Soluction focused brief therapy (SFBT) dalam meningkatkan motivasi belajar pada seorang anak di Desa Semambung Kecamatan Gedangan Sidoarjo.

SOLUTION FOCUSED BRIEF THERAPY (SFBT) DALAM MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJARPADA SEORANG ANAK DI DESA SEMAMBUNG,
KECAMATAN GEDANGAN
SIDOARJO

SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah
Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

s

Oleh :
Erlinda Intan Dyah Puspita
NIM. B73213086

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2017


ABSTRAK

Erlinda Intan Dyah Puspita (B73213086), Solution Focused Brief Therapy (SFBT)
dalam Meningkatkan Motivasi Belajar pada Seorang Anak di Desa
Semambung, Kecamatan Gedangan Sidoarjo.
Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana proses pelaksanaan Solution Focused Brief
Therapy (SFBT) dalam Meningkatkan Motivasi Belajar pada Seorang Anak di Desa
Semambung, Kecamatan Gedangan Sidoarjo?, (2) Bagaimana hasil proses
pelaksanaan Solution Focused Brief Therapy (SFBT) dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar pada Seorang Anak di Desa Semambung, Kecamatan Gedangan Sidoarjo ?
Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif jenis studi kasus dengan teknik analisa deskriptif komparatif. Data yang
digunakan berupa hasil observasi dan wawancara yang disajikan. Disini penulis
menjelaskan tentang bagaimana proses Solution Focused Brief Therapy (SFBT)
dalam Meningkatkan Motivasi Belajar pada Seorang Anak di Desa Semambung,
Kecamatan Gedangan Sidoarjo yang seharusnya setiap anak memiliki motivasi
belajar yang tinggi agar tercapai cita-citanya. Faktor internal yaitu faktor yang timbul
dari dalam dirinya sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar
seperti kondisi lingkungan. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam motivasi yang
rendah ini konseli merasa tidak diperhatikan oleh orang tua nya yang sibuk bekerja

dari pagi samapai dengan malam hari tidak ada waktu untuk belajar bersama konseli
ini dan konseli lebih suka bermain dengan teman-tamannya maupun saudanya sendiri
baik dirumah maupun diluar rumah.
Pada proses konseling dengan menggunakan Solution Focused Brief Therapy
(SFBT), konselor hanya melatih agar konseli bisa belajar secara mandiri tidak
bergantung kepada ayahnya lagi yang bekerja dari pagi sampai malam hari dengan
belajar bersama memberikan PR dan memberikan motivasi agar anak ini mempunyai
motivasi belajar dan bisa mencapai cita-citanya. Dengan SFBT ini klien dapat lebih
dekat dengan konselor jdai konselor dapat dengan mudah mengajak atau memberikan
arahan kepada klien agar meningkatkan motivasi belajar. Klien mengatakan bahwa
dirinya ingin lebih semangat belajar agar bisa tercapai cita-citanya. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa Solution Focused Brief Therapy (SFBT) dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar pada Seorang Anak di Desa Semambung, Kecamatan
Gedangan Sidoarjo dan hasil akhir dari proses konseling ini dapat dikatakan cukup
berhasil karenagejala-gejala yang dialami sudah mulai ada perubahan yang baik.

Kata Kunci : Solution Focused Brief Therapy (SFBT), Motivasi Belajar.
vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv
MOTTO .............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………… 5
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………. 6
D. Manfaat penelitian……………………………………………………… 6
E. Definisi konsep…………………………………………………………. 7
F. Metode penelitian……………………………………………………….. 11

G. Sistematika pembahasan……………………………………………….... 21
BAB II : SOLUCTION FOCUSED BRIEF THERAPY (SFBT) DAN MOTIVASI
BELAJAR PADA ANAK
A. Solution Focused Brief Therapy (SFBT)………………………………… 23
B. Motivasi Belajar………………………………………………………….. 35
C. Anak……………………………………………………………………… 49
D. Penelitian Terdahulu……………………………………………………... 56

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III : PENYAJIAN DATA
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian………………………………………. 58
B. Deskripsi Proses Penelitian………………………………………………. 67
BAB IV : ANALISIS DATA
A. Analisis Proses pelaksanaan Solution Focused Brief Therapy (SFBT) dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar………………………………………….. 87
B. Analisis Hasil Proses pelaksanaan Solution Focused Brief Therapy (SFBT)
dalam Meningkatkan Motivasi Belajar…………………………………… 92

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………….. 95
B. Saran……………………………………………………………………… 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga menurut George Murdock adalah kelompok sosial yang
memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan
terjadi proses reproduksi.1 Keluarga, menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia adalah orang seisi rumah ibu dan bapak beserta anak-anaknya
dan yang menjadi tanggungan bapak.2 Jadi dapat disimpulkan bahwa

keluarga merupakan suatu institusi yang terbentuk dari ayah dan ibu
karena suatu ikatan perkawinan antara sepasang suami-istri untuk hidup
bersama, setia, seiring dan setujuan dalam membina rumah tangga yang
sakinah dalam lingkungan dan ridha Allah SWT. Selain ada ayah dan ibu,
ada pula anak yang menjadi tanggung jawab orang tua. Banyak hal yang
bisa dilakukan orang tua sebagai rasa syukur atas kehadiran buah hatinya,
seperti bergembira menyambut kelahiran anaknya, memperlakukan anak
dengan lemah lembut dan kasih sayang, menanamkan rasa cinta sesama
anak, membimbing dan melatih anak mengerjakan suatu kegiatan
keagaaman, menghormati satu sama lain, melatih kepekaan sosial dan
memberikan pendidikan atau ilmu pengetahuan.3

1
2

Sri Lesrati, Psikologi Keluarga, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hal. 3.
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), hal.

