Adat sambatan bahan bangunan dalam perspektif Hukum Islam: studi kasus Desa Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.

ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DALAM
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(Studi Kasus Desa Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan)

SKRIPSI

Oleh
Ahsanu Amala
NIM. C72213098

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
Surabaya
2017

ABSTRAK
Skripsi yang berjudul ‚Adat Sambatan Bahan Bangunan dalam Perspektif
Hukum Islam (Studi Kasus Desa Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten
Lamongan)‛ penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan, bagaimana

deskripsi adat sambatan bahan bangunan di Desa Kepudibener Kecamatan Turi
Kabupaten Lamongan, bagaimana akad dalam adat sambatan bahan bangunan di
Desa Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan, serta bagaimana
perspektif hukum Islam terhadap adat sambatan bahan bangunan di Desa
Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan?
Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan (field reseacrh) di Desa
Kepudibener Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi
dan wawancara (interview). Selanjutnya data yang dikumpulkan disusun dan
dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis, yakni mengumpulkan
data tentang adat sambatan bahan bangunan di Desa Kepudibener Kecamatan
Turi Kabupaten Lamongan yang disertai analisis, untuk diambil kesimpulan.
Dalam penelitian diperoleh data bahwa praktik adat sambatan bahan
bangunan di Desa Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan,
menggunakan akad akad qard{ (hutang) dimana seseorang memberikan bahan
bangunan kepada orang yang membangun rumah, dan jika suatu hari yang
memberikan bahan bangunan membangun rumah, maka bahan bangunan tersebut
harus dikembalikan.
Menurut hukum Islam, bahwa praktik adat sambatan bahan bangunan
dalam perspektif hukum Islam studi kasus Desa Kepudibener Kecamatan Turi

Kabupaten Lamongan tidak diperbolehkan, karena saat mengembalikan barang,
orang yang memberikan barang meminta pengembalian lebih. Meskipun
pengembalian lebih tidak disebutkan saat akad tetapi, sudah menjadi tradisi jika
mengembalikan barang harus dikembalikan lebih.. Jika dilihat dari perspektif ‘urf
termasuk ‘urf al-sahih dikarenakan syarat dan rukunnya terpenuhi dan tidak
bertentangan dengan dalil syara’.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka praktik adat sambatan bahan
bangunan dalam perspektif hukum Islam di Desa Kepudibener Kecamatan Turi
Kabupaten Lamongan, sebaiknya saat orang yang diberikan barang
mengembalikan, yang memberikan barang tidak meminta untuk di lebihkan agar
tidak terjadi penyimpangan syariat Islam.

v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DALAM ............................................................................ i

PERYATAAN KEASLIAN .............................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii
PENGESAHAN ................................................................................. iv
ABSTRAK ......................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.............................................................................. xi
DAFTAR TRANSLITERASI ........................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ................................. 4
C. Rumusan Masalah ......................................................... 5
D. Kajian Pustaka .............................................................. 5
E. Tujuan Penelitian .......................................................... 11
F. Kegunaan Hasil Penelitian............................................ 12
G. Definisi Operasional ..................................................... 12
H. Metode Penelitian ......................................................... 13
I. Sistematika Pembahasan .............................................. 17
BAB II : QARD{ DAN ‘URF DALAM HUKUM ISLAM ............... 19
A. Qard{ ............................................................................... 19

1. Pengertian Qard{ ...................................................... 19
2. Dasar Hukum Wad ’̅ ah ........................................... 21

3. Rukun dan Syarat Wad ’̅ ah ..................................... 25
viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4. Waktu dan Tempat transaksi Qard{ ......................... 27
5. Tambahan dalam Hutang ........................................ 28
6. Syarat yang Sah dan yang tidak Sah (Fasid) .......... 30
7. Tata Krama ............................................................. 31
B. ‘Urf ................................................................................ 34
1. Pengertian Urf ......................................................... 34
2. Dasar Hukum Urf .................................................... 35
3. Macam-macam Urf ................................................. 38
4. Syarat-syarat Urf untuk dijadikan Landasan
Hukum ..................................................................... 41
BAB III : DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN
DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI

KABUPATEN LAMONGAN ...................................... 39
A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener .............. 39
1. Letak Geografis ..................................................... 39
2. Keadaan Sosial Keagamaan................................... 40
3. Pendidikan ............................................................. 41
4. keadaan Ekonomi................................................... 43
B. Praktik adat sambatan bahan bangunan di Desa
Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten
Lamongan .................................................................... 46
1. Sejarah adat sambatan bahan bangunan ................ 46
2. Proses adat sambatan bahan bangunan ................. 53
BAB IV : ANALISIS ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI
DESA
KEPUDIBENER
KECAMATAN
TURI
KABUPATEN LAMONGAN ........................................ 59
A. Analisis Praktik adat sambatan bahan bangunan di
Desa Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten
Lamongan .................................................................... 59

B. Analisis Hukum Islam terhadap Praktik adat
sambatan bahan bangunan di Desa Kepudibener
Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan ..................... 62

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V : PENUTUP ....................................................................... 74
A. Kesimpulan ................................................................. 74
B. Saran ........................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan Agama rahmatan lil’ ̅ lam n̅ yang mengatur

hubungan antara mahluk dengan Allah SWT melalui ibadah. Dalam Islam
juga mengatur hubungan antara sesama mahluk seperti jual beli, hutang
piutang, jasa penitipan, sewa menyewa, gadai, kerjasama dan lain
sebagainya. Interaksi manusia dengan sesama manusia dan segala
tujuannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut diatur oleh Islam dalam
suatu ilmu yang disebut fiqh mu’amalah.
Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia mempunyai tujuan untuk
memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia sangat beragam, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan kerja sama dan saling
membantu satu sama lain. Ada banyak cara yang bisa dilakukan seseorang
untuk memberikan bantuan kepada orang lain yang sedang membutuhkan
pertolongan. Islam mengajarkan untuk saling tolong menolong antara satu
dengan yang lain. Allah SWT memerintahkan hamba-hambaNya yang
beriman untuk saling tolong menolong dan bekerja sama dalam hal
kebaikan dan atas dasar syariat, dan melarang mereka untuk tolongmenolong dalam hal dan bekerja sama dalam perkara yang haram. Dalam
Islam


telah

dijelaskan

ketentuan-ketentuan

hukum

Islam

untuk

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

melaksanakan ajaran saling tolong-menolong sebagaimana firman Allah
sebagai berikut:

