Kenapa Orang Tua dan Kita Harus Belajar

Kenapa Orang Tua dan Kita Harus Belajar Dari Film Cyberbully?
Saat bingung mau menulis apa tentang cyberbully, tak sengaja saya googling dan
menemukan satu film yang menarik tentang cyberbully. Dengan durasi sekitar satu
setengah jam, film ini mampu mengupas tentang perilaku cyberbully yang terjadi di
sekolah (dalam film ini SMU) yang dilakukan juga oleh sesama anak SMU.
CYBERBULLY adalah sebuah film televisi yang ditayangkan pada tanggal 17 Juli
2011 di ABC Family. ABC Family bekerja sama dengan majalah Seventeen dalam
membuat film ini. Film ini bercerita tentang seorang gadis remaja yang diganggu
secara online. Berlokasi di Montreal, film ini akhirnya dirilis dalam bentuk DVD, 7
Februari 2012. Pesimis dalam mencari DVD nya, saya akhirnya memilih menonton
secara online di You Tube (di bawah ada linknya ya..). Walau terbatas karena tidak
ada terjemahan atau subtitlenya, paling tidak saya bisa menangkap esensi film ini.
Film ini mengambil pendekatan yang realistis dan bijaksana terhadap masalah
bullying secara online yang diperlihatkan melalui mata korban yang masih remaja.
Meskipun situs sosial di dalam cerita ini adalah fiksi belaka, kesamaannya dengan
Facebook dan sejenisnya sangat tersirat, sehingga Anda bisa mendapatkan
gambaran nyata melalui interaksi karakter dalam film ini tentang apa yang anak
remaja anda bisa temukan secara online. Sentuhan konten emosional terlihat pada
isu-isu seperti homofobia dan bunuh diri, jadi Anda bersiaplah untuk mendiskusikan
hal-hal ini dengan anak remaja anda. Ada beberapa bahasa yang kotor, seperti
"pantat (ass)" dan "sialan (damn)" serta banyaknya nama-panggilan kasar

("pelacur/ skank, "jalang/ whore"), baik secara langsung maupun dalam percakapan
online yang terlihat di film ini, juga tentang remaja berbicara tentang pengalaman
seksual mereka sendiri dan pandangan mereka tentang seks pranikah. Ada
beberapa pesan positif tentang toleransi, bagaimana berdiri tegak pada tekanan
sebaya (peer pressure), dan pandangan khusus akan keberagaman, namun kesan
serius film ini yang membuatnya baik untuk ditonton para remaja ke atas termasuk
para orang tua.
Alkisah, Taylor Hillridge (Emily Osment) sangat senang ketika ibunya memberinya
komputer untuk ulang tahunnya yang ke-17 dan memberikan akses internet tanpa
batas dan tidak dimonitor ketat. Atas dorongan dari sahabatnya, Samantha (Kay
Panabaker), Taylor bergabung dengan situs sosial yang populer disebut Cliquesters
dan bergabung dengan grup gosip teman-teman sekelasnya. Tapi tak lama
kemudian, dia segera menemukan dirinya menjadi target dari beberapa komentar
buruk dari beberapa gadis di sekolahnya. Hal ini dimulai dengan di-hacknya account
jejaring sosialnya oleh orang tak dikenal. Orang ini menuliskan update pada status
Taylor yang menyatakan bahwa Taylor adalah seorang gadis jalang yang butuh
perhatian. Akhirnya orang misterius ini ketahuan juga yang tak lain tak bukan
adalah adik Taylor sendiri, Eric. Eric mendapat hukuman dari ibu Taylor walau Taylor
pun juga ikut dihukum oleh ibunya akibat penggunaan bahasa yang kasar yang
ditujukan kepada orang lain walau itu hanya secara online. Cerita pun berlanjut

dengan perkenalan Taylor dengan James, salah satu profil di jejaring sosial tersebut.

James kelihatan sebagai orang baik pada awalnya sampai James menyatakan dalam
statusnya bahwa dia telah “tidur” dengan Taylor. Hal ini berdampak besar bagi
Taylor berhubung waktu itu Taylor sedang berharap bisa menjalin hubungan dengan
Scott, lelaki pujaannya di sekolah.
Imbas dari status itu, Scott mengatakan pada Taylor bahwa dia tidak bisa
membawanya ke pesta dansa. Tidak hanya itu, Cheyenne dan Samantha pun mulai
berpaling dari Taylor. Dengan situasi yang semakin lama menjadi di luar kendali,
akhirnya membawa Taylor ke titik nadir. Berusaha mengatasi depresi, Taylor
memposting video online yang menyatakan bahwa dia tidak bisa lagi hidup dengan
dirinya sendiri. Samantha melihat hal ini dan dengan cepat pergi ke rumah Taylor
dan menemukan dia sedang berusaha bunuh diri dengan menelan pil tidur, untung
saat itu tutupnya sulit dibuka. Taylor kemudian dikirim ke rumah sakit. Ibu Taylor
belajar dari insiden tersebut dan berusaha mempengaruhi sistem sekolah dan
undang-undang negara untuk mencegah orang lain mendapatkan masalah yang
sama seperti putrinya. Ibu Taylor pun meminta Taylor untuk bergabung ke sebuah
kelompok pendukung dan mendapatkan bantuan. Hal yang dilakukan Ibu Taylor, Kris
ini yang perlu kita contoh dalam menyikapi perilaku cyberbully. Tidak hanya menjadi
bystanders, yaitu orang yang hanya melihat saja. Kembali ke kelompok pendukung

