MODEL SOLUTION FOCUSED BRIEF GROUP THERAPY UNTUK PERILAKU AGRESIF REMAJA

1

LATAR BELAKANG
Latar Belakang Permasalahan
Tindak kekerasan yang dilakukan para remaja pada tahun belakangan ini
menjadi pusat perhatian para orang tua, guru dan pemerintah. Media masa dan
elektronik banyak memberitakan bahwa tindak kekerasan remaja masih kerap kali
terjadi di indonesia. Seperti dikemukakan oleh Republika (2012, 20 Maret) bahwa
tawuran antar pelajar, perkelahian antar suporter sepak bola, geng motor, tindakan
kriminal perampokan serta pembunuhan yang dilakukan oleh remaja menjadi
berita yang memprihatinkan.
Polda Metro Jaya dalam news.detik.com (2012, 11 Mei) menyatakan bahwa
intensitas kenakalan remaja mengalami peningkatan mencapai 13,34 % jika
dibandingkan tahun sebelumnya. Tawuran antar pelajar, perkelahian antar
supporter dan kekerasan geng motor sudah menjadi seperti tradisi dan dapat
terjadi karena masalah sepele saja, bahkan dampak yang ditimbulkannya hingga
memakan korban jiwa. Banyaknya kasus kekerasan remaja ini sangat meresahkan
warga dan orangtua.
Sama halnya dengan Indonesia, di negara maju seperti di negara-negara
Eropa (Sethi, et al. 2010) dan Amerika (Wilson, 2000), perilaku agresif remaja
masih menjadi masalah yang berusaha di selesaikan. Banyak penelitian yang

mengkaji mengenai bagaimana perilaku agresif dapat berkembang serta penyebab
yang melatarbelakangi kemunculannya. Diantaranya penelitian tersebut meneliti
keterkaitan perilaku agresif dengan berbagai aspek yaitu self esteem (Esfandi, et
al. 2005), biologis (Ramirez, 2002; Simpson, 2001), penolakan lingkungan
(Twenge, 2007), serta perceraian (Esfandi, et al. 2009). Semua penelitian tersebut
merupakan usaha untuk mengetahui penyebab dan pengaruh agresifitas remaja,
sehingga dapat dicarikan solusi serta pencegahan untuk menanggulanginya.
Remaja sebenarnya tak ubahnya orang dewasa, yang juga memerlukan
pikiran jernih untuk mengambil keputusan. Hal ini dikarenakan seseorang dengan
pikiran yang jernih biasanya akan lebih baik dalam memilih keputusan yang tepat
dibanding mereka yang emosional (Mischkowski, 2012). Namun disisi lain
remaja biasanya memiliki kecenderungan emosi yang kuat, sehingga dibutuhkan

2

keadaan emosional yang tenang untuk remaja dalam mengambil keputusan
(Kurtz, 2009 & Blencowe, 2007). Menurut para ahli, selama ini perilaku negatif
remaja seperti berkelahi, tawuran, kebut-kebutan dijalan serta perilaku perusakan
diri (self destructive behaviour) seperti penyalahgunaan zat, alkohol, dan merokok
adalah perilaku yang mereka putuskan dalam kondisi tegang dan keterlibatan

tekanan waktu dan emosional (Santrock 2007 & Jeff, 2010). Oleh karena itu
remaja

memerlukan

kesempatan

yang

lebih

banyak

untuk

mencoba

mendiskusikan dan mempraktikan keputusan yang akan mereka buat. Salah satu
bentuk strategi dalam usaha melatih remaja mengambil keputusan dalam kondisi
tersebut adalah dengan memberikan lebih banyak peluang bagi mereka untuk

belajar mengambil keputusan dalam permainan peran serta pemecahan masalah
kelompok (Santrock, 2007).
Telah banyak dilakukan penelitian mengenai efektifitas terapi kelompok
dan konseling dalam usaha untuk menurunkan perilaku agresif pada remaja.
Terapi tersebut diantaranya adalah Cognitive Behavioral Group Therapy (Beck &
Fernandez, 1998), Anger Management Group Therapy (Charlesworth, 2008),
pelatihan asertif (Chamberlain, 2009), maupun Solution Focused Brief Group
Therapy (Kim, 2009; Brzezowski, 2012).
Terdapat suatu permasalahan yang dilaporkan pada studi beberapa terapi
seperti juga CBT, yaitu partisipan dengan masalah agresifitas kebanyakan datang
mengikuti terapi atas inisiatif orang lain (Brzezowski, 2012). Berdasarkan hal
tersebut, individu yang mempunyai problem pengendalian amarah atau juga
perilaku agresif biasanya mengingkari perilaku maladaptive mereka yang dapat
mengganggu orang lain. Sehingga ketika mengikuti terapi karena dipaksa oleh
orang lain, mereka mengikuti proses terapi secara tidak maksimal dan
memberikan laporan secara tidak akurat. Oleh karena itulah ketika klien menjalani
terapi dengan paksaan dari orang lain, mereka tidak akan siap untuk melakukan
perubahan bahkan mereka tidak melihat perilakunya sebagai masalah (Kassinove
& Tafrate, 2006).
Namun demikian pendekatan lain seperti terapi yang berfokus kepada

