buku mendidik hati membentuk karakter

KATA PENGANTAR

Mendidik Hati
Membentuk Karakter
Panduan AI-Qur'an Melejitkan Hati
Memperindah Karakter
Penulis
Drs. Suparlan, M.Pd.l
Desain Cover
Haitamy el Jaid
Cetakan I, April 2015
Tata Letak
A. Choiran Marzuki
Penerbit
PUSTAKA PELAJAR
Celebah Timur UH 111/548 Yogyakarta 55167
Telp. (0274) 381542, Fax. (0274) 383083
E-mail: pustakapelajar@yahoo.com
Website: pustakapelajar.co.id .
ISBN: 978-602-229-466-5


Buku ini ditulis berawal dari gagasan untuk menggali akar
masalah dari dekadensi moral dan memburuknya karakter,
yang masih nampak nyata banyak ditemukan dalam masyarakat. Banyak faktor yang sebenarnya ikut andil pada proses
menurunnya moralitas dan karakter, namun dari berbagai
faktor yang paling mengakar terjadinya kerusakan di tengah
ununat adalah lemahnya atau rusaknya kualitas hati manusia. Buruknya lingkungan, lemahnya ekonomi, rusaknya pergaulan, tidak bisa dipungkiri memiliki pengarub signifikan
terhadap kemerosotan moralitas. Namun dalam realitas kehidupan faktor ini akan tidak ada dampak negatifnya bagi
orang yang memiliki kualitas hati yang sehat/dihiasi keimanan.
Bagi mereka yang hatinya telah dihiasi dengan keirnanan, telah terdidik dengan baik melalui proses tazkiyah, tazyinah, tarabbutah, dan tadabburah, maka kemiskinan akan
disikapi dengan sabar dan tidak mengeluh dan tidak ada sarna
sekali keinginan melakukan pencurian. Keburukan lingkungan dan pergaulan juga tidak akan menggoyahkan prinsip hatinya tetap bersikukuh memegang kebenaran tanpa
terpengaruh sedikit pun pada pengaruh negatif Iingkungan.
Buku ini merupakan kajian dari ayat-ayat hati dalarn alQur'an, yang penulis cob a konstruk menjadi sebuah konsep pendidikan hati perspektif aI-Qur'an. Pendidikan hati

Drs. Suporlon, M.Pd.1

v

menjadi relevan untuk ditawarkan pada para pembaca,
karena sebenarnya pendidikan karakter memerlukan kekuatan dari dalarnl moral force yang akan menjadi penentu

keistiqomahan dan kekokohan semangat merealisasikan
prilaku kebaikan. Hati adalah kekuatan penentu, karen a
hati adalah rajal menejer prilaku manusia, yang akan sangat menentukan prilaku yang akan diaktualkan dalam
aktivitas hidupnya ..
Revolusi mental yang sering ditawarkan sebagai solusi
permasalahan pendidikan, semangat idenya sudah dikonsepkan melalui kurikulum 2013. Pada kurikulum ini ada
keharusan mengintegrasikan sikap religiusitas, pengetahuan ilrniah dan ketrampilan, gagasan pengembangan sikap
dan nilai ketuhanan ini hakekatnya hanya akan terwujud
manakala dunia pendidikan telah berhasil meletakkan dasar pendidikan hati dengan baik. Revolusi mental mestinya
dengan memulai semua penyelenggara pendidikan mendasari semua proses pendidikan dengan pendekatan pendidikan hati, dan lebih lanjut diupayakan dengan serius semua
tahapan pendidikan hati pada subyek didik.
Pendidikan karakter dengan demikian menuntut pemikiran yang mendasar untuk mengembangkan pendidikan hati. Pola-pola pendidikan dan pembelajaran yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan hendaknya mengembangkan kejernihan, kecerdasan, kelembutan dan kekhusu'an hati. Proses pendidikan hendaknya mengedepankan
sistem dan lingkungan bebas dosa dan maksiat, mengupayakan pengalaman empirik berkesinambungan nikmatnya
meyakini dan menggagungkan Allah swt: Proses seperti
inilah yang akan menjadi ruh untuk melejitkan hati, dan

VI

Mendidik Hati Membentuk Karakter


mengaktualkan suara hati yang baik dalam semua aktivitas
dengan keindahan dan kekukuhan karakter.
Yogyakarta 23 Oktober 2014
Penulis,
Drs. Suparlan, M.Pd.I

I
\

Drs. Suparlon, M.Pd.1

VII

DAnAR 151

KATA PENGANTAR • v
DAFTAR lSI. ix

.t


.

