TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN.

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA
BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK
BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI
KABUPATEN LAMONGAN

SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Syari’ah dan Hukum

Oleh:
Neneng Choirunnisa’
NIM. C02211051

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
SURABAYA

2015
i

MOTTO

         
             
 
‚Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
(Q.S. an-Nisa : 29)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Neneng Choirunnisa’

NIM

: C02211051

Fakultas/Jurusan/

: Syariah dan Hukum/ Hukum Perdata Islam/

Prodi
Judul Skripsi

Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kerjasama Budidaya
Lele antara Petani dengan Pemasok Bibit Di Desa
Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan


menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Surabaya, 06 Juli 2015
Saya yang menyatakan,

Neneng Choirunnisa’
NIM. C02211051

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang ditulis oleh Neneng Choirunnisa’ NIM.C02211051 ini telah
diperiksa dan disetujui untuk dimunaqasahkan.

Surabaya, 06 Juli 2015
Pembimbing,

Dr. Mugiyati, S.Ag. MEI.

NIP. 197102261997032001

iv

PENGESAHAN
Skripsi yang ditulis oleh Neneng Choirunnisa’ NIM. C02211051 ini telah
dipertahankan di depan sidang Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Sunan Ampel pada hari Rabu, tanggal 1`2 Agustus 2015, dan dapat
diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana
strata satu dalam Ilmu Syari'ah.
Majelis Munaqasah Skripsi:
Ketua,

Sekretaris,

Dr. Mugiyati, S.Ag. MEI.

Ikhsan Fatah Yasin, S.HI.,MH.

NIP. 197102261997032001


NIP. 198905172015031006

Penguji I,

Penguji II,

Pembimbing,

Dr. H. Abd. Salam, M.Ag.

Muh. Sholihuddin, MHI

Dr. Mugiyati, S.Ag. MEI.

NIP. 195708171985031001`

NIP. 197707252008011009

NIP.197102261997032001


Surabaya, 19 Agustus 2015
Mengesahkan,
Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Dekan,

Dr. H. Sahid HM., M.Ag
NIP. 196803091996031002
v

ABSTRAK
Skripsi dengan judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kerjasama
Budidaya Lele Antara Petani dengan Pemasok Bibit di Desa Tawangrejo
Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan ini merupakan penelitian yang akan
menjawab dua rumusan masalah Bagaimana praktik kerjasama budidaya lele
antara petani dengan pemasok bibit di Desa Tawangrejo Kecamatan Turi
Kabupaten Lamongan dan Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik
kerjasama budidaya lele antara petani dengan pemasok bibit di Desa Tawangrejo
Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.

Penelitian ini adalah penelitian jenis lapangan, dengan teknik
pengumpulan data metode observasi, interview dan dokumentasi kemudian
dianalisis menggunakan metode deskriptif analitis kualitatif dengan pola pikir
induktif yaitu menggambarkan kondisi, situasi atau fenomena yang tertuang
dalam data praktik kerjasama budidaya lele antara petani dan pemasok bibit di
Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan yang telah
dikumpulkan, dengan teori mud}a>rabah, qard} dan riba> untuk ditarik suatu
kesimpulan.
Hasil penelitian menyatakan bahwa kerjasama budidaya lele antara petani
dan pemasok bibit di Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan
yaitu diawali dengan penawaran pinjaman modal berupa bibit dan pakan lele
serta biaya tenaga operasional oleh pemasok bibit kepada petani, sebelum
talangan dana diterima oleh petani ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu
hasil panen harus dijual kepada petani dengan harga di bawah pasar, hasil panen
harus memenuhi tiga kategori lele yaitu konsumsi, pemancingan dan indukan dan
hasil panen harus dikurangi dengan pinjaman modal yang telah diberikan. Saat
panen tiba pemasok mendatangi petani dan membeli hasil panennya sesuai
kesepakatan yang mereka buat diawal. Sisa dari penjualan hasil panen itulah
yang diterima oleh petani sedangkan pemasok bibit mendapatkan keuntungan
dari selisih harga pembelian hasil panen tersebut

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa menurut hukum Islam kerjasama
budidaya lele di Desa Tawangrejo tersebut lebih tepat menggunakan akad qard}
karena telah sesuai dengan rukun dan syarat qard}. tetapi akad qard} dalam
kerjasama ini rusak karena mengandung jarra naf’an (adanya kelebihan manfaat)
yang dihukumi haram dan termasuk riba. Maka kerjasama tersebut tidak sesuai
dengan hukum Islam karena termasuk riba yang hukumnya haram.
Agar kerjasama tersebut tidak haram sebaiknya pemasok bibit dan petani
lebih memperhatikan rukun dan syarat mud}ar> abah. Pemasok bibit memberikan
modal bukan berbentuk pinjaman yang menarik manfaat sehingga tidak
memberatkan petani dan teknik bagi hasil dalam kerjasama tersebut adalah
seluruh hasil panen dijual sesuai harga pasar,lalu dikurangi modal jika ada
kelebihan maka itu adalah keuntungan yang dibagi diantara kedua belah pihak
sesuai nisabah bagi hasil dalam mud}ar> abah. Sehingga keuntungan yang diperoleh
menjadi jelas dan kedua belah pihak tidak merasa dirugikan.
vi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman

SAMPUL DALAM ............................................................................................... i
MOTTO ................................................................................................................ ii
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ iv
PENGESAHAN .................................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR TRANSLITERASI .............................................................................. xiv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi dan batasan Masalah .................................................... 5
C. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
D. Kajian Pustaka ................................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 9
F. Kegunaan Hasil Penelitian ............................................................... 9

