Nilai pendidikan akhlak tentang sikap adil dalam perspektif AL-QUR'AN (Kajian Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90 dan Al-Maidah Ayat 8)

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

Resti Wahyu Susanti

1111011000050

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

LEMBAR

PENGESAHAN SKRIPSI

NILAI PEIIDIDIKAN AKHLAK TENTAIIG SIKAP ADIL DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN

lfalian

Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90 dan

Al-M6'idah Ayat 8)".

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sadana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh:

Resti Wahvu Susanti NIM: 1111011000050

Menyetujui,

Pembimbing

0^^^r'

Drs. H. Achmad Gholib. M.Ae NIP. 19541015 197902

I

001

JURUSAN

PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM

FAKULTAS

ILMU

TARBIYAH

DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS

ISLAM

NEGERI

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

Ayat 8) disusun oleh Resti Wahyu Susanti, NIM. 1111011000050, Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang mundqasah sesuai

ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 2l Oktober 201 5

Yang Mengesahkan,

Pembimbing,

Drs. H. Achmad Gholib. M.As NrP. r9s41015 197902

I

001


(4)

SURAT PENGESAIIAN PENGUJI

Skripsi dengan judul

'Nilai

Pendidikan Akhlak Tentang Sikap

Adil

dalam Perspel<tif Al-Qur:'0n (Kajian Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90 dan Al-N{A'idah

Ayat 8)" di susun oleh Resti Wallu Susanti, NIM.II11011000050. Di ajul<an

kepada Falrultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) LIIN Syarif FlidayatLrllah Jal<afia. Di nyatakan lulus dalam ujian rmrnaqasah pada tanggal 07 Januari 2016

di

depan Dervan Penguji Karena ih1 penulis berhak mernperoleh gelar Sarjana

Pendidil<an Islam (S.Pd.I).

Jakarta, 07 Januari 2016 Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal

lZ

-

o/ _?4

/{

Ketua Panitia (Kefua Ju'r-san PAI) Dr.H. Abdul Maiid Khon M.Ag NrP 19sB0707 198703 1 005

Sekretaris Jurusan

Marhamah Shaleh. Lc, MA NIP. 19720313 200801 2 010

Penguji I

Drs. Rrsydi Jamil. M.Aq

NIP, 19621231 199503 I 005 Pengqji II

Siti Khpdiiab MA

NrP. 19700727 199703 2004

Dekan Fakultas I larbtyah

l2-

t

.

zok

ll: !

:

SI$

tl

-t

-

Jol6

Mengetahui,


(5)

"Nilai

Pendidikan Akhlak tentang Sikap

Adil

dalam Perspektif Al-Qur'An

(Kajian Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90 dan Al-Md'Idah Ayat 8)" disusun oleh :

Nama

: Resti Wahyu Susanti

NIM

:lll1011000050

Jurusan

: Pendidikan Agama Islam

Telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal2l

Oktober 2015.

Jakarta, 2 1 Oktober 20 I 5 Dosen Pembimbing

@r""/

Drs. H. Achmad Gholib. M.Ag NrP. 19541015 1979021 001


(6)

Yang bertanda

Nama

NIM Jurusan

Alamat

tangan di

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

bawah ini:

Resti Wahyu Susanti 1111011000050

Pendidikan Agama Islam

Jl.

Kapuk Raya,

G.

Masjid, Rt.010/003,

No.

40,

: Drs. H. Achmad Gholib M,Ag : 19541015 197902

I

001

Kelurahan. Kapuk, Kecamatan. Cengkareng, Jakarta Barat

MENYATAKAN DENGAN SE STINGGUHNYA

Bahwa skrispsi yang berjudul Nilai Pendidikan Akhlak tentang Sikap Adil Perspektif At-Qur'An (Kajian Tafsir Surat An-Nahl ayat 90 dan AI-MA'idah Ayat 8) adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen :

Nama Pembimbing NIP

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Iakarta, l2 Oktober 2015


(7)

i

ABSTRAK

Nama : Resti Wahyu Susanti NIM : 1111011000050

Judul : Nilai Pendidikan Akhlak tentang Sikap Adil Perspektif Qur`ân (Kajian Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90 dan Surat Al-Maidah ayat 8

Al-Qur`ân diturunkan tidak hanya terbatas pada pemberi pedoman untuk satu aspek kehidupan suatu kelompok tertentu saja, tetapi juga mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, baik berhubungan dengan Allah SWT, hubungan antar manusia maupun dengan alam semesta.

Al-Qur`ân banyak mengandung tentang nilai pendidikan akhlak, seperti perintah Allah untuk berbuat adil dalam surat an-Nahl ayat 90 dan al-Maidah ayat 8. Mengingat masih ada masalah-masalah tentang keadilan yang terjadi di bidang hukum, bidang kesehatan, keluarga, termasuk dalam dunia pendidikan. Maka penulis tertarik untuk menganalisis surat an-Nahl ayat 90 dan surat al-Maidah ayat 8 tentang adil.

Perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu mengenai bagaimana nilai pendidikan akhlak tentang sikap adil dalam prespektif al-Qur`ân (kajian tafsir surat an-Nahl ayat 90 dan al-Mâ`idah ayat 8).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis library research (penelitian kepustakaan) dengan tehnik analisis deskriptif kualitatif, dengan cara mengumpulkan data atau bahan-bahan yang berkaitan dengan tema pembahasan dan permasalahannya, yang diambil dari sumber-sumber kepustakaan, kemudian dianalisis dengan metode tahlilî, yaitu metode tafsir yang menjelaskan kandungan ayat al-Qur`ân dari seluruh aspeknya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam surat an-Nahl ayat 90 mengandung nilai pendidikan akhlak tentang adil yang mencakup kedalam seluruh bentuk keadilan termasuk keadilan terhadap diri sendiri, hukum, keadilan terhadap keluarga, kerabat maupun musuh. Sementara dalam surat al-Mâ`idah ayat 8 perintah Allah untuk bersikap adil dalam persaksian sekalipun terhadap musuh.

Kata kunci : Nilai Pendidikan akhlak, Adil, Surat an-Nahl ayat 90, Surat al-Maidah ayat 8


(8)

ii

ABSTRACT

Name : Resti Wahyu Susanti NIM : 1111011000050

Tittle : Moral values of attitude fair Al-Qur`an Perspectives (Review Tafsir Surah An-Nahl verse 90 and Surat Al-Maidah verse 8

The Qur'an was derived not only as guidance for an aspect of a particular group’s life, but also covers various aspects of human life, as well as relationship with Allah, between humans and the universe.

Many of contains in Qur`an are moral values such as justice in the surah of an-Nahl verse 90 and al-Maidah verse 8. Observing there are still many issues in justice happened in the area of law, health, family, and education as well. The author interested to analyze the surah of an-Nahl verse 90 and al-Maidah verse 8 about justice.

Issues formulation raised in this study is about the moral education of fairness in the perspective of the Qur'an (tafsir studies cover an-Nahl verse 90 and al-Mâ`idah paragraph 8).

The method used in this research is library research with qualitative descriptive analysis, by collecting data and references relating to the theme of the discussion issues, which is taken from literature sources and being analyzed by methods tahlilî, the interpretation method that explains the Qur'an content from all aspects.

The results showed that in the letter an-Nahl verse 90 contains the fair value of moral education that covers the whole shape of justice, including justice for themselves, law, justice for the family, relatives and enemies. Meanwhile, in a letter al-Mâ`idah verse 8 God's command to be fair in spite of the testimony of the enemy.

Keywords: moral education value, Adil Surat an-Nahl verse 90, Surah al-Maidah verse 8


(9)

iii

Kiranya tiada kalimat yang pantas diucapkan selain Alhamdulillah, yang merupakan kalimat terindah yang dapat penulis sampaikan. Segala puji hanya bagi Allah, merupakan manifestasi rasa syukur terhadap kehadirat Ilâhi Rabbi dengan rahmat dan hidayahnya telah menghadiahkan anugerah yan begitu mahal nilainya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, orang yang begitu mencintai kita sehingga diakhir hayatnya yang beliau sebut dan kenang hanyalah kita umatnya.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Menyadari bahwa suksesnya penulis dalam menyelesaikan skripsi ini bukan semata-mata karena usaha penulis sendiri, melainkan tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, baik batuan moril ataupun materil. Oleh karena itu sudah menjadi kepatutan untuk penulis sampaikan penghargaan yang tulus dan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Orang tua penulis, yaitu: Bapak Heri Santoso dan Ibunda Surti Rahayu yang telah merawat, mendidik penulis dengan tulus ikhlas, dan mencukupi kebutuhan moril dan materil serta membimbing,

memotivasi dan mendo’akan penulis dalam menempuh langkah hidup

didunia yang sementara ini.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA selaku ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. Semoga kebijakan yang telah dilakukan selalu mengarah kepada kontinuitas eksistensi mahasiswanya.


(10)

iv

4. Drs. H. Achmad Gholib, M.Ag selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan perhatian, bimbingan, nasehat, kritik dan saran, serta motivasi yang besar dalam proses penulisan skripsi ini.

5. Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA selaku dosen pebimbing akademik yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pelayanan konsultasi bagi penulis.

6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis dapat memahami berbagai materi perkuliahan.

7. Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan berbagai referensi yang menunjang dalam penulisan skripsi ini.

8. Keluarga besar Alm. Karso Dimulyo (kakek) dan keluarga besar Alm. Pujowinoto (kakek) yang telah memberikan pengorbanan yang tak terhitung nilainya dan tak terbalas bagi penulis.

9. Teman-teman sejawat jurusan PAI angkatan 2011, khususnya sahabat TWO PAI (PAI B) yang selalu ada untuk menemani membimbing dan terus memberikan semangat kepada penulis.

10.Kepada sahabat yang selalu sedia untuk memberikan nasehat, arahan, serta semangatnya untuk penulis, yaitu: Atik Ulfah Adawiyah, Ima

Malia, Mustika Wenny, Desni Purwanti, Syifa Aulia, Rif’ah Awaliyah, Ade Firda Mas’ud, yang sama-sama menempuh studi pada jurusan PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11.Teman-teman Fathurrohmah Aviciena S.Pd.I, Achmad Widadi, Uswatun Hasanah S.Pd, Nining Astriani dan Akmal Nurullah, yang telah memberikan bimbingan, masukkan dan motivasi kepada penulis. 12.Kepada sahabat yang selalu sedia untuk memberikan nasehat, arahan,

serta semangatnya untuk penulis, yaitu: Lintang Nawang Wulan Amd, Sumarti Amd.Keb, Wiji Lestari Amd, Turfi Yanti S.E, Nurul Ajeng Pitaloka S.E, Neneng Winarsih dan Elina Sari, yang selalu


(11)

v

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan pahala dan rahmat Allah SWT. Dan semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Âmîn Yâ Robbal `Âlâmîn.

Jakarta, 15 Oktober 2015


(12)

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB

LATIN

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Konsonan Tunggal

No. Huruf Arab Huruf Latin No. Huruf Arab Huruf Latin

1 ا Tidak

dilambangkan

16 ط ţ

2 b 17 ظ ť

3 t 18 ع ‘

4 ś 19 غ ġ

5 ج j 20 ف f

6 ح h 21 ق q

7 kh 22 k

8 د d 23 ل l

9 ż 24 م m

10 ر r 25 ن n

11 ز z 26 و w

12 س s 27 h

13 ش sy 28 ء `

14 ص ş 29 ي y

15 ض đ 30 ة h

2. Vokal Tunggal

Tanda Huruf Latin

ـ a

ـ i


(13)

3. Vokal Rangkap

Tanda dan Huruf Huruf Latin

ْيـ ai

ْوــ Au

4. Mâdd

Harakat dan Huruf Huruf Latin

اــ â

ْيــ î

ْوــ ȗ

5. Tâ’ Marbuţah

Tâ’ Marbuţahhidup translitrasinya adalah /t/.

Tâ’ Marbuţahmati transliterasinya adalah /h/.

Jika pada suatu kata yang akhir katanya adalah Tâ’ Marbuţah diikuti oleh kaya sandang al, serta kata kedua itu terpisah maka Tâ’ Marbuţah itu ditransliterasikan dengan /h/.

Contoh:

ح دي حلا ي و نا

ا = hadîqat al-hayawânât atau hadîqatul hayawânât

لا ْد ر س ْلا ْبإ د ئا

ي = al-madrasat al-ibtidâ`iyyâh atau al-madrasatul

ibtidâ`iyyâh

6. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah/tasydid ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah (digandakan).

مَلع Ditulis ‘allama

رِّ ي Ditulis yukarriru

7. Kata Sandang

a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sambung/hubung.


(14)

viii

Contoh:

ةاَّلا= aş-şalâtu

b. Kata sandang diikuti dengan hufuf Qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

قلفلا= al-falaqu

8. Penulisan Hamzah

a. Bila hamzah terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan dan ia seperti alif, contoh:

ْلكأ= akaltu ي ْوأ = ȗtiya

b. Bila di tengah dan di akhir, ditransliterasikan dengan aprostof, contoh:

نولكأ = ta’kulȗna ٌئْيش = syai`un

9. Huruf Kapital

Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata sandangnya. Contoh:

نآّ لا = al-Qur`ân


(15)

ix

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI UJI REFENSI

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Acuan Teori ... 10

1. Nilai Pendidikan Akhlak a. Pengertian Nilai Pendidikan Akhlak ... 10

b. Sumber-Sumber Pendidikan Akhlak ... 15

c. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Akhlak ... 18

2. Adil dalam Al-Qur’an a. Pengertian Adil ... 21

b. Ragam Makna Adil ... 23

c. Macam-Macam Adil ... 25

d. Manfaat Bersikap Adil ... 28


(16)

x

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian ... 31

B. Metode Penelitian ... 31

C. Fokus Penelitian ... 33

D. Prosedur Penelitian ... 33

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90 dan Al-Maidah Ayat 8 ... 36

1. Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90 a. Teks Ayat dan Terjemahnya ... 36

b. Sejarah Surat An-Nahl ... 36

c. Mufradat ... 37

d. Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90 ... 39

2. Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 8 a. Teks Ayat dan Terjemahnya ... 46

b. Sejarah Surat Al-Maidah Ayat 8 ... 47

c. Mufradat ... 47

d. Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 8 ... 48

B. Analisis Nilai Pendidikan Adil dalam Surat An-Nahl Ayat 90 dan Al-Maidah Ayat 8 ... 54

1. Analisis Nilai Pendidikan Adil dalam Surat An-Nahl Ayat 90 ... 54

2. Analisis Nilai Pendidikan Adil dalam Surat Al-Maidah Ayat 8 ... 58

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(17)

1

A.

Latar Belakang Masalah

“Al-Qur`ân adalah kalam atau Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang pembacaannya merupakan suatu ibadah”.1 Al-Qur`ân adalah sumber utama dalam ajaran Islam dan merupakan pedoman hidup bagi setiap muslim. Al-Qur`ân bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, bahkan hubungan manusia dengan alam yang ada disekitarnya.

Al-Qur`ân menyimpan berbagai mutiara yang sangat berharga dan jika dianalisis lebih mendalam akan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Diantara mutiara tersebut yaitu tentang pendidikan akhlak yang baik. Untuk mengetahui pendidikan akhlak yang terkandung dalam al-Qur`ân kita harus memahami isi al-Qur`ân dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan sungguh-sungguh.

Perhatian al-Qur`ân terhadap pendidikan akhlak dapat dibuktikan dengan adanya beberapa hal penting, sebagaimana pendapat Abudin Nata sebagai berikut: 1. Dalam al-Qur`ân menyebutkan tentang berbagai macam perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk. 2. Salah satu tujuan al-Qur`ân yaitu membimbing manusia agar berakhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk. Al-Qur`ân telah memberikan cara-cara melaksanakannya melalui sosok para nabi dan rasul serta orang-orang teladan yang terdapat dalam al-Qur`ân. 3. Al-Qur`ân menjelaskan serta memberikan dorongan berupa pahala bagi orang yang berakhlak mulia dan siksa bagi orang yang berakhlak buruk.2

1Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an,Terj. Mudzakir, (Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 2011), h. 17.

2Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif al-Qur’an, (Jakarta: UIN Press, 2005), cet. 1, h. 84.


