HUBUNGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TASWIRUL AFKAR CONNECTION DENGAN PRESTASI BELAJAR FIKIH SISWA KELAS XI-1 IPK MA. MAMBAUS SHOLIHIN : STUDI KASUS DI MA MAMBAUS SHOLIHIN SUCI GRESIK.

(1)

HUBUNGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TASWIRUL AFKAR CONNECTION DENGAN PRESTASI BELAJAR FIKIH SISWA

KELAS XI-1 IPK MA. MAMBAUS SHOLIHIN (Studi kasus di MA. Mambaus Sholihin Suci-Gresik)

SKRIPSI

Oleh :

M. Fakri Islami Arif NIM. D01212044

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


(2)

SURAT

PERNYATAAN

KEASLIAN

SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama

NIM Jurusan

Program Studi Fakultas

M. Fakri Islami

Arif

D01212044

Pendidikan Islam

Pendidikan Agama Islam

Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya ini adalah hasil karya atau

penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi hasil karya orang lain kecuali pada

bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan penuh

kesadaran ridlo Allah SWT.

Surabaya, 10 Agustus 2016 Yang Menyatakan,

MEr.*o,

r

tl

,ffiIi;li*,,{,ilil_

+++r-=

Ml-EN{M RIBU RUPIAH

*i!f-M. Fakri Islami

Arif

NIM. DAnt2044


(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Stripsi oleh :

Nama

: M. Fakrilslami

Arif

NIA{

:D01212044

ludul

:

HIIBIINGAII KEGIATAI{ TASWIRI}L

AFKAR CONNECTION I}ENGAN PRESTASI BEI,AJAR

EIKIH

SISWA KELAS

}il-l

IPKMA.

MAMBAUS SHOLIHIN.

ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

.i

0T laruari 2016


(4)

(5)

EMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

PERPUSTAN

Jl. Jod. A. Yni 117 S»aya 60237 Tel . 031-8431972 Fx.031-41330 -aail: pus@unsby.ac.id

LEBAR PEYATAAN PERSETUJUAN PUBLIoSI oARYA ILIAH UNTUo oEPENINGAN AKADEIS

Sebai siitns nkndea UIN Sunnn Ampl Surnbnyn, yang berandn angnn di bnwnh ini, snyn: Nnmn

NIa

: a. Fi Islnmi Aif

----: D0121204

·---·--···

Fnkulas/Jurusnn : Trbiynh lnn on / Pndiiknn Islnm / PAI

E-il nddress : db.diblcom

---···---·-·---·---· ..

·---···-Dni pengembnnan nu pngeahunn, mnyetujui untuk mmbn kepndn Ppusaknnn UN Sunnn Ampel Surnbnyn, Hak Bebns Royali Non-Eksklusif nas kryn h :

seipsi D Tesis D Desai D Ln-lain( ... )

yang bjudul

Hubugn Keiatan bembelajaran ooaif Tasirul r Connecion degan brestasi

Belajar Fpih Spswa s I-1 IbK . Mambaus Sholiin

__

.

,_

...

____ _

... " ... , ..

___________________

.... _,

__

.

_____

.

__

,, ... ---··-··---·--·--.

... .

besa pangknt yng ipluknn (biln nda). Dngnn Hak Bebns Roynli NŸn-Ekslusif inp

Ppustakann UIN Sºn Ampl Suabnyn berhk menmpnn, mh-medin/ onnnt-kn,

meelolanyn dm bentuk pnngkalan dna (dntnbnse), mendisibusiknnnyn, lnn

menampilknn/mmpubanyn i Intnet nau medin lain sea ltt n. kpningnn

nkndemis tanpn pelu mmintn ijin di snyn samn tetnp mencnnn nnmn snyn sebngni pnulis/penipa n nau pnerbit ynng bersgut.

Snyn bersedin untuk mng sea pibndi, anpn mlibnan pihnk Ppusn UN Sunn Ampel Surnbnyn, segnln bnuk tunan huum yang imbul nas pn Hnk pa dn1m kyn h snyn ini.

Dn pmynann pni yang snyn bat dn sebnamya.

Suabnyn, 10 Agusus 2016 Pnulps

( M. Fi lsli Aif)


(6)

ABSTRAK

M. Fakri Islami Arif :

Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif, Taswirul Afkar Connection, Prestasi Belajar Fikih

Pendidikan bukan hanya bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan. Namun, pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman, sikap, dan ketrampilan serta perkembangan diri peserta didik. Kemampuan atau kompetensi ini diharapkan dapat dicapai melalui berbagai proses pembelajaran di sekolah. Salah satu proses pembelajaran yang digunakan untuk mencapai kompetensi tersebut adalah melalui pembelajaran ekstra yang dilakukan siswa sendiri dengan membuat kajian-kajian di luar jam pelajaran sekolah. Berawal dari sebuah keterbatasan fasilitas dan jam pelajaran yang begitu padat di sekolah dan pesantren, siswa akhirnya berinisiatif untuk membangun sebuah pembelajaran khusus dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan keilmuan mereka. Kegiatan pembelajaran itu mereka sebut dengan TAC (Taswirul Afkar Connection) dan diperuntukkan bagi siswa MA. Mambaus Sholihin jurusan IPK (Ilmu Pengetahuan Keagamaan) yang ingin berbagi ilmu dan bertukar pikiran di luar jam pelajaran sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap secara empiris hubungan kegiatan Taswirul Afkar Connection dengan prestasi belajar Fikih siswa kelas XI IPK MA. Mambaus Sholihin. Penelitian ini menggunakan metode korelasi, yaitu suatu pendekatan untuk meneliti korelasi / hubungan antara dua fenomena.

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah metode tes dan angket. Analisis data untuk uji hipotesis digunakan rumus Korelasi Product Moment.

Hasil penelitian ini, yaitu : 1) Kegiatan Taswirul Afkar Connection bagi siswa kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin adalah kurang baik. 2) Prestasi belajar mata pelajaran Fikih siswa kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin sudah mencapai KKM yang ditetapkan oleh lembaga. 3) Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan perhitungan analisis korelasi product moment diperoleh hasil rhitung = -0,171 ≥ rtabel = 0,345 (taraf signifikan 1%) maka Ha

ditolak dan Ho diterima, yang berarti bahwa hubungan antara kegiatan Taswirul Afkar Connection dengan Prestasi Belajar Fikih siswa kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin sangat lemah atau rendah.

Hubungan Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Taswirul Afkar Connection dengan Prestasi Belajar Fikih Siswa Kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin. Skripsi. Surabaya : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Ampel, 2016.


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR TRANSLITERASI ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

D. Penelitian Terdahulu ... 6

E. Definisi Operasional ... 9

F. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif ... 15


(8)

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 15

2. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif ... 17

3. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif ... 24

B. Prestasi Belajar Fikih ... 25

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 25

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 29

3. Indikator Keberhasilan Prestasi Belajar ... 29

4. Pengertian Fikih ... 30

C. Hubungan Kegiatan TAC dengan Prestasi Belajar Fikih ... 33

D. Hipotesis ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 40

B. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian ... 42

C. Populasi dan Sampel ... 43

D. Jenis dan Sumber Data ... 44

E. Teknik Pengumpulan Data ... 46

F. Analisis Data ... 48

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 51

1. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Mambaus Sholihin ... 51

2. Letak Geografis ... 51


(9)

B. Penyajian Data ... 69

1. Data Hasil Observasi Tentang Keadaan Kegiatan TAC ... 69

2. Data Hasil Wawancara Tentang Prestasi Belajar Fikih ... 70

3. Data Hasil Angket ... 71

4. Data Hasil Dokumentasi ... 74

C. Analisis Data ... 76

1. Analisis Kegiatan TAC ... 77

2. Analisis Prestasi Belajar Fikih ... 86

3. Analisis Hubungan Kegiatan TAC dengan Prestasi Belajar Fikih 88 D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 92

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bukan hanya bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan. Namun, pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman, sikap, dan ketrampilan serta perkembangan diri peserta didik. Kemampuan atau kompetensi ini diharapkan dapat dicapai melalui berbagai proses pembelajaran di sekolah. Salah satu proses pembelajaran yang digunakan untuk mencapai kompetensi tersebut adalah melalui pembelajaran ekstra yang dilakukan siswa sendiri dengan membuat kajian-kajian di luar jam pelajaran sekolah.

