PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999

PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 41 TAHUN 1999
TENTANG
KEHUTANAN
UMUM
Hut an sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia
merupakan kekayaan alam yang t ak t ernilai harganya waj ib disyukuri. Karunia yang diberikan-Nya,
dipandang sebagai amanah, karenanya hut an harus diurus dan dimanf aat kan dengan akhlak mulia
dalam rangka beribadah, sebagai perwuj udan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hut an sebagai modal pembangunan nasional memiliki manf aat yang nyat a bagi kehidupan dan
penghidupan bangsa Indonesia, baik manf aat ekologi, sosial budaya maupun ekonomi, secara seimbang
dan dinamis. Unt uk it u hut an harus diurus dan dikelola, dilindungi dan dimanf aat kan secara
berkesinambungan bagi kesej aht eraan masyarakat Indonesia, baik generasi sekarang maupun yang akan
dat ang.
Dalam kedudukannya sebagai salah sat u penent u sist em penyangga kehidupan, hut an t elah memberikan
manf aat yang besar bagi umat manusia, oleh karena it u harus dij aga kelest ariannya. Hut an mempunyai
peranan sebagai penyerasi dan penyeimbang lingkungan global, sehingga ket erkait annya dengan dunia
int ernasional menj adi sangat pent ing, dengan t et ap mengut amakan kepent ingan nasional.
Sej alan dengan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konst it usional yang mewaj ibkan

agar bumi, air dan kekayaan alam yang t erkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
unt uk sebesar-besar kemakmuran rakyat , maka penyelenggaraan kehut anan senant iasa mengandung
j iwa dan semangat kerakyat an, berkeadilan dan berkelanj ut an. Oleh karena it u penyelenggaraan
kehut anan harus dilakukan dengan asas manf aat dan lest ari, kerakyat an, keadilan, kebersamaan,
ket erbukaan dan ket erpaduan dengan dilandasi akhlak mulia dan bert anggung-gugat .
Penguasaan hut an oleh Negara bukan merupakan pemilikan, t et api Negara memberi wewenang kepada
pemerint ah unt uk mengat ur dan mengurus segala sesuat u yang berkait an dengan hut an, kawasan hut an
dan hasil hut an; menet apkan kawasan hut an dan at au mengubah st at us kawasan hut an; mengat ur dan
menet apkan hubungan hukum ant ara orang dengan hut an at au kawasan hut an dan hasil hut an, sert a
mengat ur perbuat an hukum mengenai kehut anan. Selanj ut nya pemerint ah mempunyai wewenang unt uk
memberikan izin dan hak kepada pihak lain unt uk melakukan kegiat an di bidang kehut anan. Namun
demikian unt uk hal-hal t ert ent u yang sangat pent ing, berskala dan berdampak luas sert a bernilai
st rat egis, pemerint ah harus memperhat ikan aspirasi rakyat melalui perset uj uan Dewan Perwakilan
Rakyat .
Unt uk menj aga t erpenuhinya keseimbangan manf aat lingkungan, manf aat sosial budaya dan manf aat
ekonomi, pemerint ah menet apkan dan mempert ahankan kecukupan luas kawasan hut an dalam daerah
aliran sungai dan at au pulau dengan sebaran yang proporsional.
Sumberdaya hut an mempunyai peran pent ing dalam penyediaan bahan baku indust ri, sumber
pendapat an, mencipt akan lapangan dan kesempat an kerj a. Hasil hut an merupakan komodit i yang dapat
diubah menj adi hasil olahan dalam upaya mendapat nilai t ambah sert a membuka peluang kesempat an

kerj a dan kesempat an berusaha. Upaya pengolahan hasil hut an t ersebut t idak boleh mengakibat kan
rusaknya hut an sebagai sumber bahan baku indust ri. Agar selalu t erj aga keseimbangan ant ara
kemampuan penyediaan bahan baku dengan indust ri pengolahannya, maka pengat uran, pembinaan dan
pengembangan indust ri pengolahan hulu hasil hut an diat ur oleh ment eri yang membidangi kehut anan.
Pemanf aat an hut an t idak t erbat as hanya produksi kayu dan hasil hut an bukan kayu, t et api harus

diperluas dengan pemanf aat an lainnya sepert i plasma nut f ah dan j asa lingkungan, sehingga manf aat
hut an lebih opt imal.
Dilihat dari sisi f ungsi produksinya, keberpihakan kepada rakyat banyak merupakan kunci keberhasilan
pengelolaan hut an. Oleh karena it u prakt ek-prakt ek pengelolaan hut an yang hanya berorient asi pada
kayu dan kurang memperhat ikan hak dan melibat kan masyarakat , perlu diubah menj adi pengelolaan
yang berorient asi pada seluruh pot ensi sumberdaya kehut anan dan berbasis pada pemberdayaan
masyarakat .
Sej alan dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku t ent ang pemerint ahan daerah, maka
pelaksanaan sebagian pengurusan hut an yang bersif at operasional diserahkan kepada pemerint ah
daerah t ingkat propinsi dan t ingkat kabupat en/ kot a, sedangkan pengurusan hut an yang bersif at
nasional at au makro, wewenang pengat urannya dilaksanakan oleh pemerint ah pusat .
Mengant isipasi perkembangan aspirasi masyarakat , maka dalam undang-undang ini hut an di Indonesia
digolongkan ke dalam hut an negara dan hut an hak. Hut an negara ialah hut an yang berada pada t anah
yang t idak dibebani hak-hak at as t anah menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960, t ermasuk di

dalamnya hut an-hut an yang sebelumnya dikuasai masyarakat hukum adat yang disebut hut an ulayat ,
hut an marga, at au sebut an lainnya. Dimasukkannya hut an-hut an yang dikuasai oleh masyarakat hukum
adat dalam pengert ian hut an negara, adalah sebagai konsekuensi adanya hak menguasai dan mengurus
oleh Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat dalam prinsip Negara Kesat uan Republik
Indonesia. Dengan demikian masyarakat hukum adat sepanj ang menurut kenyat aannya masih ada dan
diakui keberadaannya, dapat melakukan kegiat an pengelolaan hut an dan pemungut an hasil hut an.
Sedangkan hut an hak adalah hut an yang berada pada t anah yang t elah dibebani hak at as t anah menurut
ket ent uan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 t ent ang Perat uran Dasar Pokok-Pokok Agraria, sepert i
hak milik, hak guna usaha dan hak pakai.
Dalam rangka memperoleh manf aat yang opt imal dari hut an dan kawasan hut an bagi kesej aht eraan
masyarakat , maka pada prinsipnya semua hut an dan kawasan hut an dapat dimanf aat kan dengan t et ap
memperhat ikan sif at , karakt erist ik, dan kerent anannya, sert a t idak dibenarkan mengubah f ungsi
pokoknya. Pemanf aat an hut an dan kawasan hut an harus disesuaikan dengan f ungsi pokoknya yait u
f ungsi konservasi, lindung dan produksi. Unt uk mej aga keberlangsungan f ungsi pokok hut an dan kondisi
hut an, dilakukan j uga upaya rehabilit asi sert a reklamasi hut an dan lahan, yang bert uj uan selain
mengembalikan kualit as hut an j uga meningkat kan pemberdayaan dan kesej aht eraan masyarakat ,
sehingga peransert a masyarakat merupakan int i keberhasilannya. Kesesuaian ket iga f ungsi t ersebut
sangat dinamis dan yang paling pent ing adalah agar dalam pemanf aat annya harus t et ap sinergi. Unt uk
menj aga kualit as lingkungan maka di dalam pemanf aat an hut an sej auh mungkin dihindari t erj adinya
konversi dari hut an alam yang masih produkt if menj adi hut an t anaman.

