Ilmu dan pengalaman pra ilmia
A. Ilmu dan Pengalaman Prailmiah
Kata ilmu berasal dari bahasa arab ‘alima, ya’lamu yang berarti mengerti, memahami benar-benar[3].
Dalam bahasa inggris ilmu disebut science. Secara terminologi, ilmu menurut beberapa ahli sebagai
berikut:
Menurut Muhammad Hatta, ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hokum kausal
dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar,
maupun bangunannya dari dalam.
Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan
sistematik dan keempatnya serentak.
Ashley Montagun, guru besar antropologi di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah
pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengalaman studi dan percobaan untuk
menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji[4].
Dari definisi diatas penulis lebih cenderung pada pendapat Ralp Ross, Ernest dan Ashley, bahwa ilmu
merupakan sebuah pengetahuan yang tersusun dalam satu sistem berasal dari pengalaman studi dan
percobaan yang bersifat empiris, rasional, umum dan sistematik. Dan ilmu juga didalamnya mengandung
adanya pengetahuan yang pasti, praktis, sistematik, metodik, ilmiah dan mencakup kebenaran umum
mengenai obyek studi yang bersifat fisis (natural)[5].
Untuk dapat memproduk suatu ilmu diperlukan pengetahuan sebagai landasan, kemudian pengetahuan
tersebut diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis menggunakan pendekatan-pendekatan
ilmiah tentunya.
Pengetahuan merupakan berbagi gejala yang diperoleh manusia melalui pengamatan indrawi.
Pengetahuan dibagi menjadi dua, yakni pengetahuan non ilmiah dan pengetahuan prailmiah.
Pengetahuan non ilmiah adalah hasil serapan indera terhadap pengalaman hidup yang tidak perlu dan
tidak mungkin diuji kebenarannya. Pengetahuan non ilmiah tidak dapat dikembangkan menjadi
pengetahuan ilmiah, jadi hanya sekedar pengetahuan. Misalnya pengetahuan orang tentang adanya jin,
makhluk halus atau benda-benda pusaka. Sedangkan pengetahuan prailmiah adalah hasil serapan indera
terhadap pengalaman yang terbuka terhadap pengujian lebih lanjut menggunakan metode-metode
ilmiah. Pengetahuan prailmiah juga disebut pengalaman prailmiah. Misalnya pengetahuan orang tentang
manfaat rebusan daun sirih untuk mengurangi bau badan dan keputihan. Dalam hal ini orang akan
mencari tahu bagaimana mungkin rebusan daun sirih dapat mengurangi bau badan dan mengobati
keputihan, orang akan mengadakan eksperimen-eksperimen sehingga menemukan kebenaran dari
pengalaman tersebut.
Menurut Beerling, pengalaman prailmiah adalah pengetahuan manusia yang terdapat sebelum adanya
ilmu yang menjadi dasar pengetahuan ilmiah sampai masa kini[6]. Jadi pengalaman prailmiah
merupakan dasar yang mendasari ilmu pengetahuan.
P
Ilmu / Pengetahuan ilmiah
Ilmu dan pengalaman prailmiah adalah dua hal yang saling berkaitan dan bertahap. Ilmu akan terproduk
melalui tahapan-tahapan yang salah satunya adalah pengalaman prailmiah, atau dapat penulis
deskripsikan dengan tabel berikut ini:
A. Pengalaman prailmiah
B.
Metode ilmiah
Untuk dapat mencapai ilmu diperlukan pengujian menggunakan metode-metode ilmiah terhadap
pengalaman prailmiah tersebut. Ilmu juga timbul dari penggolongan secara metodologi terhadap arus
bahan-bahan pengalaman yang terkumpul[7]
Kata ilmu berasal dari bahasa arab ‘alima, ya’lamu yang berarti mengerti, memahami benar-benar[3].
Dalam bahasa inggris ilmu disebut science. Secara terminologi, ilmu menurut beberapa ahli sebagai
berikut:
Menurut Muhammad Hatta, ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hokum kausal
dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar,
maupun bangunannya dari dalam.
Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan
sistematik dan keempatnya serentak.
Ashley Montagun, guru besar antropologi di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah
pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengalaman studi dan percobaan untuk
menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji[4].
Dari definisi diatas penulis lebih cenderung pada pendapat Ralp Ross, Ernest dan Ashley, bahwa ilmu
merupakan sebuah pengetahuan yang tersusun dalam satu sistem berasal dari pengalaman studi dan
percobaan yang bersifat empiris, rasional, umum dan sistematik. Dan ilmu juga didalamnya mengandung
adanya pengetahuan yang pasti, praktis, sistematik, metodik, ilmiah dan mencakup kebenaran umum
mengenai obyek studi yang bersifat fisis (natural)[5].
Untuk dapat memproduk suatu ilmu diperlukan pengetahuan sebagai landasan, kemudian pengetahuan
tersebut diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis menggunakan pendekatan-pendekatan
ilmiah tentunya.
Pengetahuan merupakan berbagi gejala yang diperoleh manusia melalui pengamatan indrawi.
Pengetahuan dibagi menjadi dua, yakni pengetahuan non ilmiah dan pengetahuan prailmiah.
Pengetahuan non ilmiah adalah hasil serapan indera terhadap pengalaman hidup yang tidak perlu dan
tidak mungkin diuji kebenarannya. Pengetahuan non ilmiah tidak dapat dikembangkan menjadi
pengetahuan ilmiah, jadi hanya sekedar pengetahuan. Misalnya pengetahuan orang tentang adanya jin,
makhluk halus atau benda-benda pusaka. Sedangkan pengetahuan prailmiah adalah hasil serapan indera
terhadap pengalaman yang terbuka terhadap pengujian lebih lanjut menggunakan metode-metode
ilmiah. Pengetahuan prailmiah juga disebut pengalaman prailmiah. Misalnya pengetahuan orang tentang
manfaat rebusan daun sirih untuk mengurangi bau badan dan keputihan. Dalam hal ini orang akan
mencari tahu bagaimana mungkin rebusan daun sirih dapat mengurangi bau badan dan mengobati
keputihan, orang akan mengadakan eksperimen-eksperimen sehingga menemukan kebenaran dari
pengalaman tersebut.
Menurut Beerling, pengalaman prailmiah adalah pengetahuan manusia yang terdapat sebelum adanya
ilmu yang menjadi dasar pengetahuan ilmiah sampai masa kini[6]. Jadi pengalaman prailmiah
merupakan dasar yang mendasari ilmu pengetahuan.
P
Ilmu / Pengetahuan ilmiah
Ilmu dan pengalaman prailmiah adalah dua hal yang saling berkaitan dan bertahap. Ilmu akan terproduk
melalui tahapan-tahapan yang salah satunya adalah pengalaman prailmiah, atau dapat penulis
deskripsikan dengan tabel berikut ini:
A. Pengalaman prailmiah
B.
Metode ilmiah
Untuk dapat mencapai ilmu diperlukan pengujian menggunakan metode-metode ilmiah terhadap
pengalaman prailmiah tersebut. Ilmu juga timbul dari penggolongan secara metodologi terhadap arus
bahan-bahan pengalaman yang terkumpul[7]