Berawal dari sebuah keterbatasan fasilitas dan jam pelajaran yang begitu padat di sekolah dan pesantren, siswa akhirnya berinisiatif untuk membangun sebuah pembelajaran khusus dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan keilmuan mereka. Kegiatan pembelajaran itu mereka sebut dengan TAC (Taswirul Afkar Connection) dan diperuntukkan bagi siswa MA. Mambaus Sholihin jurusan IPK (Ilmu Pengetahuan Keagamaan) yang ingin berbagi ilmu dan bertukar pikiran di luar jam pelajaran sekolah.

Pembelajaran TAC ini merupakan suatu jalan bagaimana kita meningkatkan kapasitas belajar peserta didik. Peserta didik dapat belajar secara lebih mendalam melalui pengetahuan-pengetahuan dari kawannya yang dibagikan dalam proses kegiatan pembelajaran tersebut. Dengan pertukaran pengetahuan dan ilmu pada kegiatan pembelajaran ini, peserta didik akan lebih


(11)

2

mudah memahami secara mendalam karena waktu yang disajikan serta titik fokus pembelajaran yang lebih luas. Di samping bertukar pikiran, mereka juga bertukar pendapat mengenai permasalahan-permasalahan yang ada dan saling mengungkapkan argumentasi masing-masing.

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiaannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebuadayaan.1 John Dewey mengatakan bahwa pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan yang fundamental secara intelektual, emosional kearah alam dan sesama manusia.2 Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.3 Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang diajuakan untuk keselamatan dan kebahagian manusia.4

Permasalahan yang sering kali dijumpai dalam pengajaran, khususnya pengajaran agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Di samping masalah lainnya yang juga sering didapati adalah kurangnya

1 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), 1. 2 Ibid., 2.

3 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 9. 4 Ibid., 9.


(12)

3

perhatian guru agama terhadap variasi penggunaan metode mengajar dalam upaya peningkatan mutu pengajaran secara baik.5

Dalam firman Allah juga dijelaskan beberapa metode yang sering digunakan Rasulullah saw dengan para sahabat-sahabatnya dan dengan musuhmusuh islam dari golongan musyrikin dan ahli kitab. Rasulullah saw menggunakan Tanya jawab dalam banyak perkara untuk sampai kepada suatu pemikiran yang gaib (abstrak) yang sahabat-sahabatnya tidak mampu menjawabnya. Firman Allah dalam Q.S, al-Mukminun [23] : 84

Artinya, "Katakanlah (hai Muhammad) untuk siapakah bumi dan siapa yang ada padanya, jika kamu mengetahui," (QS. al-Mukminun [23] : 84).6

Dari penjelasan ayat di atas, bahwa Allah sedang berdialog dengan Nabi Muhammad perihal bumi. Artinya, Allah menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad salah satunya dengan berdialog atau yang sekarang lebih dikenal dengan metode dialog. Maka dari itu, betapa pentingnya sebuah metode dalam mentransferkan knowledge kepada orang lain. Begitu juga dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) demi tercapainya tujuan yang efisien dan efektif.

Bertitik tolak pada pembahasan metode, maka yang dimaksud dengan metode pengajaran yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk

5 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta Selatan: Ciputat Pers,

2002), 31.

6 Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,


(13)

4

mencapai tujuan yang ditetapkan, maka fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan. Karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam suatu sistem pengajaran.7

Kegiatan pembelajaran kooperatif TAC ini adalah seperangkat alat pembelajaran kontekstual yang dilakukan di luar jam pelajaran di sekolah. TAC menempatkan siswa sebagai subjek didik yang berinteraksi secara langsung dengan siswa lainnya dengan objek yang dikaji sesuai dengan kesepakatan mereka. Pembelajaran dalam bentuk kegiatan pembelajaran semacam ini mengarah pada aktivitas, kreativitas, dan kekritisan siswa pada rana kongnitif, afektif, dan psikomotorik.

Pola kegiatan pembelajaran seperti ini berdasarkan asumsi bahwa pelajar adalah proses yang dapat mengembangkan imajinasi berfikir siswa terhadap term-term permasalahan yang ada di sekelilingnya dengan bertukar pendapat dan berbagi ilmu.

Belajar merupakan upaya menciptakan dan memancing emosi peserta didik untuk berfikir dan bekerja kritis terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya.

Pembelajaran Fikih sangat cocok jika diterapkan dengan menggunakan pembelajaran dalam bentuk kajian-kajian seperti ini karena terdapat hubungan di antara keduanya. Fikih sebagai salah satu ilmu penting di dalam


(14)

5

menentukan hukum sehari-hari dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, pola pembelajaran dengan membentuk kajian-kajian kecil seperti TAC di luar jam pelajaran sekolah sangat diperlukan.

Berdasarkan pengetahuan ini, penulis tertarik dan merasa perlu untuk mengangkat kegiatan pembelajaran kooperatif TAC yang dilakukan peserta didik tersebut untuk mengetahui lebih dalam keberhasilan mereka dalam pelajaran Fikih di sekolah. Untuk mengetahui proses kegiatan pembelajaran kooperatif TAC dan hubungannya dengan prestasi belajar siswa kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin Suci Gresik, maka penulis perlu melakukan observasi untuk bahan skripsi dengan judul, "Hubungan Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Taswirul Afkar Connection Dengan Prestasi Belajar Fikih Siswa Kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin."

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana keadaan kegiatan pembelajaran kooperatif Taswirul Afkar Connection di MA. Mambaus Sholihin?

2. Bagaimana prestasi belajar Fikih siswa kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin?

3. Bagaimana hubungan kegiatan pembelajaran kooperatif TAC dengan prestasi belajar Fikih siswa kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin?


(15)

6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kegiatan Taswirul Afkar Connection (TAC) di MA. Mambaus Sholihin.

2. Untuk mengetahui prestasi belajar Fikih siswa kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin.

3. Untuk mengetahui hubungan kegiatan pembelajaran kooperatif TAC dengan prestasi belajar Fikih siswa kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin.

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan manajemen sumber daya manusia, khususnya yang terkait dengan kegiatan TAC terhadap prestasi belajar Fikih siswa kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin.

2. Sebagai evaluasi terhadap lembaga pendidikan terkait dalam hal pelaksanaan kegiatan TAC dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Fikih kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin.

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang hubungan kegiatan pembelajaran kooperatif TAC dengan prestasi belajar Fikih siswa kelas XI-1 MA. Mambaus Sholihin secara khusus belum pernah diteliti.


(16)

7

Namun, secara umum, terkait dengan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Fiqih telah dibahas dalam karya tulis sebelumnya. Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

Skripsi Hilyatul Jannah tentang Penggunaan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Fiqih Materi Sholat Kelas VI di MI Islamiyah Kec. Semampir Kota Surabaya. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan metode Diskusi mata pelajaran fiqih kompetensi dasar memprakatikkan Sholat pada siswa kelas VI MI Islamiyah Kecamatan Semampir membawa dampak positif, karena semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru meningkat dari pra siklus yaitu 52,9%, meningkat pada siklus I menjadi 67,9%, dan siklus II sudah mencapai 88,2%. Pada siklus II, ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.8

Skripsi Nindi Aprilia Subakti tentang Peran Pembelajaran Kelas Alam Dalam Meningkatan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Fikih Kelas X Ma Bilingual YPPM Al-Amanah Krian Sidoarjo. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa Pembelajaran berbasis Kelas Alam cukup memberikan sinyal yang baik dalam mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Secara keseluruhan Peran Pembelajaran Kelas Alam pada Mata

8 Hilyatul Jannah, Penggunaan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Dalam Mata Pelajaran Fiqih Materi Shalat Kelas VI di MI Islamiyah Kec. Semampir Kota Surabaya, Skripsi pada Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Ampel, 2014.