Pemanf aat an hut an dilakukan dengan pemberian izin pemanf aat an kawasan, izin pemanf aat an j asa
lingkungan, izin pemanf aat an hasil hut an kayu dan izin pemanf aat an hasil hut an bukan kayu, izin
pemungut an hasil hut an kayu dan bukan kayu. Di samping mempunyai hak memanf aat kan, pemegang
izin harus bert anggung j awab at as segala macam gangguan t erhadap hut an dan kawasan hut an yang
dipercayakan kepadanya.
Dalam rangka pengembangan ekonomi rakyat yang berkeadilan, maka usaha kecil, menengah, dan
koperasi mendapat kan kesempat an seluas-luasnya dalam pemanf aat an hut an. Badan usaha milik negara
(BUMN), badan usaha milik daerah (BUMD), dan badan usaha milik swast a Indonesia (BUMS Indonesia)
sert a koperasi yang memperoleh izin usaha dibidang kehut anan, waj ib bekerj a sama dengan koperasi
masyarakat set empat dan secara bert ahap memberdayakannya unt uk menj adi unit usaha koperasi yang
t angguh, mandiri dan prof esional sehingga set ara dengan pelaku ekonomi lainnya.
Hasil pemanf aat an hut an sebagaimana t elah diat ur dalam perat uran perundang-undangan, merupakan
bagian dari penerimaan negara dari sumber daya alam sekt or kehut anan, dengan memperhat ikan

perimbangan pemanf aat annya unt uk kepent ingan pemerint ah pusat dan pemerint ah daerah. Selain
kewaj iban unt uk membayar iuran, provisi maupun dana reboisasi, pemegang izin harus pula
menyisihkan dana invest asi unt uk pengembangan sumber daya manusia, meliput i penelit ian dan
pengembangan, pendidikan dan lat ihan sert a penyuluhan; dan dana invest asi pelest arian hut an.
Unt uk menj amin st at us, f ungsi, kondisi hut an dan kawasan hut an dilakukan upaya perlindungan hut an
yait u mencegah dan membat asi kerusakan hut an yang disebabkan oleh perbuat an manusia dan t ernak,

kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit . Termasuk dalam pengert ian perlindungan hut an
adalah mempert ahankan dan menj aga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan at as hut an,
kawasan hut an dan hasil hut an sert a invest asi dan perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan
hut an.
Dalam pengurusan hut an secara lest ari, diperlukan sumber daya manusia berkualit as bercirikan
penguasaan ilmu penget ahuan dan t eknologi yang didasari dengan iman dan t aqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, melalui penyelenggaraan penelit ian dan pengembangan, pendidikan dan lat ihan sert a
penyuluhan kehut anan yang berkesinambungan. Namun demikian dalam penyelenggaraan
pengembangan sumber daya manusia melalui ilmu penget ahuan dan t eknologi, waj ib memperhat ikan
kearif an t radisional sert a kondisi sosial budaya masyarakat .
Agar pelaksanaan pengurusan hut an dapat mencapai t uj uan dan sasaran yang ingin dicapai, maka
pemerint ah dan pemerint ah daerah waj ib melakukan pengawasan kehut anan. Masyarakat dan at au
perorangan berperan sert a dalam pengawasan pelaksanaan pembangunan kehut anan baik langsung
maupun t idak langsung sehingga masyarakat dapat menget ahui rencana perunt ukan hut an,
pemanf aat an hasil hut an dan inf ormasi kehut anan.
Selanj ut nya dalam undang-undang ini dicant umkan ket ent uan pidana, gant i rugi, sanksi administ rasi,
dan penyelesaian sengket a t erhadap set iap orang yang melakukan perbuat an melanggar hukum
dibidang kehut anan. Dengan sanksi pidana dan administ rasi yang besar diharapkan akan menimbulkan
ef ek j era bagi pelanggar hukum di bidang kehut anan. Pej abat pegawai negeri sipil t ert ent u yang
lingkup t ugas dan t anggung j awabnya meliput i pengurusan hut an, diberi wewenang khusus sebagai

penyidik sebagaimana dimaksud dalam Kit ab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Dari uraian t ersebut di at as, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 t ent ang Ket ent uan-ket ent uan Pokok
Kehut anan, t ernyat a belum cukup memberikan landasan hukum bagi perkembangan pembangunan
kehut anan, oleh karena it u dipandang perlu menggant i undang-undang t ersebut sehingga dapat
memberikan landasan hukum yang lebih kokoh dan lengkap bagi pembangunan kehut anan saat ini dan
masa yang akan dat ang.
Undang-undang ini mencakup pengat uran yang luas t ent ang hut an dan kehut anan, t ermasuk sebagian
menyangkut konservasi sumberdaya alam hayat i dan ekosist emnya. Dengan t elah dit et apkannya
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumberdaya Alam Hayat i dan Ekosist emnya,
maka semua ket ent uan yang t elah diat ur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 t ersebut t idak
diat ur lagi dalam undang-undang ini.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup j elas
Pasal 2

Penyelenggaraan kehut anan berasaskan manf aat dan lest ari, dimaksudkan agar set iap
pelaksanaan penyelenggaraan kehut anan memperhat ikan keseimbangan dan kelest arian unsur
lingkungan, sosial dan budaya, sert a ekonomi.
Penyelenggaraan kehut anan berasaskan kerakyat an dan keadilan, dimaksudkan agar set iap

penyelenggaraan kehut anan harus memberikan peluang dan kesempat an yang sama kepada
semua warga negara sesuai dengan kemampuannya, sehingga dapat meningkat kan kemakmuran
seluruh rakyat . Oleh karena it u, dalam pemberian wewenang pengelolaan at au izin
pemanf aat an hut an harus dicegah t erj adinya prakt ek monopoli, monopsoni, oligopoli, dan
oligopsoni.
Penyelenggaraan kehut anan berasaskan kebersamaan, dimaksudkan agar dalam
penyelenggaraan kehut anan menerapkan pola usaha bersama sehingga t erj alin saling
ket erkait an dan saling ket ergant ungan secara sinergis ant ara masyarakat set empat dengan
BUMN at au BUMD, dan BUMS Indonesia, dalam rangka pemberdayaan usaha kecil, menengah,
dan koperasi.
Penyelenggaraan kehut anan berasaskan ket erbukaan dimaksudkan agar set iap kegiat an
penyelenggaraan kehut anan mengikut sert akan masyarakat dan memperhat ikan aspirasi
masyarakat .
Penyelenggaraan kehut anan berasaskan ket erpaduan, dimaksudkan agar set iap
penyelenggaraan kehut anan dilakukan secara t erpadu dengan memperhat ikan kepent ingan
nasional, sekt or lain, dan masyarakat set empat .
Pasal 3
Cukup j elas
Pasal 4
Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "kekayaan alam yang t erkandung di dalamnya" adalah semua
benda hasil hut an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13.
Hasil hut an t ersebut dapat berupa:
a.

