Hari ini hari pertama datang kesekolah

wb

Hari ini hari pertama datang kesekolah baru. Yap !!! sekolah baru, bukan sekolah
yang gedungnya baru lho !!!!!. Tapi sekolah yang bener – bener baru buat seorang gadis
remaja yang baru saja menamatkan sekolah nya di jenjang menengah pertama. Hari ini
sekolah tersebut belum memulai kegiatan belajar mengajarnya. Dan murid yang datang
pun, hanya murid – murid baru yang akan mendaftarkan dirinya. Gadis remaja tersebut
adalah Dania, gadis remaja yang masih polos dan tidak berani berfikiran yang macam –
macam. Karena memang ia alumni dari sekolah agama yang lumayan tersohor di kota
tersebut. Bersama dengan abang tercinta ia memberanikan diri untuk menyerahkan
formulir pendaftaran kepada panitia. Mungkin ia sangat tidak berniat untuk mendaftar di
sekolah yang satu ini karena memang sekolah ini tidaklah tersohor seperti sekolahnya
dulu, dan juga sekolah ini sangatlah tidak cocok dengan remaja putri ini. Karena
menurutnya ia tidak mahir dalam pengerjaan hitung - menghitung yang menjadi
tuntutan di jurusan yang ia pilih. Akuntansi, seperti yang kalian ketahui akuntansi selalu
berkutat dengan angka – angka dan pengerjaan hitung - menghitung. Tapi apa boleh
buat inilah kehendak dari kedua orang tuanya. Entah apa yang di fikirkan oleh kedua
orang tuanya hingga mereka mengambil keputusan untuk menyekolahkan Dania di
sekolah tersebut. “Dania Multazam” tiba – tiba terdengar suara dari speaker yang
terpasang di pojok atas ruangan itu. Suara tersebut memecahkan lamunannya yang
masih memifirkan alasan orang tuanya yang menurutnya tega mendaftarkannya di

sekolah yang seperti itu keadaannya. Dengan langkah kaki yang gontai ia menuju ke
arah depan menghampiri panitia yang baru saja memanggilnya. “ya pak saya Dania”.
“ini formulir kamu, sekarang kamu bisa melanjutkan proses pendaftaranmu di sana”
ucap bapak panitia tersebut sambil menunjuk salah satu dari banyak kelas yang ada di
sana. “terimakasih pak” setelah mengucapkan terimakasih dan memberitahu kepada
abangnya Dania langsung berjalan menuju keruangan yang tadi di tunjuk oleh bapak
panitia. Karena melamun ia pun tanpa sengaja menabrak seorang laki – laki yang
nampaknya sama – sama ingin menuju ruangan yang akan di tuju oleh Dania. “ouchh,
maaf ngga’ sengaja”. “ eh, iya engga’ apa – apa aku juga minta maaf aku yang salah”.
“engga’ kok aku yang salah aku melamun”. “yaudah deh kita sama – sama salah,
Renaldi” ucap laki – laki itu seraya menyodorkan tangannya untuk berkenalan dengan
Dania. Namun, belum sempat Dania menjabat tangan laki – laki itu abangnya datang
dan menarik tangan Dania ke kelas yang memang harus di tujunya. “Dania” ucapnya
seraya mengikuti sang kakak dari belakang.
Keesokan harinya ia harus kembali datang kesekolah. Hari ini ia harus menjalani
tes untuk menentukan jurusan apa yang akan ia jalani selama 3 tahun bersekolah di sini.
Sebenarnya hati Dania masih bimbang ia bingung untuk memutuskan antara 2 pilihan
yang ada, yaitu mengikuti keinginan orang tua atau keinginannya sendiri. Sudah hampir
satu minggu ia memikiran hal ini. Sejak ia tahu kalau ia akan di daftarkan disekolah itu
ia mulai memikirkan hal tersebut. Awalnya ia berfikir lebih baik mengikuti

keinginannya sendiri. Namun, dengan pertimbangan yang sedemikian rupa keputusan
tersebut ia ganti. Semalaman ia memikirkan lagi keputusannya dan sekaranglah saatnya
untuk menentukan jurusan mana yang akan ia pilih. Akhirnya dengan berat hati Dania
memilih jurusan akuntansi mengikuti keinginan kedua orang tuanya. Menurut Dania
orang tuanya pasti tahu apa yang terbaik buatnya. Tanpa di sadari olehnya waktu yang
di berikan oleh pihak panitia tinggal 15 menit lagi. “waktunya tinggal 15 menit lagi”
umum pengawas. “15 menit ?. belum satupun ?”. Secepat kilat Dania mengerjakan
soalnya. “kebanyakan melamun sihh!!”. Suara yang nampaknya sudah cukup familiar di
telinga Dania namun, ia tidak tahu dari mana asal suara tersebut, lalu siapa yang

Page | 1

wb

mengucapkannya. Dania menoleh kanan dan kiri semuanya sibuk mengerjakan tugas
masing – masing. Dengan menyimpan rasa penasaran yang teramat sangat ia
melanjutkan tugasnya untuk mengerjakan soal yang ada di hadapannya. “perlu
bantuan ?”. Lagi – lagi suara yang sama. Kali ini Dania tidak menggubris suara tersebut
ia tetap fokus untuk menyelesaikan tugasnya. “Dania aku dibelakang”. Mendengar suara
itu Dania pun refleks menoleh kebelakang. Dan tanpa ia sadari suara yang sedari tadi

mengganggunya adalah suara Renaldi. Laki – laki yang kemarin sempat berkenalan
dengannya. Atau mungkin lebih tepat dikatakan belum berkenalan karena mereka belum
sempat berjabat tangan. Mereka berdua hanya saling mengetahui nama satu sama lain.
Dan Dania pun sebenarnya tidak terlalu ingat dengan wajah Renaldi. “woy kok kamu
bengong ?”. “ ehmm.... engga’ kok”. “udah deh ngga’ usah bohong. Mau aku bantuin
ngga’”. “ehmm.. kayaknya ngga’ perlu. Aku bisa kok ngerjain soal ini sendiri”. “yang di
belakang harap tenang” ucap bapak pengawas. “baik pak” jawab mereka berdua.
Hari ini adalah hari pertama Dania bertemu dengan guru – guru barunya. Dan hari
ini juga ia bisa tahu jurusan apa yang akan ia terima dari hasil tes yang telah ia lakukan
kemarin. Dalam hati Dania selalu berdo’a semoga saja bukan jurusan akuntansi yang
akan ia terima. Baru hari ini Dania melihat hal yang berbeda di sekolah ini. Mulai hari
ini semua murid yang ada mulai masuk sekolah. Saat sedang memperhatikan keadaan
sekitarnya tiba – tiba ada pengumuman yang memintanya untuk datang ke lapangan
upacara dan berkumpul bersama murid – murid baru lainnya. Tibalah saat – saat yang di
tunggu oleh Dania pengumuman pembagian jurusan. “untuk jurusan akuntansi Andrian,
Bella, Chiko, Dania, Renaldi,..............” umum sang guru. Saat mendengar namanya
disebut oleh sang guru Dania merasa jantungnya akan berhenti berdetak, dan nafasnya
akan berhenti berhembus. Rasanya ia tidak percaya kalau ia harus belajar selama 3
tahun di jurusan akuntansi. Bagimana nanti kalau aku tidak naik kelas ?, kalau aku tidak
dapat peringkat kelas ?, kalau ayah dan bunda kecewa ?, kalau abang nanda marah ?.