(17)

8

Pelajaran Fikih di MA Bilingual YPPM al-Amanah Krian, Sidoarjo sudah terlaksana dengan baik, meskipun masih banyak kendala dalam penerapannya. Sudah kita bahas sebelumnya bahwa Pembelajaran Kelas Alam yang dilaksanakan di lembaga ini menerapkan beberapa metode pembelajaran untuk menunjang proses berjalannya pembelajran dengan lancer dan efisien dalam mencari perhatian siswa.9

Skripsi Nibras Silvia Usman tentang Studi Komparasi Prestasi Belajar Fikih Pada Siswa Program Reguler dan Akselerasi Kelas VII Tahun Ajaran 2012-2013 di MTs Unggulan Amanatul Ummah Surabaya. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dari program akselerasi jauh lebih tinggi dibandingkan siswa dari program reguler. Karena, meskipun pada waktu ujian mereka mempunyai waktu belajar yang sama, akan tetapi waktu belajar di luar jam pelajaran pada siswa program akselerasi jauh lebih lama dibandingkan dengan siswa dari program reguler. Siswa dari program akselerasi mempunyai motivasi belajar dan konsentrasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa program reguler.10

9 Nindi Aprilia Subakti, Peran Pembelajaran Kelas Alam Dalam Meningkatan Prestasi Belajar

Siswa Mata Pelajaran Fikih Kelas X Ma Bilingual Yppm Al-Amanah Krian Sidoarjo, Skripsi pada Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Ampel, 2014.

10 Nibras Silvia Usman, Studi Komparasi Prestasi Belajar Fikih Pada Siswa Program Reguler dan

Akselerasi Kelas VII Tahun Ajaran 2012 Sampai Dengan 2013 Di MTs Unggulan Amanatul Ummah Surabaya, Skripsi pada Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah, IAIN Sunan Ampel, 2013.


(18)

9

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan tentang apa yang dimaksud oleh istilah-istilah inti yang menjadi judul dalam penelitian ini.

Definisi operasional ini penting dicantumkan guna menghindari perbedaan pengertian dan atau kekurang jelasan makna yang ditimbulkannya agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami masksud judul seperti yang diharapkan.

Berikut akan dijelaskan definisi operasional dari penelitian ini yaitu :

1. Hubungan berasal dari kata hubung, yaitu bersambung atau berangkai, bertalian (dgn), berkaitan (dgn), bersangkutan (dgn). Jadi, hubungan adalah sesuatu yang berkaitan dan bersangkutan dengan sesuatu yang lain.11 Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, bahwa korelasi atau hubungan adalah "hubungan timbal balik".12 Hubungan adalah bila nilai satu variabel ditingkatkan, maka akan meningkatkan variabel yang lain, dan sebaliknya bila nilai satu variabel diturunkan maka akan menurunkan variabel yang lain.13

2. Kegiatan Taswirul Afkar Connection

a. Kegiatan adalah aktivitas; usaha; pekerjaan; kekuatan dan ketangkasan (dl berusaha); kegairahan.14

11 KBBI Online, http://kbbi.web.id/hubung diakses pada 21 Desember 2015 pukul 06.20 WIB. 12 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), Jilid 3, 271.

13 Agus Purwoto, Panduan Lab Statistik Inferensial, (Jakarta: Grasindo, 2007), 12. 14 KBBI Online, http://kbbi.web.id/giat diakses pada 21 Desember 2015 pukul 06.21 WIB.


(19)

10

b. TAC adalah singkatan dari Taswirul Afkar Connection yaitu sebuah kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa MA. Mambaus Sholihin Suci Gresik jurusan IPK dengan konsep dan tujuan sesuai dengan namanya yaitu Taswir adalah bertukar dan afkar (jama' dari kata fikrun) adalah pikiran. Jadi, Taswirul Afkar Connection adalah kegiatan bertukar pikiran melalui kajian-kajian kecil yang dilaksanakan peserta didik dengan objek pembahasan kitab kuning yang dikaji dalam segi Nahwu, Shorof dan Fikihnya.

Kegiatan Taswirul Afkar Connection adalah kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh siswa jurusan Ilmu Pengetahuan Keagamaan (IPK), yang bertempat tinggal di pondok pesantren Mambaus Sholihin komplek Al-Ghozaly. Taswirul Afkar Connection atau disingkat menjadi TAC adalah nama yang diberikan oleh para siswa (santri) untuk melaksanakan kegiatan untuk memperdalam pemahaman mereka dalam memahami Fikih. Kegiatan tersebut diselenggarakan selama satu minggu dua kali pada hari Rabu dan Kamis malam, dimulai pukul 21.30 WIB – selesai. Adapun kegiatan tahunan adalah mengadakan Bahtsul Musykilat, yang memiliki konsep sama dengan Bahtsul Masa'il, namun hanya mendatangkan pentashih dari dewan asatidz yang sudah berpengalaman dalam kegiatan Bahtsul Masa'il. Materi yang ditekankan dalam kegiatan TAC ini adalah Fikih yang ada dalam kitab Fathul Qarib dan kaidah gramatikal Bahasa Arab


(20)

11

berupa Nahwu dan Sharaf. Langkah-langkahnya, seorang siswa (santri) pada pertemuan sebelumnya ditunjuk untuk menjadi tutor dengan tugas mempersiapkan materi sesuai dengan kesepakatan bersama. Misal, Fulan mendapat tugas menjadi tutor pada minggu berikutnya dengan materi Thaharah (Bersuci), maka Fulan harus mempersiapkan diri agar bisa membaca bab yang akan diterangkan dan menjelaskan keterangannya dengan bahasa Indonesia kepada siswa (santri) lainnya. Di akhir penjelasan, ada sesi diskusi dan tanya jawab bagi mereka yang memiliki pertanyaan seputar materi yang dijelaskan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut lalu dijawab dan didiskusikan oleh para siswa (santri) dengan merujuk pada kitab-kitab Fikih lain selain Fathul Qarib. 3. Prestasi Belajar Fikih

a. Prestasi Belajar berasal dari dua padanan kata yaitu prestasi dan belajar. Penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang menyatakan dalam bentuk huruf, symbol, angka maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh anak dalam metode tertentu.15 Belajar adalah suatu perubahan yang permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku yang merupakan hasil latihan penguatan (reinforce).16 Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa adalah suatu hasil yang dicapai atau diperoleh dari suatu proses belajar

15 Djamarah, dkk., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 50.

16 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003),


(21)

12

mengajar siswa dalam mencapai tujuan belajar. Prestasi belajar merupakan gambaran tentang kemampuan yang dicapai siswa (peserta didik) dalam proses belajar mengajar yang biasanya dilambangkan oleh skor atau nilai.

b. Fikih adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara' yang diperoleh dari dalil-dalil tafsilli.17

Prestasi Belajar Fikih adalah suatu hasil yang dicapai dari proses belajar mengajar pelajaran Fikih dalam mencapai tujuan besar. Prestasi belajar Fikih yang dimaksud peneliti adalah diambil dari nilai-nilai rapot siswa sehingga bisa diketahui seberapa jauh pemahaman mereka terhadap mata pelajaran Fikih yang diajarkan.

4. IPK adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan Keagamaan yaitu salah satu jurusan pendidikan yang ada di MA. Mambaus Sholihin di samping IPA dan IPS.

5. MA. Mambaus Sholihin adalah sebuah lembaga pendidikan Madrasah Aliyah swasta di bawah naungan Pondok Pesantren Mambaus Sholihin dan kementrian agama yang berlokasi di desa Suci, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.

Jadi, maksud dari judul yang kami angkat adalah aktivitas pembelajaran berupa Taswirul Afkar Connection yang diselenggarakan oleh siswa kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin yang bertempat tinggal di Pondok Pesantren


(22)

13

Mambaus Sholihin komplek Al-Ghozaly memiliki kaitan dengan suatu hasil dari proses belajar mengajar mata pelajaran Fikih.