....           
‚ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan.‛ (Q.S. al-Maidah : 2).1
Bentuk tolong-menolong diantaranya adalah menitipkan barang
kepada seseorang agar dapat menghasilkan manfaat. Di Desa Kepudibener
Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan, terdapat transaksi titipan yang
dikenal dengan istilah adat Sambatan bahan bangunan yaitu titipan
berupa barang dalam pembangunan rumah yang dilakukan secara
bergantian. Adat Sambatan di Desa Kepudibener sudah dilakukan sejak
lama dan sampai sekarang masih berjalan. Pada mulanya masyarakat
hanya memberikan bantuan kepada kerabat dekat, atau tetangga dengan
menyumbangkan makanan atau tenaga dalam pembangunan sebuah
rumah. Tetapi, seiring berjalannya waktu berubah dalam bentuk uang atau
bahan bangunan karena kebutuhan yang terus bertambah dan harga bahan
bangunan yang semakin tinggi sedangkan dalam pembangunan rumah
memerlukan biaya yang tidak sedikit. Pada akhirnya setiap ada
masyarakat Desa Kepudibener yang akan melakukan pembangunan
rumah, para kerabat dekat atau tetangga datang ketempat orang tersebut
dengan memberikan titipan berupa bahan bangunan seperti pasir, semen,

batu bata dan bahan material lain yang diperlukan. Titipan tersebut
1

Departemen Agama, al-Quran danTerjemah, (Jakarta: Pustaka al-Fatih, 2009), 106.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

menjadi hutang yang wajib untuk dikembalikan sewaktu-waktu apabila
orang yang menitipkan melakukan pembangunan rumah.
Adat sambatan bahan bangunan ini cukup membantu masyarakat
desa dalam pembangunan rumah, terutama bagi masyarakat yang kurang
mampu. Karena jika mereka hanya memiliki modal sedikit dan
membutuhkan lebih banyak bahan bangunan, masyarakat dapat saling
membantu untuk memenuhinya. Mereka telah memiliki tabungan bahan
bangunan yang sudah dititipkan. Misalnya ibu ‘A’ akan membangun
sebuah rumah, dan ibu ‘B’ menitipkan barang berupa semen 50 kantong
dengan harga pasar saat itu. Suatu saat jika ibu ‘B’ akan membangun
rumah, ibu ‘A’ wajib mengembalikan semen tersebut sesuai dengan

jumlah yang pernah diberikan dengan harga pasar saat ini. Dan biasanya
saat pengembalian jumlah semen bertambah dari semula, dari 50 kantong
menjadi 55 kantong semen karena ibu ‘B’ meminta kepada ibu ‘A’ untuk
menambahkan jumlah semen yang pernah dititipkan, sedangkan dalam
kesepakatan awal yang harus dikembalikan jumlah semen sesuai dengan
jumlah yang dititipkan.2
Berdasarkan fenomena diatas, Adat Sambatan bahan bangunan
merupakan topik yang menarik untuk diteliti. Sambatan yang dulu
merupakan

kegiatan

tolong-menolong

sekarang

menjadi

aktifitas

investasi, dan adanya tambahan dalam pengembalian barang titipan. Dari
uraian diatas peneliti akan membahas secara mendalam dalam penelitian
2

Maimunah, Wawancara, Lamongan, 02 Oktober 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

skripsi yang berjudul ‚Adat Sambatan Bahan Bangunan dalam Perspektif
Hukum Islam (Studi Kasus Desa Kepudibener Kecamatan Turi
Kabupaten Lamongan).‛

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Melalui latar belakang tersebut di atas, terdapat beberapa
permasalahan yang dapat peneliti identifikasi dalam penulisan penelitian
ini, yaitu sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya adat sambatan bahan
bangunan di Desa

Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan.
2. Praktek adat Sambatan bahan bangunan di Desa Kepudibener
Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.
3. Akad dalam pelaksanaan adat Sambatan bahan bangunan di Desa
Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.
4. Pendapat para ulama dan pandangan hukum Islam tentang adat

sambatan bahan bangunan di Desa Kepudibener Kecamatan Turi
Kabupaten Lamongan.
Adapun batasan masalah yang menjadi fokus peneliti dalam
penelitian ini, yaitu peneliti akan mengkaji tentang:
1. Adat sambatan bahan bangunan di Desa Kepudibener Kecamatan Turi
Kabupaten Lamongan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

2. Akad dalam adat sambatan bahan bangunan di Desa Kepudibener
Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.
3. Perspektif hukum Islam terhadap adat sambatan bahan bangunan di
Desa Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana deskripsi adat sambatan bahan bangunan di Desa
Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan?
2. Bagaimana akad dalam adat sambatan bahan bangunan di Desa
Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan?
3. Bagaimana perspektif hukum Islam terhadap adat sambatan bahan
bangunan di Desa

Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan deskripsi ringkas tentang kajian atau
penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan
diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang dilakukan ini tidak

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang
telah ada.3
Setelah peneliti melakukan kajian pustaka, peneliti menjumpai hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang mempunyai
sedikit relevansi dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan, yaitu
sebagai berikut:
Penelitian yang berjudul ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Hutang