Semua pertanyaan itu bergulir kesana kemari dalam fikiran Dania. “ohhhh, tuhan
apakah ini cobaan untukku ?”. “ihhh, kamu itu lebay banget sih. Tenang akuntansi itu
mudah kok, nanti kalau kamu ngga’ ngerti kamu boleh belajar sama aku” Renaldi
menenangkan Dania. “kamu akuntansi juga ?”. “ya iyalah itukan pilihan aku sedari
SMP dulu”. “itu kehendak kamu, lha aku kehendak orang tua. Aku takut kalau nanti aku
mengecewakan mereka”. “oleh karena itulah kamu harus belajar lebih giat lagi dari
biasanya”. “kamu mau bantu ?”. “kalau kamu mau”. “terimakasih Rey”. “iya sama –
sama”. Sebenarnya tanpa sepengetahuan dari Dania, Renaldi menyimpan perasaan
kepadanya. Hanya saja Dania kurang peka terhadap perasaan Rey tersebut. Atau
mungkin Dania tidak mengerti apa yang dirasakan oleh Rey. Rey sudah menyimpan
perasaan tersebut sejak ia bertabrakan dengan Dania saat hendak mendaftar. Yahh...
memang itu baru beberapa hari yang lalu Renaldi pun paham dengan sikap Dania yang
nampaknya menutup diri. Namun, Renaldi tidak akan menyerah untuk mempertahankan
cintanya pada Dania. Ia akan tetap memperjuangkan perasaannya pada Dania. Ia tidak
akan pernah menyerah apapun rintangannya ia kan tetap mempertahankan perasaannya.
Beberapa hari kemudian Dania sudah mulai berinteraksi dengan teman sekelasnya. “met
pagi Dania” salam teman sekelasnya. “pagi” balas Dania tersenyum. Dania memang
sudah mulai berinteraksi dengan teman – teman sekelasnya. Tapi ada satu geng yang
nampaknya sangat tidak setuju dengan Dania. Entah apa nama pasti dari geng tersebut
yang pasti mereka sangat tidak suka dengan adanya Dania di kelas tersebut. Dari awal

Dania memang sudah tahu kalau geng tersebut tidak suka dengannya. Namun, Dania
yakin bahwa suatu saat geng tersebut pasti akan akrab dengannya. Sama halnya dengan

Page | 2

wb

Renaldi ia pun sudah mulai berteman dengan murid yang ada. Renaldi memang laki –
laki idaman para wanita.
Dengan perawakan tubuh yang tegap, kulit kuning langsat, mata sipit dan yang
pasti ia menggunakan kacamata. Laki – laki yang menggunakan kacamata adalah tipe
cowok idaman Dania. Entah apa alasan Dania suka dengan cowok yang menggunakan
kacamata. Yang pasti menurutnya cowok yang menggunakan kacamata adalah cowok
yang perhatian dan cerdas. Hanya itulah alasan Dania. Cukup membuat bingung
memang, terkadang ada orang yang menggunakan kacamata tetapi tak seperti yang di
fikirkan Dania. segelinti psti ada tetapi tidak semuanya seperti itu.“woy kok kamu
melamun sih Dan ?”. “astaga Rey jantungku hampir copot tau. Siapa yang melamun ?” .
“udahlah jangan sok – sok ngga’ tau lah. Nah kan lagi – lagi kamu melamun. Dania,,,,”
teriak Renaldi pada Dania. “Rey,,,, telinga aku masih bagus tau” . “kamu itu kenapa
melamun Dania ?” . “aku ngga’ melamun Renaldi” . “udahlah Dan ngga’ usah

bohong” . “aku ngga’ bohong Rey, cuma aku ngerasa sepi di sini” . “kok sepi sich
Dan ?”. “yah gitulah Rey namanya juga cewek kalau ngga’ ada temen yah ngerasa
sepi”. “owh gitu kok aku baru tahu sih” . “kamu kan cowok Rey” . “tapi kan seharusnya
aku tahu” . “yaudah deh sekarang kamu udah tahu kan ?” . “ ya ya ya ya eh Dan mau ke
kantin ngga’ ?”. “kalau kamu yang traktir aku mau ikut” . “dasar maunya selalu yang
gratisan” . “yah kan sekali – sekali juga Rey kalau ngga' sekarang kan kapan lagi ?
lagipula kamu mau kan traktir aku makan ?” . “ya ya ya ya” . “tapi kalau kamu ngga’
ikhlas yaudah ngga’ usah aku juga ngga’ maksa kamu kok. Aku juga punya uang saku
sendiri” . “engga’ kok Dan siapa juga yang ngga’ ikhlas ngeluarin uang saku lebih buat
cewek secantik kamu” . “kebiasaan” . “kebiasaan ? kan baru kali ini aku bilang kamu
cantik” . “buat kamu baru satu kali tapi buat cowok yang lain udah berkali – kali tau” .
“itukan cowok yang lain beda dengan aku. Aku ngga’ nge - gombal kok aku serius
bilang kalau kamu itu cantik” . “ya ya ya ya” . “woy itu punya aku tau” . ”biarin aja.
Traktirannya jadi ngga’ udah laper nih” . “ya jadilah yuk jalan”.
Tanpa sepengetahuan dari Dania dan Renaldi ternyata orang tua mereka berdua
sudah saling mengenal satu sama lain dan berencana akan menjodohkan keduanya
ketika dewasa nanti. Namun tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan cerita
cinta mereka berdua akan menghadapi banyak rintangan yang tidak terduga. Kisah cinta
mereka akan sangat rumit dan sangat sulit untuk di lewati bagaikan menyebrang di
sungai yang arusnya sangat deras dan tidak ada jembatan penyebrangan yang tersedia.

Seperti itu lah nampaknya kisah cinta mereka akan terjadi. Sangat sulit bukan ?. Namun,
mereka berdua akan membuktikan bahwa kekuatan cinta memanglah sangat hebat dan
cinta mereka berdua sangatlah besar hingga sulit bagi siapapun untuk memisahkannya.
Kalaupun dapat dipisahkan nantinya mereka akan bersatu kembali sebagai sepasang
makhluk tuhan yang bahagia.
“pagi Dania” sapa Bella. Teman sekelasnya yang sekarang sedang dekat –
dekatnya dengan Dania. “pagi juga Bel” balas Dania malas. “woy neng masih pagi nih
tuh liat baru jam 06:40 kamu udah lemes kayak gitu ?” sergah Bella pada Dania seraya
menunjukkan jam tangannya. “aku ngantuk Bel”. “ngantuk ? hello emang kamu tidur
jam berapa semalem Dan ?”. “jam sebelas Bel”. “kok bisa ?”. “ya bisalah kan ada tugas
Bella”. “ my god tugas ?”. “iya tugas akuntansi Bel”. “omg aku lupa Dan, boleh liat
punya kamu ngga’”. “hello emang kamu ngapain aja Bel. Pasti sibuk pacaran ?”.
“heheeheh kok kamu tahu sih Dan ?”. “udah keliatan kok”. “keliatan cantiknya ?”.
“hohohoho yah bukanlah”. “terus apanya yang keliatan ?”. “tampang males”. “yaelah
Dan kamu tega ?”. “ya engga’ lah Bel nih” balas Dania seraya menyerahkan tugas

Page | 3

wb


akuntansi yang ia kerjakan sendirian tanpa bantuan siapapun. Tugas akuntansi yang
seharusnya dapat dikerjakan dalam waktu paling lambat hanya satu jam ditangan Dania
tugas tersebut dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat hanya 3 jam. Sangat jauh
berbeda, karena memang Dania mengerjakannya tidak dengan niat yang sepenuh hati.
Asal tugas itu selesai Dania sudah senang. “makasih banyak Dania manis”. “woy emang
aku gulali manis ? iya sama –sama”. “bukan tapi bolehlah sekali – sekali ngasih pujian
buat kamu”. “ya ya ya ya”. “kayaknya aku kenal dengan kata – kata itu ?”. “ya emang
kamu kenal itu kan punya Renaldi”. “hah untung aku ingat”. “ingat apa bel ?”. “tapi
kamu jangan marah ya”. “tergantung”. “yah kalau tergantung ngga’ jadi deh”. “hehee
ngga’ lah emang buat apa aku marah ?. Emang ada apa sih bel ?”. “ehmm aku punya
temen cowok yang naksir dengan kamu Dan”. Lagi – lagi perasaan yang sama dengan
saat pengumuman kejuruan dan saat Renaldi memujinya. Jantungnya kembali berdetak
hebat dan darahnya kembali mengalir dengan derasnya. Sebenarnya Dania pun bingung
dengan perasaan yang sering ia rasakan. Entah apa itu namanya namun, yang ia tahu ia
mulai merasakan hal tersebut sering terjadi sejak ia bertemu dengan Renaldi. Sosok laki
– laki yang susah untuk di deskripsikan bentuk fisik dan sifatnya.
Namun, hanya laki – laki inilah yang mampu membuat Dania merasa senang
dikala ia sedang berduka. “ya ampun nih anak. Woy Dan” sergah Bella sambil
melambai – lambaikan tangannya di depan wajah Dania. “eh iya kenapa Bel ?”. “ya
ampun pake nanya lagi. Gimana kasih ngga’ ?”. “apa yang perlu dikasih ?”. jawab

Dania lugu. “nomor handphone Dan”. “ehmm...... bolehlah. Buat jadi teman juga ngga’
masalah kan ?”. “ya ngga’ masalah. Buat kamu semuanya pasti benar dan pasti iya”.
“lebay”. Tiba – tiba Renaldi datang dengan nafas yang terengah – engah. “tugas tugas
tugas” ucapnya dengan terburu – buru. “woy kalau ngomong itu yang bener kenapa
sih ?” tukas Bella. “iya Rey. Coba tarik nafas dari hidung terus kamu keluari dari
mulut”. “ngga’ bisa Dan”. “terus ?”. “ibu Erna udah ada dikantor tugas akuntansi belum
selesai”. “omg tugasku......” sambung Bella. “kamu belum buat ?”. “belum Dan”. “yahh
berarti boro – boro buat nepatin janji buat diri sendiri aja kamu masih belum bisa
ngatur”. “ooohhh Dan boleh liat ?”. “yaudah deh boleh. Lagipula kalau cuma Bella yang
liat kan ngga’ enak”. “ooouhhh terimakasih banyak Dania”. “iya sama – sama”.Itulah
sifat Dania dan Renaldi yang sebenarnya. Dania wanita yang memang pantang
menyerah, ulet, tegas, adil dan yang pasti serta dominanya adalah sifatnya yang baik
hati dan tidak sombong. Walaupun terkadang ada – ada saja orang yang tidak senang
dan menentang keras orang – orang yang bergaul dengannya. Namun, dengan sifatnya
yang seperti itu ia dapat di golongkan sebagai makhluk tuhan yang tingkat kesabarannya
tinggi. Dan semoga saja derajatnya di hadapan yang maha kuasa sama tingginya dengan
tingkat kesabaran yang ia miliki. Dengan sifat yang seperti itu dapat pula dikatakan
kalau Dania dan Renaldi adalah dua makhluk tuhan yang sangat berbeda. Baik dari
keadaan fisik, maupun yang lainnya. Cinta mereka nantinya dapat membuktikan bahwa
dua orang yang berbeda peringai dapat pula disatukan dalam satu cinta yang indah. Sifat

Renaldi memang hampir sama dengan laki – laki pada umumnya. Sama – sama keras
kepala, selalu merasa dirinya yang paling benar dan banyak lainnya. Namun, satu
perbedaan antara Renaldi dengan laki – laki yang lainnya ia sangat perhatian pada
Dania. Dania terkadang hanya dianggap sebelah mata oleh para laki – laki. Menurut
mereka Dania adalah wanita yang tidak asyik kalau diajak bergurau.
Dania memang tidak seheboh teman – temannya yang lain. Namun, menurut
Renaldi Dania adalah sosok wanita idamannya. Menurutnya Dania berbeda dari wanita
pada umumnya. Dengan hijab yang menutupi kepala dan rambutnya. Baju dan rok

Page | 4

wb

panjang yang tidak memperlihatkan lekuk tubuhnya secara jelas. Dan juga tutur
bahasanya yang sangat sopan serta santun. Renaldi dan Dania sama – sama berharap
agar nantinya mereka berdua dapat bersatu. Namun, lagi – lagi tak semudah
membalikkan telapak tangan agar cinta mereka dapat bersatu. Tak tahu bagaimana
nantinya, hanya tuhan lah yang maha mengetahui segalanya dan maha mengatur segala
yang akan terjadi nantinya.
Hari ini hari minggu hari yang paling di tunggu – tunggu oleh Dania. sekarang

Dania sedang beristirahat di bangku dapan rumah seraya melihat abang Nanda mencuci
motornya. Ia sedang melemaskan otot – ototnya setelah jalan – jalan pagi bersama
abang tercintanya. Khusus untuk hari ini Dania sudah menyusun rencana yang
sedemikian rupa. Hari ini ia tidak akan pergi kemana – mana hari ini ia hanya ingin
duduk berleha – leha, main game sepuasnya dan tidur. Hanya itu kegiatan yang akan ia
lakukan. “Dania” panggil bundanya. “ia bun Dania datang”. “aduh Dania kenapa belum
mandi sich ?” . “bentar lagi lah bunda” . “sekarang dong” bujuk bundanya. “iya nich
masa’ adiknya abang ganteng bau” goda abang Nanda. “abang ganteng ? helllo ganteng
dari mana sich bang ?” .“Dania ngga’ boleh gitu abang Nanda kan emang ganteng”
sergah bunda. “ aduh kayaknya bunda harus pake kacamata nich” . “ehh tapi bunda
belum selesai lho” . “belum selesai gimana sich bun ?” tanya abang Nanda. “yahh
belum selesai maksud bunda kamu itu ganteng kalau diliat dari atas monas” ledek
bunda. “huuuu tuh kan bunda aja bilang kayak gitu”. “biarin yang penting masih ada
gantengnya kan ?”. “yayayayayayaya”. “udah mandi dulu sana”. “okelah bunda” sambil
mengacungkan jempol kepada sang bunda dan menjulurkan lidahnya pada bang Nanda.
Dania langsung mengambil handuk dan langsung masuk kekamar mandi. Setelah
mandi Dania asyik memainkan handphonenya dan tiba – tiba ada sms masuk. Lagi –
lagi nomor yang ngga’ dikenal. Sebenarnya Dania sungkan untuk membalas sms
tersebut namun lagi – lagi ada sms masuk dan dari nomor yang sama dan kata – kata
yang sama “ hy boleh kenalan ngga’”. Akhirnya dengan malas hati Dania membalas
sms tersebut “hiii juga boleh”. Seraya menunggu sms nya dibalas Dania mendengarkan
lagu favoritnya “set fire to the rain” lagu yang dinyanyikan oleh Adele yang juga
penyanyi favoritnya. Lagu tersebut mengalun merdu dari handphonenya dan tiba – tiba
lagu berhenti sejenak itu tandanya ada sms masuk. “aku Muhammad Rais kamu boleh
panggil aku Rais. Kamu Dania bukan ?”. “salam kenal Rais. Ya aku Dania kamu tahu
kalau aku Dania darimana ?”. Rasa penasaran dalam hati Dania semakin bergejolak lagi
– lagi lagunya berhenti. Karena kesal Daniapun mematikan lagunya dan ia lebih fokus
pada smsnya. “ehhmmm salam juga Dan aku tahu dari Bella”. Owh ternyata ini
orangnya. “owh dari Bella. Tapi maaf ya kayaknya aku ngga’ bisa bales lagi nich kalau
kita chatingan aja gimana ?” balas Dania. Dania ngga’ mau lagu favoritnya terputus –
putus hanya karena ada sms yang masuk. “iya. Boleh juga tuh nickname nya ?”. “Dania
multazam. Kamu ?”. Setelah membalas sms buat yang terakhir kalinya Dania kembali
menyalakan lagu favoritnya yang lain “marry you” lagu romantis dari Bruno Mars.
Setelah menyalakan lagu tersebut Dania langsung menyalakan laptopnya dan
menyambungkannya ke internet lalu membuka aplikasi chat di laptopnya tersebut
dengan cara seperti ini Dania tidak akan terganggu untuk mendengarkan lagu. Sms
masuk “muhammad raiszz semuanya pake huruf kecil ya”. Setelah melihat balasan sms
dari Rais Dania langsung mengetik nickname yang tadi diberikan oleh Rais dan
memulai percakapannya. “ehhm kamu bisa kenal aku dari mana sih ?”. “dari Bella terus
aku juga tiap hari selalu liat kamu”.
Satu fakta yang tidak diketahui oleh Dania ternyata ada juga laki – laki yang

