HUBUNGAN GRADING HISTOPATOLOGI DAN INFILTRASI LIMFOVASKULAR DENGAN SUBTIPE MOLEKULER PADA KANKER PAYUDARA INVASIF DI BAGIAN BEDAH RSUP DR. M. DJAMIL PADANG.

(1)

HUBUNGAN GRADING HISTOPATOLOGI DAN INFILTRASI LIMFOVASKULAR DENGAN SUBTIPE MOLEKULER PADA KANKER PAYUDARA INVASIF DI BAGIAN BEDAH RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

SKRIPSI

Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk mendapatkan

Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh

VASHTI RESTI PUTRI FIRDAUS No. BP. 1010313040

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG 2014


(2)

ABSTRACT

Firdaus, Vashti. 2014. Association between Histopathology Grading and Lymphovascular Infiltration with Molecular Subtypes of Invasive Breast Cancer at Surgery Department, Dr. M. Djamil Hospital Padang . Undergraduate Thesis, Faculty of Medicine, Andalas University.

Supervisor : (I) dr. Aswiyanti Asri, M.Si.Med, SpPA, (II) dr. Daan Khambri, SpB (K) Onk, M. Kes.

Keywords : histopathology grading, lymphovascular infiltration, molecular subtypes, invasive breast cancer.

Breast cancer is the most common type of cancer found among women worldwide. In Indonesia, breast cancer is also the most common cancer suffered by Indonesian women. Breast cancer symptoms are often not recognized or clearly perceived by the patient, so it makes most of patients come to doctor in late stage. It will certainly affect the patient's prognosis and cure rate. Breast cancer is divided into in situ breast cancer and invasive breast cancer. In situ breast cancer is cancer that has not penetrated the basement membrane, whereas invasive breast cancer is cancer that has penetrated the basement membrane to enter the stroma.

Many factors affect the prognosis of breast cancer , including in situ breast cancer / invasive breast cancer, metastatic to the lymph/other organs, tumor size, histopathology grading, estrogen and progesterone receptors, HER2, and lymphovascular infiltration .

The design study was observational and analytic , ie to determine the association between histopathology grading and lymphovascular infiltration with molecular subtypes of invasive breast cancer at surgery departement, Dr . M. Djamil hospital, Padang period January 1, 2010 - December 31, 2013. In this study obtained 424 cases of invasive breast cancer, with only 66 cases that could be analyzed.

From the result of this study showed that most invasive breast cancer is on the luminal B molecular subtype and triple negative moleculer subtype, most of it in grade II, and most of it has occured lymphovascular infiltration. From the calculation of the correlation coefficient, which is to determine the association between histopathology grading and molecular subtypes in invasive breast cancer found a significant correlation and association between lymphovascular infiltration and molecular subtypes in invasive breast cancer also found a significant correlation.


(3)

ABSTRAK

Firdaus, Vashti. 2014. Hubungan Grading Histopatologi dan Infiltrasi Limfovaskular dengan Subtipe Molekuler Pada Kanker Payudara Invasif di Bagian Bedah RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas.

Pembimbing : (I) dr. Aswiyanti Asri, M.Si.Med, SpPA, (II) dr. Daan Khambri, SpB (K) Onk, M.Kes.

Kata kunci : grading histopatologi, infiltrasi limfovaskular, subtipe molekuler, kanker payudara invasif.

Kanker payudara adalah jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia. Di Indonesia pun kanker payudara adalah kanker terbanyak yang diderita wanita Indonesia. Gejala kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas oleh penderita, sehingga banyak penderita yang datang dalam keadaan stadium lanjut. Hal ini tentu akan mempengaruhi prognosis dan tingkat kesembuhan pasien.

Kanker payudara dibedakan menjadi kanker payudara in situ dan kanker payudara invasif. Kanker payudara in situ adalah kanker yang belum menembus membran basal, sedangkan kanker payudara invasif adalah kanker yang telah menembus membran basal untuk masuk ke stroma.

Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis dari kanker payudara, antara lain kanker payudara in situ/invasif, metastasis ke kgb/jauh, ukuran tumor, grading histopatologi, reseptor estrogen dan progesteron, HER2, serta infiltrasi limfovaskular.

Desain penelitian ini adalah observational dan analitik, yaitu untuk mengetahui hubungan grading histopatologi dan infiltrasi limfovaskular dengan subtipe molekuler pada kanker payudara invasif di bagian bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2013. Dalam penelitian ini didapatkan 424 kasus kanker payudara invasif, dengan 66 kasus yang dapat dianalisis.

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kanker payudara invasif terbanyak adalah pada subtipe molekuler yang luminal B dan tripel negatif, grading histopatologi terbanyak adalah pada grade II, dan lebih banyak yang telah mengalami infiltrasi limfovaskular dibandingkan yang tidak mengalami infiltrasi limfovaskular. Dari hasil perhitungan koefisien korelasi, yaitu untuk mengetahui hubungan grading histopatologi dengan subtipe molekuler pada kanker payudara invasif didapatkan terdapat hubungan yang signifikan dan hubungan infiltrasi limfovaskular dengan subtipe molekuler pada kanker payudara invasif juga didapatkan hubungan yang signifikan.


(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan dilaporkan 519.000 wanita meninggal akibatnya pada tahun 2004 (WHO, 2004). Pada tahun 2012 di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 226.870 kasus kanker payudara pada wanita dengan angka kematian 39.510, dan 2.190 pada pria dengan angka kematian 410 (American Cancer Society, 2012).

Menurut data statistik Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2007, kanker payudara adalah kanker terbanyak yang diderita wanita Indonesia dengan angka kejadian 26 per 100.000 wanita, disusul kanker leher rahim dengan angka kejadian 16 per 100.000 wanita dan kanker payudara menempati urutan pertama jumlah pasien rawat inap kanker di seluruh Rumah Sakit di Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%) (Jakarta Race, 2012).

Di Sumatera Barat, kejadian kanker (5,57%) lebih tinggi dari rata-rata nasional (5,03%), yaitu pada urutan tertinggi ke-enam dari 33 provinsi di Indonesia (Riskesdas, 2007). Berdasarkan keterangan Kepala Instalasi Humas dan Pengaduan Masyarakat RSUP Dr. M. Djamil Padang, mengatakan bahwa dari jumlah pasien yang masuk ke RSUP Dr. M. Djamil pada rentang awal tahun 2013, kasus kanker payudara menduduki posisi terbanyak pasien yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang (Febrida, 2013).

Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas oleh penderita, sehingga banyak penderita yang berobat dalam


(5)

keadaan stadium lanjut. Berdasarkan data dari rekam medis RS Kanker Dharmais pada tahun 2010, hampir 85% pasien kanker payudara datang ke rumah sakit dalam keadaan stadium lanjut. Hal ini akan mempengaruhi prognosis dan tingkat kesembuhan pasien. Padahal jika kanker ditemukan dalam stadium awal, maka prognosis dan tingkat kesembuhan pasien akan sangat baik (RS Kanker Dharmais, 2013).

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi prognosis kanker payudara, dan digolongkan kedalam dua golongan. Golongan pertama adalah faktor prognostik mayor, seperti kanker invasif, yaitu proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara yang menginvasi jaringan sekitarnya atau kanker in situ, yaitu proliferasi keganasan yang tidak menginvasi jaringan sekitarnya, metastasis ke kelenjar limfe, metastasis jauh, ukuran tumor, penyakit lokal tahap lanjut, yaitu tumor yang telah menginvasi kulit atau otot rangka, dan kanker inflamatorik, yaitu tumor yang telah menyebabkan pembengkakan dan penebalan kulit payudara. Golongan kedua adalah faktor prognostik minor, seperti subtipe histologik, grading tumor, reseptor estrogen dan progesteron, HER2/neu, infiltrasi limfovaskular, laju proliferasi, dan kandungan DNA (Kumar et al., 2004).