b.

c.

d.
e.

hasil nabat i besert a t urunannya sepert i kayu, bambu, rot an, rumput -rumput an,
j amur-j amur, t anaman obat , get ah-get ahan, dan lain-lain, sert a bagian dari
t umbuh-t umbuhan at au yang dihasilkan oleh t umbuh-t umbuhan di dalam hut an;
hasil hewani besert a t urunannya sepert i sat wa liar dan hasil penangkarannya,
sat wa buru, sat wa elok, dan lain-lain hewan, sert a bagian-bagiannya at au yang
dihasilkannya;
benda-benda nonhayat i yang secara ekologis merupakan sat u kesat uan
ekosist em dengan benda-benda hayat i penyusun hut an, ant ara lain berupa

sumber air, udara bersih, dan lain-l ain yang t idak t ermasuk benda-benda
t ambang;
j asa yang diperoleh dari hut an ant ara lain berupa j asa wisat a, j asa keindahan
dan keunikan, j asa perburuan, dan lain-lain;
hasil produksi yang langsung diperoleh dari hasil pengolahan bahan-bahan
ment ah yang berasal dari hut an, yang merupakan produksi primer ant ara lain
berupa kayu bulat , kayu gergaj ian, kayu lapis, dan pulp.

Benda-benda t ambang yang berada di hut an j uga dikuasai oleh negara, t et api t idak
diat ur dalam undang-undang ini, namun pemanf aat annya mengikut i perat uran yang
berlaku dengan t et ap memperhat ikan undang-undang ini.
Pengert ian "dikuasai" bukan berart i "dimiliki", melainkan suat u pengert ian yang
mengandung kewaj iban-kewaj iban dan wewenang-wewenang dalam bidang hukum
publik sebagaimana diat ur dalam Pasal 4 ayat (2) undang-undang ini.
Ayat (2)
Pelaksanaan kewenangan pemerint ah yang menyangkut hal-hal yang bersif at sangat
pent ing, st rat egis, sert a berdampak nasional dan int ernasional, dilakukan dengan
perset uj uan Dewan Perwakilan Rakyat .
Huruf a
Cukup j elas

Huruf b
Yang dimaksud dengan wilayah t ert ent u adalah wilayah bukan kawasan hut an,
yang dapat berupa hut an at au bukan hut an.
Huruf c
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 5
Ayat (1)
Hut an negara dapat berupa hut an adat , yait u hut an negara yang diserahkan
pengelolaannya kepada masyarakat hukum adat (recht sgemeenschap). Hut an adat
t ersebut sebelumnya disebut hut an ulayat , hut an marga, hut an pert uanan, at au
sebut an lainnya.
Hut an yang dikelola masyarakat hukum adat dimasukkan di dalam pengert ian hut an
negara sebagai konsekuensi adanya hak menguasai oleh negara sebagai organisasi
kekuasaan seluruh rakyat pada t ingkat an yang t ert inggi dan prinsip Negara Kesat uan
Republik Indonesia. Dengan dimasukkannya hut an adat dalam pengert ian hut an negara,
t idak meniadakan hak-hak masyarakat hukum adat sepanj ang kenyat aannya masih ada
dan diakui keberadaannya, unt uk melakukan kegiat an pengelolaan hut an.
Hut an negara yang dikelola oleh desa dan dimanf aat kan unt uk kesej aht eraan desa

disebut hut an desa.
Hut an negara yang pemanf aat an ut amanya dit uj ukan unt uk memberdayakan
masyarakat disebut hut an kemasyarakat an.

Hut an hak yang berada pada t anah yang dibebani hak milik lazim disebut hut an rakyat .
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas
Pasal 6
Ayat (1)
Pada umumnya semua hut an mempunyai f ungsi konservasi, lindung, dan produksi.
Set iap wilayah hut an mempunyai kondisi yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan
f isik, t opograf i, f lora dan f auna, sert a keanekaragaman hayat i dan ekosist emnya.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan f ungsi pokok hut an adalah f ungsi ut ama yang diemban oleh
suat u hut an.
Pasal 7
Kawasan hut an suaka alam sebagaimana dimaksud dalam undang- undang ini merupakan bagian
dari kawasan suaka alam yang diat ur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 yang berada
pada kawasan hut an.
Kawasan hut an pelest arian alam sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini merupakan
bagian dari kawasan pelest arian alam yang diat ur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990
yang berada pada kawasan hut an.
Ket ent uan-ket ent uan dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 yang mengat ur t ent ang
kawasan suaka alam dan kawasan pelest arian alam berlaku bagi kawasan hut an suaka alam dan
kawasan hut an pelest arian alam yang diat ur dalam undang-undang ini.
Pasal 8
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan t uj uan khusus adalah penggunaan hut an unt uk keperluan
penelit ian dan pengembangan, pendidikan dan lat ihan, sert a kepent ingan-kepent ingan
religi dan budaya set empat .
Ayat (2)

Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 9
Ayat (1)
Hut an kot a dapat berada pada t anah negara maupun t anah hak di wilayah perkot aan
dengan luasan yang cukup dalam suat u hamparan lahan.
Wilayah perkot aan merupakan kumpulan pusat -pusat pemukiman yang berperan di
dalam suat u wilayah pengembangan dan at au wilayah nasional sebagai simpul j asa at au
suat u bent uk ciri kehidupan kot a. Dengan demikian wilayah perkot aan t idak selalu
sama dengan wilayah administ rat if pemerint ahan kot a.
Ayat (2)
Perat uran pemerint ah t ent ang kebij aksanaan t eknis pembangunan hut an kot a memuat
at uran ant ara lain:
a.
b.
c.
d.
e.

t ipe hut an kot a,
bent uk hut an kot a,
perencanaan dan pelaksanaan,
pembinaan dan pengawasan,
luas proporsional hut an kot a t erhadap luas wilayah, j umlah penduduk, t ingkat
pencemaran, dan lain-lain.

Perat uran pemerint ah ini merupakan pedoman dalam penet apan perat uran daerah.
Pasal 10
Cukup j elas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Dalam pelaksanaan di lapangan, kegiat an pengukuhan kawasan hut an t idak selalu harus
mendahului kegiat an penat agunaan hut an, karena pengukuhan kawasan hut an yang luas akan
memerlukan wakt u lama.
Agar diperoleh kej elasan f ungsi hut an pada salah sat u bagian t ert ent u, maka kegiat an
penat agunaan hut an dapat dilaksanakan set idak-t idaknya set elah ada penunj ukan.
Pasal 13

Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Invent arisasi hut an t ingkat nasional menj adi acuan pelaksanaan invent arisasi t ingkat
yang lebih rendah.
Invent arisasi unt uk semua t ingkat , dilaksanakan t erhadap hut an negara maupun hut an
hak.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan neraca sumber daya hut an adalah suat u inf ormasi yang dapat
menggambarkan cadangan sumber daya hut an, kehilangan dan penggunaan sumber
daya hut an, sehingga pada wakt u t ert ent u dapat diket ahui kecenderungannya, apakah
surplus at au def isit j ika dibandingkan dengan wakt u sebelumnya.
Ayat (5)
Invent arisasi hut an merupakan bagian dari perencanaan kehut anan, sehingga mat eri
pengat urannya akan dirangkum dalam perat uran pemerint ah yang mengat ur t ent ang
perencanaan kehut anan.
Perat uran pemerint ah memuat at uran ant ara lain:
a.
b.
c.
d.

t at a cara,
mekanisme pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian, dan
sist em inf ormasi.