Page | 5

wb

mempehatikannya. Dania membalas “oh ya ? kok bisa ?” . “ya bisalah Dan. kelas kita
kan ngga’ begitu jauh” . “tapi kok aku ngga’ pernah liat kamu ?” . “ya mana aku tahu
Dan” . “yayayayaya” . “kamu udah punya pacar ya ?” . “ehmm pacar ?” . “iya
pacar” .Kembali jantung Dania berdetak hebat seperti biasanya. “kalau punya kenapa ?
kalau engga’ kenapa ?” . “ya ngga’ apa – apa sich. aku kan cuma pengen tahu” .
“kayaknya ngga’ punya tuh” . “tapi cowok yang selalu bareng ama kamu yang pake
kacamata” .Dania bingung siapa cowok yang dimaksud tapi tiba – tiba terbesit satu
nama. “maksud kamu Renaldi ?” . “mungkin” .Balasan dari Rais membuat Dania
tambah bingung. yang dimaksud Rais itu siapa sich ?. “yayayaya” . “yayayaya selalu
itu” . “emang kenapa masalah buat kamu ?” . “ya ngga’ masalah sich” . “yaudah kalau
ngga’ masalah” . Lama Dania menunggu balasan dari Rais namun tak kunjung dibalas.
Akhirnya Dania memutuskan hubungan internetnya dan mematikan
laptopnya. Ia berencana untuk mencari siapa itu Muhammad Rais dan orang yang tepat
untuk di tanyai adalah Bella. Karena memang Bella orang yang menghubungkan
keduanya. Keesokan harinya Dania sengaja datang lebih pagi dari biasanya karena ia
tahu kalau Bella pasti sudah datang. Kalau masalah datang dan pulang Bella rajanya. Ia
pasti datang paling pagi dan pulang paling cepat. Namun hari ini Dania tidak melihat
Bella duduk di bangkunya. Dania hanya sendirian didalam kelas. Merasa bosan Dania
memilih untuk mendengarkan musik melalui MP3nya. Saking asyiknya mendengarkan
lagu Dania tidak menyadari kalau Renaldi sudah ada di belakangnya dan siap untuk
mengagetkannya. “hiaaa” . “astaga tuhan” . “hahahaha kaget ya ?” . “ngga’ kok siapa
bilang aku kaget” . “alah udah deh Dan ngga’ usah bohong. Tuh buktinya kamu deg –
degan”. “ngga’ kok”. “udahlah.......”. Panjang Renaldi berbicara namun entah kenapa
mata Dania tertuju kearah luar kelas dan tiba – tiba ada laki – laki yang lewat dan
tersenyum padanya. Lama mata Dania mengikuti langkah laki – laki tersebut. Rasa –
rasanya Dania sudah mengenal laki – laki tersebut tapi entah dimana dan kapan. “woy
Dan melamun lagi ?” . “eh eh ngga’ kok” . “siapa tuh ?” .”apanya yang siapa ?’ .”itu tuh
cowok yang itu” goda Renaldi sambil menunjuk sosok cowok yang dimaksud.
“entahlah”. “ehmmm yayayayayaya” ucap Renaldi malas. “selalu” balas Dania geram.
Jujur saja dalam hati Renaldi sangat tidak senang saat melihat Dania dengan fokus
melirik laki – laki itu. Ia cemburu dengan laki - laki yang di perhatikan Dania. Walau
Sekarang sudah hampir masuk jam pelajaran pertama.
Namun sosok Bella tidak juga kunjung terlihat. Nampaknya Bella tidak masuk
hari ini lalu dengan siapa lagi Dania harus bertanya tentang Rais. Lama Dania berfikir
siapa kira – kira orang tepat untuk ditanyai perihal Rais. Lama berfikir Dania kembali
melamun. “woy melamun lagi”. “eh kiki”. “apa tuh yang dilamunin ?”. “ehmm ngga’
ada kok”. “lagi – lagi”. “ki kamu kenal ngga’ dengan Rais ?”. “Rais mana tuh ?”.
“Muhammad Rais ki”. “yang kelas pemasaran itu bukan ?”. “mungkin”. “memangnya
kenapa Dan ?”. “ngga’ cuma pengen tahu aja”. “ihhh Dania pake rahasia – rahasiaan”.
“ngga’ ada rahasia kok Ki”. “yaudah deh kalau emang ngga’ ada”. Kiki pun berlalu
meninggalkan Dania yang masih sibuk berfikir. Kemana Bella kenapa sampai saat ini ia
belum memperlihatkan batang hidungnya ?. Lalu laki – laki yang pagi tadi tersenyum
itu siapa ?. Banyak pertanyaan – pertanyaan yang bergulir dalam kepala Dania. Entah
pertanyaan mana yang dapat ia jawab. Ia sendiri pun bingung darimana jawaban yang ia
cari dapat ditemukan. Sesungguhnya Dania bingung dengan perasaannya pada Renaldi.
Terlebih saat ia kenal dengan Rais. Ia bingung untuk menentukan pilihan apabila ia
diminta untuk memilih. Dan beruntungnya untuk saat ini ia tidak diminta untuk
memilih. Namun hal yang ia fikirkan adalah bagaimana kalau nanti ia diminta untuk

Page | 6

wb

memilih di antara keduanya. Apakah ia akan memilih Renaldi sebagai sosok yang
memang selama ini ia idam – idamkan atau ia akan memilih Rais yang hingga saat ini ia
tidak tahu bagaimana perawakannya. Dan yang paling penting bagi Dania adalah
apakah Rais itu sama dengan Renaldi. Sama – sama cowok yang ia idam – idamkan.
Kalau memang benar mereka berdua adalah laki – laki yang Dania idam – idamkan.
Dania pasti akan bingung untuk menentukan pilihan. Tapi kalaupun nanti Dania salah
memilih ia yakin nanti pada saat yang tepat Jodoh Pasti Bertemu. Setelah pulang
sekolah Dania langsung menuju kamarnya dan mencari handphonenya. Memang Dania
tidak membawa handphonenya kesekolah dikarenakan dilarang oleh bundanya. Setelah
menemukan handphonenya Dania langsung memutar lagu kesayangannya “set fire to
the rain”. Lagi – lagi lagu itu yang ia dengarkan entah apa arti dari lagu itu.
Yang pasti menurutnya lagu itu enak untuk di dengarkan. Ia suka dengan lagu itu
sejak ia mendengarnya di radio. Sejak saat itu ia tidak pernah ketinggalan satu hari pun
untuk mendengarkan lagu tersebut. Hampir dua menit lagu tersebut mengalun merdu di
telinganya tiba – tiba lagu tersbut terhenti. Yang merupakan tanda kalau ada sms yang
masuk. Dengan hati berdebar Dania membuka sms tersebut. Dan lagi – lagi dari Rais.
“Dania sibuk ngga’ “. “ngga’ tuh kenapa ?”. kembali Dania menyalakan lagu tersebut.
Dan sekali lagi lagu tersebut terhenti. “chattingan lagi yuk”. Dania berfikir daripada ia
naik darah karena musiknya terhenti lebih baik ia mengiyakan ajakan Rais. “boleh
boleh”. Segera ia memutar ulang.
musiknya dan menyalakan laptopnya. Menyambungkannya pada internet dan
membuka aplikasi chat. Tak lama ia menunggu Rais mengirim sebuah pesan “Dan
beneran nich kamu ngga’ sibuk ?”. “ehmm kayaknya beneran. Emang kenapa ?”. “ngga’
aku cuma pengen chattingan aja ama kamu tapi kalau bisa lebih lama dari yang
semalam ya”. “yayayayaaya” balas Dania malas. “kamu inget laki – laki yang pagi tadi
senyum kearah kamu ?”. 'laki – laki yang senyum pagi tadi ?’ teriak Dania. “ehmm ya
masih ingat”. “nah itu aku Dan”. Dania sungguh terperanjat ketika mengetahui kalau
yang tersenyum padanya pagi tadi itu adalah Rais. Sungguh ia sangat terkejut ketika
tahu laki – laki yang tersenyum itu adalah Rais. Ia tidak menyangka kalau Rais dan
Renaldi adalah dua makhluk tuhan yang perawakannya hampir sama. Hanya saja
Renaldi menggunakan kacamata sedangkan Rais tidak. Hanya itu perbedaan diantara
keduanya, dan mungkin masih banyak lagi. Ya Dania percaya masih banyak lagi
perbedaan di antara keduanya. Dania hanya perlu lebih banyak waktu lagi untuk
mengenal Renaldi dan Rais lebih dekat. Setelah itu barulah ia tahu perbedaan di antara
keduanya. Tiba – tiba ada pesan lagi dari Rais “Dan kok ngga’ dibalas?”. Dania merasa
malas untuk membalas pesan dari Rais akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari
aplikasi chatnya.
Dua hari kemudian barulah Dania dapat bertemu dengan Bella. Itupun Bella
hanya tertunduk lesu tidak seperti biasanya. Dania pun tak tega untuk bertanya banyak
padanya. Dania merasa cukup hanya ia yang tahu perihal masalah ini ia rasa ia bisa
menyelesaikan masalahnya sendiri. Tanpa bantuan siapapun termasuk juga dari ayah,
bunda, dan abang Nanda. Kelas hari ini juga nampak berbeda tidak ada pengacau. Atau
lebih tepatnya Renaldi. Entah apa pula alasannya tidak masuk hari ini. Untuk hari ini
Dania kembali merasa bosan, biasanya kalau ia sedang ada di posisi yang seperti
sekarang pasti ada Renaldi yang akan menemani dan menghiburnya. “hahahahaha anak
bunda ngga’ ada temen ya ?”. Teriakan itu memecahkan lamunannya. Lagi – lagi geng
“bala – bala” yang sedari awal memang sudah tidak setuju dengannya. Tidak ingin
mencari masalah Dania hanya diam tidak menggubris. “woy anak bunda ngga’ berani

Page | 7

wb

ngelawan ya ?”. Dania tetap diam. “anak bunda anak bunda anak bunda” mereka terus
meledek dengan menjulurkan lidah mereka. Akhirnya karena tidak tahan terus menerus
di ledek Dania pun naik pitam dan membalas ledekan dari geng tersebut “biarin aku
anak bunda daripada kalian anak babon”. “hahahahahahahaha” serempak semua murid
yang ada di kelas tertawa terbahak – bahak saat mendengar Dania membalas ledekan
dari geng tersebut. “ehh kamu. Baru juga anak bunda gayanya udah selangit gimana
kalau kamu anak presiden”. “yaelah kalau anak bunda gayanya selangit ya kalau anak
presiden mah gayanya tujuh langit gitu”. “wuahahahahaha”. Kembali ledak tawa kelas
itu kali ini geng “bala – bala” kalah telak dengan Dania.
Dan juga Dania telah membuktikan bahwa ia bukanlah perempuan yang senang
bergantung pada orang lain. Kali ini ia berhasil membuktikan pada teman – teman
sekelasnya bahwa ia juga bisa bergurau seperti yang lainnya, ia juga bisa melawan geng
“bala – bala” dan buktinya geng absurd tersebut kalah melawan Dania. Sifat asli Dania
memang terkadang tanpa sengaja keluar disaat yang tidak tepat. Namun kali ini sifatnya
tersebut dapat keluar pada saat yang sangat presisi. Menurutnya hari ini adalah hari
yang sangat beruntung baginya karena mulai dari hari itu ia mulai akrab dengan teman –
teman yang lain. Dania tidak pernah memilih – milih teman hanya saja temannya lah
yang suka memilih – milih teman. Dulu banyak teman sekelasnya yang lebih memilih
untuk menjauh dari Dania karena takut di bully oleh geng “bala – bala”. Tapi fakta yang
terjadi di lapangan adalah orang yang dekat dengan Dania tidak pernah ada yang
mengganggu. Satupun anggota geng tersebut tidak ada yang berani mengganggu teman
– temannya. Dan kebalikan dari hal tersebut orang – orang yang lebih memilih untuk
dekat dengan geng “bala – bala” lah yang sering di bully oleh geng tersebut. Dan hari
ini Dania membuat gebrakan baru, mulai hari ini banyak teman – temannya yang dekat
dengan geng “bala – bala” sekarang menjauh. Entah apa yang akan di lakukan lagi oleh
geng “bala – bala” dikemudian hari. Tapi apapun itu Dania siap menerimanya walaupun
kejadiannya seperti tadi. Tidak ada yang berani membelanya buktinya sedikit pun Dania
tidak merasa gentar ia malah merasa senang. Tapi Dania merasa hari bahagianya masih
kurang karena hari ini Renaldi tidak masuk kelas dan tidak bisa ikut tertawa seperti
yang lainnya. Entah apa alasannya mengapa harus Renaldi yang dapat membuatnya
senang. Sungguh ia sangat ingin Renaldi menjadi miliknya dan ia menjadi milik Renaldi
selamanya. Tapi sayangnya menurut Dania perasaan itu percuma karena Renaldi tidak
menunjukkan kalau ia menyimpan perasaan yang sama seperti yang di rasakan oleh
Dania. Oleh karena itulah saat ini Dania lebih menitik beratkan pilihannya pada Rais.
Ya walaupun Rais juga sama dengan Renaldi sama – sama tidak menunjukkan gerak –
gerik yang mengatakan kalau mereka itu punya rasa pada Dania. Dan untungnya Dania
pun tahu kalau ia memang tak pantas untuk Renaldi maupun Rais. Karena nampaknya
mereka berdua sama – sama jadi rebutan kaum hawa. Bukan hanya di lingkungan
sekolah di luar sekolah pun pasti banyak yang naksir dengan kedua laki – laki itu. Dan
lebih banyak lagi perempuan – perempuan yang lebih pantas daripada ia. Selalu rendah
diri.

Page | 8

wb

Yah begitulah Dania selau rendah diri atau lebih tepat dikatakan kalau dia itu
kurang PD. Memang masalah percaya diri Dania sangat kurang dan mungkin itulah
alasannya ia sering berdiam diri di kelas. Tanpa berinteraksi dengan siapapun kecuali
kalau ada yang menegur duluan barulah ia akan meresponsnya. Karena itulah temen
akrabnya di kelas hanya ada beberapa orang yang bisa di hitung menggunakan jari. Ya
iyalah pake jari siapa bilang pake lidi. Tapi jelas teman akrabnya yang paling akrab di
bandingkan dengan yang lainnya adalah Renaldi. Selalu laki – laki ini yang melebihi
semuanya di mata Dania. Tapi memang kenyataannya juga begitu hanya laki – laki itu
yang sering menegurnya di kelas. Hanya laki – laki itu juga yang lebih sering
memberikan masukan yang berbentuk nasihat kepada Dania. Tapi sayangnya nasihat
yang ia berikan hanya bermanfaat untuk Dania tidak untuk dirinya. Ia meminta agar
Dania dapat belajar lebih giat lagi agar tidak mengecewakan keluarganya. Tapi
nyatanya ia sendiri malas belajar kebanyakan ia hanya bergantung pada Dania.
Sesungguhnya Renaldi adalah anak yang baik hanya saja satu hal yang tidak di ketahui
oleh teman – temannya termasuk juga oleh Dania. Renaldi adalah anak korban “broken
home” tapi masih untung kedua orang tuanya tidak sampai bercerai. Setiap hari ia
melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan dari kedua orang tuanya. Sungguh Renaldi
lebih senang kalau keduanya bercerai, ia merasa sangat tertekan setiap harinya harus
melalui hari – hari yang sama. Selalu seperti itu tidak ada kasih sayang, tidak ada cinta,
tidak ada perhatian semuanya tidak ada. Oleh karena itulah ia merasa hari – harinya
berubah saat ia kenal dengan Dania. sosok wanita yang selalu terngiang – ngiang dalam
ingatannya. Entah apa alasannya hingga wanita tersebut harus Dania. Yang pasti
Renaldi dapat melupakan sejenak masalah internnya saat dekat degan Dania kalaupun
tidak dekat hanya dengan mengingatnya saja itu sudah cukup baginya. Ia selalu
berharap semoga saja tidak ada yang tahu dengan masalah yang sedang ia hadapi saat
ini termasuk Dania. Oleh karena itu ia selalu memasang tampang riang di depan teman
– temannya baik di sekolah maupun di luar sekolah. Ya walaupun wajahnya dapat
tersenyum lebar dan tertawa riang tapi sesungguhnya di lubuk hatinya yang paling
dalam ia menangis tersedu – sedu meratapi penderitaannya. Dua hari kemudian Renaldi
tetap tidak masuk kelas dan juga tiga hari berturut – turut ia tidak masuk kelas tanpa
keterangan. Sungguh hati Dania merasa sepi tanpa kehadirannya. Tidak ada pengacau,
tidak ada teman curhat semuanya tidak ada.
Yah walaupun saat ini ia sudah punya lebih banyak teman dan geng “bala – bala”
pun sudah tidak berani lagi mengganggunya. Sedikit aman memang hanya saja masih
terasa kurang seru tanpa kehadiran Renaldi. Entah mengapa harus laki – laki itu yang
ada di fikirannya. Selalu setiap hari setiap jam setiap menit bahkan setiap detik Renaldi
tak pernah hilang dari otaknya. Lalu bagaimana kabarnya dengan Rais ?. Sejak
chattingan kira – kira 5 hari yang lalu ia tak pernah lagi menggubris sms maupun telpon
dari Rais entah apa alasannya. Yang pasti ia selalu menghindar agar tidak terlihat dari
luar kelas, selalu menghindar untuk pulang paling awal, dan selalu menghindar saat di
ajak ke kantin maupun ketempat lainnya. Dania berubah total tapi entahlah apakah ini
hanya sesaat saja karena tidak ada Renaldi atau akan berlaku selamanya. Yah hanya
Danialah yang tahu pasti jawaban dari pertanyaan tersebut. Hari ini ada pelajaran
olahraga, salah satu dari sekian banyak pelajaran yang ia tidak sukai. Terlebih lagi saat
ia sadar kalau kelas Rais dan kelasnya mempunyai jadwal jam olahraga yang sama. Jadi
mereka harus berbagi lapangan dan juga guru. Dania ingin membuat alasan sakit agar ia
tidak mengikuti pelajaran tersebut. Kalau hari ini mungkin saja di bolehkan tapi
bagaimana dengan hari – hari berikutnya ?. Entahlah yang pasti itulah jawaban yang