471.
3


Syaiful djamarah, pola asuh orang tua dan komunikasi dalam keluarga,( Jakarta: Rineka
Cipta, 2014), hal.45.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Ilmu pengetahuan merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi oleh setiap individu, baik anak-anak, dewasa, maupun orang tua,
agar bisa memiliki kemampuan dan keterampilan yang bisa membuat siapa
saja menjadi mandiri dalam menghadapi kehidupan. Undang–undang
Sistem Pendidikan Nasional juga sudah menegaskan bahwa pendidikan
adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah yang harus dijalankan baik itu dari kalangan keluarga yang
mampu maupun tidak mampu. Peraturan undang-undang ini mewajibkan
belajar minimal 9 tahun untuk setiap warga negara. Pendidikan pertama
dan utama diperoleh anak dari keluarganya. Pada masa inilah peletakan
fondasi belajar harus tepat dan benar. Orang tua tentunya memiliki
tanggung jawab dan peran yang lebih besar dalam mendidik anaknya dan

memberikan pembelajaran dengan sebaik-baiknya untuk sang anak.
Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam
tingkah laku sebagai suatu hasil interaksi dengan keluarga maupun
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahanperubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.
Kata belajar sendiri memiliki arti, sebuah proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.4 Pembelajaran merupakan suatu

4

Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 125

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu maupun pada
setiap kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu.
Proses belajar mengajar yang ada di sekolah maupun universitas

merupakan suatu kegiatan pokok di dalamnya terjadi proses belajar antara
pengajar dan pendidik. Interaksi yang terjadi antara pengajar dan anak
dalam proses diatas merupakan sebuah interaksi yang bisa disebut sebagai
interaksi edukatif antara pengajar dan pendidik. Interaksi ini kemudian
menimbulkan adanya perubahan dalam diri anak, baik perubahan pada
tingkat pengetahuan, pemahaman dan keterampilan ataupun perilakunya.
Kebutuhan seseorang untuk menambah wawasan agar mendapatkan
ilmu pengetahuan baru bisa didapatkan dengan banyak cara, namun salah
satu hal yang sangat berpengaruh dalam diri anak untuk bisa
mengoptimalkan pengetahuannya ialah dengan cara memotivasi dirinya
sendiri agar semakin terpacu untuk terus semangat dalam menambah
wawasan dan keterampilan.
Motivasi dapat diartikan sebagai “pendorong” suatu usaha yang
disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar dapat tergerak
hatinya untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.5 Motivasi yang kuat
dalam kegiatan pembelajaran dapat menjamin keberhasilan pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang diinginkan oleh anak dapat tercapai. Anak
yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk
melakukan kegiatan belajar yang dapat mendukung tercapainnya suatu


5

Muhamad Thohir, Pemahaman Individu, (Surabaya: UIN SA Press, 2014), hal. 96

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

hasil belajar secara optimal. Sebaliknya, pendidik yang memiliki motivasi
rendah akan mempengaruhi rendahnya hasil belajar sehingga tidak sesuai
dengan yang diharapkannya.
Motivasi belajar dapat dimiliki melalui adanya dorongan internal
anak dan eksternal anak yang tidak hanya menjadikan anak terlibat dalam
kegiatan akademik, namun sangat penting dalam menentukan seberapa
jauh anak itu dapat menyerap apa yang telah pengajar sampaikan kepada
anak didiknya.
Banyak cara untuk menambah wawasan kita setiap harinya, bisa
dengan cara membaca buku, berdiskusi atau bertukar pikiran dengan
teman, guru, keluarga bahkan dengan orang yang baru dikenal bisa
menambah wawasan dan pengalaman melalui proses percakapan yang

terjadi. Mencari pengetahuan melalui internet juga bisa menambah ilmu
pengetahuan dengan cara yang sangat mudah. Keuntungan yang bisa
didapat saat mau menambah wawasan secara mandiri ialah bertambahnya
kosa kata bahasa atau istilah baru, dapat meningkatkan daya berfikir,
meningkatkan kualitas memori yang ada di otak dan dapat meningkatkan
konsentrasi, serta keuntungan lainnya.
Bila anak itu terlatih sejak dini untuk menambah wawasannya akan
terbawa hingga anak dewasa. Anak yang dari kecil tidak memiliki
motivasi yang kuat untuk belajar akan terbawa sampai anak itu dewasa.
Seperti penulis temukan seorang anak yang kurang memiliki semangat
untuk menambah wawasannya. Kurangnya semangat belajar dari anak ini