G. Definisi Operasional ........................................................................ 10
H. Metode Penelitian............................................................................ 12
I. Sistematika Pembahasan ................................................................. 17

BAB II

TEORI MUD{A DALAM HUKUM
ISLAM
A. Teori Mud}ar> abah dalam Hukum Islam ........................................... 19
1. Pengertian Mud}ar> abah ................................................................. 19
2. Dasar Hukum Mud}ar> abah ............................................................ 20
ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3. Rukun dan Syarat Mud}ar> abah ..................................................... 21
4. Macam – Macam Mud}ar> abah ...................................................... 23
5. Berakhirnya Akad Mud}ar> abah ..................................................... 24
6. Teknik Bagi Hasil Dalam Mud}a>rabah ......................................... 24
B. Teori Qard} dalam Hukum Islam ...................................................... 26

1. Pengertian Qard} ........................................................................... 26
2. Dasar Hukum Qard} ...................................................................... 29
3. Rukun dan Syarat Qard} ............................................................... 32
4. Rusaknya Akad Qard} ................................................................... 37
5. Hikmah Adanya Qard} .................................................................. 37
C. Teori Riba> dalam Hukum Islam ...................................................... 38
1. Pengertian Riba> ........................................................................... 38
2. Dasar Hukum Riba> ...................................................................... 40
3. Macam – Macam Riba> ................................................................. 41
4. Hikmah Dilarangnya Riba> ........................................................... 44
BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI
DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO
KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN
A. Profil Desa Tawangrejo ................................................................... 46
B. Praktek Kerjasama Budidaya Lele Antara Petani Dengan
Pemasok Bibit di Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten
Lamongan ........................................................................................ 52

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA
BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT
DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN
LAMONGAN
A. Analisis terhadap Praktik Kerjasama Budidaya Lele Antara
Petani dengan Pemasok Bibit Di Desa Tawangrejo Kecamatan
Turi Kabupaten Lamongan .............................................................. 63

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Analisis Hukum Islam terhadap Praktik Kerjasama Budidaya
Lele Antara Petani dengan Pemasok Bibit Di Desa Tawangrejo
Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan .......................................... 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 70
B. Saran ................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia dijadikan Allah sebagai makhluk sosial yang saling
membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, manusia harus berusaha mencari karunia Allah yang ada di muka
bumi ini sebagai sumber ekonomi. Cara yang ditempuh dalam mencari
karunia itu adalah dengan usaha dan bekerjasama dengan manusia lainnya.
Tetapi dalam usaha dan kerjasama tersebut hendaklah didasari dengan prinsip
rela sama rela sehingga tidak ada yang merasa dirugikan. Sebagaimana
firman Allah dalam surat an-Nisa>’ayat 29 yang berbunyi :
           

             

‚Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.‛ (Q.S. an-Nisa> : 29)1
Dalam agama Islam tidak ada suatu pembatasan untuk memiliki harta
dan tidak ada larangan untuk mencari karunia Allah sebanyak – banyaknya,
asal jelas penyalurannya dan pemanfaatannya dan Islam juga mengajarkan

1

Departemen Agama RI, Al-qu’an dan Terjemahnya, (Surabaya : Hidayah, 2002), 107.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

agar dalam kehidupan bermasyarakat hendaknya dapat ditegakkan atas dasar
nilai – nilai keadilan agar bisa terhindar dari tindak pemerasan dan penipuan.
Kajian Hukum Islam terutama mengenai muamalah secara garis besar
terdiri dari dua hal yaitu berkaitan dengan kebutuhan hidup manusia yang
berhubungan dengan materi disebut dengan ekonomi. Kedua, mengenai
pergaulan hidup yang saling berhubungan dengan kepentingan moral dan
rasa kemanusiaan yang dinamakan sosial. Manusia sebagai makhluk hidup
selalu merasa tidak puas dengan apa yang diperolehnya sekarang, sehingga
mau tidak mau manusia harus memenuhi kebutuhan hidupnya yang semakin
hari semakin bertambah banyak.2
Berbagai acuan telah digariskan oleh syariat Islam seperti aturan
dalam jual beli, utang piutang, sewa-menyewa dan sebagainya. Atas dasar
itu, sasaran dari suatu akad harus senantiasa mengacu kepada tujuan yang
dikehendaki syara’ dalam setiap persyariatan hukum, yaitu kemaslahatan
umat manusia secara keseluruhan. jika pada suatu transaksi terdapat
indikasi-indikasi kemaslahatan berarti di situ terdapat hukum Allah. Untuk
itu dengan cara apapun kemaslahatan itu bisa dicapai, maka syarat-syarat
itupun disyariatkan.3
Kerjasama dalam muamalah disebut shirkah. Salah satu bentuk
kerjasama bagi hasil dalam muamalah adalah mud}ar> abah. Mud}ar> abah adalah
suatu akad atau perjanjian antara dua orang atau lebih, dimana pihak
pertama memberikan modal usaha, sedangkan pihak lain menyediakan
2
3

Abdul Zakki, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 16.
Imam al-ghazali, Benang Tipis Antara Halal & Haram (Surabaya: Putra pelajar, 2002) 65-66.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

tenaga dan keahlian dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi di antara
mereka sesuai dengan kesepakatan yang mereka tetapkan bersama. Dengan
kata lain dalam mud}ar> abah ada unsur shirkah atau kerjasama, hanya saja
bukan kerjasama antara harta dengan harta atau tenaga dengan tenaga,
melainkan antara harta dan tenaga.4 Hal ini berdasarkan Surat al-Muzammil
ayat 20 yang berbunyi :
….          …..

