Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Al-Qur'an kajian tafsir surat Al-A'raf ayat 199-202 menurut para mufassir.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’AN KAJIAN
TAFSIR SURAT AL-A’RAF AYAT 199-202 MENURUT PARA MUFASSIR

SKRIPSI

OLEH :
HESTI RATNA SARI
D71213101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2017

ABSTRAK
Hesti Ratna Sari, D71213101, 2017, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam AlQur’an Kajian Tafsir Surat Al-A’raf Ayat 199-202. Skripsi, Pendidikan Agama
Islam. FakultasTarbiyah dan Keguruan,Universitas Islam NegeriSunanAmpel
Surabaya.
Pembimbing : Dr. Damanhuri, MA
Kata Kunci: Nilai-nilaipendidikan akhlak, Al-A’raf ayat 199-202.

Penelitian ini memfokuskan kajiannya pada dua rumusan masalah, yaitu:
1) Bagaimana pendapat mufassir mengenai kandungan al-Qur’an surat Al-A’raf
ayat 199-202? 2) Apa saja nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam
al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 199-202?
Jenis penelitian ini termasuk studi pustaka (library research). Sumber data
primernya adalah ayat al-Qur’an surat al-A’raf ayat 199-202. Sedangkan data
sekundernya adalah buku-buku yang ada relevansinya dengan penelitian. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dan dianalisis
dengan metode deduktif serta didukung dengan metode tafsir tahlili.
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan
akhlak yang terkandung dalam al-Qur’an surat al-A’raf ayat 199-202 adalah: 1)
Sikap pemaaf dan lapang dada. 2) Suka melakukan perbuatan ma’ruf. 3)
Menjauhkan diri dari orang-orang jahil. 4) Memohon perlindungan kepada Allah
SWT. 5) Memelihara jiwa dari pengaruh setan. 6) Mengetahui manusia yang
kafir dan jahil adalah teman setan

iv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................................................. i
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI.................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................................... iii
MOTTO ......................................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN .......................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan masalah .......................................................................................... 8
C. Tujuan penelitian ........................................................................................... 8
D. Kegunaan penelitian ...................................................................................... 8
E. Batasan masalah ............................................................................................ 10
F. Penelitian terdahulu ....................................................................................... 10
G. Definisi operasional ....................................................................................... 13

H. Metodologi penelitian .................................................................................... 15
I. Sistematika pembahasan ................................................................................ 21
BAB II : DASAR-DASAR PENDIDIKAN AKHLAK
A. Pengertian pendidikan akhlak ........................................................................ 23

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Ruang lingkup pendidikan akhlak ................................................................. 35
C. Dasar-dasar pendidikan akhlak ...................................................................... 37
D. Tujuan pendidikan akhlak ............................................................................. 39
E. Nilai-nilai pendidikan akhlak ........................................................................ 43
BAB III : PENDAPAT PARA MUFASSIR TERHADAP KANDUNGAN ALQUR’AN SURAT AL-A’ROF AYAT 199-202.
A. Kandungan makna dan asbabun nuzul QS. Al-A’rof ayat 199-202 .............. 47
B. Pandangan mufassir atau pandangan ulama’ terhadap dasar-dasar
pendidikan akhlak dalam kajian QS. Al-A’rof ayat 199-202 ........................ 53
BAB IV : NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM
AL-QUR’AN SURAT AL-AL-A’ROF AYAT 199-202.


A. Analisis terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak ............................................ 75
B. Analisis nilai-nilai pendidikan akhlak dalam al-qur’an surat al-a’raf ayat
199-202 .......................................................................................................... 78
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................................... 93
B. Saran .............................................................................................................. 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk
membangun generasi yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam
rangka


membangun

mensosialisasikan

masa

depan.

kemampuan

Karena

baru

itu

kepada

pendidikan


mereka

agar

berperan
mampu

mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamis.1
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan
peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam
lingkungan tertentu. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan
keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Pendidikan berfungsi
membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan
semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif
baik bagi dirinya maupun lingkungannya.
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, karena
manusia disaat dilahirkan tidak mengetahui sesuatu apapun. Pendidikan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan
manusia.


Bagaimanapun

sederhana

komunitas

pendidikan. Maka dalam pengertian umum,

manusia

memerlukan

kehidupan dan komunitas

tersebut akan ditentukan oleh aktivitas pendidikan di dalamnya. Sebab
pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan hidup manusia.

1 Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, (Solo: Ramadhan, 1991), h. 9

1


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Pendidikan akhlak adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai
suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan.2
Sebagaimana diutusnya Rasulullah Muhammad SAW sebagai penyempurna
Akhlak. Allah telah menganugerahkan akal pikiran kepada manusia sebagai
suatu

penghormatan,

membebaninya

dengan

kewajiban

hukum


dan

memberinya kebebasan memilih antara mengerjakan atau meninggalkan
perintah Allah di bawah kendali akal pikirannya.3
Sedangkan pada diri manusia itu sebenarnya telah dibekali oleh Allah
suatu alat penyaring (filter) yang dapat membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk.4 Akhlak sangatlah penting bagi manusia. Urgensi akhlak ini
tidak saja dirasakan oleh manusia dalam kehidupan perseorangan, tetapi juga
dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat, bahkan juga dirasakan
dalam kehidupan berbangsa atau bernegara. Akhlak adalah mustika hidup
yang membedakan makhluk manusia dari makhluk hewani. Manusia tanpa
akhlak adalah manusia yang telah “membinatang” dan sangat berbahaya.
Manusia akan lebih jahat dan lebih buas daripada binatang buas sendiri.
Dengan demikian, jika akhlak telah lenyap dari diri masing-masing manusia,
kehidupan ini akan kacau balau, masyarakat menjadi berantakan.5 Begitu
banyaknya hal yang dapat menyebabkan kemerosotan akhlak (dekadensi
moral) yang dapat menimbulkan akhlak buruk atau perilaku tercela. Oleh

