota keluarga lainnya dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak balita.

Melalui kebijakan pemerintah, dinas pendidikan bekerjasama dengan dinas instansi lain secara bekerjasama melaksanakan program pendidikan anak usia dini dengan Posyandu sebagai kegiatan di satuan PAUD sejenis, seperti Bina Keluarga


(11)

Balita (BKB) Posyandu. Kegiatan yang dilakukan kader dalam program pembelajaran di BKB Posyandu berpedoman pada panduan yang telah ditetapkan secara bersama oleh Direktorat PAUD yaitu Acuan Menu Pembelajaran Anak Usia Dini (lahir- 6 tahun), sering disebut dengan Menu Pembelajaran Generik. Acuan ini disusun menurut gradasi tingkat kemampuan anak, yaitu dari kemampuan sederhana pada usia sebelumnya menuju kemampuan yang semakin rumit atau kompleks pada tahapan usia berikutnya.yang meliputi enam aspek perkembangan (moral dan nilai-nilai agama, fisik, bahasa, kognitif, sosial-emosional, dan seni) serta program layanan kesehatan dan gizi anak usia dini yang meliputi gizi seimbang dan deteksi pertumbuhan anak.

Program Pendidikan Anak Usia Dini dengan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini yang sejenis. Seperti halnya Posyandu di RW 01 RT 03 Desa Hegarmanah Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut, telah melaksanakan kegiatan setiap bulannya untuk mengecek kesehatan anak balita melalui penimbangan berat badan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta pemberian penyuluhan dari tim kesehatan dan kader terhadap orang tua sebagai ibu-ibu sasaran di Posyandu.

Untuk membantu kebutuhan anak usia dini dalam pendidikan, maka Posyandu Nuri membentuk suatu Pos PAUD yang memberikan pendidikan kepada anak usia mulai dari 3-6 tahun melalui pemberian stimulasi berupa rangsangan dengan memperkenalkan pembelajaran secara dini yang diberikan oleh kader posyandu sebagai Pamong PAUD.


(12)

Desa Hegarmanah dengan jumlah penduduk 4245 orang, rentang usia 0-6 tahun berjumlah 548 orang. Posyandu yang ada di Desa Hegarmanah terdapat 6 buah, terdiri dari 3 tingkat Pratama, 2 tingkat Madya dan 1 buah posyandu yang sudah bertingkat Mandiri, fungsi pelayanan dari posyandu-posyandu tersebut hanya terbatas pada pelayanan kesehatan, gizi, dan ibu hamil, sementara fungsi psiko-sosialnya masih terabaikan, atau belum tersentuh sama sekali (data dasar desa tahun 2009).

Secara umum perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) baik formal maupun nonformal di Kecamatan Bayongbong, berdasarkan data Unit Pelaksana Teknis Pendidikan Dasar Kecamatan Bayongbong tahun 2009 jumlah lembaga PAUD nonformal sebanyak 28 buah, terdiri dari Kelompok Bermain 4 buah, Taman Penitipan Anak tidak ada, dan satuan PAUD Sejenis 24 buah. Jumlah warga belajar 982 orang dengan tutor sebanyak 142 orang, sedangkan lembaga PAUD formal sebanyak 40, terdiri dari Taman Kanak-kanak 13 buah, dan RA 27 buah. Jumlah siswa TK 462 orang dengan guru sebanyak 54 orang, dari 54 orang guru hanya ada satu orang yang berstatus sebagai guru negeri, sedangkan dari 13 orang Kepala TK hanya ada 3 orang yang berstatus negeri. Jumlah siswa RA 2969 orang dengan guru 137 orang.

Hal ini tidak sepadan dengan jumlah anak usia 0-6 tahun yang mencapai 9761 orang. Minimalnya jumlah lembaga PAUD setara dengan jumlah murid yang tersentuh lembaga PAUD baru sekitar 4413 orang, sisanya terserap posyandu yang berjumlah 133 buah, yang tersebar di Kecamatan Bayongbong.


(13)

Khusus di RW 01 Desa Hegarmanah Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut yang memiliki jumlah penduduk 609 orang, dari jumlah tersebut terdapat 55 orang anak usia dini, yang belum terlayani pendidikan anak usia dini, baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal.

Salah satu bentuk karya nyata yang dilakukan pengelola posyandu Nuri untuk mengatasi permasalahan pelayanan bagi anak usia dini yang tidak dapat memperoleh pelayanan pendidikan anak usia dini, yaitu dengan merintis Program pendidikan Anak Usia Dini dengan Posyandu, yang dikenal dengan sebutan Pos PAUD. Pos PAUD adalah program layanan pendidikan untuk anak usia dini yang terintegrasi atau menyatu dengan program Posyandu dan Bina Keluarga Balita (BKB).

Posyandu sebagai salah satu wahana yang sudah ada dan berjalan di masyarakat merupakan suatu kegiatan strategis untuk pembinaan kelangsungan hidup anak dan pembinaan perkembangan anak, sebagaimana dalam Surat Edaran MENDAGRI dan Otonomi Daerah (2001) tentang Pedoman Revitalisasi Posyandu, bahwa:

“… Posyandu mampu berperan sebagai wadah pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat. Melalui penyelenggaraan Posyandu yang dikelola dengan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat, maka hal ini dapat diartikan, bahwa Posyandu secara terbuka dapat dikelola oleh unsur masyarakat atau kelompok masyarakat yang mempunyai minat dan misi dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dini.”


(14)

Tenaga pendidik di Posyandu adalah beberapa orang kader yang telah memperoleh pendidikan dan pelatihan sebelumnya untuk mengelola dan memberikan pembelajaran melalui bermain, melaksanakan, dan memfasilitasi kegiatan pembelajaran anak usia dini (3-6 tahun) melalui berbagai aktivitas di Posyandu. Pemberian rangsangan yang sesuai dengan tahap perkembangan, minat, dan kebutuhan anak merupakan prasyarat penting untuk meningkatkan seluruh potensi anak sehingga mampu mencapai perkembangan yang optimal.