(18)

2

Pendidikan akhlak dalam Islam sudah tertulis jelas didalam surat al-Qalam ayat 4:











“dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

Demikian pula diutusnya Nabi Muhammad SAW yaitu untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak yang mulia. Salah satu pendidikan akhlak yang Rasulullah serukan kepada umat manusia yaitu berlaku adil. Beliau mengajak umat manusia untuk berhias diri dengan keadilan agar tercipta rasa saling mencintai antar sesama umat manusia. Beliau bersabda :

Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW

bersabda, “sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil di sisi Allah

laksana berada di atas mimbar yang terbuat dari cahaya. Mereka itu orang-orang yang berlaku adil dalam memberikan hukum kepada keluarga dan

rakyat yang mereka kuasai (perintah)”. (HR Muslim)3

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup bersama dalam suatu komunitas masyarakat dengan jangka hidup dan waktu yang tidak sebentar. Sebagai mahkluk sosial, manusia harus bisa berinteraksi dengan manusia lainnya di mana pun dia berada, baik dilingkungan keluarga, madrasah/sekolah maupun di lingkungan masyarakat sekitar karena manusia tidak dapat hidup sendiri, mengingat ia bukanlah makhluk individual. Sehingga masih sering terjadi konflik sosial di antara mereka, seperti memunculkan tindakan-tindakan yang menyimpang dari nilai-nilai dan

3Imam Nawawi, Shahih Riyadhush-Shalihin I, Terj. dari Riyadhush-Shalihin oleh Team KMCP, (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), h.516-517


(19)

norma-norma yang berlaku di masyarakat serta tidak sesuai dengan akhlak terpuji. Dalam menindak lanjuti penyimpangan tersebut masyarakat tidak boleh main hakim sendiri, hakim harus memutuskan dengan sikap adil. Oleh karenanya keadilan dalam kehidupan sangatlah penting untuk ditegakkan. Hidup manusia memiliki dua peraturan yang harus dipatuhi yaitu ketentuan syariat ajaran Islam dan peraturan dari pemerintah melalui UUD. Siapa saja yang melanggar syariat Islam maka ia akan mendapat balasan dari Allah SWT dan siapa saja yang melanggar aturan UUD maka ia akan mendapatkan sanksi.

Meskipun UUD telah ditetapkan namun masih saja terdapat kasus hukum yang dirasakan tidak adil. Baru-baru ini terdapat putusan hakim yang dirasakan oleh masyarakat tidak adil, seperti dikutip dari sumber berita

Trimbun Nasional “persidangan gugatan perdata senilai Rp 7,9 triliun dalam kasus kebakaran hutan dan lahan di konsesi PT BMH yang digelar Rabu (30/12/2015), majelis hakim menyatakan bahwa gugatan pemerintah

ditolak”.4

Sementara pada “kasus Asyani dijatuhkan vonis satu tahun penjara dengan masa percobaan 15 bulan kepada nenek Asyani karena kasus

pencurian 7 batang kayu milik Perum Perhutani setempat”.5

Kedua contoh kasus hukum tersebut dirasakan tidakadil oleh masyarakat. Sebagai hakim yang adil seharusnya dapat memutuskan sesuai denga peraturan yang telah ditetapkan.

Keadilan adalah sesuatu yang abstrak, karena kata adil sulit untuk diungkapkan dan dideskripsikan. Terkadang makna adil dikaitkan dengan hukum, memberikan sesuatu sesuai hak-hak setiap individu, tidak berat sebelah atau tidak memihak kepada salah satu pihak, mengetahui hak dan kewajiban, mengerti mana yang benar dan yang salah, bertindak jujur dan

4Srihandriatmo Malau, Trimbun News Putusan Hakim Parlas Nababan (5 Januari 2016), diakses pada hari sabtu (9-1-2016) pukul 08.00,

(http://m.trimbunnews.com/nasional/2016/01/05dpr-menilai-putusan-hakim-parlas-nababan-tak-adil-bagi-masyarakat-korban-pembakaran-lahan)

5Siwi Yunita Cahyaningrum, Putusan Vonis Nenek Asyani (23-04-2015diakses pada hari sabtu (9-1-2016) pukul 08.10 (http://m.trimbunnews.com/regional/2015/04/23/divonis-bersalah-nenek-asyani-tidak-adil-pak-hakim)


(20)

4

tetap menurut peraturan yang telah ditetapkan. Keadilan merupakan nilai-nilai kemanusiaan asasi dan menjadi pilar bagi berbagai aspek kehidupan, baik individual, keluarga, dan masyarakat.

Adil juga merupakan satu kata yang mudah diucapkan, tetapi berat untuk ditegakkan. Kata ini berbentuk kata benda tetapi maknanya adalah kata kerja yang mempunyai berbagai macam pengertian. Hal ini mengindikasikan adanya perintah untuk menegakkan dan berlaku adil kepada setiap orang. Selain masalah keadilan dalam bidang hukum seperti yang telah dijelaskan sebelumnya keadilan juga banyak terjadi di dalam dunia pendidikan. Di Indonesia memperoleh pendidikan diwajibkan bagi setiap orang selama 12 tahun dari mulai tingkatan SD/MI (6 tahun), SMP/MTS (3 tahun), SMA/MA (3 tahun). Sebagaimana telah tercantum pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2, Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.6 Tetapi pada kenyataannya didalam penerapan pemerataan wajib belajar yang diterapkan oleh pemerintah itu sendiri belumlah merata, kita dapat melihat masih ada orang-orang yang belum pernah merasakan pendidikan. Hal ini dikarenakan biaya hidup yang tinggi dan biaya sekolah yang masih belum bisa dijangkau oleh sebagian orang.

Di daerah pedalaman pedesaan pendidikan juga belum bisa merata, mungkin hanya sebagian orang yang bisa merasakannya. Padahal banyak anak-anak di daerah pedalaman atau daerah perbatasan yang membutuhkan pendidikan formal. Untuk sampai kesekolah dan belajar mereka harus rela berjalan melewati hutan dan menyebrangi sungai yang jaraknya sangat jauh dari tempat tinggalnya.

Selain pemerataan permerintah sebaiknya juga memperhatikan penyamarataan dunia pendidikan. Masih ada beberapa lembaga pendidikan yang berbeda antara satu dengan lain, yang dikenal dengan sekolah unggulan dan non unggulan. Hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan yang sangat

6Redaksi Blue Shop Media, UUD’45 & Perubahannya, (Jakarta: Blue Shop Media, 2010), cet. 1, h. 54.


(21)

mencolok dari lembaga itu sendiri yaitu dari segi fisik bangunan, sarana dan prasarana serta kelengkapan didalam penunjang pembelajaran. Sebaiknya pemerintah dalam hal ini perlu melakukan penyamarataan dalam pendidikan antara satu dengan yang lain agar tidak terlihat seperti ada kasta-kasta didalam dunia pendidikan. Sehingga setiap orang dapat merasakan pendidikan dengan kualitas yang baik. Sebagaimana terdapat dalam Pasal 5 ayat (1), (3) dan (5) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, secara umum menjelaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Setiap warga negara berhak untuk mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hidup.7

Sebaiknya pemerintah dapat mengambil langkah cepat dalam mengatasi persoalan-persoalan ketidakadilan didalam dunia pendidikan di Indonesia. Usaha yang telah dilakukan pemerintah antara lain dengan memberikan dana BOS, beasiswa untuk peserta didik miskin serta Kartu Jakarta Pintar. Namun usaha-usaha tersebut justru menimbulkan ketidakadilan, seperti dalam pelaksanaannya masih ada kesalahan dalam pendataan pemberian beasiswa maupun KJP. Masih ada beasiswa yang diberikan tidak hanya kepada orang yang tidak mampu tetapi juga kepada yang mampu, bahkan masih ada peserta didik tidak mampu yang tidak mendapatkan bantuan. Sebagaimana penjelasan Gubernur DKI Jakarta “penerima KJP meleset 19,4 persen dari total 405 ribu penerima KJP tahun 2013. Hal ini terjadi karena penerima KJP ternyata tidak sesuai dengan kriteria penerima KJP sesuai dengan Juknis

(petunjuk teknis) KJP”.8

Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa ajaran Islam menyerukan untuk berlaku adil, apalagi menyangkut pendidikan yang merupakan suatu hal penting bagi setiap orang. Keadilan itu sendiri merupakan salah satu sifat

7Dihimpun oleh Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional: (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2013), h. 8.