2


M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A Gani dan Djohar
Bahry, Judul Asli: At-Tarbiyah al-Islamiyah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), Cet. V, h.1
3
Ali Abdul Hali Mahmud, Tarbiyah Khuluqiyah, terj. Afifudin, (Solo: Media Insani, 2003), h.16
4
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h.10
5
Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), h.14-15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

karena itu kita sebagai manusia berusaha semaksimal mungkin untuk
mencapai akhlak yang baik. Salah satunya dengan mengkaji Al-Qur’an dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena sumber daripada
pendidikan akhlak adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dinyatakan dalam QS.
An-Nisa’ ayat 59 :6


ِّ
ِ ‫اّ وأ‬
ِ
ِ ‫ول َوأ‬
‫اأم ِر ِمْ ُك ْم فَِإ ْن تََ َاز ْعتُ ْم‬
َ ‫َطيعُوا الّر ُس‬
ْ ِ‫ُو‬
َ َّ ‫ين َآمُوا أَطيعُوا‬
َ ‫ََ أَيّ َها الذ‬
ِ ِ ‫ول إِ ْن ُكْ تم تُؤِم و َن ِِ ِّّ والْي وِم‬
ِ ‫اِّ والّرس‬
ِ‫ِِ َشي ٍء فَرّدوُ إ‬
َ
‫ك َخْي ٌر‬
ّ
َ
ُ
َ ‫اآخ ِر َذل‬
ُ
ْ
ُ َ
َْ َ
ْ
ُ ْ
٥۹ ‫َح َس ُن ََْ ِويا‬
ْ ‫َوأ‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
[An-Nisa’ : 59]
Quraisy shihab mengklasifikasikan ajaran al-qur’an menjadi tiga,
yakni aspek akidah, yaitu ajaran tentang keimanan akan keEsaan Tuhan dan
kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan, kedua aspek syari’ah,
yaitu ajaran tentang hubungan manusia dengan Tuhan dan sesamanya, ketiga
aspek akhlak, yaitu ajaran tentang norma-norma keagamaan dan susiala yang
harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau
kolektif.7

6

7

Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan). Jakarta : Widya
Cahaya. 2011. h.239.
Quraisy shihab, Membumikan Al-Quran: fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat,
(Bandung: Mizan, 1992), h.40

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Aspek Akhlak ini banyak disebutkan di dalam Al-Qur’an karena
begitu penting peranannya bagi manusia dalam menjalani kehidupannya di
dunia. Kandungan Al-Qur’an tentang sejarah atau kisah-kisah disebut dengan
istilah kisah Al-Qur’an. Ayat-ayat yang berbicara tentang kisah jauh lebih
banyak dibandingkan dengan ayat-ayat yang berbicara tentang hukum. Hal ini
memberikan isyarat bahwa Al-Qur’an sangat perhatian terhadap masalah
kisah, yang memang di dalamnya banyak mengandung pelajaran (ibrah).
Menurut Jalaluddin bagi manusia yang hidup di lingkungan
masyarakat yang masih sederhana pendidikan dilakukan langsung oleh para
orang tua. Pendidikan akan dinilai rampung bila angka mereka sudah
menginjak usia dewasa, siap untuk berumah tangga dan mandiri setelah
menguasai sejumlah keterampilan praktis sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan

hidup

di

masyarakat

lingkungannya.

Makin

sederhana

masyarakatnya, makin sedikit tuntutan kebutuhan dan keterampilan yang
perlu dikuasainya.8
Proses yang tak jauh berbeda terjadi dan berlangsung pula di
masyarakat yang sudah maju (modern). Para orang tua juga memberikan
perhatian terhadap pendidikan putra-putri, dan generasi muda masyarakatnya.
Tujuan dan misi pendidikan yang dilaksanakan, pada prinsipnya sama, yaitu
memberi bimbingan agar dapat hidup mandiri. Bimbingan diberikan oleh
generasi tua (orang tua atau guru) kepada generasi muda (putra-putri atau

8

Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 65-66

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

peserta didik), agar dapat meneruskan dan melestarikan tradisi yang hidup di
masyarakat.9
Anak merupakan anugerah dari Allah SWT, Tuhan Yang

Maha

Kuasa, di mana kehadirannya merupakan tanggung jawab setiap orangtua
untuk mendidik dengan baik. Untuk menciptakan masa depan yang lebih baik,
salah satu caranya adalah dengan menciptakan anak-anak atau generasi muda
sebagai aktor dan pionir masa depan. Cerdas dan pintar saja tentunya belum
cukup, tetapi juga diperlukan sifat yang pantang menyerah, sehat jasmani dan
rohani, tanggung jawab, memilik harapan dan motivasi tinggi, peka terhadap
lingkungan sekitarnya, dan berkepribadian baik, berakhlakul karimah agar
anak-anak atau generasi muda menjadi tangguh dan mapu meraih impian
masa depan yang lebih baik. Karakter anak ideal yang didambakan banyak
orang tua antara lain adalah hormat dan berbakti kepada orang trua, guru,
peka terhadap karya seni, terampil, mandiri, penuh semangat, disiplin, penuh
inisiatif, sehat dan mencintai Tanah Air. Karakter ini senada dengan karakter
anak Generasi Platinum.10
Perilaku menyimpang dikalangan anak muda (pelajar dan remaja)
menjadi penting ketika adanya indikasi semakin meningkatnya tawuran telah
mengorbankan sejumlah besar tunas muda sebagai harapan bangsa. Mereka
gugur sebagai “korban” dari sistem sosial edukatif yang tidak menguntungkan
yang dapat disebabkan faktor internal sekolah dan eksternal sekolah.

