TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI PENCURIAN DALAM KODE ETIK SANTRI PONDOK PESANTREN PUTRI MAMBAUS SHOLIHIN DESA SUCI KEC. MANYAR KAB. GRESIK.

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI PENCURIAN
DALAM KODE ETIK SANTRI PONDOK PESANTREN PUTRI MAMBAUS
SHOLIHIN DESA SUCI KEC. MANYAR KAB. GRESIK

SKRIPSI

Oleh:
DARUL HIKMAH
NIM C03212037

Prodi Siyasah Jinayah
Jurusan Hukum Pidana Islam
Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya
2016
TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI PENCURIAN
DALAM KODE ETIK SANTRI PONDOK PESANTREN PUTRI MAMBAUS
SHOLIHIN DESA SUCI KEC. MANYAR KAB. GRESIK


SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Strata Satu
Ilmu Syariah dan Hukum

Oleh:
DARUL HIKMAH
NIM. C03212037

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
JURUSAN HUKUM PUBLIK ISLAM
PRODI HUKUM PIDANA ISLAM
SURABAYA
2016

ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi
Pencurian dalam Kode Etik Santri Pondok Pesantren Putri Mambaus Sholihin

desa Suci kec. Manyar kab. Gresik” merupakan hasil penelitian lapangan untuk
menjawab pertanyaan yaitu, bagaimana sanksi pencurian dalam kode etik santri
pondok pesantren putri mambaus sholihin desa Suci kec. Manyar kab. Gresik,
dan bagaimana tinjauan hukum pidana Islam terhadap sanksi pencurian dalam
kode etik santri pondok pesantren putri mambaus sholihin desa Suci kec. Manyar
kab. Gresik.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan tekhnik
wawancara, observasi, dokumentasi dan pustaka. Setelah data terkumpul, data
diolah dengan bentuk kualitatif kemudian dianalisis dengan metode deskriptif
analisis dan pola pikir induktif untuk memperoleh kesimpulan umum yang
menurut tinjauan hukum pidana Islam terhadap sanksi pencurian dalam kode etik
santri pondok pesantren putri mambaus sholihin desa Suci kec. Manyar kab.
Gresik.
Dari hasil penelitian ini disimpulkan hukum pidana Islam bagi tindak
pidana pencurian adalah potong tangan. Adapun syarat-syarat dan rukun tindak
pidana pencurian yaitu: mengambil secara sembunyi-sembunyi, barang yang
diambil berupa harta, harta yang diambil tersebut milik orang lain, Melawan
hukum , Barang tersebut mencapai nishab. dalam konteks yang terjadi di pondok
pesantren putri mambaus sholihin dapat dilihat dari tahun ini konteks kejadian
belum pernah mencapai satu nisab dan belum memenuhi syarat-syarat dan rukun

tindak pidana pencurian yang mengharuskan adanya hukuman had. Maka
pelakunya tidak dapat dihukum dengan hukuman had dan penerapan tindak
pidana pencurian dipondok pesantren putri mambaus sholihin kab gresik tidak
melimpahkan langsung kepada pihak yang berwajib (polisi) akan tetapi di
serahkan kepada yang berwenang yaitu pembimbing khusus waziroh ta’di>b,
majelis tahkim beserta pengurus mahkamah santri.
Dalam hal ini Seorang pendidik perlu mempertimbangkan faktor-faktor
yang melekat pada pelaku dan seberapa berat kerugian yang dialami korban serta
dampak bagi pelaku pencurian juga para santri harusnya lebih waspada dan lebih
hati hati dalam menyimpan barang barangnya ataupun uangnya dan pengurus
mahkamah santri diharapkan dalam menjalani tugas dengan dilandasi rasa ikhlas
dan kesabaran hati karena hal ini sudah menjadi kewajiban seorang muslim
dalam menegakkan moralitas Islam.

iv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman

SAMPUL DALAM ..............................................................................................

i

PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................................................

ii

PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................

iii

ABSTRAK ...........................................................................................................

iv

KATA PENGANTAR .........................................................................................

v


PERSEMBAHAN ................................................................................................

vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................

viii

DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................

xi

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah .................................................


7

C. Rumusan Masalah .........................................................................

9

D. Kajian Pustaka...............................................................................

9

E. Tujuan Penelitian ..........................................................................

11

F. Kegunaan Hasil Penelitian ...........................................................

11

G. Definisi Operasional......................................................................


12

H. Metode Penelitian..........................................................................

13

I. Sistematika Pembahasan ...............................................................

18

viii

BAB II HUKUMAN

BAGI

PELAKU

TINDAK


PIDANA

PENCURIAN DALAM HUKUM PIDANA ISLAM
A. Definisi Pencurian ............................................................................

19

B. Macam-Macam Pencurian ...............................................................

21

C. Unsur-Unsur Tindak Pidana Pencurian ............................................

23

D. Hukuman Tindak Pidana Pencurian .................................................

24


E. Syarat dan Rukun Tindak Pidana Pencurian ....................................

29

BAB III SANKSI PENCURIAN DALAM KODE ETIK SANTRI PONDOK
PESANTREN PUTRI MAMBAUS SHOLIHIN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Putri Mambaus Sholihin .......

32

B. Sanksi Pencurian dalam Kode Etik Santri Pondok Pesantren Putri
Mambaus Sholihin ..........................................................................

43

BAB IV ANALISIS SANKSI DAN TINJAUAN HUKUM PIDANA
ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DI
PONDOK PESANTREN PUTRI MAMBAUS SHOLIHIN
DESA SUCI KEC. MANYAR KAB. GRESIK
A. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Pencurian

Dalam Kode Etik Santri Pondok Pesantren Putri Mambaus
Sholihin desa Suci kec. Manyar kab. gresik .................................. . 51
B. Penerapan Terhadap Sanksi Pencurian Dalam Kode Etik
Santri Pondok Pesantren Putri Mambaus Sholihin desa Suci
kec. Manyar kab. gresik ................................................................. . 54

ix

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................