F. Sistematika Pembahasan

Agar pembahasan dalam penelitian (skripsi) ini mengarah kepada maksud yang sesuai dengan judul dan dapat tersusun secara sistematis, maka penulis menyusun sistematika pembahasan pada Bab I sebagai pendahuluan. Isi dari pada bab tersebut adalah sebagaimana lazimnya tulisan ilmiah, maka bagian ini merupakan bagian yang paling penting. Karena bagian inilah yang akan menggambarkan secara urut alur pikir, alur penelitian dan obyek penelitian. Bab ini berisi Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, batasan masalah, definisi operasional dan sistematika pembahasan.

Kemudian, pada bab selanjutnya adalah Bab II tentang landasan teori yang berisi tentang kegiatan pembelajaran meliputi pengertian, tujuan, metode dan media kegiatan pembelajaran. Tidak berhenti sampai di situ, bab ini juga berisi pembahasan mengenai prestasi belajar Fikih meliputi pengertian prestasi belajar, aspek-aspek, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, indikator keberhasilan prestasi belajar dan pengertian Fikih serta hubungan kegiatan pembelajaran kooperatif TAC dengan prestasi belajar Fikih siswa kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin. Dalam bab ini, peneliti juga menyajikan hipotesis.


(23)

14

Selanjutnya, peneliti memaparkan tentang metode penelitian yang peneliti pakai. Dalam bab ini, peneliti menjelaskan tentang Metode Penelitian yang diantaranya mencakup pendekatan dan jenis penelitian; variabel, indikator dan instrumen penelitian; populasi dan sampel; jenis dan sumber data; teknik pengumpulan data; dan analisis data.

Sedangkan dalam bab empat, peneliti memaparkan hasil penelitian di lapangan yaitu di MA. Mambaus Sholihin, gambaran umum objek penelitian; penyajian data; dan analisis data.

Dan bab terakhir berupa kesimpulan dan saran-saran yang diikuti dengan daftar pustaka serta lampiran-lampiran.


(24)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.1

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

a. Para siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.

b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya.

c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.


(25)

16

d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab yang sama di antara para anggota kelompok.

e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.2 Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen.3 Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.4 Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

a. Setiap anggota memiliki peran.

b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.

2 Dr. Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 208. 3 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2007), 240.

4http://www.damanhuri.or.id/file/yusuffunsbab2.pdf diakses pada 10 Agustus 2016, pukul 11.11


(26)

17

c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.

d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.

e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.5 2. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif

Dalam kaitan dengan model pembelajaran kooperatif, maka pasti saja struktur tugas, struktur tujuan dan struktur apresiasi pada model pembelajaran ini tak sama dengan struktur tugas, struktur tujuan dan struktur apresiasi model pembelajaran yang lain.

Berikut ini daftar beberapa model pembelajaran kooperatif yang efektif:

a. TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)

Team Assisted Individualization (TAI) yaitu suatu program yang menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual yang memenuhi unsur kelompok, tes penempatan, materi-materi kurikulum, belajar kelompok, skor kelompok dan


(27)

18

rekognisi kelompok, kelompok pengajaran, tes fakta, unit seluruh kelas.6

Dasar pemikiran dari TAI adalah untuk mengadaptasi pengajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi siswa.7

Dalam TAI, siswa bekerja sama antar kelompok dalam usaha memecahkan masalah. Dengan demikian dapat memberikan peluang kepada siswa yang berkemampuan rendah untuk dapat meningkatkan kemampuannya karena termotivasi oleh siswa lain yang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi.

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI dikembangkan oleh Slavin dengan beberapa alasan, yaitu:

a) Model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual.

b) Model ini memberikan tekanan pada efek sosial dan belajar kooperatif.

c) TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar secara individual.8

6 Anita Lie, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta: PT. Gramedia,

2007), 31.

7Ibid., 187.


(28)

19

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki 8 komponen, kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut:

a) Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa.

b) Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.

c) Curriculum Materials yaitu materi yang dikerjakan oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang ada.

d) Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan. Para siswa mengerjakan unit-unit mereka dalam kelompok mereka atau dengan kata lain siswa mengerjakan soal secara individu terlebih dahulu kemudian setelah itu mendiskusikan hasilnya dengan kelompok masing-masing.

e) Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

f) Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.

g) Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.

h) Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.9

b. STAD (Student Team Achievement Division)

Student Teams Achievement Division (STAD) ini dikembangkan oleh Slavin, merupakan salah satu tipe cooperative learning yang menekankan interakssi diantara siswa untuk saling


(29)

20

memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi dan pencapaian prestasi secara maksimal, dan juga merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.10

STAD lebih merupakan metode umum dalam mengatur kelas ketimbang metode komprehensif dalam mengajarkan mata pelajaran tertentu.11

Menurut Slavin STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu prestasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim.

a) Prestasi kelas. Materi dalam STAD pertama-tama dikenalkan dalam prestasi didalam kelas.

b) Tim. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.

c) Kuis. Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktek tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. d) Skor Kemajuan Individual. Gagasan dibalik skor kemajuan

individual adalah untuk memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari pada sebelumnya.

e) Rekognisi team. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.12

10 Robert E. Slavin, Cooperative Learning, (Bandung: Nusa Media, 2010), 143. 11Ibid., 11-13.


(30)

21

Nama lain model pembelajaran ini adalah model pembelajaran Tim Siswa Kelompok Prestasi. Dalam model pembelajaran ini peran siswa yang lebih dahulu paham dapat membantu siswa lain dalam satu kelompok.

Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagi berikut :

a) Siswa membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll). b) Guru menyajikan pelajaran secara jelas .

c) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggotaanggota kelompok. Anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya (dalam satu kelompok) sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

d) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Meskipun dalam kerja kelompok saling membantu namun pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

e) Guru memberi evaluasi. f) Kesimpulan13

c. NHT (Numbered Heads Together)

Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu strategi model pembelajaran kooperatif yang menggunakan angka yang diletakkan diatas kepala dengan tujuan untuk memudahkan guru dalam mengeksplor aktifitas peserta didik dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di

12Ibid., 143-146.

13 Isjoni, Cooperative Learning Evektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alvabeta, 2010),


(31)

22

depan kelas. Strategi ini pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992.14

Adapun beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut :

a) Hasil belajar akademik struktural, bertujuan untuk meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik.

b) Pengakuan adanya keragaman, bertujuan agar peserta didik dapat menerima teman-temannya yang mempunyai latar berbagai latar belakang.

c) Pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik. keterampilan yang dimaksud adalah berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.15 Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dengan tiga langkah yaitu:

a) Pembentukan kelompok. b) Diskusi masalah.

c) Tukar jawab antar kelompok.16 d. Jigsaw

Jigsaw telah dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Dalam kaitannya dengan pembelajaran kooperatif maka Jigsaw adalah

14 Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya, University Press, 2009), 28. 15 Ibid., 29.


(32)

23

salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa dengan karakteristik yang heterogen. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bahan tersebut.17

Jigsaw dalam bahasa Inggris berarti gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar.18

Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Priyanto dalam Made Wena menjelaskan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ada beberapa langkah yang harus dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:

a) Pembentukan kelompok asal b) Pembelajaran pada kelompok asal c) Pembentukan kelompok ahli d) Diskusi kelompok ahli e) Diskusi kelompok asal f) Diskusi kelas

g) Pemberian kuis

h) Pemberian pengharagaan kelompok19

17Ibid., 43.


(33)

24

3. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan. 20 Keunggulan tersebut di antaranya:

a) Model pembelajaran kooperatif membuat siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

b) Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. c) Model pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek

pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segaa perbedaan.

d) Model pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

e) Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, mengembangkan rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku menyimpang dalam kehidupan kelas.

f) Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

g) Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

h) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.21

Model pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan, di antaranya:

19 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual

Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 194-195.

20 Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alvabeta, 2010), 30.