Grading tumor adalah deskripsi tumor berdasarkan keabnormalan sel tumor dan jaringan tumor yang dilihat di bawah mikroskop. Grading ini ditentukan berdasarkan bentuk sel tumor dan perilaku sel tumor dibandingkan sel normal, dengan demikian dapat diketahui seberapa cepat sel kanker itu berkembang. Grading dihubungkan dengan usia harapan hidup 10 tahun, dimana grade I (85%), grade II (60%), dan grade III (45%). Grade I menunjukkan prognosis


(6)

yang paling baik, grade II menunjukkan prognosis sedang, sedangkan grade III menunjukkan prognosis yang paling buruk (Stevens et al., 2009). Menurut hasil penelitian Jonjic et all. (2006), grading tumor dikaitkan dengan infiltrasi limfovaskular, yaitu kasus dengan adanya infiltrasi limfovaskular adalah kasus dengan grade III.

Infiltrasi limfovaskular (LVI) adalah penyebaran sel kanker ke pembuluh limfe lokal maupun ke pembuluh darah. Adanya LVI menandakan bahwa sel kanker telah mencapai kedua pembuluh tersebut. Penyebaran sel kanker payudara ke pembuluh limfe lokal bisa memberikan gambaran peau d’orange. Penyebaran yang telah mencapai nodul limfe aksila dan nodul limfe mamaria internal disebabkan oleh adanya embolisasi sel kanker ke nodul, yang terbentuk dari kumpulan sel kanker. Nodul yang terlibat akan membesar, keras, dan pucat. Sedangkan penyebaran sel kanker ke pembuluh darah akan mengawali penyebaran sel kanker ke tempat yang lebih jauh atau metastasis. Metastasis kanker payudara yang tersering adalah ke tulang, otak, hati, paru-paru, pleura, dan ovarium. Adanya infiltrasi limfovaskular menandakan prognosis yang buruk (Stevens et al., 2009).

Menurut hasil penelitian Mohammed et all. (2013), infiltrasi limfovaskular dihubungkan dengan ekspresi protein pada kanker payudara, dimana adanya infiltrasi limfovaskular merupakan faktor prognosis buruk pada kanker dengan ER (Reseptor Estrogen) positif maupun pada kanker dengan ER negatif. Saat ini memang sedang dikembangkan berbagai pemeriksaan untuk menganalisis profil DNA dan ekspresi protein, yaitu ER (Reseptor Estrogen), PR (Reseptor Progesteron), dan HER2 (Human Epidermal Growth Factor Receptor 2) untuk


(7)

mengetahui berbagai perubahan yang terjadi pada sel kanker, yang berguna tidak hanya untuk mengidentifikasi tipe tumor, tetapi juga berguna untuk memperkirakan prognosis dan respons terhadap terapi. Meskipun pemeriksaan ini tidak mungkin dilakukan pada semua kasus kanker payudara, namun pemeriksaan ini akan menghasilkan informasi yang menyempurnakan uji diagnostik, prognostik, dan terapeutik yang dapat diterapkan pada semua pasien (Kumar et al., 2004).

