Evaluasi kinerja amil terhadap program pemanfaatan dana pada perayaan hari besar islam (PHBI) dan pembangunan fisik bangunan pada wilayah kota Bekasi dan Kota Depok

(1)

PEMBANGUNAN FISIK BANGUNAN PADA WILAYAH KOTA BEKASI DAN KOTA DEPOK

(Studi Kasus: BAZDA Kota Bekasi dan BAZDA Kota Depok)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

Muhammad Ali Ma’ruf 1111046300006

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

P R O G R A M S T U D I M U A M A L A T

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Muhammad Ali Ma’ruf. Evaluasi Kinerja Amil Terhadap Program Pemanfaatan Dana Pada Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) Dan Pembangunan Fisik Bangunan Pada Wilayah Kota Bekasi dan Kota Depok (studi kasus BAZDA Kota Bekasi dan BAZDA Kota Depok). Skripsi Program Studi Muamalat, Konsentrasi Manajemen Zakat dan Wakaf, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Zakat, kemiskinan, Amil, dan Pemerintah seperti sebuah organ yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, suatu Pemerintahan tidak akan di sebut berhasil jika jumlah kemiskinannya masih lebih dominan. Berbagai macam upaya dan kebijakan pun diwujudkan untuk mengentaskan kemiskinan tersebut, namun usaha yang dilakukan masih jauh dari keberhasilan, Islam sebagai Agama

Rahmatan lil‘Alamin sudah jauh lebih dahulu dalam membentuk Indonesia

cemerlang dalam menuntaskan kemiskinan yaitu Zakat yang baru mulai di pandang dewasa kini sebagai alternatif yang patut di coba dan di implementasikan dalam sebuah sistem pemerintahan.

Membahas perihal zakat, membahas pula peran Amil itu sendiri. Sebagai kunci kesuksesan dalam mengelola zakat. Kerena di tangan Amil lah zakat itu bisa diberdayakan guna mengentaskan kemiskinan. Dengan berjalannya waktu zakat sudah mengalami perkembangan yang begitu pesatnya, perkembangan tersebut tidak datang begitu saja tanpa adanya Amil yang berkredibilitas dalam melaksanakan kewajiban yang di embannya.

Perlu adanya Amil-amilin zakat yang kompeten, memiliki semangat tinggi, berwawasan luas, berilmu, amanah, dan lain sebagainya, maka dari itu perlu sekiranya kita menilai dan mengevaluasi kinerja para Amil. Agar terus istiqomah dalam melaksanakan kewajibannya yang di amanahkan kepadanya.

Peran Pemerintah dalam pelaksanakan zakat di buktikan dengan berdirinya Badan-Badan Amil Zakat baik skala Nasional maupun Daerah. Guna mendorong terealisasinya pengentasan kemiskinan itu sendiri. Melalui SK (Surat Keputusan) yang melegalkan berdirinya baik Presiden maupun Walikota, kini kita bisa temukan badan legitimat yang menaungi zakat. Yang biasa kita sebut BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) dan BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) yang tersebar di selulur kabupaten di Indonesia.

Kata kunci: Implementasi, BAZNAS, BAZDA, kredibilitas


(6)

vi

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah, puja dan puji syukur keharibaan Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan kemudahan yang diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada sahabat serta pengikutnya yang selalu istiqomah mengikuti ajarannya.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Skripsi ini tidak sedikit hambatan serta kesulitan yang dihadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras, serta support dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan Skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak H.Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak H. Abdurrauf LC, MA, selaku Sekretaris Porgram Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr.H. Sumuran Harahap, SH, M.Ag, MM, MH, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan, arahan, saran-saran, serta motivasi kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat selesai dengan baik.


(7)

vii

menjadi mahasiswa.

5. Kepada seluruh Dosen dan Karyawan Akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan pengetahuan dan bantuannya kepada penulis. Serta para pengurus Perpustakaan yang senantiasa memberikan pelayanan kepada para mahasiswa.

6. Kedua orang tuaku, Bapak H. Nasiban S.pd.i dan Ibu Jasmirah yang dengan tulus selalu mendoakan, memberi dukungan baik materil maupun nonmateril, dan telah sabar menunggu penulis menyelesaikan Skripsi ini dan menjadi sarjana. Semoga Allah selalu memberikan berkah, rahmat, dan perlindungan untuk Mama dan Bapak.

7. Kepada istriku yang tercinta Adillatul Mar’ah yang senantiasa mensupport, tanpa lelahnya, perhatian yang di berikannya membuat saya semangat seratus kali lipat dan mampu menyelesaikan Skripsi ini.

8. Kepada Bapak Ahmad Bustomi S.Ag yang telah memberikan kontribusi dalam memelihara semangat untuk meraih masa depan selama berada di Bina Ikhwan. tanpa kemurahan hatinya mungkin penulis sudah kebingungan mencari hal yang paling di butuhkan.

9. Adik-adikku, Miftahurrahman, Nurrifani, dan Muhammad afif Rahman yang membuat penulis ingin menjadi contoh yang baik dengan menyelesaikan pendidikan S1 ini.


(8)

viii

memotivasi meski akhirnya tidak bisa lulus dalam waktu yang bersamaan. 11. Teman-teman seperjuangan di Asrama Bina Ikhwan, Wahid, Sony, Agita,

Rizky, Anas, Syarif yang secara alamiah telah memberi sugesti positif untuk menjadi pria yang tangguh menghadapi masa depan.

12. Seluruh pihak yang terkait yang telah membantu dan menyemangati penulis selama proses penyelesaian Skripsi ini.

Besar harapan penulis agar Skripsi ini dapat menambah khazanah keilmuan dan bermanfaat bagi banyak pihak. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi ini, sehingga penulis berharap peneliti-peneliti selanjutnya dapat menyempurnakan dan melakukan perbaikan.

Penulis, 19 Mei 2015


(9)

ix

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

D. Review Studi Terdahulu 9

E. Kerangka Pemikiran 12

F. Metode Penelitian 15

G. Sistematika Penulisan 17

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Zakat

1. Pengertian Zakat 19

2. Dasar Hukum Zakat 28

a. Hukum Syariat 28

b. Hukum Positif 30

3. Tujuan dan Hikmah Zakat 31

B. Amil Zakat

1. Pengertian dan Tujuan Amil Zakat 32

2. Peran Amil Zakat 36

a. Pola Tradisional (konsumtif) b. Pola Kontemporer (produktif) C. Badan Amil Zakat


(10)

x

D. Kinerja

1. Pengertian Kinerja 41

2. Evaluasi Kinerja 42

3. Tujuan Evaluasi 42

4. Prinsip-Prinsip Evaluasi Kinerja 43

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BAZNAS DAERAH A. BAZNAS Daerah

B. Profil BAZNAS Daerah Kota Bekasi

1. Legal Formal 46

2. Visi dan Misi 47

3. Struktur Organisasi 47

C. BAZNAS Daerah Kota Depok

1. Legal Formal 49

2. Visi dan Misi 50

3. Struktur Organisasi 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DI BAZNAS DAERAH KOTA BEKASI DAN BAZNAS DAERAH KOTA DEPOK

A. Substansi Fisabilillah Yang Mempengaruhi Kebijakan BAZDA Dalam Menyalurkan Dana ZIS Kepada Masyarakat

1. Pendayagunaan Dana pada BAZNAS Daerah Kota Bekasi Pada

Asnaf Fisabilillah 55

a. Program Andalan BAZNAS Daerah Kota Bekasi 55

b. Kontinuitas 55

c. Asnaf Fisabilillah Kota Bekasi 55

2. Pendayagunaan Dana BAZNAS Daerah Kota Depok Pada

Asnaf Fisabilillah 57

a. Program Andalan 57

b. Kontinuitas 58

c. Asnaf Fisabilillah Kota Depok 58


(11)

xi

a) BAZ Kecamatan 59

b) UPZ 60

c) Bank 62

b. Analisa Grafik Penyaluran Pendayagunaan Dana ZIS 62

c. Penjabaran Kinerja 67

2. Kinerja Amil BAZNAS Daerah Kota Depok

a. Mitra BAZNAS Daerah Kota Depok 69

a) UPZ 69

b. Analisa Grafik Penyaluran Dana ZIS 70

c. Penjabaran Kinerja 72

C. Evaluasi Kinerja

1. Evaluasi Kinerja pada Amil BAZDA Kota Bekasi

a. Program Yang Perlu di Tingkatkan 74 b. Inovasi Amil Dalam Menggagas Program 76 2. Evaluasi Kinerja pada Amil BAZDA Kota Depok

a. Program Yang Perlu di Tingkatkan 77 b. Inovasi Amil Dalam Menggagas Program 77 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 80

