S TE 1002410 Chapter3

(1)

Angga Ardhika Mujizat, 2015

ANALISIS KELAYAKAN PEMBUATAN PLTMH DI DESA PAKENJENG SEBAGAI DESA MANDIRI ENERGI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode studi potensi dan studi kelayakan yaitu melakukan survey dan pengukuran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan besar potensi daya yang terbangkitkan oleh sungai yang akan dibangun PLTMH. Hasil pengukuran ini digunakan sebagai acuan untuk perancangan dan perencanaan pada PLTMH.

A. Metode Penelitian

Metode penelitian ini dilakukan dengan beberapa metode seperti berikut: 1. Studi Literatur, dengan mengumpulkan data yang ada di literatur yang

sudah ada dan searching melalui internet.

2. Pengumpulan data dari dinas terkait yaitu Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan (SDAP) Kabupaten Garut dan Kecamatan Pamulihan. 3. Melakukan Studi Pra-kelayakan atau studi potensi

4. Melakukan Studi dan Analisis Kelayakan

5. Penelitian tentang mekanikal dan elektrikal di CV. Cihanjuang Inti Teknik Metode tersebut dilakukan untuk mendapatkan data sebagai acuan untuk menganalisis kelayakan pembuatan PLTMH di sebuah lokasi. Dibawah ini merupakan diagram alir penelitian.


(2)

Tidak

Ya

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

B. Studi Potensi

Studi potensi adalah kegiatan awal sebagai kajian umum atau penjajakan awal untuk pengumpulan atau mendapatkan data dan dapat dikembangkan atau dimanfaatkan menjadi suatu potensi pembangkit energi listrik dari sumber mikrohidro atau yang dikenal sebagai PLTMH.

Kegiatan pra studi kelayakan ini meliputi kegiatan pengumpulan data dan informasi untuk survai awal di lapangan atau lokasi daerah aliran sungai suatu dusun/desa yang diperkirakan memiliki potensi sumber energi mikrohidro. Data yang dikumpulkan pada kegiatan pra studi ini meliputi:

1. Data dan Informasi tentang suatu dusun atau desa yang memiliki potensi mikrohidro.

Penyusunan Laporan Penelitian

Mencari Alternatif Lokasi Lain Persiapan Studi Potensi Analisis Kelayakan Layak

1. Studi Awal: Studi literatur, Studi peta lokasi 2. Panduan studi kelayakan

dan peralatan pengukuran Pengumpulan data lapangan:

1. Data wilayah

2. Curah hujan

3. Keadaan potensi air 4. Lokasi jatuhan air

Finish

Pengukuran dan analisis kelayakan: 1. Analisis Kelayakan Hidrologi 2. Analisis Kelayakan Mekanikal

dan Elektrikal


(3)

2. Data dan informasi tentang profil sumber daya air atau sungai baik secara kualitatif dan kuantitatif.

3. Data non-teknis dari lokasi penelitian.

Untuk mendukung studi potensi penulis menggunakan apikasi Google Earth Pro sebelum terjun kelapangan guna menadapatkan gambaran lokasi secara umum dan akses jalan yang akan ditempuh.

1. Google Earth Pro

Dalam mengumpulkan data dan informasi lokasi membutuhkan aplikasi untuk mengetahui letak geografis dan informasi topografi suatu wilayah yang akan diteliti. Hal ini agar memudahkan dalam proses studi potensi, oleh sebab itu untuk memudahkan dalam mencari informasi dan data, penulis menggunakan software Google Earth Pro.

Google Earth Pro adalah sebuah program globe virtual yang sebenarnya disebut Earth Viewer dan dibuat oleh Keyhole, Inc.. Google Earth dikembangkan oleh Keyhole, Inc., sebuah perusahaan yang diambil alih oleh Google pada tahun 2004. Produk ini, kemudian diganti namanya menjadi Google Earth tahun 2005, dan sekarang tersedia untuk komputer pribadi yang menjalankan Microsoft Windows atau Vista, Mac OS X 10.3.9 dan ke atas, Linux dan FreeBSD. Program ini memetakan bumi dari superimposisi gambar yang dikumpulkan dari pemetaan satelit, fotografi udara dan globe GIS (Geographic Information System) 3D.

Gambar 3.2 Tampilan Google Earth Pro (Sumber: Aplikasi Google Earth Pro)


(4)

GIS atau Geographic Information System adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah data base. Para praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini. Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya,perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari polusi.