Berdasarkan pemikiran di atas dan observasi lapangan awal, peneliti melihat terdapatnya pelaksanaan pembelajaran yang diberikan kader di Posyandu Nuri RW 01 Desa Hegarmanah Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut, terutama dalam meningkatkan perkembangan kecerdasan anak yang terjadi pada awal kehidupan anak.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh rumusan pembelajaran yang diberikan melalui Program Pendidikan Anak Usia Dini dengan Posyandu Nuri Desa Hegarmanah Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut. Dengan fokus penelitian berupa pelaksanaan pembelajaran anak usia dini pada Pos PAUD.

B. Rumusan Masalah

Pokok masalah yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan Proses Pembelajaran Anak Usia Dini di Kelompok Bina Keluarga Balita Nuri RW 01 Desa Hegarmanah, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut. Secara rinci, lingkup masalah penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:


(15)

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran anak usia dini di Kelompok Bina Keluarga Balita Nuri RW 01, Desa Hegarmanah, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran anak usia dini di Kelompok Bina Keluarga Balita Nuri RW 01, Desa Hegarmanah, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut?

3. Bagaimanakah evaluasi pembelajaran pada anak usia dini di Kelompok Bina Keluarga Balita Nuri RW 01, Desa Hegarmanah, Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut?

4. Masalah apa yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini di Kelompok Bina Keluarga Balita Nuri RW 01, Desa Hegarmanah, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut?

5. Bagaimana upaya yang dilakukan kader dan pengelola dalam mengatasi masalah pendidikan anak usia dini?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini secara rinci mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran anak usia dini di Kelompok Bina Keluarga Balita Nuri RW 01, Desa Hegarmanah, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut.


(16)

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran anak usia dini di Kelompok Bina Keluarga Balita Nuri RW 01, Desa Hegarmanah, Kecamatan

Bayongbong, Kabupaten Garut.

3. Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran pada anak usia dini di Kelompok Bina Keluarga Balita Nuri RW 01, Desa Hegarmanah, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut.

4. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh kader dan pengelola dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini di Kelompok Bina Keluarga Balita Nuri RW 01, Desa Hegarmanah, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut. 5. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan kader dalam mengatasi kendala

tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan kajian tentang program pendidikan nonformal, khususnya Program Pendidikan Anak Usia Dini di Posyandu Nuri Desa Hegarmanah, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka pengembangan pembelajaran pendidikan anak usia dini di Posyandu Nuri Desa Hegarmanah, Bayongbong, Garut.


(17)

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk mendukung pelaksanaan 10 program PKK, terutama pada Program yang terdapat pada Pokja II PKK, tentang pelaksanaan BKB.

4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan acuan bagi pengambil keputusan tentang pengelolaan dan pengembangan kegiatan pembelajaran pendidikan anak usia dini di Posyandu.

E. Penjelas Istilah

Untuk memperjelas penelitian, perlu dipergunakan penjelas istilah agar penelitian menjadi terarah, baik dari segi objek, tujuan, maupun pelaksanaan penelitian. Penjelas dalam penelitian ini disusun untuk membatasi masalah-masalah penelitian dan untuk menghindari kekeliruan penafsiran antara penulis dan pembaca dalam mendefinisikan istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini.

Berikut ini adalah beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini.

1. Pembelajaran

Mariana (2005) berpendapat, pembelajaran adalah upaya logis yang didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan belajar anak. Pembelajaran sangat tergantung kepada pemahaman guru tentang hakikat anak sebagai peserta atau sasaran belajar.


(18)

Pembelajaran menurut para pakar adalah proses interaksi antara anak, orang tua, atau orang dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan yang didasarkan pada kebutuhan anak yang dilakukan melalui bermain.

Pembelajaran merupakan bagian penting dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, artinya dalam proses pembelajaran terjadi interaksi nyata semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran.

2. Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah sekelompok individu yang berada pada rentang usia antara 0;8 tahun (National Association for The Education of Young Children, 1983) sedangkan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab I pasal 1 butir 14 menyebutkan, anak usia dini yaitu anak-anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun.

3. Pembelajaran Anak Usia Dini

Hartati (2005), berpendapat pembelajaran anak usia dini merupakan proses interaksi antara anak, orang tua, atau orang dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan. Interaksi yang dibangun tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal ini disebabkan interaksi tersebut mencerminkan suatu hubungan di antara anak akan memperoleh pengalaman yang bermakna, sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan lancar. Vigotsky berpendapat bahwa bahan pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi


(19)

perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.

4. Bina Keluarga Balita

Bina Keluarga Balita adalah suatu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam mengasuh dan membina tumbuh kembang anak secara optimal melalui interaksi orang tua dan anak.

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pemilihan pendekatan kualitatif digunakan berdasarkan beberapa alasan, diantaranya, Pertama, metode studi kasus dilakukan berawal dari fakta di lapangan kemudian diambil makna dan memahami fenomena. Fenomena yang ingin diungkap dan difahami adalah tentang fenomena pembelajaran pada anak usia dini di lembaga pendidikan anak usia dini pada satuan PAUD lainnya yang sejenis; Kedua, metode studi kasus tepat digunakan untuk memotret, mendeskripsikan, dan menganalisis proses pembelajaran secara mendalam.

G. Lokasi dan Sumber Data

Lokasi yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah Lembaga PAUD sejenis, yaitu Pos PAUD Nuri yang terletak di Kampung Goler RW 01 RT 03, Desa Hegarmanah, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut. Sedangkan yang menjadi sumber data adalah pihak pengelola, kader, anak, orang tua, penilik PNF,


(20)

pengurus HIMPAUDI, Kantor Kecamatan, dan Kantor Kepala Desa. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kelompok Bina Keluarga Balita Nuri telah mampu memberikan pelayanan pendidikan kepada anak usia dini selain pelayanan kesehatan dan gizi, selain itu BKB ini pun pada tahun 2008 telah mewakili Kabupaten Garut dalam Lomba Lembaga PAUD nonformal berprestasi ke tingkat propinsi, sehingga menjadi PAUD binaan UNICEF.