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari segi internal maupun eksternal
dari dalam diri anak tersebut.
Faktor internal dari anak tersebut ialah kurangnya ketertarikan dalam
hal belajar menulis. Anak ini menganggap bahwa media yang digunakan
untuk menulis tidak cocok untuk dirinya. Ditambah dengan adanya aturan
yang dirasa mengekang semakin membuatnya malas untuk memenuhi
peraturan tersebut. Faktor eksternal yang mempengaruhi semangat anak
tersebut ialah kurangnya perhatian dari orang tua yang terlalu sibuk
bekerja dan kurang bisa memahami kebutuhan sang anak hingga anak ini
kurang bisa mengutarakan pendapatnya kepada orangtuanya.
Kesulitan belajar

yang ditampakkan seorang anak tersebut

menjadikan peneliti ingin membantu dengan menggunakan Solution
Focused Brief Therapy (SFBT). Dipilihnya terapi ini oleh penulis sangat
cocok oleh anak karena ingin memberikan solusi yang lebih menekankan
pada saat ini dan masa yang akan datang. Dengan latar belakang yang
telah diuraikan penulis terkait untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Solution Focused Brief Therapy (SFBT) dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar Pada Seorang Anak di Desa Semambung,
Kecamatan Gedangan Sidoarjo.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka yang menjadi
permasalahan dalam peneliti ini:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

1. Bagaimana pelaksanaan Solution Focused Brief Therapy (SFBT) dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Seorang Anak di Desa
Semambung, Kecamatan Gedangan Sidoarjo?
2. Bagaimana hasil pelaksanaan Solution Focused Brief Therapy (SFBT)
dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Seorang Anak di Desa
Semambung, Kecamatan Gedangan Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan proses pelaksanaan Solution Focused Brief Therapy
(SFBT) dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Seorang Anak di
Desa Semambung, Kecamatan Gedangan Sidoarjo.
2. Menjelaskan hasil pelaksanaan Solution Focused Brief Therapy (SFBT)
dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Seorang Anak di Desa
Semambung, Kecamatan Gedangan Sidoarjo.
D. Manfaat Penelitian
Peneltian yang akan dilakukan oleh penulis diharapkan akan
memberikan manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
a. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain untuk
mengetahui tentang Solution Focused Brief Therapy (SFBT) dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Seorang Anak di Desa
Semambung, Kecamatan Gedangan Sidoarjo

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi anak UIN Sunan Ampel
Surabaya, khususnya pada anak jurusan Bimbingan dan Konseling
Islam.
2. Manfaat praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi dan referensi untuk menangani kasus yang sama dengan
menggunakan Solution Focused Brief Therapy (SFBT).
E. Definisi Konsep
1. Solution Focused Brief Therapy (SFBT)
Solution Focused Brief Therapy (SFBT) adalah bahwa terapi ini
berbeda dengan terapi tradisional yakni menghindari masa lalu dan
mendukung pada masa sekarang dan masa depan, didasarkan pada
pembuatan solusi daripada pemecahan masalah Terapis fokus pada apa
yang mungkin, dan mereka memiliki kepentingan sedikit atau tidak
dalam mendapatkan pemahaman tentang masalah.
De Shazer menunjukkan bahwa tidak perlu untuk mengetahui
penyebab masalah untuk memecahkan masalah dan bahwa tidak ada
hubungan yang diperlukan antara penyebab masalah dan solusi mereka.
Mengumpulkan informasi tentang suatu masalah tidak diperlukan untuk
terjadinya

perubahan.

Jika

mengetahui

dan

mengerti

bahwa

permasalahan tidak penting, maka carilah solusi yang “benar”. Setiap
orang menganggap kuat pilihan ganda, hal ini benar untuk seorang klien
namun bisa tidak benar untuk orang lain. Dalam terapi ini, klien

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

berharap untuk menyelesaikan masalah dan sedikit perhatian untuk
memberi diagnosis, bercerita atau mengungkap masalah.6
Solution Focused Brief Therapy (SFBT) ini menurut peneliti adalah
terapi yang lebih berfokus pada solusi dari pada mencari masalah yang
ada dalam diri konseli lebih dalam. Terapi ini juga menekankan pada
pencarian solusi yang akan dibuat untuk masa sekarang dan masa depan
konseli. Jika sudah mengetahui dan mengerti bahwa permasalahan itu
maka carilah solusi yang benar tidak perlu mencari masalah yang lain.
Penelitian yang akan saya lakukan adalah Solution Focused Brief
Therapy (SFBT) dalam meningkatkan motivasi belajar, karena disini
konseli sedang mengalami masalah dalam hal belajar sehingga
membuat konseli ini tidak mempunyai motivasi untuk belajar dan
sesuai dengan Solution Focused Brief Therapy (SFBT) bahwa terapi ini
mampu membantu permasalahan yang dihadapi konseli untuk bisa
berubah sehingga menjadikan konseli semangat belajar dan mempunyai
motivasi belajar yang tinggi.
2. Motivasi Belajar
Motif dalam bahasa Inggris adalah motive berasal dari kata motion
yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak. Berawal dari kata motif
itu motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi
aktif. Menurut McDonald motif adalah, dapat menjadi aktif pada saatsaat tertentu terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
6

Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, (Belmont, CA :
Brooks/Cole), hal. 378.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

diperlukan. Motivasi adalah “pendorong” suatu usaha yang disadari
untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar seseorang tersebut
tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai
hasil atau tujuan tertentu.
Menurut Wexley & Yukl motivasi adalah pemberian atau
penimbulan motif. Dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.
Sedangkan

menurut

Mitchell

motivasi

mewakili

proses-proses

psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadi
persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (Volunter) yang diarahkannya
ketujuan tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa,
motivasi adalah dorongan dari dalam diri seseorang baik sadar maupun
tidak sadar untuk melakukan perbuatan sehingga tercapainya suatu
tujuan yang diinginkan.
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tinghkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan. Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang
individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari
luar diri (faktor eksternal) individu.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Mahmud yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan
tingkah laku baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati
secara langsung dan terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman.7
Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan, belajar dapat
diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku baik
yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung
dan terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong, menggerakan dan
mengarahkan

individu

dalam

belajar.

Motivasi

belajar

dapat

membangkitkan dan mengarahkan individu untuk mempelajari sesuatu
yang baru. Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang
tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh
berbagai kesulitan yang dihadapi individu tersebut.
Motivasi belajar menurut peneliti adalah sesuatu yang mepunyai
daya penggerak atau mendorong yang ada di dalam diri anak tersebut
agar dapat meninggkatkan semangat belajar dan anak menjadi terarah
dalam kegiatan belajar. Tujuan yang diinginkan oleh anak tersebut
dapat tercapai. Dalam penelitian ini konseli mengalami motivasi belajar
yang rendah disebabkan orang tuanya yang sibuk bekerja, orang tuanya
yang kurang memperhatikan konseli, terlalu banyak bermain,
banyaknya tuntutan dari orang tuanya, kurangnya pengawasan dari
7

Mahmud, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1989), hal. 121-122

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

oang rumahnya dari penyebab konseli yang memiliki motivasi belajar
yang rendah konselor akan membantu konseli untuk meningkatkan
motivasi belajarnya. .
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian yang mengkaji penggunaan Solution Focused Brief
Therapy (SFBT) dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Pada anak
menggunakan pendekatan studi kasus sehingga bisa mengetahui lebih
mendalam dan terperinci tentang suatu permasalahan atau fenomena
yang hendak di teliti8, menggunakan jenis penelitian kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang peristiwa yang dialami oleh subyek
penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lainnya
secara holistic dan dengan cara mendeskripsikan kedalam sebuah katakata dan bahasa pada suatu konteks khusus secara ilmiah.9 Sehingga
dalam laporan hasil penelitian diungkapkan secara apa adanya dalam
bentuk uraian naratif. Metode kualitatif menurut Bogdan dan Taylor
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Sedangkan menurut Denzin dan Lincoln penelitian kualitatif adalah
penelitian

yang

menggunakan

latar

alamiah,

dengan

maksud

8

Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Dan Bimbingan Konseling
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012) hal. 20
9
Haris Heriansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011),
hal. 9.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada. Jadi, penelitian ini digunakan
penelitian studi kasus untuk mengetahui secara rinci dalam kurun waktu
tertentu sebuah tindakan yang ditunjukkan oleh konseli ketika
meningkatkan motivasi belajar dalam dirinya agar mempunyai motivasi
belajar lebih baik lagi.
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada subjek, objek dan tempat penelitian
yang disusun seperti berikut:
a. Konseling
Nama

: Jethro Fauzy

Umur

: 6 tahun

Jenis Kelamin

: laki-laki

Alamat

:

Delta Mandala II NO.158 Desa Semambung,

Kecamatan Gedangan, Sidoarjo
Konseli membutuhkan bantuan untuk bisa melakukan perubahan
agar konseli yang memiliki motivasi belajar yang rendah lebih
bersemangat belajarnya melalui proses konseling menggunakan
Solution Focused Brief Therapy (SFBT).
b. Konselor
Konselor dalam penelitian ini adalah Erlinda Intan Dyah
Puspita, seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Surabaya Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Dakwah
Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis data
Jenis data adalah hasil pencatatan penelitian baik yang berupa
fakta ataupun angka, dengan kata lain segala fakta dan angka yang
dijadikan bahan untuk menyusun informasi. Penelitian akan kurang
valid jika tidak ditemukan jenis data atau sumber datanya. Adapun
jenis data penelitian ini adalah:
1) Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung dari sumber pertama di lapangan.10 Dalam hal ini bisa di
ambil melalui deskripsi tentang latar belakang dari masalah klien,
perilaku atau dampak yang dialami klien, pelaksanaan proses
konseling, serta hasil akhir pelaksanaan konseling.
2) Data sekunder adalah data yang diambil dari sumber kedua atau
berbagai sumber guna melengkapi data primer11. Yakni temanteman dari subyek peneliti, seperti teman disekolah, teman
bermain, orang tua dan saudara konseli.
b. Sumber data
Untuk

mendapat

keterangan

dan

informasi,

peneliti

mendapatkan informasi dari sumber data, yang di maksud sumber

Mohammad Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif – Kuantitatif, (Malang: UIN
Maulana Malik Ibrahim, 2010), hal.277
11
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial : Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif,
(Surabaya: Universitas Airlangga, 2001), hal.128
10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

