S GEO 1100954 Chapter5

BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan pengolahan dan hasil penelitian yang telah penulis lakukan dalam
penelitian Tingkat Kesiapan Petani dalam Menghadapi Pengembangan
Agropolitan di Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut, maka penulis dapat
menarik kesimpulan diantaranya:
1. Karakteristik petani di Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut dapat dilihat
melalui usia, pendidikan formal dan nonformal, pengalaman berusaha tani,
luas dan status kepemilikan lahan, modal serta pendapatan, dan komoditas
yang ditanam. Petani di kecamatan Cisurupan sebagian besar berusia 31
sampai 50 tahun. Pendidikan formal yang ditempuh oleh petani sebagian
besar berpendidikan terakhir SD. Selain itu, petani mengikuti pendidikan
nonformal berupa penyuluhan. Sehingga petani disamping mendapatkan
pengetahuan dari pendidikan formal petani juga mendapat wawasan dari
penyuluhan yang telah diikutinya. Sebagian besar petani memiliki
pengalaman berusaha tani lebih dari 15 tahun dan menjadikan pertanian
sebagai mata pencaharian utama. Lahan yang dimiliki petani sebagian besar
memiliki luas 0,5 Ha. Sehingga petani di Kecamatan Cisurupan ini termasuk
kedalam petani gurem karena memiliki lahan yang sempit. Sebagian besar
lahan yang digarapnya merupakan lahan milik pribadi, hanya sebagian kecil

yang melakukan sistem sewa dan bagi hasil. Modal yang dikeluarkan petani
kurang dari Rp.5.000.000,-/musim. Modal tersebut digunakan oleh petani
untuk memelihara tanaman, membayar upah tenaga kerja, membeli pupuk
dan obat-obatan. Jumlah modal yang dikeluarkan oleh petani tergantung
kepada luas lahan yang dimiliki serta komoditi yang ditanam. Penghasilan
yang didapat oleh petani berkisar antara

Rp.5.000.000,- sampai

Rp.10.000.000,-. Penghasilan tersebut digunakan oleh petani untuk budidaya
hortikultura kembali serta untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Petani sebagian besar menanam komoditi hortikultura unggulan berupa
128
Syifa Utami H, 2015
TINGKAT KESIAPAN PETANI DALAM MENGHADAPI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KECAMATAN
CISURUPAN KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

129


kubis, kentang, cabai, terung, tomat, daun bawang, bawang merah, dan
wortel yang sebagian besar merupakan produk hortikultira unggulan. Hasil
produktifitas rata-rata untuk kubis 25 ton/Ha, kentang 16 ton/Ha, tomat 40
ton/Ha, daun bawang 2 ton/Ha, bawang merah 6 ton/Ha, cabe 5 ton/Ha,
terung 4 ton/Ha, dan wortel 3 ton/Ha.
2. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa dilihat dari
usahanya mencari informasi baru, petani dapat dikatakan cukup siap dalam
menghadapi pengembangan agropolitan ini. Petani yang cukup siap tersebut
meliputi petani berusia 41 sampai 50 tahun dengan pendidikan terakhir SMA
dan pengalaman bertani kurang dari 15 tahun.
3. Kesiapan petani dalam menghadapi pengembangan agropolitan berdasarkan
kerjasama petani dikatakan belum siap dalam menghadapi pengembangan
agropolitan di Kecamatan Cisurupan ini.
4. Kesiapan petani dalam menghadapi pengembangan agropolitan berdasarkan
pengelolaan budidaya petani dapat dikatakan siap karena petani mengetahui
pengelolaan budidaya hortikultura seperti kubis, kentang, cabai dan tomat.
Petani yang menanam kentang yang siap tersebut sebagian besar berusia 31
sampai 40 tahun dengan pendidikan terakhir SD, SMP dan SMA serta
memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun. Petani yang menanam kubis yang
siap tersebut berusia 41 sampai 50 tahun dengan pendidikan terakhir SMA