Modal Usaha Penambangan Pasir Di Desa Tumapel Kecamatan Jatirejo
Kabupaten Mojokerto..‛ Oleh Chamdan Yuafi Zarkasi, tahun 2016.
Penelitian ini mengkaji tentang hutang modal dalam usaha penambangan
pasir diperoleh bahwa kreditur (juragan) menentukan 3 kewajiban kepada
debitur (penambang pasir) yaitu pertama, harus membayar fee sebesar 1
juta setiap bulan. Kedua, debitur (penambang pasir) harus menjual
pasirnya kepada juragan di bawah harga pasar. Ketiga, debitur harus
memberi fee secara berkala kepada juragan dalam jangka waktu yang
tidak terbatas meskipun hutang sudah lunas. Misal, modal yang dipinjam
sebesar 15.000.000 dalam kurung waktu 4 bulan maka fee dari peminjam
modal tersebut sebesar 1.000.000 setiap bulannya, jadi total yang harus
debitur bayar sebesar 19.000.000. Dihitung dari awal meminjam modal
kepada pemilik modal, hutang yang sudah dilunasi beserta fee tersebut,
maka penambang pasir juga memberi bonus kepada pemilik modal hingga

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk
Teknis Penulisan Skripsi (Surabaya: Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel
3

Surabaya, 2016), 8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

batas waktu yang tidak ditentukan. Penambang pasir juga diharuskan
menjual pasirnya ke pemilik modal dengan harga dibawah standart harga
pasarnya. Hal itu yang membuat akad ini karena shighot bersyarat
penambangpasir mengalami kerugian. Dari hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa hutang modal dalam usaha penambang pasir memuat
analisis hukum Islam adalah takrhim dengan hukum Islam dengan dasar:
(1) transaksi hutang tidak dibolehkan menambah jumlah pembayaran
(melebihkan pembayaran) yang bersifat merugikan salah satu pihak. (2)
penambahan pembayaran dalam hutang piutang yang merugikan debitur
dapat disamakan dengan riba nasi’ah.4
Penelitian yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Implementasi Hutang Panenan Kopi Basah Di Desa Batur Kecamatan
Gading Kabupaten Probolinggo.‛ Oleh Mohammad ubaydillah, Tahun
2017 . Penelitian ini mengkaji tentang implementasi hutang panen kopi
basah, kemudian dianalisis dengan menggunakan hukum islam yakni qard
terhadap implementasi hutang panenan kopi basah di Desa Batur
Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo. Dari hasil penelitian,
diperoleh informasi mengenai implementasi hutang panenan kopi basah,
yakni pemilik sawah meminjam uang kepada orang yang mempunyai
uang dengan jaminan hutang akan dibayar ketika hasil panen sudah tiba.
Pemilik sawah akan membayar banyaknya kopi perkilo sesuai harga

Chamdan Yuafi Zarkasi, ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Hutang Modal Usaha Penambangan
Pasir Di Desa Tumapel Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto‛ (Skripsi—UIN Sunan Ampel,
4

2016).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

hutang yang dipinjam. Kedua belah pihak sepakat dengan harga kopi
perkilo yang telah disepakati diawal perjanjian, tanpa melihat perubahan
harga dipasar atau ketika harga panen tiba. Dengan adanya praktik
tersebut, penulis menyimpukan bahwa implementasi hutang panenan kopi
basah di Desa Batur Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo ini tidak
diperbolehkan karena dalam praktek ini salah satu pihak akan dirugikan,
khususnya pihak pemilik sawah atau orang yang berhutang. Beda dengan
pihak yang memiliki uang atau piutang yang akan mendapatkan
keuntungan, karena harga kopi ditetapkan oleh pemilik uang atau piutang
diawal perjanjian tanpa melihat perubahan harga kopi dipasar atau ketika
harga panen sudah tiba.5
Penelitian yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Pembayaran Hutang Dengan Mempekerjakan Debitur Studi Kasus Di
Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten
Nganjuk.‛. Oleh Dewi Firdaus, Tahun 2016. Penelitian ini mengkaji
tentang pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur, kemudian
dianalisis dengan hukum Islam yakni qard{ dan ijarah terhadap praktik
pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur di Dusun Jeruk Kidul
Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk.Dari hasil
penelitian, diperoleh informasi mengenai praktik pembayaran hutang
dengan mempekerjakan debitur, yakni debitur yang tidak mampu

Mohammad ubaydillah, ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi Hutang Panenan Kopi
Basah Di Desa Batur Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo. ‛ (Skripsi—UIN Sunan Ampel,
5

2017).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

membayar hutangnya, maka mereka akan bekerja kepada kreditur. Upah
dari pekerjaan tersebut akan digunakan untuk membayar cicilan kepada
kreditur, tanpa diketahui pihak penerima hutang berapa gaji yang
diterimanya setiap bulannya. Dengan adanya praktik tersebut penulis
menyimpulkan bahwa pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur
ditinjau dari hukum Islam praktik pembayaran hutang dengan
mempekerjakan debitur studi kasus di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung
Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk ini diperbolehkan karena kita
wajib membayar hutang walaupun kita harus bekerja kepada pihak
pemberi hutang, namun harus diperbaharui akadnya karena pada praktik
ini tidak dijelaskan mengenai berapa gaji atau upah yang diberikan pihak
pemberi hutang kepada pihak yang menerima hutang, karena apabila
tidak disebutkan berapa upah yang diberikan dan sampai kapan harus
bekerja maka itu merupakan akad yang rusak.6
Penelitian yang berjudul ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Pemberian
Upah Kuli Bangunan Dengan Sistem Utang Piutang Di Desa Ragang
Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.‛. Oleh Kiki Amilia, Tahun
2016. Penelitian ini mengkaji tentang proses pemberian upah kuli
bangunan dengan sistem utang piutang di Desa Ragang Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan, kemudian ditarik kepada hal-hal yang bersifat
umum kaitannya dengan hukum Islam serta ditarik kesimpulan.Hasil