data adalah subjek dari mana data di peroleh12. Adapun yang
dijadikan sumber data adalah:
1) Sumber data primer, Sumber data ini adalah sumber pertama di
mana sebuah data dihasilkan atau diperoleh.13 Sumber data
pertama konseli yakni Jetro serta didapat dari peneliti sebagai
konselor.
2) Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah sumber
data primer. Data yang dihasilkan dari sumber data ini adalah data
sekunder.14 Sumber ini diperoleh dari informan seperti: orang tua,
keluarga, teman – teman klien.
4. Tahap – tahap Penelitian
a. Tahap pra-lapangan
Pada tahap pra-lapangan ini ada beberapa kegiatan yang harus
dilakukan oleh peneliti, kegiatan dan pertimbangan tersebut
diantaranya yaitu menyusun rancangan penelitian, memilih lokasi
peneliti, mengurus perizinan penenlitian, menilai lokasi penelitian,
memanfaatkan informan, menyiapkan pelengkapan penelitian, dan
etika penlitian.15
b. Tahap pekerjaan lapangan

12

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), hal.129
13
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif , hal 129.
14
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif , hal 129.
15
Mohammad Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif – Kuantitatif, (Malang: UIN
Maulana Malik Ibrahim, 2010), hal.281-284

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Setelah pekerjaan pra lapangan dianggap sudah cukup, maka
peneliti melakukan tahap selanjutnya yaitu tahap pekerjaan lapangan
dimana peneliti harus fokus pada data lapangan, maka ada beberapa
hal yang perlu peneliti persiapkan untuk memasuki pekerjaan
lapangan yakni:
1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri
Sebelum memasuki lapangan, peneliti memahami latar belakang
penelitian, bisa menempatkan diri, menyesuaikan penampilan
dengan kebiasaan dari tempat peneliti, agar peneliti dapat
dengan mudah mengumpulkan data dan memudahkan peneliti
untuk dekat dengan klien.
2) Setelah memasuki lapangan, peneliti menciptakan hubungan
yang baik antara peneliti dengan subyek, agar subyek dengan
sukarela memberikan informasi yang diperlukan. Keakraban
dengan subyek dan informan lainya perlu dipelihara selama
penelitian berlangsung.
3) Berperan serta sambil mengumpulkan data
Dalam

berperan

serta

peneliti

hendaknya

menciptakan

hubungan yang baik terhadap klien agar klien sukarela
memberikan

informasi

yang

dibutuhkan

oleh

peneliti.

Mengumpulkan data berupa wawancara, observasi atau
menyaksikan sesuatu kejadian. Dalam pengumpulan data
peneliti juga memperhatikan sumber data seperti: dokumen,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

laporan, foto, gambar yang disekitarnya perlu dijadikan
informasi bagi peneliti.16
c. Tahap analisis data
Tahap analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uaraian
dasar.17 Data yang terkumpul seperti catatan lapangan, foto, biografi,
artikel. Analisis ini bertujuan untuk menumukan tema dan hipotesis
kerja seperti yang disarankan oleh data. Pekerjaan dalam analisis
data dalam hal ini adalah mengatur dan mengurutkan.
d. Tahap penulisan laporan
Meliputi kegiatan penyusunan hasil penenlitian dari semua
rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data
yang kemudian dilanjutkan dengan penulisan laporan penelitian yang
sempurna yang tentunya sudah disetujui oleh dosen pembimbing.
5. Teknik Pengumpulan Data
Mendapatkan data dari sumber penelitian maka ada beberapa
teknik pengumpulan data yang sesuai yaitu:
a. Interview (wawancara)
Dalam wawancara ini, peneliti menggunakan wawancara tidak
terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang
Mohammad Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif – Kuantitatif, (Malang: UIN
Maulana Malik Ibrahim, 2010), hal.286-287
17
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta,2014),
hal226
16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang

telah

tersusun

secara

sistematis

dan

lengkap

untuk

pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa garis – garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.18
Dan wawancara yang digunakan oleh konselor adalah wawancara
mendalam, dimana peneliti juga menggunakan catatan harian setelah
melakukan wawancara. Wawancara mendalam secara umum adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya
jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan.
b. Observasi (pengamatan)
Teknik observasi ini diklasifikasikan menurut tiga cara.
Pertama, pengamat bertindak sebagai partisipan atau observasi
partisipatif yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber penelitian.
Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya,
dengan observasi partisipan ini maka data yang diperoleh akan lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari
setiap perilaku yang nampak. Kedua, observasi dapat dilakukan
secara terus terang yaitu peneliti dalam melakukan pengumpulan
data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang
melakukan penelitian. Jadi meraka yang diteliti mengetahui sejak
18

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: IKAPI,
2010), hal 140.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Ketiga, observasi yang
menyangkut latar penelitian dan dalam penelitian ini digunakan
teknik observasi yang mana pengamat bertindak sebagai partisipan.19
c. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang
tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang
diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanyak dokumen resmi.
Dokumen ini dapat dibedakan menjadi dokumen primer, jika
dokumen ini ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu
peristiwa dan dukumen sekunder, jika peristiwa dilaporakan kepada
orang lain yang selanjutnya ditulis oleh orang lain.20 Dokumentasi
yang digunakan konselor ada beberapa bentuk. Diantaranya adalah
dokumen yang berupa catatan langsung dari konselor saat proses
konseling, juga berupa anekdot, photo, dan video yang konselor
dapat saat proses konseling.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data akan digunakan oleh peneliti adalah kualitatifDeskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus.
Penelitian studi kasus (case study), adalah penelitian tentang status
subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas
dari keseluruhan atau khas dari keseluruhan personalitas.21