"

Bab I
KESEHATAN HATI PANGKAL
KEBAlKAN KARAKTER • 1
A. Kekerasan Hati Sebab Utama Rusaknya Karakter • 1
B. Mendefinisikan Pendidikan Hati • 6
C. Hati Sebagai Inti Karakter • 8
D. Hati Dididik Melalui Nilai • 10
Catatan. 14
BAB II
POTENSI HATI PERSPEKTIF AL-QUR'.AN • 17
A. Makna Hati Perspektif AI-Qur'an • 17
B. Sifat Hati Perspektif AI-Qur'an • 17
C. Potensi Hati Perspektif AI-Qur'an • 35
Catatan • 81
BAB III

PENDIDIKAN HATI PERSPEKTIF AL-QUR' AN • 87
A. Prinsip Dasar Pendidikan Hati • 89
1. Makna Pendidikan Hati • 89
2. Dasar Pendidikan Hati • 95
3. Tujuan Pendidikan Hati • 102
4. Prinsip Pendidikan Hati • 106
B. Pendekatan Pendidikan Hati • 124

Drs. Suporion, M.Pd.1

ix

1. Pendekatan Multipotensi • 125
2. Pendekatan Multi Metodologis • 144
C. Strategi Pendidikan Hati • 148
1. Setrategi Tazkiyyah • 150
2. Strategi Tazyinah • 158
3. Strategi Tadabburah • 168
4. Strategi Tarabbuthah • 173


BABI
KESEHATAN
HATI PANGKAL
,
KEBAIKAN KARAKTER

Catatan • 181
BABIV
PEMBENTUKAN KARAKTER
WAWASAN APLIKATIF PENDIDlKAN HATI • 195
A. Posisi Hati dalam Struktur Perilaku • 195
B. Kontribusi Hati pada Pembentukan Nilai • 206
C. Kontribusi Hati pada Pembentukan Karakter • 221

A. KERUSAKAN HATI SEIAB UTAMA RUSAKNYA KARAKTER

D. Kontribusi Pendidikan Hati
pada Konsep Pendidikan Karakter • 236
Catatan • 251


't

BABV
PENUTUP • 259
A. Kesimpulan. 259
B. Saran. 264
DAFTAR PUSTAKA • 267
LAMPlRAN: AYAT-AYAT HATI • 277
INDEKA.359
IHWAL PENULIS .362

"

x

Mendidik Hoti Membentuk Korokter

'Ainain dengan tegas mengatakan, bahwa di dalam alQur'an  dapat ditemukan konsep  pendidikan qur'aniyah, 
karena sesungguhnya al­Qur'an secara hakiki mengandung 
sistem  pendidikan Islam  yang sempufna.  Konsep  pendidikannya  melebihi  keunggulan konsep  pendidikan  yang 

berkembang di dunia, dalam ilmu jiwa, kehidupan manusia,  dan dalam kelengkapannya. 1 
AI­Qur'an adalah merupakan sumber pedoman hidup 
rnanusia,  termasuk  di  dalamnya  petunjuk  dalam  proses 
penyucian/pendidikan hati.  AI­Qur'an  dapat  mendidik 
kesucian  hati  terutarna  pada mereka  yang  menghendaki' 
menjadi  hamba Allah  SWT.  yang  senantiasa  menyucikan 
dirinya. Kalau sekiranya di sisi kami ada sebuah kitab semenjak
dari orang yang terdahulu. Benar-benar kami akan menjadi
hamba Allah yang disucikan dari dosa 2 . Salah satu  fungsi 
al­Qur'an diturunkan adalah untuk menyucikan manusia, 
dan oleh karenanya di dalam ayatnyct terkandung pesanpesan  penyucian hati. 3 