9

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Kalam Mulia, 2002), h. 29
Rubrik : “ Karakter Anak Ideal untuk Masa Depan”, kompas 4 Desember 2011).

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Pelajar yang sedang menempuh pendidikan di SLTP maupun SLTA
atau usia remaja, bila ditinjau dari segi usianya, sedang mengalami periode
yang sangat potensial bermasalah. Periode ini sering digambarkan sebagai
“storm” and “drang” period (topan dan badai). Dalam ukuran ni timbul
gejala emosi dan tekanan jiwa, sehingga perilaku mereka mudah
menyimpang. Dari situasi konflik dan problem ini remaja tergolong dalam
sosok pribadi yang tengah mencari identitas dan membutuhkan tempat
penyaluran kreativitas.11
Pendidikan semakin dirasa bagai buah simalakama bagi para pendidik,
pasalnya baru-baru ini dunia pendidikan di gemparkan dengan berita
mengenai pelaporan orang tua pada seorang guru atas tindakan pencubitan
terhadap anak didiknya lantaran tidak melaksanakan shalat dhuha berjamaah.
Hal ini tentu menjadi kabar miris bagi para pendidik dimana mereka di
resahkan antara tugas sebagai seorang pendidik yang tidak hanya mendidik
jasmani, melainkan juga mendidik rohani peserta didik.
Terkait dengan hal diatas, untuk memberi pelajaran kepada orang tua
atau pendidik, al-Qur’an telah menyuguhkan beberapa kisah orang tua dan
anak. Bagaimana tokoh tersebut mencerminkan pendidikan karakter terhadap
anak atau peserta didiknya, tampaknya akan muncul sesuatu yang bisa
dijadikan teladan maupun cerminan dalam menghadapi kehidupan.
Hal ini menjadi salah satu keunikan Al-Qur’an

yang merupakan

petunjuk manusia, caranya dikemas secara variatif, ada yang berupa
11

Abdullah Idi, Etika Pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2015), h. 31

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

informasi, perintah dan larangan, dan ada juga yeng berbentuk kisah-kisah
sehingga bisa dijadikan ibrah bagi manusia, dan menuntut mereka bisa
mengambil manfaat darinya.
Untuk melihat lebih jauh esensi pendidikan karakter yang dikisahkan
dalam Al-qur’an, untuk kemudian mengambil pelajaran baginya tentu
merupakan bekal yang dirasa sangat dibutuhkan bagi calon orang tua dan
pendidik bagi generasi penerus bangsa yang berakhlakul karimah.
Dalam surat Al-A’raf ayat 199-202 yang berbunyi :

‫ّك ِم َن‬
َ ‫َوإِ ّما يَْ َز َغ‬
ِّ ِ
‫ين اتّ َق ْوا إِذَا‬
َ ‫إ ّن الذ‬
‫ٕٔٓ َوإِ ْخ َوانُ ُه ْم‬

ِ ِ ْ ‫ف وأَع ِرض ع ِن‬
ِ
ِ
ٔ۹۹ ‫ن‬
َ ْ ْ َ ‫ُخذ الْ َع ْف َو َوأْ ُمْر ِِلْعُْر‬
َ ‫اَْا ل‬
ِ ِ َ‫ان نَزغٌ ف‬
ِ
ِ
ٕٓٓ ‫يع َعلِ ٌيم‬
ْ ْ َ‫الشّْيط‬
ٌ ََ ُ ّ‫استَع ْذ ِِ ّّ إِن‬
ِ
ِ ‫ان تَ َذ ّكروا فَِإ َذا م مب‬
ِ َ‫ف ِمن الشّيط‬
‫صُرو َن‬
ُْ ْ ُ
ْ َ ٌ ‫َم ّس ُه ْم طَائ‬
ُ
ِ ‫َُدّونَهم ِِ الْغَ ِي ُُّ ا ي ْق‬
ٕٕٓ ‫صُرو َن‬
ُ
ُْ
ّ

Artinya : “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan
yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh. Dan jika
kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka
ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahankesalahannya. Dan teman-teman mereka (orang-orang kafir dan fasik)
membantu setan-setan dalam menyesatkan dan mereka tidak henti-hentinya
(menyesatkan).”12

Dalam surat Al-A’raf ayat 199-202 tersebut terdapat nilai-nilai
pendidikan akhlak. Adanya pendidikan akhlak yang sesuai dengan kaidah AlQur’an menjadi sangat penting untuk dikaji dan diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Berdasarkan dari uraian di atas, peneliti kemudian bermaksud

12

Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan). Jakarta : Widya
Cahaya. 2011. h.554.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

untuk melakukan penelitian guna mengetahui lebih jauh lagi tentang
pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an surat Al-A’rof ayat 199-202 . Dengan itu,
dalam penelitian ini peneliti memberi judul “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak
dalam Al-Qur’an Kajian Tafsir Surat Al-A’raf ayat 199-202 Menurut
Para Mufassir”.
B. Rumusan Masalah
Dari kerangka penelitian latar belakang masalah di atas dapat dirinci
sebagai berikut:
a. Bagaimana pandangan para mufassir mengenai kandungan al-