60

B. Saran ..............................................................................................

61

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………

LAMPIRAN

x

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang
telah lama berdiri sebelum berdirinya Negara republik Indonesia yaitu
pada zaman para wali abad kelima belasan. Pondok pesantren adalah
lembaga pendidikan dan penyiaran agama Islam, tempat pelaksanaan
kewajiban belajar mengajar dan pusat pengembangan jama’ah
(masyarakat) yang diselenggarakan dalam kesatuan tempat pemukiman
dengan masjid sebagai central pendidikan dan pembinaanya.1 Oleh
sebab itu, salah satu tujuan dari pendidikan pondok pesantren adalah
pembentukan akhlak dan budi pekerti yang baik yang sanggup
menghasilkan orang-orang yang bermoral, laki-laki maupun wanita,
jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak
yang tinggi, tahu arti kewajiban dan pelaksanaannya. Menghormati
hak-hak, tahu membedakan buruk dengan baik mengingat tuhan dalam
setiap pekerjaan yang mereka lakukan.
Perkembangan dari masa ke masa bahwa pesantren tidak up to

date adalah salah, hal ini bisa dilihat secara manajemen, kurikulum,

1

Abd. Qadir Jaylaniy, Peran ulama dan santri dalam perjuangan politik islam di Indonesia,
(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1994), 7.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

sarana dan prasana, metodeologi, serta out put pesantren yang mampu
masuk kepada setiap lini masyarakat badan pentas nasional, dalam
kancah nasional maupun internasional. Hal ini karena pesantren
memilki keunggulan yang sudah selayaknya dipertimbangkan.
Pendidikan agama di lingkungan pesantren merupakan salah
satu usaha yang dilakukan untuk membentuk santri dalam mempelajari
pengetahuan tentang agama Islam agar mereka menjadi seorang
muslim yang betul-betul memahami akan ajaran islam sehingga
menjadi seorang muslim yang taat terhadap agamanya.
Timbulnya pelanggaran norma-norma yang dilakukan oleh
anak-anak santri hanya merupakan gangguan terhadap keamanan dan
ketertiban lingkungan sekitar. Akan tetapi juga merupakan bahaya
yang dapat mengancam masa deepan masyarakat suatu bangsa. Anakanak menurut menurut Benjamine Line merupakan “ a generation who

will one day become our national leader”. Perlu mendapat pengawasan
dan bimbingan agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan negatif yang
dapat menghancurkan masa depannya.2
Diantara tindak kejahatan yang sering terjadi di lingkungan
pondok pesantren adalah tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh
anak santri terhadap temennya sendiri, ini sama halnya terjadi di

2

Romli Atmasasmita, Problem kenakalan anak-anak remaja, (Bandung: CV. Armico, 1984), 7.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

pondok pesantren Mambaus Sholihin desa Suci kec. Manyar kab.
Gresik. Hal ini sudah terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah
keterlambatan pengiriman uang dari orang tua santri, santri yang boros
dan suka jajan hingga jatah uang kiriman habis sebelum masa waktunya
dan faktor-faktor lainnya.3
Pencurian sendiri merupakan perbuatan mengambil harta orang
lain secara sembunyi-sembunyi dengan I’tikad tidak baik. Yang
dimaksud

dengan

mengambil

harta

secara

diam-diam

adalah

mengambil barang tanpa sepengetahuan pemiliknya dan tanpa
kerelaanya. Tindak pidana pencurian merupakan salah satu bentuk
tindak pidana yang bisa dilakukan oleh orang dewasa dan juga oleh
anak dibawah umur. Dimana kejahatan tersebut dalam hukum Islam
termasuk jarimah hudud.
Pencurian tujuannya adalah memelihara keteraturan masyarakat
dalam hak pemilikan harta, dalam hal ini pada wilayah kebutuhan yang
primer dalam kepustakaan hukum islam disebut al-maqasid al-

khamsah, yaitu: agama, jiwa akal pikiran, keturunan, dan hak milik.
Oleh karena itu, setiap criminal yang dilakukan mengganggu
kedamaian dan ketentraman masyarakat akan dianggap sebagai
kejahatan terhadap Allah SWT.

3

Pengurus Pondok Pesantren Mambaus Sholihin, Gresik, 12 Maret 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Al-Quran telah menetapkan berikut bagi mereka yang
melakukan pencurian :

‫سارقة فا ْقطعوآا ْيد ي ما جزآء بما كسبا نكاا من ه ه عز ْيز‬
َ ‫سارق ال‬
َ ‫ال‬
‫حك ْيم‬
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
kedua tangannya sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan
dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa Lagi Maha
Bijaksana” (Surat Al-Maidah, ayat 38).4
Sebagaimana yang telah di jelaskan dalam firman Allah Q.S.
Al-Maidah:38, bahwa setiap perbuatan yang dilakukan pasti mendapat
balasan sesuai dengan apa yang dikerjakan khususnya pada kasusu
pencurian, jadi setiap laki-laki maupun perempuan yang mencuri akan
mendapat hukuman/diyat sesuai dengan pasal hukum yang sudah
ditentukan baik itu dalam suatu lembaga, masyarakat dan lain-lain.
Begitu juga yang terdapat di salah satu pondok Jawa Timur yaitu YPP.
Mambaus Sholihin desa Suci kec. Manyar kab. Gresik. bahwa dalam
pondok pesantren ini juga terdapat beberapa kode kriteria pelanggaran
mengenai pencurian, namun sanksi yang ditentukan kurang efektif.
Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di pondok
pesantren tersebut.
4

Depag RI, Al-Qur’a da Terje ah ya, (Jakarta; Syaamil Cipta Media,2005),

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Hukuman yang dijatuhkan terhadap pencuri terkadang tidak
sebanding dengan apa yang dicuri, misalkan seorang santri mencuri
uang sebesar Rp 100.000,00 ganjaran yang harus diterima bagi pelaku
pencurian dengan hukuman secara ringan, sehingga mengakibatkan
korban merasa tidak puas dengan hukuman yang diberikan kepada
pelaku pencurian dan tidak adanya rasa jera bagi pelaku. Jika melihat
kasus ini, sangat dibutuhkan adanya peraturan/ketetapan yang jelas
serta hukuman berat dalam kasus pencurian yang menyebabkan adanya
rasa jera terhadap pelaku, sebagaimana ketentuan hukum pidana Islam.
Islam memberi hukuman berat atas hukuman perbuatan mencuri
yaitu

hukuman

potongan

tangan

atas

pencuriannya.

Syariah

menetapkan pandangan yang lebih realistis dalam menghukum seorang
pelanggar, banyak hal yang harus dipertimbangkan serta tujuan adanya
hukuman itu sendiri, tidak semata-mata ketika terjadi pencurian harus
dipotong tangannya, namun harus ada unsur-unsur tertentu yang
terpenuhi sehingga dapat melakukan had tersebut, dan apabila tidak
terpenuhi unsur-unsurnya maka sanksi atas tindak pidananya dapat
diserahkan pada penguasa yang berwenang yang disebut dengan ta’zi>r
5.

Ta’zi>r lebih bisa menjangkau dalam mengatur dan membatasi
norma-norma Islam selalu terkait dengan norma-norma keimanan dan
5

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2005), 21.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

norma-norma moral serta menjadikan syariat Islam terhadap umatnya
sebagai permasalahan akhlaq al-karimah. Terlebih dalam upaya
mendidik bagi santri sebagai cermin dalam kehidupan keberagamaan.
Dan juga di dalamnya terkandung tujuan pemidanaan yang dalam Islam
sesuai dengan konsep tujuan umum disyariatkan hukum, yaitu untuk
merealisasikan

kemaslahatan

umat

dan

sekaligus

menegakkan

keadilan.6 Sanksi ta’zi>r dalam pidana pencurian yang belum memenuhi
unsur-unsur dan syaratnya diperlukan pemikiran yang cukup mendalam
sebagai ketentuan-ketentuan hukumnya.7
Dalam melakukan penelitian ini penulis tertarik untuk
mengangkat permasalahan terhadap sanksi pencurian di pondok
pesantren putri Mamba’us Sholihin desa Suci kec. Manyar kab. Gresik.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Pidana Islam
Terhadap Sanksi Pencurian dalam Kode Etik Santri Pondok Pesantren
Putri Mambaus Sholihin desa Suci kec. Manyar kab. Gresik”, penulis
berusaha memaparkan permasalahan yang berkaitan dengan hal
tersebut, dalam skripsi ini terdapat beberapa identifikasi masalah
sebagai berikut:

6
7

Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, (Yogyakarta; Logung Pustaka, 2004).52.
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Bandung : Al a’arif,
,
.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

1. Deskripsi tentang kejahatan pencurian
2. Pengertian tindak pidana pencurian
3. Tujuan tindak pidana pencurian
4. Hukuman tindak pidana pencurian
5. Faktor-faktor pencurian
6. Tinjauan hukum pidana Islam terhadap sanksi pencurian bagi
santri.
Dalam skripsi ini terdapat batasan masalah sebagai berikut:
1) Sanksi terhadap pencurian dalam kode etik santri pondok
pesantren putri Mambaus Sholihin desa Suci Kec. Manyar Kab.
Gresik.
2) Tinjauan hukum pidana Islam terhadap sanksi pencurian dalam
kode etik santri pondok pesantren putri Mambaus Sholihin desa
Suci kec. Manyar kab. Gresik.
C. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah dalam penelitian ini dapat
diambil suatu pokok masalah utama yang akan di bahas dalam skripsi
ini adalah :
1. Bagaimana sanksi pencurian dalam kode etik santri pondok
pesantren putri Mambaus Sholihin desa Suci kec. Manyar kab.
Gresik ?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

2. Bagaimana tinjauan hukum pidana Islam terhadap sanksi
pencurian dalam kode etik santri pondok pesantren putri
Mambaus Sholihin desa Suci Kec. Manyar Kab. Gresik?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau
penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan
diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini
tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian
yang telah ada.8 Dibawah ini disebutkan hasil-hasil dari penelitian
terdahulu yang telah diringkas dalam bentuk skripsi, diantaranya:
1. Karya Rahmi Rasyidah (2005), dengan judul “Putusan Pengadilan
Negeri Gresik Nomor 01/Pid.B/2000/PN.Gs Tentang Tindak Pidana
Pencurian oleh Anak Ditinjau dari Hukum Pidana Islam”.
Kesimpulan dari penelitian ini ialah menurut hukum Islam
hukuman yang diberikan kepada pelaku pencurian yang dilakukan
oleh anak dibawah umur tidak memiliki hukum sebagai sanksi
pemidanaan, sebab anak yang masih dibawah umur hanya memiliki

8

Fakultas Syariah UIN sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi (Surabaya:
t.p.,2016), 8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

hukuman ta’zir.9 Dimana hukuman yang diberikan kepada pelaku
tindak pidana telah ditentukan dengan putusan hakim sebagai
penguasa yang berhak menghukum atas pelanggaran yang telah
dilakukan. Sehingga hukuman yang diberikan dapat berupa
pamidanaan ataupun pengembalian anak tersebut kepada orang
tuanya agar dapat mendidik anaknya dengan baik.
2. Karya Faizah Wahyuni (2013), dengan judul “Tinjauan Hukum
Pidana Islam Terhadap Pelaku Pencurian Dengan Pemberatan Yang
Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur (Studi Putusan Nomor
139/Pid.B/2013/PN.Sda)”. Kesimpulan dari penelitian tersebut
ialah bahwa pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada anak
tersebut adalah pidana penjara. Bagi anak juga dijatuhkan pidana
tambahan,

berupa

perampasan

barang-barang

tertentu

dan

pembayaran ganti rugi. Namun, hukuman terdakwa diberi
keringanan karena usia terdakwa yang masih dibawah umur.
Pada penelitian ini yang akan penulis teliti ini lebih
mengutamakan pada “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi
Pencurian dalam Kode Etik Santri Pondok Pesantren Putri Mambaus
Sholihin desa Suci kec. Manyar kab. Gresik” jika dikaitkan dengan

Rahmi Rasyidah, Putusa Pe gadila Negeri Gresik No or /Pid.B/
/PN.Gs Te ta g
Tindak Pidana Pencurian Oleh Anak Ditinjau Dari Huku Pida a Isla , (Fakultas Syariah
Universitas Sunan Ampel Surabaya, 2005).

9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

prespektif hukum pidana Islam penelitian ini difokuskan pada
pemberian sanksi terhadap pencurian denagn beberapa ketentuan yaitu:
1) Jika salah satu santri melakukan penipuan, pencurian, atau
penggelapan di dalam maupun luar pondok pesantren Mambaus
Sholihin, maka hukumannya harus membuat pernyataan tertulis di
depan dewan tahkim dengan ta’dib yang telah ditentukan oleh
tahkim dan pemanggilan orang tua.
2) Jika salah satu santri menerima atau menadah barang curian orang
lain, maka harus membuat pernyataan tertulis di depan dewan
tahkim dengan ta’dib yang telah ditentukan oleh tahkim dengan
pemanggilan orang tua.
3) Jika salah satu santri mengambil hak milik orang lain berupa uang
diatas nominal pembayaran SPP, maka dilakukan penyerahan
kembali kepada orang tua, ganti rugi dan disowankan kepada
pengasuh.10
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui sanksi pencurian dalam kode etik santri pondok
pesantren putri Mambaus Sholihin desa Suci kec. Manyar kab.
Gresik.
10

Moha

ad Ma’ruf, kode etik sa tri, gresik:

, .

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

2. Untuk mengetahui analisis tinjauan hukum pidana Islam terhadap
sanksi pencurian dalam kode etik santri pondok pesantren Mambaus
Sholihin desa Suci kec. Manyar kab. Gresik.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sekurangkurangnya dua aspek, yaitu:
1. Secara Teoritis: dapat dijadikan pedoman untuk menyusun
hepotesis penulisan berikutnya, bila ada kesamaan dengan masalah
ini, dan memperluas khasanah ilmu pengetahuan tentang tindak
pidana yang berkaitan dengan masalah tinjauan hukum pidana
Islam terhadap sanksi bagi pelaku tindak pidana pencurian yang
dilakukan bagi santri dalam hukum Islam.
2. Secara Praktis : hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai
bahan penyuluhan serta penyumbangan pemikiran baik secara
komunikatif,

informatif,

maupun

edukatif

khususnya

bagi

masyarakat yang awam akan penegakan hukum di Indonesia, selain
itu agar dapat menyadarkan masyarakat bahwa makna dan hakikat
hukum dapat menjadi sumber keadilan, kedamaian, kesejahteraan
rohaniah dan jasmaniah, sebagai tujuan akhir hukum itu sendiri.
Serta bermanfaat pula bagi Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Surabaya untuk pengembangan ilmu khususnya dalam bidang
Hukum Pidana Islam.
G. Definisi Operasional
Sebagai gambaran di dalam memahami suatu pembahasan maka
perlu adanya pendefinisian terhadap judul yang bersifat operasional
dalam penulisan skripsi ini agar mudah di pahami secara jelas tentang
arah dan tujuannya. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam
memahami maksud yang terkandung.
Agar tidak terjadi kesalahpahaman di dalam memahami judul
skripsi ini maka perlu penulis menguraikan tentang pengertian judul
tersebut sebagai berikut:
1. Hukum pidana Islam adalah suatu ketentuan hukum yang
membahas mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal yang
dilakukan oleh orang-orang mukallaf (orang yang dapat dibebani
kewajiban), serta ketentuan ini sebagai hasil dari pemahaman atas
dalil-dalil hukum yang terinci dari Al-Quran dan As-Sunnah.11
2. Sanksi adalah hukuman yang mendidik yang dijatuhkan oleh
mahkamah santri yang berwenang terhadap santri yang melakukan
pelanggran.

11

Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Jakarta: Lembaga Studi Islam dan
Kemasyarakatan, 1992), 86.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

3. Tindak Pidana Pencurian adalah mengambil harta orang lain secara
sembunyi-sembunyi yang dilakukan santri PPMS.
4. Kode Etik adalah sistem norma, nilai dan aturan yang tertulis
secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang
tidak benar dan salah dan menyatakan perbuatan apa yang harus
dilakukan dan apa yang harus dihindari.
5. Santri adalah anak atau orang yang sedang menuntut ilmu di
lingkungan YPPMS.
6. Pondok pesantren Mambaus Sholihin adalah suatu tempat untuk
mendidik atau mengajarkan agama Islam, pondok pesantren
mambaus

sholihin

dilingkungan

yayasan

pondok

pesantren

mambaus sholihin.
H. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang akan dipakai adalah kajian pustaka yaitu studi
studi kepustakaan dari berbagai refrensi yang relevan dengan pokok
bahasan mengenai tinjauan hukum pidana Islam terhadap sanksi
pencurian dalam kode etik santri pondok pesantren putri Mambaus
Sholihin desa Suci kec. Manyar Kab. Gresik.
1. Data yang dikumpulkan
Berdasarkan masalah yang dirumuskan, maka data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

a. Mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil interview dan
observasi.
b. Data tindak pidana pencurian pondok pesantren Mambaus
Sholihin desa Suci kec. Manyar kab. Gresik.
c. Pandangan hukum pidana Islam terhadap pelaku sanksi
pencurian dalam Kode Etik santri Pondok Pesantren Mambaus
Sholihin desa Suci kec. Manyar kab. Gresik.

2. Sumber Data
Sumber data merupakan bagian dari skripsi yang akan
menentukan keontikan skripsi, berkenaan dengan skripsi ini sumber
data yang dihimpun dari:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan sumber yang diperoleh dari
hasil penelitian lapangan.
b. Sumber data sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber yang menukung
sumber primer, baik dari buku, antara lain:
1) Jazuli, Fiqh Jinayah.
2) Achmad Wardhi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum

Pidana Islam.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

3) Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah Jilid 9.
4) Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam.
5) Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam.
6) Makhrus Munajat, Fiqh Jinayah: Norma-Norma Hukum

Pidana Islam
7) Achmad Wardhi Muslich, Hukum Pidana Islam.

3. Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian lapangan ini
menggunakan jenis tekhnik yang dipergunakan sebagai usaha untuk
memperoleh informasi terhadap masalah yang akan dibahas, antara
lain:
1) Interview.
2) Wawancara.
3) Dokumentasi.
4. Teknik Pengelolahan Data
Semua data yang terkumpul kemudian diolah dengan cara
sebagai berikut:
a) Editing, yaitu memeriksa kembali semua data yang diperoleh,
terutama dari kelengkapan, kejelasan makna, kesesuaian dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

keselarasan antara yang satu dengan yang lain. Dalam hal ini
penulis akan memeriksa kembali kelengkapan data-data dari
sanksi pencurian pondok pesantren putri Mambaus Sholihin
desa Suci kec. Manyar kab. Gresik, dan kesesuaian data-data
dari putusan dengan data-data kepustakaan.
b) Organizing, yaitu menyusun data yang diperoleh dalam
kerangka paparan yang sudah direncanakan yang tersusun pada
bab II tentang tindak pidana pencurian & sanksi pencurian
dalam Kode Etik santri Pondok Pesantren Mambaus Sholihin
desa Suci kec. Manyar kab. Gresik.
c) Analyzing, yaitu analisis dari data yang telah dideskripsikan
pada bab II dan menganalisa pada bab IV dalam rangka
menunjang bahasa atas proses menjawab permasalahan yang
telah dipaparkan didalam rumusan masalah. Analisis tersebut
meliputi tinjaun hukum pidana Islam terhadap sanksi pencurian
dalam Kode Etik Santri Pondok Pesantren Mambaus Shoihin
Suci Manyar Gresik & analisis sanksi pencurian kasus tersebut.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Teknik deskriptif analisis, yaitu dengan cara memaparkan
mengenai sanksi pencurian dalam Kode Etik Santri Pondok

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Pesantren Mambaus Sholihin Suci Manyar Gresik secara
keseluruhan, mulai dari deskrpsi kasus tersebut sampai dengan
hukuman yg diberikan.
b. Deduktif, yaitu pola pikir yang membahas persoalan dimulai
dengan memaparkan hal-hal yang bersifat umum berupa dalil,
kaidah fiqh, pendapat mujtahid (yakni yang berkaitan tentang
sanksi pencurian) kemudian ditarik suatu kesimpulan yang
bersifat khusus dari hasil penelitian yang dilakukan, (yaitu
kesimpulan bahwa seorang pencuri akan tetap dimintai
pertanggung jawaban atas perbuatan yang dilakukannya).
I. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini dibagi menjadi lima bab, yang terdiri dari bab
pertama berupa pendahuluan yang meliputi; latar belakang masalah,
pokok masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
Bab kedua, menguraikan tindak pidana pencurian dan sanksi ta’zir
dalam hukum pidana Islam yang meliputi: definisi pencurian, macammacam pencurian, unsur-unsur tindak pidana pencurian, hukum tindak
pidana pencurian, syarat & rukun jarimah, alat bukti pencurian, definisi
ta’zir, dasar hukum ta’zir, macam-macam ta’zir, macam-macam
hukuman ta’zir.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Bab ketiga menguraikan tentang gambaran umum pondok
pesantren putri mambaus sholihin desa Suci kec. Manyar kab. Gresik
yang meliputi:letak geografis PPMS, sejarah pendirian PPMS, asal
mula nama PPMS, sistem pendidikan PPMS, visi & misi PPMS, motto
PPMS, gambaran umum santri, struktur organisasi, sarana & prasarana,
kode etik santri.
Bab keempat, menguraikan tentang analisis sanksi dan tinjaun
hukum pidana Islam terhadap tindak pidana pencurian di pondok
pesntren putri1 mambaus sholihin desa Suci kec. Manyar kab. Gresik..
Bab kelima, berisi penutup dan kesimpulan dan saran-saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
HUKUMAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN
A. Pengertian Pencurian
Kata pencurian dalam bahasa arabnya adalah al-sari>qah yang menurut
etimologi berarti melakukan sesuatu tindakan terhadap orang lain secara
tersembunyi.1Misalnya istaraqqa al-sa>m. Secara istilah pencurian adalah
mengambil harta yang terjaga milik orang lain dan mengeluarkannya dari tempat
penyimpanannya tanpa ada kerancuan (syubhat) di dalamnya dan dilakukan
secara sembunyi-sembunyi. Sementara itu, secara terminologis definisi pencurian
dikemukakan oleh beberapa ahli berikut:
1. Ali bin Muhammad Al-Jurjan>i pencurian dalam syariat islamyang pelakunya
harus diberi hukuman potong tangan adalah mengambil sejumlah harta senilai
sepuluh dirham yang masih berlaku, disimpan ditempat penyimpanannya.
2. Muhammmad Al-Kha>tib Al-Syarbini(ulama mazdhab syafi>’i) pencurian secara
bahasa berarti mengambil harta orang lain secra sembuniy-sembunyi dan
secara istilah adalah mengambil harta orang lain secara sembunyi-sembunyi
dan zalim, diambil dari tempat penyimpananannya yang biasa digunakan
untuk menyimpan dengan berbagai syarat.

1

Abu Malik Kamal Bin As-Sayyid Salim, shahih fiqh sunnah, (Jakarta: Pustaka At-Tazkia, 2006), 185186.

19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

3. Wahbah Al-Zuhaili pencurian adalah mengambil harta milik orang lain dari
tempat penyimpanannya yang biasanya digunakan untuk menyimpan secara
diam-diam dan sembunyi-sembunyi.2
Dari beberapa definisi pencurian yang dikemukakan para ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa pencurian adalah mengambil barang atau harta yang bisa
digunakan untuk menyimpan barang atau harta kekayaan tersebut.Muhammad

Abu Syahbah mendefinisikan pencurian menurut syara’adalah pengambilan oleh
seseorang mukallaf yang baligh yang berakal terhadap harta milik orang lain
dengan diam-diam, apabila barang tersebut mencapai nishab (batas minimal), dan
tempat simpanannya, tanpa ada syubhat dalam barang yang diambil tersebut.”3
Penekanan dalam definisi mencuri adalah mengambil harta orang lain
secara sembunyi-sembunyi dengan pengertian bahwa mengambil tanpa
sepengetahuan dan ketahuan pemiliknya dan telah disimpan pada tempat yang
semestinya. Misalnya, seseorang mengambil harta disebuah rumah ketika
pemiliknya sedang berpergian atau tidur. Adanya persyaratan dalam keadaan
“sembunyi-sembunyi”seperti tertera dalam definisi di atas, menunjukkan bahwa
yang mengambil harta orang lain secara terang-terangan tidak termasuk kategori
pencurian yang diancam dengan hukuman had, akan tetapi ancaman atas pelaku

2

Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), 99
Abd al-qadir audah, at-tasyri’ al-jinaiy al-islamiy, II, (dar al-kitab al-‘arabi, Beirut, tt, 154.

3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

pencopetan atau penipuan adalah hukuman ta’zi>r bukan hukuman potongan
tangan seperti dikenakan terhadap pelaku pencurian.
B. Macam-Macam Pencurian
Pencurian dalam syariat Islam ada dua macam, yaitu sebagai berikut:
1. Pencurian yang hukumannya hadd.
2. Pencurian yang hukumannya ta’zi>r.
Pencurian yang hukumannya hadd terbagi dua bagian, yaitu:
a. Pencurian ringan dan
b. Pencurian berat
Pencurian ringan menurut rumusan yang dikemukakan oleh Abdul
QadirAudah adalah sebagai berikut.

‫فأما السرقه الصغرى فهى أخذ ما الغير خفيه اى على سبيل‬
‫إستخفاء‬
“Pencurian ringan adalah mengambil harta orang lain dengan cara diam-

diam, yaitu dengan jalan sembunyi-sembunyi”.4
Sedangkan pengertian pencurian berat adalah sebagai berikut:

‫أما السرقه ال برى فهى أخذ ما الغير على سبيل المغالبه‬

44

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta; Sinar Grafika, 2005),81.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Adapun pengertian pencurian berat adalah mengambil harta orang lain
dengan cara kekerasan.5
Pencurian yang harus dikenai sanksi adalah pencurian yang syarat-syarat
penjatuhan haddnya tidak lengkap. Jadi, karena syarat-syarat penjatuhan hadnya
belum lengkap, maka pencurian itu tidak dikenai had, tetapi dikenai ta’zi>r.6
Perbedaan antara pencurian ringan dengan pencurian berat adalah bahwa
dalam pencurian ringan, pengambilan harta itu dilakukan tanpa sepengetahuan
pemilik

dan

tanpa

persetujuannya.Sedangkan

dalam

pencurian

berat,

pengambilan tersebut dilakukan dengan sepengetahuan pemilik harta tetapi tanpa
kerelaannya, disamping terdapat unsur kekerasan. Dalam istilah lain, pencurian
berat ini disebut jarimah hirabah atau perampokan, dan secara khususakan
dibicarakan dalam bab tersendiri dimasukkannya perampokan ke dalam kelompok
pencurian ini, sebabnya adalah karena dalam perampokan terdapat segi
persamaan dengan pencurian, yaitu sekalipun dikaitkan dengan pemilik
barang.7Jadi jenis pencurian itu bertingkat-tingkat. Kalau diurutkan dari tingkat
terendah sampai tertinggi berdasarkan cara melakukannya adalah penjarahan,
penjambretan, perampasan dan perampokan.8
C. Unsur-Unsur Tindak Pidana

5

Ibid.
Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, (Bandung : Pt. Al-Maarif, 1993), 201
7
Ibid.,82.
8
Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), 102.
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Setiap perbuatan bisa dianggap delik (jarimah) bila terpenuhinya syarat dan
rukun(unsur umumnya). Adapun unsur jarimah dapat dikategorikan menjadi
memiliki unsur umum dan unsur khusus, unsur umum tindak pidana adalah unsurunsur yang terpenting dalam setiap tindak pidana, sedangkan unsur khusus tindak
pidana adalah unsur-unsur yang hanya terdapat pada jenis tindak pidana tertentu,
sebagai contoh mengambil harta orang lain secara diam-diam dari tempatnya
adalah unsur khusus pada tindak pidana pencurian.
Bahwa unsur-unsur umum untuk jarimah itu ada tiga macam :
1) Unsur formal yaitu adanya nash (ketentuan)yang melarang perbuatan dan
mengancamnya dengan hukuman.
2) Unsur material yaitu adanya pelaku yang membentuk jarimah, baik berupa
perbuatan nyata (positif) maupun sikap tidak berbuat(negatif).
3) Unsur moralyaitu bahwa pelaku adalah orang yang mukallaf, yakni orang
yang dapat dimintai pertanggung jawaban atas tindak pidana yang
dilakukannya.9
Sebagai contoh, suatu perbuatan baru dianggap sebagai pencurian dan
pelakunya dapat dikenakan hukuman apabila memenuhi unsur-unsur sebagai
berikut:

9

Ahmad Wardi Muslich, pengantar dan asas Hukum Pidana Islam fikh jinayah, (Jakarta; Sinar Grafika,
2004), 28.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

a.

Ada nash (ketentuan) yang melarangnya dan mengancamnya dengan
hukuman. Ketentuan tentang hukuman pencurian ini tercantum dalam surat
Al-Maaidah ayat 38.

b.

Perbuatan tersebut benar-benar telah dilakukan, walaupun baru percobaan
saja. Misalnya sudah mulai membongkar pintu rumah korban, meskipun
belum mengambil barang-barang yang ada di dalamnya.

c.

Orang yang melakukan adalah orang yangmukallafyaitu baligh dan berakal.
Dengan demikian apabila orang yang melakukannya gila atau masih dibawah
umur maka ia tidak dikenakan hukuman, karena ia orang yang tidak bisa
dibebani pertanggungjawaban pidana.10

D. Hukuman Untuk Tindak Pidana Pencurian
Hukuman ditetapkan demikian untuk memperbaiki individu menjaga
masyarakat dan tertib sosial.Bagi Allah sendiri tidaklah memudharatkan kepadaNya apabila manusia dimuka bumi ini melakukan kejahatan dan tidak
memberikan manfaat kepada Allah apabila manusia dimuka bumi ini taat kepadaNya.
Hukuman itu harus mempunyai dasar baik Al-Qur’an, hadist atau lembaga
legislatif yang mempunyai kewenangan menetapkan hukuman untuk kasus

10

Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

ta’zi>r.Selain itu, hukuman itu harus bersifat pribadi, artinya hanya dijatuhkan
kepada yang melakukan kejahatan saja.11
Pencurian apabila ditinjau dari segi sanksinya dibagi menjadi dua macam.
yaitu pencurian yang diancam dengan hukumanhad dan hukuman yang diancam
dengan ta’zi>r.
Pertama, pencurian yang dengan syarat-syarat dan rukun-rukunnya
penyatuan had telah terpenuhi dengan sempurna syarat-syaratnya, hukuman
potong tangan merupakan hukuman pokok terhadap tindak pidan pencurian
ketentuan ini berdasarkan kepada firman Allah dalam Surah Al-Maaidah ayat
38.12
Menurut kuantitas barang yang dicuri, barang berharga senilai lebih atau
minimal ¼dinar.Jadi jelaslah bahwa hukuman ini hanya berlaku pada sebagian
pencuri, bukan setiap pencuri.Pencurian kurang dari seperemat dinar tidak
terkena hukuman potongan tangan. Inilah pendapat Umar Bin Al-Khathab,
Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Umar bin Abdul Azis, Al-Laits, Al-Syafi’i,
Dan Abu Saur. Imam Malik berkata “tangan pencuri dipotong juga karena
mencuri sepermpat dinar atau tiga dirham. Kalau mencuri sesuatu seharga dua

11

A. Djazuli, Fiqh Jinayah upaya menanggulangi kejahatan dalam Islam, (Jakarta; Raja Grapindo
Persada, 1997), II: 25-26.
12
Ibid,.90.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

dirham yang seniali ¼dinar13, karena selisih nilai tukarnya tangan pencuri
tersebut tidak boleh dipotong.”14
Hukum potong tangan tidak berlaku bagi orang tua yang mencuri harta
anaknya, pembantu mencuri harta majikannya, pencuri dimusim barang pangan
(paceklik).Umar membebaskan budak yang mencuri dengan meminta tuannya
untuk mengganti harga barang yang dicuri dengan dua kali lipat.Rasullullah tidak
menghukum potong tangan kepada pencuri yang mencuri buah-buahan yang
dimakan ditempat.15
Kedua, pencurian yang diancam dengan ta’zi>r. Adapun pencurian yang
syarat-syarat penjatuhan hadnya tidak lengkap atau belum lengkap, maka pencuri
itu tidak dikenai hukuman hadakan tetapi dikenai hukuman ta’zi>r.