Dewi Firdaus, ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembayaran Hutang Dengan Mempekerjakan
Debitur Studi Kasus Di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten
Nganjuk.‛(Skripsi—UIN Sunan Ampel, 2016).
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

penelitian menyatakan bahwa praktik yang terjadi di Desa Ragang
Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan, adalah kuli bangunan yang
membangun rumah dan upah yang diberikan kepadanya di hutang terlebih
dahulu yaitu dibayarkan ketika musim tembakau. Sedangkan menurut
tinjauan Hukum Islam praktik hutang piutang pemberian upah kuli
bangunan diperbolehkan dalam hukum Islam, karena dalam praktik
tersebut syarat dan rukun sudah terpenuhi. Selain itu menurut mazhab
Hanafi hanya mensyaratkan mempercepat upah dan menangguhkannya
sah.7
Penelitian yang berjudul ‚Studi Komparatif Hukum Islam dan
Hukum Adat Terhadap Sistem Buwuhan Pada Pernikahan di Desa
Gesikan Kecamatan Grabagan Kabupaten Tuban‛. Oleh Ayu Muftiatin
Rodhiyah, Tahun 2016. Penelitian ini mengkaji tentang sistem praktik

buwuhan pada pernikahan yang ada di Desa Gesikan. Dimana sistem
buwuhan pada pernikahan di desa ini adanya keharusan atau kewajiban
untuk mengembalikan sumbangan tersebut. Bahwa sistem buwuhan pada
pernikahan di Desa Gesikan Kecamatan Grabagan Kabupaten Tuban
ditinjau dari hukum Islam sama halnya dengan Al- wad ’̅ ah (barang

titipan) yang diharuskan secara tolong menolong antara sesama manusia
tanpa adanya pamrih. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : adanya
kewajiban untuk mengembalikan buwuhan dan buwuhan tersebut sama

Kiki Amilia, ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Pemberian Upah Kuli Bangunan Dengan Sistem
Utang Piutang Di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.‛(Skripsi—UIN Sunan
7

Ampel, 2016).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

dengan wadiah atau barang titipan dan tersebut tidak bertentangan
dengan ketentuan syariah yaitu Al-quran dan hadis dengan alasan akad

buwuhan tersebut telah berubah dari akad tolong menolong menjadi
utang-piutang. Dan perubahan tersebut dikehendaki dan dipahami oleh
masyarakat Desa Gesikan secara umum, serta praktek buwuhan tersebut
telah menjadi kontrak sosial dalam masyarakat sebagai utang piutang.8
Antara penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian yang sedang
peneliti lakukan, mempunyai sedikit kesamaan, yaitu sama-sama
mengkaji

tentang

hutang-piutang.

Sedangkan

yang

membedakan

penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan, yaitu dalam
pembahasan penelitian ini lebih fokus pada adat sambatan bahan
bangunan, dan fokus pada tambahan pengembalian bahan bangunan yang
tidak sesuai dengan konsep syariat Islam.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada pokok permasalahan di atas, tujuan yang ingin
penulis capai dalam penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan adat sambatan bahan bangunan di Desa Kepudibener
Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.
2. Menjelaskan akad dalam adat sambatan bahan bangunan di Desa
Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.

Ayu Muftiatin Rodhiyah, ‚Studi Komparatif Hukum Islam dan Hukum Adat Terhadap Sistem
Buwuhan Pada Pernikahan di Desa Gesikan Kecamatan Grabagan Kabupaten Tuban‛ (Skripsi—

8

UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

3. Mengetahui perspektif hukum Islam terhadap adat sambatan bahan
bangunan di Desa

Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dalam penulisan penelitian ini, peneliti berharap hasil penelitian ini
dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis,
sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Secara teoritis, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat
memberikan sumbangsih khazanah keilmuan terkait adat sambatan
bahan bangunan, dan penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur
dan refrensi oleh peneliti selanjutnya.
2. Secara praktis
Secara praktis, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat dan berguna bagi masyarakat, khususnya
masyarakat Desa Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan
terhadap Adat Sambatan Bahan Bangunan.

G. Definisi Operasional
Definisi operasional memuat penjelasan untuk mempermudah
pembaca dalam memahami penulisan penelitian ini, dan untuk berbagai
pemahaman interpretatif yang bermacam-macam, maka peneliti akan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

menjelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Adat Sambatan : adalah adat yang dilakukan oleh masyarakat Desa
Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan ketika ada
masyarakat yang akan melakukan pembangunan rumah maka kerabat
dekat atau tetangga menitipkan barang berupa bahan bangunan yang
diperlukan, dan barang tersebut dapat diambil sewaktu-waktu apabila
yang memberi titipan membangun rumah.
2. Hukum Islam : adalah firman Allah SWT atau sabda Nabi Muhammad
Saw dan pendapat para ulama fiqh yang berhubungan dengan adat

sambatan yang terjadi dalam masyarakat Desa Kepudibener
Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.

H. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur yang dipergunakan
untuk melakukan penelitian dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
1. Data dan Sumber Data
a. Data yang dikumpulkan
Melalui judul dan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka
data yang dikumpulkan adalah sebagi berikut:
1) Proses terjadinya Adat Sambatan Bahan Bangunan di Desa
Kepudibener.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

2) Akad yang dilakukan pada saat melakukan Adat Sambatan
Bahan Bangunan di Desa Kepudibener.
b. Sumber Data
Agar memperoleh data yang kompleks dan komprehensif, serta
terdapat korelasi yang akurat sesuai dengan judul penelitian ini,
maka sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan.
Dalam hal ini data diperoleh peneliti dengan cara melakukan
pengamatan dan wawancara. Sumber data yang utama yaitu
melalui responden yang terdiri dari orang yang pernah melakukan
adat sambatan. Selain hasil wawancara, data juga diperoleh dari
hasil observasi mengenai praktik Adat Sambatan Bahan Bangunan
pada pembangunan rumah.
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun untuk memperoleh data yang akurat dan dibutuhkan oleh
peneliti sesuai dengan judul penelitian, maka dalam pengumpulan
data peneliti menggunakan beberapa metode, sebagaimana berikut:
a. Observasi
Observasi
sistematis

ialah

terhadap

pengamatan

gejala-gejala

dan

yang

pencatatan
diteliti.

yang

Observasi

merupakan proses yang kompleks, yang tersusun dari proses
biologis dan psikologis, dalam menggunakan teknik observasi
yang terpenting ialah mengandalkan pengamatan dan ingatan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

peneliti9. Observasi dilakukan dengan cara mengamati secara
langsung tentang kejadian-kejadian dan masalah Adat Sambatan
bahan bangunan dalam pembangunan rumah di Desa Kepudibener
Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.
b. Wawancara
Wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan

pada

para

responden.

Wawancara

bermakna berhadapan langsung antara interviewers dengan
responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan.10 Metode
wawancara digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data,
yaitu untuk memperoleh data mengenai praktik Adat Sambatan
Bahan

Bangunan

Kabupaten

di

Lamongan.

Desa

Kepudibener

Disamping

itu,

Kecamatan
teknik

Turi

wawancara

digunakan peneliti untuk menanyai langsung mengenai sejarah
dan latar belakang terjadinya Adat Sambatan Bahan Bangunan di
Desa Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.
3. Teknik Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul kemudian diolah. Pengolahan data
pada umumnya dilakukan melalui tahap-tahap berikut ini:
a. Editing yaitu proses mengedit data-data yang sudah dikumpulkan.
Teknik ini digunakan oleh peneliti untuk memeriksa atau
9

Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 54.
Joko Subagyo, Metode Penelitian..., 39.

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

mengecek

sumber

pengumpulan

data,

data

yang

diperoleh

dan

memperbaikinya

melalui
apabila

teknik
terdapat

kesalahan.
b. Organizing yaitu mengorganisasikan atau mensistematiskan
sumber data. Melalui teknik ini, peneliti mengelompokkan datadata yang telah dikumpulkan dan disesuaikan dengan pembahasan
yang telah direncanakan sebelumnya mengenai praktik Adat

Sambatan bahan bangunan di Desa Kepudibener Kecamatan Turi
Kabupaten Lamongan.
c. Analyzing yaitu menganalisa data yang telah tersusun secara
sistematis untuk memperoleh kesimpulan tentang praktik Adat

Sambatan bahan bangunan di Desa Kepudibener Kecamatan Turi
Kabupaten Lamongan.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara
sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya
dapat diinformasikan ke orang lain.11
Untuk

menganalisa

data

yang

telah

dikumpulkan

secara

keseluruhan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
deskriptif analisis yaitu peneliti mendeskriptifkan dan memaparkan
data yang diperoleh dilapangan mengenai adat sambatan bahan
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rieneka
Cipta, 2006), 156.
11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

bangunan di Desa

Kepudibener Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan. Lebih lanjut, digunakan pola pikir induktif, yaitu
mengemukakan data yang bersifat khusus mengenai praktik Adat

sambatan Bahan Bangunan di Desa Kepudibener Kecamatan Turi
Kabupaten Lamongan. Kemudian dianalisis dengan paparan yang
bersifat umum sesuai dengan hukum Islam.

I. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penulis, maka skripsi ini nanti akan dibagi dalam
beberapa bab, tiap-tiap bab dibagi dalam beberapa sub bab. Adapun
susunan sistematikanya adalah sebagai berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan yang meliputi : latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian
pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,
metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua merupakan landasan teori yakni mendeskripsikan
mengenai akad qard{ dan ‘urf dalam hukum Islam, meliputi pengertian

qard{, dasar hukum qard{, rukun dan syarat qard{, waktu dan tempat
transaksi qard{, tambahan dalam hutang, syarat yang sah dan tidak sah
(fasid), tata krama qard{. Pengertian ‘urf , dasar hukum ‘urf , macammacam ‘urf , syarat-syarat ‘urf untuk dijadikan landasan hukum.
Bab ketiga berisi tentang gambaran umum Desa Kepudibener
Kecamata

Turi

Kabupaten

Lamongan

meliputi

keadaan

umum

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

masyarakat yang terdiri dari keadaan geografis, keadaan sosial dan
keagamaan, pendidikan, dan keadaan ekonomi. Mendeskripsikan tentang
bagaimana praktik adat sambatan bahan bangunan di Desa Kepudibener
Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.
Bab ke empat membahas tentang analisis praktik adat sambatan serta
analisis tentang pelaksanaan akad pada Adat sambatan bahan bangunan
menurut perspektif hukum Islam.
Bab lima merupakan bab penutup berisi kesimpulan yang dilengkapi
saran-saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

QARD{ DAN ‘URF DALAM HUKUM ISLAM

A. Qard{
1. Pengertian Qard{

Qard{ dalam arti bahasa berasal dari kata : qaradha yang
sinonimnya: qatha’a artinya memotong. Diartikan demikian karena
orang yang memberikan utang memotong sebagian dari hartanya
untuk diberikan kepada orang yang menerima utang (muqtaridh).1
Dilihat dari maknanya, qard{ identik dengan akad jual beli. Karena,
akad qard{ mengandung makna pemindahan kepemilikan barang
kepada pihak lain. Secara harafiah, qard{ berarti bagian, bagian harta
yang diberikan kepada orang lain. Secara istilah, qard{ merupakan akad
peminjaman harta kepada orang lain dengan adanya pengembalian
semisalnya.2
Sedangkan menurut istilah fikih, terdapat beberapa definisi
yang dikedepankan oleh fukaha mengenai al-qard} sebagaimana
berikut:3
a. Menurut madzhab Syafi’iyah:

ِ
ِ
ِ
َ ‫ك‬
ُ ‫ َوُ َو ََْل‬,‫ض‬
َ ََ ‫ض يُطْلَ َق َش ْر ًعا َِِْع‬
ُ ‫الش ْيءُ ام ْقَر‬
ُ ‫ال َق ْر‬
ُ َ‫الش ْيءُ َعلَى أَ ْن يَ ُرَد مثْ ل‬
Ahamad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: Amzah, 2010), 273.
Dimyadin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 254.
3
Abd Al-Rahman Al-Jazairi, Al-Fiqh ‘Ala Al-Madzahib Al-‘Arba’ah (Beirut: Dar Al-Kutub Alilmiyah, 2003), 303-304.
1

2

19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

‚Al-qard{ menurut syara’ berati sesuatu yang dihutangkan, yaitu
pemberian kepemilikan sesuatu dengan pengembalian yang
serupa.‛
b. Menurut madzhab Hanafiyah:

ِ ‫ال َقرض و ما تُع ِطي ِ ِمن م ٍال ِمثْلِي لِتَتَ َق‬
ِ ‫ط ِ ِْ ال َق ْر‬
‫ض أَ ْن يَ ُك ْو َن‬
ُ ‫ فَيُثْتَ َر‬,ُ َ‫ض ْي َمثْ ل‬
َ ْ ْ ْ َ َُ ُ ْ
‫ِمثْلِيًا‬
‚Al-qard ialah pemberian harta tertentu untuk dikembalikan
sesuai padanannya, dan disyaratkan agar pinjaman berupa
sesuatu yang serupa.‛

c. Menurut madzhab Malikiyah:

ِ
ِ
ِ
‫ك‬
َ ‫س َِِ َخَر َشْيئًا لَ ُ قْي َمةٌ َماليَةٌ بِ َش ْر ِط أَ ْن َِيَ ُك ْو َن ذَل‬
ُ ‫ال َق ْر‬
ٌ ‫ض ُ َو أَ ْن يَ ْدفَ َع َش ْخ‬
ِ ِ
ُ ‫الع ْو‬
ُ ‫ض َُُال ًفا ل َما َدفَ َع‬
َ
‚Al-qard ialah pembayaran seseorang kepada orang lain
terhadap sesuatu yang memiliki nilai materi dengan tanpa
kelebihan syarat pengembalian hendaknyya tidak berbeda
dengan pembayaran.‛

Adapun qard{ secara terminologis adalah memberikan harta
kepada orang yang akan memanfaatkannya dan mengembalikan
gantinya dikemudian hari. Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah, qard{ adalah penyediaan dana atau atau dana tagihan antar
lembaga keuangan syariah dengan pihak pihak peminjam untuk
melakukan pembayaran secara tunai atau cicilan dalam jangka waktu
tertentu.4
Menurut Syafi’i Antonio, qard{ adalah pemberian harta kepada
orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata
lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fiqh
4

Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah: Fiqih Muamalah (Jakarta : Kencana Prenada Media Group
2013), 335.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

klasik, qard} dikategori kandalam akad saling membantu dan bukan
transaksi komersial.5
Adiwarman Karim menyebutkan bahwa setidaknya ada tiga jenis
peminjaman uang. Pertama, bila pinjaman diberikan dengan tidak
mensyaratkan apa pun, selain mengembalikan pinjaman tersebut
setelah jangka waktu tertentu maka bentuk pinjaman uang seperti ini
disebut dengan qard{ Kedua, apabila pinjaman uang mensyaratkan
sesuatu jaminan dalam bentuk atau jumlah tertentu maka bentuk
pemberian pinjaman ini disebut dengan rahn. Ketiga, peminjaman
uang yang bertujuan untuk mengambil alih piutang dari pihak lain,
bentuk dari peminjaman uang ini disebut dengan hiwalah.6
Sayid Sabiq memberikan definisi qard{ adalah harta yang
diberikan oleh pemberi utang (muqrid{) kepada penerima utang
(muqtarid{) untuk kemudian dikembalikan kepadanya (muqrid{) seperti
yang diterimanya ketika dia telah mampu membayarnya.7
2. Dasar Hukum Qard{

a. Al-Qur’an
1) Firman Allah surat Al-Baqarah ayat 245 yang berbunyi:

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik (Jakarta : Gema Insani, 2001),
13.
6
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Ed ke-2. Cet ke-2 (Jakarta :PT.
Raja Grafindo Persada, 2004),57.
7
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 13, Penerjemah Kamaludin A. Marzuki (Bandung: PT Alma’arif,
1987), 182.
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

           
     

‚Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang
baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah
akan memperlipat gandakan ganti kepadanya dengan
banyak. Allah menahan dan melapangkan (rizki) dan
kepada-Nya lah kamu di kembalikan.‛8
2) Firman Allah surat Al-Hadid ayat 11 yang berbunyi:

           
‚Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan
(balasan) pinjaman itu untuknya dan ia akan memperoleh
pahala yang banyak.‛9
3) Firman Allah surat At-Taghabun ayat 17 yang berbunyi:
            

‚Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang
baik, niscaya Allah melipatgandakan balasannya
kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha
Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.‛10

Ayat-ayat tersebut pada dasarnya berisi anjuran untuk
melakukan perbuatan qard{ kepada orang lain, dan imbalannya
adalah akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Dari sisi muqridh
(orang yang memberikan utang), Islam menganjurkan kepada
umatnya untuk memberikan bantuan kepada orang lain yang
membutuhkan dengan cara memberi utang. Dari sisi muqtaridh,
utang bukan perbuatan yang dilarang, melainkan dibolehkan
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta: Pustaka Al-fatih, 2009), 85.
Ibid., 204
10
Ibid., 321.
8

