PENINGKATAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA MELALUI SOLUTION FOCUSED THERAPY DALAM Peningkatan Dukungan Sosial Orangtua Melalui Solution Focused Therapy dalam Memulihkan Kualitas Hidup Anak Skizofrenia.

PENINGKATAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA
MELALUI SOLUTION FOCUSED THERAPY DALAM
MEMULIHKAN KUALITAS HIDUP ANAK SKIZOFRENIA

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister Psikologi Profesi
Minat Utama Bidang Psikologi Klinis
Oleh :
Sheilla Varadhila Peristianto
T 100 135 001

PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

PER}TYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah

ini, saya Sheilla


Varadhila Peristianto

menyatakan bahwa dalam naskah publikasi dengan judul "Peningkatan Dukungan

Sosial Orangtua melalui Solution Focused Therapy dalam Memulihkan Kualitas

Hidup Anak Skizofrenia" yang telah saya susun merupakan h,arya sendiri dan
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi, dan sepanjang pengetatruan sayajuga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal

yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia untuk dicabut
derajat kesarjanaan saya.

',--

-.:,.Y ;:-ii3.'>,-.


Surakarta, Juni 2016
Yang menyatakan,

Sheilla Varadhila Peristianto

rv

PENINGKATAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA
MELALUI SOLUTION FOCUSED THERAPY DALAM
MEMULIHKAN KUALITAS HIDUP ANAK SKIZOFRENIA
Abstrak
Anak yang mengalami skizofrenia tidak dapat berfungsi secara optimal dalam
kehidupannya sehingga membutuhkan bantuan dari orang sekitar. Keberadaan
anak justru sering dianggap berbahaya karena stigmasasi masyarakat dan orang
tua menjadi kurang mendukung kesembuhan anak. Orang tua menyerahkan
sepenuhnya penanganan anak pada petugas medis dan ditelantarkan. Orang tua
menampilkan ekspresi emosi yang tinggi pada anak yaitu berperilaku intrusive
antara lain berlebihan, kejam, kritis dan tidak mendukung sehingga anak
cenderung mengalami kekambuhan. Penelitian ini bertujuan untuk peningkatan

dukungan sosial orang tua melalui solution focused therapy dalam rangka
memulihkan kualitas hidup anak dengan riwayat gangguan skizofrenia. Subjek
penelitian adalah orangtua yang memiliki anak penderita skizofrenia. Penelitian
ini merupakan penelitian quasi experimental design dengan model pretest-posttest
control group design sehingga membagi subjek menjadi dua kelompok yaitu
eksperimen dan kontrol. Dua kelompok diberikan pretest, posttest, dan follow up
yang menggunakan skala dukungan sosial yang diadaptasi dari ISEL (Cohen &
Hoberman, 1983). Perbedaannya, pada kelompok eksperimen mendapatkan
solution focused therapy (SFT) untuk mengetahui perbedaan dan peningkatan
dukungan sosial. Dukungan sosial diukur pula pengaruhnya terhadap kualitas
hidup anak setelah orang tua diberikan terapi. Kualitas hidup anak diukur
menggunakan SQLS dengan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dukungan sosial orang tua yang
mendapatkan SFT dengan orang tua yang tidak mendapatkan SFT. Aspek
dukungan sosial yang rendah adalah dukungan harga diri dan dukungan akan rasa
memiliki. Sedangkan, pada orang tua yang diberikan SFT kedua aspek tersebut
mengalami peningkatan. Selanjutnya SFT berpengaruh dan efektif dalam
meningkatkan dukungan sosial orang tua. Dukungan sosial orang tua terutama
pada aspek dukungan harga diri dan rasa akan memiliki, mempengaruhi kualitas
hidup anak skizofrenia.

Kata kunci : orang tua, skizofrenia, kambuh, dukungan sosial, kualitas hidup
Abstract
Children with schizophrenia are not able to function optimally in life, therefore
help from people surronding is needed. The presence Of children with
schizophrenia is often considered harmful due to the stigma in society, hence the
parents become less supportive in children’s rehabilitation. Parents hand over
their children to medical staff and desert them. Parents also express intense
emotions toward the children, such as intrusive behaviour i.e being mean, critical,
exaggerative and unsuportive. Thus causes children to relapse. This research
seeks to improve parents social support through SFT to recover the quality of life
children with schizophrenia. Subjects of this research were the parents of children
with schizophrenia. This research was a quasi-experimental design research,
using pretest-posttest control group design, which divided subjects into
experimental group was given Solution Focused Therapy to discover the
difference and improvment of social support. The infulence of social support on
1

quality of life of the children was measured after the parents underwent the
therapy. The quality of life of the children was measured using SQLS with
observation and interview. The results showd some differences of social support

between parents underwent SFT and parents whitout any therapy. Aspects of
social support found to below in parents underwent no therapy were self esteem
support and belonging support. Meanwhile, both aspects increased in parents
underwent SFT. In conclusion, SFT was found to b effective in improving parent’s
social support, particularly in self esteem support and belonging support.
Improvements in social support also influenced the quality of life of children with
schizophrenia.
Keyword : parents, schizophrenia, relapse, social support, quality of life.
1. PENDAHULUAN
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa akut yang akhir-akhir ini menjadi perhatian
para masyarakat. Pasalnya, skizofrenia tidak hanya dialami oleh orang dewasa
namun juga anak-anak. Penderita skizofrenia di Indonesia sekitar 1% hingga 2%
dari total jumlah penduduk. Arif (2006) menjelaskan prevalensi penderita
skizofrenia di Indonesia adalah 0,3-1% dan biasanya timbul pada usia sekitar 1845 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun atau usia remaja awal
sudah menderita skizofrenia.
APA (2000); RSJD Prov. Jateng (2014); Rekam Medik RSJD Surakarta
(2014); dan Widodo (2014), menyebutkan bahwa penderita skizofrenia mulai
pada usia 11-12 tahun atau usia yang masuk dalam tahap perkembangan remaja
awal.
Skizofrenia yang terjadi pada anak dianggap hal yang buruk bagi

masyarakat. Stigma dari masyarakat mengenai skizofrenia menjadi ‘penyakit
kedua’, yaitu sebuah penderitaan tambahan yang tidak hanya dirasakan oleh
penderita, namun juga dirasakan oleh orang tua (Vera, 2010, dan Finzen, dalam
Schultz dan Angermeyer, 2003). Stigmatisasi membuat anak dikucilkan dari
lingkungan sosial dan disepelekan. Hal tersebut tidak diimbangi dengan
pemahaman orang tua terkait dengan gangguan skizofrenia yang pada akhirnya
orang tua memilih menyerahkan sepenuhnya penanganan dan perawatan anak
kepada petugas medis (Sandra, Rahayu, & Munjiati, 2009).
Orang tua merasa merawat anak gangguan jiwa adalah pengalaman yang
buruk, menyakitkan, membingungkan, dan sedih yang berkepanjangan (Pejlert,
2001). Akibatnya orangtua justru memperlakukan anak kurang baik, seperti
membatasi perilaku serta pergaulan anak. Dolnick (2005) menyatakan bahwa
kondisi keluarga yang kurang mendukung anak menyebabkan gejala kekambuhan.

2

Dukungan sosial orang tua yang kurang ditampilkan dalam ekspresi emosi yang
tinggi seperti kritik dan kekejaman mengarahkan pada kekambuhan (Nolen,
2001).
Keberhasilan perawatan di rumah sakit menjadi sia-sia apabila tidak

ditunjang oleh peran serta dukungan orang tua. Penelitian yang dilakukan oleh
Jenkins, Garcia, Chang, Young, dan Lopez (2006) menunjukkan bahwa family
caregivers adalah sumber untuk menunjang pemberian obat dan penyembuhan
pada skizofrenia sehingga dapat mencegah terjadinya kekambuhan kembali.
Berdasarkan studi pendahuluan di RSJD Surakarta pada tahun 2014-2015,
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menunjukkan kurangnya dukungan sosial
orang tua pada anak yaitu faktor interaksi yang kurang baik antara orang tua dan
anak, jarang mengajak berbicara anak, berbicara dengan nada yang tinggi, dan
anak apabila melakukan kesalahan. Orang tua merasa terbebani dengan gangguan
yang dihadapi oleh anak sehingga memunculkan kecemasan ketika menghadapi
anak, kurangnya kesadaran akan kebutuhan untuk memahami skizofrenia, dan
tekanan dalam perawatan, serta memunculkan stres tersendiri yang ditampilkan
orang tua dalam bentuk ekspresi emosi tinggi (Leff & Vaughn, 1985). Hal
tersebut akhirnya memicu kekambuhan pada anak dan harus menjalani perawatan
kembali sebagai tanda bahwa menurun kualitas hidupnya (Sarason, 2010).
Salah satu faktor penyebab terjadinya penurunan kualitas hidup penderita
skizofrenia adalah terjadinya kekambuhan karena kurangnya peran serta
dukungan sosial yang diberikan orang tua dalam penanganan terhadap penderita
(Rubbyana, 2012).
Orang tua jarang mengikuti 9 proses keperawatan skizofrenia karena jarang

mengunjungi anak di rumah sakit dan tim kesehatan di rumah sakit jarang
melibatkan orang tua. Saat anak diperbolehkan pulang ke rumah, orang tua justru
membatasi perilaku anak, curiga terhadap tindakan anak yang akan menyakiti
orang lain, dan tidak diperbolehkan keluar rumah, serta semakin membuat orang
tua terbebani (Keliat, 2006). Orang tua perlu mendapatkan penanganan agar dapat
menurunkan kecemasan dan stres yang terjadi selama merawat anak sehingga
terbentuk kesadaran orang tua terhadap kebutuhan anak dan hubungan baik dalam
rangka mendukung anak mencapai kesembuhan (Iman, 2006).
SFT merupakan terapi dengan metode untuk memperoleh pemahaman
terhadap permasalahan, mengembangkan komunikasi, dan meningkatkan fungsi
dari setiap individu. SFT adalah suatu bentuk intervensi yang membantu
3

partisipan untuk mengidentifikasi dan merubah masalah maladaptive menjadi
lebih sehat. SFT efektif dilakukan dalam tiga tahap yakni tahap initial interview,
fase kerja, dan fase terminasi (Anderson, 2000). Trepper, McCollum, De Jong,
Korman, Gingerich, dan Franklin (2012) menyatakan SFT efektif untuk
menyelesaikan kasus pada penderita sakit fisik dan psikologis depresi serta klinis
lainnya yang berfokus untuk penyelesaian masalah. Terapi berfokus solusi
membantu orang tua dan penderita untuk mengatasi permasalahan yang

diakibatkan oleh penderita itu sendiri atau keduanya. Dengan membantu orang tua
tersebut, maka orang tua dapat membantu pemulihan penderita skizofrenia agar
pulih dan hidup sehat di masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dukungan sosial orang
tua yang mendapatkan solution focused therapy dengan orang tua yang tidak
mendapatkan solution focused therapy, serta mengetahui efektivitas solution
focused therapy dalam meningkatkan dukungan sosial orang tua dengan anak
skizofrenia.
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi orang tua yang memiliki
anak dengan gangguan skizofrenia, serta instansi yang terkait yaitu RSJD
Surakarta. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “solution focused therapy efektif
untuk meningkatkan dukungan sosial orang tua dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup anak penderita skizofrenia”.
2. METODE
Dalam penelitian ini dukungan sosial orang tua sebagai variabel tergantung,
sedangakan solution focused therapy sebagai variabel bebas. Dukungan sosial
orang tua didefinisikan sebagai perilaku membantu yang dilakukan oleh orang tua
pada anak untuk mengatasi dan memenuhi kebutuhan sehari-hari anak, sedangkan
Solution Focused Therapy (SFT) merupakan terapi dengan mode singkat yang
berfokus pada pencarian solusi untuk mengatasi masalah orang tua dalam

merawat anak dengan riwayat gangguan skizofrenia.
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 12 orang (6 pasang) adalah orang
tua (ayah dan ibu) berusia kurang lebih 35-50 tahun yang memiliki anak kandung
dengan riwayat gangguan skizofrenia berusia 7-18 tahun dan pernah dirawat inap
lebih dari 1 kali dengan pendidikan minimal orang tua adalah SMP. Tehnik
sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan atas kriteria tertentu yang telah disebutkan. Adapun
4

desain eksperimen yang digunakan adalah model eksperimen pretest-posttest
control group design (Campbell & Stanley, dalam Kazdin 2010).
Tabel. 1 Model Rancangan Eksperimen
Pretest
O1
O1

Perlakuan
X
-X


Non Random KE
Non Random KK
Keterangan:
KE : Kelompok Eksperimen (mendapatkan SFT)
KK : Kelompok Kontrol (tidak mendapatkan SFT)
O1 : Pengukuran pertama pretest (pemberian skala ISEL)
O2 : Pengukuran kedua posttest (pemberian skala ISEL)
O3 : Pengukuran ketiga follow up (pemberian skala ISEL)
X : Perlakuan atau Intervensi SFT
~X : Tanpa perlakuan

Posttest
O2
O2

Follow up
O3
O3

Alat ukur pada penelitian ini menggunakan skala likert dengan 4 alternatif
jawaban. Dukungan sosial orang tua diukur dengan ISEL (Interpersonal Support
Evaluation List) yang dikembangkan oleh Cohen & Hoberman (1983).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Subjek dalam penelitian ini berjumlah dua belas orang (enam pasang suami istri)
yang memiliki anak kandung dengan gangguan skizofrenia dan dikelompokkan
masing-masing enam orang pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 2. Identitas Subjek Penelitian
KE

KK

Subjek
SN
SA
SR
ST
SM
DN

Status
Ayah
Ibu
Ayah
Ibu
Ayah
Ibu

Usia
47 th
49 th
41 th
47 th
47 th
42 th

Pendidikan
SMP
SMP
D3
SMP
SMP
SMA

SU
SG
AS
IA

Ayah
Ibu
Ayah
Ibu

50 th
39 th
50 th
50 th

SMK
SMP
SMA
SMK

SS
SJ

Ayah
Ibu

39 th
44 th

S1
S1

Pekerjaan
Wiraswasta
Karyawan
Wiraswasta
Karyawan
Wiraswasta
Ibu Rumah
Tangga
Wiraswasta
Wiraswasta
PNS
Ibu Rumah
Tangga
Wiraswasta
Wiraswasta

Anak
TY
AM
FW
SR
SB
RH

Diagnosis Anak
F20.3 Skizofrenia
Tak Terinci
F20.8 Skizofrenia
Lainnya
F20.0 Skizofrenia
Paranoid
F20.3 Skizofrenia
Tak Terinci
F20.3 Skizofrenia
Tak Terinci
F20.0 Skizofrenia
Paranoid

Uji statistik wilcoxon t-test diterapkan untuk mengetahui pengaruh SFT
terhadap dukungan sosial orang tua. Berdasarkan hasil analisis, maka diketahui
bahwa terdapat perbedaan skor ISEL pada KK dan KE ketika pre-test, post-test,
dan follow up, yang mana KE memiliki rerata yang lebih tinggi dibandingkan

5

dengan KK pada pre-test, post-test, dan follow up. Perbedaan rerata KE dengan
KK dapat dilihat pada tabel. 3.
Tabel. 3. Perbandingan Rerata Pre-test, Post-test dan Follow Up antara KE
dengan KK
Kelompok
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol

Pretest
35,83
36,67

Rerata
Post-test
51,50
36,33

Follow-up
52,17
36,33

Berdasarkan hasil rerata pada tabel. 2, maka dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan dukungan sosial antara orang tua yang mendapat SFT (KE) dengan
orang tua yang tidak mendapatkan SFT (KK). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan jumlah rerata setelah dilakukan SFT dan follow up, yang mana
KE memiliki skor rerata yang lebih tinggi.
Pada tabel. 4. dijelaskan hasil uji Wilcoxon t-test pada KE dan KK ketika
pre-test, post-test, dan follow up.
Tabel. 4. Uji wilcoxon pretest, posttest, dan follow up pada KE dan KK
Analisis
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

Pretest
16.000
37.000
-.321
.748
.818a

Posttest
2.000
23.000
-2.562
.010
.009a

Follow up
1.500
22.500
-2.651
.008
.004a

Berdasarkan hasil uji Wilcoxon yang telah dilakukan, maka dapat diketahui
bahwa terdapat perbedaan dukungan sosial antara orang tua yang mendapat SFT
(KE) dengan orang tua yang tidak mendapatkan SFT (KK). Setelah mendapatkan
SFT dan follow up, perbedaan antara KE dengan KK, terdapat perbedaan yang
sangat signifikan.
Selanjutnya peneliti menganalisis pengaruh pemberian SFT terhadap
peningkatan dukungan sosial orang tua. Untuk mengetahui perubahannya, pada
tabel. 5 dijelaskan skor selisih antara pre-test, post-test, dan follow up pada KE.

6

Tabel. 5. Skor perolehan KE pada pretest-posttest dan posttest-follow up
Subjek
SN
SA
SR
ST
SM
DN
Rerata

KE

Gain Skor
Follow up-Posttest
Posttest-Pretest
+24
+21
+5
+15
+17
+12
+15,67

+2
+1
0
0
0
+1
+0,67

Berdasarkan penjelasan pada tabel. 4 maka diketahui bahwa terdapat
peningkatan skor antara pre-test dengan post-test KE dengan rata-rata 15,67.
Selanjutnya peningkatan skor yang terjadi ketika pre-test dengan post-test tetap
konsisten pada post-test dengan follow up yang mana skor hanya memiliki
peningkatan 0,67. Berdasarkan penjelasan tersebut maka SFT efektif untuk
meningkatkan dukungan sosial orang tua yang memiliki anak dengan gangguan
skizofrenia.
Pada tabel. 6,7,8 dijelaskan peningkatan rerata skor setiap aspek
dukungan sosial pada masing-masing pasangan dalam KE.
Tabel 6. Skor total aspek dukungan sosial pada subjek SN dan SA
Aspek
Dukungan Praktis
Dukungan Informasi
Dukungan Harga Diri
Dukungan Akan Rasa Memiliki

Pretest
SN
SA
8
8
5
6
6
7
10
10

Skor Total
Posttest
SN
SA
11
12
10
9
15
15
17
16

Follow Up
SN
SA
11
12
11
9
15
15
18
17

Berdasarkan tabel. 6, subjek SN dan SA mengalami peningkatan skor
setelah mendapatkan SFT, sedangkan ketika follow up skor tidak berubah secara
signifikan atau konsisten.
Tabel 7. Skor total aspek dukungan sosial pada subjek SR dan ST
Aspek
Dukungan Praktis
Dukungan Informasi
Dukungan Harga Diri
Dukungan Akan Rasa Memiliki

Pretest
SR
ST
6
6
5
5
11
10
12
12

7

Skor Total
Posttest
SR
ST
8
12
6
7
12
14
13
15

Follow Up
SR
ST
8
12
6
7
12
14
13
15

Berdasarkan tabel. 7 diketahui bahwa semua aspek antara subjek SR dan
ST pada skor pretest ke posttest mengalami peningkatan dan tidak ada lagi
peningkatan pada skor posttest ke follow up atau bisa dikatakan konsisten.
Tabel. 8. Skor total aspek dukungan sosial pada subjek SM dan DN
Aspek
Dukungan Praktis
Dukungan Informasi
Dukungan Harga Diri
Dukungan Akan Rasa Memiliki

Pretest
SM
DN
8
9
10
9
10
11
14
17

Skor Total
Posttest
SM
DN
12
12
13
12
16
15
18
19

Follow Up
SM
DN
12
12
13
12
16
16
18
19

Pada tabel. 8, diketahui bahwa semua aspek antara subjek SM dan DN
pada skor pretest ke posttest mengalami peningkatan dan tidak ada lagi
peningkatan pada skor posttest ke follow up atau bisa dikatakan konsisten.
Hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan nilai signifikansi
menjadi 0,014 (p < 0,05), sedangkan hasil analisis data antara posttest dan follow
up diketahui signifikansi nilai 0,046 (p < 0,05), hal tersebut menunjukkan terdapat
perbedaan signifikan tingkat dukungan sosial saat posttest dan follow up.
Kualitas hidup penderita skizofrenia ditinjau dari tiga domain penting,
adalah psikososial, motivasi dan energi dalam beraktivitas, simptom serta efek
pengobatan. Akan tetapi perubahan yang muncul selama pelaksanaan penelitian
mulai dari pretest hingga follow up adalah domain psikososial; dan motivasi dan
energi beraktivitas. Secara psikososial, setelah mendapatkan pelatihan SFT anak
Anak jarang merasakan kesepian dan terlihat keluar kamar untuk duduk-duduk di
ruang tamu rumah serta memilih aktivitas untuk membantu orang tua. Dalam
motivasi, anak bersedia untuk membersihkan rumah meskipun terkadang bingung
apa yang akan dilakukan.
Hal ini menyatakan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan “solution
focused therapy efektif dalam meningkatkan dukungan sosial orang tua dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup anak penderita skizofrenia” dapat diterima.
Skor follow up yang lebih besar dari nilai posttest menunjukkan bahwa perubahan
dukungan sosial pada orang tua bukan merupakan efek sementara, namun terdapat
proses pembelajaran dari setiap sesi terapi sehingga mempengaruhi perubahan
perilaku orang tua.
Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Gingerich dan Peterson
(2013) bahwa SFT efektif untuk kasus pada dewasa yang mengalami depresi atau

8

gangguan klinis serta dapat mengubah perilaku dan kondisi psikologis yang
diharapkan. Hal tersebut sama dengan yang dilakukan peneliti yaitu menggunakan
subjek dengan rentang usia dewasa mulai dari 35 hingga 50 tahun yang
mengalami permasalahan dalam merawat anak dengan gangguan skizofrenia. SFT
dapat mengubah perilaku psikologis yang diharapkan peneliti yaitu peningkatan
dukungan sosial dalam merawat anak.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Campbell, Elder, Gallagher, Simon, dan Taylor, (1999), bahwa SFT adalah
intervensi yang efektif pada orang yang mengalami permasalahan, mulai dari
permasalahan ringan hingga berat, yaitu gangguan klinis yang terjadi salah satu
anggota keluarga. Peneliti melakukan penelitian sesuai dengan prosedur yang
pernah dilakukan oleh Campbell, Elder, Gallagher, Simon, & Taylor (1999) yaitu
selama 3 kali dalam seminggu dengan memberikan pretest di awal SFT dan
posttest di akhir intervensi.
Terapi ini mengajak subjek untuk menyadari bahwa potensi solusi mungkin
sudah ada di ‘genggaman’ orang tua, sehingga memiliki pandangan positif pada
dirinya yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan mengatasi masalah (Carr,
2006). Pada penelitian ini, subjek eksperimen telah memiliki solusi untuk dapat
merawat anak dengan memberikan berbagai macam bentuk dukungan, yaitu
dengan memberikan motivasi anak untuk bekerja sebagai bentuk dukungan harga
diri dan dukungan akan rasa memiliki, serta melibatkan anak dalam aktivitas
sehari-hari sebagai dukungan praktis yang diberikan pada anak.
Terapi SFT yang dilakukan peneliti menggunakan skema kelompok, seperti
yang dilakukan Beyebach, Morejon, Palenzuela, Rodriguez-Arias (dalam
Macdonald, 2007) menggunakan SFT dalam terapi kelompok pada 39 pasien yang
sakit secara mental dengan lima sesi terapi (rata-rata 33 menit untuk masingmasing sesi). Beyebach, Rodriguez, Arribas, Herrero de Vega, Hernandez, dan
Rodriguez-Morejon (2000); Lee, Greene, Mentzer, Pinnell, dan Niles (2001)
menambahkan SFT yang berbentuk terapi kelompok efektif digunakan dalam
empat kali sesi pertemuan pada pasien yang menderita gangguan klinis.
Macdonald (2007) menggunakan SFT pada kasus kelompok yang sesinya lebih
singkat yaitu tiga sesi pertemuan pada pasien dengan keluhan-keluhan
permasalahan sosial dan ekonomi oleh sebab itu penelitian yang dilakukan pada
orang tua untuk meningkatkan dukungan sosial terbukti efektif pula.

9

Pendekatan secara kelompok secara signifikan dapat memberi manfaat pada
klien dengan cara bertukar pikiran pada orang lain dengan permasalahan yang
sama Henry (2007). Sukardi (2002) mnambahkan bahwa terapi dan konseling
secara kelompok baik untuk menangani konflik-konflik antar pribadi dan
membantu individu dalam pengembangan kemampuan pribadi karena sesama
anggota kelompok dapat melakukan interaksi sosial yang dinamis untuk
membahas masalah-masalah yang dialami setiap anggota kelompok, sehingga
ditemukan arah dan cara pemecahannya.
Cohen dan Hoberman (1983) menjelaskan dukungan sosial dapat
bermanfaat dan berefek secara positif bagi penerimanya. Pada kelompok
eksprimen, subjek merasakan bahwa setelah memberikan berbagai bentuk
dukungan, anak yang memiliki riwayat skizofrenia dapat lebih beraktivitas dan
tidak terdapat tanda-tanda kekambuhan seperti halusinasi. Pada kelompok kontrol,
sebagian besar masih mengeluhkan munculnya halusinasi pada anak dengan
berbicara sendiri meski frekuensinya sedikit.
Setelah diberikan terapi SFT, subjek KE mengalami peningkatan dukungan
baik secara praktis, informasi, harga diri, dan rasa akan memiliki pada anak.
Dukungan praktis berupa melibatkan anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari,
seperti membersihkan rumah dan tidak membiarkan anak menyendiri, orang tua
berbicara lebih dahulu pada anak. Anak yang dilibatkan dalam aktivitas seharihari merasa lebih diberdayakan sehingga anak lebih merasa bersemangat
menjalahi kehidupan. Dukungan informasi pada subjek eksperimen berupa
kepercayaan diri untuk bertanya maupun bercerita pada orang lain mengenai
kondisi anak dan mmberi penjelasan pada anak terkait kondisinya. Upaya-upaya
dalam memperoleh berbagai informasi menunjukkan sikap orang tua yang tidak
lagi merasa malu atas kondisi anak, sikap orang tua tersebut berpengaruh pada
aspek psikososial yakni anak merasa adanya pengakuan orang tua sehingga
berkurang perasaan kesepian. Anak menjadi lebih teratur dalam meminum obat
karena orang tua senantiasa mengingatkan dan menjelaskan dampak negatif
terhadap kondisi yang dialami anak apabila terlambat atau tidak meminum obat.
Dukungan harga diri yang muncul pada subjek berupa usaha untuk memulai
memotivasi anak melakukan pekerjaan rumah, memberikan pujian sekecil apapun
atas apa yang dilakukan anak, dan tidak lagi berpikir bahwa anak adalah halangan
atau hambatan untuk orang tua. Pada kelompok kontrol, subjek masih berbicara

10

dengan nada yang tinggi, cenderung membiarkan anak dan kurang mengajak
berinteraksi.
Pada penelitian ini masih terdapat beberapa kekuarangan dalam, meliputi
pelaksanaan pemberian lembar tugas rumah kurang optimal, karena terdapat
subjek yang tidak mengerjakan dengan tuntas, sehingga harus dikerjakan kembali
di lokasi terapi; pengukuran pretest dan posttest antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol tidak dilakukan pada hari yang sama karena lokasi tempat
tinggal yang berjauhan; serta penelitian ini belum mempertimbangkan aspek
status sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi dukungan sosial.
4. PENUTUP
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada perbedaan dukungan sosial orang tua yang mendapatkan solution focusedt
herapy dengan orang tua yang tidak. Aspek dukungan harga diri dan dukungan
akan rasa memiliki muncul pada orang tua yang diberikan solution focused
therapy.
2. Ada perbedaan yang signifikan tingkat dukungan sosial setelah terapi dan saat
masa follow up. Hal ini menunjukkan solution focused therapy efektif
meningkatkan dukungan sosial orang tua yang memiliki anak skizofrenia.
3. Solution focused therapy efektif untuk meningkatkan dukungan sosial orang
tua pada anak skizofrenia dengan karakter orang tua yang suka berhubungan
sosial. Kondisi tingkat pendapatan serta status sosial ekonomi menengah ke
atas akan mempengaruhi asertifitas orang tua dalam mengikuti terapi.
4. Gambaran dukungan sosial orang tua muncul dalam seluruh aspek yaitu aspek
dukungan praktis, informasi, harga diri, dan dukungan akan rasa memiliki
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini yaitu :
1. Orangtua diharapkan melakukan sosialisasi kepada anggota keluarga atau
lingkungan mengenai kondisi yang dihadapi anaknya dan menambah wawasan
tentang skizofrenia.
2. RSJD Surakarta diharapkan melakukan program psikoedukasi dan kerjasama
dengan profesi lain berkaitan dengan penanganan skizofrenia, serta
melaksanakan terapi SFT pada orang tua pasien.
3. Peneliti selanjutnya, diharapkan memperhatikan faktor ekonomi sebagai
pertimbangan dalam penelitian.

11

DAFTAR PUSTAKA
Amster, D., Carr, L., Comans, T., Fairfull, A., Grimley, R., Gordon, G., Kendall,
M., Levy, J., Parker, A., Ross-Edward, B., and Willis, M. 2007.
Compendium of Clinical Measures for Community Rehabilitation.
Queensland: University of South Australia. p. 30-31
Arif, I. S. 2006. Skizofrenia: Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung:
Rafika Aditama
Beyebach, M., Rodriguez Sanchez, M.S., Arribas de Miguel, J., Herrero de Vega,
M., Hernandez, C., and Rodriguez-Morejon, A. 2000. Outcome of Solution
Focused Therapy at a University Family Therapy Center. Journal of
Systemic Therapies, 19: 116-28
Campbell, J., Elder, J., Gallagher, D. Simon, J., and Taylor, A 1999. Crafting the
'tap on the shoulder': A compliment template for solution focused therapy.
American Journal of Family Therapy, 27(1), 35 - 47.
Carr, Alan. 2006. Family Therapy; Concept, Process and Practice. British: John
Wiley & Sons
Chaplin, J.P. 1999. Kamus Lengkap psikologi (Terjemahan dari Dr. Kartini
Kartono). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Cohen, S., Mermelstein, R., Kamarck, T. and Hoberman, H. 1985. Measuring the
functional components of social support. Dalam Social Support: Theory,
Research and Applications (ed. I.G. Sarason). The Hague: Martinus Nijhoff
de Shazer, S. 2007. Masterclass. 8-9 September. BRIEF. London
de Shazer, S. and Isebaert, L. 2003. The Bruges Model: a Solution Focused
Approach to Problem Drinking. Journal of Family Psychotherapy, 14: 4352
Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Dimatteo, M.R. 1999. The Psychology of Health, Ilness and Medical Care. Pasific
Grove, California: Brooks/Cole Publishing Company Duffy
Friedman, M. Marilyn. 2004. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Jakarta:
EGC
Gingerich, W.J., Kim, J. S., and MacDonald, A. J. 2012. Solution-Focused Brief
Therapy outcome research. In Cynthia Franklin, Terry S. Trepper, Wallace
J. Gingerich, & Eric E. McCollum (Eds), Solution-Focused Brief Therapy:
A handbook of evidence-based practice. New York: Oxford University
Press, pp. 95-111
Gingerich, Wallace J. and Peterson, Lance T. 2013. Effectiveness of SolutionFocused Brief Therapy: A Systematic Qualitative Review of Controlled