(21)

113 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kondisi aktual tentang pelaksanaan pembelajaran anak usia dini di kelompok Bina Keluarga Balita di Desa Hegarmanah, Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut. Dari aspek pendekatan metodologi, penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti langsung pada situasi penelitian yang sedang terjadi secara wajar tanpa adanya intervensi peneliti, atau memanipulasi subyek penelitian, sehingga diperoleh data deskriptif tentang perilaku manusia (Nasution, 1992). Lebih lanjut Nasution menyatakan bahwa penelitian ini diusahakan mengumpulkan data deskriptif yang banyak dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian, penelitian ini tidak mengutamakan angka-angka dan statistik, walaupun tidak menolak data kuantitatif.

Secara operasional, Bogdan dan Biklen (1992) mengemukakan lima karakteristik utama dari penelitian kualitatif, yaitu sebagai berikut:

1. Peneliti sendiri sebagai instrument utama untuk mendatangi secara langsung sumber data.

2. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih cenderung dalam bentuk kata-kata daripada angka-angka.


(22)

semata-mata pada hasil.

4. Melalui analisis induktif peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati.

5. Mengungkapkan makna sebagai hal yang esensial dari pendekatan kualitatif. Metode yang dilakukan yaitu metode kualitatif-naturalistik. Metode ini didasari oleh: (1) adanya upaya untuk memahami bagaimana kader melakukan kegiatan perencanaan pembelajaran dalam pendidikan anak usia dini di kelompok BKB melalui studi dokumentasi dan wawancara. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Sanafiah Faisal (1990) mengatakan bahwa “ memahami makna yang mendasari tingkah laku partisipan lebih sesuai dengan menggunakan penelitian kualitatif, dan (2) penelitian ini berfokus pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelompok BKB Desa Hegarmanah, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran di kelompok BKB dapat terungkap melalui pendekatan kualitatif sesuai dengan karakteristik yang diungkapkan Bogdan dan Biklen di atas. Melalui metode kualitatif akan dilakukan pengkajian mengenai aktifitas keseharian yang dilakukan kader dan anak didik dalam melakukan proses pembelajaran, sebagaimana Sudjana & Ibrahim (1989) mengatakan bahwa tekanan penelitian kualitatif pada proses bukan hasil.

Berdasarkan pada situasi permasalahan yang dikaji maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif naturalistik, dimana peneliti mengamati dan mencatat semua kegiatan yang dilakukan oleh kader dan anak didik secara seksama . semua kegiatan yang muncul terkait dengan objek yang diteliti, kemudian kegiatan ini dideskripsikan secara apa adanya. Pada hakekatnya


(23)

metode kualitatif adalah sebagai pendekatan yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 1991). Setelah diproses data selanjutnya dianalisis sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bermakna bagi keberhasilan penelitian yang telah dilaksanakan.

B. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subyek Penelitian

Sesuai dengan permasalahan penelitian maka subjek penelitian ini adalah kader yang melaksanakan kegiatan perencanaan pembelajaran, kegiatan pelaksanaan pembelajaran, dan kegiatan evaluasi pembelajaran, karena kader inilah yang menangani langsung kegiatan pelaksanaan pembelajaran pada anak usia dini mulai dari perencanaan sampai evaluasi pembelajaran di kelompok Bina Keluarga Balita di Desa Hegarmanah, Kecamatan Bayongbong. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution (1990) , bahwa penelitian kualitatif pada dasarnya tidak membutuhkan subjek penelitian yang banyak, yang penting dapat memberikan informasi tidak hanya manusia tetapi peristiwa dan situasi yang diamati juga dapat dijadikan sumber informasi.

2. Lokasi Penelitian

Pos Pelayanan Terpadu Nuri terletak di RW 03 Kampung Kiarapayung Desa Hegarmanah Kecamatan Bayongbong, terdiri dari 5 RT dengan jumlah penduduk 809 jiwa. Posyandu Nuri berdiri sejak tahun 1981 dengan Surat


(24)

Keputusan dari Kepala Desa Hegarmanah. Waktu itu lokasi posyandu bertempat di rumah Bapak RT, kemudian pada tanggal 15 Januari 2008 dengan swadaya masyarakat Posyandu Nuri memiliki bangunan sendiri. Posyandu Nuri menjadi Posyandu Mandiri sejak ditetapkannya SK dari Kepala Desa Hegarmanah Nomor: 2009 / SK. 01- DESA / 2007 Tentang Pembentukan Posyandu Mandiri Nuri.

Posyandu Mandiri Nuri merupakan Posyandu unggulan di desa Hegarmanah Kecamatan Bayongbong. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya gelar juara 1 lomba administrasi Posyandu se- Kecamatan Bayongbong pada tahun 2007 pada kegiatan menyambut Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke 62 tingkat Kecamatan Bayongbong.

POS PAUD Nuri berdiri pada tanggal 16 Juli 2007, diawali dengan penyebaran formulir pendaftaran kepada orangtua sasaran yaitu yang memiliki anak usia 4- 6 tahun. Pertama kali berdiri PAUD ini bertempat di Pondok Pesantren Nurul Huda Kampung Kiarapayung Desa Hegarmanah selama 11 bulan, sehubungan berdekatan dengan lokasi RA Nurul Huda, maka atas instruksi dan arahan dari Penilik Non formal Informal (PNFI), maka lokasi pembelajaran PAUD Nuri pindah dengan mengontrak rumah salah satu warga yaitu di rumah Bapak Idi selama 1 bulan, setelah itu pindah lagi ke rumah salah satu tokoh masyarakat yang bersedia rumahnya digunakan untuk pembelajaran anak usia dini. Dengan biaya operasional dari Pemberdayaan PKK yaitu operasional Pokja II dan swadaya masyarakat maka sampai sekarang berdirilah bangunan seluas 4 x 4 meter di jalan raya Goler Kampung Kiarapayung Desa Hegarmanah.