9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

karena seseorang berutang dengan tujuan untuk memanfaatkan
barang atau uang yang diutangnya itu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, dan ia akan mengembalikan persis seperti yang
diterimanya.11
b. Hadist
1) Riwayat Imam Muslim yang bersumber dari Abu Rafi’ r.a
yang berbunyi:12

ِ
ِ
ِ ِ ِ
‫ف‬
َ ِ ‫َو َع ْن أَِِ َراف ٍع َراف ٍع َرض َى اهُ تَ َع َاَ َعْ ُ اَ َن ال‬
َ َ‫صلَى اهُ َعلَْي َو َسلَ َم ا ْستَ ل‬
َ َِ
ِ
ِ
ِ ‫ص َد ٍة فَاأَ مر أَبا رافِ ٍع اَ ْن ي ْق‬
‫ض َي الَر ُج َل‬
َ ‫ت َعلَْي ِ اِبِ ِل ال‬
ْ ‫رج ٍل بَ ْكراً فَ َقد َم‬
َ
ُ ‫م ْن‬
َ َ ََ
ِ ِ
ِ ِ َ ‫ال َِ أَ ِج ُد اَِِ ِخياراً رباعي فَ َق‬
‫َاس‬
َ ‫بَك ُْرُ فَ َق‬
َ ‫ال أ َْعط اَيَا ُ فَا َن خيَ َار ال‬
ً َ ََ َ
.ً‫ضاء‬
َ َ‫َح َسُ ُه ْم ق‬
ْ‫أ‬

‚Dari Abu Rafi’i (katanya) : Sesungguhnya Nabi Saw
mengutang dari seorang anak sapi. Setelah datang pada
beliau menuruh Abu Rafi’ untuk melunasi utangnya
kepada lelaki itu berupa anak unta tersebut. Kata Rafi’ :
tidak saya dapat selain unta yang baik yang berumur
enam tahun masuk tujuh tahun (Raba’iyyah). Lalu
beliau bersabda : berilah dia unta yang baik dan besar
itu, karena sesungguhnya sebaik-baiknya orang adalah
orang yang paling baik cara melunasi utangnya.‛ (HR.
Muslim-3002)
Dari hadist tersebut jelas pengembalian yang lebih baik

itu tidak disyaratkan sejak awal, tetapi murni inisiatif orang
yang berhutang. Itu juga bukan tambahan atas jumlah sesuatu
yang diutang karena tidak ada tambahan atas jumlah unta
yang dibayarkan dan tidak ada pula tambahan apapun atas

Ahamad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat ..........., 275
Ibnu Hajar Al-Asqalany, Bulughul Maram Memahami Hukum dengan dalil-dalil Shahih.
Penerjemah Muhammad Hanbal Shafwan (Solo: Al-Qowam, 2013), 455.
11

12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

unta yang diutang. Itu tidak lain adalah pengembalian yang
semisal dengan apa yang diutang, seekor hewan dengan seekor
hewan, namun lebih tua dan lebih besar tubuhnya. Itulah yang
dimaksud dengan pengembalian yang lebih baik (husn al-

qard{). Akan tetapi jika sebelum utang dinyatakan terlebih
dahulu syarat tambahannya dan kedua belah pihak setuju
maka itu termasuk riba.13
2) Hadist Ibnu Mas’ud:14

ِ
ٍ
ِ
‫ض‬
َ َ‫صلَى اهُ َعلَْي ِ َو َسلَ َم ق‬
َ ِ‫َع ْن ابْ ِن َم ْسعُ ْود أَ َن ان‬
ُ ‫ َما م ْن ُم ْسل ٍم يُ ْق ِر‬: ‫ال‬
َ َِ
ِ
ِ ْ َ‫ضا َمَرت‬
.ً‫ص َدقَتِ َها َمَرة‬
ً ‫ُم ْسل ًما قَ ْر‬
َ ‫ْ إَِِ َكا َن َك‬
Dari Ibnu Mas’ud berkata, ‚Sesungguhnya Nabi Saw
bersabda : ‚Tidaklah seorang muslim memberi pinjaman
kepada orang lain dua kali, kecuali seperti sedekahnya yang
pertama. (HR. Ibnu Mas’ud).

3) Hadist riwayat Imam Bukhari:15

ِ
‫َخ َذ‬
َ َ‫صلَى اهُ َعلَْي ِ َو َسلَ َم ق‬
ِ ِ ‫َع ْن أَِِ ُ َريْ َرَة َرض َي اهُ َعْ ُ َع ْن ال‬
َ ‫ال َم ْن أ‬
َ َِ
ِ
ِ ‫أ َْم َو َال ال‬
َ ‫َاس يُِريْ ُد أ ََداءَ َ ا أَ َدى اهُ َعْ ُ َوَم ْن أ‬
ُ‫َخ َذ يُِريْ ُد اتْ لَ َف َها أَتْ لَ َف ُ اه‬
‚Dari Abu Hurairah RA dari Nabi Saw bersabda: ‚Siapa
yang mengambil harta manusia (berutang) disertai
maksud akan membayarkannya untuknya, sebaliknya
siapa yang mengambilnya dengan maksud merusaknya
(merugikannya) maka Allah akan merusak orang itu.‛
(HR. Bukhari)
Dalam hadis ini Allah memeberikan peringatan kepada orang
yang berutang, hendaknya ia meluasi utangnya dengan baik.
13

Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam (Jakarta: Reineka Cipta, Cet. 1,1992), 419.
Ibnu Majjah, Sunan Ibnu Majjah, Vol. III, terj. Abdullah Son Haji, (Semarang: As-Syifa’,
1993), 236.
15
Ibnu Hajar Al-Asqalany, Bulughul Maram Memahami Hukum dengan dalil-dalil Shahih.
Penerjemah Muhammad Hanbal Shafwan..........,453.
14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

c. Ijma’
Umat Islam telah sepakat tentang bolehnya qard{. Dari
landasan hukum qard{ di atas, kita bisa simpulkan bahwa qard{
hukumnya sunnah (dianjurkan) bagi orang yang meminjamkan dan
boleh bagi orang yang meminjam.