Ta’zi>rdiartikan mencegah dan menolak karena ia dapat mencegah pelaku
agar tidak mengulangi perbuatannya. Karena ta’zi>r dimaksudkan untuk mendidik
dan memperbaiki pelaku agar ia menyadari bahwa jarimahnya kemudian
meninggalkan dan menghentikannya. Pengertian ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Abdul Qadir Audah16 dan Wahbah Zuhaili17ta’zi>rsecara umum
diberlakukan sebagai sanksi terhadap pelanggaran norma-norma keagamaan,

13

Dirham adalah mata uang beberapa Negara arab yang berupa perak murni dengan berat 2,975Gram.
Ibid,.104.
15
Makhrus munajat, dekonstruksi hukum hlm 110.
16
Abd al-qadir Audah, at-tasri’ al-jinaiy al-islamy, juz 1, dar al-kitab al-a’rabi, (Beirut, tanpa tahun),
81.
17
Wahbah zuhaili, al-fiqh al-islami wa adillatuhu, juz VI, dar Al-fikr, (damaskus, 1989), 197.
14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

pemidanaan dimaksudkan untuk mendatangkan kemaslahatan umat dan
mencegah kedhaliman atau kemudharatan.
Sanksi ta’zi>radalah suatu istilah untuk hukuman atas jarimah-jarimah yang
hukumannya belum ditetapkan oleh syara’, jadi istilah ta’zi>r bisa digunakan
sebagai hukuman dan bisa juga untuk jarimah tindak pidana.

Ta’zi>r lebih bisa menjangkau dalam mengatur dan membatasi normanorma
Islam selalu terkait dengan norma-norma keimanan dan norma-norma moral serta
menjadikan syariat Islam terhadap umatnya sebagai permasalahan akhlaq al-

karimah. Terlebih dalam upaya mendidik bagi santri sebagai cermin dalam
kehidupan keberagamaan. Dan juga didalamnya terkandung tujuan pemidanaan
yang dalam Islam sesuai dengan konsep tujuan umum disyariatkan hukum, yaitu
untuk merealisasikan kemaslahatan umat dan sekaligus menegakkan keadilan.18
Sanksi ta’zi>r dalam pidana pencurian yang belum memenuhi unsur-unsur dan
syaratnya diperlukan pemikiran yang cukup mendalam sebagai ketentuanketentuan hukumnya.19
Pencurian jenis ini dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a) Pencurian yang diancam dengan hukuman had, namun tidak memenuhi syarat
untuk dilakukan had lantaran syubhat seperti mengambil harta milik harta
sendiri.

18
19

Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, (Yogyakarta; Logung Pustaka, 2004).52.
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Bandung : Alma’arif, 1999), 220.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

b) Pencurian yang mengambil harta dengan sepengetahuan pemiliknya namun
tidak atas dasar kerelaan pemiliknya dan yang tidak menggunakan kekerasan.
Berbeda dengan pendapat imam malik dan murid-muridnya yang
menjelaskan bahwa apabila barang yang dicuri sudah tidak ada dan pencuri adalah
orang yang mampu, maka diwajibkan untuk membayar ganti rugi sesuai dengan
nilai barang yang dicurinya, disamping itu pelaku tidak dikenai hukuman potong
tangan. Akan tetapi, apabila pelaku tidak mampu membayar ganti rugi, maka
dapat dijatuhi hukuman potong tangan tanpa dikenakan hukuman ganti rugi
tersebut.20

Adapun orang yang melaksanakan hukuman adalah Ulil Amri (penguasa),
dan seseorang atau sekelompok orang yang diberi kewenangan untuk melakukan
hal tersebut. Dengan ini, hukuman potong tangan dapat diterapkan jika pencurian
telah dianggap sempurna bila pencuri telah mengeluarkan harta yang dicurinya
dari tempat penyimpanan dan selanjutnya dipindahkan dari pemilik kepada
pencuri.21
Para fuqaha memberi perhatian yang sangat besar terhadap tindak pidana
yang mewajibkan jatuhnya hukuman hudud atau qisas. Karena itu, mereka

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam…, 90.
Ibid.

20
21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

menjelaskan unsur-unsur dan syarat-syaratnya seta memerinci hukumannya.
Khususnya dalam masalah yang berkaitan dengan macam-macam hukuman,
batasan masing-masing hukuman, dan wewenang hakim serta penguasa.22
E. Syarat dan Rukun Jarimah Pencurian
Dalam memberlakukan sanksi potongan tangan, harus diperhatikan aspekaspek penting yang berkaitan dengan syarat dan rukunnya. Dalam masalah ini
Shalih Sa’id Al-Haidan, dalam bukunya hal al-muttafaham fil majli>s al-

qada’mengemukakan lima syarat untuk dapat diberlakukannya hukuman ini,
yaitu Pelaku telah dewasa dan berakal sehat, pencurian tidak dilakukan karena
pelakunya sangat terdesak oleh kebutuhan hidup, tidak terdapat hubungan
kerabat antara pihak korban dan pelaku, seperti anak mencuri harta milik ayah
atau sebaliknya, tidak terdapat unsur syubhat dalam hal kepemilikan, seperti
harta yang dicuri itu menjadi milik bersama antara pencuri dan pemilik, pencurian
tidak terjadi pada saat peperangan di jalan Allah.23
Pencurian sebagaimana uraian diatas ialah mengambil harta milik orang
lain secara sembunyi-sembunyi. Dari definisi ini dapat diketahui bahwa rukun
pencurian ada empat, yaitu mengambil secara sembunyi-sembunyi, barang yang
diambil berupa harta, harta yang diambil tersebut milik orang lain, dan melawan
hukum.
Abdul Qadir Audah, at-tasyri’ al-jinai al-islamiy muqaranan bil qanunil wad’iy, (bogor: PT. Kharisma
Ilmu, t.t), 78.
23
Ibid,.115.
22

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

1) Pengambilan secara diam-diam terjadi apabila pemilik (korban) tidak
mengetahui

terjadinya

pengambilan

barang

tersebut

dan

ia

tidak

merelakannya. Untuk terjadinya pengambilan yang sempurna diperlukan tiga
syarat yaitu, pencuri mengeluarkan barang yang dicuri dari tempat
simpanannya, barang yang dicuri dikeluarkan dari kekuasaan pemilik, barang
yang dicuri dimasukkan kedalam kekerasaan pencuri.24
2) Barang yang diambil berupa harta yang dianggap bernilai menurut syara,
barang tersebut barang yang bergerak, barang tersebut tersimpan ditempat
simpanannya, barang tersebut mencapai nishab pencurian.
3) Harta tersebut milik orang lain apabila barang yang diambil dari orang lain itu
hak milik pencuri yang dititipkan kepadanya maka perbuatan tersebut tidak
dianggap sebagai pencurian, walaupun pengabilan tersebut dilakukan secara
diam-diam.
4) Adanya niat melawan hukum apabila pelaku pencurian mengambil suatu
barang padahal ia tahu bahwa barang tersebut bukan milikknya, dan karenanya
haram untuk diambil.
1. Alat Bukti Pencurian
Ada beberapa alat bukti dalam tindak pidana pencurian yang dapat
dibuktikan menurut hukum Islam, antara lain:25

24

Ibid,.83.
A. Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam), Cet. III, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2000), 80.
25

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

a.