Berdasarkan variasi ekspresi gen (ER, PR, dan HER2), kanker payudara dapat diklasifikasikan ke dalam 4 subtipe molekuler utama, yaitu Luminal A (ER+, PR+, HER2-, dan Ki-67 ≤14%), Luminal B (ER+, PR+, HER2-, dan Ki-67>14%; ER+ dan/atau PR+, HER2+), tipe HER2+ (ER-, PR-, dan HER2+), dan Tripel Negatif/Basal-Like (ER-, PR-, dan HER2-) (Minhao et al., 2011). Ki-67 adalah antigen inti yang berhubungan dengan proliferasi sel, yang dinamakan berdasarkan kota tempat peneliti pertama kali menemukannya, yaitu kota Kiel di negara Jerman (Urruticoechea et al., 2005).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kadivar et al. tahun 2012 di Iran, terdapat hubungan antara subtipe molekuler dengan karakteristik tumor, seperti ukuran, grading, serta infiltrasi limfovaskular. Luminal A merupakan subtipe molekuler paling sering, kemudian luminal B, lalu basal-like, dan terakhir tipe HER2. Tipe basal-like dan HER2 umumnya memiliki grade III, sedangkan luminal A memiliki grade I. Untuk LVI, umumnya sering terdapat pada tipe HER2. Sedangkan menurut penelitian Shomaf et al. tahun 2013 di Jordania, pada tipe HER2 dan basal-like, sebagian besar kasus pada tumor grade III, dan tidak ada satupun kasus pada tumor grade I.


(8)

Setelah mengetahui tingginya angka kejadian kanker payudara di seluruh dunia dan tingginya angka kematian yang disebabkan oleh kanker ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kanker payudara. Selain itu, banyak pasien kanker payudara yang datang berobat ketika sudah stadium lanjut, hal ini tentu akan mempengaruhi prognosis serta kesembuhan pasien. Saat ini perkembangan molekular di bidang kanker payudara sudah sangat berkembang, yaitu dengan mengetahui subtipe molekuler maka dapat ditentukan modalitas terapi yang lebih efektif. Karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara subtipe molekuler dengan faktor prognostik minor, yaitu grading histopatologi dan infiltrasi limfovaskular pada kanker payudara invasif di bagian bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2013. 1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara grading histopatologi dan infiltrasi limfovaskular dengan subtipe molekuler pada kanker payudara invasif di bagian bedah dan di bagian patologi anatomi RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2013 ?

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara grading histopatologi dan infiltrasi limfovaskular dengan subtipe molekuler pada kanker payudara invasif di bagian bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2013.


(9)

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui distribusi frekuensi subtipe molekuler pada kanker payudara invasif.

1.3.2.2 Mengetahui distribusi frekuensi grading histopatologi pada kanker payudara invasif.

1.3.2.3 Mengetahui distribusi frekuensi infiltrasi limfovaskular pada kanker payudara invasif.

1.3.2.4 Mengetahui hubungan grading histopatologi dengan subtipe molekuler pada kanker payudara invasif.

1.3.2.5 Mengetahui hubungan infiltrasi limfovaskular dengan subtipe molekuler pada kanker payudara invasif.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis

1.4.1.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman peneliti dalam ilmu onkologi dan mengetahui tentang hubungan antara grading histopatologi dan infiltrasi limfovaskular dengan subtipe molekuler pada kanker payudara invasif.

1.4.1.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengembangkan penelitian selanjutnya tentang kanker payudara invasif dengan menggunakan variabel lain.


(10)

1.4.2 Praktis

1.4.2.1 Bagi Intitusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi tenaga kedokteran dalam menghadapi kasus kanker payudara invasif. Khususnya dari segi subtipe molekuler dan menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2.2 Bagi Institusi Pelayanan

Sebagai informasi dan masukan bagi kalangan medis maupun mahasiswa kedokteran dalam meningkatkan penanganan terhadap pasien yang datang dalam keadaan stadium lanjut, melalui diagnosis yang tepat serta modalitas terapi yang efektif.


(1)

keadaan stadium lanjut. Berdasarkan data dari rekam medis RS Kanker Dharmais pada tahun 2010, hampir 85% pasien kanker payudara datang ke rumah sakit dalam keadaan stadium lanjut. Hal ini akan mempengaruhi prognosis dan tingkat kesembuhan pasien. Padahal jika kanker ditemukan dalam stadium awal, maka prognosis dan tingkat kesembuhan pasien akan sangat baik (RS Kanker Dharmais, 2013).