3. Rukun dan Syarat Qard{
Seperti halnya jual beli, rukun qard{ juga diperselisihkan oleh para
fuqaha. Menurut Hanafiyah, rukun qard{ adalah ijab dan qabul.
Sedangkan menurut jumhur fuqaha, rukun qard{ adalah:
a. Aqid, yaitu muqridh dan muqtaridh
b. Ma’qud alaih, yaitu uang atau barang, dan
c. Shigat, yaitu ijab dan qabul.
Syarat-syarat dari rukun qard{ adalah sebagai berikut:
a. Aqid
Untuk aqid, baik muqridh maupun muqtaridh disyaratkan harus
orang yang dibolehkan melakukan tasarruf

atau memiliki

ahliyatul ada. Oleh karena itu, qard{ tidak sah apabila dilakukan
oleh anak yang masih dibawah umur atau orang gila. Syafi’iyah
memberikan persyaratan untuk muqridh, antara lain :
1) Ahliyah atau kecakapan untuk melakukan tabarru’.
2) Mukhtar (memiliki pilihan)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Sedangkan untuk muqtaridh disyaratkan harus memiliki

ahliyah atau kecakapan untuk melakukan muamalat, seperti
baligh, berakal, dan tidak mahjur alaih.16
b. Ma’qud ‘alaih
Menurut jumhur ulama’ yang terdiri atas Malikiyah,
Syafi’iyah, dan Hanabillah, yang menjadi objek akad dalam al-

qard{ sama dengan objek akad salam, baik berupa barang-barang
yang di takar (makilat) dan ditimbang (mauzunat), maupun

qimiyat (barang-barang yang tidak ada persamaannya di pasaran),
seperti hewan, barang-barang dagangan, dan barang yang dihitung.
Atau dengan perkataan lain, setiap barang yang boleh dijadikan
objek jual beli, boleh pula dijadikan objek akad qard{.
Hanafiyah mengemukakan bahwa ma’qud alaih hukumnya
sah dalam m ̅l mitsl ,̅ seperti barang yang ditakar (makilat),
barang-barang yang ditimbang (mauzunat), barang-barang yang
dihitung (ma’dudat) seperti telur, barang-barang yang bisa diukur
dengan meteran (madzru’at). sedangkan barang-barang yang tidak
ada atau sulit mencari persaamaannya di pasaran (kimiyat) tidak
boleh di jadikan objek qard{, seperti hewan, karena sulit
mengembalikan dengan barang yang sama.

16

Ibid., 278.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

c. Shighat (ijab dan qabul)

Qard{

adalah suatu akad kepemilikan atas harta. Oleh

karena itu, akad tersebut tidak sah kecuali dengan adanya ijab dan

qabul, seperti akad jual beli dan hibah.
Shighat ijab bisa dengan menggunakan lafal qard{ (utang atau
pinjam) dan salaf (utang), atau dengan lafal yang mengandung arti
kepemilikan. Contohnya: ‚saya milikan kepadamu barang ini,

dengan ketentuan Anda harus mengembalikan kepada saya
penggantinya‛. Pengguna kata milik disini bukan berarti diberikan
Cuma-Cuma, melainkan pemberian utang yang harus di bayar.17

4. Waktu dan Tempat Transaksi Qard{
Sedangkan waktu pengembalian qard} menurut jumhur ulama,
selain Malikiyah mengatakan bahwa waktu pengembalian harta
pengganti adalah kapan saja terserah kehendak si pemberi pinjaman,
setelah peminjam menerima pinjamannya, karena qard} merupakan
akad yang tidak mengenal waktu. Sedangkan menurut Malikiyah,
waktu pengembalian itu adalah ketika sampai pada batas waktu
pembayaran yang sudah ditentukan di awal, karena mereka
berpendapat bahwa qard} bisa dibatasi dengan waktu.18
Ulama’ fiqih sepakat bahwa qard{ harus dibayar di tempat
terjadinya
17
18

akad

secara

sempurna.

Namun

demikian,

boleh

Ibid., 279.
Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu ,juz 4 (Damaskus: Dar al-fikr, 1989), 379.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

membayarnya di tempat lain apabila tidak ada keharusan untuk
membawanya atau memindahkannya, juga tidak ada halangan di jalan.
Sebaliknya, jika terdapat halangan apabila membayar di tempat lain,

muqrid tidak perlu menyerahkannya.19

5. Tambahan dalam Hutang
Akad perutangan merupakan akad yang dimaksudkan untuk
mengasihi manusia, menolong mereka menghadapi berbagai urusan,
dan

memudahkan

sarana-sarana

kehidupan.

Akad

perutangan

bukanlah salah satu sarana untuk memperolah penghasilan dan bukan
salah satu metode untuk mengekploitasi orang lain. Oleh karena itu,
di haramkan bagi pemberi utang mensyaratkan tambahan dari utang
yang ia berikan ketika mengembalikannya. Para ulama sepakat, jika
pemberi utang mensyaratkan untuk adanya tambahan, kemudian si
penghutang menerimanya maka itu adalah riba. Dalam hal ini Nabi
Saw bersabda :

ِ ُ ‫ال رس‬
ٍ ‫ ُكل قَ ْر‬: