Artikel Ilmiah Populer Makna Sastra untu

Kabar Priangan, 9 Januari 2013

MAKNA SASTRA UNTUK KITA
Oleh: Aji Septiaji
Bangsa Indonesia kaya akan berbagai hasil karya sastra, seperti puisi, prosa
dan drama. Kata sastra terbentuk dari bahasa sansekerta = susastra, yaitu su yang
artinya indah, baik. Sas artinya aturan atau nasihat, atau agama, dan tra artinya alat.
Jadi sastra berarti alat untuk menyampaikan aturan, ajaran, nasihat, atau agama
dengan menggunakan bahasa atau hal-hal yang indah dan baik. Keindahan hasil
karya sastra itu ditentukan oleh isi yang terkandung dalam karangan atau bahasa
yang dipergunakan oleh sang penyair (dalam puisi) atau sang penulis (dalam prosa
dan drama).
Hasil-hasil karya sastra adalah puisi, prosa, dan drama. Puisi adalah hasil
karya sastra berupa karangan terikat. Sebuah puisi diikat oleh bait-bait yang
tersusun dari baris-baris berupa kalimat yang mampu membangkitkan tanggapan
khusus lewat bunyi, irama, dan makna khusus. Dengan banyak membaca dan
mempelajari puisi, kita dapat menikmati keindahan bahasa yang tertuang dalam
puisi sehingga akan melatih kepekaan nilai rasa. Sedangkan prosa adalah karangan
bebas. Dengan membaca karya sastra prosa seperti cerpen, novel atau esai, akan
melatih daya pemahaman kita terhadap isi cerita karena bahasa prosa dekat dengan
bahasa sehari-hari. Sedangkan drama adalah karangan yang dipentaskan.

Penggambaran kehidupan dalam drama melalui peran dan dialog (cakapan) para
tokoh. Dengan menyaksikan pementasan sebuah drama, dapat melatih kita dalam
berakting atau bermain peran seperti gambaran situasi dalam cerita yang
dipentaskan.
Menurut Rahmanto (1998:16) ada empat manfaat belajar sastra, yaitu:
1. Membantu Keterampilan Berbahasa
Meliputi: kemampuan menyimak pembacaan karya sastra, kemampuan
berbicara dengan bermain peran atau menanggapi isi cerita, kemampuan
membaca melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen, dan kemampuan menulis
puisi dan cerpen serta karya sastra lainnya.
2. Meningkatkan Pengetahuan Budaya
Sastra adalah bagian dari kebudayaan. Sebuah karya sastra memuat unsur-unsur
kebudayaan, sehingga dapat mengetahui budaya suatu masyarakat.
3. Mengembangkan Cipta dan Rasa
Mengembangkan cipta dan rasa yang berkaitan dengan kecakapan yang bersifat
indra, penalaran, afektif , sosial dan religius. Sekaligus mengembangkan
kepekaan rasa dan emosi.
4. Menunjang Pembentukan Watak atau Karakter
Dengan belajar memahami berbagai karakter tokoh cerita. Kita dapat
menentukan karakter baik dan buruk. Dan mendayagunakan pengetahuan,

memperkaya rohani, menjadi manusia yang berbudaya dan belajar
mengungkapkan sesuatu dengan baik.

Kabar Priangan, 9 Januari 2013

Keempat manfaat yang diuraikan di atas merupakan dasar dalam memperoleh
karakter yang memiliki kecerdasan melalui keindahan berbagai karya sastra.
Karya sastra jika dibandingkan dengan karya tulis yang lain, memiliki berbagai
ciri keunggulan yaitu keorisinalan (keaslian), keartistikan (nilai seni), serta
keindahan alam, isi dan ungkapannya. Selain itu juga, dalam memahami karya
sastra akan menemukan tiga aspek, yaitu keindahan, kejujuran, dan kebenaran.
Keindahan dalam bentuk yang ditampilkan dalam sastra, kejujuran dalam
ungkapan yang ditunjukkan dalam sastra, dan kebenaran terhadap isi yang
dipahami dalam sastra.
Meskipun sastra dekat dengan keindahan, namun sastra memiliki manfaat.
Penyair kuno, Horatius merumuskan manfaat sastra dengan ungkapan yang padat,
yaitu dulce dan et utile yang artinya “menyenangkan dan bermanfaat”.
Menyenangkan dapat diartikan dengan aspek hiburan yang diberikan sastra,
sedangkan bermanfaat dapat dihubungkan dengan pengalaman hidup yang
ditawarkan sastra. Dari ungkapan tersebut akan timbul pertanyaan yaitu „Hiburan