solusi (solution-focused therapy) menjadi jalan yang tepat untuk mengatasi

3

permasalahan tersebut (Brzezowski, 2012). Pendekatan ini dirasa lebih tepat
karena tidak memfokuskan kepada masalah klien yang menjadi pengalaman, akan
tetapi lebih kepada membuat mereka mengenal area kehidupan ketika mereka
berhasil dan tidak mengalami kesulitan (Banks, 1999; Brzezowski, 2012).
Solution Focused Brief Group Therapy (SFBGT) mengajak klien untuk
menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda dari yang biasa mereka
lakukan. Salah satu tekniknya adalah dengan menggali sikap atau tindakan yang
pernah ia lakukan secara berbeda (exception) terhadap respon yang ia munculkan
selama ini (Brzezowski, 2012). Tindakan yang berbeda tersebut merupakan
tindakan yang mempunyai konsekuensi positif. Dengan cara ini klien dapat
mengenali perilakunya yang lebih adaptif dengan menggali pengalaman masa
lalunya.
SFBGT juga memandang klien yang mempunyai masalah karena
ketidakmampuannya dalam memandang kemungkinan realita lain, selain yang
dipandangnya saat itu. Subjektifitas inilah yang menjadi dasar dari SFBGT,
dimana klien diajak untuk membuka kemampuannya melihat kemungkinankemungkinan sebagai solusi yang akan ia terapkan dikemudian hari (Biggs, et al.

2005). Selain itu penggunakan pertanyaan ajaib (miracle question), yaitu
pertanyaan mengenai bagaimana cara mengenali keadaan diri ketika masalah yang
dialami sudah terselesaikan dan tujuan akan terpenuhi, merupakan bagian terapi
untuk mendorong klien menentukan tujuan yang lebih adaptif daripada kadaan
saat itu (Banks, 1998). Teknik berikutnya adalah dengan pertanyaan skala 1-10,
angka 1 untuk skenario yang dianggap paling buruk dan 10 untuk skenario yang
paling

diharapkan.

Skala

ini

memungkinkan

klien

untuk


mengetahui

perkembangan dirinya menuju kearah dimana ia mencapai tujuannya (Schieffer
&Schieffer., 2000). Pemberdayaan kekuatan klien dalam menentukan goal,
membuat solusi dan pekerjaan rumah (homework) dengan cara mereka sendiri
juga dianggap dapat menghindari resistensi terhadap terapi, dibandingkan jika
diberikan oleh terapis. Hal ini karena mereka lebih mampu untuk menyesuaikan
tujuan sesuai dengan keadaan yang mereka ketahui.

4

Kelebihan lain dari SFBGT ini adalah memiliki lebih singkat waktu
dalam menghasilkan perubahan yang positif pada klien sebesar 70-80% daripada
teknik terapi traditional termasuk CBT ( Higgins, 2009). Selain itu terapi ini
cocok digunakan kepada klien yang religius (Gutterman& Leite, 2006), intervensi
keluarga (Macdonald, 2005), klien yang menyakiti diri (self harm) (Winship,
2007) dan dalam setting training untuk perawat (Bowler, et al. 2001).
Berdasarkan uraian diatas bahwa teknik yang dipakai dalam Solution
Focused Brief Group Therapy (SFBGT) lebih menekankan pada kesadaran klien,
mengakui kekuatan klien dan berfokus kepada solusi (Cunanan, et al. 2003).

Karena SFBGT menekankan pada pemberian kesempatan remaja untuk belajar
mengambil keputusan maka SFBGT dirasa cocok untuk mengurangi perilaku
agresif pada remaja.
Namun begitu, meskipun telah banyak penelitian mengenai keefektifan
SFBGT (Kim, 2009), akan tetapi model yang tepat di indonesia belumlah banyak
dilakukan penelitian. Berdasarkan alasan inilah peneliti ingin menyusun suatu
bentuk model SFBGT yang tepat dan nantinya dapat digunakan untuk
menurunkan perilaku agresif pada remaja.

TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku Agresif Remaja
Robert Baron mendefinisikan perilaku agresif sebagai perilaku individu
yang dimaksudkan untuk mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan
datangnya perilaku tersebut. Penjelasan mengenai definisi ini meliputi empat
faktor, yaitu tingkah laku, tujuan untuk melukai, individu yang menjadi pelaku
dan individu yang menjadi korban, serta ketidakinginan korban menerima
perilaku si pelaku (Koeswara, 1988).
Ada banyak konstruk dalam mendefinisikan agresi, diantaranya adalah
agresi instrumental (instrumental aggression) dan agresi rasa bermusuhan (hostile
aggression), agresi verbal dan agresi fisik, agresi direct dan agresi indirect

(Koeswara, 1988; White, et al. 2010). Namun dalam penelitian ini konstruk agresi

MODEL SOLUTION FOCUSED BRIEF GROUP THERAPY UNTUK
PERILAKU AGRESIF REMAJA

TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Tugas Akhir
Program Magister Profesi Psikologi

Oleh :
Danang Setyo Budi Baskoro
201010440211012

PROGRAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

i

i


ii

SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama

: Danang Setyo Budi Baskoro

NIM

: 201010440211012

Program Studi

: Magister Profesi Psikologi

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :
1. Tesis dengan judul :
“ MODEL SOLUTION FOCUSED BRIEF GROUP THERAPY UNTUK PERILAKU

AGRESIF REMAJA”.
Adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan oleh untuk memperoleh gelar akademik suatu Perguruan Tinggi dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik
sebagian atau keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan
disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur PLAGIASI,
saya bersedia Tesis ini digugurkan dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA
PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY
NON EKSKLUSIF.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya
Malang, 9 Agustus 2012
Yang menyatakan,

DANANG SETYO BUDI BASKORO
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah atas nikmat, rahmat serta karunia yang telah diberikan Allah
SWT kepada kita semua, yang atas ijin-Nya, maka Tesis ini dapat terselesaikan. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw.
Penyusunan tesis ini tidak lepas dari dukungan serta bantuan dari berbagai pihak,
sehingga pada akhirnya dapat terselesaikan hingga akhir. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati serta syukur kepada Allah, maka penulis ingin menyampaikan pernghargaan
serta ucapan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Latipun, M.Kes selaku Ketua Program Magister Psikologi yang telah
memberikan waktu dan tenaga untuk membantu mahasiswanya dalam menyelesaikan
tesis.
2. Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Si, Psi dan Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si, Psi. selaku dosen
pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing serta
mengarahkan dalam proses penulisan tesis ini.
3. Bapak Dr. Latipun, M.Kes dan Bapak Yudi Suharsono, M.Si, Psikolog selaku dosen
penguji yang telah memberikan banyak masukan untuk perbaikan kesempurnaan tesis ini.
4. Kedua orangtua penulis Ayahanda Basuki dan Ibunda Sofiah, yang telah memberikan
dukungan, semangat serta doa yang tiada henti. Tak lupa juga untuk kakakku Dian
Purwoko dan adikku Niken Larasati yang selalu ada disetiap waktu.
5. Subjek penelitian yang telah bersedia untuk bekerjasama dengan peneliti demi kelancaran
karya ilmiah ini.
6. Bapak Sukiman, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP PGRI Ambulu, Bapak Herman Budi
Novianto, S.Si beserta guru dan karyawan yang telah memberikan kesempatan kepada
peneliti untuk mengambil data di sekolah tersebut.
7. Kepada para orang tua subjek yang memberikan ijin untuk melibatkan putra-putrinya
sebagai partisipan dalam penelitian ini.
8. Para dosen dan karyawan Universitas Muhammadiyah Malang.
9. Keluarga besar Magister Profesi Psikologi angkatan 2010 yang telah bersama-sama
saling membantu dan bekerjasama dalam proses belajar.

iv

10. Terimakasih kepada semua pihak yang tidak disebutkan yang telah berperan besar,
memberikan dukungan serta bantuan dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih ada kekurangan karena
keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis membuka kesempatan yang luas bagi kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga Allah selalu memberikan nikmat,
rahmat serta karunia kepada kita semua. Amin.