Pasal 14
Cukup j elas
Pasal 15
Ayat (1)
Penunj ukan kawasan hut an adalah kegiat an persiapan pengukuhan kawasan hut an,
ant ara lain berupa:
a.
b.
c.
d.

pembuat an pet a penunj ukan yang bersif at arahan t ent ang bat as luar;
pemancangan bat as sement ara yang dilengkapi dengan lorong-lorong bat as;
pembuat an parit bat as pada lokasi-lokasi rawan; dan
pengumuman t ent ang rencana bat as kawasan hut an, t erut ama di lokasi-lokasi
yang berbat asan dengan t anah hak.

Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Penat agunaan hut an merupakan bagian dari perencanaan kehut anan, sehingga mat eri
pengat urannya dirangkum dalam perat uran pemerint ah yang mengat ur t ent ang
perencanaan kehut anan.
Perat uran pemerint ah dimaksud ant ara lain memuat krit eria at au persyarat an hut an
dan kawasan hut an sesuai dengan f ungsi pokoknya.
Pasal 17
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan wilayah pengelolaan hut an t ingkat propinsi adalah seluruh hut an
dalam wilayah propinsi yang dapat dikelola secara lest ari.
Yang dimaksud dengan wilayah pengelolaan hut an t ingkat kabupat en/ kot a adalah
seluruh hut an dalam wilayah kabupat en/ kot a yang dapat dikelola secara lest ari.
Yang dimaksud dengan unit pengelolaan adalah kesat uan pengelolaan hut an t erkecil
sesuai f ungsi pokok dan perunt ukannya, yang dapat dikelola secara ef isien dan lest ari,
ant ara lain kesat uan pengelolaan hut an lindung (KPHL), kesat uan pengelolaan hut an
produksi (KPHP), kesat uan pengelolaan hut an konservasi (KPHK), kesat uan pengelolaan
hut an kemasyarakat an (KPHKM), kesat uan pengelolaan hut an adat (KPHA), dan
kesat uan pengelolaan daerah aliran sungai (KPDAS).
Ayat (2)
Dalam penet apan pembent ukan wilayah pengelolaan t ingkat unit pengelolaan, j uga
harus mempert imbangkan hubungan ant ara masyarakat dengan hut an, aspirasi, dan
kearif an t radisional masyarakat .
Pembent ukan unit pengelolaan hut an didasarkan pada krit eria dan t at a cara yang
dit et apkan oleh Ment eri.
Ayat (3)

Cukup j elas
Pasal 18
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan penut upan hut an ( f orest coverage) adalah penut upan lahan oleh
veget asi dengan komposisi dan kerapat an t ert ent u, sehingga dapat t ercipt a f ungsi
hut an ant ara lain iklim mikro, t at a air, dan t empat hidup sat wa sebagai sat u ekosist em
hut an.
Yang dimaksud dengan opt imalisasi manf aat adalah keseimbangan ant ara manf aat
lingkungan, manf aat sosial, dan manf aat ekonomi secara lest ari.
Ayat (2)
Dengan mempert imbangkan bahwa Indonesia merupakan negara t ropis yang sebagian
besar mempunyai curah dan int ensit as huj an yang t inggi, sert a mempunyai konf igurasi
darat an yang bergelombang, berbukit , dan bergunung yang peka akan gangguan
keseimbangan t at a air sepert i banj ir, erosi, sediment asi, sert a kekurangan air, maka
dit et apkan luas kawasan hut an dalam set iap daerah aliran sungai (DAS) dan at au pulau,
minimal 30% (t iga puluh persen) dari luas darat an. Selanj ut nya pemerint ah menet apkan
luas kawasan hut an unt uk set iap propinsi dan kabupat en/ kot a berdasarkan kondisi
biof isik, iklim, penduduk, dan keadaan sosial ekonomi masyarakat set empat .
Berdasarkan pert imbangan t ersebut di at as, bagi propinsi dan kabupat en/ kot a yang
luas kawasan hut annya di at as 30% (t iga puluh persen), t idak boleh secara bebas
mengurangi luas kawasan hut annya dari luas yang t elah dit et apkan. Oleh sebab it u luas
minimal t idak boleh dij adikan dalih unt uk mengkonversi hut an yang ada, melainkan
sebagai peringat an kewaspadaan akan pent ingnya hut an bagi kualit as hidup
masyarakat . Sebaliknya, bagi propinsi dan kabupat en/ kot a yang luas kawasan hut annya
kurang dari 30% (t iga puluh persen), perlu menambah luas hut annya.
Pasal 19
Ayat (1)
Penelit ian t erpadu dilaksanakan unt uk menj amin obyekt ivit as dan kualit as hasil
penelit ian, maka kegiat an penelit ian diselenggarakan oleh lembaga pemerint ah yang
mempunyai kompet ensi dan memiliki ot orit as ilmiah ( scient if ic aut horit y) bersamasama dengan pihak lain yang t erkait .
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "berdampak pent ing dan cakupan yang luas sert a bernilai
st rat egis", adalah perubahan yang berpengaruh t erhadap kondisi biof isik sepert i
perubahan iklim, ekosist em, dan gangguan t at a air, sert a dampak sosial ekonomi
masyarakat bagi kehidupan generasi sekarang dan generasi yang akan dat ang.
Ayat (3)
Perat uran pemerint ah memuat at uran ant ara lain:

a.
b.
c.
d.

krit eria f ungsi hut an,
cakupan luas,
pihak-pihak yang melaksanakan penelit ian, dan
t at a cara perubahan.

Pasal 20
Ayat (1)
Dalam menyusun rencana kehut anan di samping mengacu pada Pasal 13 sebagai acuan
pokok, harus diperhat ikan j uga Pasal 11, Pasal 14, Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 18.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Penyusunan rencana kehut anan merupakan bagian dari perencanaan kehut anan.
Perat uran pemerint ah t ent ang perencanaan kehut anan memuat at uran ant ara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

j enis-j enis rencana,
t at a cara penyusunan rencana kehut anan,
sist im perencanaan,
proses perencanaan,
koordinasi, dan
penilaian.