Drs.  Suporlon,  M.Pd.1 

1

Hati dalam al-Qur 'an menggunakan kata qalb, fuad,
dan shadr. Kata qalb, dalam al-Qur'an dengan berbagai bentuknya terdapat pada 134 ayat. Kata juad dengan berbagai
bentuknya terdapat pada 16 ayat, dan kata cadI', ditemukan
pada 45 ayat. 4 Kata-kata dalam ayat al-Qur'an yang dapat

dikaji dan dikaitkan dengan konsep pendidikan/penyucian
hati secara garis besar dapat dikelompokaan menjadi dua
kelompok. Pertama, kata yang terkait dengan pendidikan
ke arah pengembangan potensi kebaikan hati, adalah: allafa, athhara, faza'a, rabama, saraha, rabatha, yabtaliya,
yuzhibu, yathmainnu, yahdi, yumahhisha.5 Kedua, kata yang
terkait dengan peIemahan atau perusak pendidikan hati
diantaranya adalah: Khatama, thaba'a, asama, naza'a, tahwa, yudiku, akanna, taqallaba, syaddada, qozafa, sharafa,
qassat, zaga, tukinnu. 6
AI-Ghazali, berkaitan dengan pentingnya hati dalam
menentukan karakter seseorang menegaskan:
"Hati adalah sebagai tanah, sedang keimanan adalah
sebagai benih yang ditanam disitu . Ketaatan adalah berjalan menurut arah dan arusnya hati, serta yang disalurkan di situ. Adapun hati yang sudah terjerumus dalam
kelezatan duniawiyah dan sudah berkecimpung dalam
segala kemaksiatannya, dapat diumpamakan sebagai tanah
yang tandus yang tidak mungkin lagi ditanam beni1t, sebab
sudah tidak subur lagi, untuk itu benih-benih yang ditanam pasti エゥ、 セ ォ@ akan pulang"7
Hati menentukan baik dan buruknya karakter anak
didik, Rasulullah saw bersabda Ketahuilah 'bahwa didalam
diri manusia ada segumpal darah, jika baik maka akan baiklah semua dirinya, dan jika rusak maka akan rusaklah semua
If


2

Mendidik Hoti Membentuk Korakter

l,
..

dirinya, ketahuilah segumpal darah itu adalah hati.8 Keimanan juga tidak akan dapat istiqamah tanpa dibarengi dengan
hati yang sehat dan baik, bahkan keaIiman dan keselamatan seseorang juga tergantung pada keselamatan dan
kebaikan hatinya.9
Said Hawa berdasar Surat al-Qur'an: 124-125, menegaskan bahwa ajaran dari aI-Qur'an tidak dapat disentuhkan kepada anak didik menjadi menyatu dengan kepribadiannya manakala hatimereka ada penyakitnya.
"Perhatikanlah, bahwa ayat tersebut dikaitkan dengan
mereka yang di dalam hatinya ada penyakit, yang semestinya ayat tersebut dapat menambah keimanan, tetapi justru memperparah penyakit hati mereka. Dengan demikian
jika kita ingin mempersentuhkan al-Qur'an secara benar
dengan hati manusia agar hati bisa mengambil manfaat
dari al-Qur'an tersebut, maka kita harus mengobati hati
tersebut terlebih dulu dengan menjadikannya sebagai hati
yang beriman secara tulus 10
Dengan demikian, mendidik hati merupakan titik

awal yang harus dilakukan sebelum mendidik karakter,
karena akan sangat sulit menanamkan pendidikan karakter
pada anak didik yang hatinya masih sakit. Kegagalan lembaga pendidikan dalam mendidik hati anak didiknya ada-'
lah merupakan kesalahan fatal dalam upaya pembentukan
karakter. Dampak dari kesalahan ini dapat mengakibatkan
krisis moral dan etika yang akan sangat sulit ditanggulangi,
Muhammad Nur menegaskan: Adab yang buruk menghasilkan akal yang rusak, akal rusak mengakibatkan kebiasaan buruk, kebiasaan buruk mengakibatkan watak pemberontak, watak pemberontak mengakibatkan perbuatan
fl .