apakah yang ditawarkan sastra?‟ Jawabannya, sastra antara lain menawarkan
humor. Seperti pada penggalan puisi berikut ini.
Hujan Air
Hujan turunnya ke cucuran atap
Kalau banjir atapnya yang turun ke air
Penderitaan
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersakit-sakit berkepanjangan
Taufik Ismail
(Petatah Petitih Baru, 1972)
Penggalan puisi bernada humor di atas merupakan contoh bahwa sastra
mampu memberikan hiburan.
Pertanyaan selanjutnya yang akan muncul ialah „Pengalaman apakah yang
ditawarkan sastra?‟ Jawabannya, sastra menawarkan pengalaman hidup yang dapat
memperluas wawasan pembacanya, seperti pada puisi berikut.
TUHAN, BEGITU DEKAT
Tuhan
Kita begitu dekat

Sebagai api dengan panas

Kabar Priangan, 9 Januari 2013

Aku panas dalam apimu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu
(Abdul Hadi W.M.)
Pada puisi di atas, penyair Abdul Hadi ingin berbagi pengalaman religiusnya
dengan pembaca. Pada suatu saat ia begitu dekat dengan Tuhan. Pada saat yang
lain ia merasa tidak berarti di hadapan Tuhan, seperti nyala lampu ketika padam,

musnah, hilang , ke dalam yang Maha Gaib.
Dari kedua puisi di atas menunjukkan bahwa manfaat sastra begitu dekat dan
nyata. Manfaat tersebut yaitu mampu memberikan hiburan yang dapat menjadikan
sastra begitu menyenangkan, dan mampu memberikan pengalaman hidup yang
dapat menjadikan sastra begitu bermanfaat.
Sastra dan Kecerdasan Emosional
Bahasa dan sastra merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sastra
merupakan satu bentuk karya seni yang menggunakan bahasa sebagai sarana
(media) penyampaiannya. Bahasa digunakan sastrawan sebagai media untuk
menyampaikan ide atau gagasannya kepada masyarakat luas. Bahasa menjadi
”jembatan” yang menghubungkan sastrawan dengan khalayak. Melalui sastra,
penulis (pengarang) mengeluarkan potensi-potensi bahasa untuk menyampaikan
gagasannya untuk tujuan tertentu. Dengan demikian, bahasa merupakan unsur
penting bagi sastra atau bisa dikatakan sebagai bahan pokok karya sastra.
Mengingat bahasa menjadi bahan utama sastra, maka untuk memahami karya
sastra penguasaan bahasa mutlak diperlukan. Hal ini karena sastra sering kali tidak
menyatakan maksud secara langsung, tetapi melalui kiasan-kiasan, simbol-simbol,
atau pun lambang-lambang. Bahasa dalam sastra tidak dapat diterjemahkan secara
apa adanya. Misalnya, untuk mengatakan aku rindu sekali seorang pengarang akan
mengungkapnya dengan api rindu ini terus menyala, rindu ini terus menyapa, dan


Kabar Priangan, 9 Januari 2013

sebagainya. Untuk memahami bahasa yang digunakan pengarang tersebut tentu
harus memiliki pengetahuan mengenai gaya bahasa.
Demikian pula ketika akan menulis karya sastra. Untuk menulis sastra,
seseorang harus memiliki penguasaan bahasa yang baik. Mulai dari penguasaan
kosa kata (diksi), pemakaian gaya bahasa, penyusunan kalimat, pengembangan
paragraf, dan sebagainya. Bisa dipastikan, seseorang yang tidak memiliki
penguasaan bahasa yang bagus, tentu tidak dapat menghasilkan karya sastra yang
berkualitas. Bagaimana seseorang akan mampu mendeskripsikan seorang tokoh
dalam prosa dengan baik sementara ia tidak memiliki pengetahuan mengenai
karakteristik paragraf deskripsi?
Di sisi lain, bahasa juga memanfaatkan sastra untuk mengembangkan dirinya.
Hal ini lantaran bahasa dalam karya sastra seringkali memiliki makna tersirat di
balik makna yang sesungguhnya. Dalam sastra, bahasa sering kali menjadi lebih
kaya. Oleh karena itu, seseorang yang sering membaca karya sastra akan memiliki
kekayaan bahasa bahkan juga kekayaan berbahasa. Melihat kekayaan bahasa dalam
sastra, seseorang dapat memanfaatkan sastra untuk belajar bahasa. Misalnya,
melalui prosa seseorang dapat belajar tentang paragraf deskripsi karena dalam

sastra pengarang sering menggunakan deskripsi untuk menggambarkan tokoh atau
pun latar. Melalui puisi, seseorang juga dapat belajar beragam majas, dan
sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa dalam mempelajari sastra tidak akan terlepas
dari bahasa, dan sastra pun dapat digunakan sebagai sarana belajar bahasa.
Selain itu juga, makna sastra begitu luas. Bukan hanya yang sudah terurai di atas
saja, melainkan belajar sastra pun mampu mengasah ragam kecerdasan. Kecerdasan
timbul karena kita mampu memanfaatkan dan memperkaya waktu dan wawasan.
Salah satu hal yang mampu membangkitkan kecerdasan kita dalam bersastra ialah
dengan membaca, terutama membaca karya-karya sastra orang lain. Seperti yang
diungkapkan Taufik Ismail bahwa Kecintaan membaca buku dalam bidang apapun,
secara awal ditumbuhkan melalui kecintaan membaca karya sastra. Sastra memang kaya
akan ide/gagasan, sastra dekat dengan situasi dan kondisi siapapun dan di mana
pun kita berada.
Belajar sastra mampu mengasah ragam kecerdasan. Terdapat tiga kecerdasan
yang bermanfaat dan bermakna dalam sastra, yaitu kecerdasan emosional,
kecerdasan kreatif, dan kecerdasan intrapersonal & natural. Kecerdasan Emosional
yaitu kecerdasan dalam memahami dan mengelola emosi yang ada di dalam diri.
Terdapat 5 aspek yang membangun kecerdasan emosi, yaitu (1) memahami emosiemosi sendiri, (2) mampu mengendalikan emosi-emosi sendiri, (3) memotivasi diri
sendiri, (4) memahami emosi-emosi orang lain, dan (5) mampu membina hubungan

sosial. Kecerdasan emosional akan terasah apabila membaca karya sastra yang
mengandung unsur intrinsik dan ekstrinsik, begitu pun dengan mengenali alur
cerita, konflik-konflik, dan karakter para tokoh yang ada di dalamnya.
Kecerdasan kreatif yaitu kecerdasaan yang timbul melalui cara berpikir atau
imajinasi. Imajinasi akan timbul apabila sebelumnya kita membaca kemudian

Kabar Priangan, 9 Januari 2013

memiliki keinginan untuk mengalihkannya ke dalam tulisan. Membaca karya fiksi
mampu membangkitkan imajinasi karena memerlukan pembacaan yang mendalam
dan berulang berbeda dengan karya nonfiksi. Hal tersebut akan mengasah cara
berpikir kita semisal memahami puisi atau cerpen yang terdapat kata-kata simbolik,
petunjuk-petunjuk yang samar, dan pesan yang tersembunyi. Dengan demikian
kecerdasarn kreatif dalam diri kita mampu ditumbuhkembangkan selama memiliki
keinginan dalam membaca dan menulis.
Selanjutnya Kecerdasan Intrapersonal & Natural, yaitu kecerdasan yang berasal
dari dalam diri dan di luar diri. Karya sastra bisa bersumber dari dalam diri yaitu
melalui perenungan. Merenungi kejadian atau peristiwa yang telah berlalu
merupakan salah satu cara dalam memperoleh idea tau gagasan. Intrapersonal
merupakan kecerdasan yang mampu berkomunikasi dengan diri sendiri. Selain itu,

sumber karya sastra bisa dari luar diri yaitu lingkungan sekitar atau alam. Ide-ide
yang imajinatif biasanya kita dapatkan dari alam sekitar, bisa dari rumput-rumput
hijau, pegunungan, hutan, sungai, laut, dan lain-lain. Semakin dekat dengan alam
sekitar, maka semakin meningkat pula kecerdasan intrapersonal & natural yang ada
di dalam diri kita. Semoga!
Aji Septiaji
Asisten dosen pada mata kuliah dasar umum
Bahasa Indonesia di Universitas Galuh Ciamis.