2. Survey Lokasi

Setelah mendapatkan data-data lokasi yang diperoleh dari Dinas SDAP, aplikasi Google Earth Pro dan studi literatur penelitian dilanjutkan ke tahap survey lokasi penelitian. Survey lokasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi real di lapangan dan untuk menentukan dimana lokasi pengukuran akan dilakukan serta mencari informasi dari warga sekitar.

a. Desa Pakenjeng

Pakenjeng adalah sebuah desa di Kecamatan Pamulihan di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Berjarak 3,2 km dari Kecamatan Pamulihan atau 40 km dari pusat kota Garut.


(5)

Gambar 3.3 Peta Topografi Kabupaten Garut (Sumber: www.google.com)

Gambar 3.4 Peta Administratif Kabupaten Garut lokasi Kecamatan Pamulihan (Sumber : http://www.garutkab.go.id/)


(6)

Gambar 3.5 Peta Administratif lokasi Desa Pakenjeng Kecamatan Pamulihan (Sumber : sikec.garutkab.go.id/)

Jarak yang harus ditempuh oleh penulis dari kota asal (Bandung) yaitu sekitar 97,1 Km dengan waktu tempuh sekitar 3 jam menuju Desa Pakenjeng. Dengan rincian rute

Tabel 3.1 Rute Jarak Tempuh

Lokasi Jarak (Km) Waktu(jam)

Bandung – Garut 67 1,5

Garut - Kecamatan Pamulihan 30 2

Kecamatan Pamulihan -

1 0.5

Desa Pakenjeng

Gambar 3.6 Peta jarak tempuh Bandung Desa Pakenjeng (Sumber: https://www.google.com/maps)


(7)

Sungai-sungai di desa ini tergolong masih alami karena tidak ada industri dan sungai ini belum terlalu banyak dimanfaatkan potensinya oleh warga sekitar, sehingga sungai-sungai di desa ini masih tergolong alami. Tingkat visabilitas di kawasan ini bebas dikarenakan masih alami, dan tingkat abrasi di kawasan Desa Pakenjeng pun tergolong kecil.

Gambar 3.7 (a) Kantor Kecamatan Pamulihan, (b) Perbatasan Desa Pakenjeng, (c) Balai Desa Pakenjeng

(Sumber: dokumentasi pribadi penulis)

Kecamatan Pamulihan termasuk daerah dengan curah hujan yang stabil, sehingga sungai-sungai di daerah ini cenderung memiliki debit yang stabil. Hal ini disebabkan karena wilayah ini berada dataran tinggi dan daerah ini memiliki hutan yang masih alami. Sehingga siklus air hujan tidak banyak terganggu, berikut ini data curah hujan di daerah Kecamatan Pamulihan dan sekitarnya:

Tabel 3.2 Data Curah Hujan

Data Curah Hujan Tahun 2010 - 2014

Bulan

Tahun (dalam mm) Rata-Rata Curah

2010 2011 2012 2013 2014 Hujan Bulanan

Januari 231 82 187.5 212 144 171.3

Febuari 113 72.8 147.3 233 140 141.22


(8)

April 173 146.8 195.9 473 110 219.74

Mei 197 77 18 194 188 134.8

Juni 83 21 34 210 91 87.8

Juli 36 23 0 305 58 84.4

Agustus 70 0 0 0 27 19.4

September 161 0 0 0 16 35.4

Oktober 165 0 69.3 86 35 71.06

November 135 292.9 183.6 97 153 172.3

Desember 191 253.4 412 373 155 276.88

Jumlah Hujan

1749 1189.3 1390.6 2425 1481

Pertahun

Rata-Rata 145.75 99.10833 115.8833 202.0833 123.4167

(Sumber : Dinas SDAP)

Gambar 3.8 Peta Curah Hujan Kabupaten Garut (Sumber : Dinas SDAP)

b. Sungai Cibatarua

Sungai Cibatarua adalah salah satu anak sungai dari Sungai Cikandang yang memiliki potensi air yang besar namun belum banyak dimanfaatkan karena lokasinya yang terpencil. Sungai Cikandang sendiri memiliki panjang sekitar 33

1500 - 2000 mm

PETA CURAH HUJAN KAB. GARUT

2000 - 2500 mm 2500 - 3000 mm 3000 - 3500 mm 3500 - 4000 mm 4000 - 4500 mm


(9)

km dengan beberapa anak sungai seperti Cibatarua, Ciarinem, Cihanjuang dan Cipanengen.