(25)

dijadikan objek penelitian, karena di Posyandu Nuri terdapat kelompok Bina Keluarga Balita yang telah terbentuk Pos PAUD. Pos PAUD adalah program layanan pendidikan untuk anak usia dini yang diintegrasikan atau menyatu dengan program Posyandu dan Bina Keluarga Balita (BKB).

C. Teknik Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersifat kualitatif, terdiri dari

catatan-catatan hasil observasi secara langsung, wawancara terhadap subyek penelitian dilengkapi dengan studi dokumentasi penelitian. Pengambilan data dilakukan dalam waktu kurang lebih 4 (empat) bulan. Tahap pengambilan data diperuntukkan bagi analisis pelaksanaan pembelajaran anak usia dini di kelompok Bina Keluarga Balita Posyandu terintegrasi.

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.Observasi

Observasi secara langsung dilakukan untuk melihat aktivitas kegiatan kader pada waktu melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam melaksanakan pendidikan pada anak usia dini dan melihat aktivitas anak ketika mengikuti pembelajaran serta mengamati perkembangan anak, baik perkembangan bahasa, emosional, fisik, dan perkembangan yang lainnya setelah mengikuti kegiatan pendidikan pada Pos PAUD Nuri. Semua aktivitas kader dan siswa, baik di lingkungan PAUD Nuri (selama pembelajaran) maupun di luar tingkat kecamatan dan kabupaten, tidak lepas dari pengamatan peneliti, untuk


(26)

mengikuti sejauh mana perkembangan dan aktivitas anak dan kader dalam melaksanakan pendidikan pada anak usia dini.

Yang menjadi fokus observasi/pengamatan adalah perilaku kader dan anak didik. Bagaimana kader dalam mempersiapkan pembelajaran mulai dari perencanaan, persiapan, bagaimana kader menjelaskan materi, alat apa yang digunakan, bagaimana respon siswa ketika menerima perlakuan/ pembelajaran yang diberikan kader sampai kepada bagaimana kader mengakhiri kegiatan pembelajaran, semua itu peneliti amati selama kurang lebih 4 (empat) bulan setiap kali pertemuan yaitu pada hari Senin, Rabu, dan Sabtu.

Menurut J.W. Best dalam melakukan observasi langsung peneliti harus mengetahui pasti bahwa yang dikatakan adalah yang benar- benar bermakna dan harus selalu objektif. Validitas dan reliabilitas observasi akan bertambah bila observasi dilakukan secara berulang-ulang oleh observer yang sama, dalam kondisi yang wajar dan tidak terpengaruh oleh kehadiran sang observer (Faisal S & Gunawan Waseso, 1982)

Lewat obsservasi, peneliti akan melihat sendiri pemahaman yang tidak terungkap, bagaimana teori dengan makna langsung, dari sudut pandang responden yang mungkin tidak terungkap lewat wawancara atau survey (Alwasilah, 2003)

Melalui observasi langsung, data mengenai perilaku responden akan dapat dicatat segera, tidak harus menggantungkan pada daya ingat seseorang, tetapi peneliti perlu berhati-hati agar responden merasa aman dan nyaman.


(27)

untuk pendidik dan untuk anak didik dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 6.

2. Wawancara

Wawancara sebagai cara untuk mengumpulkan data tentang pemahaman kader terhadap tugasnya dalam memberikan pendidikan pada anak usia dini mulai dari cara membuat rencana (rencana tahunan, rencana bulanan, rencana mingguan dan rencana harian), sampai kepada bagaimana kader melakukann evaluasi pada anak di akhir program, baik program harian, mingguan, bulanan, maupun program tahunan. Wawancara dilakukan secara bebas, terbuka dan luwes yang memungkinkan peneliti mengajukan pertanyaan sesuai dengan kondisi yang ada pada saat itu, tetapi tetap merujuk pada tujuan penelitian.

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data melalui wawancara interview lebih bersifat terbuka atau kurang terstruktur dengan alasan sebagai berikut: (a) penelitian kualitatif tidak berangkat dari hipotesis yang telah ditentukan tetapi mengeksplorasi situasi lewat tahapan-tahapan dan format interview setiap kasus berbeda, (b) format interview terbuka didasarkan pada asumsi bahwa setiap responden adalah individu dengan segala keunikannya yang sulit untuk digeneralisasikan, (c) tujuannya bukan untuk menuangkan gagasan peneliti, melainkan untuk mengakses persepsi responden sehingga sifatnya harus terbuka (Alwasilah).

Sebelum wawancara dimulai untuk mengurangi jarak psikologis, maka peneliti harus mampu menciptakan hubungan yang baik dengan subjek penelitian. Adanya hubungan baik ini, maka subjek penelitian akan merasa bebas


(28)

memberikan informasi bahkan terangsang untuk berbicara (Singarimbun M., 1987).

Tujuan wawancara adalah untuk menggali gagasan, pandangan, pemikiran atau perasaan yang dimiliki responden dan dengan wawancara yang tidak berstruktur, peneliti dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara bebas. Hasil wawancara dicatat dalam catatan lapangan (field notes) atau direkam dengan menggunakan alat perekam (tape recorder/Mp4/ Hand Phone).

Data pokok yang ingin diperoleh melalui wawancara pada subyek penelitian antara lain: (1) pemahaman kader terhadap perannya dalam melakukan perencanaan pembelajaran, (2) apa yang telah dilakukan kader dalam membantu anak mengembangkan potensinya melalui pembelajaran, (3) seperti apa bentuk evaluasi yang dilakukan oleh kader untuk mengetahui perkembangan anak yang meliputi enam aspek yang harus dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini.