19

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif , hal 120.
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, hal 70.
21
Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hal 63-66.
20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Dalam penelitian ini, konselor mengambil studi kasus dari anak
yang memiliki motivasi belajar rendah dengan menganalisis dari
keseharian klien baik dirumah maupun di sekolah serta pola asuh orang
tua klien, dan juga seperti apa perubahan klien setalah proses konseling
berlangsung.
Teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:
a. Reduksi data (data reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat serta teliti dan rinci. Dalam mereduksi
data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Dan
dalam peneliti ini peneliti mengumpulkan banyak data untuk
mendapatkan dan mencapai tujuan dari penelitian ini, yaitu hasil
konseling yang dilakukan kepada klien yang memiliki motivasi
belajar rendah.
b. Penyajian data (data display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam mendisplaykan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencpelajaran
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. dan
dalam penelitian ini, peneliti menyajikan semua data tentang anak
yang memiliki motivasi rendah. Kemudian peneliti melakukan
konseling kepada klien, melakukan terapi kepada klien dan
memahami apa yang terjadi kepada klien.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

c. Conclusion drawing/verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman

adalah

pemeriksaan

kesimpulan

dan

verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan krediabel.22
7. Teknik Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif tidak menjamin pelaksanaan penelitian
akan mendapatkan hasil yang optimal, kesalahan pada peneliti juga
besar kemungkinan akan terjadi. Dalam hal ini, peneliti menganalisa
data langsung di lapangan untuk menghindari kesalahan pada data-data
tersebut. Maka dari itu, untuk mendapatkan hasil yang optimal peneliti
perlu

memikirkan

keabshan

data.

Peneliti

dalam

melakukan

pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Ketekunan pengamatan
Melakukan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
lebih vermat dan berkesinambung dengan cara tersebut maka

22

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hal 249-252.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti
dan sistematis.
Memperdalam pengamatan terhadap hal-hal yang diteliti yaitu
tentang proses menggunakan Solution Focused Brief Therapy
(SFBT) dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Anak.
b. Observasi yang diperdalam
Menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat
relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
c. Trianggulasi
Teknik pemerksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pemeriksaan atau sebagai
perbandingan terhadap data itu. Peneliti memeriksa data-data yang
diperoleh dengan subjek peneliti, baik melalui wawancara maupun
pengamatan, kemudian data tersebut peneliti bandingkan dengan
data yang ada di luar yaitu sumber lain, sehingga keabsahan data
bisa dipertanggung jawabkan.
G. Sistematika Pembahasan
Penyusunan pembahasan penelitian ini akan mudah jika dibagi
kedalam tiga bagian yaitu:
1. Bagian awal
Bagian awal terdiri dari: judul penelitian (sampul), persetujuan
pembimbing, pengesahan tim penguji, motto dan persembahan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

pernyataan otentisitas skripsi, abstrak, kata pengantar, daftar isi, dan
daftar tabel.
2. Bagian inti
Bab I. Dalam bab ini berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi konsep, metode penelitian,
sistematika pembahasan.
Bab II. Dalam bab ini berisi tinjauan pustaka yang meliputi kajian
teoritik dan penelitian terdahulu yang relevan.
Bab III. Dalam bab ini berisi penyajian data yang terdiri dari deskripsi
umum objek penelitian dan deskrpsi hasil penelitian.
Bab IV. Dalam bab ini berisi analisis data.
Bab V. Dalam bab ini berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan
saran.
3. Bagian akhir
Dalam bagian akhir ini berisi tentang daftar pustaka, lampiranlampiran, dan biodata peneliti.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Solution Focused Brief Therapy (SFBT)
a.

Sejarah Perkembangan Solution Focused Brief Therapy (SFBT)
SFBC (solution focus brief counseling) adalah salah satu teknik
konseling pendekatan postmodern. Terapi ini berorientasi pada
penyelesaian masalah bukan pada masalah apa yang terjadi.
SFBC didirikan oleh dua orang tokoh, yakni Insoo Kim Berg dan
Steve De Shaver. Insoo Kim Berg merupakan direktur eksekutif pusat
terapi keluarga yang singkat di Milmaukee. Ia juga menghasilkan
tulisan berupa jasa keluarga yang didasarkan pada Pusat pendekatan
solusi (1994), bekerja dengan masalah-masalah pemabuk (1992), Pusat
Pendekatan solusi (1992), dan Interviewing solution (2002).
Steve De Shaver sendiri merupakan salah seorang senior
perkumpulan penelitian di Milwaukee yang juga seorang pengarang
buku terapi singkat berfokus pada solusi beserta petunjuk-petunjuk dan
cara kerja SFBT. Dia mempresentasikan tulisan tersebut melalui
tempat-tempat kerja, pelatihan, dan memperluas kemampuannya
sebagai konsultan di Amerika Utara, Eropa, Australia, dan Asia untuk
pengembangan teori dan solusi-solusi pada praktek.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

SFBC berbeda dengan terapi tradisional yang mengulas masa
lalu dalam membantu proses terapi saat ini maupun masa depan.
Konselor fokus pada apa yang mungkin, dan kurang mengeksplorasi
masalah. De Shazer mengatakan bahwa tidak perlu mengetahui
penyebab

masalah

menghubungkan

untuk

antara

menyelesaikannya
penyebab

masalah

dan

tidak

dengan

perlu
solusi.

Pengumpulan informasi mengenai masalah tidak dibutuhkan dalam
mengubah keadaan yang terjadi.
Jika mengetahui dan memahami masalah itu tidak penting, maka
selanjutnya adalah mencari solusi yang tepat. Setiap orang mungkin
mempertimbangkan banyak hal yang akan terjadi karena yang baik
menurutnya bukan berarti baik pula untuk orang lain. Dalam SFBC,
konseli memilih tujuan penyelesaian yang mereka harapkan dari
sedikit perhatian dalam memberikan diagnosis pembicaraan masa lalu
atau eksplorasi masalah.23
SFBC dibangun atas dasar asumsi optimis bahwa setiap manusia
adalah sehat dan kompeten serta memiliki kemampuan dalam
mengkonstruk solusi yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya
dengan optimal. Asumsi pokok dalam SFBC ini bahwa kita memiliki
kemampuan dalam mengatasi tantangan hidup, walaupun terkadang

23

Bannink, Soluction Focused Brief Therapy, Jurnal Konseling Indonesia, Vol.1, No.1
(Oktober, 2015), hal.36-37

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

kita seringkali kehilangan arah atau kesadaran tentang kemampuan
kita. Tanpa memperhatikan apa yang dibentuk konseliketika mereka
memulai konseling. Mereka percaya konseli yang kompeten dan tugas
konselor bertujuan untuk membantu konseli mengenali kompetensi
yang mereka miliki. Esensi dari konseling ini melibatkan konseli
dalam membangun harapan dan optimis dengan membuat ekspektasi
positif dalam melakukan perubahan. SFBC adalah pendekatan non
patologis yang menekankan kompetensi daripada kekurangan, dan
kekuatan dari pada kelemahan. Model SFBC membutuhkan sikap
filosofis dalam menerima konseli dimana mereka dibantu dalam
membuat solusi. O’Hanlon mendeskripsikan orientasi positif: “mencari
solusi dan meningkatkan kehidupan manusia dari fokuspada bagianbagian patologi masalah dan perubahan menakjubkan dapat terjadi
dengan cepat”.
Karena konseli sering datang kepada konselor dengan pernyataan
“orientasi masalah”, bahkan sedikit solusi yang mereka pertimbangkan
bersampul dalam kekuatan orientasi masalah. Konseli sering memiliki
cerita yang berakar dalam sebuah pandangan dalam menentukan apa
yang terjadi di masa lalu yang kemudian akan membentuk masa depan
mereka. Konselor SFBC menentang pernyataan konseli dengan
percakapan optimis yang mengacu pada keyakinan mereka dalam
pencapaiannya dengan menggunakan tujuan dari berbagai sudut.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Konselor dapat menjadi perantara dalam membantu konseli membuat
perubahan

dari

pernyataan

masalah

pada

kondisi

dengan

kemungkinan-kemungkinan baru. Konselor dapat mendorong dan
menantang konseli untuk menulis cerita berbeda yang dapat
menyebabkan akhir baru.24
b.

Konsep Kunci Yang Bisa Diambil Dalam Solution Focused Brief
Therapy (SFBT)
Konsep kunci atau prinsip dasar dalam SFBT adalah bahwa
terapi ini berbeda dengan terapi tradisional yakni menghindari masa
lalu dan mendukung pada masa sekarang atau masa depan yang
didasarkan pada pembuatan solusi daripada pemecahan masalah.
Terapi ini memiliki fokus pada apa yang mungkin, dan kepentingan
yang mereka miliki sedikit atau tidak dalam mendapatkan pemahaman
tentang masalah.
De Shazer menunjukkan bahwa tidak perlu untuk mengetahui
penyebab masalah untuk memecahkan masalah karena tidak ada
hubungan antara penyebab masalah dan solusi dari permasalahan
mereka. Mengumpulkan informasi tentang suatu masalah tidak
diperlukan dalam melakukan perubahan. Jika mengetahui dan mengerti
bahwa permasalahan tidak penting, maka carilah solusi yang “tepat”.

24

Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, (Belmont, CA :
Brooks/Cole), hal. 378.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Setiap orang menganggap pilihan ganda kuat, hal ini benar untuk
seorang klien namun belum tentu benar untuk orang lain. Dalam terapi
ini, klien berharap untuk menyelesaikan masalah dan sedikit perhatian
untuk memberi diagnosis, bercerita atau mengungkap masalah.25
Gambar 2.1Perbandingan antara Pendekatan Konseling Berfokus
Masalah dan Pendekatan Berfokus Solusi26

Berfokus Masalah

Berfokus Solusi

Bagaimana saya bisa menolong Bagaimana anda akan mengetahui jika terapi
anda?
tersebut berguna?

Dapatkah anda
masalah anda?

menceritakan Apa yang ingin anda ubah?