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi prognosis kanker payudara, dan digolongkan kedalam dua golongan. Golongan pertama adalah faktor prognostik mayor, seperti kanker invasif, yaitu proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara yang menginvasi jaringan sekitarnya atau kanker in situ, yaitu proliferasi keganasan yang tidak menginvasi jaringan sekitarnya, metastasis ke kelenjar limfe, metastasis jauh, ukuran tumor, penyakit lokal tahap lanjut, yaitu tumor yang telah menginvasi kulit atau otot rangka, dan kanker inflamatorik, yaitu tumor yang telah menyebabkan pembengkakan dan penebalan kulit payudara. Golongan kedua adalah faktor prognostik minor, seperti subtipe histologik, grading tumor, reseptor estrogen dan progesteron, HER2/neu, infiltrasi limfovaskular, laju proliferasi, dan kandungan DNA (Kumar et al., 2004).

Grading tumor adalah deskripsi tumor berdasarkan keabnormalan sel tumor dan jaringan tumor yang dilihat di bawah mikroskop. Grading ini ditentukan berdasarkan bentuk sel tumor dan perilaku sel tumor dibandingkan sel normal, dengan demikian dapat diketahui seberapa cepat sel kanker itu berkembang. Grading dihubungkan dengan usia harapan hidup 10 tahun, dimana grade I (85%), grade II (60%), dan grade III (45%). Grade I menunjukkan prognosis


(2)

yang paling baik, grade II menunjukkan prognosis sedang, sedangkan grade III menunjukkan prognosis yang paling buruk (Stevens et al., 2009). Menurut hasil penelitian Jonjic et all. (2006), grading tumor dikaitkan dengan infiltrasi limfovaskular, yaitu kasus dengan adanya infiltrasi limfovaskular adalah kasus dengan grade III.

Infiltrasi limfovaskular (LVI) adalah penyebaran sel kanker ke pembuluh limfe lokal maupun ke pembuluh darah. Adanya LVI menandakan bahwa sel kanker telah mencapai kedua pembuluh tersebut. Penyebaran sel kanker payudara ke pembuluh limfe lokal bisa memberikan gambaran peau d’orange. Penyebaran yang telah mencapai nodul limfe aksila dan nodul limfe mamaria internal disebabkan oleh adanya embolisasi sel kanker ke nodul, yang terbentuk dari kumpulan sel kanker. Nodul yang terlibat akan membesar, keras, dan pucat. Sedangkan penyebaran sel kanker ke pembuluh darah akan mengawali penyebaran sel kanker ke tempat yang lebih jauh atau metastasis. Metastasis kanker payudara yang tersering adalah ke tulang, otak, hati, paru-paru, pleura, dan ovarium. Adanya infiltrasi limfovaskular menandakan prognosis yang buruk (Stevens et al., 2009).

Menurut hasil penelitian Mohammed et all. (2013), infiltrasi limfovaskular dihubungkan dengan ekspresi protein pada kanker payudara, dimana adanya infiltrasi limfovaskular merupakan faktor prognosis buruk pada kanker dengan ER (Reseptor Estrogen) positif maupun pada kanker dengan ER negatif. Saat ini memang sedang dikembangkan berbagai pemeriksaan untuk menganalisis profil DNA dan ekspresi protein, yaitu ER (Reseptor Estrogen), PR (Reseptor Progesteron), dan HER2 (Human Epidermal Growth Factor Receptor 2) untuk


(3)

mengetahui berbagai perubahan yang terjadi pada sel kanker, yang berguna tidak hanya untuk mengidentifikasi tipe tumor, tetapi juga berguna untuk memperkirakan prognosis dan respons terhadap terapi. Meskipun pemeriksaan ini tidak mungkin dilakukan pada semua kasus kanker payudara, namun pemeriksaan ini akan menghasilkan informasi yang menyempurnakan uji diagnostik, prognostik, dan terapeutik yang dapat diterapkan pada semua pasien (Kumar et al., 2004).