Adapun pedoman wawancara yang dipergunakan dalam penelitian dapat dilihat pada lampiran 5.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh data dan informasi tentang kegiatan belajar, data kader sebagai tutor dalam pelaksanaan pembelajaran pada anak usia dini, data keadaan anak, data keadaan fisik bangunan, data administrasi yang digunakan kader dalam pembelajaran dan data tentang program yang digunakan sebagai acuan oleh kader dalam proses pembelajaran. Di samping itu juga adanya catatan lapangan, portopolio, dokumentasi foto, video sebagai alat perekam data merupakan alat bantu dalam proses pengumpulan data.


(29)

D. Analisis Data

Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, peneliti lebih banyak berinteraksi dengan kader dan mengamati berbagai kegiatan yang dilakukan kader Pos PAUD pada saat kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada anak usia dini.

Tehnik pengumpulan data mengacu pada model yang dibuat oleh Miles dan Huberman (1984) yang menyatakan bahwa, langkah yang ditempuh dalam analisis data adalah: (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) penyajian data, (4) mengambil kesimpulan dan verifikasi.

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi, data-data dari lapangan dicatat dalam catatan lapangan berbentuk deskripsi tentang apa yang dilihat, didengar, dan dialami atau dirasakan oleh subyek penelitian. Catatan dibuat tanpa adanya komentar atau penafsiran dari peneliti tentang fenomena yang terjadi, catatan dibuat secara alami, namun peneliti pun secara terpisah membuat catatan sendiri tentang komentar, kesan dan pendapat serta penafsiran terhadap fenomena yang terjadi.

Reduksi data diartikan sebagai pemilihan, pemusatan perhatian terhadap pengabstrakan dan transformasi data kasar yang ada pada catatan lapangan, pada tahap ini peneliti menelaah kembali data hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi, kemudian memisahkan data yang penting dan data yang kurang penting.

Dalam tahap penyajian data, peneliti menyampaikannya dalam bentuk narasi yang mudah dibaca orang lain dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, sehingga pembaca memahami isi penelitian dengan jelas.


(30)

Langkah terakhir adalah verifikasi dan menarik kesimpulan , pada tahap ini peneliti membuat analisis akhir dan berusaha mencari makna dari komponen-komponen yang disajikan dengan mencatat pola-pola, keteraturan, penjelasan, konfigurasi, hubungan sebab akibat, dan proposi dalam penelitian.


(31)

178 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pelaksanaan pendidikan anak usia dini di BKB Posyandu Nuri Desa Hegarmanah Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut Tahun 2010, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perencanaan yang disusun oleh para pendidik belum memenuhi komponen-komponen yang harus ada dalam penyusunan rencana pembelajaran, hal ini terbukti dari rencana pembelajaran yang dibuat pendidik (lihat tabel 4.2 dan 4.3). Seharusnya rencana pembelajaran memuat komponen-komponen, yaitu: tujuan, tema, metode, sarana yang diperlukan dalam hal ini alat peraga (APE), dan alokasi waktu yang diperlukan. Adapun perencanaan yang seharusnya dibuat terdiri dari Rencana Pembelajaran Tahunan (RPT), Rencana Pembelajaran Bulanan (RPB), Rencana Pembelajaran Mingguan (RPM), dan Rencana Pembelajaran Harian (RPH). Pendidik di BKB Posyandu Nuri baru dapat membuat rencana pembelajaran harian itu pun mereka buat ketika awal berdiri sampai akhir tahun 2009, namun karena keterbatasan dana, sejak awal 2010, para pendidik tidak lagi membuat rencana pembelajaran, baik dari rencana pembelajaran tahunan, bulanan, mingguan, maupun harian .


(32)

2. Pelaksanaan pembelajaran untuk anak usia tiga sampai enam tahun telah terlaksana selama empat tahun berjalan. Pelaksanaan pembelajaran mengacu pada menu pembelajaran generik. Pendekatan yang digunakan pendidik cenderung pada pendekatan pembelajaran akademis, dalam pembelajaran, pendidik menggunakan alat pembelajaran baik yang tersedia di kelas seperti gambar-gambar yang ditempel di dinding maupun yang tersedia di alam. Pendidik lebih banyak menggunakan media yang bersifat keras dibanding dengan menggunakan media yang bersifat lunak. Metoda yang digunakan adalah bermain sambil belajar, walau tidak semua materi disampaikan dengan metoda itu, metoda lainnya yang digunakan adalah metoda ceramah, tanya jawab, penugasan, bercerita, dan karyawisata.

3. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran di BKB Posyandu Nuri belum dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip evaluasi seperti yang dikemukakan oleh Puckett dan Black dalam Suyanto (2005), yaitu: holistik (meliputi seluruh aspek perkembangan anak), otentik (riil, fungsional, dan alami), kontinyu (dilakukan setiap saat ketika anak melakukan kegiatan), individual (tidak membandingkan prestasi anak yang satu dengan anak yang lainnya), multikonteks dan multisumber. Para pendidik pun belum menggunakan metode penilaian yang digunakan dalam pendidikan anak usia dini, yaitu: observasi atau pengamatan, catatan anekdot, percakapan/ interview, pemberian tugas, dan portofolio, sehingga kemajuan anak tidak terdokumentasikan secara terperinci, evaluasi hanya dilakukan pada akhir semester dalam kegiatan UAS.