dan pengalaman berusaha tani lebih dari 15 tahun. Petani yang menanam
tomat siap yakni berusia 31 sampai 50 tahun dengan pendidikan terakhir SD
dan pengalaman lebih dari 15 tahun. Petani yang menanam cabai yang cukup
siap yaitu petani dengan usia 41 sampai 50 tahun dengan pendidikan terakhir
SD dan pengalaman bertani lebih dari 10 tahun.
5. Kesiapan petani dalam menghadapi pengembangan agropolitan berdasarkan
aspek pemasaran produk petani siap dalam menghadapi pengembangan
agropolitan. Petani yang siap tersebut meliputi petani dengan usia 41 sampai
50 tahun dengan pendidikan terakhir SD dan pengalaman bertani lebih dari
15 tahun.
Syifa Utami H, 2015
TINGKAT KESIAPAN PETANI DALAM MENGHADAPI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KECAMATAN
CISURUPAN KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

130

B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis memberikan rekomendasi bagi
pihak-pihak yang terkait, diantaranya:

a. Bagi petani,
Petani harus diberikan pelatihan jiwa kewirausahaan dan wawasan yang
lebih

luas

lagi

mengenai

manajemen

agrobisnis

dan

cara-cara

meningkatkan hasil produksi pertanian. Selain itu, setiap petani harus
lebih aktif lagi dalam bekerjasama dengan penyuluh maupun UPTD

pertanian agar tercipta hubungan kerjasama yang baik sehingga
diharapkan dapat mempengaruhi jalannya sistem agrobisnis yang terus
berlanjut di kawasan agropolitan kecamatan Cisurupan ini.
b. Bagi pihak penyuluh
Penyuluh sebagai perantara diharapkan menyelenggarakan pertemuan
rutin bersama petani pada saat waktu luang seperti hari jumat atau minggu
dan dilakukan secara merata di kelompok tani di Kecamatan Cisurupan
ini. Agar petani dapat menceritakan keluh kesahnya untuk diberi saran
kearah yang lebih baik. Dalam pertemuan rutin dengan penyuluh juga
dapat

membicarakan

mengenai

perubahan

harga

komoditi


yang

informasinya didapat dari pemerintah. Selain itu, penyuluh lapangan harus
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya agar memiliki wawasan
lebih luas lagi untuk disampaikan kepada petani dalam usahanya untuk
meningkatkan produksi tanaman pertanian. Peningkatan daya intelektual
tersebut dapat melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan
pertanian di kecamatan Cisurupan ini.
c. Bagi intansi terkait
Agropolitan seharusnya didukung oleh sarana dan prasarana serta
infrastruktur yang baik sehingga memberikan kemudahan kepada petani
Syifa Utami H, 2015
TINGKAT KESIAPAN PETANI DALAM MENGHADAPI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KECAMATAN
CISURUPAN KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

131

dalam usahanya untuk memproduksi pertanian. Sarana dan prasarana

tersebut seperti teknologi panen, pascapanen, serta teknologi lain yang
sesuai dengan usaha tani di Kecamatan Cisurupan. Serta pembangunan
infrastruktur seperti jalan dari ladang menuju pabrik agar petani tidak
banyak mengeluarkan biaya transportasi. Maka dari itu, pengembangan
agropolitan melibatkan banyak intansi pemerintah dalam pelaksanaannya.
Diantaranya seperti Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas
Kehutanan, Dinas Pekerjaan Umum, dan lain sebagainya. Sehingga
dibutuhkan kerjasama yang konsisten antar intansi tersebut serta realisasi
program yang nyata agar terwujud Kecamatan Cisurupan dan sekitarnya
sebagai kota pertanian yang unggul.
d. Bagi penulis yang lain
Bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengambil tema yang sama,
disarankan untuk melakukan penelitian dengan objek yang berbeda seperti
subsistem hulu, subsistem hilir, mitra usaha tani, intansi terkait, dan lain
sebagainya.

Syifa Utami H, 2015
TINGKAT KESIAPAN PETANI DALAM MENGHADAPI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KECAMATAN
CISURUPAN KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu