Seperti Apa sih Tanda tanda orang yang

Seperti Apa sih Tanda-tanda orang yang
selalu Bersyukur
Mengakui dan Menyadari Bahwa Allah Telah Memberinya
Nikmat
Orang yang bersyukur senantiasa menisbatkan setiap nikmat yang
didapatnya kepada Allah Ta’ala. Ia senantiasa menyadari bahwa hanya atas
takdir dan rahmat Allah semata lah nikmat tersebut bisa diperoleh.
Sedangkan orang yang kufur nikmat senantiasa lupa akan hal ini. Dari Ibnu
Abbas Radhiallahu’anhuma, ia berkata,
‫همسطنر ال نناهس على عهسد ال ننبسني ص نلى الل نهه عليسه وسل ننم فقانل ال ننب نهي ص نلى الل نهه عليسه وسل ننم أصبنح منن ال نناسس شاكرر ومنهم كافرر‬
‫قالوا هذسه رحمهة الل نسه وقانل بعهضهم لقد صدنق نوهء كذا وكذا‬
“Ketika itu hujan turun di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu Nabi
bersabda, ‘Atas hujan ini, ada manusia yang bersyukur dan ada yang kufur
nikmat. Orang yang bersyukur berkata, ‘Inilah rahmat Allah.’ Orang yang
kufur nikmat berkata, ‘Oh pantas saja tadi ada tanda begini dan
begitu’” (HR. Muslim no.73).

Menyebut-Nyebut Nikmat yang Diberikan Allah
Mungkin kebanyakan kita lebih suka dan lebih sering menyebut-nyebut
kesulitan yang kita hadapi dan mengeluhkannya kepada orang-orang. “Saya
sedang sakit ini.” “Saya baru dapat musibah itu..” “Saya kemarin rugi sekian

rupiah..”, dll. Namun sesungguhnya orang yang bersyukur itu lebih sering
menyebut-nyebut kenikmatan yang Allah berikan. Karena
Allah Ta’ala berfirman,
‫ث‬
‫حسند ث‬
‫نوأ ن نما سبسنثعنمسة نر سبننك نف ن‬
“Dan nikmat yang diberikan oleh Rabbmu, perbanyaklah menyebutnya” (QS.
Adh-Dhuha: 11).

Namun tentu saja tidak boleh takabbur (sombong) dan ‘ujub (merasa kagum
atas diri sendiri).

Menunjukkan Rasa Syukur dalam Bentuk Ketaatan kepada
Allah
Sungguh aneh jika ada orang yang mengaku bersyukur, ia menyadari segala
yang ia miliki semata-mata atas keluasan rahmat Allah, namun di sisi lain
melalaikan perintah Allah dan melanggar larangan-Nya, ia enggan shalat,
enggan belajar agama, enggan berzakat, memakan riba, dll. Jauh antara
pengakuan dan kenyataan. Allah Ta’ala berfirman,
‫نول ننقثد ن ننصنرك ههم الل نهه سببنثدرر نوأ نن ثتهثم أ نسذل نرة نفات نهقوا الل ننه ل ننعل نك هثم تنثشك ههرونن‬

“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal
kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah
kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya” (QS. Ali Imran: 123).

Maka rasa syukur itu ditunjukkan dengan ketakwaan.

Tips Agar Menjadi Orang yang Bersyukur
1. Senantiasa Berterima Kasih kepada Orang Lain
Salah cara untuk mensyukuri nikmat Allah adalah dengan berterima kasih
kepada manusia yang menjadi perantara sampainya nikmat Allah kepada
kita. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

‫ل يشكر الله من ل يشكر الناس‬
“Orang yang tidak berterima kasih kepada manusia, berarti ia tidak
bersyukur kepada Allah” (HR. Tirmidzi no.2081, ia berkata: “Hadits ini hasan
shahih”).

Beliau juga bersabda,
‫عوا ل نهه نح نتى تننرثوا أ نن نك هثم نقثد نكانفأ ثتههموهه‬
‫ نفسإثن ل نثم تنسجهدوا نما ته ن‬،‫كاسفهئوهه‬

‫نمثن نصن ننع سإل ني ثك هثم نمثعهروففا نف ن‬
‫كاسفهئون نهه نفاثد ه‬
“Barangsiapa yang telah berbuat suatu kebaikan padamu, maka balaslah
dengan yang serupa. Jika engkau tidak bisa membalasnya dengan yang
serupa maka doakanlah ia hingga engkau mengira doamu tersebut bisa
sudah membalas dengan serupa atas kebaikan ia” (HR. Abu Daud no. 1672,
dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Abu Daud).

Oleh karena itu, mengucapkan terima kasih adalah akhlak mulia yang
diajarkan oleh Islam. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
‫ جزانك الل نهه خيفرا فقد أبلنغ في ال نثناسء‬: ‫نمن هصسننع إليسه معرورف فقانل لفاعلسسه‬
“Barangsiapa yang diberikan satu kebaikan kepadanya lalu dia
membalasnya dengan mengatakan, ‘Jazaakallahu khair’ (semoga Allah
membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh hal itu telah mencukupinya
dalam menyatakan rasa syukurnya” (HR. Tirmidzi no.2167, ia berkata:
“Hadits ini hasan jayyid gharib”, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih At
Tirmidzi).

2. Merenungkan Nikmat-Nikmat Allah
Dalam Al-Qur’an sering kali Allah menggugah hati manusia bahwa banyak

sekali nikmat yang Ia limpahkan sejak kita datang ke dunia ini, agar kita
sadar dan bersyukur kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman,
‫نوالل نهه أ نثخنرنجك هثم سمثن بههطوسن أ ه نمنهاستك هثم ل تنثعل نهمونن نشي ثفئا نونجنعنل ل نك ههم ال نسثمنع نوالبثنصانر نوالثفسئندنة ل ننعل نك هثم تنثشك ههرونن‬
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl: 78).

3. Qana’ah
Senantiasa merasa cukup atas nikmat yang ada pada diri kita membuat kita
selalu bersyukur kepada Allah. Sebaliknya, orang yang senantiasa merasa
tidak puas, merasa kekurangan, ia merasa Allah tidak pernah memberi
kenikmatan kepadanya sedikitpun. Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda,
‫ و كن قسنفعا تكن أثشك ننر الناسس‬، ‫عا تكن أعبند الناسس‬
‫كن نوسر ف‬
“Jadilah orang yang wara’, maka engkau akan menjadi hamba yang paling
berbakti. Jadilah orang yang qana’ah, maka engkau akan menjadi hamba
yang paling bersyukur”(HR. Ibnu Majah no. 3417, dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Ibni Majah).


4. Sujud Syukur
Salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur ketika mendapat
kenikmatan yang begitu besar adalah dengan melakukan sujud syukur.

‫ كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا جاءه أمر بشر به خر ساجدا؛‬:‫عن أبي بكرة نفيع بن الحارث رضي الله عنه قال‬
‫شاكرا لله‬
“Dari Abu Bakrah Nafi’ Ibnu Harits Radhiallahu’anhu ia berkata, ‘Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika menjumpai sesuatu yang
menggemberikan beliau bersimpuh untuk sujud. Sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Allah” (HR. Abu Daud no.2776, dihasankan oleh Al-Albani
dalam Irwaul Ghalil).

5. Berdzikir
Berdzikir dan memuji Allah adalah bentuk rasa syukur kita kepada Allah. Ada
beberapa dzikir tertentu yang diajarkan oleh Rasulullah khusus
mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah. Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda,

.‫ فلك الحمد ولك الشكر‬،‫ اللهم ما أصبح بي من نعمة أو بأحد من خلقك فمنك وحدك ل شريك لك‬:‫من قال حين يصبح‬
‫ ومن قال ذلك حين يمسي فقد أدى شكر ليلته‬،‫فقد أدى شكر يومه‬

“Barangsiapa pada pagi hari berdzikir: Allahumma ashbaha bii min ni’matin
au biahadin min khalqika faminka wahdaka laa syariikalaka falakal hamdu
wa lakasy syukru.”
(Ya Allah, atas nikmat yang Engkau berikan kepada ku hari ini atau yang
Engkau berikan kepada salah seorang dari makhluk-Mu, maka sungguh
nikmat itu hanya dari-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu. Segala pujian dan
ucap syukur hanya untuk-Mu)
Maka ia telah memenuhi harinya dengan rasa syukur. Dan barangsiapa yang
mengucapkannya pada sore hari, ia telah memenuhi malamnya dengan rasa
syukur” (HR. Abu Daud no.5075, dihasankan oleh Syaikh Abdul Qadir AlArnauth dalam tahqiqnya terhadap kitab Raudhatul Muhadditsin).

Cara Bersyukur yang Salah
1. Bersyukur kepada Selain Allah
Sebagian orang ketika mendapat kenikmatan, mereka mengungkapkan rasa
syukur kepada selain Allah, semisal kepada jin yang mengaku penguasa
lautan, kepada berhala yang dianggap dewa bumi, atau kepada sesembahan
lain selain Allah. Kita katakan kepada mereka,
‫ب ث همن سمثن ن هثطنفرة ث همن نس نوانك نرهجفلا‬
‫ت سبال نسذي نخل ننقنك سمثن تهنرا ر‬
‫أ نك ننفثر ن‬

“Apakah engkau kufur kepada Dzat yang telah menciptakanmu dari tanah
kemudian mengubahnya menjadi nutfah lalu menjadikanmu sebagai
manusia?” (QS. Al-Kahfi: 37).

Allah Ta’ala yang menciptakan kita, menghidupkan kita, dari Allah sematalah
segala kenikmatan, maka sungguh ‘tidak tahu terima kasih’ jika kita
bersyukur kepada selain Allah. Dan telah kita ketahui bersama bahwa syukur

adalah ibadah. Dan ibadah hanya pantas dan layak kita persembahkan
kepada Allah semata. Tidak ada sekutu baginya. Allah Ta’ala juga berfirman,
‫عبهثد نوك هثن سمنن ال نشاسكسرينن‬
‫بنسل الل ننه نفا ث‬
“Beribadahlah hanya kepada Allah dan jadilah hamba yang bersyukur” (QS.
Az-Zumar: 66).

2. Ritualiasasi Rasa Syukur yang Tidak Diajarkan Agama
Mengungkapkan rasa syukur dalam bentuk ritual sah-sah saja selama ritual
tersebut diajarkan dan dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam. Misalnya dengan sujud syukur atau dengan melafalkan dzikir.
Andaikan ada bentuk lain ritual rasa syukur yang baik untuk dilakukan tentu

sudah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam serta para
sahabat. Lebih lagi sahabat Nabi yang paling fasih dalam urusan agama,
paling bersyukur diantara ummat Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam,
yang mereka jumlahnya puluhan ribu dan di antara mereka ada yang masih
hidup satu abad setelah Rasulullah wafat, sebanyak dan selama itu tidak ada
seorang pun yang terpikir untuk membuat ritual semacam perayaan hari
ulang tahun, ulang tahun pernikahan, syukuran rumah baru, sebagai bentuk
rasa syukur mereka. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
‫عل ني ثسه أ نثمهرننا نفههنو نرند ر‬
‫عنمفلا ل ني ثنس ن‬
‫عسمنل ن‬
‫نمثن ن‬
“Barang siapa yang melakukan amalan (ibadah) yang tidak berasal dari
kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Bukhari no.20, Muslim no.4590).

Semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yang senantiasa bersyukur atas
segala nikmat-Nya.

Allahumma a’inni ‘ala dzukrika wa syukrika wa huni ‘ibadatika
“Ya Allah aku memohon pertolonganmu agar Engkau menjadikan aku hamba

yang senantiasa berdzikir, bersyukur dan beribadah kepadamu dengan baik”

***
Disarikan artikel berjudul ‘Asy Syukru’ karya Syaikh Dr. Mihran Mahir
Utsman hafizhahullah dengan beberapa tambahan. Artikel