Qur’an surat Al-A’raf ayat 199-202?
b. Apa saja nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam al-

Qur’an surat Al-A’raf ayat 199-202?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pandangan para mufassir mengenai kandungan
Q.S Al-A’raf ayat 199-202.
b. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung
dalam Q.S Al-A’raf 199-202.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian dari skripsi ini diharapkan dapat memberi
manfaat, antara lain:
1. Manfaat Teoritis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

a. Adapun

hasil

penelitian

ini

diharapkan

untuk

mengembangkan teori pendidikan akhlak yang bersumber
dari Al-Qur’an.
b. Hasil penelitian ini diharapkan untuk mengetahui nilainilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam Al-Qur’an
surat Al-A’raf ayat 199-202.
c. Penelitian ini sebagai evaluasi diri agar menjadi manusia
yang pemaaf terhadap sesama, selalu berbuat baik, dan
menjauhi orang-orang yang bodoh (jahil).
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan
tambahan pengetahuan mengenai pendidikan akhlak yang
kemudian bisa ditransformasikan kepada masyarakat
tentang

pentingnya

seorang

muslim

mempunyai

pendidikan akhlak.
b. Bagi peneliti yaitu sebagai salah satu syarat kelulusan
dalam menyelesaikan program sarjana di prodi Pendidikan
Agama

Islam,

jurusan

Pendidikan

Islam,

Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya.
c. Penelitian ini dapat dijadikan bahan literatur atau referensi
baru untuk memberi wawasan tambahan bagi peneliti
selanjutnya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

E. Batasan masalah
Mengingat luasnya pembahasan, maka untuk lebih memperjelas dan
memberi arah yang tepat dalam penulisan skripsi ini, perlu adanya pembatasan
masalah dalam pembahasannya. Maka penulis membatasi permasalahan dalam
penulisan skripsi ini sebagai berikut:
1. Pandangan para mufassir tentang kandungan Q.S Al-A’raf ayat 199202.
2. Nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam Q.S Al-A’raf ayat
199-202.
F. Penelitian Terdahulu
Penulis melakukan telaah hasil penelitian terdahulu yang ada
kaitannya dengan penelitian ini. Adapun hasil temuan penelitian terdahulu
adalah :
1. Relevansi Materi Akidah Akhlak di MTs dengan Nilai-Nilai
Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an Surat Al-A’rof ayat 199-202.
Skripsi yang ditulis oleh Siti Nisfullailatussafiah. Program Studi
Pendidikan Agama Islam jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Ponorogo tahun 2016
Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai
pendidikan akhlak menurut QS. Al-A’rof ayat 199-202 dan untuk
mengetahui relevansi materi akidah akhlaq di MTs dengan nilai-nilai
pendidikan akhlak dalam surat al-a’rof ayat 199-202.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Hasil penelitian ini menjelaskan nilai-nilai akhlak yang
terkandung dalam QS. Al-A’rof ayat 199-202 yaitu sikap pemaaf
terhadap sesama, selalu berbuat baik, dan menjauhi orang-orang yang
bodoh (jahil). Kemudian materi akidah akhlak di MTs, pada pokok
bahasan tawadhu’, sabar, membiasakan perilaku terpuji, akhlak terpuji
dalam pergaulan remaja, taat, akhlak terpuji kepada Allah, iman
kepada malaikat dan makhluk ghaib lainnya dan tawakal relevan atau
sesuai dengan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam
surat al-a’rof ayat 199-202.
2. Nilai- Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Q.S. Ali Imran : 159-160. Tesis
yang ditulis oleh: SITI IMZANAH, NIM: 08.223.1026. Program Studi
Pendidikan Islam Konsentrasi Manajemen dan Kebijakan Pendidikan
Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Mei, 2010.
Tujuan dari tesis ini mengetahui nilai-nilai akhlak, konsep
pendidikan akhlak dalam Q.S Ali Imran: 159-160 dan mengetahui apa
implikasi bagi pendidikan agama islam di sekolah.
Hasil penelitian ini menjelaskan nilai-nilai akhlak yang
terkandung dalam QS. Ali-Imran : 159-160, meliputi nilai-nilai
kemuliaan yang diberikan oleh Allah SWT dalam rahmatnya yang
berupa lemah-lembut yang secara ikhlas terjalin dalam kehidupan
manusia yang saling menghormati sehingga terjalin rasa kasih sayang
sesama hambanya. Implikasi dari semua proses pendidikan akhlak
dalam QS. Ali-Imran : 159-160 yang ada pada pendidikan agama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Islam di sekolah, secara tegas merupakan proses pencapaian insan
kamildimana

dapat

dilalui

dengan

beberapa

tahapan,

Pertama,bagaimana aktualitas akhlak dalam pembelajaran pendidikan
Islam, Kedua,bagaimana pendidikan akhlak itu dapat mengatasi krisis
akhlak yang ada, Ketiga, bagaimana pula komunikasi guru kepada
peserta didik dalam proses mentransfer keilmuan yang tetap menjaga
sopan santun atau akhlakul karimah, Keempat, pendidikan agama dan
akhlak dalam mewarnai pendidikan nasional, kemudian sejauh mana
efektifitas pembelajaran agama Islam di sekolah yang ada,
kesemuanya itu dapat di lakukan dengan satu tujuan mewujudkan
manusia yang insan kamil.
Dalam penelitian ini akan beda dari penelitian-peneliatian
sebelumnya, karena pada penelitian ini akan lebih memaparkan dan
fokus pada pendidikan akhlak dalam Q.S Al-A’raf ayat 199-202.
Penelitian ini akan memaparkan kajian-kajian tafsir yang membahas
tentang pendidikan akhlak dalam QS. Al-A’raf ayat 199-202. Dalam
penelitian ini juga ada hubungannya dengan penelitian terdahulu,
yaitu dalam penelitian terdahulu dan penelitian yang sekarang
dilakukan, sama-sama membahas tentang konsep pendidikan akhlak.
Namun ada pebedaan dalam rumusan masalahnya, sehingga hasil dari
penelitian ini akan berbeda dengan penelitian terdahulu.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