Gambar 3.9 Sungai Cibatarua (Sumber : Dokumentasi Pribadi Penulis)

Sungai Cibatarua sendiri memiliki debit air yang besar dan konstan hampir sepanjang tahun karena sungai yang terletak di Desa Pakenjeng ini belum banyak dimanfaatkan oleh warga sekitar dan daerah ini memiliki curah hujan yang stabil sehingga dapat menjaga kuantitas debit air.

Sungai Cibatarua memiliki air terjun yang berpotensi untuk dibangunnya PLTMH, penduduk desa sendiri menyebutnya air terjun Panyairan atau “Curug Panyairan”. Air terjun ini memiliki ketinggian jatuh air (head) yang cukup tinggi dan debit yang stabil serta belum adanya pemakaian air oleh penduduk di sekitarnya, sehingga debitnya masih alami dan tidak terganggu.

Gambar 3.10 Curug Panyairan, Sungai Cibatarua (Sumber : Dokumentasi Pribadi Penulis)


(10)

Jarak dari Desa pakenjeng ke lokasi Air Terjun Panyairan ini adalah sekitar 3 km dengan cara berjalan kaki, dengan medan sepanjang 1 km jalan bebatuan dan 2 km jalan hutan sehingga cukup sulit untuk kendaraan baik roda empat ataupun roda dua untuk mencapai lokasi.

Gambar 3.11 (a) Jalan Masuk Menuju Curug Panyairan Sungai Cibatarua, (b) Jalan pegunungan, (c) Jalan melewati hutan, (d) Jembatan di sungai

Cibatarua

(Sumber : Dokumentasi Pribadi Penulis)

Gambar 3.12 Peta Lokasi Sungai Cibatarua, Air Terjun Panyairan (Sumber: Apikasi Google Earth Pro)


(11)

C. Alur Studi dan Analisis Kelayakan Pembuatan PLTMH

Mekanisme penelitian ini bertujuan untuk menganalisis layak atau tidaknya suatu daerah untuk dibangunnya sebuah PLTMH, maka untuk menganalisis kelayakan sebuah PLTMH perlu diadakannya studi kelayakan dengan mengacu pada data – data yang didapatkan pada Pra-Studi kelayakan atau Studi Potensi. Berikut ini alur diagram penelitian :

Gambar 3.13 Alur Analisis Kelayakan Pembuatan PLTMH

1. Pengukuran Debit Air

Maksud dan metode ini adalah untuk mengetahui apakah debit air yang tersedia mampu untuk menggerakkan turbin sesuai dengan daya yang diinginkan.

Perhitungan Debit Air (Q= A.v)

1. Perhitungan Luas

Penampang Air (A)

2. Perhitungan

Kecepatan Aliran Air (v)

Perhitungan Potensi Daya Hidrolik

Perhitungan Daya Terbangkitkan Analisis Kelayakan

Mekanikal dan Elektrikal

Analisis Kelayakan Sipil

1. Analisis Intake 2. Analisis Forebay 3. Analisis Penstock 4. Analisis Power House

Analisis Jaringan Distribusi

Selesai Analisis Kelayakan

Hidrologi

Pemilihan Turbin dan Generator

1. Pemilihan kabel penghantar 2. Perhitungan jalur distribusi 3. Perhitungan rugi-rugi


(12)

Studi ini meliputi pengukuran debit minimum yang mengalir pada saluran air atau sungai, debit air pada saat banjir dengan melakukan pengamatan visual batas banjir, dan pengukuran debit air secara, tinggi terjun (beda tinggi/ head) yang tersedia dan menentukan debit andalan. Pengukuran debit dilakukan dengan metoda pengukuran kecepatan dan penampang aliran sungai.