Malang, 9 Agustus 2012

penulis

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………..i
LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………………….iii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….iv
ABSTRAKSI……………………………………………………………………………vi
ABSTRACT…………………………………………………………………………….vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………viii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………..x
DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………………….xi

LATAR BELAKANG
Latar Belakang Permasalahan…………………………………………………………….1
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku Agresif Remaja………………………………………………………………….4
Berbagai Fakta terkait dengan Agresifitas Remaja……………………………………....5
Intervensi untuk perilaku Agresif Remaja………………………………………………..7
SFBGT untuk Perilaku Agresif Remaja……………………………………….…………9
Hipotesis………………………………………………………………………………....12

vi
viii

METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian………………………………………………………………………...13
Spesifikasi Model Intervensi…………………………………………………………….13
Partisipan Penelitian……………………………………………………………………..14
Instrumen Pengumpulan Data…………………………………………………………...14
Prosedur Intervensi………………………………………………………………………15
Analisis Data…………………………………………………………………………….15

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan Pembahasan……………………………………………………………............16
Hasil Analisis Data Kuantitatif………………………………………………………......18
Pembahasan……………………………………………………………………………...19
Implikasi Hasil Penelitian………………………………………………………………..21
Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi………………………………………….......22
Simpulan…………………………………………………………………………….......22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................23
LAMPIRAN……………………………………………………………………….......28

vii
ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 1 Skema Proses Action Research…………………………………………..13

viii
x

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Hasil pre-test dan post-test………………………………………………19

ix
xi

DAFTAR PUSTAKA

Adelman. C. (1993): Kurt lewin and the origins of action research. Educational Action Research,
1(1), 7-24.
Al-garni, M.M. (2008) Comparison of three psychotherapeutic models: Critique and analysis.
Journal of The Social Science, 36 (2).
Azwar. (2004). Metode penelitian. Yogyakarta : PT Pustaka pelajar offset
Banks, V. (1999). A solution focused approach to adolescent groupwork. Australian Journal of
Family Therapy, 20 (2), 78-82. Diperoleh dari www.anzjft.com.
Bannink, F. P. (2007). Solution-focused brief therapy. Journal of Contemporary Psychotherapy,
37(2), 87–94. Diperoleh dari www.fredrikebannink.com
Barlet, C.P., Harris, R.J., & Bruey, C. (2008) The effect of the amount of blood in a violent video
game on aggression, hostility, and arousal. Journal of Experimental Social Psychology,
44, 539–546. Diperoleh dari http://videogames.procon.org/
Baumeister, R.F., Bushman, B.J.,& Campbell, K. (2000). Self-esteem, narcissism, and
aggression: Does violence result from low esteem or from tharieatened egotism.
American Psychological Science, 9 (1), 26-29. Diperoleh dari http://www.jstor.org/
Beck, R & Fernandez, E. (1998). Cognitive-behavioral therapy in the treatment of anger: A
meta-analysis. Cognitive Therapy and Research ‚ 22, 63-74. Diperoleh dari www.acu.edu
Bell, J. (2004). Enhancing group counseling in youth residential treatment centres and group
homes: Putting the group back in group home. A Project Master oh Counselling,
Lethbridge Alberta.
Bettencourt, B.A., Talley, A.,Benjamin, A.J& Valentine, J. ( 2006) Personality and aggressive
behavior under provoking and neutral conditions: A meta-analytic review. Psychological
Bulletin,132 (5), 751–777. Diperoleh dari http://www.apa.org/ .
Biggs, H.C., Flett & R.A. (2005). Rehabilitation professionals and solution-focused brief
therapy. Proceeding of the Inaugural Australian Counselling and Supervision
Conference, pp. 12-18. Diperoleh dari http://eprints.qut.edu.au.

Blencowe, S.R. (2007). Hidden aggression : A study of group gounseling and female relational
aggression. Counselor Education Master’s Theses, State University of New York
College. Diperoleh dari http://digitalcommons.brockport.edu/edc_theses/8

x
23

Bowen, G.L., Wooley, M.E., Richman, J.M & Bowen, N.K. (2001). Brief intervention in school:
The school success profile. Brief Treatment and Crisis Intervention, 1, 43-54.
Bowles, N., Mackintosh, C., & Torn, A. (2001). Nurses' communication skills: an evaluation of
the impact of solution focused communication training. Journal of Advanced Nursing, 36,
347-354.
Brzezowski, K.M. (2012). A solution-focused group treatment approach for individuals
maladaptively expressing anger. Professional dissertation, Wright State University.
Diperoleh dari etd.ohiolink.edu.
Chamberlain, J.M. (2009). Disentangling aggressiveness and assertiveness within the MMPI-2
PSY-5 aggressiveness scale. Thesis, Kant State University. Diperoleh dari
http://etd.ohiolink.edu/.
Charlesworth, J.R. (2008). Helping adolescent manage anger. Alexandria, VA : American
Counseling Association.
Cunanan, E.D. (2003). What works when learning solution focused brief therapy: A qualitative
analysis of trainees experiences. Thesis Master of Science, Virginia Polytechnic Institute
and State University. Diperoleh dari http://scholar.lib.vt.edu/.
Deffenbacher, J.L., Oetting, E.R., & Digiuseppe, R.A. (2002). Principles of empirically
supported interventions applied to anger management. The Counseling Psychologist, 30
(2), 262-280.
Digiuseppe, R., & Froh, J.J. (2002). What cognition predict state anger. Journal of RationalEmotive &Cognition-Behavior Therapy, 20 (2), 133-150.
Donnellan, M.B.,Trzesniewski, K.H., Robins, R.W., Mffitt, T.E& Caspi, A. (2005). Low self
esteem is related to aggression, antisocial behavior and delinquency. American
Psychological Society, 16 (4). Diperoleh dari http://www.psy.miami.edu/
Dubitsky,M & Quintero, C. (2010). Disruption in the classroom: Prevention, response and
restoration. Project in California State University Sacramento.
Esfandy, B., Bhardn, R& Nowsari, L.(2009). Background of inter parental conflicts and
internalizing behaviour problems among adolescents. European Journal of Scientific
Research, 37 (4), 599-607. Diperoleh dari http://www.eurojournals.com/
Espelage, d. L., Holt, M. K., & Henkel, R. R. (2003). Examination of peer-group contextual
effect on aggression during early adolescence. Child development, 74, 200-220.
White, D.D., Galup, A. C & Galup, G.G. (2010). Indirect peer aggression in adolescence and
reproductive behavior. Evolutionary Psychology, 8 (1), 49-56. Diperoleh dari
http://www.epjournal.net/

xi
24

Gentile, D.A., Lynch. P.L., Linder, J.R., & Walsh, D.A (2004). The effects of violent video game
habits on adolescent hostility, aggressive behaviors, and school performance. Journal of
adolescence, 27, 5-24. Diperoleh dari http://www.scienceblogs.de/
Gingerich, W.J & Eisengart, S. (2000). Solution focused brief therapy: A review of the outcome
research. Family Process, 39 (4): 447-498
Gutzwiller, M. (2009). The need fo research on child and adolescent group Practice for male
gender role strain. Journal of Counseling Psychology, 1 (2): 4. Diperoleh dari http:
//epublication.marquette.edu/gjcp/voll/iss2/4
Gutterman, J. T., & Leite, N. (2006). Solution-focused counseling for clients with religious and
spiritual concerns. Counseling and Values, 51, 39-52.
http://dunia.pelajar-islam.or.id/
http://news.detik.com/
Hauser, J.C (2006). The role of parent and peers in children’s reponses to aggression at home
and at school. Thesis di Bowling Green State University.
Kassinove, H.,& Tafrate, R. (2006). Anger related disorder: Basic issues, models, and diagnostic
considerations. Anger Related Disorders, 1, 1-27. Diperoleh dari etd.ohiolink.edu
Kim, J.S. (2009). Examining the effectiveness of solution-focused brief therapy: A meta-analysis
using random effect modeling. 19 th National Symposium on Doctoral-Research, Social
Work di University of Kansas. Diperoleh dari www.socwel.ku.edu/

Ko, C., Yen, J., Liu.S., Huang, C & Yen, C. (2009) The associations between aggressive
behaviors and internet addiction and online activities in adolescents. Journal of
Adolescent Health, 44, 6, 598-605. Diperoleh dari http://www.jahonline.org/.
Kurtz, J. (2003). The development of an alternative group therapy curriculum to address
aggression among adolescent boys. Project, California State University Sacramento.
Diakses dari http://hdl.handle.net/10211.9/762.
Latipun (2004). Psikologi konseling. Malang : UMM Press.
Latipun (2010). Keberkesanan kaunseling berfokus resolusi konflik antara rakan sebaya.
Disertasi Doktor, Universiti Kebangsaan Malaysia.
Lee, M., Greene, G.J & Rheinscheld, J. (1999). A Model for short-term solution-focused group
treatment of male domestic violence offenders. Journal of Family Social Work, 3(2), 3957.