Pasal 21
Hut an merupakan amanah Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena it u pengelolaan hut an
dilaksanakan dengan dasar akhlak mulia unt uk sebesar-besar kemakmuran rakyat . Dengan
demikian pelaksanaan set iap komponen pengelolaan hut an harus memperhat ikan nilai-nilai
budaya masyarakat , aspirasi dan persepsi masyarakat , sert a memperhat ikan hak-hak rakyat ,
dan oleh karena it u harus melibat kan masyarakat set empat .
Pengelolaan hut an pada dasarnya menj adi kewenangan pemerint ah dan at au pemerint ah
daerah. Mengingat berbagai kekhasan daerah sert a kondisi sosial dan lingkungan yang sangat
berkait dengan kelest arian hut an dan kepent ingan masyarakat luas yang membut uhkan
kemampuan pengelolaan secara khusus, maka pelaksanaan pengelolaan hut an di wilayah
t ert ent u dapat dilimpahkan kepada BUMN yang bergerak di bidang kehut anan, baik berbent uk
perusahaan umum (Perum), perusahaan j awat an (Perj an), maupun perusahaan perseroan
(Persero), yang pembinaannya di bawah Ment eri.
Unt uk mewuj udkan pengelolaan hut an yang lest ari dibut uhkan lembaga-lembaga penunj ang
ant ara lain lembaga keuangan yang mendukung pembangunan kehut anan, lembaga penelit ian
dan pengembangan, lembaga pendidikan dan lat ihan, sert a lembaga penyuluhan.
Pasal 22
Ayat (1)

Tat a hut an merupakan kegiat an rancang bangun unit pengelolaan hut an, yang dalam
pelaksanaannya memperhat ikan hak-hak masyarakat set empat , yang lahir karena
kesej arahannya, dan keadaan hut an.
Tat a hut an mencakup kegiat an pengelompokan sumber daya hut an sesuai dengan t ipe
ekosist em dan pot ensi yang t erkandung didalamnya, dengan t uj uan unt uk memperoleh
manf aat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lest ari.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Pembagian blok ke dalam pet ak dimaksudkan unt uk mempermudah administ rasi
pengelolaan hut an dan dapat memberikan peluang usaha yang lebih besar bagi
masyarakat set empat .
Int ensit as pengelolaan adalah t ingkat keragaman pengelolaan hut an sesuai dengan
f ungsi dan kondisi masing-masing kawasan hut an.
Ef isiensi pengelolaan adalah pelaksanaan pengelolaan hut an unt uk mencapai suat u
sasaran yang opt imal dan ekonomis dengan cara sederhana.
Ayat (4)
Penyusunan rencana pengelolaan hut an dilaksanakan dengan memperhat ikan aspirasi,
nilai budaya masyarakat , dan kondisi lingkungan.
Ayat (5)
Perat uran pemerint ah memuat at uran ant ara lain:
a.
b.
c.
d.

pengat uran t ent ang t at a cara penat aan hut an,
penggunaan hut an,
j angka wakt u, dan
pert imbangan daerah.

Pasal 23
Hut an sebagai sumber daya nasional harus dimanf aat kan sebesar-besarnya bagi masyarakat
sehingga t idak boleh t erpusat pada seseorang, kelompok, at au golongan t ert ent u. Oleh karena
it u, pemanf aat an hut an harus didist ribusikan secara berkeadilan melalui peningkat an peran
sert a masyarakat , sehingga masyarakat semakin berdaya dan berkembang pot ensinya.
Manf aat yang opt imal bisa t erwuj ud apabila kegiat an pengelolaan hut an dapat menghasilkan
hut an yang berkualit as t inggi dan lest ari.
Pasal 24

Hut an cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai
kekhasan t umbuhan dan at au sat wa sert a ekosist emnya, yang perlu dilindungi dan
perkembangannya berlangsung secara alami.
Kawasan t aman nasional adalah kawasan pelest arian alam yang mempunyai ekosist em asli,
dikelola dengan sist em zonasi yang dimanf aat kan unt uk t uj uan penelit ian, ilmu penget ahuan,
pendidikan, menunj ang budidaya, pariwisat a, dan rekreasi alam.
Kawasan t aman nasional dit at a ke dalam zona sebagai berikut :
a.
b.
c.

zona int i adalah bagian kawasan t aman nasional yang mut lak dilindungi dan t idak
diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh akt ivit as manusia;
zona rimba adalah bagian kawasan t aman nasional yang berf ungsi sebagai penyangga
zona int i; dan
zona pemanf aat an adalah bagian kawasan t aman nasional yang dij adikan pusat rekreasi
dan kunj ungan wisat a.

Pasal 25
Cukup j elas
Pasal 26
Ayat (1)
Pemanf aat an kawasan pada hut an lindung adalah segala bent uk usaha yang
menggunakan kawasan dengan t idak mengurangi f ungsi ut ama kawasan, sepert i:
a.
b.
c.

budidaya j amur,
penangkaran sat wa, dan
budidaya t anaman obat dan t anaman hias.

Pemanf aat an j asa lingkungan pada hut an lindung adalah bent uk usaha yang
memanf aat kan pot ensi j asa lingkungan dengan t idak merusak lingkungan dan
mengurangi f ungsi ut amanya, sepert i:
d.
e.
f.

pemanf aat an unt uk wisat a alam,
pemanf aat an air, dan
pemanf aat an keindahan dan kenyamanan.

Pemungut an hasil hut an bukan kayu dalam hut an lindung adalah segala bent uk kegiat an
unt uk mengambil hasil hut an bukan kayu dengan t idak merusak f ungsi ut ama kawasan,
sepert i:
g.
h.
i.

mengambil rot an,
mengambil madu, dan
mengambil buah.

Usaha pemanf aat an dan pemungut an di hut an lindung dimaksudkan unt uk
meningkat kan kesej aht eraan masyarakat sekaligus menumbuhkan kesadaran
masyarakat unt uk menj aga dan meningkat kan f ungsi lindung, sebagai amanah unt uk

mewuj udkan keberlanj ut an sumber daya alam dan lingkungan bagi generasi sekarang
dan generasi yang akan dat ang.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 27
Ayat (1)
Izin usaha pemanf aat an kawasan yang dilaksanakan oleh perorangan, masyarakat
set empat , at au koperasi dapat bekerj asama dengan BUMN, BUMD, at au BUMS
Indonesia.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 28
Ayat (1)
Pemanf aat an kawasan pada hut an produksi dilaksanakan unt uk memanf aat kan ruang
t umbuh sehingga diperoleh manf aat lingkungan, manf aat sosial, dan manf aat ekonomi
yang opt imal, misalnya budidaya t anaman di bawah t egakan hut an.
Pemanf aat an j asa lingkungan pada hut an pr oduksi adalah segala bent uk usaha yang
memanf aat kan pot ensi j asa lingkungan dengan t idak merusak lingkungan dan t idak
mengurangi f ungsi pokoknya.
Pemanf aat an hasil hut an pada hut an produksi dapat berupa usaha pemanf aat an hut an
alam dan usaha pemanf aat an hut an t anaman.
Usaha pemanf aat an hut an t anaman dapat berupa hut an t anaman sej enis dan at au
hut an t anaman berbagai j enis.
Usaha pemanf aat an hut an t anaman diut amakan dilaksanakan pada hut an yang t idak
produkt if dalam rangka mempert ahankan hut an alam.
Tanaman yang dihasilkan dari usaha pemanf aat an hut an t anaman merupakan aset yang
dapat dij adikan agunan.
Izin pemungut an hasil hut an di hut an produksi diberikan unt uk mengambil hasil hut an
baik berupa kayu maupun bukan kayu, dengan bat asan wakt u, luas, dan at au volume
t ert ent u, dengan t et ap memperhat i kan azas lest ari dan berkeadilan.