12

Outcome Studies. The Association for Addiction Professionals: Free
NAADAC Webinar
Minuchin, S., Lee, W., and Simon, G. 1996. Mastering family therapy: Journeys
of growth and transformation. New York, NY: John Wiley
Iman, S.A. 2006. Skizofrenia: Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Kaplan H.I, Sadock B.J, and Grebb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 2.
Terjemahan Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara. p. 17-35
Keliat, Budi. Ana. 2005. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG
Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta:
EGC
Lee, M.Y., Greene, G.J., Mentzer, R.A., Pinnell, S., and Niles, D. 2001. Solution
Focused Brief Therapy and The Treatment of Depression: a Pilot Study.
Journal of Brief Therapy, 1: 33-49
Lee, M.Y., Sebold, J., and Uken, A. 2003. Solution Focused Treatment of
Domestic Violence Offenders. New York: Oxford
Leff, J., Sharpley, M., Chisholm, D., Bell, R., and Gamble, C. 2001. Training
community psychiatric nurs-ing in schizophrenia family work: A study of
clinical and economic outcomes for patients and relatives. Journal of Mental
Health, 10, 189-197
Lipchik, E., Derks, J, LaCourt, M., and Nunnally, E. 2012. The evolution of
Solution-Focused Brief Therapy. In Cynthia Franklin, Terry S. Trepper,
Wallace J. Gingerich, and Eric E. McCollum (Eds), Solution-Focused Brief
Therapy: A handbook of evidence-based practice. New York: Oxford
University Press, pp. 3-19
Macdonald, AJ. 2007. Solution Focused Therapy. Theory Research & Practice.
London: Sage Publications
Nevid, S. Jeffrey., Rathus, A. Spencer., dan Greene, Beverly. 2003. Abnormal
Psychology in a Changing World. Penerbit Erlangga
Sandra Pebrianti, Rahayu Wijayanti, dan Munjiati. 2009. Hubungan Tipe Pola
Asuh Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia Di Ruang Sakura RSUD
Banyumas. Jurnal Keperawatan Soedirman The Soedirman Journal of
Nursing. Volume 4 No.1 Maret 2009
Sarafino, Edward. P. 2002. Health Psychology Biopsychological Interaction. 2nd
ed. New John Wiley and Sons Inc Setiadi. 2008. Keperawatan Keluarga.
Jakarta : EGC

13

Schultz, B., and Angermeyer. 2003. Subjective Experiences Of Stigma: A Focus
Group Study Of Schizophrenic Patients, Their Relatives And Mental Health
Professionals. Social Science dan Medicine, 56, 299-312
Simon, J, and Campbell, J. 1996. Use of Solution Focused Therapy in a
Community Mental Health Clinic Brief by Choice (pp. 25-28)

14

Dokumen yang terkait

Efektivitas Solution Focused Family Therapi Untuk Meningkatkan Dukungan Sosial Keluarga Pada Ibu Yang Memiliki Anak Down Syndrome (Application of Solution Focused Family Therapy To Improve Social Support On Mother In Child Minding Down Syndrome )

10 77 127

MODEL SOLUTION FOCUSED BRIEF GROUP THERAPY UNTUK PERILAKU AGRESIF REMAJA

1 38 19

PENINGKATAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA MELALUI SOLUTION FOCUSED THERAPY DALAM Peningkatan Dukungan Sosial Orangtua Melalui Solution Focused Therapy dalam Memulihkan Kualitas Hidup Anak Skizofrenia.

1 7 20

LATAR BELAKANG Peningkatan Dukungan Sosial Orangtua Melalui Solution Focused Therapy dalam Memulihkan Kualitas Hidup Anak Skizofrenia.

0 3 17

DAFTAR PUSTAKA Peningkatan Dukungan Sosial Orangtua Melalui Solution Focused Therapy dalam Memulihkan Kualitas Hidup Anak Skizofrenia.

0 4 9

c1cpelatihan guru bk dinas dikpora november 2012

0 0 10

this PDF file Peningkatan Dukungan Sosial Orang Tua dengan Anak Skizofrenia melalui Solution Focused Therapy | Peristianto | Jurnal Psikologi 2 PB

1 2 12

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Dukungan Sosial Keluarga 2.1.1. Pengertian Dukungan Sosial - Efektivitas Solution Focused Family Therapi Untuk Meningkatkan Dukungan Sosial Keluarga Pada Ibu Yang Memiliki Anak Down Syndrome (Application of Solution Focused Fami

1 2 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Efektivitas Solution Focused Family Therapi Untuk Meningkatkan Dukungan Sosial Keluarga Pada Ibu Yang Memiliki Anak Down Syndrome (Application of Solution Focused Family Therapy To Improve Social Support On

0 0 12

Efektivitas Solution Focused Family Therapi Untuk Meningkatkan Dukungan Sosial Keluarga Pada Ibu Yang Memiliki Anak Down Syndrome (Application of Solution Focused Family Therapy To Improve Social Support On Mother In Child Minding Down Syndrome )

0 0 11