G. Definisi Operasional
Untuk memahami pengertian dalam penulisan skripsi ini, maka
penulis memberikan beberapa istilah yang terkandung dalam judul skripsi
ini. Adapun judul skripsi adalah “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam
Al-Qur’an Kajian Tafsir Surat Al-A’raf ayat 199-202 Menurut Para
Mufassir”.
1. Nilai
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia13 dikemukakan bahwa
nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan
menarik nikmat seseorang atau kelompok. Jadi nilai itu pada
hakekatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Pendidikan menekankan pada pengembangan jasmani dan rohani
menuju kesempurnaanya, sehingga terbentuk kepribadian yang utama,
suatu kepribadian yang seluruh aspeknya sempurna dan seimbang.
Untuk mewujudkan kesempurnaan tersebut dibutuhkan bimbingan
yang serius dan sistematik dari pendidik.14

13
14

Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.2008. h. 349.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan.......h. 31

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

1.

Akhlak
Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu ” Al-Khulk ” yang
berarti tabeat, perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut
istilahnya, akhlak ialah sifat yang tertanam di dalam diri seorang
manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah
tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI,
akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan.15

2. Surat Al-A’raf ayat 199-202
Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 199-202 merupakan sebagian ayat
dari sekian banyak ayat di dalam Al-Qur’an yang didalamnya
membahas tentang pendidikan akhlak yang penulis jadikan primer
dalam penelitian ini.
Di dalam ayat tersebut Allah Ta’ala menjelaskan tentang perintah
untuk saling memaafkan antar sesama manusia, kemudian sikap
berlapang dada, perintah untuk berbuat kebaikan dan menghindari
orang-orang bodoh (jahil).
Jadi maksud penulis dalam penulisan skripsi yang berjudul “NilaiNilai Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an Kajian Tafsir Surat
Al-A’raf ayat 199-202 Menurut Para Mufassir” adalah suatu
konsep

yang

diterapkan

dalam

mendidik,

memelihara,

dan

membentuk kepribadian seorang manusia sehingga menghasilkan
manusia bertaqwa dan berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas

15

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), Cet. XVI, h.17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

kewajiban dan bertanggung jawab dalam menjalani kehidupan,
sehingga bahagia di dunia dan di akhirat.
H. METODOLOGI PENELITIAN
Kitab suci Al-Qur’an selalu menjadi solusi dan petunjuk bagi siapa
saja yang membutuhkannya. Namun, solusi dan petunjuk Al-Qur’an dapat
diserap dan digunakan jika seseorang memahami sifat-sifat dan kandungan
Al-Qur’an secara bijak dan cermat, serta menggunakan metode yang tepat
untuk menggali makna yang terkandung di dalamnya.16
Dalam menyusun skripsi ini, penulis menggali dan memperoleh
data dengan metodologi penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif, yaitu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.17 Data
yang dikumpulkan dalam menyelesaikan dan dalam memberikan
penafsiran tidak menggunakan angka atau rumus statistik. melainkan
berupa kata-kata yang digali dari buku atau literatur.
Kajian ini merupakan kajian pustaka (library research) yaitu
pengambilan data berasal dari buku-buku atau karya ilmiah di bidang tafsir
Al-Qur’an dan pendidikan. Dalam penelitian ini mencari nilai yang
terkandung dalam Al-Qur’an surat Al-A’rof ayat 199-202.

16

Syahrin Harahap, Metodologi Studi Penelitian Ilmu-Ilmu Ushuludun, (Jakarta: Raja Grafindo,
2000), h. 11
17
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka cipta, 2004), h. 36

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

2. Sumber Data
Yang dimaksud dengan data adalah segala keterangan (informasi)
mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Menurut
sumbernya, data penelitian digolongkan sebagai data primer dan data
sekunder. Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini terdiri dari
data primer dan data sekunder, yaitu:
a. Data Primer
Data Primer adalah sumber informasi yang mempunyai
wewenang dan tanggungjawab terhadap pengumpulan ataupun
penyimpanan data atau di sebut juga sumber data/informasi tangan
pertama, dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber
datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data
baru.18 Sumber data primer yang penulis gunakan adalah:
1) Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta:
Widya Cahaya, 2011.
2) Muhammad Qurays Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta:
Lentera Hati, 2002.
3) Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jilid 5, Jakarta:
Gema Insani, 2004.
4) Ibnu Kasir, Tafsir Ibnu Kasir Jilid 9, Bandung : Sinar Baru
Algesindo, 2002.