Page | 9

wb

sedang Dania cari di kepalanya. “eh Dan yuk kelapangan” ajak Bella. “ehmm kayaknya
aku lagi ngga’ enak badan Bell”. “ngga’ enak badan ? Dan sejak kapan kamu bisa
sakit ? kayaknya orang kayak kamu itu ngga’ bakalan sakit deh” tanya Bella. Memang
selalu begitu setiap Dania mengatakan kalau ia itu sedang sakit jarang ada orang yang
percaya padanya. Tak tahu alasannya yang pasti setiap Dania mengatakan sakit semua
orang tak ada yang percaya. Bahkan terkadang ayah, bunda dan abang Nanda pun tidak
mempercayainya. Tapi untuk saat ini Dania tidak bisa berkelak lagi karena tangan Bella
telah mendarat tepat di keningnya. “tuh kan Dan ngga’ panas kok. Udah ayo jalan”.
“okelah Bell”. Dengan langkah gontai Dania jalan menuju lapangan yang sebenarnya
tidak terlalu jauh dari kelasnya. Tanpa sengaja Dania dan Bella berpapasan dengan Rais
namun, Dania acuh ia terus jalan tanpa melihat kanan kiri. “woy Dan gini ya balesan
kamu ? tadi aku yang nungguin kamu tapi sekarang kamu yang ninggalin aku ?” teriak
Bella saat ia sadar kalau Dania sudah jauh berada di depannya. “yayayaaya” teriak
Dania dari tempatnya berdiri dan berhenti di sana. Lama ia menunggu Bella selesai
mengobrol dengan Rais. Tak tahu apa yang mereka diskusikan namun, satu hal yang
Dania ketahui keduanya telah merencanakan sesuatu di belakangnya. Tapi apapun itu
semoga saja ia tidak terlibat dalam rencana keduanya.
Hampir 10 menit Dania berdiri disana menunggu Bella yang hingga saat ini belum
selesai juga. “woy Bell pegel nich” gerutunya. “ya ya aku datang Dania”. “ngobrolin
apa sich Bell ?” tanya Dania penasaran. “ngga’ bukan apa – apa kok Dan cuma masalah
bisnis” jawab Bella. Namun Dania tahu Bella berbohong bisnis apa yang bisa jalan
kalau yang punya memiliki tampang malas. Bukannya untung malah rugi besar yang di
terima. Tapi apapun jenis bisnis yang sedang Bella dan Rais jalani ia tidak mau ikut
campur karena memang itu bukan masalahnya. Saat di lapangan Dania hanya diam
memperhatikan teman laki –lakinya yang lain bermain sepak bola bersama teman
mereka dari kelas lain termasuk di sana Rais. Hari ini hari bebas tidak ada materi yang
dapat di pelajari hari ini semua murid di bebaskan memilih olahraga yang mereka sukai.
Tapi tetap Dania tidak suka olahraga dan ia memilih untuk duduk termenung melihat
temannya yang lain asyik dengan alat olahraga mereka masing – masing. Asyik melihat
temannya yang lain Dania tidak sadar kalau bola sedang menuju kearahnya. Dengan
cepat bak sambaran petir bola tersebut tepat mengenai kepalanya. Sedikit nyeri memang
tapi yah mau di apakan lagi, marah ? ia pun tak tahu siapa yang menendang bola
tersebut. “Daniaaa” teriak teman – temannya saat melihat bola tersebut meluncur
kearahnya tapi memang sudah percuma bola telah sampai pada tempat yang di tujunya.
“Dan kamu ngga’ apa – apakan ?” tanya Bella cemas. Helllo kok bisa sich kamu bilang
kalau ngga’ apa – apa sakit tahu. “ya ngga’ apa – apa kok Bell”. “syukurlah kalau
begitu”. “Dan”. Panggil suara yang nampaknya tidak begitu familiar di telinganya atau
lebih tepatnya belum pernah Dania dengar. Kalau kata pepatah “sudah jatuh tertimpa
tangga pula” Dania mendapati Rais telah berdiri di hadapannya dan menjulurkan
tangannya. Dosa besar apa yang di lakukan Dania hingga hari ini harus ia lewati dengan
sangat tidak mulus. Sungguh ia sendiri pun bingung apa yang harus ia lakukan. “Bell”
rengeknya pada Bella dan menjulurkan tangannya pada Bella yang berdiri di samping
Rais. “Dan aku minta maaf ya”. “buat ?” tanya Dania bingung karena memang ia tidak
tahu apa kesalahan dari Rais. “bola yang tadi” jawab Rais yang nampaknya diliputi rasa
bersalah. Jadi Rais yang menendang bola ? gumam Dania dalam hati. “yaayayayaya”.
“Dania” bentak Bella. “apa Bella ?”. tanya Dania santai tanpa mengakui kesalahannya.
“perempuan harus sopan”. “ampun Bell. Okelah karena Bella aku maafin kamu”. “pake
karena aku lagi. Yang bener itu karena memang dari hati kamu Dan” marah Bella. “

Page | 10

wb

yyayayaya aku maafin kamu. Udah dari hati yang paling dalam nih ya. Udahkan puas ?”
tanyanya pada Rais. “ehhm bolehlah gimana kalau tebusannya traktiran ke kantin ?”.
“boleh tuh gimana Dan ?”. “kenyang” balas Dania. “yah Dan ayolah buat permintaan
maaf” paksa Rais. “gini aja deh kalau kamu kenyang. Kamu ikut kita aja daripada di
kelas boring tahu” bujuk Bella pada Dania. setelah berfikir 2 menitan Dania
memutuskan untuk ikut Rais dan Bella ke kantin.
“mau makan Dan ?” tanya Rais padanya. Dania hanya menggeleng malas padanya.
“kalau minum Dan ?” sambung Bella. “ngga’” jawabnya singkat. Bella dan Rais pun
beradu pandang saling kebingungan dengan sikap Dania yang dingin. Dania malas
meladeni Bella dan Rais karena ia tahu ini adalah salah satu dari banyak rencana yang
akan di jalankan oleh Bella dan Rais. Tapi ia tetap tak tahu tujuan utama mereka
menyusun rencana yang seperti ini keadaannya. Untuk apalah mereka bersusah payah
melakukan hal ini karena jujur saja Dania sangat tidak peduli dengan Rais sama sekali 1
% pun ia tidak peduli padanya. Tapi entah kenapa nampaknya Rais selalu mengejar –
ngejar dirinya, entah sungguhan atau tidak. Tapi rasa – rasanya ini hanyalah perasaan
Dania saja yang merasa terganggu dengan adanya Rais yang selalu saja mengusik hari –
harinya yang aman. Ditambah lagi ia sudah memendam rindu pada Renaldi yang sudah
hampir satu minggu tidak masuk kelas. Satu hal yang sangat Dania sayangkan adalah
setelah hampir satu bulan bersahabat dengan Renaldi, ia tidak mengetahui sama sekali
keadaan Renaldi yang sesungguhnya. Bahkan hingga nomer telponnya pun ia tak tahu.
Itulah Dania terkadang ia terlalu cuek terhadap apa yang ada di hadapannya. Hingga hal
– hal yang sebenernya penting pun ia tak tahu. “Dan ?” panggil Bella pelan. “eh kenapa
Bell ?”. “ngga’ berubah fikiran ?”. “ngga’” jawabnya tegas bak seorang tentara yang
sedang melapor pada atasannya. “Dania ayolah kalau kamu ngga’ mau makan sama
minum berarti kamu itu ngga’ ikhlas maafin aku” bujuk Rais. “terserahlah apa kata
kamu. Aku ngga’ peduli” tukasnya. “Dania perempuan harus sopan” bentak Bella.
“ampun buk” jawab Dania sambil menunduk malu. Bukan malu pada siapa – siapa ia
malu pada dirinya sendiri sudah 2 kali Bella marah pada dirinya hari ini. Dan kedua –
duanya di depan Rais. Di kelas memang Bellalah murid perempuan yang paling tegas
atau lebih tepat di katakan kalau ia itu hobi marah – marah. Pada siapapun yang salah ia
akan marah entah itu perempuan, laki – laki, bahkan kakak kelas pun pernah ia marahi.
Ia tak takut pada siapapun baginya yang salah harus di tuntaskan dan yang benar harus
dibela. “gimana masih tetap kukuh pada pilihan pertama ?”. “yayayayaya aku pesen
minum”. “nah gitu dong” jawab Rais. Akhirnya dengan terpaksa Dania memesan
minuman itu hanya semata – mata karena ia benar – benar memaafkan Rais. Minuman
dalam gelas itupun tak berkurang setetes pun. Bahkan gelasnya pun masih bersih tak
ada sidik jarinya yang ada hanyalah sidik jari dari bapak yang empunya kantin. Yang
sedari tadi sibuk mengantar minuman dan makanan kesana kemari. Yah tapi memang
itulah pekerjaannya dan nampaknya laki – laki itu mencintai pekerjaannya. Hari ini
KBM atau kegiatan belajar mengajar di sekolahnya berjalan dengan lancar seperti
biasanya. Tetap seperti biasanya genap untuk satu minggu Renaldi tidak masuk sekolah.
Tapi berbeda untuk hari ini Renaldi tidak masuk menggunakan keterangan sakit. Sakit ?
kok bisa ?, ya mana Dania tahu. Yang pasti semua teman – temannya di kelas bingung
kemana Renaldi menghilang dan kenapa baru hari ini ia mengirim surat keterangan ?.
Entahlah yang pasti jawaban yang benar hanya Renaldi sendirilah yang tahu. Hari ini
Bella bertingkah aneh tidak seperti biasanya hari ini ia lebih sibuk daripada biasanya.
Hari ini ia sibuk kesana – kemari mengobrol dengan anak yang satu ke anak yang lain.
Tak tahu pasti apa yang ia bicarakan yang pasti hari ini mulutnya tak berhenti