Kecepatan aliran air (v) diukur dengan menggunakan metode pelampung, kecepatan aliran air diperoleh dengan perhitungan data waktu (t) serta jarak (d) tempuh pelampung. Kecepatan air dihitung dengan rumus:

v = c . (d/t) ………..(3.1)

dimana:

v = kecepatan aliran air (m/detik) d = jarak tempuh pelampung t = waktu tempuh pelampung

c = faktor koreksi 0,75 atau 0,95 masing – masing untuk pelampung berada cukup dalam atau diatas permukaan air

(Gunawan, 2010)

Gambar 3.14 Penulis melakukan pengukuran kecepatan aliran air (v) dengan metode pelampung

(Sumber: dokumentasi pribadi penulis)

Luas penampang aliran air (A) atau sungai dapat diukur dengan cara mengukur lebar sungai atau saluran (W) dan kedalaman rata – rata sungai (d rata-rata), untuk mengukur luas penampang aliran air dibutuhkan alat ukur untuk mengukur lebar dan kedalaman rata-rata sungai.(Gunawan, 2010)


(13)

Gambar 3.15 Metode pengukuran luas penampang sungai (Sumber: dokumentasi pribadi penulis)

Dari metode diatas dapat diperoleh beberapa variabel untuk menentukan luas penampang airan sungai, sehingga diperoleh luas penampang dengan rumus:

A = W . drata-rata ………..(3.2)

Gambar 3.16 Penampang Sungai. (a) Lebar Sungai dan Kedalaman Sungai

(b) Lebar Rata Rata Sungai dan kedalaman Rata Rata sungai (Sumber: Gunawan, 2010)

Dari persamaan perhitungan kecepatan aliran air (v) dan luas penampang (A) diperoleh persamaan untuk menghitung debit air, persamaannya adalah:

Q = A . v ………..(3.3)

Dimana: Q = Debit air

A = Luas Penampang aliran air (m2) v = kecepatan airan air (m/det) (Gunawan, 2010)

2. Perhitungan Potensi Daya Hidrolik dan Daya Terbangkitkan

Setelah mendapakan semua variabel yang dibutuhkan, maka data-data yang diperoleh digunakan untuk menganalisis daya yang bisa terbangkitkan dari sumber potensi tersebut, dengan menggunakan persamaan perhitungan debit air


(14)

(Q) yang diperoleh dari persamaan 3.3 maka didapatkan perhitungan potensi daya hidrolik (air) dan potensi daya listrik terbangkitkan. Potensi daya hidrolik adalah analisis potensi daya pada suatu potensi air atau sungai tanpa perhitungan efisiensi turbin sedangkan potensi daya terbangkitkan adalah analisis daya terbangkitkan yang bisa dihasilkan oleh suatu potensi air atau sungai dengan kemampuan suatu jenis turbin tertentu, berikut ini adalah persamaan potensi daya hidrolik (air) dan potensi daya listrik terbangkitkan.

3. Perhitungan Penstock, Intake dan Kolam Penenang

Perhitungan penstock diakukan agar mengetahui spesifikasi penstock yang akan dipakai seperti panjang penstock, diameter penstock dan material bahan penstock. karena akan berpengaruh pada pengeluaran biaya. Untuk menghitung panjang penstock dapat digunakan rumus trigonometri dengan menggunakan jarak antara lokasi yang akan dijadikan power house dengan lokasi kolam penenang, maka didapatkan persamaan seperti berikut:

Lpipa = √�ℎ ��� ���2. H ………..(3.4)

Dimana:

Lpipa = Panjang penstock

Lhorizontal =Jarak antara power house dengan dinding vertikal kolam penenang H = Tinggi jatuhan air

(Muhammad Asy’ari Perangin-Angin, 2008)

Gambar 3.17 Perhitungan panjang penstock (Sumber: CV. Cihanjuang Inti Teknik)


(15)

Untuk mencari diameter penstock dapat dihitung dengan mencari kecepatan optimum menggunakan rumus United State Berau of Reclamation (USBR) dengan persamaan:

V = , 5√ �� …………(3.5)

Dimana:

V = kecepatan aliran air optimum 0,125 = konstanta USBR

G = gravitasi (9,8)

H = head (tinggi jatuhan air)

(Muhammad Asy’ari Perangin-Angin, 2008)

Dari persamaan 3.6 maka didapatkan diameter penstock dengan persamaan:

4

�. �

=

V

...……….(3.6)

Dimana:

d = diameter pipa Q = debit air

V = kecepatan aliran air optimum

(Muhammad Asy’ari Perangin-Angin, 2008)

Untuk perencanaan intake, lebar diambil dari perhitungan diameter penstock sedangkan tingginya diambil dari 2 kali tinggi maksimal air sungai. Sedangkan untuk kolam penenang kedalaman maksimal kolam penenang diambil dari 2-4 kali ketinggian air sungai dan dapat menampung air yang cukup banyak.