18

Muhamad Ali, Penelitian Kependidikan : Prosedur dan Strategi, (Bandung: Angkasa 1987),
h.42

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

5) Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al Azhar Juz IX, Jakarta : PT.
Pustaka Panjimas, 2003
6) Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin AsSuyuti, Tafsir Jalalain, Bandung : Sinar Baru Algesindo,
2011
Skripsi yang penulis kaji menggunakan al qur’an surat Al-A’raf
ayat 199-202 sebagai data primernya. Di dalam ayat tersebut Allah
SWT menjelaskan tentang sikap pemaaf dan berlapang dada,
perintah untuk berbuat kebaikan dan tidak menghiraukan orangorang bodoh (jahil)
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu sumber data yang mendukung dan
melengkapi data-data primer. Adapun sumber data skunder penulis
jadikan sebagai landasan teori kedua dalam kajian skripsi setelah
sumber data primer. Data ini berfungsi sebagai penunjang data
primer, dengan adanya sumber data primer maka akan semakin
menguatkan

argumentasi

maupun

landasan

teori

dalam

kajiannya.19
Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah beberapa
ayat Al- Qur’an, Hadits yang relevan dan buku-buku yang
menunjang didalamnya mengandung tentang nilai-nilai akhlak

19

Jono Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h.
89

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

maupun karakter

dalam surat Al-A’raf ayat 199-202 dan

aplikasinya dalam kehidupan, diantaranya adalah:
1) Quraisy Shihab, Membumikan Al-Quran: fungsi dan peran
wahyu dalam kehidupan masyarakat, Bandung: Mizan,
1992.
2) Dra. Nurul Zuriah, M. Si, Pendidikan Moral dan Budi
Pekerti dalam Perspektif Perubahan, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2011.
3) Dr. Zubaedi, M.Ag, M.Pd, Desain Pendidikan Karakter,
Jakarta: Kencana, 2011.
4) Prof. Dr. Muchlas Samani dan Drs. Hariyanto, M.S, Konsep
dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2012.
5) Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia,
2002.
c. Analisis Data
Para ulama sepanjang sejarah Islam telah berusaha secara
serius merumuskan berbagai metode yang dapat diterapkan dalam
mengkaji Al- Qur’an, sehingga umat Islam yang meyakini kitab
suci ini sebagai pedoman hidup, dapat menangkap makna pesanpesannya. Metode-metode tersebut adalah:20
1) Metode Tafsir Tahlili (Analitis)

20

Syahrin Harahap, Metodologi Studi......., h.17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Metode tahlili atau yang dinamai Baqir al-Shadr
sebagai metode tajzi’i adalah satu metode tafsir yang
mufassirnya berusaha menjelaskan arti dan maksud ayatayat Al-Qur’an dari sekian banyak seginya, dengan
menjelaskan ayat demi ayat sesuai urutannya di dalam
mushaf, melalui penafsiran kosa kata, penjelasan asbab alnuzul (sebab-sebab turunnya ayat), munasabat (keterkaitan
ayat dengan ayat, surat dengan surat dan seterusnya), serta
kandungan

ayat

tersebut,

sesuai

keahlian

dan

kecenderungan seorang mufassir.21
2) Metode Tafsir Maudlu’iy (Tematik)
Metode

Maudlu’iy

adalah

suatu

metode

menafsirkan Al-Qur’an dengan menghimpun ayat-ayat,
baik dari suatu surat maupun beberapa surat, yang berbicara
tentang topik tertentu, untuk kemudian mengaitkan antara
satu dengan lainnya. Kemudian mengambil kesimpulan
menyeluruh tentang masalah tersebut menurut pandangan
Al-Qur’an.
3) Metode Tafsir Muqaran (Komparasi-Perbandingan)
Metode Muqaran adalah suatu metode mencari
kandungan Al-Qur’an dengan cara membandingkan satu
ayat dengan ayat lainnya, yaitu ayat-ayat yang mempunyai

21

Abudin Nata, Studi Islam Komprehensif, ( Jakarta: Kencana, 2011), h. 169

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

kemiripan redaksi dalam dua masalah atau membandingkan
ayat-ayat Al-Qur’an dengan hadits Nabi yang tampak
bertentangan, serta membandingkan pendapat-pendapat
para ulama tafsir menyangkut penafsiran Al-Qur’an.
4) Metode Tafsir bi al-Ma’tsur
Metode

tafsir

bi

al-ma’tsur

adalah

metode

penafsiran dengan cara mengutip atau mengambil rujukan
pada Al-Qur’an, hadits Nabi, kutipan sahabat serta tabi’in.22
Metode ini mengharuskan mufassir menelusuri shahih
tidaknya riwayat yang digunakannya.
5) Metode Tafsir bi al-Ra’yi
Metode tafsir bi al-ra’yi adalah penjelasanpenjelasan yang bersendi kepada ijtihad dan akal,
berpegang pada kaidah-kaidah bahasa dan adat istiadat
orang Arab dalam mempergunakan bahasanya.23
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode Tafsir
Tahlili, yaitu metode tafsir yang mufassirnya berusaha menjelaskan arti
dan maksud ayat-ayat Al-Qur’an dari sekian banyak seginya, dengan
menjelaskan ayat demi ayat sesuai urutannya di dalam mushaf, melalui
penafsiran kosa kata, penjelasan asbab al-nuzul (sebab-sebab turunnya
ayat), munasabat (keterkaitan ayat dengan ayat, surat dengan surat dan
seterusnya), serta kandungan ayat tersebut, sesuai keahlian dan
Hasby Ash Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h.
227
23
Abudin Nata, Studi Islam........h.169