B. Saran-Saran 81

DAFTAR PUSTAKA 82

LAMPIRAN

A. Akun Penyaluran Bangunan dan PHBI 84

B. Laporan keuangan BAZDA Depok 2011 86

C. Laporan Keuangan BAZDA Depok 2012 88


(12)

xii

Tabel 1.1 10

Tabel 2.1 38

Tabel 3.1 45

Tabel 3.2 46

Tabel 4.1 56

Tabel 4.2 60

Tabel 4.3 61

Tabel 4.4 62

Tabel 4.5 63

Tabel 4.6 64

Tabel 4.7 64

Tabel 4.8 65

Tabel 4.9 65

Tabel 4.10 66

Tabel 4.11 66

Tabel 4.12 68

Tabel 4.13 70

Tabel 4.14 71


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat adalah salah satu rukun Islam yang bercorak sosial-ekonomi dari lima rukun Islam. Dengan zakat, di samping ikrar tauhid (Syahadat) dan salat, seseorang barulah sah masuk ke dalam barisan umat Islam dan diakui keIslamannya, sesuai dengan firman Allah:

“Tetapi bila mereka bertaubah, mendirikan solat, dan membayar Zakat, barulah mereka saudara kalian seagama”1

Zakat, sekalipun dibahas di dalam pokok bahasan “Ibadat”, kerena dipandang bagian yang tidak terpisahkan dari salat, sesungguhnya merupakan bagian sistem social-ekonomi Islam, dan oleh kerena itu dibahas di dalam buku-buku tentang strategi hukum dan ekonomi Islam.2

Amilin yang berperan sebagai administrator dalam menghimpun, mengelola dan menyalurkan Zakat. Yang di maksud dengan Amil zakat ialah. mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat, mulai dari para pengumpul sampai kepada bendahara dan para penjaganya, mulai dari pencatat sampai pada penghitung yang mencatat keluar masuk zakat, dan

1

Qur’an, 9:11

2

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun. (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.3.


(14)

membagi kepada para mustahiknya, Allah menyediakan upah bagi mereka dari harta zakat sebagai imbalan dan tidak di ambil dari selain harta zakat.

Perhatian Qur’an dengan nashnya terhadap kelompok ini dan

dimasukkannya ke dalam kelompok mustahik yang delapan, yang berada setelah fakir miskin sebagai sasaran zakat pertama dan utama. Semua ini menunjukan bahwa zakat dalam Islam bukanlah suatu tugas yang hanya diberikan kepada seseorang. Tetapi juga merupakan tugas Negara. Negara wajib mengatur dan mengangkat orang-orang yang bekerja dalam urusan zakat yang terdiri dari para pengumpul, penyimpan, penulis, penghitung dan sebagainya. Zakat mempunyai anggaran khusus yag di keluarkan dari padanya gaji para pelaksana.3

Amil zakat mempunyai berbagai macam tugas dan pekerjaan semua berhubungan dengan pengaturan soal zakat. Yaitu soal sensus terhadap orang-orang yang wajib zakat dan macam zakat yang di wajibkan padanya. Juga besar harta yang wajib dizakat, kemudian mengetahui para mustahik zakat. Berapa jumlah mereka, berapa kebutuhan mereka serta besar biaya yang dapat mencukupi dan hal-hal lain yang merupakan urusan yang perlu di tangani secara sempurna oleh para ahli dan petugas serta para pembantunya4

Kerena tugas Amil yang tidak ringan untuk mensejahterakan fakir, miskin, dan lainnya maka dari itu sudah menjadi keharusan pemerintah bekerjasama dengan para Amilin mengerahkan semua potensi dan upaya

3

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk. (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.545

4

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk. (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.546


(15)

yang ada untuk merealisasikan sejahteranya para asnaf, Fakir, Miskin, Amil, Gharimin, Mualaf, Ibnu Sabil, Fisabilillah5, Budak atau hamba sahaya6. Di Indonesia, Amil zakat tidak disyaratkan termasuk miskin. Karena Amil zakat mendapat bagian zakat disebabkan pekerjaannya7. Dalam sebuah hadits disebutkan,

نغل ةقدّصلا ّلحت ا

لج ل أ راغل أ ا ي ع لماعل أ ّّا ليبس ىف اغل ةس خل ّاإ ى

لج ل أ هلا ب اها تشا

ىنغ ل يكس لا اهادهأف يكس لا ى ع قدصتف يكسم راج هل اك

“Tidak halal zakat bagi orang kaya kecuali bagi lima orang, yaitu orang yang berperang di jalan Allah, atau Amil zakat, atau orang yang terlilit hutang, atau seseorang yang membelinya dengan hartanya, atau orang yang memiliki tetangga miskin kemudian orang miskin tersebut diberi

zakat, lalu ia memberikannya kepada orang yang kaya8

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al „Utsaimin mengatakan, “Amil

zakat adalah orang-orang yang diangkat oleh penguasa untuk mengambil zakat dari orang-orang yang berkewajiban untuk menunaikannya lalu menjaga dan mendistribusikannya. Mereka diberi zakat sesuai dengan kadar kerja mereka meski mereka sebenarnya adalah orang-orang kaya. Sedangkan orang biasa yang menjadi wakil orang yang berzakat. untuk mendistribusikan

5

Orang-orang yang berjuang di jalan Allah seperti berdakwah, belajar, mencari nafkah untuk keluarga dan lain-lain. yang berkaitan dengan ridho Illahi

6

Adalah orang-orang yang tergadaikan kebebasan mereka pada masa jahiliyah

7

http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/panduan-zakat-15-salah-paham-dengan-amil-zakat.html di akses pada 15 september 2015

8


(16)

zakatnya bukanlah termasuk Amil zakat. Sehingga mereka tidak berhak mendapatkan harta zakat sedikitpun disebabkan status mereka sebagai wakil. Akan tetapi jika mereka dengan penuh kerelaan hati mendistribusikan zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan penuh amanah dan kesungguhan maka mereka turut mendapatkan pahala. Namun jika mereka meminta upah karena telah mendistribusikan zakat maka orang yang berzakat

berkewajiban memberinya upah dari hartanya yang lain bukan dari zakat.”9

Berdasarkan paparan di atas jelaslah bahwa syarat agar bisa disebut sebagai Amil zakat adalah diangkat dan diberi otoritas oleh penguasa muslim untuk mengambil zakat dan mendistribusikannya sehingga panitia-panitia zakat yang ada di berbagai masjid serta orang-orang yang mengangkat dirinya sebagai Amil bukanlah Amil secara syar’i. Hal ini sesuai dengan istilah Amil karena yang disebut Amil adalah pekerja yang dipekerjakan oleh pihak tertentu. Memiliki otoritas untuk mengambil dan mengumpulkan zakat adalah sebuah keniscayaan bagi Amil, karena Amil memiliki kewajiban untuk mengambil zakat secara paksa dari orang-orang yang menolak untuk membayar zakat10.

Masyarakat Muslim di Indonesia mengenal zakat sebagai salah satu cara dalam menanggulangi kemiskinan. Zakat adalah suatu institusi keagamaan yang merupakan salah satu dari tiang-tiang tertinggi dalam agama

9

http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/panduan-zakat-15-salah-paham-dengan-amil-zakat.html di akses pada 15 september 2015

10

http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/panduan-zakat-15-salah-paham-dengan-amil-zakat.html di akses pada 15 september 2015


(17)

Islam11 yang berfungsi sebagai pemerata kekayaan seseorang. Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lebih permanen yaitu mengentaskan kemiskinan. Bagi mustahiq, zakat merupakan jembatan emas untuk lepas dari himpitan ekonomi yang mendera.12 Zakat juga terbukti memiliki efek domino dalam kehidupan masyarakat, terutama membebaskan kaum dhuafa dari garis kemiskinan, meningkatkan pendapatan dan konsumsi masyarakat kecil.13

Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Bekasi Nomor: 451.5/Kep.519-Kessos/XII/2012 tanggal 28 Desember 2012 tentang Pembentukan Pengurus Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Bekasi Masa Bhakti 2011-2014. Badan Amil Zakat Daerah Kota Bekasi atau disingkat BAZDA Kota Bekasi adalah sebuah Badan yang bertugas mengumpulkan, mengelola dan mendistribusikan zakat. BAZDA Kota Bekasi, sesuai misi yang di emban berusaha mewujudkan masyarakat Bekasi sadar zakat dan manfaat zakat14.

Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Depok Nomor: 821.29/128/Kpts/Sosial/Huk/2011 tanggal 27 Januari 2010 tentang Pembentukan Pengurus Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Depok masa Bhakti 2011-201315. Visi BAZ Depok, mengusir sifat kikir, mengikis sifat dengki, menumbuhkan kepedulian. Misi BAZ Depok, Menyadarkan

11

ensiklopedia Islam indonesia (jakarta: djambatan 1992) h.1003 12

Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang: UIN Malang Press, 2007), h.73. 13

Muhammad, Lembaga Keuangan Mikro Syariah Pergulatan Melawan kemiskinan dan

Penetrasi Ekonomi Global, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.57

14

http://bazdakotabekasi.or.id/profil-kami.html di akses 13 september 2014 15


(18)

Masyarakat untuk berzakat, berinfaq dan bershodaqoh. Menghimpun dana

dari sumber yang halal berdasarkan syari’at. Memenuhi kebutuhan Mustahik demi lancarnya roda ekonomi masyarakat. Menggali potensi masyarakat untuk ikut serta dalam membangun Kota Depok16.

Berdasarkan ketentuan UU No 23 Tahun 2011 tentang Penghimpunan, Pengelolaan, dan Pendistribusian Zakat tugas BAZDA dalam menghimpun, mengelola, dan menyalurkan Zakat agar terjadi pemerataan yang optimal di masing-masing wilayah. sudah semestinya pemerataan itu harus tercapai, BAZDA dengan UU yang melegalkannya menghimpun zakat, infak dan sedekah keberbagai instansi pemerintah yang bernaung di wilayah tertentu. dapat disimpulkan dana yang terhimpun sudah bisa di perkirakan cenderung konstan, tanpa adanya promosi yang berlebihan dalam menggugah kesadaran masyarakat, lain halnya dengan Lembaga Amil Zakat yang harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk berdakwah, mengajak melalui media-media iklan agar para Muzakki tersadarkan dan mengeluarkan zakatnya, maka dari itu sudah semestinya Badan Amil Zakat Daerah yang bernaung kepada pemerintah harus maksimal dalam mengatasi kemiskinan di wilayahnya masing-masing.

Badan Amil Zakat yang, kredibel, efektif, dan efisien apabila memenuhi berbagai indikator-indikator, di antaranya; pertama, tujuan dan kegiatan Badan Amil Zakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat; kedua, program-program yang dilakukan sejalan dengan misi dan rencana strategis;

16

http://bazdepok.net63.net/index.php?option=com_content&task=view&id=24&Itemid=31


(19)

ketiga, mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk memastikan bahwa setiap program bisa mencapai sasaran dan tujuannya.17

Berdasarkan pemaparan mengenai Badan Amil Zakat yang telah diuraikan di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji lebih lanjut seberapa kinerja Badan Amil Zakat dalam mengelola berbagai sumber input untuk menghasilkan berbagai output. Oleh karena itu, judul penelitian ini adalah “EVALUASI KINERJA AMIL TERHADAP PROGRAM PEMANFAATAN DANA PADA PERAYAAN HARI BESAR ISLAM (PHBI) DAN PEMBANGUNAN FISIK BANGUNAN PADA WILAYAH KOTA BEKASI DAN KOTA DEPOK (Studi Kasus: BAZDA Kota Bekasi dan BAZDA Kota Depok)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari permasalahan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini:

1. Bagaimana kinerja Amil BAZDA (Badan Amil Zakat) Kota Bekasi dan BAZDA Kota Depok pada periode 2011-2013 dalam menyalurkan dana ZIS pada Perayaan Hari Besar Islam dan Pembangunan Fisik Bangunan 2. Faktor-faktor apa yang melandasi kebijakan Amil menyalurkan dana ZIS

yang di himpun Badan Amil Zakat Kota Bekasi dan Badan Amil Zakat Kota Depok pada program PHBI (Perayaan Hari Besar Islam) dan program pembangunan fisik bangunan periode 2011-2013?

Selanjutnya, untuk mempermudah pembahasan, maka penulis

17Devani Sukma, “Daftar Perencanaan Penilaian (Assesment) bagi Organisasi Nirlaba”, Artikel diakses pada tanggal 13 September 2014 dari http://www.keuanganlsm.com/../daftar-perencana..


(20)

memberikan batasan-batasan penelitian:

1. Penelitian ini akan mengukur kinerja Amil perihal bagaimana cara Amil mengalokasikan dana yang terhimpun terhadap program pemanfaatan dana pada Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) dan program pembangunan fisik bangunan periode 2011-2013

2. Penelitian ini hanya dilakukan pada BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) Kota Bekasi dan BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) Kota Depok

3. Penelitian ini dilakukan dari periode 2011 sampai dengan 2013. Pertimbangannya kerena periode tersebut masih relevan untuk diteliti saat ini.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini:

a. Mengetahui Kinerja Amil BAZDA Kota Bekasi dan BAZDA Kota Depok terhadap program pemanfaatan dana pada Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) dan program pembangunan fisik bangunan periode 2011-2013 b. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan

terealisasinya penyaluran dana ZIS terhadap program Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) dan program pembangunan fisik bangunan periode 2011-2013

2. Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dan manfaat bagi pihak-pihak terkaitsebagai berikut:


(21)

Penelitian ini sangat berguna, yang pertama dengan adanya penelitian ini secara umum penulis menyadari apa saja kelebihan dan kekurangan objek yang di teliti, yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja objek penelitian agar mampu mengevaluasi serta membenahi kinerja di masa mendatang, dengan adanya penelitian ini manfaat tidak hanya terselesaikannya penelitian, melainkan juga terjalinnya silaturahim dengan para staff Amilin yang terlibat di dalamnya, yang sudah mencurahkan jiwa, pikiran, dan raga untuk mensyiarkan Islam melalui jalur sebagai Amil Zakat.

b. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan yang bersifat membangun, dari sudut pandang subjektif, agar bisa menjadi referensi pihak terkait dalam mengoptimalisasikan kinerja staff Amilin agar lebih turut aktif dalam pemberantasan kemiskinan pada BAZDA Kota Bekasi dan BAZDA Kota Depok.

c. Bagi Program Studi Muamalat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi banyak pihak nantinya, yang berminat mengkaji dan meneliti ulang perihal objek penelitian yang sudah dipaparkan sebelumnya, di samping itu hasil penelitian ini akan memperkaya wawasan kita, khususnya mengenai perzakatan di Indonesia.

D. Review Studi Terdahulu

Dari hasil pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam penulisan Skripsi ini, penulis menemukan beberapa literatur


(22)

yang membahas tentang pengukuran tingkat kinerja, di antaranya: Tabel 1.1

Ringkasan Review Studi Terdahulu No

.

Nama Peneliti, Judul Penelitian

Keterangan dan

Isi Penelitian Perbedaan

1. Lulu Meutia “Analisis Pengukuran Kinerja OPZ Berdasarkan Klasifikasinya: Studi Kasus 3 LAZNAS”

Skripsi S1 Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, Depok. Tahun 2012.

Skripsi ini membahas pengukuran kinerja dengan melakukan analisis efektivitas dan efisiensi 3 OPZ

berdasarkan klasifikasi lembaga pembentuknya, yaitu BAMUIS BNI, BMH, dan DPU-DT pada periode 2009-2010. Metode yang digunakan adalah kualitatif

deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kinerja keuangan dan non-keuangan OPZ ini sudah baik dan efisien namun harus membenahi pendokumentasian data keuangan dan non-keuangan sesuai PSAK 109.

Skripsi ini membahas tentang evaluasi kinerja Badan Amil Zakat Daerah Kota Bekasi dan Kota Depok pada periode 2011-2013 dengan metode kualitatif deskriptif yang mengevaluasi kinerja Amil di masing-masing BAZDA untuk melihat seberapa maksimalnya kinerja Amil dalam menjalan tugasnya menyalurkan dana pada perayaan hari besar Islam (PHBI) dan Pembangunan fisik bangunan

2. Khafid Yusuf “Analisa

Skripsi ini membahas mengenai pengelolaan

Skripsi ini membahas tentang evaluasi kinerja


(23)

Pengelolaan Zakat, Infak dan Shodaqoha, pada Badan Amil Nasional (BAZNAS)” Skripsi S1 Fakultas Syariah UIN Syarif hidayatullah

Jakarta. Tahun 2013.

zakat, infak, shodaqoh, pada Badan Amil Nasional, yang di dalamnya lebih

menjelaskan program yng di lakukan oleh, Badan Amil Zakat Nasional dalam upaya meningkatka kesejahteraan mustahik.

Badan Amil Zakat Daerah Kota Bekasi dan Kota Depok pada periode 2011-2013 dengan metode kualitatif deskriptif yang mengevaluasi kinerja Amil di masing-masing BAZDA untuk melihat seberapa maksimalnya kinerja Amil dalam menjalan tugasnya menyalurkan dana pada perayaan hari besar Islam (PHBI) dan Pembangunan fisik bangunan

3. Mawan Dwiono “Kinerja Bazda Banten dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Perspektif Balance Scorecards” Skripsi S1 FakultasSyariah Dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Tahun 2013.

Skripsi ini membahas tentang pengelolaan Zakat BAZ Banten dan Analisis kinerja dengan metode balance score cards kulitatif deskriptif BAZDA Banten 2012

Skripsi ini membahas tentang evaluasi kinerja Badan Amil Zakat Daerah Kota Bekasi dan Kota Depok pada periode 2011-2013 dengan metode kualitatif deskriptif yang mengevaluasi kinerja Amil di masing-masing BAZDA untuk melihat seberapa maksimalnya kinerja Amil dalam menjalan tugasnya menyalurkan dana pada perayaan hari besar Islam (PHBI) dan Pembangunan fisik bangunan


(24)

Zakat di tinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, dan baik. Sesuatu itu zaka, berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka, berarti orang itu baik.

Menurut Lisan al-Arab arti dasar dari kata zakat, di tinjau dari sudut bahasa, adalah suci, tumbuh, berkah, dan terpuji, semuanya digunakan di

dalam Qur’an dan hadis18.

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan pengertian menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang di keluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan beres (baik). Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam surah at-Taubah: 103 dan surah ar-Ruum: 3919

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. At Taubah:103)

18

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.34.

19

Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Cet.I, (Jakarta: PT Gema insani press, 2002), h.7


(25)

Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). (QS.Ar Ruum:39)

Fatwa Syaikh Mahmoud Syaltout tentang substansi “sabilillah” dalam

konteks masa kini sejalan dengan pendapat ulama Al-Azhar dan tokoh pembaharu Sayid Muhammad Rasyid Ridha (wafat 1935) yang banyak dirujuk oleh kalangan ulama di berbagai negeri muslim sampai sekarang.

Pengertian “fisabilillah” sebagai asnaf penerima zakat tidak terbatas pada kepentingan perjuangan yang bersifat fisik semata dalam rangka pertahanan negara dan agama, tetapi sesuai yang dipahami dari Al Quranul Karim dalam kaitan dengan pembagian zakat kepada delapan asnaf bahwa kalimat

“Sabilillah” ditampilkan “secara umum guna kepentingan umum pula”. Menurut hemat penulis, fatwa Syaikh Mahmoud Syaltout di atas telah cukup untuk menjawab keraguan sebagian kalangan mengenai boleh tidaknya zakat untuk pembangunan masjid20.

Dari delapan kelompok orang yang berhak menerima zakat, memang tidak disebutkan secara langsung masjid sebagai kelompok penerima zakat. Meski demikian, ketentuan yang berlaku dalam penggunaan zakat untuk diberikan kepada golongan fisabilillah, yaitu kelompok yang berjuang di jalan Allah dalam menegakkan ajaran agama Islam.

20

http://pusat.baznas.go.id/berita-artikel/menjawab-keraguan-bolehkah-zakat-untuk-pembangunan-masjid/ di akses pada 15 september 2014


(26)

Makna fisabilillah secara luas bukan hanya berjuang secara fisik melawan musuh agama Islam. Fisabilillah juga bisa berarti melakukan dakwah Islam melalui pembangunan gedung pengajaran Islam, penerbitan jurnal Islami melawan fitnah golongan kafir, mendidik kader-kader muda penerus ulama, membangun masjid di masyarakat tertinggal, dan lain-lain21.

Selanjutnya dalam mengevaluasi kinerja, penilaian kinerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan. Menetapkan kebijakasanaan berarti apakah karyawan akan dipromosikan, dan atau balas jasanya dinaikkan.

Menurut Andrew F. Sikula penilaian kinerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan ditujukan untuk pengembangan. Dan Menurut Dale Yoderk Penilaian prestasi kerja adalah prosedur yang formal dilakukan di dalam organisasi untuk mengevaluasi pegawai dan sumbangan sera kepentingan bagi pegawai22.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini yaitu untukmengukur kinerja Amil pada Badan Amil Zakat Daerah Kota Bekasi dan Badan Amil Zakat Kota Depok, periode 2011-2013 dalam mengalokasi dana pada Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) dan pembangunan fisik bangunan. Pengukuran kinerja ini dilakukan dengan cara mengukur.

1. Pemahaman Amil mengenai fikih zakat berdasarkan nash Al qur’an dan Hadits

21

http://zakat.or.id/bolehkah-menggunakan-dana-zakat-untuk-membangun-masjid/#sthash.rX9nYFj8.dpbs di akses pada 15 september 2014

22


(27)

2. Pemahaman Amil mengenai subtansi Fisabilillah dan faktor-faktor pendukungnya

3. Meninjau kembali efektifitas program-program yang sudah dilaksanakan 4. Kesediaan Amil dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya,

pekerjaan, dan hasil kerjanya23. F. Metode Penelitian

1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Kinerja Amil ditinjau dari Laporan Keuangan dari BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) Kota Bekasi dan BAZDA Kota Depok periode 2011-2013

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Pendekatan kualitatif disini dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti24.

Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Analisis, yaitu memaparkan data-data yang ditemukan di lapangan dan menganalisanya untuk mendapatkan kesimpulan yang benar dan akurat25.

3. Sumber Data Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini melalui wawancara

23

http://resmisudirman10.blogspot.com/ Di akses pada 15 september 2014

24

Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan

(Jakarta: Kencana Prenada Media group, 2008, Cet. IV), h. 166.

25

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005, Cet.VI), h. 44.


(28)

dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari informasi Laporan Keuangan yang dipublikasikan oleh BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) Kota Bekasi dan BAZDA Kota Depok periode 2011-2013. serta literatur-literatur yang berkenaan dengan hukum fikih, fatwa ulama, dan pengukuran kinerja Amil.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan dokumentasi, adalah proses pengumpulan data dengan mempelajari dan menganalisis dokumen-dokumen terkait seperti Laporan Keuangan periode 2011 sampai 2013 dari BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) yang ingin di teliti.

5. Metode Analisa Data

Data yang dihasilkan merupakan data kualitatif dan akan dikembangkan oleh penulis dengan metode deskripsi yaitu metode menggambarkan secara jelas tentang topik penelitian yang diteliti dan mengambil kesimpulan dari penelitian tersebut.

6. Teknik Penulisan Skripsi

Teknik penulisan ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2012” yang merupakan standar dari penulisan karya ilmiah Fakultas

Syariah dan Hukum. G. Sistematika Penulisan

Dalam memudahkan penyusunan, Skripsi ini dibagi menjadi lima bab yang memuat ide-ide pokok dan kemudian dibagi lagi menjadi sub-sub bab yang mempertegas ide-ide pokok, sehingga secara keseluruhan menjadi


(29)

kesatuan yang saling menjelaskan sebagai satu pemikiran.

BAB I, merupakan bagian pendahuluan yang dijadikan sebagai acuan pembahasan bab-bab berikutnya dan sekaligus mencerminkan isi global Skripsi yang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review study terdahulu, kerangka pemikiran teoritis, metodologi penelitian, sistematika penulisan26.

BAB II, merupakan landasan teori. Bab ini berisi tentang konsep zakat yang meliputi pengertian, dasar hukum, dan hikmah zakat, serta teori pengelolaan zakat. Pengertian amil, peran amil, dan teori mengenai kinerja beserta evaluasinya

BAB III, berisi tentang profil BAZNAS Daerah Kota Bekasi dan Kota Depok terkait legal formal, visi dan misi, serta struktur Organisasi

BAB IV, menjabarkan analisis dan pembahasan yang berisi tentang hukum syara’ yang menjadi landasan penyaluran dana zakat pada program Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) dan pembangunan fisik bangunan, serta meninjau kinerja Amilin pada BAZDA Kota Bekasi dan BAZDA Kota Depok

BAB V, bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dari hasil penetilitan, terhadap objek penelitian yang mengevaluasi kenerja Amil dalam melaksanakan sejumlah program yang berkenaan dengan perayaan hari besar Islam dan pembangunan fisik bangunan. Berikutnya disebutkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

26

http://tu.laporanpenelitian.com/2013/02/sistematika-penulisan-skripsi-dan-tesis.html di akses pada 15 september 2015


(30)

19

BAB II

LANDASAN TEORI A. Zakat

1. Pengertian Zakat

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik1. sesuatu itu zaka, berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka, berarti orang itu baik2. Ada ungkapan zakka az-zar’u, yang berarti tanaman itu berkembang dan menjadi baik. Sedangkan pengertian zakat menurut istilah ialah beribadah kerena Allah3. Menurut lisan al-Arab arti dasar dari kata zakat, ditinjau dari sudut bahasa, adalah suci, tumbuh, berkah, dan terpuji: semuanya di gunakan

di dalam qur’an dan hadis4.

Menurut istilah zakat adalah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang di wajibkan oleh Allah, untuk di keluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula5. yaitu bahwa setiap harta yang di keluarkan zakatnya akan menjadi suci , bersih, baik, berkah, dan berkembang6.

Zakat dari segi istilah fikih berarti “sejumlah harta tertentu yang

diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak” di samping

1

Mu’jam Wasith, juz 1 hal. 398.

2

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.34

3

Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Fikih Zakat Kontemporer. Penerjemah Ghazali Mukri, dkk (Surakarta: Al Qowam, 2011), h.11

4

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.34

5

Kifayatul Akhyar, juz 1 hal. 1 dan 2.

6

Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infak Sedekah, (Jakarta: Gema Insani, 1998). hal 13.


(31)

berarti “mengeluarkan sejumlah tertentu itu sendiri.”7 Jumlah yang di keluarkan dari kekayaan itu disebut zakat kerena yang di keluarkan itu menambah banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan.8

Hadis tentang peristiwa Jibril a.s. ketika mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah SAW:

ح ه ا ا ش ق ؟ اسإ

ي ه س

ي جح

ي ا

Apa itu Islam itu?” Nabi menjawab, “Islam Adalah mengikrarkan bahwa tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, membayar zakat, berpuasa pada bulan ramadhan, dan naik haji ke baitullah.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad).

Meskipun demikian, urutan ini tidak terlepas dari pentingnya kewajiban zakat (setelah salat), baik mendapat pujian bagi orang yang melaksanakannya maupun mendapat ancaman bagi orang yang meninggalkannya9.

Zakat juga dapat menambah keimanan ke dalam hati orang yang berzakat. Kerena zakat termasuk amal shalih, sementara amal shalih dapat

7

Zamakhsyari berkata dalam al-fa’iq jilid:536, cetakan pertama, “zalat seperti halnya sedekah, berwazan fa’alah, dan merupakan kata benda bermakna ganda, dipakai untuk pengertian benda tertentu yaitu sejumlah benda yang dizakatkan, atau untuk pengertian makna tertentu, yang berarti perbuatan menzakatkan itu. Orang-orang bodoh menafsirkan semaunya firman allah, orang-orang yang mengerjakan zakat jadi mereka artikan benda yang di zakatkan, padahal yang di maksud pekerjaan menzakatkan itu sendiri.

8

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.34-35

9


(32)

menambah keimanan seseorang.10

Menurut pendapat mayoritas Ulama, zakat mulai di syariatkan pada tahun ke-2 hijriyah. Di tahun tersebut zakat fitri diwajibkan pada bulan Ramadhan, sedangkan zakat maal di wajibkan pada bulan berikutnya, Syawal. Jadi, mula-mula diwajibkannya zakat fitri, kemudian zakat maal atau kekayaan. Ibnu Katsir menafsirkan firman Allah SWT:

عف

ي

ونم ؤ لا(

:

4

)

Dan orang yang menunaikan zakat. (QS Al-Mu’minun:4)

Kebanyakan ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan zakat dalam ayat di atas adalah zakat maal atau zakat kekayaan meskipun ayat itu turun di mekkah. Padahal, zakat itu sendiri diwajibkan di Madinah pada tahun 2 Hijriyah. Fakta ini menunjukan bahwa kewajiban zakat pertama kali di Makkah, sedangkan ketentuan nishab-nya mulai ditetapkan di Madinah. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat Al-An’am ayat 141 yang turun di Makkah.

ح ي , ح ء ...

..

dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya…

(QS Al-An’am:141)

Sayid Sabiq menerangkan bahwa zakat pada permulaan Islam diwajibkan secara mutlak. tidak dibatasi harta yang diwajibkan untuk dizakati dan ketentuan kadar zakatnya. Akan tetapi, mulai tahun kedua setelah hijrah

10

Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Fikih Zakat kontemporer. (Surakarta: Al Qawam,2011). Hal 12


(33)

menurut keterangan yang masyhur di tetapkan besar dan jumlah setiap jenis harta serta dijelaskan secara terperinci.11

Syarat harta yang wajib di zakatkan itu, antara lain sebagai berikut.

Pertama, al-milk at-tam yang berarti harta itu di kuasai secara penuh

dan dimiliki secara sah, yang didapat dari usaha, bekerja, warisan, atau pemberian yang sah. Dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah bersabda bahwa Allah SWT tidak menerima zakat/sedekah dari harta yang ghulul (didapatkan dengan cara yang batil).12

Kekayaan pada dasarnya adalah milik Allah: Dialah yang menciptakannya dan mengaruniakannya kepada manusia. Oleh kerna itu Quran memperingatkan prinsip dasar ini, adakalanya dengan menegaskan hubungan kekayaan itu dengan pemilik sebenarnya yaitu Tuhan seperti firmanNya: “berikanlah kepada mereka harta Allah yang telah

dikaruniakanNya kepada kalian,”13“keluarkanlah oleh kalian sebagian rezeki

yang telah diberikannya kepada kalian,”14“mereka sangat kikir mengeluarkan

sebagian karunia yang diberikan Allah kepada mereka.”15.16

Tentang istilah “milik penuh” di atas, maka maksudnya adalah bahwa

kekayaan itu harus berada bawah kontrol dan di dalam kekuasaannya,17 atau

seperti yang dinyatakan oleh sebagian ahli fikih, “bahwa kekayaan itu harus

11

Al-Furqon Habsyi. 125 Masalah Zakat. (Solo: Tiga Serangkai,2008). hal 6.

12

Didin, Hafidhuddin. Panduan Praktis Zakat Infak sedekah. (Jakarta: Gema Insani. 1998) hal. 13-14

13

Quran, 24:33

14

Quran, 2:254

15

Quran, 3:180

16

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.125

17


(34)

berada di tangannya, tidak tersangkut didalamnya hak orang lain, dapat ia

pergunakan, dan faedahnya dapat dinikmatinya.”18

Oleh kerena itu mereka berpendapat bahwa seorang pedagang tidak wajib zakat apabila barang yang dibelinya belum sampai ditangannya.19

Kedua, an-namaa adalah harta harta yang berkembang jika diusahakan atau memiliki potensi untuk berkembang misalnya harta perdagangan, perternakan, pertanian, deposito mudharabah, usaha bersama obligasi, dan lain sebagainya.20 Menurut ahli-ahli fikih itu. “berkembang” (nama’) menurut

terminologi berarti “bertambah”. Mnurut pengertian terpakai (istilah) terbagi

dua. Bertambah secara konkrit adalah bertambah akibat pembiakan dan perdagangan dan sejenisnya.21

Hukum wajib zakat pada harta-harta tersebut yang menjadi illat-nya (sebab-alasan). Hukum berputar beserta illat-nya. di mana ada illat, disana ada hukum22.

Ibnu Humam berkata bahwa maksud zakat disyariatkan. Lain dengan maksud asli zakat yaitu pemberian beban atas kekayaan, adalah penyantunan atas orang-orang miskin sebesar yang tidak akan membuat orang yang bersangkutan jatuh miskin pula,23 Dengan demikian dari sudut materi sungguh

18

Mathalib Uli an-Nuha Syarh ghaya al-muntaha, jilid 2:16

19

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.128

20

Didin, Hafidhuddin. Panduan Praktis Zakat Infak sedekah. (Jakarta: Gema Insani. 1998) hal. 14

21

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.138

22

Al Furqan Hasbi. 125 Masalah Zakat. (Solo: Tiga Serangkai, 2008) hal. 108

23


(35)

benar sabda Rasul, “Tidak akan berkurang kekayaan kerena zakat,”24

oleh karena zakat itu hanyalah sejumlah yang sangat kecil yang wajib dikeluarkan dari suatu kekayaan yang banyak, berkembang, dan diinvestasi, yang berdasarkan hukum alam (sunnatullah) tidak akan menguranginya.25

Sejumlah yang wajib dikeluarkan itu disebut zakat hanyalah oleh kerena jumlah itu pada akhirnya akan mendapat berkat dan berkembang, sesuai dengan janji Allah SWT.

ف ي ف ءيش ف

.

“sesuatu yang kalian berikan akan dibalas berlipat-ganda oleh Allah.”

(QS. Saba’:39)

...

ي آ

فع

ف ه ج ي

...

“zakat yang kalian berikan untuk memperoleh ridha Allah, akan

dilipat-gandakan oleh Allah buat kalian.” (QS. Ar-Ruum:39)

Persyaratan itu mengandung segi lain, yang ditegaskan oleh para Ulama, yaitu bahwa zakat hanya wajibkan dikeluarkan dari kekayaan yang berpotensi untuk berkembang. Disaat zakat khusus ditujukan kepada kekayaan yang berkembang, maka kepada orang yang memilikinya diperintahkan agar memperhatikan dan mengeluarkan zakatnya. Dalam arti bahwa wajibnya itu adalah berkembangnya.26

24

Diriwayatkan oleh Turmizi dari Abu Kabsya Anmari, yang mengatakan bahwa hadis itu adalah hasan shahih

25

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.138-139

26

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.141


(36)

Ketiga, telah mencapai nisab, harta itu telah mencapai ukuran tertentu. Misalnya, untuk hasil pertanian telah mencapai jumlah 653 kg, emas/perak telah senilai 85 gram, perdagangan telah mencapai 85 gram emas, peternakan sapi telah mencapai 30 ekor, dan sebagainya.27

Para Ulama bersepakat bahwa barang siapa yang mempunyai harta dari jenis yang wajib dizakati, tetapi ia mempunyai utang, baginya diwajibkan membayar utangnya dahulu. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

ق صآ

ى غ ظ ع ا

Tidak wajib zakat kecuali orang yang berkecukupan. (HR Ahmad)

ئ ف يف ف ئ ي غ خ ق ص ي ع ف ه

Allah mewajibkan mereka berzakat yang dikenakan kepada

orang-orang kaya untuk diberikan kepada orang-orang-orang-orang miskin di antara mereka. (HR

Bukhari dan Muslim)28

Hikmah adanya ketentuan nisab itu jelas sekali. Yaitu bahwa zakat merupakan pajak yang dikenakan atas orang kaya untuk bantuan kepada orang miskin dan untuk ikut berpartisipasi bagi kesejahteraan Islam dan kaum muslimin. Oleh kerena itu zakat tentulah harus dipetik dari kekayaan yang mampu memikul kewajiban itu menjadi tidak ada artinya apabila orang miskin jika dikenakan pajak sedangkan ia sangat perlu dibantu bukan membantu. Oleh kerena itulah Nabi bersabda:

27

Didin hafidhuddin. Panduan praktis tentang zakat infak sedekah, (Jakarta: Gema Insani, 1998) hal.14

28


(37)

ى ع ظ ع ا ق ص ا

“Zakat hanya akan dibebankan ke atas pundak orang kaya”29

Berdasarkan itu pulalah perpajakan moderen cenderung tidak memasukkan orang-orang yang berpenghasilan kecil kedalam orang yang terkena kewajiban pajak, kerena kasihan dan untuk menjaga kondisi mereka tidak lebih buruk, hal itulah yang sudah lebih dahulu ditetapkan oleh syariat Islam empat belas abad yang lalu.30

Keempat, telah melebihi kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan minimal yang dibutuhkan seseorang dan keluarganya yang menjadi tanggungannya, untuk kelangsungan hidupnya.31

Diantara Ulama-Ulama fikih ada yang menambah ketentuan nisab kekayaan yang berkembang itu dengan lebihnya kekayaan itu dari kebutuhan biasa pemiliknya, misal Ulama-Ulama Hanafi dalam kebanyakan kitab mereka. Hal itu oleh kerena dengan lebih dari kebutuhan biasa itulah seseorang disebut kaya dan menikmati kehidupan yang tergolong mewah.

Dengan demikian keadaan yang mewajibkan hal itu tidak terjadi berdasarkan sabda Rasul:

سف ي

29

Diriwayatkan oleh Bukhari sebagai hadis muallaq dan oleh Imam Ahmad sebagai hadis

mausul yang akan dijelaskan dalam syarat wajib zakat ke 4

30

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.150.

31

Didin hafidhuddin. Panduan praktis tentang zakat infak sedekah, (Jakarta: Gema Insani, 1998) hal.14


(38)

“Bayarlah zakat kekayaan kalian yang dengannya anda memperoleh

kesenangan.” Oleh kerena itu zakat tidak wajib.32

Tetapi ada ulama-ulama yang tidak memasukan ketentuan itu dalam kekayaan yang berkembang. Semuanya itu adalah kebutuhan rutin dan tidak termasuk kekayaan yang berkembang.33

Kelima, telah mencapai satu tahun (haul), untuk harta-harta tertentu, misalnya perdagangan. Akan tetapi, untuk ditanam dikeluarkan zakatnya pada saat memanennya (lihat surat al-An’am:141).34

Maksudnya adalah bahwa pemilikan yang berbeda di tangan si pemilik sudah berlalu masanya dua belas bulan Qamariyah. Tetapi hasil pertanian, buah-buahan, madu, logam mulia, harta karun dan lain-lainnya yang sejenis, tidak akan di persyaratkan satu tahun semuanya itu dapat dimasukan kedalam

istilah, “zakat pendapatan”.35

Ibnu Rusdy menyatakan. “Jumhur” Ulama fikih mensyaratkan emas, perak, dan ternak wajib zakat setelah setahun. Sebuah hadis marfu’ yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar dari Nabi SAW. Berbunyi:

ا

يف

ح

ح ي ع حي ى

“Tidak ada zakat atas sesuatu kekayaan sampai berlalu satu tahun”36

32

Kasani, bada’I as-shana’I, jilid 2:11 dan hadis yang sama yang diriwayatkan oleh Tabrani dari Abu darda’ yang dhaif

33

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.150-151

34

Didin hafidhuddin. Panduan praktis tentang zakat infak sedekah, (Jakarta: Gema Insani, 1998) hal.14

35

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.161.

36

Ibnu Hajar dalam at-Talkhis:175, diriwayatkan oleh Duruquthni dan baihaqi dari hadis yang diriwayatkan oleh umar yang di dalamnya terdapat ismail bin „Iasy, sedangkan hadis yang


(39)

“Ini menjadi kesepakatan Ulama-Ulama fikih kurun terakhir sedangkan pada masa awal Islam tidak dipertentangkan terkecuali yang diriwayatkan oleh

Ibnu Abbas dan Mu’awiyah. Sebab pertentangan itu adalah tidak terdapatnya

satu hadis yang tegas.”37

2. Dasar Hukum Zakat a. Hukum Syariat

Zakat merupakan konsep ajaran Islam yang berlandaskan Al-Quran dan Sunnah Rasul bahwa harta kekayaan yang dimiliki seseorang amanah dari Allah. Dengan demikian, zakat itu suatu kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT. Ini dapat dilihat dari dalil-dalil baik dalam Al-Quran maupun Hadits, di antaranya:

1) Surat At-Taubah ayat 103















“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”38

2) Surat Adz-Dzariyat ayat 19

bersumber dari penduduk syam itu dhaif. Beberapa perawi juga meriwayatkannya sebagai hadis mauquf tetapi daruquthni menilainya shahih dengan cacatnya mauquf. Namun disepakati hadis itu dhaif

37

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.163

38


(40)









“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang

meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.”39

3) Surat Al-Baqarah ayat 43











“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang -orang yang rukuk.”40

4) Hadits Nabi SAW

ع

ن

ا

ب

ن

ع

م

ر

ر

ض

ي

ل

ع

ن

م

ا ,ا

ن

ر

س

ل

ل

ص

ل ى

ع

ي ه

س

ق

لا

"

ب ن

ي

لا

س

ل

ع

خ ى

م

س

ش :

دا

ة

ا

ن

ل

ا

هل

ا

ل

ل

,

ا

ن

م

ح

م

د

ع ا

ب د

ه

ر

س

ل

ه

,

ا ق

ا

صلا

ل

ة

,

ا ي

ت

ءا

زلا

ك

ةا

,

ح

ج

لا ب

ي

ت

,

ص

ر

م

ض

نا

."