Saksi, merupakan suatu pemberitahuan (pernyataan) yang benar untuk
membuktikan suatu kebenaran. Dalam hal ini cukup dengan dua orang
saksi, dan apabila saksi kurang dari dua orang maka pencuri tidak dapat
dikenai hukuman.

b.

Pengakuan, merupakan suatu pernyataan yang menceritakan tentang
suatu kebenaran atau mengakui kebenaran tersebut cukup dilakukan satu
kali saja. Dalam hal ini menurut Imam Abu Hanafiah, Imam Syafi’i, dan
Imam Ahmad cukup satu kali, meskipun demikian ulama lain ada yang
mensyaratkan dua kali.

c.

Sumpah, dikalangan Mazhab Syafi’i, terdapat pendapat yang
menyatakan bahwa pencurian dapat dibuktikan dengan sumpah yang
dilakukan oleh tersangka. Namun, apabila tersangka tidak ingin
bersumpah maka sumpah dikembalikan kepada penuntut (pemilik
barang). Dan apabila pemilik barang ingin bersumpah, maka tindak
pidana pencurian dapat dibuktikan dengan sumpah tersebut, sehingga
tersangka pun dapat dikenai hukuman h}ad.26

d.

Qarinah (sesuatu yang berkumpul), denganadanya tanda-tanda yang
menunjukkan bahwa seorang telah mencuri.

26

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam..., 89.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

BAB III
SANKSI PENCURIAN DALAM KODE ETIK SANTRI PONDOK
PESANTREN PUTRI MAMBAUS SHOLIHIN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Putri Mambaus Sholihin
Mambaus Sholihin adalah sebuah institusi yang terletak di kawasan
pegunungan Suci, bersuhu udara cukup hangat, ± 25 °C. Kawasan ini
berada kurang lebih 3 Km dari terminal Bunder (jalur utama SurabayaJakarta). Dan 2 Km dari Pertigaan Desa Tenger Sukomulyo yang terletak
di jalur pantura ini termasuk kawasan yang cukup makmur ekonominya.
Dengan sumber daya alamnya serta pasokan air yang melimpah ruah,
(konon merupakan sumber mata air yang muncul pada saat Kanjeng Sunan
Giri hendak berwudhu), merupakan aset yang sangat berharga bagi
masyarakat sekitar dan juga bagi Pesantren.1
Mambaus Sholihin berdiri di areal perkebunan cukup luas, yang
dipisahkan oleh ruas jalan utama Bunder-Tenger menjadi dua bagian, untuk
kompleks Putra di sebelah barat jalan, dan untuk kompleks Putri di sebelah
timur jalan, pemisahan ini menjadikan situsasi yang kondusif dan
memudahkan pengaturan antara santri Putra dan Putri.

Profil PPMS http://mambaussholihin.net/index.php/profil/sejarah, “diakses pada”, tanggal 29
april 2016
1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

Mengingat letaknya yang strategis (tepat disebelah jalan utama) dan
mudah dijangkau dari berbagai penjuru, menjadikan Mamba'us Sholihin
adalah sebuah institusi yang tergolong cepat perkembangannya .
1. Sejarah Pendirian PPMS
Pondok Pesantren Mamba'us Sholihin dirintis oleh ayahanda KH.
Masbuhin Faqih, yaitu Al Maghfurlah Al Mukarrom KH. Abdullah Faqih
Suci sekitar tahun 1969 yang pada mulanya berupa surau kecil untuk
mengaji AI-Qur’an dan Kitab Kuning di lingkungan desa Suci dan
sekitarnya.2
Pada tahun 1976 Al Mukarram KH. Masbuhin Faqih (putra pertama
KH. Abdullah Faqih Suci) yang baru mendapatkan restu dari Al
Mukkarrom KH. Abdullah Faqih Langitan u

Dokumen yang terkait

Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dan Santri Dalam Menjalankan Kedisiplinan Shalat Dhuha Di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah Cisauk – Tangerang

2 45 85

Optimalisasi Peran Mahkamah Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dalam Penegakan Kode Etik (Analisis Pelanggaran Kode Etik Periode 2004-2019)

0 11 94

EFEKTIFITAS TA’ZĪR IMĀRAH SYU’ŪN AL-ṬALABAH (IST) DALAM MENDISIPLINKAN SANTRI PONDOK PESANTREN ISLAM Efektifitas Ta’zīr Imārah Syu’ūn Al-Ṭalabah (IST) Dalam Mendisiplinkan Santri Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin Dukuh Ngruki Desa Cemani Kec. Grogol Kab.

0 5 10

EFEKTIFITAS TA’ZĪR IMĀRAH SYU’ŪN AL-ṬALABAH (IST) DALAM MENDISIPLINKAN SANTRI PONDOK PESANTREN ISLAM Efektifitas Ta’zīr Imārah Syu’ūn Al-Ṭalabah (IST) Dalam Mendisiplinkan Santri Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin Dukuh Ngruki Desa Cemani Kec. Grogol Kab.

0 2 17

SWAMEDIKASI DISMENORE PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN Swamedikasi Dismenore pada Santri Putri Pondok Pesantren Tahfidz Wa Ta’limil Qur’an Masjid Agung Surakarta.

0 1 16

PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN BAGI SANTRI PUTRI DI PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM TEGALSARI SURAKARTA.

0 1 181

Kiprah peran pondok pesantren dalam membentuk soft skill : studi kasus pondok pesantren mambaus Sholihin Suci Manyar Gresik.

8 65 129

HUBUNGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TASWIRUL AFKAR CONNECTION DENGAN PRESTASI BELAJAR FIKIH SISWA KELAS XI-1 IPK MA. MAMBAUS SHOLIHIN : STUDI KASUS DI MA MAMBAUS SHOLIHIN SUCI GRESIK.

0 1 109

IMTIHAN ‘AMALI, SERVICE LEARNING ALA PESANTREN MAMBAUS SHOLIHIN GRESIK : PARADIGMA KEMANFAATAN BAGI INDIVIDU LAIN.

0 0 22

Pengabdian Pada Masyarakat Pondok Pesantren Qomaruddin Desa Bungah Gresik Kewirausahaan Santri - UNUSA Repository

0 0 6