Page | 11

wb

mengeluarkan kata – kata yang terkadang tak jelas.
Malahan ada anak yang hanya mengiyakan saja perkataan Bella yang panjang kali lebar
kali tinggi yang hasilnya luas. Yang terkadang membuatnya kesal dan kembali duduk ke
bangkunya. Bukan Bella namanya kalau baru satu kali tidak di gubris ia lalu pantang
menyerah. Ia terus mengganggu anak – anak yang lainnya. Ada yang terganggu ada
juga yang dengan wajah – wajah serius memperhatikannya. Sesungguhnya Bella telah
merencanakan sesuatu, rencana apa itu yang pasti sebentar lagi kita akan
mengetahuinya. Tak ada Renaldi tak ada jalan ke kantin. Jadi selama seminggu ini
Dania tidak menginjakkan kakinya ke kantin kecuali saat jam olahraga. Itupun kalau
tidak di paksa oleh Bella dan Rais ia tidak akan menginjakkan kakinya sama sekali. Jadi
hari ini Dania hanya duduk di bangkunya sambil membaca novel korea. Korea menjadi
negara favoritnya setelah negaranya sendiri Indonesia. Entah hal apa yang
mengilhaminya untuk suka dengan negara yang tersebut. Yang pasti di kamarnya ia
sudah memiliki puluhan DVD film korea, dan juga buku bacaan yang berbau korea.
Asyik membaca ia tak sadar kalau Bella sudah ada di belakang dan siap menutup
matanya dengan sapu tangan. “eh siapa nih ?” tanya Dania terkejut. “udah deh Dan
kamu ikutin aja apa yang aku perintah ok. Tenang Dan semuanya aman kok”. “Bella ?”.
“yahhh akhirnya ketahuan deh” jawab Bella lesu. “Bell aku mau kamu apain ?” tanya
Dania penasaran. “udah kamu ikutin aja yang aku perintah ok. Inget jangan coba
membantah ya”. Sungguh hati Dania bertanya – tanya apa yang akan di lakukan Bella
terhadapnya. Lagi pula inikan bukan hari ulang tahunnya. Lalu apa ? arghhhh Bella
awasnya kamu pasti akan kubalas. Dania di giring hingga kedepan kelas ternyata inilah
yang sedari tadi Bella rencanakan. Di luar kelas semua teman – temannya berkumpul
untuk melihat pertunjukan yang langka. Pertunjukan hewan langka ? jawabannya bukan.
Pertunjukan singa ? bukan juga. Pertunjukan sirkus ? ohhh tentu saja bukan. Lalu
pertunjukan apa ?, pasti kalian bertanya – tanya. Rais berencana ingin meminta Dania
untuk menjadi pacarnya. Hah ? pacar kenal aja baru juga beberapa hari. Yah tapi itulah
kenyataannya. “ cie cie Dania ehem ehem” sorak riuh teman – temannya. Dalam hati
Dania bertanya apa maksud dari semua ini. “Bell boleh di buka belum sakit nihh ?”
tanyanya gusar. Sebenarnya ikatan sapu tangan itu tidaklah kuat malah longgar. Itu
hanya alasan Dania semata agar ia dapat cepat tahu sebenarnya apa yang akan terjadi.
“udah sabar tinggal bentar lagi kok” jawab Bella. “Dania ?”. suara yang familiar di
telinganya tapi bukan teman sekelasnya. Lalu “siapa ?”. “aku Dan”. “aku ngga’ bisa
liat” balasnya. “owh maaf sampe lupa”. Orang tersebut membuka ikatan sapu tangan
yang ada di kepala Dania. Jantung Dania benar – benar akan berhenti berdetak ia baru
menyadari ternyata inilah rencana Bella. Menjodohkannya pada Rais. Bella tak tahu
bagaimana perasaan Dania pada Rais dan Renaldi. Dania tak cinta Rais tapi ia cinta
Renaldi. Tapi tunggu Rais belum mengatakan apapun berarti belum tentu. “Dan ?”.
“ya”. “ehhmm kita kan baru kenal minggu ini”. “he eh lalu ?”. “ehmm tapi entah kenapa
kayaknya aku cinta kamu deh”. “cinta ?”. “cie cie Dania”. “hust diem dulu” tukas Bella.
Serentak semuanya diam mendengar perkataan Bella. “ayo lanjutkan” perintah Bella
pada Rais. “lanjutkan – lanjutkan – lanjutkan” serempak semuanya buka suara dan
tanpa Bella membuka mulut semuanya sudah diam saat melihat mata Bella yang
melotot ke arah mereka.
“ya Dan aku cinta kamu. Mau ngga’ kamu jadi pacar aku”. Apa pacar tapi Dania kan
tidak cinta pada Rais ?. Lalu bagaimana dengan Renaldi, ia tak tahu kalau Dania
sebentar lagi sudah jadi milik orang lain. Yang paling parah adalah hingga saat ini
semuanya tak ada yang tahu di mana Renaldi. “jawab iya, jawab iya, jawab iya” sorak

Page | 12

wb

semuanya. Kali ini Bella tidak marah justru suaranya lah yang paling besar di antara
yang lain. “ayo Dan jawab kasihan Rais kalau lama”. “jawab jawab jawab jawab”
sambung yang lainnya. “ehmmm kalau minta waktu ?”. “yahhhhh” jawab teman –
temannya yang lain kecewa. “kayaknya boleh tapi jangan lama – lama ya”. “minta
waktu dua hari aku jawab hari ketiga di chatt ya ?”. “ehmm bolehlah”. “jadi tiga hari
lagi aku tunggu di depan laptop jam 4 sore. Ngga’ pake sms apalagi telpon boleh ?”. “ya
bolehlah Dan”. “ehem kayaknya udah ada yang smsan ama chattingan tuh” goda Bella.
“ditambah lagi kalau telat berarti batal” ancam Dania. “kalau telat 1 menit ?”. “tetap
batal” tegasnya. “ehm ookelah tepat jam 4” ulang Rais. “yayayayayaya bye” ucapnya
sambil melambaikan tangan dan berlalu meninggalkan teman – temannya dan Rais yang
semuanya terlihat kecewa besar. Tapi masih ada harapan untuk Rais tiga hari lagi yah
memang bukan waktu yang lama tapi mungkin bagi Dania waktu yang ia berikan sudah
cukup. Ternyata semua anggota geng “bala – bala” tidak ada yang ikut berkumpul di
luar kelas hingga tak ayal saat Dania masuk kelas ia pun mendapat perkataan – perkatan
yang sangat tidak enak untuk di dengar. “hahahaha bangga kamu anak bunda ?”. “hello
‘bala – bala’ bangga buat apa sich ?”. “haha dia sok ngga’ tahu itu tuh kejadian yang
barusan”. “owhh itu. Biasa aja kok”. “alah pengalaman pertama aja sok”. “emang
masalah buat kamu ? iri itu tanda tak mampu lho ?”. “woy kamu ngga’ usah menghina
kami ya” bentak salah satu geng “bala – bala”. Untung saja Bella cepat masuk kelas
“hei kalau berani dengan Dania hadapi aku dulu. Ayo sini siapa yang nantangi Dania
tadi ?” bentak Bella seperti biasanya kalau Bella sudah bertindak semuanya tunduk. Tak
ada satupun orang yang berani melawannya kalaupun ada mungkin itu hanya Dania.
“ayo siapa yang berani” tantangnya. Kelas diam sunyi senyap bak tengah malam. “kok
ngga’ berani sich ? takut ya ?” ledek Bella. Nampaknya kali ini geng “bala – bala”
sedang tidak ingin mencari masalah dengan Bella, oleh karena itulah mereka hanya
diam t