‛Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi

mencari sebagian

karunia Allah‛. (QS. : Al-Muzammil : 20)5
Islam membolehkan kepada para pemilik modal untuk mengadakan

shirkah dalam usaha, baik berupa perusahaan, perdagangan dan sebagainya.
Sebab diantara para pemilik modal membutuhkan banyak pikiran, tenaga dan
moral. Sedang seseorang itu dinilai kecil apabila sendirian, tetapi dinilai
besar kalau bersama yang lain.6
Meskipun dalam perjanjian shirkah hasilnya belum dapat dipastikan
dan masih perkiraan yaitu dalam bentuk presentase namun hukum perjanjian
Islam tetap menekankan perlunya keseimbangan, baik keseimbangan antara
yang diberikan dan apa yang diterima maupun keseimbangan dalam memikul

4

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta : Amzah, 2013), 367.
Ibid., 453.
6
Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, (Bandung : Jabal, 2007),277.
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

resiko.7Selain itu, dalam perjanjian shirkah pembagian keuntungannya
masing – masing anggota serikat nisbahnya harus ditentukan dengan jelas,
misalnya 20%, 10%, 30% atau 40%, karena keuntungan merupakan salah satu

ma’qu>d ‘alaih.8. Syarat tersebut juga berlaku bagi mud}ar> abah, apabila syarat
tersebut tidak terpenuhi maka hukum mud}ar> abah menjadi tidak sah
Adapun kerjasama yang terjadi di Desa Tawangrejo Kecamatan Turi
Kabupaten Lamongan ialah kerjasama dalam bidang peternakan ikan air
tawar yaitu berupa lele antara petani dengan pemasok bibit. Dalam
praktiknya semua bibit dan pakan lele, serta biaya operasionla berasal dari
pemasok bibit sedangkan petani lele hanya menyediakan kolam atau tambak
dan keahliannya. Pada saat melakukan akad pemasok mensyaratkan bahwa
hasil panen lele harus dijual kepadanya tidak boleh dijual kepada pemasok
lain, hasil panen lele itu harus memenuhi salah satu dari ketiga jenis yaitu
konsumsi, pemancingan dan indukan, jika hasil panen tidak memenuhi salah
satu dari ketiga jenis itu maka petani harus membesarkan lele lagi sampai
bisa memenuhi salah satu dari ketiga jenis tersebut, dan hasil penjualan panen
harus dikurangi dengan modal yang telah diberikan oleh pemasok bibit
kepada petani mulai dari awal pembibitan sampai waktu panen tiba karena
dianggap oleh pemasok sebagai pinjaman yang harus dikembalikan oleh
petani. Sedangkan pembagian keuntungan tidak dicantu\mkan di awal
perjanjian, sehingga pembagian keuntungan yang diperoleh kedua belah pihak

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syari’ah : Studi Tentang Teori Akad Dalam Fikih Muamalat,
(Jakarta : Rajawali Pers, 2010), 90.
8
Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, (Jakarta : Amzah, 2010), 353.
7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

tidak terdapat kejelasan. Ketika sudah tiba waktunya untuk panen maka
pemasok akan mendatangi petani secara langsung dan membeli hasil panen
yang memenuhi salah satu dari ketiga jenis lele tersebut dengan harga di
bawah pasar, lalu hasil dari penjualan tersebut dikurangi dengan modal yang
telah diberikan oleh pemasok bibit, sisa penjualan itulah yang diberikan ke
petani lele. Sehingga keuntungan yang didapatkan petani sedikit sedangkan
pemasok mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena ia dapat menjual
lagi lele tersebut kepada pemasok lain dengan harga yang lebih tinggi dan
kerugian dibebankan kepada petani. Dalam hal ini kerugian hanya ditanggung
oleh salah satu pihak yaitu petani lele sedangkan pemasok bibit mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dari petani tersebut.9
Berangkat dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut secara rinci untuk mengetahui kajian
hukumnya dalam tinjauan hukum Islam. Maka judul yang akan diajukan
penelitian penulisan skripsi ini adalah ‚ Tinjauan Hukum Islam terhadap
Kerjasama Budidaya Lele Antara Petani Dengan Pemasok Bibit di Desa
Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan‛.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalahmasalah sebagai berikut:

9

Abdul Rouf Haqiqi, Wawancara, Lamongan, 16 Maret 2015.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

1. Ketidakjelasan bentuk kerjasama antara petani dengan pemasok bibit
lele.
2. Akad yang digunakan dalam kerjasama antara petani dengan pemasok
bibit lele.
3. Sistem kerjasama antara petani dengan pemasok bibit lele.
4. Mekanisme bagi hasil kerjasama antara petani dengan pemasok bibit lele.
5. Akibat yang ditimbulkan dengan kerjasama antara petani dengan
pemasok bibit lele.
6. Manfaat yang diperoleh masing – masing pihak dengan adanya kerjasama
tersebut.
7. Praktik kerjasama budidaya lele antara petani dengan pemasok bibit.
8. Tinjauan hukum Islam terhadap praktik kerjasama budidaya lele antara
petani dengan pemasok bibit.
Agar pembahasan dapat fokus dan mencapai apa yang diharapkan, maka
perlu dibatasi ruang lingkup dalam permasalahan ini, yaitu
1. Praktik kerjasama budidaya lele antara petani dengan pemasok bibit di
Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.
2. Tinjauan Hukum Islam terhadap praktik kerjasama budidaya antara petani
dan pemasok bibit di Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten
Lamongan.