Kegiat an pemungut an meliput i pemanenan, penyaradan, pengangkut an, pengolahan,
dan pemasaran yang diberikan unt uk j angka wakt u t ert ent u.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 29
Cukup j elas
Pasal 30
Kerj asama dengan koperasi masyarakat set empat dimaksudkan agar masyarakat yang t inggal di
dalam dan di sekit ar hut an merasakan dan mendapat kan manf aat hut an secara langsung,
sehingga dapat meningkat kan kesej aht eraan dan kualit as hidup mereka, sert a sekaligus dapat
menumbuhkan rasa ikut memiliki. Dalam kerj asama t ersebut kearif an t radisional dan nilai-nilai
keut amaan, yang t erkandung dalam budaya masyarakat dan sudah mengakar, dapat dij adikan
at uran yang disepakat i bersama.
Kewaj iban BUMN, BUMD, dan BUMS Indonesia bekerj asama dengan koperasi bert uj uan unt uk
memberdayakan koperasi masyarakat set empat agar secara bert ahap dapat menj adi koperasi
yang t angguh, mandiri, dan prof esional.
Koperasi masyarakat set empat yang t elah menj adi koperasi t angguh, mandiri, dan prof esional
diperlakukan set ara dengan BUMN, BUMD, dan BUMS Indonesia.
Dalam hal koperasi masyarakat set empat belum t erbent uk, BUMN, BUMD, dan BUMS Indonesia
t urut mendorong segera t erbent uknya koperasi t ersebut .
Pasal 31
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan aspek kelest arian hut an meliput i:
a.
b.
c.

kelest arian lingkungan,
kelest arian produksi, dan
t erselenggaranya f ungsi sosial dan budaya yang adil merat a dan t ransparan.

Yang dimaksud dengan aspek kepast ian usaha meliput i:
d.
e.
f.

kepast ian kawasan,
kepast ian wakt u usaha, dan
kepast ian j aminan hukum berusaha.

Unt uk mewuj udkan asas keadilan, pemerat aan dan lest ari, sert a kepast ian usaha, maka
perlu diadakan penat aan ulang t erhadap izin usaha pemanf aat an hut an.
Ayat (2)
Perat uran pemerint ah memuat at uran ant ara lain:

b.

pembat asan luas,
c. pembat asan j umlah izin usaha, dan
d. penat aan lokasi usaha.

Pasal 32
Khusus bagi pemegang izin usaha pemanf aat an berskala besar, selain diwaj ibkan unt uk
menj aga, memelihara, dan melest arikan hut an t empat usahanya, j uga mempunyai kewaj iban
unt uk memberdayakan masyarakat di dalam dan di sekit ar hut an t empat usahanya.
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pengolahan hasil hut an adalah pengolahan hulu hasil hut an.
Ayat (3)
Unt uk menj aga keseimbangan penyediaan bahan baku hasil hut an t erhadap permint aan
bahan baku indust ri hulu pengolahan hasil hut an, maka pengat uran, pembinaan, dan
pengembangan indust ri pengolahan hulu hasil hut an diat ur oleh Ment eri.
Pasal 34
Pengelolaan kawasan hut an unt uk t uj uan khusus adalah pengelolaan dengan t uj uan-t uj uan
khusus sepert i penelit ian dan pengembangan, pendidikan dan lat ihan, sert a unt uk kepent ingan
sosial budaya dan penerapan t eknologi t radisional (indigenous t echnology). Unt uk it u dalam
pelaksanaannya harus memperhat ikan sej arah perkembangan masyarakat dan kelembagaan
adat (indigenous inst it ut ion), sert a kelest arian dan t erpeliharanya ekosist em.
Pasal 35
Ayat (1)
Iuran izin usaha pemanf aat an hut an adalah pungut an yang dikenakan kepada pemegang
izin usaha pemanf aat an hut an at as suat u kawasan hut an t ert ent u, yang dilakukan sekali
pada saat izin t ersebut diberikan. Besarnya iuran t ersebut dit ent ukan dengan t arif
progresif sesuai luas areal.
Provisi sumber daya hut an adalah pungut an yang dikenakan sebagai penggant i nilai
inst rinsik dari hasil hut an yang dipungut dari hut an negara.
Dana reboisasi adalah dana yang dipungut dari pemegang izin usaha pemanf aat an hasil
hut an dari hut an alam yang berupa kayu dalam rangka reboisasi dan rehabilit asi hut an.
Dana t ersebut digunakan hanya unt uk membiayai kegiat an reboisasi dan rehabilit asi
sert a kegiat an pendukungnya.

Dana j aminan kinerj a adalah dana milik pemegang izin usaha pemanf aat an hut an,
sebagai j aminan at as pelaksanaan izin usahanya, yang dapat dicairkan kembali oleh
pemegang izin apabila kegiat an usahanya dinilai memenuhi ket ent uan usaha
pemanf aat an hut an secara lest ari.
Ayat (2)
Dana invest asi pelest arian hut an adalah dana yang diarahkan unt uk membiayai segala
j enis kegiat an yang dilaksanakan dalam rangka menj amin kelest arian hut an, ant ara lain
biaya konservasi, biaya perlindungan hut an, dan biaya penanganan kebakaran hut an.
Dana t ersebut dikelola oleh lembaga yang dibent uk oleh dunia usaha bidang kehut anan
bersama Ment eri. Pengelolaan dana dan operasionalisasi lembaga t ersebut di bawah
koordinasi dan pengawasan Ment eri.
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Perat uran pemerint ah memuat at uran ant ara lain:
a.
b.
c.
d.
e.

t at a
t at a
t at a
t at a
t at a

cara
cara
cara
cara
cara

pengenaan,
pembayaran,
pengelolaan,
penggunaan, dan
pengawasan dan pengendalian.

Pasal 36
Ayat (1)
Pemanf aat an hut an hak yang mempunyai f ungsi produksi, dapat dilakukan kegiat an unt uk
memproduksi hasil hut an sesuai pot ensi dan daya dukung lahannya.
Ayat (2)
Pemanf aat an hut an hak yang berf ungsi lindung dan konservasi, dilaksanakan sesuai dengan
ket ent uan yang dimaksud dalam Pasal 24, Pasal 25, dan Pasal 26. Pemerint ah memberikan
kompensasi kepada pemegang hut an hak, apabil a hut an hak t ersebut diubah menj adi kawasan
hut an sesuai perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 37
Ayat (1)
Terhadap hut an adat diperlakukan kewaj iban-kewaj iban sebagaimana dikenakan
t erhadap hut an negara, sepanj ang hasil hut an t ersebut diperdagangkan.
Ayat (2)
Cukup j elas

Pasal 38
Ayat (1)
Kepent ingan pembangunan di luar kehut anan yang dapat dilaksanakan di dalam
kawasan hut an lindung dan hut an produksi dit et apkan secara selekt if . Kegiat ankegiat an yang dapat mengakibat kan t erj adinya kerusakan serius dan mengakibat kan
hilangnya f ungsi hut an yang bersangkut an, dilarang.
Kepent ingan pembangunan di luar kehut anan adalah kegiat an unt uk t uj uan st rat egis
yang t idak dapat dielakkan, ant ara lain kegiat an pert ambangan, pembangunan j aringan
list rik, t elepon, dan inst alasi air, kepent ingan religi, sert a kepent ingan pert ahanan
keamanan.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Pada prinsipnya di kawasan hut an t idak dapat dilakukan pola pert ambangan t erbuka.
Pola pert ambangan t erbuka dimungkinkan dapat dilakukan di kawasan hut an produksi
dengan ket ent uan khusus dan secara selekt if .
Ayat (4)
Cukup j elas
Ayat (5)
Cukup j elas
Pasal 39
Perat uran pemerint ah memuat at uran ant ara lain:
a.
b.
c.
d.

t at a cara pemberian izin,
pelaksanaan usaha pemanf aat an,
hak dan kewaj iban, dan
pengendalian dan pengawasan.