(34)

25

a) Siswa yang memiliki kelebihan, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang kurang memiliki kemampuan.

b) Tanpa peer teaching (pengajaran oleh teman sebaya) yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian, apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

c) Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

d) Keberhasilan model pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan model ini. e) Kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat

penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya melalui model pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.

f) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.

g) Proses pembelajaran agar berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

h) Ketika kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

i) Diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.22

B. Prestasi Belajar Fikih

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan gabungan dari dua kata yang mempunyai arti berbeda namun saling berhubungan, yakni kata


(35)

26

"prestasi" dan "belajar". Sebelum pembahasan mengarah pada prestasi belajar, ada baiknya pembahasan ini dikupas terlebih dahulu makna dari kata "prestasi" dan "belajar". Hal ini juga untuk memudahkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai pengertian dari "prestasi belajar" itu sendiri.

a. Pengertian Prestasi

Penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang menyatakan dalam bentuk huruf, symbol, angka maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh anak dalam metode tertentu.23 Jadi prestasi belajar tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. b. Pengertian Belajar

Agama Islam menyatakan, belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang yang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Dalam surat al-Mujadalah ayat 11 dijelaskan:

ۡ رَي

ِۡعَف

ٱ

ُۡ هَ

ٱ

ۡ ُكنِمْۡاوُنَماَءۡ َنيِ

َ

ه

َۡۡو

ٱ

ْۡاوُتو

ُ

أۡ َنيِ

َ

ه

ٱۡ ل

ۡ ِع

َۡۡ

ۡ َجَرَد

ت

ٖ

ۚ

ۡ

...

"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

beberapa derajat..."24

23 Djamarah, dkk., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 50. 24 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 63.


(36)

27

Ahmad Tafsir mendefinisikan belajar adalah suatu perubahan yang permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku yang merupakan hasil latihan penguatan (reinforce). 25 Menurut Mustaqim, belajar adalah suatu akatifitas yang menuju ke arah tertentu. Bagi aliran Psycho-refleksiologi, belajar dipandang sebagai usaha untuk membentuk reflek-reflek baru.26 Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa belajar adalah :

1) Suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman. Jika perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi, tidak dianggap sebagai hasil belajar. 2) Untuk dapat disebut belajar, maka memiliki perubahan relatif

lama dan membutuhkan waktu yang cukup panjang. Berapa periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan atau pun bertahun-tahun.27

3) Suatu perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.28

Seseorang dapat dikatakan belajar apabila terjadi perubahan-perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan, interaksi dengan

25 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003),

60.

26 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), 60-61.

27 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 84. 28 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995),


(37)

28

lingkungan, pengalaman selama periode waktu yang cukup panjang.

Sedangkan menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Ngalim Purwanto, "Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat diperjelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat),"29, belajar dapat dikatakan jika dalam situasi tertentu, seseorang akan mengalami perubahan yang murni, tidak ada pengaruh oleh keadaan yang muncul dalam waktu yang sesaat.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Kegiatan pembelajaran akan dikatakan berhasil apabila prestasi belajar anak baik serta memenuhi standar nilai evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan pendidikan berhasil atau tidak, dapat diukur dari nilai yang telah dicapai oleh peserta didik.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai "prestasi" dan "belajar" sebagaimana disampaikan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran pada jangka waktu tertentu yang berupa nilai raport dan ijazah.


(38)

29

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut M. Dalyono, dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan, mengatakan bahwa berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya.

Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar:30

a. Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri) 1) Kesehatan

2) Inteligensi dan Bakat 3) Minat dan Motivasi 4) Cara Belajar

b. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri) 1) Keluarga

2) Sekolah 3) Masyarakat

4) Lingkungan Sekitar

3. Indikator Keberhasilan Pretasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi tiga ranah yakni, ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Namun


(39)

30

pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa (afektif) sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar tersebut ada yang bersifat intangible (tak dapat dirabah), oleh karena itu yang hanya dapat dilakukan oleh seorang guru adalah cuplikan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa.31

Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal berikut :

a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/ intruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.32

c. Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial (sequential) mengantarkan materi tahap berikutnya.33

4. Pengertian Fikih

Kata Fikih menurut bahasa bermakna "tahu dan paham". 34 Sedangkan menurut istilah, banyak ahli Fikih (fuqaha') mendefinisikan berbeda-beda, tetapi mempunyai tujuan yang sama di antaranya :

31 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2004), 132.

32 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997),

cet-pertama, 120.

33 Pupuh Fathurrohman, dkk., Strategi Belajar Mengajar : Melalui Penanaman Konsep Umum &


(40)

31

a. Menurut Syaikh Muhammad Qasim Al-Ghazi :

Fikih menurut bahasa adalah faham, sedangkan menurut istilah adalah ilmu tentang hukum yang syar'iyyah awaliyah yang diperoleh dari dalil-dalil yang terperinci.35

b. Menurut Abdul Wahhab Khallaf

Fikih adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syari'at Islam mengenai perbuatan manusia, yang diambil dari dalil secara terperinci.36

Ada juga beberapa pendapat yang mengartikan Fikih sebagaimana berikut :

Fikih adalah ilmu tentang hukum Islam yang disimpulkan dengan jalan rasio berdasarkan dengan alasan-alasannya.37

Fikih adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara' yang diperoleh dari dalil-dalil yang tafsilli.38

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Fikih adalah suatu ilmu yang membahas dan menerangkan tentang hal-hal yang berkaitan tentang hukum-hukum syara' dengan dalil-dalil yang terperinci yang dipahami melalui kekuatan rasio atau hasil pemikiran berdasarkan dalil-dalil tersebut.

34 M. Hasbi ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fikih, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999), 15. 35 Ibid., 25.

36 Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1991), 2. 37 Nasrudin Razak, Dienul Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1985), 251.


(41)

32

Fikih membahas tentang hukum-hukum dan juga tentang kaifiat ibadah yang diajarkan oleh syara' Islam sehingga seseorang dapat melaksanakan suatu ibadah dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syari'at yang termaktub dalam Al-Qur'an dan Hadits.

Definisi tersebut disusun sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan tentang syari'at Islam yang harus dikuasai oleh murid-murid di mana tentang pemahaman tentang syari'at Islam, kaifiat ibadah juga ditekankan kepada taraf pengamalan ibadah sehingga menjadi dorongan kepada siswa untuk mengamalkan dengan baik sesuai dengan tuntunan syari'at Islam khususnya dalam menjalankan kewajiban yang utama yaitu ibadah shalat fardlu lima waktu sehari semalam.

Jadi, dari penjelasan dan pemaparan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar Fikih adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam ilmu Fikih pada jangka waktu tertentu yang berupa nilai raport dan ijazah agar siswa mengetahui dasar-dasar syari'at agama Islam yang bisa digunakan sebagai petunjuk bagi orang mukallaf (sehat, baligh, berakal, Islam) dalam kehidupan mereka.


(42)

33

C. Hubungan Kegiatan Pembelajaran Kooperatif TAC dengan Prestasi

Belajar Fikih

Berdasarkan pembahasan yang tertulis dalam sub sebelumnya, maka dapat disimpulkan secara singkat bahwa kegiatan pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Tujuan kegiatan pembelajaran adalah untuk mengetahui posisi kita sebagai seorang manusia, yang oleh Tuhan dituntut untuk mencari kebenaran. Dan proses untuk mencari kebenaran itu adalah dengan melakukan belajar.

Ada pun kegiatan TAC adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang diadakan oleh siswa mukim di PP. Mambaus Sholihin komplek Al-Ghozaly di pondok putra jurusan Ilmu Pengetahuan Keagamaan. Kegiatan pembelajaran ini berfungsi sebagai kegiatan ekstra di luar jam pelajaran sekolah dengan objek kajian kitab Fathul Qarib sebagai kitab utama, membahas kaidah Bahasa Arab (Nahwu dan Shorof) serta Fikih.

Kegiatan TAC memiliki visi dan misi mencetak generasi yang alim, sholeh dan kafi sesuai dengan motto PP. Mambaus Sholihin. 39 Alim adalah orang yang berilmu, sholeh adalah orang yang baik. Baik di sini


(43)

34

setiap orang memiliki penafsiran tersendiri. Kafi adalah cukup, cakap. Jadi, harapan bagi mereka yang ikut kegiatan TAC adalah bisa mewujudkan slogan PP. Mambaus Sholihin dengan lebih mudah menjadi orang yang berilmu, baik, dan cakap dalam segala hal.40

Secara garis besar, kegiatan pembelajaran kooperatif TAC yang mampu mempengaruhi prestasi belajar Fikih antara lain :

1. Kedisiplian dan Kehadiran Peserta

Kedisiplinan belajar merupakan sikap mental yang sangat penting yang sangat penting bagi seorang siswa. Meskipun dalam pendapat beberapa ahli tuntutan kedisplinan yang berlabihan dapat menjadi kontra produktif terhadap prestasi belajar. Karena meskipun ketertiban diperlukan untuk mencapai tujuan, namun demikian kalau terlalu dipaksakan secara sepihak dapat menghambat proses belajar.41

Namun demikian bagi seorang siswa kedisiplinan tetap merupakan hal yang penting. Setiap siswa terikat oleh peraturan, yang intinya menuntut kedisiplinan dari siswa, misalnya masuk tepat waktu. Hal ini bisamendatangkan banyak keuntungan ditinjau dari berbagai faktor seperti, dari segi kepribadian dia akan mendapat pujian, tidak terganggu konsentrasi belajarnya. Selain ittu secara fisik juga akan lebih tenang, jauh dari ketegangan sehingga alam pikirannya siap

40 Ibid., 15.


(44)

35

menerima pelajaran. Apabila ada anak terlambat masuk sekolah misalnya, akan mengganggu proses belajar, selain guru harus mengulang kembali materi yang sudah disampaikan. Karena itu kebiasaan tidak disiplin dapat menjadi penyebab kegagalan studi. Dan sebaliknya kedisiplinan dapat menjadi kunci meraih kesuksesan studi.42

Kedisiplinan belajar siswa dalam kehadiran mereka di kelas merupakan awal motivasi belajar yang baik. 43 Sehingga dengan motivasi tersebut tentu dapat diharapkan hasil pembelajaran yang lebih baik. Dengan motivasi yang kuat dan kesiapan jasmani dan rohani yang baik maka dengan sendirinya akan diperoleh prestasi yang baik juga.

2. Keaktifan Peserta dalam berpendapat

Untuk mencapai hasil belajar yang optimal dalam pembelajaran perlu dite-kankan adanya akeaktifan peserta didik baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional. Keaktian jasmani dan rohani meliputi:

a. Keaktifan indera

Didalam kelas atau dalam mengikuti belajar mengajar hendaknya berusaha mendayagunakan alat indera sebaik-baiknya seperti pendengaran, penglihatan, peraba dan sebagainya.

42 Syaeful Bachri Djamrah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 12. 43 Dimyati Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 102.


(45)

36

b. Keaktifan akal

Dalam melakukan kegiatan belajar, akal harus selalu aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah seperti menimbang-nimbang, menyusun pendapat dan mengambil suatu kesimpulan. c. Pada waktu belajar

Siswa harus aktif dalam menerima bahan pelajaran yang disampaikan guru dan berusaha menyimpannya dalam otak, kemudian mampu mengutarakannya kembali.

d. Keaktifan emosi

Bagi seorang siswa hendaknya senantiasa berusaha mencintai apa yang telah dipelajari karena senang maupun tidak adalah tanggung jawab diri sendiri.44

Dalam kegiatan belajar mengajar, Rosseau sebagaimana dikutip Sardiman memberikan penjelasan, "Segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengalaman sendiri, penyelidikan, bekerja dengan fasilitas yang diusahakan sendiri secara rohani maupun teknis."45

3. Kualitas Tutor

Tutor merupakan sosok sumber pengetahuan, sehingga sudah sewajarnya jika mereka memiliki kualitas yang tinggi. Dengan memiliki kualitas kerja yang tinggi, maka diharapkan akan menghasilkan peserta didik berprestasi tinggi pula. Dikarenakan keberadaan seorang tutor sangat penting dan utama, maka mereka dituntut untuk selalu mempersiapkan materi dan metode pembelajaran dengan baik dan matang. Jika tutor tidak memiliki ketrampilan dan kualitas pengajaran yang baik, tidak mustahil seorang tutor akan sulit

44 Sriyono, dkk., Teknis Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 75.


(46)

37

dalam merealisasikan fungsi dan peranannya dalam proses belajar mengajar.

Peran tutor dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal, Sardiman AM menjelaskan, "Peranan guru sebagai informator, organisator, motivator, pengarah, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, evaluator."46 Oleh karenanya, kualitas seorang tutor sangat diperlukan, karena suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.47

4. Motivasi Peserta

Proses belajar mengajar tidak akan maksimal tanpa diiukuti dengan adanya motivasi belajar siswa untuk mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dengan demikian semakin kuat motivasi belajar, maka semakin baik pula

46 Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2003) Edisi I, 144-146.


(47)

38

prestasi belajar yang akan dicapai siswa. Hal ini sebagaimana dikatakan Sardiman A.M. bahwa:

"Motivasi dapat dikatakan berfungsi sebagaima pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan sesuatu karena motivasi. Adanya motivai yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik, intensitas motivasi seseorang siswa akan menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya."48

Ketika motivasi sudah berkembang pada diri siswa maka sewaktu-waktu dapat diaktifkan untuk mendorong terwujudnya suatu tujuan.

Dengan berbagai keterangan yang telah peneliti paparkan di atas, maka kegiatan pembelajaran kooperatif Taswirul Afkar Connection memiliki potensi untuk bisa meningkatkan prestasi belajar Fikih siswa kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin khususnya dalam mata pelajaran Fikih.

D. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan dengan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul, hal ini terbukti dia akan ditolak dan diterima jika fakta-fakta membenarkannya.

Berkaitan dengan ini penulis menggunakan hipotesis kerja dan hipotesis nol sebagai kesimpulan sementara, yaitu dengan rumusan sebagai berikut :


(48)

39

1Ha : Hipotesis Kerja atau Hipotesis Alternatif

Yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y (independent dan dependent variable). Jadi hipotesisi kerja ( Ha ) dalam penelitian ini adalah : "Ada hubungan kegiatan pembelajaran kooperatif TAC dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fikih di MA. Mambaus Sholihin."

1Ho : Hipotesis Nol atau Hipotesis Nihil

Yaitu hipotesis yang mengatakan tidak adanya pengaruh antara variabel X dan Y (independent dan dependent variable). Jadi hipotesis nihil (Ho) dalam penelitian ini adalah : "Tidak ada hubungan kegiatan pembelajaran kooperatif TAC dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fikih di MA. Mambaus Sholihin Suci Gresik."


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.1 Jadi metode penelitian adalah suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara berancana dan sistematis guna mendapatkan suatu pemecahan terhadap masalah yang diajukan, sedangkan metodologi penelitian adalah prosedur atau cara yang digunakan dalam suatu penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh sutrisno hadi, bahwa penelitian sebagai suatu aktivitas yang bersifas alamiah dalam pelaksanaannya menurut sistematika tertentu. Agar dapat dikatakan sistematis, maka diperlukan cara-cara yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiyah. Cara-cara yang digunakan dalam penelitian disebut sebagai metodologi penelitian.2

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang penyajian datanya berupa angka-angka dan menggunakan analisis statistik, yang biasanya bertujuan untuk menunjukkan

1 Mardalis, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 24. 2 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1987), 5.


(50)

41

hubungan antar variabel, menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediksi.3

Dilihat dari judul penelitian yaitu "Hubungan Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Taswirul Afkar Connection dengan Prestasi Belajar Fikih Siswa Kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin", maka penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti ini tergolong dalam jenis penelitian kuantitatif – korelasional, di mana penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar dua variabel atau lebih, dan apabila ada, sebera erat hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu.

Analisis yang digunakan untuk penelitian ini adalah analisis korelasi. Analisis korelasi adalah untuk mengukur derajat hubungan dan bagaimana eratnya hubungan itu.4 Korelasi berarti mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Korelasi dalam penelitian ini adalah antara kegiatan Taswirul Afkar Connection dengan prestasi belajar fikih siswa. Kemudian teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment.

3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif R & D, (Bandung:

Alfabeta, 2007), 8.


(51)

42

B. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.5

Variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel X (bebas) : Kegiatan Taswirul Afkar Connection (TAC).

Yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain, disebut juga variabel prediktor.6 Dalam penelitian ini, variabel yang dimaksud adalah Kegiatan Taswirul Afkar Connection (TAC).