Apakah masalah itu adalah Apakah kita telah jelas dengan isu sentral
symptom dari sesuatu yang lebih yang akan kita fokuskan?
dalam?
Dapatkah anda menceritakan Dapatkah kita menemukan pengecualianlebih banyak lagi tentang pengecualian dalam masalah tersebut?
masalah tersebut?

25

Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, (Belmont, CA :
Brooks/Cole), hal. 378
26
John Mcleod, Pengantar konseling : Teori dan Kasus, (Jakarta : Kencana, 2006) , hal. 170.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Bagaimana kita akan memahami Akan tampak seperti apa masa depan itu tanpa
masalah
tersebut
dengan masalah tersebut?
petunjuk dari masa lalu?

Berapa banyak
dibutuhkan?

c.

sesi

yang Apakah kita sudah mencapai hasil yang kita
inginkan untuk dapat menuntaskan sesi ini?

Hakikat Manusia
Konseling berfokus

solusi

tidak

mempunyai

pandangan

komprehensif tentang sifat manusia, tetapi berfokus pada kekuatan dan
kesehatan konseli. Konseling berfokus solusi menganggap manusia
bersifat konstruktivis. Sehingga, konseling berfokus solusi didasarkan
pada asumsi bahwa manusia benar-benar ingin berubah dan perubahan
tersebut tidak dapat dihindari.
d.

Pribadi Sehat dan Pribadi Bermasalah
Pribadi sehat dalam SFBT adalah pribadi yang memiliki
kesadaran akan kompetensi atau kemampuan yang dimilikinya untuk
menciptakan solusi dari permasalahan yang terjadi, sebaliknya untuk
pribadi yang bermasalah.27

e.

Hakikat Konseling / Asumsi Dasar Praktek Konseling

27

Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, (Belmont, CA :
Brooks/Cole), hal. 378.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Walter dan Peller berpikir mengenai konseling berfokus solusi
sebagai model yang menerangkan bagaimana orang berubah dan
bagaimana mereka dapat meraih tujuan mereka. Berikut ini beberapa
asumsi dasar SFBC:
1) Individu yang datang untuk melakukan proses konseling telah
mempunyai kemampuan berperilaku yang efektif, meskipun
keefektifan tersebut mungkin sementara terhambat oleh pikiran
negatif. Pikiran berfokus pada masalah yang mencegah orang
mengenali cara efektif mereka dalam menangani masalah.
2) Ada keuntungan untuk fokus yang positif pada solusi di masa
depan. Jika konseli dapat mereorientasi diri mereka dengan
mengarahkan

pada

kekuatan

menggunakan

solution–talk,

merupakan suatu kesempatan bagus dalam konseling singkat.
3) Proses konseling diorientasikan pada peningkatan kesadaran
eksepsi (harapan-harapan yang menyenangkan) terhadap pola
masalah yang dialami dan pemilihan proses perubahan
4) Konseli sering mengatakan satu sisi dari diri mereka. SFBC
mengajak konseli untuk memerika sisi lain dari cerita hidupnya
yang disampaikan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

5) Perubahan kecil membuka peluang bagi perubahan yang besar.
Seringkali, perubahan kecil adalah semua yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah yang dibawa konseli ke konseling.
6) Konseli ingin berubah, memiliki kemampuan untuk berubah, dan
melakukan yang terbaik untuk membuat perubahan. Konseli harus
mengambil sikap kooperatif dengan konseli daripada merancang
strategi sendiri untuk mengendalikan hambatan. Ketika konselor
mencari cara untuk kooperatif dengan konseli, maka perlawanan/
resistensi tidak akan terjadi.
7) Konseli bisa percaya pada niat mereka untuk menyelesaikan
masalah mereka. Tidak ada solusi yang “benar” untuk masalah
spesifik yang dapat diaplikasikan pada semua orang. Setiap individu
unik dan begitu juga pada setiap penyelesaian masalahnya.28
f.

Kondisi Pengubahan
1) Tujuan
Tujuan utama dari SFBT yaitu membantu klien mengambil sikap
dan perubahan bahasa dari pembicaraan tentang masalah yang ada
dan membicarakan tentang solusi dengan asumsi bahwa apa yang
kita bicarakan kebanyakan akan berhasil, mengubah situasi atau
kerangka acuan; mengubah perbuatan situasi yang problematis, dan

28

Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, (Belmont, CA :
Brooks/Cole), hal. 379.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

menekan kekuatan dan sumber daya klien, membicarakan tentang
hal-hal yang akan membawa perubahan. Tujuan dirumuskan
melalui percakapan tentang apa yang klien inginkan untuk berbeda
di masa depan. Sehingga dalam SFBT klien menetapkan tujuan.
Setelah formulasi awal, terapi berfokus pada pengecualian yang
terkait dengan tujuan pada skala teratur seberapa dekat klien dengan
tujuan mereka atau solusi dalam membangun langkah selanjutnya
yang berguna untuk mencapai masa depan yang mereka inginkan.29
2) Sikap, Peran, dan Tugas Konselor
a) Mengidentifikasi

dan

memandu

konseli

mengeksplorasi

kekuatan-kekuatan dan kompetensi yang dimiliki konseli.
b) Membantu konseli mengenali dan membangun pengecualian
pada masala