8Widi Ananta, Kartu Jakarta Pintar, (Jakarta: Liputan 6, 01 April 2014), diakses pada tanggal 22-Juni-2015, 10.00, (http://news.liputan6.com/read/2030729/tuntaskan-masalah-kjp-ahok-gandeng-icw-dan-kpk)


(22)

6

yang harus ada pada setiap orang. Karena jika ia mampu berlaku adil untuk dirinya, maka ia akan mampu berlaku adil untuk orang lain.

Di dalam al-Qur`ân terdapat ayat-ayat yang membahas tentang perbuatan adil, diantaranya yaitu firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 90 :











































“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran

kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

Ayat diatas menerangkan tentang berlaku adil dalam bersikap, ucapan dan tindakan terhadap diri sendiri maupun orang lain. Ayat diatas dinilai oleh para mufassir sebagai ayat yang sempurna dalam penjelasan segala aspek kebaikan. Sebagaimana pendapat Ath-Thabari yang dikutip oleh Muhammad Ahmad Isawi, bahwa:

Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Jarir menceritakan kepada kami dari Manshur dari Asy-Sya’bi dari Syutair bin Syakl, ia berkata: Aku mendengar Abdullah berkata, Sesungguhnya ayat yang paling lengkap dalam al-Qur`ân tentang kebaikan atau keburukan adalah surah an-Nahl

ن

سْحإْلاو لْدعْلابرمْأي ها َّإ

(Sesungguhnya Allah menyuruh

[kamu] berlaku adil dan berbuat kebajikan).9

Mempelajari ayat tersebut sangat penting untuk dijadikan sebagai pedoman bagi kita semua dalam perbuatan dan pembinaan akhlak mulia. Karena pada dasarnya manusia merupakan homo educandum atau manusia yang dapat dididik dan mempunyai akal pikiran, sehingga manusia dapat melaksanakan akhlak mahmudah (apa yang diperintahkan) dan menjauhi akhlak mażmumah (apa yang dilarang) oleh Allah SWT. Mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama mutlak diperlukan dalam setiap sendi kehidupan, sehingga dapat berguna bagi sesama manusia dalam upaya mencapai ridho

9Muhammad Ahmad Isawi, Tafsir Ibnu Mas’ud: Studi tentang Ibnu Mas’ud dan Tafsirnya, Terj. Ali Murtadho Syahudi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), cet. 1, h. 644.


(23)

Allah. Begitupun ayat diatas perlu diaplikasikan agar manusia dapat berbuat adil dalam setiap sendi kehidupan baik dari sikap, ucapan dan tidakan.

Selain surat an-Nahl ayat 90 masih banyak lagi surat dan ayat yang membahas tentang keadilan. Diantaranya yaitu surat al-Mâ`idah ayat 8 sebagai berikut:









































“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh nilai-nilai pendidikan akhlak tentang adil yang terdapat dalam surat an-Nahl ayat 90. Oleh karena itu penulis akan membahasnya dengan judul

Nilai Pendidikan Akhlak Tentang Sikap Adil dalam Perspektif Al-Qur`ân (Kajian Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90 dan Al-Mâ`idah Ayat 8)”.

B.

Identifikasi Masalah

1. Masih ada orang yang belum memahami makna dari nilai pendidikan akhlak tentang sikap adil dalam perspektif al-Qur`ân, seperti yang terkandung dalam surat an-Nahl ayat 90 dan al-Mâ`idah ayat 8.

2. Masih ada masalah-masalah tentang keadilan yang terjadi di bidang hukum dan dalam dunia pendidikan.

3. Ketidakadilan dalam dunia pendidikan salah satunya tidak meratanya bantuan untuk infrastruktur yang memadai dan tidak meratanya beasiswa untuk siswa kurang mampu.


(24)

8

C.

Pembatasan Masalah

Pembahasan tentang adil sangat banyak dan aspek-aspek yang terkait dengannya sangat luas. Seperti berlaku adil ketika menjadi seorang pemimpin, menegakkan hukum, melerai dua orang yang berselisih sehingga tidak memihak kepada salah satu dari keduanya, menjadi saksi.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis akan membatasi pada penafsiran surat an-Nahl ayat 90 dan surat al-Mâ`idah ayat 8 untuk mengetahui makna adil yang terkandung didalamnya. Maka permasalahan pada penelitian ini akan dibatasi pada “Nilai Pendidikan Akhlak Tentang Sikap Adil dalam Prespektif Al-Qur`ân (Kajian Tafsir Surat an-Nahl ayat 90 dan al-Mâ`idah ayat 8)”.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana nilai pendidikan akhlak tentang sikap adil dalam prespektif al-Qur`ân (kajian tafsir surat an-Nahl ayat 90)?

2. Bagaimana nilai pendidikan akhlak tentang sikap adil dalam prespektif al-Qur`ân (kajian tafsir surat al-Mâ`idah ayat 8)?

E.

Tujuan Penelitian

Secara sederhana, tujuan merupakan target yang diharapkan akan tercapai setelah melakukan sebuah pekerjaan tertentu. Jika target itu tercapai, maka pekerjaan tersebut layak dikatakan berhasil. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini, diantaranya untuk:

1. Mengetahui nilai pendidikan akhlak adil prespektif al-Qur`ân (kajian tafsir surat an-Nahl ayat 90).

2. Mengetahui nilai pendidikan akhlak adil prespektif al-Qur`ân (kajian tafsir surat al-Mâ`idah ayat 8).


(25)

F.

Manfaat Hasil Penelitian

1. Dapat mempelajari dan memahami al-Qur`ân sebagai petunjuk dan pedoman hidup manusia agar ajaran-ajarannya dapat direalisasikan dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari.

2. Memberikan pengetahuan yang lebih mendalam tentang nilai pendidikan akhlak adil prespektif al-Qur`ân.

3. Sebagai referensi bagi masyarakat untuk mengkaji nilai pendidikan akhlak adil prespektif al-Qur`ân, serta membuka kemungkinan adanya penelitian lebih lanjut dan peninjauan kembali dari hasil penelitian ini.

4. Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(26)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Acuan Teori

1.

Nilai Pendidikan Akhlak

a.

Pengertian Nilai Pendidikan Akhlak

Istilah nilai pendidikan akhlak terdiri dari tiga kata yaitu nilai, pendidikan dan akhlak. Agar bisa memahami lebih dalam maka penulis akan sampaikan uraian arti dari masing-masing kata tersebut. Kata nilai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “harga atau sifat-sifat hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan”.1

Sedangkan menurut Moh. Toriquddin “nilai merupakan sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang menyenangkan, singkatnya sesuatu yang baik. Nilai selalu mempunyai konotasi positif”.2 Nilai sendiri berasal dari bahasa inggris value termasuk bidang kajian filsafat. Persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari salah satu cabang filsafat yaitu filsafat nilai (Axiology Theory of

Value). Aksiologi merupakan suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai berupa tindakan moral dan estetika dalam kehidupan manusia, selanjutnya nilai tersebut ditanamkan dalam kepribadian anak.3 Filsafat juga sering diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai.

Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu. Nilai adalah harga atau kualitas sesuatu. Artinya, sesuatu dianggap memiliki nilai apabila sesuatu tersebut secara instrinsik memang berharga. Salah satu cara yang sering

1Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), cet. 4, h. 963.

2Moh. Toriquddin, Sekularitas Tasawuf : Membumikan Tasawuf dalam Dunia Modern, (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), cet. 1, h. 3.

3Jalaluddin & Abdullah, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Gaya Media Pratama, 2012), cet. 2, h. 125-126.


(27)

digunakan untuk menjelaskan apa itu nilai adalah memperbandingkannya dengan fakta.4

Nilai dapat dipandang sebagai sesuatu yang berharga, memiliki kualitas, baik itu kualitas tinggi atau kualitas rendah. Dari uraian-uraian pengertian nilai diatas, maka Notonegoro sebagaimana dikutip oleh Kaelan, menyebutkan adanya 3 macam nilai, yaitu sebagai berikut :

1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia.

2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.

3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna untuk rohani manusia. Nilai kerohanian meliputi sebagai berikut:

a) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta manusia).

b) Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan (emotion) manusia.

c) Nilai kebaikan atau nilai yang bersumber pada unsur kehendak manusia.

d) Nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.5

Sesuai dengan penjelasan di atas maka penulis dapat memahami bahwa nilai ialah suatu hal yang menjadi ukuran atas suatu tindakan. Nilai dapat dipandang sebagai sesuatu yang berharga, memiliki kualitas, baik itu kualitas tinggi atau kualitas rendah.