4. Jaringan Distribusi

Dalam merencanakan jaringan distribusi data-data tentang mekanikal dan elektrikal dibutuhkan sebagai acuan untuk memilih jenis kabel dan komponennya. Pemilihan penghantar juga dipengaruhi dari jarak pembangkit menuju ke konsumen, karena akan mempengaruhi terhadap jatuh tegangan pada distribusi tersebut. Setelah mendapatkan jenis penghantar maka selanjutnya adalah menganalisis jatuh tegangan atau Drop Voltage untuk mengetahui tegangan yang hilang pada penghantar di saluran distribusi. Dalam menghitung jatuh tegangan didapatkan persamaan sebagai berikut:


(16)

Vdrop = √ . R . I . Cos � + √ . X . I . Sin � …………..(3.7) Dimana:

√ = Konstanta 3 phasa � = faktor kerja


(1)

C. Alur Studi dan Analisis Kelayakan Pembuatan PLTMH

Mekanisme penelitian ini bertujuan untuk menganalisis layak atau tidaknya suatu daerah untuk dibangunnya sebuah PLTMH, maka untuk menganalisis kelayakan sebuah PLTMH perlu diadakannya studi kelayakan dengan mengacu pada data – data yang didapatkan pada Pra-Studi kelayakan atau Studi Potensi. Berikut ini alur diagram penelitian :

Gambar 3.13 Alur Analisis Kelayakan Pembuatan PLTMH 1. Pengukuran Debit Air

Maksud dan metode ini adalah untuk mengetahui apakah debit air yang tersedia mampu untuk menggerakkan turbin sesuai dengan daya yang diinginkan.

Perhitungan Debit Air (Q= A.v)

1. Perhitungan Luas Penampang Air (A) 2. Perhitungan

Kecepatan Aliran Air (v)

Perhitungan Potensi Daya Hidrolik

Perhitungan Daya Terbangkitkan Analisis Kelayakan

Mekanikal dan Elektrikal

Analisis Kelayakan Sipil

1. Analisis Intake 2. Analisis Forebay 3. Analisis Penstock 4. Analisis Power House

Analisis Jaringan Distribusi

Selesai Analisis Kelayakan

Hidrologi

Pemilihan Turbin dan Generator

1. Pemilihan kabel penghantar 2. Perhitungan jalur distribusi 3. Perhitungan rugi-rugi


(2)

Studi ini meliputi pengukuran debit minimum yang mengalir pada saluran air atau sungai, debit air pada saat banjir dengan melakukan pengamatan visual batas banjir, dan pengukuran debit air secara, tinggi terjun (beda tinggi/ head) yang tersedia dan menentukan debit andalan. Pengukuran debit dilakukan dengan metoda pengukuran kecepatan dan penampang aliran sungai.

Kecepatan aliran air (v) diukur dengan menggunakan metode pelampung, kecepatan aliran air diperoleh dengan perhitungan data waktu (t) serta jarak (d) tempuh pelampung. Kecepatan air dihitung dengan rumus:

v = c . (d/t) ………..(3.1)

dimana:

v = kecepatan aliran air (m/detik) d = jarak tempuh pelampung t = waktu tempuh pelampung

c = faktor koreksi 0,75 atau 0,95 masing – masing untuk pelampung berada cukup dalam atau diatas permukaan air

(Gunawan, 2010)

Gambar 3.14 Penulis melakukan pengukuran kecepatan aliran air (v) dengan metode pelampung

(Sumber: dokumentasi pribadi penulis)

Luas penampang aliran air (A) atau sungai dapat diukur dengan cara mengukur lebar sungai atau saluran (W) dan kedalaman rata – rata sungai (d rata-rata), untuk mengukur luas penampang aliran air dibutuhkan alat ukur untuk


(3)

Gambar 3.15 Metode pengukuran luas penampang sungai (Sumber: dokumentasi pribadi penulis)

Dari metode diatas dapat diperoleh beberapa variabel untuk menentukan luas penampang airan sungai, sehingga diperoleh luas penampang dengan rumus:

A = W . drata-rata ………..(3.2)