(33)

4. Masalah yang dirasakan oleh para pendidik menyangkut sarana dan prasarana terutama media pembelajaran dalam hal ini kurang tersedianya alat permainan edukatif luar, seperti untuk main plosotan, ayunan, dan sebagainya, alat permainan edukatif dalam pun sangat minim, itu pun sudah ada yang rusak dan hilang. Masalah selanjutnya adalah kekurangmampuan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran bermain sambil belajar, dan melakukan evaluasi yang sesuai metode penilaian, masalah yang paling dirasakan adalah kurangnya dana pengelolaan, sehingga pendidik tidak dapat mengerjakan administrasi yang diperlukan dalam pembelajaran, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pembuatan catatan perkembangan anak, dan lain sebagainya. Dengan kurangnya dana , kesejahteraan para pendidik pun tidak terjamin, mereka tidak memperoleh honor bulanan, mereka hanya menerima honor ketika tahun ajaran berakhir, itu pun kurang dari Rp 300.000,00 untuk honor setahun. Kesimpulannya para pendidik tidak dapat menjamin kualitas dari hasil proses pembelajarannya.

5. Solusi yang dilakukan para pendidik terkait dengan kurangnya sarana dan prasarana, mereka telah mengajukan kepada pengelola BKB Nuri untuk mengajukan dana bantuan block grand, dan alhamdulillah telah mendapat tanggapan dengan dikunjunginya Pos PAUD Nuri ini oleh pihak pemerintah Kabupaten dan Provinsi, sedangkan solusi yang terkait dengan masalah kemampuan pendidik, yaitu dengan mengikuti pelatihan. Pelatihan yang telah diikuti diantaranya: Pelatihan tentang Kebijakan-Kebijakan Pemerintah di Bidang


(34)

PAUD dan Kompetensi Dasar dalam Membina dan Mendidik Anak Usia Dini, pelatihan tentang Cara Membuat SKH, SKM, dan Silabus, pelatihan PTK (Penelitian Tindakan Kelas), Launching Cara Bermain dengan Anak Secara Langsung dan Mengarah Pendidikan, Pelatihan Cara Menggambar, pelatihan Kurikulum 2010. Keikutsertaan para pendidik Pos PAUD Nuri dalam organisasi Himpaudi adalah dengan salah satu pendidiknya duduk sebagai pengurus Himpaudi Kecamatan Bayongbong, yaitu sebagai Bendahara, aktivitas Himpaudi adalah selalu berusaha untuk menjadikan para pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini yang professional.

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan pada penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa rekomendasi:

1. Untuk para pendidik PAUD di BKB Nuri sebaiknya sebelum melakukan proses pembelajaran membuat perencanaan pembelajaran dengan mempelajari komponen-komponen yang terkait dengan rencana pembelajaran anak usia dini, seperti Menu Pembelajaran Anak Usia Dini sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran, menentukan tujuan pembelajaran, menganalisis tema menjadi anak tema/sub tema, menganalisis indikator yang sesuai dengan tema, menentukan metode dan media yang akan digunakan, serta menetapkan alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap aspek perkembangan yang tersedia.


(35)

Untuk para pendidik yang telah memperoleh pelatihan agar dapat menerapkan hasil pelatihan di Pos PAUD, untuk dapat meningkatkan mutu pembelajaran. 2. Kepada penilik PNFI agar secara terus menerus membina para pendidik untuk

melaksanakan pembelajaran sebagaimana mestinya dengan cara melakukan monitoring secara berkala, memantau pelaksanaan proses pembelajaran, memagangkan para pendidik ke PAUD yang dianggap lebih baik dalam pelaksanaan pembelajarannya.

3. Kepada pihak pengelola BKB Nuri agar dapat memperhatikan kesejahteraan para pendidik, kebutuhan para pendidik dalam hal ini terkait dengan kelengkapan administrasi, biaya operasional proses pembelajaran, seperti ATK, dan insentif pendidik.

4. Untuk pemerintah setempat agar dapat lebih memperhatikan keberadaan BKB, mengingat pelaksanaan BKB sangat membantu tumbuh kembang anak dan dapat meningkatkan partisipasi orangtua terhadap pendidikan anak secara berkesinambungan di rumah.

5. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk meneliti tentang kontribusi Pengelola BKB terhadap keberhasilan pendidikan anak usia dini di Pos PAUD Nuri.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2008). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Alwasilah. (2003). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Apriana, R. 2009. Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah Di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

BKKBN (2006). Modul Bina Keluarga Balita. Semarang. ---(2007). Modul Bina Keluarga Balita. Bandung. ---(2007). Buletin Bina Keluarga Balita. Bandung.

Bogdan, R.C. and Biklen, S.K. (1982). Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Bredekamp, Sue. (1987). Developmentally Appropriate Practice in early Childhood Prigrams Serving Children from Birth Throught Age 8. Wasington: NAEYC

Brewer Jo An. (2007). Introduction to Early Childhood Education, Preschool thought Primary Grades. Sixth Edition. Boston. New York: Pearson Education. Inc.

Cholimah, Nur. (2008). Implementasi Program Pembelajaran PAUD. Tesis. UPI:Bandung.

Currie, J. 2001. Early Childhood Education Programs. The Journal of Economic Perspectives, Vol. 15, No. 2. pp. 213-238.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

---(2005). Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: BSNP.


(37)

---(2006). Pedoman Penerapan Pendekatan “ Beyond Centres and Circle Time (BCCT)” Pendekatan Sentra dan Lingkaran dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Dirjen PLSP.

---(2010). Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pos PAUD. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

---(2009). Menu Pembelajaran Generik Anak Usia Dini Revisi 2009.Bandung: Konsorsium PAUD.

---(2009). Ayo ke Pos PAUD. Jakarta: Depdiknas.

---(2005). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudlatul Athfal. Jakarta.

Dinas Pendidikan. (2009). Pedoman Operasional Pengelolaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Bandung: Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Direktorat Tenaga Kependidikan. 2008. Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.

Faisal S dan Wasiso G. (1982). Metodelogi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Gardner, H. (2003) Multiple Intelligences After Twenty Years, Paper Presented a the American Education Research Assocation, Chicago Ilinois. Howard @pz.Harvard. edu. (21 April 2007)

Horn, V.J. et al,(1993). Play at the Center of the Curriculum.New York: Macmillan Publishing Company.