Drs. Suporlon, M.Pd.1

3

jahat, perbuatan jahat mengakibatkan dibenci Allah SWT.
dan dibenci Allah SWT. mengakibatkan kehinaan selamanya. ll
Ketika hati anak didik sudah sakit, pasti mereka kelak
akan menjadi mangsa harta. Kecenderungan mengejar harta
dan materi semata akan mengakibatkan meluasnya penyakit sosial sekaligus penyakit moral. Anak didik baik yang
sekolah di sekolah agama maupun sekolah umum akan semakin tersesat pada ketamakan terhadap pangkat dan kedudukan, dan kemudian meluas memunculkan penyakitpenyakit berikutnya berupa penyakit batin: iri hati, bakhil,
ria, sewenang-wenang, gila popularitas, munafik, mencari
muka, serta tunduk terhadap materi, kekuatan dan politik. 12
Banyak kasus pelanggaran terhadap moral yang dilakukan oleh orang yang sudah terdidik dan sebenarnya mereka sudah mengetahui bahwa yang diperbuatnya adalah
merupakan perbuatan salah. Pelanggaran moral tidak hanya dilakukan oleh pemimpin negara, elite politik, guru,
dan orangtua, bahkan hampir juga terjadi ketika anak didik
masih dalam proses berlangsungnya pendidikan. Kasus
perkelahian antarpelajar dan kasus menyontek serta pacaran hampir menjadi pemandangan yang senantiasa ada
hampir pada setiap lembaga pendidikan.
Pendidikan budi pekerti yang diberikan kepada siswasis wi, baik melalui pelajaran pendidikan agama dan Pendidikan Moral Pancasila tidak berhasil, kalau tidak ingin dikatakan gagal total. Kendati pelajaran-pelajaran itu bagus, sayangnya tidak membekas ke dalam perilaku'·manusianya.
Pelanggaran moral yang dilakukan mereka yang relatif

4

Mendidik Hoti Membentuk Korokter

:..,.

"

berpendidikan atau masih hidup di dalam proses pendidikan, dapat menjelaskan bahwa fakta pelaku amoral sebagian
mereka sebenarnya memahami betapa bahayanya perbuatan dOSil, dampak dan seberapa murka Allal1 SWT. jika mereka malakukannya. Namun dalam kenyataannya kebanyakan mereka tidak berdaya menghadapi godaannya,
serta tidak dapat menghindarkan dirinya dari perbuatan
dosa itu. Sesekali memang bisa jadi mereka bertobat dan
kembali pada perbuatan yang baik, tetapi akhirnya setelah
itu terjerumus lagi dan terjerumus lagi. Lahirlah generasigenerasi yang rapuh, tak kuasa menahan syahwat, dikuasai
materi, dan jauh dari norma agama yang dia sudah mempelajarinya. Tidak heran kalau di negeri ini, jika remajanya
tak berdaya menghadapi rongrongan nafsu syahwat, terlena dengan gemerlap dunia, dan tergilas ganasnya dunia.
Memperhatikan fakta di atas, rusaknya karakter anak
didik memang dapat disebabkan oleh banyak faktor: lingkungan, sistem pendidikan, keluarga, sosial ekonomi dan
merebaknya pornografi dan pornoaksi. Namun" semua itu
adalah penyebab jauh, dan penyebab utamanya adalah rapuhnya hati mereka, kegagalan mengobatinya, hilangnya
identitas hati dan hilangnya hati yang sehat. Menurut Rusyah, orang yang mempunyai hati sehat, perilakunya tetap
sehat walaupun mereka tidak memiliki harta benda dan
bekerja siang dan malam. 13
Karakter bangsa adalah kunci sebuah negara yang
ingin maju. Karakter bangsa sangat dltentukan oleh bagaimana bangsa ini melakukan upaya terus menerus memperbaiki proses pendidikan karakter. Pendidikan karakter
sebagus apa pun tidak akan masuk ke dalam perilaku ma-

Drs. Suporlon, M.Pd.1

5

nakala hati bangsa itu belum sehat. Hati yang sehat adalah
kunci utarna yangharus diprioritaskan disehatkan agar pendidikan yang bagus dengan mudah tertanam dan tersatukan menjadi pribadi yang secara refleks berkeinginan dan
terus beramal kebaikan.
Bangsa Indonesia yang tengah menghadapi berbagai
gejolak dan tantangan krisis moral, sangat membutuhkan
model pendidikan karakter yang secara konseptual benarbenar dapat diterapkan untuk memperbaiki dan menumbuhkan moral. Konsep pendidikan karakter altematif menjadi penting bagi bangsa, guna percepatan perbaikan karakter, serta mendukung lajunya pembangunan mencapai
. kesejahteraan bangsa. Namun, sebelum pendidikan karakter diaplikasikan, tidak kalah penting untuk meraih semua
itu diperlukan adanya upaya untuk mendidik hati secara baik,
karena karakter sang at ditentukan oleh kejemihan hati nurani. Konsep pendidikan hati menjadi mendesak untuk di
praktikkan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, terutama lembaga pendidikan.
Pendidikart hati agar tidak salah arah harus dirumuskan berdasar pada al-Qur'an, terutama dari petw1juk qur'ani dari ayat-ayat yang terkait dengan hati. Buku sederhana
ini merupakan kajian awal ayat-ayat hati dalam al-Qur'an,
yang diharapkan dapat menjadi acuan bagaimana mend idik hati dengan benar.