Gambar 3.16 Penampang Sungai. (a) Lebar Sungai dan Kedalaman Sungai

(b) Lebar Rata Rata Sungai dan kedalaman Rata Rata sungai (Sumber: Gunawan, 2010)

Dari persamaan perhitungan kecepatan aliran air (v) dan luas penampang (A) diperoleh persamaan untuk menghitung debit air, persamaannya adalah:

Q = A . v ………..(3.3)

Dimana: Q = Debit air

A = Luas Penampang aliran air (m2) v = kecepatan airan air (m/det) (Gunawan, 2010)

2. Perhitungan Potensi Daya Hidrolik dan Daya Terbangkitkan

Setelah mendapakan semua variabel yang dibutuhkan, maka data-data yang diperoleh digunakan untuk menganalisis daya yang bisa terbangkitkan dari sumber potensi tersebut, dengan menggunakan persamaan perhitungan debit air


(4)

(Q) yang diperoleh dari persamaan 3.3 maka didapatkan perhitungan potensi daya hidrolik (air) dan potensi daya listrik terbangkitkan. Potensi daya hidrolik adalah analisis potensi daya pada suatu potensi air atau sungai tanpa perhitungan efisiensi turbin sedangkan potensi daya terbangkitkan adalah analisis daya terbangkitkan yang bisa dihasilkan oleh suatu potensi air atau sungai dengan kemampuan suatu jenis turbin tertentu, berikut ini adalah persamaan potensi daya hidrolik (air) dan potensi daya listrik terbangkitkan.

3. Perhitungan Penstock, Intake dan Kolam Penenang

Perhitungan penstock diakukan agar mengetahui spesifikasi penstock yang akan dipakai seperti panjang penstock, diameter penstock dan material bahan penstock. karena akan berpengaruh pada pengeluaran biaya. Untuk menghitung panjang penstock dapat digunakan rumus trigonometri dengan menggunakan jarak antara lokasi yang akan dijadikan power house dengan lokasi kolam penenang, maka didapatkan persamaan seperti berikut:

Lpipa = √�ℎ ��� ���2. H ………..(3.4)

Dimana:

Lpipa = Panjang penstock

Lhorizontal =Jarak antara power house dengan dinding vertikal kolam penenang

H = Tinggi jatuhan air

(Muhammad Asy’ari Perangin-Angin, 2008)

Gambar 3.17 Perhitungan panjang penstock (Sumber: CV. Cihanjuang Inti Teknik)


(5)

Untuk mencari diameter penstock dapat dihitung dengan mencari kecepatan optimum menggunakan rumus United State Berau of Reclamation (USBR) dengan persamaan:

V = , 5√ �� …………(3.5)

Dimana:

V = kecepatan aliran air optimum 0,125 = konstanta USBR

G = gravitasi (9,8)

H = head (tinggi jatuhan air)

(Muhammad Asy’ari Perangin-Angin, 2008)

Dari persamaan 3.6 maka didapatkan diameter penstock dengan persamaan: 4

�. �

=

V

...……….(3.6)

Dimana:

d = diameter pipa Q = debit air

V = kecepatan aliran air optimum

(Muhammad Asy’ari Perangin-Angin, 2008)

Untuk perencanaan intake, lebar diambil dari perhitungan diameter penstock sedangkan tingginya diambil dari 2 kali tinggi maksimal air sungai. Sedangkan untuk kolam penenang kedalaman maksimal kolam penenang diambil dari 2-4 kali ketinggian air sungai dan dapat menampung air yang cukup banyak.

4. Jaringan Distribusi

Dalam merencanakan jaringan distribusi data-data tentang mekanikal dan elektrikal dibutuhkan sebagai acuan untuk memilih jenis kabel dan komponennya. Pemilihan penghantar juga dipengaruhi dari jarak pembangkit menuju ke konsumen, karena akan mempengaruhi terhadap jatuh tegangan pada distribusi tersebut. Setelah mendapatkan jenis penghantar maka selanjutnya adalah menganalisis jatuh tegangan atau Drop Voltage untuk mengetahui tegangan yang hilang pada penghantar di saluran distribusi. Dalam menghitung jatuh tegangan didapatkan persamaan sebagai berikut:


(6)

Vdrop = √ . R . I . Cos � + √ . X . I . Sin � …………..(3.7) Dimana:

√ = Konstanta 3 phasa � = faktor kerja