Hurlock, Elizabeth B. (1977). Perkembangan Anak. Jilid I (Terjemahan) Edisi keenam. Jakarta: Penerbit Airlangga.

Isabella, U. 2007. Scaffolding pada Program Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Penabur - No.08/Th.VI/Juni 2007.

Jalal, F. (2002). Pentingnya Anak Usia Dini dalam Membangun Masa Depan Bangsa yang Berkualitas. Makalah pada Seminar dan Diskusi Panel Padu di Bandung.

Jamaris, M. (2007), Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Dini Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Grasindo.


(38)

Kostelnik, M.K. dan Whiren, A.P (1999). Developmentally Appropriate Curriculum. Best Practices in Early Chilhood Education. New Jersey. Prentice Hall.

Kresno, S. 2008. Laporan Penelitian Study Pemanfaatan Posyandu di Kel. Cipinang Muara Kec. Jatinegara Kodya Jakarta Timur Tahun 2007. Program Magister FKIP Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Moleong, L (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Molina, B. 2003. Childhood Predictors of Adolescent Substance Use in a Longitudinal Study of Children With ADHD. Journal of Abnormal Psychology . Vol. 112, No. 3, 497–507

Najib, A. (2003). Hakekat PAUD, Makalah: Yogyakarta.

Nasution. (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Netti, H. (2005). Buku Pendidik PAUD. Pekan Baru: Yayasan Azizah.

Nugraha, Ali dkk. (2005). Kurikulum dan Bahan Belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka.

Pamela U. Brown. The Nature of Primary Teaching: Body, Time, Space, and Relationships. Journal of Early Childhood Teacher Education, 28:3–16, 2007.

Patmonodewo, S. (2003). Pendidikan Anak Pra Sekolah.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. 2007. Standar Isi Pendidikan Anak Usia Dini. Departemen Pendidikan Nasional.

Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Departemen Pendidikan Nasional.

Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. 2007. Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Departemen Pendidikan Nasional.

Rahmisari. (2003). Mengimplementasikan Acuan Menu Pembelajaran PADU Pada Bina Keluarga Balita. Bulletin PADU Vol.2. Jakarta: Ditlusepa,Depdiknas.


(39)

Sa;ud, Udin Syaefudin (2007). Problematika Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Sekolah Dasar di Indonesia. Bandung: Bahan Perkuliahan semester III 2007/2008. Tidak diterbitkan.

Sanafiah Faisal. (1990). Penelitian Kualitatif. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh. Singarimbun. (1987). Metode Penelitian Survey. Jakarta: Pustaka LP3ES.

Santoso, S. 2006. Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Menuju Anak yang Sehat dan Cerdas Melalui Permainan. Jurnal Pendidikan Penabur - No.07/Th.V/Desember 2006

Savva, A. 2005. Responses of Young Children to Contemporary Art Exhibits: The Role of Artistic Experiences. International Journal of Education & the Arts. Volume 6 Number 13.

Siskandar. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Anak Usia Dini.Buletin PADU Vol.2. Jakarta: Ditlusepa Depdiknas.

Solahuddin, M. (1998). Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. Bandung: FIP UPI.

Sugiono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suhardjo, 2008. Strategi Mendidik Buah Hati. Makalah Strategi Mendidik Anak Usia Dini. Disampaikan Dalam Seminar (Dialog Interaktif) Paud Pada Tanggal 30 Agustus 2008 Di Play Group Islam “Irbah Golden Age” Surabaya (Igas)

Sujiono, Nurani,Y. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta: PT Indeks.

Suryani, L. 2007. Analisis Permasalahan Pendidikan Usia Dini dalam Masyarakat Indonesia. Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF-Vol.2, No.1-2007. Suyanto, S. (2005). Dasar- Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Hikayat Publishing.

Taqiyuddin. (2005). Pendidikan Untuk Semua. Bandung; Mulia Press.

Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


(40)

Wakhid, S. 2009. Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini di Paud Islam Nurul Huda Walikukun Ngawi Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi. Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wibowo, D.A. http://gebyarposyandu27.com 14 April 2008.

Young. (1996). http://kepritoday.com/content/view/736/36. [Oline]. Tersedia. [22 April 2008].

Yunaidi. (2008). Implementasi Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini. Tesis. UPI: Bandung.

Zaman B Dan Eliyawati C. 2010. Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-Paud) Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.


(1)

Untuk para pendidik yang telah memperoleh pelatihan agar dapat menerapkan hasil pelatihan di Pos PAUD, untuk dapat meningkatkan mutu pembelajaran. 2. Kepada penilik PNFI agar secara terus menerus membina para pendidik untuk

melaksanakan pembelajaran sebagaimana mestinya dengan cara melakukan monitoring secara berkala, memantau pelaksanaan proses pembelajaran, memagangkan para pendidik ke PAUD yang dianggap lebih baik dalam pelaksanaan pembelajarannya.

3. Kepada pihak pengelola BKB Nuri agar dapat memperhatikan kesejahteraan para pendidik, kebutuhan para pendidik dalam hal ini terkait dengan kelengkapan administrasi, biaya operasional proses pembelajaran, seperti ATK, dan insentif pendidik.

4. Untuk pemerintah setempat agar dapat lebih memperhatikan keberadaan BKB, mengingat pelaksanaan BKB sangat membantu tumbuh kembang anak dan dapat meningkatkan partisipasi orangtua terhadap pendidikan anak secara berkesinambungan di rumah.

5. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk meneliti tentang kontribusi Pengelola BKB terhadap keberhasilan pendidikan anak usia dini di Pos PAUD Nuri.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2008). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Alwasilah. (2003). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Apriana, R. 2009. Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah Di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

BKKBN (2006). Modul Bina Keluarga Balita. Semarang. ---(2007). Modul Bina Keluarga Balita. Bandung. ---(2007). Buletin Bina Keluarga Balita. Bandung.