2. Variabel Y (terikat) : Prestasi Belajar Fikih Siswa.

Yaitu variabel yang menjadi akibat dari variabel bebas, atau disebut juga variabel yang dipengaruhi.7 Dalam penelitian ini, variabel yang dimaksud adalah Prestasi Belajar Fikih Siswa.

Untuk mempermudah, berikut tabel penjabaran Variabel, Indikator dan Instrumen penelitian :

5 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: CV. Alfabeta, 2007), 2.

6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

2006), 67.


(52)

43

Tabel 1.1 Instrumen Penelitian Variabel

(1)

Indikator (2)

Metode (3)

Butir Soal (4)

Kegiatan TAC (X)

Keadaan kegiatan Taswirul Afkar Connection

Angket & Observasi

1, 2, 3, 4, 5

Presensi siswa dalam mengikuti

kegiatan 6

Keaktifan siswa dalam berargumentasi dan pemahaman materi

7, 8, 9, 10, 11

Kualitas pengajaran tutor dalam

kegiatan TAC 12

Motivasi siswa dalam

mengikuti kegiatan Angket 13

Prestasi Belajar Fikih (Y)

Nilai ujian semester ganjil

Mata Pelajaran Fikih Dokumen -

C. Populasi dan Sampel

Dalam metode penelitian, kegunaan dari populasi adalah untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian.8 Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Dari sini, maka populasi

8 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,


(53)

44

yang diambil peneliti adalah seluruh anggota kelas XI-1 IPK di MA. Mambaus Sholihin yaitu sejumlah 53 siswa.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.9 Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan teknik sampling purposive, di mana peneliti telah menentukan sampel yang sesuai dengan judul penelitian.

D. Jenis dan Sumber Data

Untuk mendapatkan data yang valid, maka yang perlu peneliti kumpulkan adalah data-data yang benar sesuai dengan penelitian, yaitu:

1. Data Kuantitatif, yaitu data terukur yang bisa dihitung. Data kuantitatif ini merupakan data yang diperoleh keputusan dengan mempergunakan angka.10 Dalam penelitian ini yang termasuk data kuantitatif adalah:

- Jumlah siswa

- Jumlah guru dan karyawan

- Jumlah sarana prasarana

2. Data kualitatif, yaitu data yang dapat diukur secara tidak langsung.11 Dalam hal ini, data yang dimaksud antara lain:

- Struktur organisasi TAC

- Sejarah berdirinya MA. Mambaus Sholihin

9 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015), cet. Ke-22, 118.

10 Muslich, Metode Kuantitatif, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, 1993), 4.


(54)

45

- Letak Geografis MA. Mambaus Sholihin

- Struktur organisasi MA. Mambaus Sholihin

- Prestasi belajar Fikih siswa

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data dari penelitian ini antara lain:

a. Sumber data primer, adalah sumber informasi yang langsung mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pengumpulan data dan penyimpanan data. Dengan kata lain data primer merupakan sumber data yang berasal dari sumber data langsung dalam penelitian untuk tujuan tertentu. Dalam penelitian ini yang termasuk sebagai sumber data primer adalah guru mata pelajaran Fikih kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin.

b. Sumber data sekunder, yaitu sumber informasi yang tidak secara langsung mempunyai wewenang bertanggung jawab terhadap pengumpulan data atau penyimpanan data. Yang termasuk sebagai sumber data sekunder yaitu pengurus pesantren Departemen Tarbiyah wa Ta'lim komplek Al-Ghozaly PP. Mambaus Sholihin.

c. Sumber data literature, merupakan sebagai tujuan untuk mendapatkan dasar pemikiran di dalam pemecahan suatu persoalan dan merupakan landasan pemikiran penelitian lapangan, dalam hal ini berupa buku-buku, majalah, artikel yang berkaitan dengan masalah penelitian.


(55)

46

E. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan metode pengumpulan data antara lain sebagai berikut:

1. Metode Observasi

Metode observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata dibantu dengan pancaindra lainnya.12

Observasi atau pengamatan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Untuk memudahkan pelaksanaan observasi, maka penelitian ini menggunakan observasi secara langsung, artinya observasi yang dilakukan berdasarkan kerangka pokok dan memuat data-data yang diperlukan serta telah disusun dan diatur terlebih dahulu. Hal ini dimaksud untuk mengetahui keadaan kegiatan Taswirul Afkar Connection.

Dalam metode observasi ini, peneliti tidak hanya mengamati objek studi, tetapi juga mencatat hal-hal yang terdapat pada objek tersebut. Selain itu, metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang situasi dan kondisi secara universal dari objek penelitian, yaitu letak geografis, kondisi sarana dan prasarana, struktur organisasi dan lain sebagainya yang ada di MA. Mambaus Sholihin.


(56)

47

2. Metode Interview/Wawancara

Wawancara adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk menggali data secara lisan.13

Dalam menggunakan metode ini, peneliti mengadakan tanya jawab secara langsung dengan membawa instrumen penelitian sebagai pedoman pertanyaan tentang hal-hal yang akan ditanyakan dengan cara menanyakan beberapa pertanyaan untuk mencari data tentang keadaan siswa yang mengikuti kegiatan TAC dengan siswa yang tidak mengikutinya serta prestasi belajar Fikih siswa. Untuk berikutnya melakukan wawancara guna menggali data sekunder terkait data guru, data siswa, profil sekolah dan lain sebagainya.

3. Metode Angket/Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.14

Peneliti dalam hal ini menggunaka kuesioner langsung, yaitu memberikan daftar angket kepada responden untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti, sehingga dapat diketahui pendapat atau sikap seseorang terhadap suatu masalah. Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan TAC.

13 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), cet

ke-1, 142.


(57)

48

Adapun untuk memberikan nilai pada angket, penulis memberikan ketentuan sebagai berikut :

a. Angket Kegiatan TAC 1) Untuk jawaban A, skor 3 2) Untuk jawaban B, skor 2 3) Untuk jawaban C, skor 1

Adapun secara lengkap keadaan angket/kuesionernya adalah terlampir. 4. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan. 15 Adapun metode dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai raport yang berhubungan dengan penelitian skripsi ini yaitu prestasi belajar Fikih siswa kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin. Begitu juga dilengkapi dokumentasi data-data sekunder yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan data-data penelitian ini.

F. Analisis Data

Analisis yang digunakan untuk penelitian adalah analisis korelasi. Analisis korelasi adalah untuk mengukur derajat hubungan dan bagaimana eratnya

15 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), cet


(58)

49

hubungan itu.16 Korelasi berarti mencari hubungan antara satu variabel dan variabel yang lain. Korelasi dalam penelitian ini adalah kegiatan TAC terhadap prestasi belajar fikih. Kemudian teknik korelasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah korelasi product moment.

1. Untuk menganalisa kegiatan Taswirul Afkar Connection dan prestasi belajar Fikih, peneliti menggunakan prosentase yang dirumuskan sebagai berikut :

P =

Keterangan :

P : Prosentase angket F : Jawaban responden N : Jumlah responden

Sesudah diketahui jumlah prosentase, kemudian ditafsirkan dengan :

Baik : 76% - 100% Cukup : 56% - 75% Kurang Baik : 40% - 55% Tidak Baik : < 40%

2. Menghitung rumus korelasi product moment yang dianalisis melalui software IBM SPSS Statistics 23 for Windows.

16 Zainal Arifi, Penelitian Pendidikan,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), 271.

F


(59)

50

Dari hasil hitungan product moment tersebut kemudian dikonsultasikan dengan standar pengukuran sebagai berikut :

Tabel 1.2 Interpretasi nilai

r

xy

Besarnya “r” product moment Interpretasi

0,00 – 0,20 Sangat lemah atau rendah

0,20 – 0,40 Lemah atau rendah

0,40 – 0,70 Cukup atau sedang

0,70 – 0,90 Kuat atau tinggi

0,90 – 1,00 Sangat kuat atau tinggi

3. Uji Signifikansi

Setelah koefisien rhitung diketahui, maka selanjutnya adalah

membandingkannya dengan rtabel. Untuk melihat rtabel, maka perlu

diketahui dk/db/df-nya terlebih dahulu dengan rumus dk = N – nr, sedang alpha yang ditetapkan 1%.