C. Rumusan Masalah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Berdasarkan hal-hal yang melatar belakangi masalah di atas, penulis
merumuskan dua rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana praktik kerjasama budidaya lele antara petani dengan
pemasok bibit di Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten
Lamongan?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik kerjasama budidaya
lele antara petani dengan pemasok bibit di Desa Tawangrejo Kecamatan
Turi Kabupaten Lamongan ?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian yang
sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang di teliti sehingga terlihat
jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan
duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.10
Dari hasil pengamatan peneliti tentang kajian-kajian sebelumnya,
peneliti temukan beberapa kajian di antaranya : Skripsi yang ditulis oleh
saudari Ermawati yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam dan hukum perdata
terhadap kegiatan usaha bagi hasil pada CV. Sugiharto Mobilindo Utama
Tropodo ‛. Penelitian tersebut menjelaskan tentang mekanisme bagi hasil
dengan penanaman modal tidak sama yang ditinjau dari hukum Islam dan
Hukum Perdata. Kerjasama ini tidak sesuai dengan hukum Islam dan Hukum

10

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk
Teknis Penulisan Skripsi Edisi Revisi VI, (Surabaya : Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN
Sunan Ampel Surabaya, 2014), 8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Perdata karena bagi hasil dibagi sama tetapi modal yang disertakan
berbeda.11
Lalu skripsi yang ditulis oleh saudari Septi Lilis Suprianti

yang

berjudul ‚Tinjauan akad Shirkah terhadap penanaman modal dan bagi hasil
usaha penggilingan padi di Desa Krecek Kabupaten Kediri‛. Penelitian ini
menjelaskan tentang mekanisme penanaman modal dan bagi hasil
penggilingan padi, yang mana dalam pembagian hasilnya dibagi sama rata,
padahal kontibusi yang diberikan para pemberi modal yang menjadi
anggotanya berbeda -beda. Kerjasama ini dianggap batal karena tidak
terpenuhinya unsur keadilan dalam bermuamalah.12
Kemudian skripsi yang ditulis oleh saudari Nuroini yang berjudul
‚Praktik kerjasama pertanian melon di Desa Trebungan Kecamatan
Mangaran Kabupaten Situbondo‛. Penelitian ini menjelaskan tentang
pelaksanaan praktik kerjasama pertanian melon yang mana sistem yang
digunakan adalah sistem bunga. Praktik kerjasama ini dianggap tidak sah
karena bunga adalah riba yang dilarang oleh agama.13
Penelitian tersebut di atas dengan penelitian yang sedang peneliti
lakukan mempunyai aspek kesamaan yaitu sama-sama mengkaji tentang
kerjasama. Adapun perbedaannya yaitu penelitian sebelumnya adalah

11

12

13

Ermawati, ‚Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Perdata terhadap Usaha Bagi Hasil Pada CV.
Sugiharto Mobilindo Utama Tropodo Sidoarjo‛, (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya,
2007), 61.
Septi Lilis Suprianti, ‚Tinjauan Akad Syirkah terhadap Penanaman Modal dan Bagi Hasil
Usaha Penggilingan Padi di Desa Krecek Kabupaten Kediri‛, ( Skripsi--IAIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2010), 82.
Nuroini, ‚Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktik Kerjasama Pertanian Melon di Desa
Trebungan Kabupaten Situbondo‛, ( Skripsi-- IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2012),80.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

pembagian keuntungan dan kerugian yang tidak adil yaitu keuntungan yang
didapatkan petani pengelola lebih sedikit karena hasil panen harus dijual ke
pemasok bibit dan hasil penjualan tersebut juga dikurangi dengan modal yang
telah diberikan oleh pemasok bibit kepada petani karena dianggap sebagai
pinjaman, sisa penjualan itulah yang diberikan pemasok kepada petani lele.
Sedangkan pemasok memperoleh keuntungan yang lebih banyak karena ia
dapat menjual hasil panen tersebut kepada pemasok lain dengan harga yang
lebih tinggi. Sehingga kerugian hanya ditanggung oleh petani lele.

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan tujuan yang ingin dicapai oleh
peneliti melalui penelitian yang dilakukannya. Sesuai dengan rumusan
masalah diatas, tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mendeskripsikan dan mengkaji praktik kerjasama budidaya lele
antara petani dengan pemasok bibit di Desa Tawangrejo Kecamatan Turi
Kabupaten Lamongan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis tinjauan hukum Islam terhadap
kerjasama budidaya lele petani dan pemasok bibit di Desa Tawangrejo
Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Dari permasalahan di atas, penelitian dan penulisan ini diharapkan
mempunyai nilai tambah dan manfaat baik untuk penulis maupun pembaca,
sekurang-kurangnya untuk tiga aspek yaitu:
1. Secara

teoritis,

dapat

digunakan

sebagai

tambahan

untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan tentang kerjasama dalam hukum
ekonomi Islam sehingga dapat dijadikan informasi bagi para pembacanya.
2. Secara praktis, dapat memberikan pemahaman secara jelas tentang
kerjasama budidaya lele antara petani dengan pemasok bibit yang ditinjau
dari hukum ekonomi Islam, sehingga ilmu tersebut dapat diterapkan di
masyarakat dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada.

G. Definisi Operasional
Agar dapat dijadikan acuan dalam menelusuri, mengkaji atau
mengukur variabel, maka penulis sampaikan batasan dari berbagai pengertian
yang berkaitan dengan maksud penulisan skripsi yang berjudul ‛ Tinjauan
hukum Islam terhadap kerjasama budidaya lele antara petani dan pemasok
bibit di Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan‛, yaitu:
Hukum Islam

: Hukum yang bersumber dari AlQuran dan Al-Hadis dan sumbersumber lain yang wujudnya berupa
kitab – kitab fiqih semua madzhab dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

pendapat ahli hukum Islam tentang

mud}ar> abah dan qard.}
Budidaya lele

: sebuah usaha yang didirikan oleh
beberapa orang dan bergerak di bidang
peternakan ikan air tawar yaitu lele.