م ت

ف

ق

ع

ي ه

Dari Ibnu Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Islam itu

dibangun dengan lima rukun (pilar utama) yaitu; persaksian bahwa tiada ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke baitullah, dan puasa

Ramadhan.” (HR. Bukhari Muslim)41

Kata zakat dalam bentuk ma’rifah (definisi)42 disebut tiga puluh kali dalam Quran, di antaranya dua puluh tujuh kali disebutkan dalam satu ayat bersama dengan solat. Dan hanya satu kali disebutkan dalam konteks yang sama dengan salat tetapi tidak di dalam satu ayat, yaitu firmanNya: Dan

39

QS. Adz-Dzariyat (51): 19

40

QS. Al-Baqarah (2): 43 41

M. Nashiruddin Al-Albani, Riyadhus Shalihin Jilid 2, (Surabaya: Duta Ilmu, 2004), h. 324.

42

Kita menyatakan “dalam bentuk ma’rifah” oleh kerena juga terdapat dalam bentuk nakirah (indefinite) dalam dua ayat, tetapi berarti lain, yaitu dalam Quran. 18:81, seorang putra yang lebih baik kesuciannya dan quran, 18:13, dan kasih saying dan kesucian dari kami


(41)

orang yang giat menunaikan zakat, setelah ayat: Orang-orang yang khusyu’

dalam bersalat.”43

Bila diperiksa tiga puluh kali zakat disebutkan itu, delapan terdapat di dalam surat-surat yang turun di Mekkah dan selebihnya di dalam surat-surat yang turun di Madinah.44

Sebagai ahli mengatakan bahwa kata zakat yang selalu dihubungkan dengan salat terdapat pada 82 tempat di dalam Quran.45 Mengenai kata

shadaqah dan shadaqat, di dalam Quran disebutkan 12 kali, semuanya dalam

ayat-ayat yang turun di Madinah46 b. Hukum Positif

Di Indonesia, pada awalnya pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU No. 38 Tahun 1999 dan Keputusan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/29 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.47 Namun, UU No. 38 Tahun 1999 dianggap belum mampu menjawab permasalahan pengelolaan zakat sehingga pemerintah merevisi UU tersebut menjadi Undang-undang Nomor 23/2011. Dalam implementasinya, hasil revisi UU tersebut mengalami banyak kontroversi

43

Quran, 23:2,4

44

Periksa Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-qran pada kata zakat

45

Demikian juga dalam ad-Dur al-Mukhtar, al-bahr, an-Nahr, dan kitab-kitab fikih madzhab hanafi lainnya. Ibnu Abidin dalam catatan kakai bukunya Rad al-mukhtar menulis pembetulannya menjadi 32 tempat. Tetapi yang benar selalu dihubungkan dengan salat hanya terdapat 28 tempat. Mungkin yang dimaksud olehnya adalah jumlah semua bentuk ma’rifah dan nakirah zakat tersebut.

46

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.39-40

47


(42)

karena terdapat pasal yang multitafsir dan dianggap menghambat kinerja dan peran lembaga-lembaga pengelola zakat yang telah ada.48

Kemudian, pada 31 Oktober 2013, Makhkamah Konstitusi (MK) mengabulkan gugatan uji materi UU Nomor 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat.ada tiga pasal yang diubah, yakni Pasal 18, Pasal 38, dan Pasal 41.49 Menurut MK, beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh lembaga yang bergerak di bidang penyaluran dan atau pendayagunaan zakat:

a. Bergerak di bidang keagamaan Islam b. Bersifat nirlaba

c. Memiliki rencana/program kerja pendayagunaan zakat, dan

d. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan rencana/program kerjanya.50 3. Tujuan dan Hikmah Zakat

Fatwa Syekh Syaltaut dan Ulama-Ulama sebelumnya menyatakan, bahwa zakat tidak dapat dicukup oleh pajak. Itulah pendapat yang membuat tenang hati yang memberi fatwa dan yang di minta. Kerena berlandaskan atas ketentuan-ketentuan hukum syariat yang benar. sehinga zakat tidak dapat di hapus dan diganti dengan nama pajak dan tak dapat dihilangkan begitu saja.51

Hikmah zakat, selain harta-harta itu mempunyai banyak manfaat bagi manusia, harta tersebut juga menjadi ukuuran kekayaan seseorang yang bernilai ekonomis atau berkembang adapun harta yang tidak disebut dalam Al-Quran

48Anis Rosyidah, “I

mplementasi UU No. 23 tahun 2011 Terhadap Legalitas Pengelolaan Zakat

oleh Lembaga Amil Zakat”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Malang, 2012), h.3

49Eri Sudewo, “

LAZ Pun Siuman”, Republika, 4 November 2013, h.6.

50Heru Susetyo, “Legal Opinion Terhadap Putusan MK Tentang Pengujian UU No. 23/2011 Tentang Pengelolaan Zakat”, Konstitusi, No. 81 (November 2013): h.15-17.

51

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.1116


(43)

dan hadis bukan berarti tidak ada kewajiban zakat atas harta itu. Firman Allah bersifat abadi. Dengan demikian, semua harta yang bersifat ekonomis atau menunjukan pemiliknya sebagai orang kaya kerena memiliki harta tersebut, wajib mengeluarkan zakat.52

Akhirnya orang Muslim berkewajiban untuk bekerja dan berjuang untuk memperbaiki penyimpangan-penyimpangan, meluruskan peraturan yang bengkok dan mengembalikannya pada jalan yang lurus dalam hukum Islam.53

Beberapa tujuan dan hikmah yang ingin dicapai oleh Islam dibalik kewajiban zakat:

a.Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya ke luar dari kesulitan hidup dan penderitaan.

b.Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh mustahiq lainnya. c.Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.

d.Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.54

e.Membiasakan manusia untuk berhati pemurah dan tidak kikir.55 B. Amil Zakat

1. Pengertian dan Tujuan Amil Zakat

Para pemungut zakat atau Amilin adalah orang yang ditugaskan oleh imam kepala pemerintahan atau wakilnya untuk mengumpulkan zakat. Degan

52

Al-Furqon Habsyi. 125 Masalah Zakat. (Solo: Tiga Serangkai,2008). hal 36

53

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.1116

54

Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf , (Jakarta: PT Grasindo, 2006), h.12-13. 55

Departemen Agama, Pedoman Zakat 9 Seri, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2009), h.70.


(44)

demikian, mereka adalah pemungut-pemungut zakat, termasuk para penyimpan, pengembala-pengembala ternak, dan yang mengurus administrasinya56.

Negara wajib mengatur dan mengangkat orang-orang yang bekerja dalam urusan zakat yang terdiri dari para pengumpul, penyimpan, penulis, penghitung dan sebaginya. Zakat mempunyai anggaran khusus yang dikeluarkan dari padanya gaji para pelaksananya.57

Banyak hadis yang menunjukan bahwa pemimpinlah yang menugaskan seorang Amil.

Hadis Abu humaid As-Sa’idi r.a

ق ص ى ع سأ اج س ي ع ه ى ص ه س ع س

ي ىع ي ي

Rasulullah SAW. Mengangkat seorang laki-laki dari Al-Asdi sebagai Amil untuk pemungutan zakat dari Bani Sulaim, ia bernama Ibnu Lutbiyyah. (HR Bukhari)

Hadis Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah R.A.