B. MENDEFINISIKAN PENDIDIKAN HATI
Pendidikan ·sebagai padanan makna tarbiyah secara
bahasa mempunyai asal makna tumbuh (nama), berkembang (nasyaa), dan memperbaiki (ashlaha)14. Secara istilah

6

Mendidik Hoti Membentuk Korakter

menurut Rahib al-Isfahanjls tarbiyah adalah mengembangkan sesuatu setahap demi setahap sampai tercapai kesempumaan. Dan menurut Najar, tarbiyah berarti menumbuhkembangkan potensi individu sedikit demi sedikit dengan
latihan-Iatihan sampai potensi individu tersebut dapat mencapai kesempurnaan. J6
Pendidikan dapat dimaknai sebagai upaya mengoptimalkan perkembangan potensi manusiawi, kecakapan hidup, dan sikap kepribadian individu peserta didik menuju
tercapainya kesempurnaan dan kedewasaan yang baik.
Pendidikan yang orientasinya adalah sebagai proses pendewasaan dan penyempumaan untuk tercapainya kebaikan
kemanusiaan, dengan demikian mengharuskan berlangsung secara mustamirah, baik dalam situasi pergaulan,
pengajaran, latihan-Iatihan, dan bimbingan.
Hati menurut al-Ghazali l 7 menunjukkan pada dua
makna, hati yang bersifat fisik yang berupa segumpaI daging yang memiliki rongga sebagai tempat ruh, yang masuk
ke dalamnya darah Ialu dikeluarkan untuk menghidupi
tubuh manusia. Makna kedua, hati adalah hati yang lembut, rabbaniyah dan ruhiyah. Hati yang lembut ini memiliki
hubungan saling ketergantungan dengan hati yang bersifat
fisiko Hati yang lembut merupakan inti dari hakikat ォ・ュ。セ@
nusiaan, sebagai indra untuk mengetahui dan memahami.
Hati pada peneIitian ini adalah dalam pengertian yang
kedua; yakni hati yang memiliki potensi bersifat ruhiyah yang
dapat dididik agar menjadi memiliki kemampuan mengetahui, memahami dan memilih atau menentukan keputusan untuk mendorong potensi manusia lainnya melakukan perbuatan.

Drs. Suporion, M.Pd.1

7

Berdasar pengertian pendidikan dan pengertian hati
di atas, maka yang dirnaksud pendidikan hati adalah upaya
sadar dan sistema tis untuk menumbuhkembangkan potensi hati agar hati mencapai kesempurnaan menjadi hati
yang sehat atau qalbun salim.

c.

HATI SEBAGAIINTI KARAKTER

Hati dalam pengertian ruhaniyah adalah merupakan
tempatnya keimanan, keyakinan, dan pengagungan terhadap Tuhan semesta a1am. ls Rasa takut ketu1usan bertawakal, serta cinta pada Tuhan dan sesama manusia, ketundukan mematuhi perintah, serta menghormati Tuhan berpangkal pada potensi hati yang sehat. Begitu tingginya peran
ha ti maka sampai Allah SWT. menjadikan hati sebagai pusat
penilaian baik buruknya manusia,

jセ

...

. ᆱGHiセエ@

セ@

J

0

セZゥャ@

'"

jセᄏ@

'

"'

エBG[Nセ@

セ@

.( ..

ZセBGNゥi|@



I; J'\ ' vセ@

セ@ セ

セBG@

セ@

('I'


セGIMB@

セ|
.(11'

JU

+.(-:,
"' セ@
セMNZ^_ゥ@

Hati menurut Asy-SyahudP9 adalah merupakan tuan
dan kepala dari seluruh anggota badan manusia, pikiran
bagi hati adalah bagaikan daun telmga bagi pendengaran.
Menurut Wiyono, hati adalah ibarat cermin, hati tempat berkaca tentang baik atau buruk, tempat menilai apakah perbuatan itu baik atau buruk, dan hati tidak dapat dibohongi

betapapun kit a mencoba
merasionalkan perbuatan buruk
seperti baik, maka hati tetap akan mengatakan itu adalah
buruk.20 Hati tidak akart mengmgkari segala sesuatu yang
21
telah ia lihat kebenarannya.

8

Melldidik Hoti Membelltuk Korokter

Hati adalah sebagai manajer yang akan menentukan
apakah seluruh anggota badan diarahkan diperintahkan
untuk menjadi baik dan buruk. Hati adalah manajer yang
akan menentukan dorongan kepentmgan/konflik antara
kemgman baik dan buruk. Hati dengan demikian adalah
mempunyai peran yang sentral menentukan perilaku manusia, termasuk karaktemya. Dan mekanisme kerja seluruh potensi manusiawi berawal dari keputusan hati.
Alur mekanisme potensi diri diawali dari keyakinan
hati, keyakinan hati kemudian dipikirkan dengan menggunakan akainya, kemudian diwujudkan dalam tindakan
mdra, dan menghasilakan amalan dan hasil. 22 Keberhasilan
dalam menentukan perilaku dan bahkan dalam meraih
kesuksesan dapat dimulai dari hati, karena hati adalah
manajer sekaligus tempat bersemayamnya keimanan,
keyakinan, perasaan, dan juga visi dan ·dorongan untuk
berperilaku.
Ibnul Qayyirn menegaskan bahwa kebaikan seseorang,
kebahagiaan seseorang, dan kemenangan seseorang tergantung pada dua hal, yakni hati dan penerangan/wahyu23. Hati merupakan sumber kefaqihan terhadap persoalan mana yang baik dan mana yang buruk, karena inilah
maka Rasulullah saw menganjurkan pada umatnya untuk
meminta pertimbangan kepada hati dalam menentukan
perkara, karena ilmunya hati akan menjadi ilmunya ilmu,
dan ilmu batin adalah ilmunya para ulama selama tidak
dipengaruhi oleh taqlid. 24
Hati memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter dan perilaku manusia. Kedudukan hati
menjadi manajer yang akan menentukan pilihan perilaku

Drs. Suporlon, M.Pd.1

9

mengarah pada kebaikan atau keburukan. Hati yang terdidik atau yang sehat juga dapat menjadi peranti menangkap kebenaran, sekaligus mengantarkan pada dorongan
unuk melakukan segala aktivitas yang dapat mengarahkan
pada kebenaran, kesuksesan, dan kebahagiaan.
Hati hendaknya dibina agar rnenjadi hati yang baik.
Hati jika sudah berubah menjadi sakit atau mati akibat dari
pengaruh pendidikan dan pengalaman hidup yang tidak
baik, akan membuat manusia kehilangan manajer dan
sekaligus pusat kekuatan untuk berbuat baik.

D.HATI DIDIDIK MELAlUI PENDIDIKAN NILAI
Pendidikan hati lebih dekat dengan pendidikan nilai,
oleh karenanya di samping pendidikan hati juga harus
memperhatikan karakteristik dan juga memahami jenis
penyakit hati yang ada pada diri anak, perlu memperhatikan beberapa prinsip pendidikan nilai . Menurut Djahiri,25
ada delapan prinsip pendidikan nilai: 1) Evocation, dengan
pendekatan memberikan keleluasaan anak mengekspresikan dalam merespons nilai yang diterimanya. 2) Inculkation, pendekatan untuk mempersiapkan anak siap menerima stimulus nilai. 3) Moral Reasoning, pendekatan agar
anak memecahkan problem nilai dengan intelektual taksonomi yang tinggi. 4) Value clarivicatio, memberikan stimulus nilai yang terarah agar anak dapat mencari kejelasan
nilai. 5) Value analysis, memberikan rangsangan agar anak
menganalisis nilai moral. 6) Moral awarenees, pendekatan
untuk menumbuhkan kesadaran anak atas nilai yang diberikan. 7) Commitmen approach, pendekatan agar anak sejak
-awal diajak menyepakati pola pikir dalam proses pendi-