Selanjutnya pengertian pendidikan, menurut Yatimin Abdullah

“pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dalam arti luas pendidikan baik formal maupun informal meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia tempat mereka hidup”.6

4Moh. Toriquddin, op.cit., h. 4.

5Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2008), cet. 9, h. 89.

6M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007), cet. 1, h. 21.


(28)

12

Menurut Sudirman sebagaimana di kutip oleh Hasbullah menjelaskan bahwa:

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau pedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.7

Menurut Ahmad Tafsir pendidikan ialah “pengembangan pribadi dalam semua aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati”.8

Menurut Mortiner J. adler sebagaimana dikutip oleh Arifin,

mengatakan bahwa pendidikan adalah “proses dengan mana semua

kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu kebiasaan yang baik”.9

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan

sebagai “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

7Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2013), cet. 11, h. 1. 8Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet. 7, h. 26.


(29)

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.10

Dari definisi-definisi di atas, penulis dapat memahami bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar oleh pendidik untuk mengembangkan jasmani dan rohani peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan menuju terbentuknya kepribadian dalam diri peserta didik menuju peranannya dimasa yang akan datang, agar nantinya peserta didik menjadi manusia yang bertanggung jawab.

Beralih ke definisi akhlak. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa dalam “kamus besar bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan”.11Jamil Shaliba sebagaimana dikutip oleh Moh. Ardani menjelaskan bahwa “kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama”.12

Dedi Supriyadi menjelaskan dalam bukunya Pengantar Filsafat Islam, bahwa:

Menurut etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab (

قاخا

) bentuk jamak dari mufradnya khuluq

(

قلخ)

yang artinya budi pekerti

.

Sinonimnya adalah etika dan moral. Etika berasal dari bahasa latin, yaitu etos yang berarti kebiasaan. Sedangkan moral berasal dari kata mores yang berarti kebiasaannya. Menurut terminology, kata budi pekerti terdiri atas budi dan pekerti. Budi ialah yang ada pada manusia, berhubungan dengan kesadaran, dan didorong oleh pemikiran, rasio, yang disebut karakter. Sedangkan pekerti ialah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh perasaan hati, yang disebut behaviour. Jadi, budi pekerti adalah perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada tingkah laku manusia.13

10Dihimpun oleh Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional: (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2013), h. 3.

11M.Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat,(Bandung: Mizan, 1996), cet. 6, h. 253.

12Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf, (Jakarta: Karya Mulia, 2005), cet. 2, h. 25.

13Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam:Lanjutan Teori dan Praktik, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2010), cet. 1, h. 91.


(30)

14

Pengertian akhlak menurut istilah yang dikemukakan oleh para tokoh, antara lain:

Menurut konsepsi Ibn Maskawaih yang dikutip oleh Ahmad

Daudy, akhlak adalah “suatu sikap mental (hâlun li al- nafs) yang mendorongnya untuk berbuat, tanpa berpikir dan pertimbangan. Keadaan atau sikap jiwa ini terbagi kepada dua: ada yang berasal dari watak dan ada yang berasal dari kebiasaan dan latihan”.14

Imam al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Mahjuddin mengatakan bahwa :

Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam pada jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan; tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama). Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak terpuji. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk.15

Menurut Abuddin Nata: Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri seseorang yang telah mendarah daging dan melekat dalam jiwa, maka pada saat akan mengerjakan perbuatan tersebut sudah tidak lagi memerlukan pertimbangan dan pemikiran.16

Menurut Abdul Hamid yang dikutip oleh Yatimin Abdullah:

“Akhlak ialah ilmu tentang keutamaan yang harus dilakukan dengan

cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan, dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya kosong (bersih) dari segala bentuk keburukan”.17

Sedangkan menurut Hamzah Ya’qub yang dikutip oleh Yatimin

Abdullah: “Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik

14Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), cet. 3, h.61.

15Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I Mu’jizat Nabi, Karamah Wali, dan Ma’rifah Sufi, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), cet. 1, h. 4.

16Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), cet. 13, h. 4.


(31)

dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin”.18

Apabila diperhatikan dengan seksama, terlihat bahwa seluruh definisi akhlak yang telah dijelaskan di atas tidaklah bertentangan, melainkan saling melengkapi, yakni suatu sikap yang tertanam kuat dalam jiwa yang terlihat dalam perbuatan lahiriah, sikap tersebut dilakukan tanpa memerlukan pemikiran lagi karena sudah menjadi sebuah kebiasaan.

Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak bermanfaat.

Dari definisi nilai, pendidikan dan akhlak di atas, maka dapat dikatakan bahwa pengertian nilai pendidikan akhlak ialah suatu hal yang menjadi ukuran atas suatu tindakan yang dilakukan oleh pendidik untuk membentuk budi pekerti yang baik pada peserta didik dengan dasar al-Qur`ân dan al-Hadis Rasulullah sehingga terbentuk manusia yang taat kepada Allah SWT.

b.

Sumber-Sumber Pendidikan Akhlak

1) Al-Qur`ân

Al-Qur`ân adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia. Sebagaimana firman Allah SWT surat al-Baqarah ayat 185 di bawah ini:


(32)

16







































....

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”.

Al-Qur`ân merupakan sumber utama pendidikan akhlak dalam Islam, sebagaimana pendapat Mohammad Daud Ali yang menjelaskan bahwa:

Al-Qur`ân adalah sumber agama (juga ajaran) Islam yang pertama dan utama menurut keyakinan umat Islam yang diakui kebenarannya oleh penelitian ilmiah, al-Qur`ân adalah kitab suci yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama benar dengan yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekkah kemudian di Madinah. Tujuannya untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia ini dan dikebahagiaan di akhirat kelak.19

Sedangkan Muhammad Alim menjelaskan bahwa kitab Suci al-Qur`ân mempunyai isi kandungan yang terdiri dari tiga kerangka besar, yaitu: pertama, soal akidah. Kedua, soal syariah. Ini terbagi menjadi dua pokok, yaitu ibadah, hubungan manusia dengan Allah dan mu’âmalah, hubungan manusia dengan sesama manusia. Ketiga, soal akhlak yaitu etika, moralitas, budi pekerti dan segala sesuatu yang termasuk didalamnya.20

Al-Qur`ân menduduki posisi terdepan dalam pengambilan sumber-sumber pendidikan termasuk pendidikan akhlak. Segala proses dan kegiatan pendidikan akhlak haruslah senantiasa berorientasi kepada prinsip-prinsip dan nilai-nilai al-Qur`ân.

19Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2008), h. 93. 20Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), cet. 2, h.180.


(33)

2) Al-Hadis

Sumber pendidikan akhlak setelah al-Qur`ân adalah al-Hadis. Sebagaimana pendapat Mohammad Daud Ali yang mengatakan

bahwa “al-Hadis adalah sumber kedua agama (juga ajaran) Islam. Sunnah Rasul yang kini terdapat dalam al-Hadis merupakan penafsiran serta penjelasan otentik (sah, dapat dipercaya sepenuhnya) tentang al-Qur`ân”.21

Terdapat tiga jenis hadis atau sunnah, yaitu qawl atau perkataan Nabi SAW, Fi’il atau perbuatan Nabi SAW dan Taqrir atau sikap diam Rasulullah sebagai persetujuan dari tindakan orang lain.22 Tingkah laku Nabi Muhammad SAW merupakan contoh suri tauladan bagi umat manusia. Nabi Muhammad SAW diutus untuk meperbaiki manusia sehingga tercipta ketentraman, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Ahzab ayat 21 sebagai berikut:



























Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.

Dari hadiś tersebut di atas dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta pendidikan akhlak mulia yang harus diteladani adalah Rasullah SAW agar menjadi manusia yang hidup sesuai dengan tuntutat syariat, yang bertujuan untuk kemaslahatan serta kebahagiaan umat manusia. Rasullah SAW adalah contoh serta teladan bagi umat manusia yang mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai akhlak yang sangat mulia kepada umatnya.

Mengingat kebenaran al-Qur`ân dan al-Hadis adalah mutlak, maka setiap ajaran yang sesuai dengan al-Qur`ân dan al-Hadis harus

21Mohammad Daud Ali, op.cit., h. 110. 22Muhammad Alim, op.cit., h. 188.