Petani

: Seseorang yang berprofesi di bidang
pertanian

dalam mengelolah tanah

tapi pengertian yang dimaksud disini
yaitu seseorang yang merawat bibit
lele

sampai

menjadi

besar

yang

kemudian dijual kepada pemasok dan
dari

hasil

penjualan

tersebut

ia

mendapatkan keuntungan.
Pemasok bibit

: Seorang pemodal dalam kerjasama
pengelolaan ikan lele, dimana ia
memberikan modal berupa bibit dan
pakan lele kepada petani lele. Dalam
kerjasama ini ia juga bertindak\ sebagai
pembeli dari hasil panen lele tersebut
yang nantinya akan dijual lagi olehnya
kepada pedagang kecil di pasar.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Yang dimaksud dengan judul secara keseluruhan yaitu dengan teori

mud}ar> abah dan qard} maka dapat menetapkan hukum pada praktik kerjasama
budidaya lele yang dilakukan pemasok dengan petani lele.
H. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu
melakukan penelitian terhadap kerjasama budidaya lele antara petani dengan
pemasok bibit di desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.
Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif
karena lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan induktif,
diantara yaitu :
1. Data yang dikumpulkan.
Data yang dikumpulkan yakni data yang perlu dihimpun untuk
menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah meliputi:
a.

Data Primer
Data primer yaitu data yang diambil dari sumber data primer atau
sumber pertama di lapangan.14 Diantaranya yaitu :
1) Data Kualitatif yaitu data deskriptif berupa kata – kata tertulis
atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati.
Data tersebut tentang praktik kerjasama budidaya lele antara
petani dengan pemasok bibit di Desa Tawangrejo Kecamatan Turi
Kabupaten Lamongan.

14

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial ; Format – Format Kuantitatif dan Kualitatif, (
Surabaya : Airlangga University Press, 2001), 128.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

2) Data tentang sistem kerjasama budidaya lele antara petani dengan
pemasok bibit.
3) Data tentang mekanisme pembagian laba dari kerjasama budidaya
lele antara petani dengan pemasok bibit.
4) Data tentang praktik kerjasama budidaya lele antara petani dengan
pemasok bibit.
5) Data tentang sistem distribusi hasil panen dari kerjasama budidaya
lele antara petani dengan pemasok bibit.
b.

Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber sekunder. Yaitu :
1) Format mud}ar> abah dan qard} dalam Islam
2) Teknik bagi hasil mud}ar> abah dalam Islam

2. Sumber data
Sumber data yakni sumber dari mana data akan digali, baik primer
maupun sekunder.15
a. Sumber primer
Sumber data primer yaitu data yang diperoleh dari sumbersumber asli yang memberikan informasi langsung dalam penelitian
dan data tersebut. 16

15

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk
T\eknis Penulisan…, 9.
16
Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995),
132.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Dengan kata lain bahwa data yang dikemukakan atau yang
digambarkan sendiri oleh orang atau pihak yang hadir pada waktu
kejadian. Diperoleh secara langsung dari:
1) Petani yang melakukan kerjasama budidaya lele dengan pemasok
bibit di Desa Tawangrejo sejumlah 5 orang.
2) Pemasok bibit yang melakukan kerjasama budidaya lele dengan
petani lele di Desa Tawangrejo sejumlah 5 orang.
b. Sumber sekunder
Sumber data ini dibutuhkan untuk mendukung sumber data
primer. Sumber data ini diambil dari dokumen dan bahan pustaka
(literatur buku) yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Sumber
data sekunder yang dimaksud terdiri dari:
1) Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu.
2) Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat.
3) Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah.
4) Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah.
5) Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah : Studi Tentang Teori

Akad dalam Fikih Muamalat.
3. Teknik pengumpulan data
a.

Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati (melihat, memperhatikan, mendengarkan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

dan mencatat secara sistematis objek yang diteliti). 17 Untuk
mengetahui praktik kerjasama antara petani dan pemasok lele di
Desa Tawangrejo.

b.

Interview
Interview sering juga disebut dengan wawancara atau
kuesioner lisan, adalah salah satu metode pengumpulan data dengan
jalan komunikasi yakni melalui kontak antara pengumpul data
(pewawancara) dengan sumber data (responden).18Teknik ini
digunakan untuk menggali data dari para petani dan pemasok lele
yang

melakukan

kerjasama.

Dalam

penelitian

ini

peneliti

menggunakan 10 orang sebagai responden.
c.

Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan
mengumpulkan dokumen dan data – data yang diperlukan dalam
permasalahan penelitian seperti catatan, trankrip, buku, surat kabar,
majalah, agenda dan sebagainya. 19 Dalam hal ini peneliti
menggunakan dokumen dari kantor desa Tawangrejo untuk
mengetahui keadaan penduduk yang meliputi jumlah penduduk,
mata pencarian penduduk, pendidikan penduduk dan lain- lain.
Untuk dijadikan data dalam proses dokumentasi ini.