10

Mendidik Hoti Membentuk Korokter

dikan nilai. 8) Union approach, pendekatan untuk mengarahkan anak secara riil melaksanakan nilai dalam kehidupan.
Said Hawa memasukkan pendidikan hati ke dalam
konsep pendidikan ruhiyah, dan menurutnya untuk mendidik hati melalui beberapa tahap, sebagairnana tahapan yang
dikembangkan dalam proses perjalanan menuju Allah
SWT. melalui jalan tasawuf. Tahapan yang mesti dilalui adalah: 1) melakukan proses perpindahan dari hati yang sakit
menuju hati yang sehat. 2) Memberikan makanan harian
dan bekal yang dibutuhkan hati tersebut agar tetap dalam
kondisi beriman. 26
Jalan untuk memperbaiki hati, pertama adalah ilmu,
yang disusul dengan mengamalkan Islam. Dzikir adalah
amalan pertama yang harus dikerjakan
untuk memper..
baiki hati. Ilmu tidak dapat dilepaskan dan diabaikan dari
hati. Namun, hati juga membutuhkan pengamalan Islam
sebagai sarana yang wajib diIakukan untuk menyalakan
cahaya kekuatan hati sedikit demi sedikit, sampai hati betul-betul menjadi bercahayaY Pendekatan dan strategi pengembangannya dengan demikian menggunakan ajaran
Islam, yang dipahami dan difungsikan sebagai metode atau
proses pendidikan hati. Dalam arti ajaran itu harus benarbenar dipraktikkan bukan saja sebagai ritual tetapi harus
difungsikan maknanya sebagai proses pelatihan spiritual.
Pengembangan pendidikan hati sebagaimana dirumuskan Said Hawa, sejalan dengan prinsip pendidikan bdtin dari ajaran tasawuf yang meliputi: 1) Takh alli, yaitu
proses mengosongkan diri dari ketergantungan terhad (1 p
kelezatan dunia melalui taubat, wm;a', z uhud, dan faqr. 2)
セ@

Drs. Suporlon, M.Pd.1

N@

11

Tahalli, tahap di mana anak didik harus menghiasi diri dengan perbuatan yang baik, melalui pelaksanaan kewajiban
yang bersifat formal (shalat, haji), dan kewajiban batin
berupa usaha untuk terus beriman dan taat pada Allah
SWT. 3) Tajalli, setelah hati terbentuk dengan keimanan
dan sifat mulia maka untuk menjaga agar tidak berkurang
maka perlu diisi dengan peningkatan kesadaran dan penghayatan optimal dan rasa yang mendalam kecintaannya
pada Allah SWT.28
Strategi pendidikan hati dengan demikian dapat
disederhanakan menjadi tiga tahapan pendidikan. Tahap
pertama, adalah tahap pra-kondisi, tahapan ini mencakup
proses mengenali kondisi hati anak, mengenalkan fungsi
hati, melakukan pelurusan/pengobatan terhadap hati yang
sakit, dan memberi keleluasaan pada anak untuk mengekspresikan dengan potensi hati. Tahap pertama dengan
tujuan agar kondisi hati anak benar-benar siap menerima
penerangan dan pencerahan pendidikan, sekaligus agar
anak dengan kebebasan hatinya dapat menerima dan membedakan mana pengajaran perilaku yang baik dan mana
yang buruk.
Tahap kedua, adalah tahap proses pembentukan. Tahapan ini mencakup proses: menumbuhkan kesadaran
pentingnya karakter, membiasakan hati anak berlatih
membedakan benar dan salah, melatih hati anak untuk
menganalisis dampak positif dan negatif perilaku baik dan
buruk, melatih sejak awal agar anak melakukan ajaran
wahyu (sebagai pencerah) melalui amalan-amalan harian
secara rutin. Memasuki tahapan kedua anak diharapkan
akan dapat mulai menggunakan hati dalam menentukan

12

Mendidik Hati Membentuk Karakter

perilaku dan sekaligus dibentuk kebiasaan baik dengan
pencahayaan wahyu sebagai pencerah kehidupan hati dan
pembentukan kecerdasan hati.
Tahap ketiga, adalah tahap pemeliharaan. Pada tahapan ini yang paling pokok harus dilakukan adalah menjaga
agar hati yang sudah terbentuk tidak berkurang potensinya. Cara yang harus dilakukan adalah menjaga agar anak
didik terhindar dari pengaruh negatif dari luar, dengan cara
meningkatkan kehadiran rasa keimanan di hati. Keimanan
yang dimaksud adalah keimanan yang mampu menghadirkan anak di mana pun merasa dekat dengan pengawasan
Allah SWT., rasa keagungan Allah SWT. dan rasa keyakinan atas kebesaran cintanya kepada Allah SWT.

Drs. Suparlan, M.Pd.1

13

CATATAN

Said.net. 4 April 2010),  hIm. 4.  
Khulashoh, hIm.  10.  
19Ibid, hIm. 11.  
2°Slamet  Wiyono,  Manajemen Potensi Diri,  (Jakarta:  Gramedia,  2006), 
ィセャN@
46. 
21M.  Quraish  Shihab,  Tafsir al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian alQur'an, Jilid 13,  (Tangerang:  Lentera Hati, 2011),  hIm.  118. 
22Wiyono,  Manajemen, him 105. 
23Ibnu  al­Qayyim  al­]auziyyah,  Manajemen Qalbu Melumpuhkan Senjata
Syetan, te1i.  Ainul  Haris  Umar Arifin  Thoyib,  Cet.  VI,  (Jakarta: 
Darul  Falah,  2005),  him. 54­57. 
24Syaih  Abi  Thalib  Muhammad  Ibnu  'Ali  al­Maky,  Qutu al-QulUb fi
Mu'amalti al-Mahbub, Jilid  I,  (Bairut:  Dar al­Fikr,  U),  him. 15. 
25Z a im AI  Mubarrok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 
2008),  hIm. 58. 
26Said  Hawa,  Pendidikan, him. 111. 
27Ibid. him.  112­113. 
28S a id  Agi1  Siradj,  Pengembangan Universitas Islam Horizon Baru
Pengembangan Pendidikan Islam, (Malang:  UIN  Pres,  2004  ).  him. 
256. 
iセaウケMs。ィオ、ゥL@

l'Ali Khalil Abu 'Ainain, Falsafah at-Tarbiyah al-Islamiyah fi al-Qur'an alKarim, (t.t.pen: Dar al-Fikri al-Arabi(1980), hIm. 145-146.
2AI-Qur'an In Word, Q.5 Ash-Shaffat: 168-169.
3Muhammad Djarot Sansa, Komunikasi Qur'aniyah Tadzabur Untuk
Pensucian Jiwa, (Bandung: Pustaka Islamika, 2005), hlm.142.
セmオィ。ュ、
Fuad Abdul Baqi, AI-Mu'jam AI-Mufahras Ii Aljiidzi AI-Qur'an
aI-Karim, (Indonesia: Maktabah Rohlani, t.t.), hIm. 512-513, 648,
698-700.
SIbid.
6Ibid.
7Azam Syukur Rahmatullah, Psikologi Kemalasan, (Kebumen: Azkia Media, 2010),  hIm. 79. 
6Abu Abdillah Muhammad Ibu  Ismail al­Bukhariy,  AI-Jami' Ash-Shahih,
Jilid  I,  (Kairo: AI­Mamba'ah As­Salafiyah,  1400 H  ),  hIm. 34. 
9KhalidinAbdul Masholih, Shalahul QulUb, (www.saaid.net. didownload 
17 Juni 2010),  hIm. 16. 
IOSaid Hawa, Pendidikan Spiritual, terj., Abdul Munip M.Ag., (Yogyakarta: 
Mitra  Pustaka, 2006),  hIm.  150. 
IIMuhammd  Nur  Ibnu  Abdu  AI­Hadi  Sudi,  Manhaj Tarbiyah An-Nubuwiyah Liththifli min Namu'aji At-Tathbiqi min Hayiiti AI-SalafAshShalih, (Makkah AI­Mukarramah: Dar AI­Thayyibah, 2000),  hIm. 
290­29l. 
I2Syaih  Khalid  Sayyid  Rusyah,  Nikamatnya Beribadah, terj.,  H  Kusrin 
Karyadi Lc,  (Jakarta Timur: Pustaka AI­Kautsar, 2004). hIm. 104. 
13Syaih  Khalid  Sayyid  Russyah,  Nikmatnya ... hlm.ll. 
14Muhammad  Nur bin' Abdu  al­Hafid  Suwaid,  Manhaj At-Tarbiyah AINabawiyah Littifli (Makkah  Mukarramah:  Dar  Ath­Thayibah, 
1990), him. 13. 
15Ibid. h1m.13. 
16Fahmi  Najar,  AI-Harbu An-Nafsiyah Adlwaun IsLamiyatun, (Riyad:  Dar 
al­Fadlilah,  uh, didownload dari www.Waqfea.com.  3 Oktober 
2011),  hIm. 43. 
17Abu  Hamid  AI-Ghazali,Mukhtacar Ihya 'U/umuddin, (Bairut:  Dar  A1Fikr,1993), him. 130. Ali Ibnu Nayif as­Syahudi,  Khulashah fi Fiqh
AI-QaIbi, (Wizaratul  I'Iam:  2007,  didownload  dari  WWW. 

)

14

Mendidik  Hati  Membentuk  Karakter 

Drs.  Suparlon,  M.Pd.1 

15