(34)

18

dilaksanakan dan apabila bertentangan maka harus ditinggalkan. Dengan demikian berpegang teguhlah kepada al-Qur`ân dan al-Hadis agar terhindar dari kesesatan. Sebagaimana firman Allah SWT surat an-Nisâ ayat 59 di bawah ini:



























































“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (al- Qur`ân) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa Qur`ân dan al-Hadis adalah pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlak mahmudah dalam ajaran Islam. Al-Qur`ân dan al-Hadis adalah ajaran yang paling mulia dari segala ajaran manapun hasil renungan dan ciptaan manusia. Sehingga telah menjadi keyakinan (akidah) Islam bahwa akal dan naluri manusia harus tunduk mengikuti petunjuk dan pengarahan al-Qur`ân dan al-Hadis. Maka dari pedoman itulah diketahui kriteria mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk.

c.

Tujuan dan Manfaat Pendidikan Akhlak

1) Tujuan Pendidikan akhlak

Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang berproses dan terencana sudah tentu mempunyai tujuan. Tujuan tersebut berfungsi sebagai titik pusat perhatian dalam melaksanakan kegiatan serta sebagai pedoman guna mencegah terjadinya penyimpangan dalam kegiatan.


(35)

Setiap usaha yang dilakukan secara sadar oleh manusia, pasti tidak terlepas dari tujuan. Demikian halnya dengan tujuan pendidikan akhlak, tidak berbeda dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Tujuan tertingginya ialah mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Muhammad „Atiyyah al-Abrâsyî mengatakan bahwa tujuan

pendidikan akhlak adalah “untuk membentuk orang-orang yang bermoral baik, berkemauan keras, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci”.23 Sedangkan yang dikutip oleh Ahmad Daudy dari kitab Risalah

fit-Tanbih `Ala Subuli `a-Sa’adah karangan al-Farabi, yaitu :

“akhlak bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahakan oleh setiap manusia untuk memperoleh kebahagiaan. Jika seseorang tidak memiliki akhlak yang terpuji, ia dapat memperolehnya dengan adat kebiasaan”.24

Menurut Ahmad Amin sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata mengatakan bahwa:

Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang baik dan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pendidikan akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk.25

Dengan demikian, tujuan pendidikan akhlak adalah untuk membuat peserta didik mampu berperilaku dengan baik sesuai dengan ajaran al-Qur`ân dan al-Hadis. Pendidikan akhlak yang

23Muhammad Aţiyyah al-Abrâsyî, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 109.

24Ahmad Daudy, op.cit., h. 47. 25Abuddin Nata, op.cit., h. 11-13.


(36)

20

sesuai dengan al-Qur`ân dan al-Hadis diharapkan dapat mencapai kebahagiaan dan kedamaian hidup umat manusia di dunia, serta kebahagiaan hidup di akhirat.

2) Manfaat Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak dapat membuka mata hati seseorang untuk mengetahui yang baik dan buruk, memberikan pengertian apa manfaat jika berbuat baik dan apa pula bahayanya jika berbuat kejahatan. Orang yang baik akhlaknya maka hidupnya akan bahagia dan membahagiakan karena hatinya tenang, riang dan senang.

Menurut Mustofa orang yang berakhlak karena ketakwaan kepada Tuhan maka dapat menghasilkan kebahagiaan, antara lain:

a) Mendapat tempat yang baik di dalam masyarakat. b) Akan disenangi orang dalam pergaulan.

c) Akan dapat terpelihara dari hukuman yang sifatnya manusiawi dan sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.

d) Orang yang bertakwa dan berakhlak mendapat pertolongan dan kemudahan dalam memperoleh keluhuran, kecukupan, dan sebutan baik.

e) Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala penderitaan dan kesukaran.26

Setiap orang dalam hidupnya bercita-cita memperoleh kebahagiaan sebagaimana telah disebutkan di atas. Namun untuk memperoleh kebahagiaan tersebut tidaklah mudah, manusia harus mampu membedakan mana yang baik untuk dikerjakan dan meninggalkan hal-hal yang buruk. Orang yang dapat berpegang pada kebaikan dan meninggalkan keburukan, maka sesungguhnya ia berada dijalan yang lurus dan termasuk orang-orang yang beruntung.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Mustofa dalam bukunya Akhlak Tasawuf menjelaskan bahwa :


(37)

Seseorang yang mendapatkan kebahagiaan karena akibat tindakan yang baik dan benar, dan berakhlak baik maka akan memperoleh:

a) Irsyâd : Artinya dapat membedakan antara amal yang baik dan amal yang buruk.

b) Taufîq : Perbuatan kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW dan dengan akal yang sehat.

c) Hidâyah : Berarti seseorang akan gemar melakukan yang baik dan terpuji serta menghindari yang buruk dan tercela.27 Dengan demikian manfaat dari pendidikan akhlak atau mempelajari akhlak yakni untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Untuk mencapai kebahagiaan tersebut manusia harus mampu membedakan perbuatan yang baik dan buruk sesuai dengan tuntunan dari al-Qur`ân dan al-Hadis, dengan demikian manusia akan memperoleh irsyâd, taufîq dan hidâyah.

2.

Adil dalam Al-Qur`ân

a. Pengertian Adil

Keadilan berasal dari kata dasar adil yang diserap dari kata berbahasa Arab ‘adl . Secara literal, kata ‘adl adalah bentuk masdar

dari kata kerja „adala –ya’dilu – ‘adlan –wa ‘udûlan – wa ‘adûlatan. Rangkaian huruf-huruf tersebut mengandung makna yang bertolak belakang, yakni lurus atau sama, dan bengkok atau berbeda.28

Dalam Tafsir Al-Misbah kata (

لدعلا

) al-‘adl terambil dari kata (

لدع

) „adala yang terdiri dari huruf-huruf „ain, dâl, dan lâm. Rangkaian huruf ini mengandung dua makna yang bertolak belakang, yakni lurus dan samaserta bengkok dan berbeda.29

27Ibid., h. 27.

28Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik:Hukum, Keadilan dan Hak Asasi Manusia: Tafsir Al-Qur’an Tematik, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010), cet. 1, h. 4. 29M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Vol. 6, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 698.


(38)

22

Sedangkan dalam buku Terjemahan Tafsir Al-Maragi

لْدعْلا

“secara bahasa berarti persamaan dalam segala perkara, tidak lebih dan tidak kurang”.30

Selanjutnya menurut kamus Besar Bahasa Indonesia kata adil yaitu sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak.31 Secara etimologis, adil berasal dari kata al-‘adl berarti tidak berat sebelah, tidak memihak. Secara terminologis, “adil adalah mempersamakan sesuatu dengan yang lain, baik dari segi nilai maupun dari segi ukuran sehingga sesuatu itu tidak berat sebelah dan tidak berbeda”.32

Adil di dalam al-Qur`ân diungkapkan dalam berbagai bentuk diantaranya: al-‘adl, al-Qisth dan al-Mizan. ‘Adl yang berarti sama, memberi kesan adanya dua pihak atau lebih. Qisth arti asalnya adalah bagian (yang wajar dan patut). Mizan berasal dari akar kata wazn yang berarti timbangan. 33

Kata ‘adl yang ada dalam berbagai bentuk dijumpai sebanyak 28 kali. Kata ‘adl dalam bentuk aslinya disebutkan 13 kali yakni pada QS Baqarah: 48, 123, dan 282 (dua kali), QS an-Nisa: 58, QS al-Maidah: 95 (Dua kali) dan 106, QS al-An’am: 70, QS an-Nahl: 76 dan 90, QS al-Hujurat: 9 serta QS at-Talaq: 2.34

Sesuai dengan penjelasan diatas maka penulis dapat memahami bahwa adil ialah menempatkan sesuatu pada tempatnya yakni dilakukan dengan tidak memihak ataupun berat sebelah antara satu dengan yang lainnya.

30Ahmad Mustafa Al Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, Terj. dari Tafsir Al-Maragi oleh Bahrun Abu Bakar, dkk, Jilid. 14, (Semarang: CV. Toha Putra Semarang, 1992), cet. 2, h. 233. 31Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi Keempat, op.cit., h. 10.

32Bachrul Ilmy, Pendidikan Agama Islam untuk SMK Kelas XII, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2011), h. 38.

33M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, op.cit., h. 111-112.

34Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an Tematik, Vol. 9, (Jakarta: Kamil Pustaka, 2014), cet. 1, h. 4.