4. Teknik pengolahan data

17

Cholid Narbuko dan Abu Acmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Bumi Aksara, 1999), 116.
Rianto Adi, Metodelogi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta : Granit, 2005),72..
19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1998), 236.
18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Tahapan pengolahan data dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Organizing

yaitu

suatu

proses

yang

sistematis

dalam

pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan
penelitian. 20
b. Editing yaitu kegiatan memperbaiki kualitas data (mentah) serta
menghilangkan

keraguan

akan

kebenaran/ketetapan

data

tersebut.21
c. Analizing yaitu suatu proses untuk mencari dan mengatur secara
sistematis transkrip interview, catatan lapangan dan bahan –
bahan lain yang ditemukan dilapangan.22
5. Teknik analisis data
Setelah tahapan pengolahan data, langkah selanjutnya yaitu
menganalisa data. Penelitian ini dianalisa dengan menggunakan teknik
deskriptif analisis kualitatif, yakni menggambarkan kondisi, situasi, atau
fenomena yang tertuang dalam data yang diperoleh dari praktik kerjasama
budidaya lele antara petani dengan pemasok bibit di Desa Tawangrejo
kemudian dianalisis dengan hukum Islam.
Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan pola pikir
induktif, yaitu menganalisis data yang bersifat khusus tentang praktik
kerjasama budidaya lele antara petani dengan pemasok bibit untuk
20

Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2004), 66.
Ibid, 97.
22
Ismail Nawawi, Metoda Penelitian Kualitatif, (Jakarta : CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012),
281.
21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

kemudian menganalisisnya dengan data yang bersifat umum dalam teori
hukum Islam dan kemudian diambil suatu kesimpulan.

6. Sistematika Pembahasan
Secara keseluruhan skripsi tersusun dalam lima bab dan masingmasing bab terdiri dari beberapa sub bab pembahasan, hal ini dimaksudkan
untuk

mempermudah

dalam

pemahaman

serta

penelaahan,

adapun

sistematikanya adalah sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan, berisi uraian tentang latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode
penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, memuat penjelasan tentang teori mud}ar> abah, qard} dan
riba>. Teori pertama yaitu mud}ar> abah yang berisi pengertian mud}ar> abah, dasar
hukum mud}ar> abah, syarat dan rukun mud}ar> abah, macam – macam

mud}ar> abah,

berakhirnya

mud}ar> abah

dan

teknik

bagi

hasil

dalam

mud}ar> abah.Teori kedua yaitu qard} berisi pengertian qard}, dasar hukum qard},
rukun dan syarat qard, rusaknya qard}, dan hikmah qard}. Teori ketiga yaitu
riba>, berisi pengertian riba>, dasar hukum dilarangnya riba>, macam – macam
riba>, dan hikmah dilarangnya riba>.
Bab ketiga, berisikan uraian tentang praktik kerjasama budidaya lele
antara petani dengan pemasok bibit yang di dalamnya memuat tentang profil

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Desa Tawangrejo, dan praktik kerjasama budidaya lele antara petani dengan
pemasok bibit.
Bab keempat, yaitu berisikan tentang analisis hukum Islam terhadap
praktik kerjasama budidaya lele antara petani dengan pemasok bibit di Desa
Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Dalam bab ini peneliti
menganalisis tentang praktik kerjasama budidaya lele antara petani dengan
pemasok bibit dan analisis hukum Islam terhadap kerjasama budidaya lele
antara petani dan pemasok bibit.
Bab kelima, penutup kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.
Kesimpulan yang dimaksud jawaban dari rumusan masalah dalam hasil
penelitian secara keseluruhan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

BAB II
TEORI MUD{A abah dalam Islam
1. Pengertian mud}ar> abah

Mud}a>rabah diambil dari kata

ِ ‫اَلَّرب‬
ِ ‫ف اْأ َْر‬
‫ض‬
ُْ

yaitu bepergian

untuk urusan dagang.1 Istilah mud}ara>bah digunakan oleh orang Irak,
sedangkan orang Hijaz menyebutnya dengan istilah qira>d,}
Menurut bahasa,

ِ
‫اض‬
ُ ‫اَلْقَر‬

diambil dari kata

‫ض‬
ُ ‫اَلْ َق ْر‬

yang

berarti al-Qat}’u (potongan) sebab pemilik memberikan potongan
hartanya untuk diberikan kepada pengusaha agar mengusahakan hartanya
tersebut, dan pengusaha akan akan memberikan potongan laba yang
diperoleh.2
Menurut Sayyid Sabiq mud}a>rabah adalah akad antara kedua
belah pihak untuk salah seorangnya (salah satu pihak) mengeluarkan
sejumlah uang kepada pihak lainnya untuk diperdagangkan dan laba
dibagi dua sesuai dengan kesepakatan.
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa mud}a>rabah adalah
suatu akad atau perjanjian antara dua orang atau lebih, dimana pihak
pertama memberikan modal usaha, sedangkan pihak lain menyediakan
tenaga dan keahlian dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi di antara
mereka sesuai dengan kesepakatan yang mereka tetapkan bersama.
1
2

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 13, (Bandung : PT. Alma’arif, 1987), 31.
Rachmat Syafi’i, Fiqih Muamalah, (Bandung : Pustaka Setia, 2004), 223.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Dengan kata lain dalam mud}a>rabah ada unsur shirkah atau kerjasama,
hanya saja bukan kerja sama antara harta dengan harta atau tenaga
dengan tenaga, melainkan antara harta dan tenaga.3 Jika, terjadi kerugian
maka kerugiannya hanya menjadi tanggungan pemilik modalnya saja,

‘amil tidak menanggung kerugian apapun kecuali pada usaha dan kerjanya
saja.
2. Dasar hukum mud}ar> abah
a. Al –Qur’an
Surat al-Muzammil ayat 20 yang berbunyi :
….          …..

‛Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah‛. (QS. : Al-Muzammil : 20)4
Ayat ini secara umum menerangkan bahwa berjalan di
muka bumi yang dimaksud adalah bepergian dalam rangka mencari
laba dan mendistribusikan harta, disebut juga dengan mud}ar> abah.
b. As-Sunnah

ِ ٍ ‫عن صهي‬
: ُ‫ث فِْي ِه َن الْبَ َرَكة‬
ٌ َ‫ثَا‬: ‫لّ اهُ َعلَْي ِ َو َسلَ ْم قَ َال‬
َ‫ص‬
َ ِ‫ب َرض َي اهُ َعْن ُ أَ َن الن‬
َُْ ْ َ
َ ‫َي‬
ِ ‫ط بِاالَّعِ ِْ لِْلب ي‬
.‫ت اَ لِْلبَ ْي ِع‬
‫اَلْب يع إِى أ‬
ُ ‫ضةُ َو َخ ْل‬
َ ‫َج ٍّ َوام َق َار‬
َْ ْ
ُ َ َ ُ َْ
‛Dari Shuhaib r.a. bahwa Nabi SAW bersabda : ada tiga
perkara yang didalamnya terdapat keberkahan yaitu jual beli
tempo, muqa>rad}ah, dan mencampur gandum dengan jagung untuk
makanan di rumah bukan untuk dijual. (HR. Ibnu Majah)5

3

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta : Amzah, 2013), 367.
Ibid., 453.
5
Muhammad bin Isma’il Al-H}alani, Subul As-Salam, Juz 3,(t.tp. : Dar Al-Fikr, t.t.),76.

4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Dalam hadis} yang lain diriwayatkan oleh Thabrani dari Ibn
Abbas bahwa Ibn Abbas Ibn Muthalib jika memberikan harta
untuk mud}a>rabah, dia mensyaratkan kepada pengusaha untuk tidak
melewati lautan, menuruni jurang, dan membeli hati yang lembab.
Jika melanggar persyaratan tersebut, ia harus menanggungnya.
Persyaratan ini disampaikan kepada Rasulullah SAW dan beliau
membolehkannnya.6
c. Ijma
Para ulama telah berijma’ mengenai dibolehkannya akad

mud}ar> abah ini. Karena pada zaman Jahiliyah, mud}a>rabah telah ada
dan setelah datangnya agama Islam, akad tersebut diakui dan
dibolehkan. Al Hafiz Ibnu Hajar mengatakan mud}ara>bah telah terjadi
pada masa Rasulullah, beliau mengetahuinya dan menetapkannya.
‚Kaulah

tidak

demikian

(terlarang)

tentu

Rasulullah

tidak

membiarkannya‛.7
3. Rukun dan syarat mud}ar> abah
a. Rukun mud}a>rabah
Rukun mud}ar> abah menurut Hanafiyah adalah ija>b dan qa>bul antara
pemilik modal dan pengelola dengan menggunakan lafal yang
menunjukkan kepada arti mud}a>rabah.
Menurut Jumhur ulama, rukun mud}a>rabah ada tiga, yaitu:8

6

Rachmat Syafi’i, Fiqih Muamalah, …226.
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 13, …31 – 32.
8
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, … 371.

7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

1) ‘Aqi>d, yaitu pemilik modal dan pengelola (‘amil atau mud}ar> ib).
2) Ma’qu>d

‘alaih, yaitu modal, tenaga (pekerjaan) dan

keuntungan.
3) S}ighat, yaitu ijab dan qabul.
Sedangkan Menurut Syafi’iyah, rukun mud}a>rabah ada lima yaitu:9
1) Modal.
2) Tenaga (pekerjaan).
3) Keuntungan.
4) S}ighat.
5) ‘Aqi>dain
b. Syarat – syarat Mud}a>rabah
1) Bahwa modal harus berupa uang tunai, seperti dinar, dirham,
rupiah, dolar, dan sebagainya. Apabila modal berbentuk barang,
baik tetap maupun bergerak menurut jumhur ulama mud}a>rabah
tidak sah. Akan tetapi, imam Ibnu Abi Layla dan Auza’i
membolehkan akad mud}a>rabah dengan modal barang. Walaupun
demikian, menurut Imam Abu Hanifah, Malik, dan Ahmad
mengatakan bahwa apabila barang tersebut d\ijual dan hasil
penjualannnya

digunakan

untuk

modal

mud}ar> abah maka

hukumnya dibolehkan.10 Sedangkan imam Syafi’i tetap tidak
membolehkan hal itu karena dianggap tetap ada ketidakjelasan
dalam modal.
9
10

Ibid.
Ibid, 374

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

2) Modal harus ada dan tidak boleh berupa utang, tetapi tidak
berarti harus ada di majelis akad.
3) Bahwa ia diketahui dengan jelas, agar dapat dibedakannya modal
yang diperdagangkan dengan keuntungan yang dibagikan untuk
kedua belah pihak, sesuai kesepakatan.11
4) Bahwa keuntungan yang menjadi milik pekerja dan pemilik
modal jelas persentasenya. Seperti setengah, sepertiga atau
seperempat.
5) Bahwa mud}ar> abah itu bersifat mutlak, pemilik modal tidak
mengikat si pelaksana (pekerja) untuk berdagang di negeri
tertentu atau memperdagangkan barang tertentu atau berdagang
di waktu tertentu, sementara di waktu lain tidak, atau ia hanya
bermuamalah kepada orang – orang tertentu dan syarat – syarat
yang lain semisalnya.
4. Macam - macam mud}a>rabah
a. Mud}ar> abah mut}laqah

Mud}ar> abah mut}laqah adalah seseorang yang memberikan modal
kepada yang lain tanpa syarat tertentu. Pekerja bebas mengolah
modal itu dengan usaha apa saja yang menurut perhitungannya akan
mendatangkan keuntungan dan di arah mana yang diinginkan.
b. Mud}a>rabah muqayyadah

11

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13, … 33- 34

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Mud}ar> abah muqayyadah adalah akad mud}ar> abah di mana pemilik
modal yang menentukan syarat dalam usaha tersebut. Pekerja
mengikuti syarat – syarat yang telah dicantumkan dalam perjanjian
yang dikemukakan oleh pemiliki modal tersebut.
5. Berakhirnya akad mud}a>rabah

Mud}a>rabah menjadi batal apabila ada perkara – perkara sebagai
berikut : 12
a.