Bogdan, R.C. and Biklen, S.K. (1982). Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Bredekamp, Sue. (1987). Developmentally Appropriate Practice in early Childhood Prigrams Serving Children from Birth Throught Age 8. Wasington: NAEYC

Brewer Jo An. (2007). Introduction to Early Childhood Education, Preschool thought Primary Grades. Sixth Edition. Boston. New York: Pearson Education. Inc.

Cholimah, Nur. (2008). Implementasi Program Pembelajaran PAUD. Tesis. UPI:Bandung.

Currie, J. 2001. Early Childhood Education Programs. The Journal of Economic Perspectives, Vol. 15, No. 2. pp. 213-238.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

---(2005). Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: BSNP.


(3)

---(2006). Pedoman Penerapan Pendekatan “ Beyond Centres and Circle Time (BCCT)” Pendekatan Sentra dan Lingkaran dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Dirjen PLSP.

---(2010). Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pos PAUD. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

---(2009). Menu Pembelajaran Generik Anak Usia Dini Revisi 2009.Bandung: Konsorsium PAUD.

---(2009). Ayo ke Pos PAUD. Jakarta: Depdiknas.

---(2005). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudlatul Athfal. Jakarta.

Dinas Pendidikan. (2009). Pedoman Operasional Pengelolaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Bandung: Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Direktorat Tenaga Kependidikan. 2008. Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.

Faisal S dan Wasiso G. (1982). Metodelogi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Gardner, H. (2003) Multiple Intelligences After Twenty Years, Paper Presented a the American Education Research Assocation, Chicago Ilinois. Howard @pz.Harvard. edu. (21 April 2007)

Horn, V.J. et al,(1993). Play at the Center of the Curriculum.New York: Macmillan Publishing Company.

Hurlock, Elizabeth B. (1977). Perkembangan Anak. Jilid I (Terjemahan) Edisi keenam. Jakarta: Penerbit Airlangga.

Isabella, U. 2007. Scaffolding pada Program Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Penabur - No.08/Th.VI/Juni 2007.

Jalal, F. (2002). Pentingnya Anak Usia Dini dalam Membangun Masa Depan Bangsa yang Berkualitas. Makalah pada Seminar dan Diskusi Panel Padu di Bandung.

Jamaris, M. (2007), Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Dini Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Grasindo.


(4)

Kostelnik, M.K. dan Whiren, A.P (1999). Developmentally Appropriate Curriculum. Best Practices in Early Chilhood Education. New Jersey. Prentice Hall.

Kresno, S. 2008. Laporan Penelitian Study Pemanfaatan Posyandu di Kel. Cipinang Muara Kec. Jatinegara Kodya Jakarta Timur Tahun 2007. Program Magister FKIP Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Moleong, L (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Molina, B. 2003. Childhood Predictors of Adolescent Substance Use in a Longitudinal Study of Children With ADHD. Journal of Abnormal Psychology . Vol. 112, No. 3, 497–507

Najib, A. (2003). Hakekat PAUD, Makalah: Yogyakarta.

Nasution. (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Netti, H. (2005). Buku Pendidik PAUD. Pekan Baru: Yayasan Azizah.

Nugraha, Ali dkk. (2005). Kurikulum dan Bahan Belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka.

Pamela U. Brown. The Nature of Primary Teaching: Body, Time, Space, and Relationships. Journal of Early Childhood Teacher Education, 28:3–16, 2007.

Patmonodewo, S. (2003). Pendidikan Anak Pra Sekolah.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. 2007. Standar Isi Pendidikan Anak Usia Dini. Departemen Pendidikan Nasional.

Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Departemen Pendidikan Nasional.

Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. 2007. Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Departemen Pendidikan Nasional.

Rahmisari. (2003). Mengimplementasikan Acuan Menu Pembelajaran PADU Pada Bina Keluarga Balita. Bulletin PADU Vol.2. Jakarta: Ditlusepa,Depdiknas.


(5)

Sa;ud, Udin Syaefudin (2007). Problematika Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Sekolah Dasar di Indonesia. Bandung: Bahan Perkuliahan semester III 2007/2008. Tidak diterbitkan.

Sanafiah Faisal. (1990). Penelitian Kualitatif. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh. Singarimbun. (1987). Metode Penelitian Survey. Jakarta: Pustaka LP3ES.

Santoso, S. 2006. Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Menuju Anak yang Sehat dan Cerdas Melalui Permainan. Jurnal Pendidikan Penabur - No.07/Th.V/Desember 2006

Savva, A. 2005. Responses of Young Children to Contemporary Art Exhibits: The Role of Artistic Experiences. International Journal of Education & the Arts. Volume 6 Number 13.

Siskandar. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Anak Usia Dini.Buletin PADU Vol.2. Jakarta: Ditlusepa Depdiknas.

Solahuddin, M. (1998). Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. Bandung: FIP UPI.

Sugiono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suhardjo, 2008. Strategi Mendidik Buah Hati. Makalah Strategi Mendidik Anak Usia Dini. Disampaikan Dalam Seminar (Dialog Interaktif) Paud Pada Tanggal 30 Agustus 2008 Di Play Group Islam “Irbah Golden Age” Surabaya (Igas)

Sujiono, Nurani,Y. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta: PT Indeks.

Suryani, L. 2007. Analisis Permasalahan Pendidikan Usia Dini dalam Masyarakat Indonesia. Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF-Vol.2, No.1-2007. Suyanto, S. (2005). Dasar- Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Hikayat Publishing.

Taqiyuddin. (2005). Pendidikan Untuk Semua. Bandung; Mulia Press.

Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


(6)

Wakhid, S. 2009. Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini di Paud Islam Nurul Huda Walikukun Ngawi Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi. Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wibowo, D.A. http://gebyarposyandu27.com 14 April 2008.

Young. (1996). http://kepritoday.com/content/view/736/36. [Oline]. Tersedia. [22 April 2008].

Yunaidi. (2008). Implementasi Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini. Tesis. UPI: Bandung.

Zaman B Dan Eliyawati C. 2010. Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-Paud) Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.