(39)

b. Ragam Makna Adil

Kata ‘adl dalam al-Qur`ân memiliki aspek dan objek yang beragam, begitu pula pelakunya. Keragaman tersebut mengakibatkan keragaman makna ‘adl . Menurut M. Quraish Shihab ada empat makna keadilan yang dikemukakan oleh pakar agama,yaitu :

Pertama, ‘adl dalam arti sama. Pengertian ini yang paling banyak terdapat di dalam al-Qur`ân, antara lain pada surat an-Nisa: 3, 58, dan 129, asy-Syura: 15, Maidah: 8, an-Nahl: 76, 90; dan al-Hujurat: 9. Kata ‘adl dengan arti sama pada ayat-ayat tersebut yang dimaksud adalah persamaan dalam persoalan hak.”35

Dalam al-Qur`ân kata ‘adl dalam arti sama salah satunya terdapat dalam surat an-Nahl ayat 90, sebagai berikut:











































“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi

pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

Dalam buku Al-Qur`ân dan Tafsirnya menjelaskan bahwa surat an-Nahl ayat 90 merupakan “ayat yang paling luas dalam pengertiannya. Ibnu Mas’ud berkata: Dan ayat paling luas lingkupnya

dalam al-Qur`ân tentang kebaikan dan kejahatan ialah ayat dalam Surat an-Nahl (yang artinya): Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.(Riwayat Bukhari dari Ibnu

Mas’ud)”36

Sedangkan menurut al-Baidawi sebagaimana di kutip dalam buku Tafsir al-Qur`ân Tematik menjelaskan bahwa : “kata ‘adl berarti sama bermakna berada di pertengahan dan mempersamakan, Sayyid

35M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, op.cit., h. 114.

36Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid V, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), h.373.


(40)

24

Qutub menyatakan bahwa dasar persamaan itu adalah sifat kemanusiaan yang dimiliki setiap manusia. Ini berimplikasi bahwa manusia mempunyai hak yang sama oleh karena mereka sama-sama manusia”.37

Kedua, ‘adl dalam arti seimbang. Pengertian ini dikemukakan di dalam surat al-Maidah: 95, dan al-Infitar: 7. M Quraish Shihab menjelaskan bahwa:

Keseimbangan ditemukan pada suatu kelompok yang di dalamnya terdapat beragam bagian yang menuju satu tujuan tertentu, selama syarat dan kadar tertentu terpenuhi oleh setiap bagian. Keadilan dalam arti ini akan menimbulkan keyakinan bahwa Allah yang Maha bijaksana dan Maha mengetahui menciptakan serta mengelola segala sesuatu dengan ukuran, kadar, dan waktu tertentu guna mencapai tujuan. Keyakinan ini yang pada akhirnya mengantarkan kepada keadilan Ilahi.38

“Ketiga,‘adl dalam arti perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu kepada setiap pemiliknya. Pengertian inilah yang didefinisikan dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya. Lawannya adalah kezaliman yakni pelanggaran terhadap hak-hak pihak lain”.39

Keempat, ‘adl dalam arti yang di nisbatkan kepada Allah ‘adl di sini berarti memelihara kewajaran atas berlanjutnya eksistensi, dan perolehan rahmat sewaktu terdapat banyak kemungkinan untuk itu. Jadi keadilan Allah pada dasarnya merupakan rahmat dan kebaikan-Nya. Keadilan Allah mengandung konsekuensi bahwa rahmat Allah SWT tidak tertahan untuk diperoleh sejauh makhluk itu mau meraihnya. Di dalam pengertian ini harus dipahami kandungan surat al-Imran: 18, yang menunjukan Allah SWT sebagai Qaiman bi-qist (Yang menegak keadilan).40

37Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, op.cit., h. 5.

38M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, op.cit., h. 115.

39Ibid., h.116. 40Ibid.


(41)

c. Macam-Macam Adil

Selanjutnya macam-macam keadilan atau adil yang dikemukakan oleh Islam antara lain sebagai berikut:

1) Keadilan dalam Kepercayaan

“Menurut al-Qur`ân kepercayaan syirik itu suatu kezaliman. Sebagaimana firman Allah SWT Luqman ayat 13:















“Janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.

Mengesakan Tuhan adalah suatu keadilan, sebab hanya Dialah yang menjadi sumber hidup dan kehidupan”.41

Allah telah memberikan kenikmatan lahir dan batin kepada setiap manusia, maka sudah sepantasnya kita mengesakan Allah SWT dalam ibadah dan itikad. Seperti penjelasan ayat di atas bahwa mempersekutukan Allah SWT merupakan suatu kezaliman atau perbuatan yang tidak adil.

2) Keadilan dalam Rumah Tangga

“Dalam rumah tangga keadilan tidak hanya mendasari ketentuan-ketentuan formal yang menyangkut hak dan kewajiban suami istri, tetapi juga keadilan mendasari hubungan kasih sayang dengan istri”.42

Keluarga merupakan ikatan antara bapak, ibu dan anak-anaknya yang merupakan sebuah anggota keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai tanggung jawab yang harus dilaksanakan dengan adil. Seperti suami dapat dikatakan adil apabila mampu menunaikan hak istri dan anaknya dengan baik, misalnya dalam memberikan nafkah serta kasih sayang dan perhatian. Sementara seorang istri dikatakan adil apabila ia

41Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid V, op.cit., h.375. 42Ibid.


(1)

Qur'an dan Tafsirnya Jilid V, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), h.373, 375, 375, 376, 377

42,43 dan 44

25,26

dan27 I

35 Muhammad

Ali

Ash-Shabuny,

C ahaya Al-Qur' an: Tafsir Tematik Surat Huud

-

Al-Isra', Ter.l. Munirul Abidin, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), Cet.

1,h.446-447

45 27

{

36 Tim Akhlak, Etika Islam: dari Kesalehan Individual, Terj. Ilyas Abu Haidar, (Jakarta: Al-Huda, 2003), Cet.

l,

h. I I I

46 28

n

ar(

37 Komarullah Azami, N i I ai-N i I ai

Pendidikan Akhlak Dalam Surat Al-Muj adalah Ayar I I - I 2,

( J akarta: UIN Jakarta. 201 4\

47 30

(

38 Mufl ikhatul Karomah, Tofsir Surat Yusuf Ayat 58-62 (Kajian Nilai Pendidikan Akhlak), (Jakarta: UIN Jakarta, 2014)

48 30

p

BAB

III

39 U. Maman Kh, dkk., Metodologi

Penelitian Agama Teori dan Praktek, (Jakarta: Raja Grafindo Persada Press. 2006). h. 80

I 31

t

40 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),h.209

2 32

/

41 Abudin Nata, Metodologi Studi

Islam, (Jakarta: Rajawali Press,

20tt),h.219

a

J )Z

I

42 Didin Saefuddin Buchori, Metodologi Studi Islam, (Bogor: Granada Sarana Pustaka, 2005), Cet, I, h. 19

4 32

c

43 Abd. Muin Salim, Metode llmu

Tafs

ir,

(Yogyakarta: Teras, 2005), Cet.

l,

h.42-45

5 -r -)

n

,V

44 Sugiyono, Me tode P enelitian

Pendidikan Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif dan R&.D, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet.

18. h.286

6 JJ

c


(2)

Mukadimah Al-Qur'an

&

Tafs i rny a, (Jakarta: Lentera

Abadi, 201 0), h. 69, 242, 229, 69,69,69

10,11 dan 12

34,34,

35

dan

35

!'

BAB

IV

46 Hafizh Dasuki, dkk., Al-Qur'an

dan Tafs irny a, (Y o gy akarta:

PT.Dana Bhakti

Wakal

1995), h.325,446,401,405

l,19,41

dan 42

36,40,

48 dan 48

p

47 Teungku Muhammad Hasbi ash

Shiddieqy, Al Bayan Tafsir Penjelas

Al

Qur'anul Karim,

Vol.

l,

(Semarang: Pustaka

Rizki, 2002\, cet. 2, h. 601, 601

2dan4

36 dan 37

9

48 Departemen Agama Rl,

Al-Qur'an dan Tafsirnya Jilid V, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), h.277,277

3dan5

36 dan 37

n

.(

49 M.Quraish Shihab, Al-Qur'an dan M aknany a, (T anger ang: Lentera Hati, 2010), cet.

l,

h.

l6

6 37

P

50 Ahmad Warson Munawwir,

l/-Munawwir: Kamus Bahasa Ar ab - Indo ne s i a Te rl e ngknp,

(Surabaya: Pustaka Progresif 1997), cet.74, h. 905, 264,1036, 98. 905

7, 10, 13, 16 dan

60

38, 38,

38, 39

dan 55

c

51 Ahmad Mustafa

Al

Maragi,

Te rj e mah Tafs ir A I - Mar agi,

Terj. dari Tafsir Al-Maragi oleh Bahrun Abu Bakar, dkk, Jilid. 14, (Semarang: CV. Toha Putra Semarang, 1992), cet.