25
xii

Linder, J.R & Gentile, D.A. (2009) Is the television rating system valid? Indirect, verbal, and
physical aggression in programs viewed by fifth grade girls and associations with
behavior. Journal of Applied Developmental Psychology, 30 (3), 286-297.
Lopez, E.E., Olaizola, J.H., Ferrer, B.M & Ochoa, G.M (2006). Aggressive and nonaggressive
rejected student: An analysis of their differences. Psychologi in the school, 43(3), 387394. Diperoleh dari https://www.uv.es/
Lopez,E.E., Perez, S.M., Ochoa, G.M & Ruiz, D.M (2008). Adolescent aggression: Effects of
gender and family and school environments. Journal of Adolescence, 31, 433–450.
Diperoleh dari http://www.uv.es/
Macdonald, A. J. (2005). Brief therapy in adult psychiatry: results fifteen years of practice. The
Association for Family Therapy and Systemic Practice, 27, 65-75. Diperoleh dari
http://onlinelibrary.wiley.com/

Melanie J. Zimmer-Gembeck, M.J., Ceiger, T.C & Crick, N.R. (2005). Relational and physical
aggression, prosocial behavior, and peer relations. Journal of Early Adolescence, 25 (4).
Miller, M.B., Greenwood, D & Maguire, P. (2003). Why action research?. Action Research, 1
(1), 9-28.
Mischkowski, D. (2012). Flies on the wall are less aggressive : Effect of self-distancing on
aggressive affect, cognition, and behavior. Thesis for Degree Master of Arts, The Ohio
State University. Diperoleh dari http://etd.ohiolink.edu/
Myszor, P (2005). Solution focused Therapy-more approach. Hypnotherapi Training Course.
Diperoleh dari http://www.uncommon-knowledge.co.uk/
Newsome, W.S. (2002). The effectiveness and utility of solution focused brief therapy (SFBT)
with at-risk junior high school students: A quasi-experimental study. National Symposium
on Doctoral Research in Social Work 15th, Ohio State University. College of Social Work
. Diperoleh dari https://kb.osu.edu/
Newsome, W.S. (2005). The impact of solution-focused brief therapy with at-risk junior high
school student. Children Schools, 27 (2), 83-90.
Problem solving skills: Solution-focused strategies for student development. Journal of School
Improvement, 1 (2), 76-85 Diperoleh dari http://www.ncacasi.org/
Ramirez, J. Martin (2003) Hormones and aggression in childhood and adolescence. Aggression
and
Violent
Behavior,
8
(6),
621-644.
Diperoleh
dari
http://eprints.ucm.es/10000/1/AVB2003.pdf
Ramirez, J. M& Andreu, R, José, M. (2006). Aggression, and some related psychological
constructs (anger, hostility, and impulsivity): comments from a research project.
Neuroscience and Biobehavioural Reviews, 30 (3), 276-291.
26
xiii

Santrock, J.W. (2007). Remaja. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Schieffer, J.L & Schieffer, D.J. (2000). Problem-solving skills: Solution focused strategies for
student development. Journal of School Improvement, 1 (2), 1-8. Diperoleh dari
http://www.wellnesstherapy360.com/

Sethi, D., Hughes, K., Bellis, Mark, Mitis, F & Racioppi, F. (2010). European report on
preventing violence and knife crime among young people. World Health Organization
Regional Office for Europe. Diperoleh dari www.euro.who.int
Slowikowski, J. (2010). Substance use and delinquent behavior among serious adolescent
offender. Juvenile justice bulletin, 1-20. Diakses dari www.ncjrs.gov/
Simpson, K. (2001). The Role of Testosterone in Aggression. McGill Journal of Medicine, 3240. Diperoleh dari http://www.med.mcgill.ca/
Twenge, J. M., Ciarocco, N.J., Baumeister, R.F., DeWall, C.N., Bartels, J. M. (2007). Social
exclusion decreases prosocial behavior. Journal of Personality and Social Psychology, 92
(1), 56-66.
Wilson, J.J. (2000, September). Preventing adolescent gang involvement. Juvenile Justice
Buletin. Diperoleh dari www.ncjrs.gov/
Winship, G. (2007). Single-session solution- focused brief therapy and self-harm: a pilot study.
Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing, 14, 601-602.
Zimmer-Gembeck, M.J., Geiger, T.C& Crick, N.R. (2005). Relational and physical aggression,
prosocial behavior, and peer relations. Journal of Early Adolescence 25 (4): 421-452.
Diperoleh dari http://www.sdrs.info/

xiv
27