tadi, di kelompok itu Taylor menemukan bahwa salah satu dari teman sekelasnya,
Caleb ternyata telah melalui hal yang sama persis dengannya, hanya masalahnya
beda, Caleb dinyatakan sebagai gay. Taylor menemukan dukungan dalam kelompok
itu dan akhirnya mengenali masalah bullying jauh lebih baik. Di kemudian hari,
Taylor tahu bahwa temannya Samantha adalah orang yang menciptakan profil
"James". Samantha yang merasa bersalah ternyata juga telah menjadi korban
cyberbully itu sendiri. Taylor akhirnya tahu tentang hal ini dan memberitahu
Samantha tentang kelompok dukungannya. Taylor akhirnya memaafkan Samantha
dan persahabatan mereka hidup kembali. Taylor, Samantha, Cheyenne, Caleb dan
Scott akhirnya semua berdiri bersama melawan kelompok Lindsay. Kelompok
Lindsay adalah kelompok gadis-gadis “sok sempurna” yang sering mem-bully orang
lain secara langsung maupun online. Dengan dukungan dari ibunya, Kris (Kelly
Rowan), dan bantuan korban bully yang lain serta keyakinan bahwa dia mampu
mengatasi trauma emosional tersebut, Taylor bisa pulih kembali dan akhirnya
menggunakan pengalamannya untuk membawa perubahan yang akan membantu
melindungi remaja korban cyberbully lainnya.
Cerita yang cukup relevan dan sedikit memprovokasi pikiran kita, CYBERBULLY
adalah lompatan besar tentang bagaimana berbicara dengan remaja mengenai
bahaya yang sangat nyata yang ada secara online. Film ini bekerja dengan baik
dalam mengangkat sebagian besar isu-isu panas terkait dengan topik ini, termasuk

anonimitas yang ada secara online dimana sebuah account bisa di-create
seenaknya oleh siapa saja (di Kompasiana juga ada lho..), celah hukum yang
memungkinkan terjadinya cyberbullying, tekanan sosial pada remaja untuk ikut
serta dalam hubungan digital, dan kehancuran emosional bahwa bullying

menimbulkan trauma pada korban dan keluarga mereka. Cerita dalam film ini juga
melihat situasi dari sudut pandang bystanders (orang yang hanya melihat saja,
tidak melakukan apa-apa), dengan menunjukkan bagaimana ketidakpedulian
mereka akan lebih jauh memungkinkan perilaku cyberbullying ini terjadi dan
membuat korbannya semakin terisolasi.
Beberapa hal umum yang sering menjadi bahan bully antara lain, bentuk tubuh
seorang gadis, gemuk, sesuatu yang aneh pada organ sampai penilaian
serampangan tentang perilaku gay dan lain-lain seakan mengingatkan bahwa siapa
saja mampu menjadi pelaku bully atau cyberbully. Walau masalah keamanan online
merupakan topik yang sangat relevan diperkenalkan pada remaja saat ini, film ini
mungkin bukan cara terbaik untuk memperkenalkan masalah keamanan online
pada anak remaja kita khususnya bagi kita yang adalah orang Timur yang
mempunyai kesulitan membicarakan masalah seksual secara terbuka. Hal ini
dikarenakan materi pelajaran berat yang terkandung di dalam film ini, adanya
referensi ke hubungan seksual dan PMS, dan bahasa yang kotor/ kasar. Orangtua

perlu menyediakan waktu khusus untuk menonton dan mendiskusikannya dengan
anak remaja, walau akhirnya anda sebagai orang tua mungkin nanti akan terkejut
sendiri dengan apa yang akan anda pelajari tentang masalah cyberbully ini dan
realita yang anda ketahui dari anak remaja anda. Berikut ini beberapa acuan
pertanyaan yang mungkin bisa anda pakai ketika berdialog dengan anak remaja
anda sehabis menonton film ini:






Anda bisa mulai dengan berbicara tentang keamanan online. Tanyakan: Apa
aturan keluarga Anda tentang penggunaan Internet? Apakah ada situs yang
Anda tidak izinkan untuk dikunjungi? Kenapa? Bagaimana aturan-aturan yang
Anda buat dibandingkan dengan aturan teman-teman Anda? Apa saja bahaya
dari berbagi informasi pribadi secara online?
Bagaimana teknologi meningkatkan kualitas hidup kita? Bagaimana hal itu
mengubah cara kita berkomunikasi? Apakah ada kerugian yang timbul
dengan fakta bahwa dengan ponsel dan internet, kita selalu dapat diakses?

Mengapa cyberbully sepertinya menjadi topik hangat? Tanyakan: Apakah
Anda pernah melihat perilaku semacam ini di kalangan orang yang Anda
kenal? Apakah Anda pikir itu berlebihan atau tidak pernah dibahas?, atau
apakah media menggambarkannya secara akurat? Apakah Anda pernah
dibully atau dicyberbully? Apa mekanisme pertahanan Anda untuk
menghadapinya?

Oh iya sampai lupa, ini linknya ya http://www.youtube.com/watch?v=bKrUvahMz1w
selamat menikmati film ini dan mendiskusikannya dengan anak remaja anda. Ambil
saja apa yang baik dan tinggalkan apa yang tidak baik alias dikontekstualisasikan
dengan norma-norma yang anda pegang.

[Tulisan ini dalam rangka mengikuti Lomba Penulisan 'Stop Cyberbully' di
Kompasiana. Untuk membaca karya para peserta lainnya, klik di sini :
http://www.kompasiana.com/stop_cyberbully "]