Pasal 40
Rehabilit asi hut an dan lahan dilakukan secara bert ahap, dalam upaya pemulihan sert a
pengembangan f ungsi sumber daya hut an dan lahan, baik f ungsi produksi maupun f ungsi lindung
dan konservasi.
Upaya meningkat kan daya dukung sert a produkt ivit as hut an dan lahan dimaksudkan agar hut an
dan lahan mampu berperan sebagai sist em penyangga kehidupan, t ermasuk konservasi t anah
dan air, dalam rangka pencegahan banj ir dan pencegahan erosi.
Pasal 41

Ayat (1)
Kegiat an reboisasi dan penghij auan merupakan bagian rehabilit asi hut an dan lahan.
Kegiat an reboisasi dilaksanakan di dalam kawasan hut an, sedangkan kegiat an
penghij auan dilaksanakan di luar kawasan hut an.
Rehabilit asi hut an dan lahan dipriorit askan pada lahan krit is, t erut ama yang t erdapat di
bagian hulu daerah aliran sungai, agar f ungsi t at a air sert a pencegahan t erhadap banj ir
dan kekeringan dapat dipert ahankan secara maksimal.
Rehabilit asi hut an bakau dan hut an rawa perlu mendapat perhat ian yang sama
sebagaimana pada hut an lainnya.
Ayat (2)
Pada cagar alam dan zona int i t aman nasional t idak boleh dilakukan kegiat an
rehabilit asi. Hal ini dimaksudkan unt uk menj aga kekhasan, keaslian, keunikan, dan
ket erwakilan dari j enis f lora dan f auna sert a ekosist emnya.
Pasal 42
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan kondisi spesif ik biof isik adalah keadaan f lora yang secara
spesif ik cocok pada suat u kawasan at au habit at t ert ent u sehingga keberadaannya
mendukung ekosist em kawasan hut an yang akan direhabilit asi.
Penerapan t eknik rehabilit asi hut an dan lahan harus mempert imbangkan lokasi spesif ik,
sehingga perubahan ekosist em dapat dicegah sedini mungkin.
Pelaksanaan rehabilit asi hut an dan lahan dilakukan dengan mengikut sert akan
masyarakat .
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Perat uran pemerint ah memuat at uran ant ara lain:
a.
b.
c.
d.
e.

pengat uran daerah aliran sungai priorit as,
penyusunan rencana,
koordinasi ant ar sekt or t ingkat pusat dan daerah,
peranan pihak-pihak t erkait , dan
penggunaan dan pemilihan j enis-j enis t anaman dan t eknologi.

Pasal 43
Ayat (1)
Cukup j elas

Ayat (2)
Dukungan pemerint ah dapat berupa bant uan t eknis, dana, penyuluhan, bibit t anaman,
dan lain-lain, sesuai dengan keperluan dan kemampuan pemerint ah.
Pasal 44
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Perat uran pemerint ah memuat at uran ant ara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

t eknik,
t at a cara,
pembiayaan,
organisasi,
penilaian, dan
pengendalian dan pengawasan.

Pasal 45
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan perubahan permukaan t anah adalah berubahnya bent ang alam
pada kawasan hut an.
Yang dimaksud dengan perubahan penut upan t anah adalah berubahnya j enis-j enis
veget asi yang semula ada pada kawasan hut an.
Ayat (4)
Perat uran pemerint ah memuat at uran ant ara lain:
a.
b.
c.

pola, t eknik, dan met ode,
pembiayaan,
pelaksanaan, dan

d.

pengendalian dan pengawasan.

Pasal 46
Fungsi konservasi alam berkait an dengan: konservasi sumber daya alam hayat i dan
ekosist emnya, konservasi t anah, konservasi air, sert a konservasi udara; diat ur sesuai ket ent uan
perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 47
Cukup j elas
Pasal 48
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Kewaj iban melindungi hut an oleh pemegang izin meliput i pengamanan hut an dari
kerusakan akibat perbuat an manusia, t ernak, dan kebakaran.
Ayat (4)
Cukup j elas
Ayat (5)
Cukup j elas
Ayat (6)
Perat uran pemerint ah memuat at uran ant ara lain:
a.
b.
c.
d.
Pasal 49
Cukup j elas
Pasal 50
Ayat (1)

prinsip-prinsip perlindungan hut an,
wewenang kepolisian khusus,
t at a usaha peredaran hasil hut an, dan
pemberian kewenangan operasional kepada daerah.

Yang dimaksud dengan orang adalah subyek hukum baik orang pribadi, badan hukum,
maupun badan usaha.
Prasarana perlindungan hut an misalnya pagar-pagar bat as kawasan hut an, ilaran api,
menara pengawas, dan j alan pemeriksaan.
Sarana perlindungan hut an misalnya alat pemadam kebakaran, t anda larangan, dan alat
angkut .
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan kerusakan hut an adalah t erj adinya perubahan f isik, sif at f isik,
at au hayat inya, yang menyebabkan hut an t ersebut t erganggu at au t idak dapat
berperan sesuai dengan f ungsinya.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan mengerj akan kawasan hut an adalah mengolah t anah
dalam kawasan hut an t anpa mendapat izin dari pej abat yang berwenang,
ant ara lain unt uk perladangan, unt uk pert anian, at au unt uk usaha lainnya.
Yang dimaksud dengan menggunakan kawasan hut an adalah memanf aat kan
kawasan hut an t anpa mendapat izin dari pej abat yang berwenang, ant ara lain
unt uk wisat a, penggembalaan, perkemahan, at au penggunaan kawasan hut an
yang t idak sesuai dengan izin yang diberikan.
Yang dimaksud dengan menduduki kawasan hut an adalah menguasai kawasan
hut an t anpa mendapat izin dari pej abat yang berwenang, ant ara lain unt uk
membangun t empat pemukiman, gedung, dan bangunan lainnya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan merambah adalah melakukan pembukaan kawasan
hut an t anpa mendapat izin dari pej abat yang berwenang.
Huruf c
Secara umum j arak t ersebut sudah cukup baik unt uk mengamankan
kepent ingan konservasi t anah dan air. Pengecualian dari ket ent uan t ersebut
dapat diberikan oleh Ment eri, dengan memperhat ikan kepent ingan masyarakat .
Huruf d
Pada prinsipnya pembakaran hut an dilarang.
Pembakaran hut an secara t erbat as diperkenankan hanya unt uk t uj uan khusus
at au kondisi yang t idak dapat dielakkan, ant ara lain pengendalian kebakaran
hut an, pembasmian hama dan penyakit , sert a pembinaan habit at t umbuhan
dan sat wa. Pelaksanaan pembakaran secara t erbat as t ersebut harus mendapat
izin dari pej abat yang berwenang.

Huruf e
Yang dimaksud dengan pej abat yang berwenang adalah pej abat pusat at au
daerah yang diberi wewenang oleh undang-undang unt uk memberikan izin.
Huruf f
Cukup j elas
Huruf g
a.

b.

c.