2,

h. 233, 233.233,234,234,238

8, I 1, 14,

17, dan

3l

38, 38, 39,39 dan 44

c

52 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan

Ke serasian al-Qur' an, Y ol. 6,

(Jakarta: Lentera Hati,2002), h.

698. 699,701,702, 698

9,12,15,

18, dan 25

3E,38, 39,39

dan 43

0

53 A.Mujab Mahali, Asbabun

Nuzul: Studi Pendalaman

Al-Quran (Al-Maidah

-

Al-Isra), Jilid. 2, (Jakarta: Rajawali,

1989), cet.

l,

h.257

20 41

c

54 Ahmad Syadah dan Ahmad

Rof

i,

Ulumul Quran, Jilid. I

21 41

0


(3)

(Bandung: CV Pustaka Setia,

1997), cet. I, h. 89

55 Rachmat Syafe' i, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung: Pustaka

Setia, 2006), cet.

6,h.26

22 41

p

56 Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur' an (' Ulum al-Qur'

an),

(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009),

h.l8

23 42

I

57 Kementrian Agama

kl,

Hukam, Keadilan dan Hak Asasi Manus ia'. Tafs ir Al- Qur' an Tematik, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur' an, 2010), cet.

l,

h. 2

24 42

9

58 Syaikh Asy-Syanq i thi, Tafs

ir

Adhwa'ul Bayan, Jilid.

III,

Terj. Bari,

dkk,

(Jakarta: Pustaka Azzam.2007). h.568

26 43

I

59 Quraish Shihab, Al-Lubdb :

Malcna, Tujuan, dan Pelajaran Surah- Surah Al- Qur' an,

(Tangerang: Lentera Hati, 2012), cet.

l.

h. 189

27 43

c

60 Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar Juz

ilII-XU,

(Jakarta: Pustaka Paniimas, 2004),h.283

28 43

0

6l

Syeikh Muhammad Mutawalli Sya'rawi, Tafsir

Sya'rani

Jilid 7,Terj. Tim Safir al-Azhar, (Medan: Duta Azhar,2007), cet.

1, h.698, 697, 696

29,33,

dan 35

43,45, dan 45

p

62 Muhammad Nasib ar-Rifa'i, Kemudahan dari Allah: Ringkasan Tafsir lbnu Katsir

(Sur at al - Maai dah- an- N ahl),

Jilid 2, Terj. Syihabuddin, (Jakarta: Gema Insani, 2001), cet.

l,

h.751

30 44

!

63 Abu

ja'far

Muhammad bin Jarir

Ath-Thabari, Tafs ir At h-Thab ar i, Terj. dari

Jami'Al

Bcryan an Ta'wil Ayi

Al

Qur'an oleh Misbah, dkk (Jakarta: Pustaka

Azzam.2009). h.281

32 44


(4)

64 Muhammad

Ali

Ash-Shabuny,

C ahaya Al-Qur' an

:

Tafsir

Tematik Surat Huud

-

Al-Isra',Terj. dari Qabas min nttri Qur' anil al-Kariim Dirdsatun Tahliiliyatun

Mfisa'ah

bi Ahddfi wa Maqdshidi al-Suwarial-Kariimah oleh Munirul Abidin, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), cet. 1, h.446-447 , 447 ,

446-447.

34,36 dan 63

45,45 dan 57

/

65 Zaini Dahlan dkk., Al-Qur' an dan Tafsirnya Jilid

II

Juz 4-5-6, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,

l99l).

h. 380. 380

38 dan 39

47 dan47

0

66 Ahmad Mustafa

Al

Maragi,

Te rj e mah Tafs ir A l - Mar agi,

Terj. dari Tafsir Al-Maragi oleh Bahrun Abu Bakar, dkk, Jilid" 4,

(Semarang: CV. Toha Putra Semarang, 1993),

cet.2,

h"

127,

128. 129, 129, 129, 130 dan I 30

40,45, 49,52, 53, 56

dan 58

48, 50, 51,52,

5?

51

dan 53

t/

-V

67 Abu

ja'far

Muhammad bin Jarir

Ath-Thabari, Tafs ir At h-Thab ar i, Terj. dari

Jami'Al

Bayan an Ta'wil Ayi

Al

Qur'an oleh Akhmad

Affandi,

(Jakarta: Pustaka Azzam,2008), h. 550, 550. 551 dan 551

43,44, 54 dan

55

50, 50, 52 dan 53

n

v

68 Al-Qurthubi, Tafsir

Al

Qurthubi,

Terj. dari Al Jami' li Ahkaam Al-Qur'an oleh Ahmad Khotib, (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), h.264,264 dan264

46,50 dan

5l

50,51

dan 53

!

69 M.Quraish Shihab, Tafsir

Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an, Vol. 3,

(Jakarta: Lentera Hati,2002), h.

49

47 5l

/

70 Syeikh Muhammad Mutawalli Sya'rawi, Tafsir Sya'ratvi, Terj. dari Tafsir Sya'rawi oleh Tim Safir al-Azhar, Jilid 3, (Medan: Duta Azhar. 2007). h.563

48 5l

I

71 Mohammad Daud

Ali,

Pendidikan Asama Islam,

59 54


(5)

(Jakarta: PT.Raj a Grafi ndo, 2008), h.96-103

72 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat

P endi diknn, (Jakarta: Raj awal i pers,2009\, h.252

61 55

)

73 Departemen Pendidikan

Nasional, Kamus Besar Bahasa Indones ia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), cet.4, h.

l0

62 55

0

74

Alwi

Shahab, Memilih Bersama Rasulullah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), cet.

l,

h.148, 148

64 dan

65

57 dan57

f^t

v

75 Tim Akhlak, Etika Islam: dari

Kesalehan Individual, Terj. Ilyas Abu Haidar, (Jakarta: Al-Huda, 2003), cet.

l,

h. I I I

66 58

1/

76 M.Yatimin Abdullah, Studi Akhl ak P e r spe kt if A I - Qur' an,

(Jakarta: Amzah, 2007), Cet. I, h, 138

67 58


(6)

KEMENTERIAN AGAMA

UIN

JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juatda No *5 Ciputat 15412 lrdonesia

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD.081 Tgl"

Terbit :

1 Maret 2010 No.

Revisi: :

01

Hal 1t1

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

Nomor : Un.O 1lF. l/I(M.0L.3 1035912015

Lamp.

:

-Hal

: Bimbingan Skripsi

Tembusan.

l.

Dekan FITK

2.

Mahasiswa ybs.

Jakarta 26 Februari 2015

Kepada Yth.

Drs. H. Achmad Gholib,

M.Ag

Pembimbing Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

As salamu' alaikum wr.wb.

Dengan

ini

diharapkan kesediaan Saudara

untuk

menjadi pembimbing I1II (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:

Nama

: Resti Wahyu Susanti

NIM

: 1111011000050

Junrsan

: Pendidikan Agama Islam

Semester

: 9 (Sembilan)

Judul

skripsi

: NILAI

PENDTDIKAN

AKHLAK

TENTANG

sIKAp ADrL

DALAM

PERSPEKTIF

AL-QUR'AN (Kajian Tafsir

Surat An-Nahl Ayat 90 dan Surat At-Maidah Ayat 8)

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 26 Februari 2015

,

abstraksiloatline teflanpir. Saudara dapat melakukan perubahan iedaksional pada

judul

tersebut.

Apabila

perubahan substansial dianggap

perlu, mohon

pembirnbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan

skripsi

ini

diharapkan selesai dalam

waktu

6

(enam) bulan,

dan

dapat diperpanjang selama 6 (enam) butan berikutlya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama saudar4 kami ucapkan terima kasih. Wassalamu' alaikum wr.wh.

a.n. Dekan