Berdasarkan variasi ekspresi gen (ER, PR, dan HER2), kanker payudara dapat diklasifikasikan ke dalam 4 subtipe molekuler utama, yaitu Luminal A (ER+, PR+, HER2-, dan Ki-67 ≤14%), Luminal B (ER+, PR+, HER2-, dan Ki-67>14%; ER+ dan/atau PR+, HER2+), tipe HER2+ (ER-, PR-, dan HER2+), dan Tripel Negatif/Basal-Like (ER-, PR-, dan HER2-) (Minhao et al., 2011). Ki-67 adalah antigen inti yang berhubungan dengan proliferasi sel, yang dinamakan berdasarkan kota tempat peneliti pertama kali menemukannya, yaitu kota Kiel di negara Jerman (Urruticoechea et al., 2005).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kadivar et al. tahun 2012 di Iran, terdapat hubungan antara subtipe molekuler dengan karakteristik tumor, seperti ukuran, grading, serta infiltrasi limfovaskular. Luminal A merupakan subtipe molekuler paling sering, kemudian luminal B, lalu basal-like, dan terakhir tipe HER2. Tipe basal-like dan HER2 umumnya memiliki grade III, sedangkan luminal A memiliki grade I. Untuk LVI, umumnya sering terdapat pada tipe HER2. Sedangkan menurut penelitian Shomaf et al. tahun 2013 di Jordania, pada tipe HER2 dan basal-like, sebagian besar kasus pada tumor grade III, dan tidak ada satupun kasus pada tumor grade I.


(4)

Setelah mengetahui tingginya angka kejadian kanker payudara di seluruh dunia dan tingginya angka kematian yang disebabkan oleh kanker ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kanker payudara. Selain itu, banyak pasien kanker payudara yang datang berobat ketika sudah stadium lanjut, hal ini tentu akan mempengaruhi prognosis serta kesembuhan pasien. Saat ini perkembangan molekular di bidang kanker payudara sudah sangat berkembang, yaitu dengan mengetahui subtipe molekuler maka dapat ditentukan modalitas terapi yang lebih efektif. Karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara subtipe molekuler dengan faktor prognostik minor, yaitu grading histopatologi dan infiltrasi limfovaskular pada kanker payudara invasif di bagian bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2013. 1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara grading histopatologi dan infiltrasi limfovaskular dengan subtipe molekuler pada kanker payudara invasif di bagian bedah dan di bagian patologi anatomi RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2013 ?

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara grading histopatologi dan infiltrasi limfovaskular dengan subtipe molekuler pada kanker payudara invasif di bagian bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2013.


(5)

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui distribusi frekuensi subtipe molekuler pada kanker payudara invasif.

1.3.2.2 Mengetahui distribusi frekuensi grading histopatologi pada kanker payudara invasif.

1.3.2.3 Mengetahui distribusi frekuensi infiltrasi limfovaskular pada kanker payudara invasif.

1.3.2.4 Mengetahui hubungan grading histopatologi dengan subtipe molekuler pada kanker payudara invasif.

1.3.2.5 Mengetahui hubungan infiltrasi limfovaskular dengan subtipe molekuler pada kanker payudara invasif.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis

1.4.1.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman peneliti dalam ilmu onkologi dan mengetahui tentang hubungan antara grading histopatologi dan infiltrasi limfovaskular dengan subtipe molekuler pada kanker payudara invasif.

1.4.1.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengembangkan penelitian selanjutnya tentang kanker payudara invasif dengan menggunakan variabel lain.


(6)

1.4.2 Praktis

1.4.2.1 Bagi Intitusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi tenaga kedokteran dalam menghadapi kasus kanker payudara invasif. Khususnya dari segi subtipe molekuler dan menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2.2 Bagi Institusi Pelayanan

Sebagai informasi dan masukan bagi kalangan medis maupun mahasiswa kedokteran dalam meningkatkan penanganan terhadap pasien yang datang dalam keadaan stadium lanjut, melalui diagnosis yang tepat serta modalitas terapi yang efektif.