Yang dimaksud dengan penyelidikan umum adalah penyelidikan secara
geologi umum at au geof isika di darat an, perairan, dan dari udara,
dengan maksud unt uk membuat pet a geologi umum at au unt uk
menet apkan t anda-t anda adanya bahan galian.
Yang dimaksud dengan eksplorasi adalah segala penyelidikan geologi
pert ambangan unt uk menet apkan lebih t elit i dan lebih seksama adanya
bahan galian dan sif at let akannya.
Yang dimaksud dengan eksploit asi adalah kegiat an menambang unt uk
menghasilkan bahan galian dan memanf aat kannya.

Huruf h
Yang dimaksud dengan "dilengkapi bersama-sama" adalah bahwa pada set iap
pengangkut an, penguasaan, at au pemilikan hasil hut an, pada wakt u dan
t empat yang sama, harus disert ai dan dilengkapi surat -surat yang sah sebagai
bukt i.
Apabila ant ara isi dokumen surat ket erangan sahnya hasil hut an t ersebut t idak
sama dengan keadaan f isik baik j enis, j umlah, maupun volumenya, maka hasil
hut an t ersebut dinyat akan t idak mempunyai surat -surat yang sah sebagai bukt i.
Huruf i
Pej abat yang berwenang menet apkan t empat -t empat yang khusus unt uk
kegiat an penggembalaan t ernak dalam kawasan hut an.
Huruf j
Yang dimaksud dengan alat -alat berat unt uk mengangkut , ant ara lain berupa
t rakt or, buldozer, t ruk, logging t ruck, t railer, crane, t ongkang, perahu klot ok,
helikopt er, j eep, t ugboat , dan kapal.
Huruf k
Tidak t ermasuk dalam ket ent uan ini adalah masyarakat yang membawa alat alat sepert i parang, mandau, golok, at au yang sej enis lainnya, sesuai dengan
t radisi budaya sert a karakt erist ik daerah set empat .
Huruf l
Cukup j elas

Huruf m
Cukup j elas
Ayat (4)
Undang-undang yang mengat ur t ent ang ket ent uan mengeluarkan, membawa, dan at au
mengangkut t umbuhan dan at au sat wa yang dilindungi adalah Undang-undang Nomor 5
Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Alam Hayat i dan Ekosist emnya.
Pasal 51
Cukup j elas
Pasal 52
Ayat (1)
Kualit as sumber daya manusia (SDM) dan penguasaan ilmu penget ahuan dan t eknologi
(IPTEK) memiliki peran yang sangat menent ukan dalam mewuj udkan hut an yang lest ari.
Ayat (2)
Kearif an t radisional yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia merupakan kekayaan
kult ural, baik berupa seni dan at au t eknol ogi maupun nilai-nilai yang t elah menj adi
t radisi at au budaya masyarakat . Kekayaan t ersebut merupakan modal sosial unt uk
peningkat an dan pengembangan kualit as SDM dan penguasaan IPTEK kehut anan.
Ayat (3)
Plasma nut f ah adalah subst ansi pembawa sif at ket urunan yang dapat berupa organ ut uh
at au bagian dari t umbuhan at au hewan sert a j asad renik.
Plasma nut f ah merupakan kekayaan alam yang sangat berharga bagi kemaj uan ilmu
penget ahuan dan t eknologi unt uk mendukung pembangunan nasional.
Pencurian plasma nut f ah adalah mengambil at au memanf aat kan plasma nut f ah secara
t idak sah at au t anpa izin.
Pasal 53
Ayat (1)
Budaya IPTEK adalah kesadaran akan pent ingnya IPTEK yang diart ikulasikan dalam sikap
dan perilaku masyarakat , yang secara konsist en mau dan mampu memahami,
menguasai, mencipt akan, menerapkan, dan mengembangkan IPTEK dalam kehidupan
sehari-hari.
Ayat (2)
Cukup j elas

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan pemerint ah adalah lembaga penelit ian dan pengembangan
(Lit bang) depart emen yang bert anggung j awab di bidang kehut anan bersama-sama
lembaga penelit ian nondepart emen.
Yang dimaksud dengan perguruan t inggi adalah perguruan t inggi negeri dan swast a.
Yang dimaksud dengan dunia usaha adalah unit lit bang BUMN, BUMD, dan BUMS
Indonesia.
Yang dimaksud dengan masyarakat adalah perorangan at au kelompok, ant ara lain
pondok pesant ren, lembaga keagamaan lainnya, at au lembaga swadaya masyarakat .
Ayat (4)
Unt uk mendorong dan mencipt akan kondisi yang kondusif , pemerint ah melakukan
inisiat if dan koordinasi bagi t erselenggaranya penelit ian dan pengembangan, ant ara
lain melalui kebij akan yang berorient asi pada pencipt aan insent if dan disinsent if yang
memadai.
Pasal 54
Ayat (1)
Pemerint ah mengembangkan hasil-hasil penelit ian dalam bidang kehut anan menj adi
paket t eknologi t epat guna, unt uk dimanf aat kan oleh masyarakat dalam upaya
meningkat kan ef isiensi dan produkt ivit as usaha pemanf aat an dan pengelolaan hut an.
Ayat (2)
Unt uk menj amin keberlanj ut an inovasi, penemuan, dan pengembangan IPTEK,
diperlukan j aminan hukum bagi para penemunya unt uk dapat memperoleh manf aat dari
hasil t emuannya.
Yang dimaksud melindungi adalah melindungi dari pencurian t erhadap hak pat en, hak
cipt a, merk, at au j enis hak lainnya yang menj adi hak ist imewa yang dimiliki oleh
penelit i at au lembaga Lit bang.
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 55
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)

Semua upaya pemanf aat an dan pengembangan IPTEK hendaknya merupakan
manif est asi rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan diarahkan unt uk kepent ingan
manusia sebagai makhluk individu dan mahluk sosial.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan masyarakat adalah perorangan at au kelompok, ant ara lain
pondok pesant ren, lembaga keagamaan lainnya, at au lembaga swadaya masyarakat .
Penyelenggaraan pendidikan dan lat ihan dapat bekerj asama dengan lembaga-lembaga
int ernasional.
Ayat (4)
Mengingat penyelenggaraan pendidikan dan lat ihan kehut anan t idak hanya dilaksanakan
oleh pemerint ah, maka peran sert a dunia usaha dan masyarakat sangat diperlukan.
Unt uk mewuj udkan hal t ersebut , pemerint ah harus mengambil inisiat if dan melakukan
koordinasi dalam mendorong dan mencipt akan sit uasi yang kondusif .
Pasal 56
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Mengingat penyelenggaraan penyuluhan kehut anan t idak dapat dilaksanakan hanya oleh
pemerint ah, maka peran sert a dunia usaha dan masyarakat sangat diperlukan. Unt uk
mewuj udkan hal t ersebut , pemerint ah harus mengambil inisiat if dan melakukan
koordinasi dalam mendorong dan mencipt akan sit uasi yang kondusif .
Pasal 57
Ayat (1)
Unt uk penyelenggaraan penelit ian dan pengembangan, pendidikan dan lat ihan, sert a
penyuluhan kehut anan, diperlukan biaya yang cukup besar dan berkelanj ut an, guna
percepat an pengembangan kualit as SDM dan penguasaan I