22

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

kecenderungan seorang mufassir. Jadi dalam penelitian ini, penulis
berusaha menjelaskan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam QS. Al-A’raf
ayat 199-202 dari penjelasan arti dan maksud QS Al-A’raf ayat 199-202
dari sekian banyak seginya, kemudian dengan menjelaskan ayat demi ayat
sesuai urutannya di dalam mushaf, melalui penafsiran kosa kata,
penjelasan asbab al-nuzul (sebab-sebab turunnya ayat), munasabat
(keterkaitan ayat dengan ayat, surat dengan surat dan seterusnya), serta
kandungan ayat tersebut.
I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Agar lebih terarah dan sistematika dalam pembahasan skripsi ini,
penulis mencoba menggunakan sistematika dan pembahasan dalam lima
bab dan dari lima bab tersebut di rinci lagi menjadi sub bab sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini terdiri dari sembilan sub bab yaitu : Latar belakang
masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Kegunaan
penelitian, Batasan masalah, Penelitian terdahulu, Definisi
operasional, Metodologi penelitian, Sistematika pembahasan.
BAB II DASAR-DASAR PENDIDIKAN AKHLAK
Dalam bab ini terdiri dari enam sub bab yaitu: Pengertian
pendidikan akhlak, Ruang lingkup pendidikan akhlak, Dasar-dasar
pendidikan akhlak, Tujuan pendidikan akhlak, Nilai-Nilai
pendidikan akhlak.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

BAB III DASAR-DASAR PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KAJIAN
QS. Al-A’RAF AYAT 199-202
Dalam bab ini ada dua sub bab yaitu : Kandungan makna dan
asbabun nuzul QS. Al-A’raf ayat 199-202, dan Pandangan
mufassir atau pandangan ulama’ terhadap dasar-dasar pendidikan
akhlak dalam kajian QS. Al-A’raf ayat 199-202.
BAB IV NILAI-NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM ALQUR’AN SURAT AL-AL-A’RAF AYAT 199-202.

Bab ini merupakan inti dari penelitian ini yang di dalamnya
membahas, yaitu: nilai-nilai pendidikan akhlak dalam al-Qur’an
Surat Al-a’raf ayat 199-202
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir ini akan memuat tentang kesimpulan, dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
DASAR-DASAR PENDIDIKAN AKHLAK
A. Pengertian pendidikan akhlak
Istilah “Pendidikan akhlak” terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan
akhlak. Maka dari itu akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian
pendidikan dan pengertian akhlak.
1. Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” yang diberi awalan “pe”
dan akhiran “kan”. Mengandung arti “perbuatan” (Hal, cara, dan
sebagainya).1 Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani,
yaitu “paedagogy” yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan
pulang sekolah diantar seorang pelayan. Sedangkan pelayan yang
mengantar dan menjemput dinamakan paedagogos. dalam bahasa Romawi,
pendidikan diistilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu
yang berada didalam. Dalam bahasa inggris, Pendidikan diistilahkan to
educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual.2 Dalam
kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan ialah “ proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.”3
Dalam Islam, pada mulanya pendidikan disebut dengan kata
“ta’dib”. Kata “ta’dib” mengacu kepada pengertian yang lebih tinggi dan
mencakup seluruh unsur-unsur pengetahuan („ilm), pengajaran (ta’lim) dan
1

Ramayulis, Ilmu Pendidikan......, h.13
Wiji Suwarno. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. (Jogjakarta: AR-RUZZ, 2006). h.19
3
Tim Penyusun, Kamus Besar......., h. 232
2

23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

pengasuhan yang baik (tarbiyah). Akhirnya, dalam perkembangan katakata “ta’dib” sebagai istilah pendidikan hilang dari peredarannya, sehingga
para ahli didik Islam bertemu dengan istilah at tarbiyah atau tarbiyah,
sehingga sering disebut tarbiyah. Sebenarnya kata ini asal katanya adalah
dari “RabbaYurobbi-Tarbiyatan” yang artinya tumbuh dan berkembang.4
Pada masa sekarang istilah yang paling populer dipakai orang
adalah “tarbiyah” karena menurut M. Athiyah al Abrasyi term yang
menyangkut keseluruhan kegiatan pendidikan tarbiyah merupakan upaya
yang mempersiapkan individu untuk kegiatan yang lebih sempurna etika,
sistematis dalam berfikir, memiliki ketajaman intuisi, giat dalam berkreasi,
memiliki toleransi pada yang lain, berkompetensi dalam mengungkap
bahasa lisan dan tulisan, serta memiliki beberapa keterampilan.5
Walaupun dalam Al-Qur’an tidak disebutkan secara jelas tentang
definisi pendidikan, namun dari beberapa ayat dapat ditemukan indikasi ke
arah pendidikan, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Isra’ ayat 246 :

‫ب ْار َْْ ُه َما َك َما‬
ِّ ‫َوقُ ْل َر‬

‫اح ال ّذ ِّل ِم َن الّر َِْْة‬
َ َ‫َجن‬
ٕٗ

ِ ‫و‬
‫ض ََُما‬
ْ َ
ْ ‫اخف‬
‫صغِ ًرا‬
َ ّ‫َربّيَ ِا‬

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah “Wahai Tuhanku, kasihanilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka mendidik aku waktu
kecil”. (QS. al-Isra : 24)

4

Zuhairini, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Bandung : Ramadhani, 1993), h. 9
Ramayulis, Ilmu Pendidikan....... h.15-16
6
Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan). Jakarta : Widya
Cahaya. 2011. h.618.