Tidak terpenuhinya salah satu atau beberapa syarat mud}ar> abah. Jika
salah syarat mud}ar> abah tidak terpenuhi sedangkan modal sudah
dipegang oleh pengelola dan sudah diperdagangkan, maka pengelola
mendapatkan sebagian keuntungannya sebagai upah karena
tindakannya atas izin pemilik modal dan ia melakukan tugas berhak
menerima upah kecuali atas kelalaiannya usah tersebut gagal maka
ia tidak berhak menerima upah.

b.

Pengelola dengan sengaja meninggalkan tugasnya sebagai pengelola
modal atau berbuat sesuatu yang bertentangan dengan tujuan akad.
Sehingga dalam hal ini ia bertanggung jawab jika terjadi kerugian
karena dialah penyebab kerugian.

c.

Apabila pelaksana atau pemilik modal meninggal dunia, maka

mud}ar> abah menjadi batal.
6. Teknik bagi hasil dalam mud}ar> abah

12

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2014), 143.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Pada dasarnya pembagian keuntungan dalam perjanjian bagi hasil
adalah berdasarkan atas kesepakatan bersama kedua belah pihak yang
mengikatkan diri dalam perjanjian dan pembagian keuntungan ini harus
dijelaskan sebelumnya, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
perselisihan di kemudian hari.
a. Teknik bagi hasil keuntungan dalam mud}ar> abah
Adapun contoh teknik bagi hasil keuntungan dalam kerjasama

mud}ar> abah, sebagi berikut :13
1) Budi dan Amin sepakat untuk melakukan kerjasama mud}a>rabah
dalam usaha property. Budi menyerahkan modal sebesar Rp.
5.000.000,- kepada Amin untuk dikelola.
2) Pada saat perjanjian disepakati bahwa keuntungan akan dibagi
40% untuk Budi dan 60% untuk Amin, dan

akan dibagikan

setelah 1 kali putaran produksi usaha tersebut mengalami
keuntungan.
3) Jika mendapatkan keuntungan setelah dilakukan usaha, maka
keuntungan bersih (setelah dikurangi biaya-biaya) yang diperoleha
adalah sebesar Rp. 1.000.000,- dan keuntungan yang diperoleh
masing-masing pihak sebagai berikut
a) Budi

= 40% x Rp. 1.000.000,- = Rp. 400.000,-

b) Amin

= 60% x Rp. 1.000.000,- = Rp. 600.000,-

13

Udin Sahrudin, ‚Contoh Pembagian Keuntungan Bagi Hasil (Mudhorobah)‛, dalam
http://www.kompasiana.com/ackieudin/contoh-pembagian-keuntungan-bagi-hasil-mudorobah
55005b1ba333115b74510755/, diakses tanggal 25 Juni 2015.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Dengan keuntungan tersebut, di akhir bisnis uang yang diterima
Budi

adalah: (seluruh modal + bagian) Rp. 5.000.000,- + Rp.

400.000,- = Rp. 5.400.000,b. Teknik bagi hasil kerugian dalam mud}ar> abah
Kerugian dalam mud}a>rabah hanya menjadi tanggungan pemilik
modal saja, ‘amil tidak menanggung kerugian apapun kecuali pada
usaha dan kerjanya saja. Namun sebaliknya apabila kerugian tersebut
karena kecerobohan dan keteledoran ‘amil maka pemilik modal bisa
menuntut ‘amil untuk mengganti biaya kerugian dalam usaha
tersebut.14
B. Teori qard} dalam hukum Islam
1. Pengertian qard}

Qard} adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
atau diminta kembali dan merupakan aqad ta’awun atau akad saling
bantu membantu dan bukan transaksi komersil.15
Dalam bukunya, Wahbah Zuhaily menuliskan:

ِ ِِ
ِ
ِِ
‫ص يَ ُرّد‬
َ ‫ُ َو َما تُ ْع ِطْي م ْن َم ٍال مثْل ّي لتَتَ َقا‬
ْ ‫ أ َْو بِعباََرٍة أ‬.ُ َ‫ضأ‬
ٌ ‫ص ْو‬
ُ ‫ ُ َو َع ْق ٌد َم ْق‬:‫ُخَرى‬
ِ ِ‫علَّ دفْ ٍع م ٍال ِِخ ِر لِي رّد ِمثْل‬
َ َ َ
َُ َ
bahwa qard} adalah harta yang diberikan kepada orang lain dari mal
mitsli untuk kemudian dibayar atau dikembalikan. Atau dengan
ungkapan yang lain, qard adalah suatu perjanjian yang khusus untuk
14

Abu Abdillah Muhammad Affuddin, ‚Ketentuan – Ketentuan Mudharabah‛, dalam
http://www.darussalaf.or.id/fiqih/ketentuan-ketentuan-mudharabah/, diakses tanggal 25 Juni
2015.
15
Ismali Nawawi, Fiqh Muamalah Hukum Ekonomi, Bisnis Dan Syariah, (Surabaya: Putra Media
Nusantara 2010), 300.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

menyerahkan harta kepada orang lain untuk kemudian dikembalikan
persis seperti yang diterimanya. 16
Menurut Drs. H. Wardi Muslich, qard} adalah suatu akad antara 2
pihak, dimana pihak pertama memberikan uang atau barang kepada
pihak kedua untuk dimanfaatkan dengan kete