Jika koefisien rhitung≥ rtabel, maka tolak Ho dan terima Ha. Bila rhitung

≤ rtabel maka tolak Ha dan terima Ho.


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data penelitian di atas, maka diperoleh beberapa kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah pada bab sebelumnya, yaitu sebagai berikut :

1. Keadaan kegiatan pembelajaran kooperatif Taswirul Afkar Connection di MA. Mambaus Sholihin adalah kurang baik.

2. Prestasi belajar siswa kelas XI-1 IPK pada mata pelajaran Fikih di MA. Mambaus Sholihin tergolong baik.

3. Hubungan kegiatan pembelajaran kooperatif Taswirul Afkar Connection dengan prestasi belajar Fikih siswa kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin sangatlah rendah dan hampir tidak berhubungan.

B. Saran-Saran

Dalam sub bab ini, penulis akan memberikan sedikit saran-saran yang mungkin dapat dipakai sebagai alternatif jalan keluar dari berbagai hambatan atau kesulitan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif TAC kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin.

Adapaun saran-saran yang penulis maksud adalah:

Bagi pengurus kegiatan pembelajaran kooperatif Taswirul Afkar Connection (TAC), maka hendaknya jalannya kegiatan TAC dikontrol lebih


(2)

96

memperhatikan tutor dan lebih cenderung bergurau atau bahkan tidur sehingga mengakibatkan kegiatan TAC tidak berjalan dengan baik sesuai dengan indikator-indikator pencapaian yang peneliti paparkan pada bab sebelumnya.

Bagi guru pengampu mata pelajaran Fikih di kelas XI-1 IPK MA. Mambaus Sholihin, walaupun nilai mata pelajaran Fikih siswanya sudah baik, diharapkan dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut untuk membimbing para siswa, karena walau bagaimana pun, mereka masih sangat butuh bimbingan dari dewan guru untuk bisa lebih meningkatkan prestasi belajar Fikih siswanya di samping jam pelajaran di kelas yang tersedia.

Bagi peserta yang mengikuti kegiatan pembelajaran TAC, hendaknya lebih serius saat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Karena berdasarkan penelitian di lapangan, mereka cenderung bergurau dan tidur. Kehadiran peserta yang demikian dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran yang ada di TAC khususnya peserta lain yang lebih serius saat berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran TAC.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, S, Widodo. 2004. Psikologi Belajar Edisi Revisi, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Al-Syaibany, Omar Muhammad Al-Toumy. 1975. Falsafah Pendidikan Islam,

Jakarta: Bulan Bintang.

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam

Kurikulum 2013, Jakarta: PT Prestasi Pustakarya.

Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,

Jakarta: Rineka Cipta.

Armai, Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,

Jakarta : Ciputat Pers.

Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ash-Shiddieqy, M. Hasbi. 1999. Pengantar Ilmu Fikih, Semarang: Pustaka

Rizki Putra.

Asnawir, Usman, M. Basyiruddin. 2002. Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers.

Basyirudin, Usman. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta : Ciputat Pers.

Budiningsih, C. Asri. 2004.Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga University Press.

__________. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Penerbit Airlangga, 2011.

Dalyono, M. 1997. Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rieneka Cipta.


(4)

Departemen Agama. 2012. Aljamil Al-Qur'an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah Inggris, Bekasi : Cipta Bagus Segara.

Djamarah, dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 1997. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Fathurrohman, Pupuh, dkk. 2011. Strategi Belajar Mengajar : Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, Bandung: Refika Aditama.

Gredler, Margareth E. Bell. 1991. Belajar dan Membelajarkan, Jakarta: CV. Rajawali.

Hadi, Sutrisno. 1987. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset.

Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara. Hasbullah. 1999. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Ischak, Warji. 1987. Program Remedial dalam Proses Belajar Mengajar,

Yogyakarta: Liberty.

Kartono, Kartini. 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju.

Khallaf, Abdul Wahab. 1991. Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta: Rajawali Press.

Mardalis. 1995. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara.

Muslich. 1993. Metode Kuantitatif, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Mustaqim. 1991. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nata, Abudin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Purwanto, Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Razak, Nasrudin. 1985. Dienul Islam, Bandung : Al-Ma’arif.


(5)

Sanjaya, Wina. 2004. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

__________. 2008. Perencaaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Prenada Media Group.

Semiawan, Conny, dkk. 1992. Pendekatan Ketrampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar, Jakarta : Grasindo.

Shiddieqy, Hasbi Ash. 1987. Pengantar Ilmu Fikih, Jakarta : Bulan Bintang. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

SM, Ismail. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan, Semarang: RaSAIL Media Group.

Subroto, Suryo. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta : Rineka Cipta.

Sudiman, Arief S., dkk. 2004. Media Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian, Bandung: CV. Alfabeta.

__________. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif R & D, Bandung: Alfabeta.

__________. 2015. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta. Surakhmat, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito. Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

__________. 2006. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tafsir, Ahmad. 2003. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Tim TAC. 2013. Buku Pedoman TAC, Gresik: MBS Press.

Tirtaraharjda, Umar dan Sula, La. 2000. Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Usman, M Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta Selatan: Ciputat Pers.


(6)

UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20.

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Penerbit Andi. Winataputra, Udin S. 1999. Pendekatan Pembelajaran Kelas Rangkap, Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Zaini, Hisyam, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Insan Madani.

Zuhairini, dkk. 1981. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Ofset Printing.


Dokumen yang terkait

Kiprah peran pondok pesantren dalam membentuk soft skill : studi kasus pondok pesantren mambaus Sholihin Suci Manyar Gresik.

8 65 129

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI PENCURIAN DALAM KODE ETIK SANTRI PONDOK PESANTREN PUTRI MAMBAUS SHOLIHIN DESA SUCI KEC. MANYAR KAB. GRESIK.

0 1 76

IMTIHAN ‘AMALI, SERVICE LEARNING ALA PESANTREN MAMBAUS SHOLIHIN GRESIK : PARADIGMA KEMANFAATAN BAGI INDIVIDU LAIN.

0 0 22

“Implementasi Program Pembelajaran Pesantren Terpadu Dalam Membentuk Akhlak Mulia Peserta Didik” (Studi Multi Kasus di MA Ma’arif NU Kota Blitar dan SMA Mambaus Sholihin Kabupaten Blitar) - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 7

“Implementasi Program Pembelajaran Pesantren Terpadu Dalam Membentuk Akhlak Mulia Peserta Didik” (Studi Multi Kasus di MA Ma’arif NU Kota Blitar dan SMA Mambaus Sholihin Kabupaten Blitar) - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 27

“Implementasi Program Pembelajaran Pesantren Terpadu Dalam Membentuk Akhlak Mulia Peserta Didik” (Studi Multi Kasus di MA Ma’arif NU Kota Blitar dan SMA Mambaus Sholihin Kabupaten Blitar) - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 57

“Implementasi Program Pembelajaran Pesantren Terpadu Dalam Membentuk Akhlak Mulia Peserta Didik” (Studi Multi Kasus di MA Ma’arif NU Kota Blitar dan SMA Mambaus Sholihin Kabupaten Blitar) - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 24

“Implementasi Program Pembelajaran Pesantren Terpadu Dalam Membentuk Akhlak Mulia Peserta Didik” (Studi Multi Kasus di MA Ma’arif NU Kota Blitar dan SMA Mambaus Sholihin Kabupaten Blitar) - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 42

“Implementasi Program Pembelajaran Pesantren Terpadu Dalam Membentuk Akhlak Mulia Peserta Didik” (Studi Multi Kasus di MA Ma’arif NU Kota Blitar dan SMA Mambaus Sholihin Kabupaten Blitar) - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 29

“Implementasi Program Pembelajaran Pesantren Terpadu Dalam Membentuk Akhlak Mulia Peserta Didik” (Studi Multi Kasus di MA Ma’arif NU Kota Blitar dan SMA Mambaus Sholihin Kabupaten Blitar) - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 3 4