5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Berdasarkan ayat tersebut dapat diambil pengertian bahwa al
Tarbiyah adalah proses pengasuhan pada fase permulaan pertumbuhan
manusia, karena anak sejak dilahirkan di dunia dalam keadaan tidak tahu
apa-apa, tetapi ia sudah dibekali Allah SWT berupa potensi dasar (fitrah)
yang perlu dikembangkan. Maka pendidikan anak sangat penting
mengingat untuk kelangsungan perkembangannya menuju ke tahap
selanjutnya.
Pengertian pendidikan yang diberikan oleh ahli. John Dewey,
seperti yang dikutip oleh M. Arifin menyatakan bahwa pendidikan adalah
sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental,
baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan
(emosional) menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa.7
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang diarahkan untuk
mematangkan potensi fitrah manusia, agar setelah tercapai kematangan itu,
ia mampun memerankan diri sesuai dengan amarah yang disandangnya,
serta mampu mempertanggung jawabkan pelaksanaan kepada Sang
Pencipta. Kematangan di sini dimaksudkan sebagai gambaran dari tingkat
perkembangan optimal yang dicapai oleh setiap potensi fitrah manusia.8
Di dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan nasional,
tercantum pengertian pendidikan: Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembang kan potensi dirinya sehingga
7
8

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), hlm. 1
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 51

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya
sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara.
Selanjutnya pendidikan diartikan oleh para tokoh pendidikan
sebagai berikut:
a. George F. Kneller (1967: 63) berpendapat : Pendidikan memiliki
arti luas dan sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai
tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi perkembangan
jiwa, watak, ataupun kemauan fisik individu. Dalam arti sempit,
pendidikan adalah suatu proses mentransformasikan pengetahuan,
nilai-nilai, dan ketrampilan dari generasi-kegenerasi,

yang

dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan
seperti sekolah, pendidikan tinggi dan lembagalembaga lain.9
b. Ki Hajar Dewantara (1977: 20) Menyatakan bahwa pendidikan
merupakan tuntutan bagi pertumbuhan anak-anak. Artinya,
pendidikan menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri
anak-anak, agar mereka sebagai manusia sekaligus sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya.10
c. Mortimer J. Adler mengartikan: pendidikan adalah proses dengan
mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang
diperoleh)
9

yang

dapat

dipengaruhi

oleh

pembiasaan,

Wiji Suwarno. Dasar-dasar Ilmu..., h. 20
Ibid., h.21

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui
sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk
membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang
ditetapkan, yaitu kebiasaan yang baik.
d. Herman H. Horne berpendapat : pendidikan harus dipandang
sebagai suatu proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik
dengan alam sekitar,dengan sesama manusia,

dengan tabi’at

tertinggi dari kosmos.11
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan adalah
suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja
untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun rohani, melalui
penanaman nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan
perubahan ke arah positif yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam
kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan berbudi
pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak
mulia.
2. Akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa arab yang sudah diindonesiakan
yang juga diartikan dengan istilah perangai atau kesopanan. Kata ‫َأﺧﻼٌق‬
adalah jamak taksir dari kata ‫ُﺧﻠٌﻖ‬

yang secara etimologis mempunyai

arti tabi’at (al sajiyyat), watak (al thab) budi pekerti, kebijaksanaan,
agama (al din). Menurut para ahli akhlak adalah suatu keadaan yang

11

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h.13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan
dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran (secara spontan),
pertimbangan, atau penelitian. Akhlak biasa disebut juga dengan dorongan
jiwa manusia berupa perbuatan yang baik dan buruk.12 Para Ulama’ ilmu
akhlak merumuskan definisinya dengan berbeda-beda tinjauan yang
dikemukakannya antara lain:
a. Menurut Imam Al Ghazali akhlak adalah “suatu sifat yang tertanam
dalam diri atau jiwa manusia yang dari sifat itu melahirkan tindakan,
perlakuan atau perilaku amalan dengan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan dan pemikiran.”13
b. Abu bakar Jabir Al Jazairy mangatakan,“Akhlak adalah bentuk
kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia yang menimbulkan
perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercelah dengan cara yang
disengaja.”14
c. Ibrahim Anis Mengatakan : “akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa, yang dengannya lahirlah macammacam perbuatan, baik atau
buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.”15
d. Menurut Ali Abdul Halim Mahmud dalam kitab Akhlak mulia yang
dimaksud dengan akhlak (moral) adalah sebuah sistem yang lengkap
yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang
membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini
12

M. Abdul Mujieb, dkk, Ensiklopedi Tasawuf Imam Al-Ghazali Mudah Memahami dan
Menjalankan Kehidupan Spiritual (Jakarta: Hikmah Mizan Publika, 2009), hlm. 38.
13
Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, (Surabaya: Bina Ilmu, 1984), hlm. 14
14
Mahjuddin, Kuliah Akhlaq Tasawuf (Jakarta: Kalam Mulia, 1999) h.2-3
15
Abuddin nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Rajawali Pers. 2009),h.4.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berprilaku
sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok denagn dirinya dalam
kondisi yang berbeda-beda.16
Dari beberapa definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
akhlak adalah perbuatan yang bersumber dari dorongan jiwanya yang
dapat dilakukan dengan mudah tanpa berpikir serta ikhlas semata-mata
karena Allah SWT, bukan karena ingin mendapat pujian. Atau istilah
agama yang dipakai untuk menilai perbuatan manusia apakah itu baik atau
buruk. Dengan demikian, secara terminologis pengertian akhlak adalah
tindakan yang berhubungan dengan tiga faktor penting, yaitu:
1) Kognitif:

yaitu

pengetahuan

dasar

manusia

melalui

potensi

intelektualitasnya.
2) Afektif,

yaitu pengembangan potensi akal manusia melalui upaya

menganalisis berbagai

berbagai kejadian sebagai bagian dari

pengembangan ilmu pengetahuan.
3) Psikomotorik, yaitu pelaksanaan pemahaman rasional kedalam bentuk
perbuatan yang kon