ء جف يخ ى ع اج ع س س ي ع ه ى ص ه س

ي ج

Sesungguhnya Rasulullah SAW. Mengangkat seorang laki-laki sebagai Amil untuk pemungutan zakat wilayah Khaibar, lalu ia membawa kurma Janib.

(HR Bukhari)58

Seorang Amil zakat hendaknya memenuhi syarat-syarat berikut.

56

Al Furqan Hasbi. 125 Masalah Zakat. (Solo: Tiga Serangkai, 2008) hal 163.

57

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.545

58


(45)

a. Muslim

Zakat merupakan urusan kaum muslimin. Jadi, Islam menjadi syarat utama bagi segala urusan mereka. Meskipun demikian, Imam Ahmad dalam salah satu pendapatnya membolehkan seorang Amil bukan muslim. Berdasar

ayat, “..Amil zakat…”59

Menurutnya, ayat tersebut mempunyai pengertian ummu, termasuk di dalamnya kafir dan muslim. Oleh kerena itu, tidak ada halangan baginya mengambil upah kerjanya seperti upah-upah lainnya.60

b. Mukallaf.

Pengurus zakat harus orang dewasa yang sehat akal pikirannya. c. Orang yang jujur.

Pengurus zakat seharusnya bukan orang yang fasik dan tidak dapat dipercaya. Misalnya, ia akan berbuat zalim kepada para pemilik harta atau berbuat sewenang-wenang terhadap hak fakir miskin kerena mengikuti keinginan hawa nafsunya atau untuk mencari keuntungan.

Rasulullah SAW. berpesan kepada petugas pemungut zakat Mu’az bin Jabal ketika bertugas ke Yaman agar berhati-hati terhadap doa orang dizalimi (teraniaya), dengan sabdanya:

ه ي ي سي ف ظ ع ق

ئ

ي ف

جح

Waspadalah pada harta-harta mereka yang bernilai dan jagalah dirimu dari doa orang yang teraniaya. Sesungguhnya antara dia dan Allah tanpa

59

Quran At-taubah: 60

60


(46)

pembatas. (HR Bukhari)61

Para Amil zakat mempunyai berbagai tugas dan pekerjaan yang berhubungan dengan pengaturan soal zakat, yaitu sensus terhadap orang orang yang wajib zakat dan macam zakat yang diwajibkan padanya. Juga besar harta yang wajib dizakat, kemudian mengetahui para mustahik zakat. Berapa jumlah mereka, berapa kebutuhan mereka serta besar biaya yang dapat mencukupi dan hal-hal lain yang merupakan urusan yang perlu di tangani secara sempurna oleh para ahli dan petugas serta para pembantunya.62

Adapun syarat menjadi Amil zakat adalah beragama Islam, dewasa (akil baligh), memahami hukum zakat dengan baik, harus jujur dan amanah, serta memiliki kemapuan (capable) untuk mellaksanakan tugas keamilan. Secara umum, Amil zakat ini memiliki dua tugas pokok berikut.

Pertama, melakukan pendataan secara cermat dan teliti terhadap Muzakki, melakukan pembinaan, menagih, mengumpulkan dan menerima zakat dan mendoakan Muzakki pada saat menyerahkan zakat, mengadministrasikan serta memeliharanya dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Kedua, melakukan pendataan terhadap Mustahik zakat, menghitung jumlah kebutuhannya, dana menetukan kiat pendistribusiannya, yakni apakah akan diberikan secara langsung (konsumtif) atau sebagai modal usaha. setelah menyerahkan zakat, Amil juga berkewajiban untuk membina para Mustahik

61

Al Furqan Hasbi. 125 Masalah Zakat. (Solo: Tiga Serangkai, 2008) hal. 166

62

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1993), h.546


(47)

tersebut.63

Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,yang dimaksud pengelolaan zakat adalah kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pendistribusian serta pendayagunaan zakat. mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.64

2. Peran Amil Zakat

Berbeda dengan salat dan puasa, ternyata zakat tidak bisa dikerjakan oleh tiap pribadi muslim. Zakat harus dikelola dengan melibatkan piihak lain. Kerena zakat dari Muzakki, dikelola oleh Amil dan ditujukan untuk Mustahik. Kenapa zakat tak boleh dikelola sendiri dan harus dikelola oleh Amil.65

a. Agar Tidak Subyektif

Zakat adalah hak orang lain. Jika sudah disisihkan, sebaiknya segera diserahkan kepada lembaga Amil. Jika tidak, secara psikologis siapapun tergoda untuk mengelola sendiri kerena zakat itu berasal dari hartanya.

b. Menjaga Harkat Mustahik

Dalam kondisi labil, manusia cenderung bertindak emosional tak terkontrol. Zakat yang milik orang lain, akhirnya tersendat kerena harus melalui tahapan yang tidak rasional. Bisa jadi ketidak sukaan Muzakki meledak saat seorang miskin datang meminta-minta, atau boleh jadi si miskin diminta untuk mengerjakan pekerjaan, sebagai imbalan untuk memperoleh zakatnya

63

Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infak Sedekah, (Jakarta: Gema Insani, 1998). hal 19.

64

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

65

Eri Sudewo. Manajemn Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 prinsip dasar, (Jakarta: Spora Internusa Prima, 2004) hal xxxiv


(48)

yang sesungguhnya sudah jadi haknya c. Obyektif Profesional

Jika zakat dikelola oleh lembaga Amil, harga diri dan harkat serta ketidak berdayaan Mustahik dijaga.

d. Pemberdayaan

Lembaga dapat membangun pasar untuk penngusaha-pengusaha mikro. Disamping dengan lembaga yang cukup, Amil dapat membangun pendidikan yang amat murah dan juga cuma-cuma bagi kalnangan fakir miskin.66

Zakat yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera disalurkan kepada Mustahik sesuai dengan skala prioritas yang telah disusun dalam program kerja. Penyaluran zakat bisa dilakukan dengan dua cara,:67

a. Pola Tradisional (Konsumtif)

Pola tradisional yaitu penyaluran bantuan dana zakat yang diterima

Mustahik digunakan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

b. Pola Kontemporer (Produktif)

Pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada kategori

Mustahik menjadi kategori Muzakki.

C. Badan Amil Zakat

1. Badan Amil di Indonesia

Yang dimaksud dengan Amil zakat adalah semua pihak yang melakuan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan,

66

Eri Sudewo. Manajemn Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 prinsip dasar, (Jakarta: Spora Internusa Prima, 2004) hal xxxv-xxxvi

67


(49)

perlindungan, pencatatan, dan penyaluran harta zakat. Mereka diangkat oleh Pemerintah yang berkuasa oleh masyarakat Islam setempat untuk memungut dan membagikan serta tugas-tugas lain yang berhubungan dengan zakat.68

Badan Amil Zakat (BAZ) merupakan LPZ yang dibentuk oleh Pemerintah. Nama BAZ, awalnya adalah Badan Amil Zakat dan Infak Sedekah (BAZIS). Sejak UU No 38 Tahun 1999 disahkan, nama BAZIS di pangkas hanya menjadi BAZ. Dalam lingkungan Pemerintah ini, BAZ dapat didirikan oleh setidaknya tiga (3) pihak yakni Depag, Depdagri, dan Kepala Pemerintah daerah.69 Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat Provinsi dan kabupaten/kota dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota., BAZNAS Provinsi dibentuk oleh Menteri atas usul Gubernur setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.70

Tabel 2.1

Badan Amil Zakat Daerah

MITRA BADAN AMIL ZAKAT DAERAH ( BAZDA ) No Nama BAZDA Propinsi No

Urut Reg

No Nama BAZDA Propinsi No Urut

Reg 1 BAZDA Nanggro Aceh

Darussalam

001 17 BAZDA Kalimantan Timur 017 2 BAZDA Sumatera Utara 002 18 BAZDA Kalimantan Tengah 018 3 BAZDA Sumatera Barat 003 19 BAZDA Kalimantan Selatan 019

4 BAZDA Riau 004 20 BAZDA Nusa Tenggara Barat 020

5 BAZDA Jambi 005 21 BAZDA Nusa TenggaraTimur 021

6 BAZDA Bengkulu 006 22 BAZDA Sulawesi Utara 022

68

Syaikh Muhammad Abdul Malik Ar-Rahman, Zakat: 1001 Masalah dan Solusinya, (Jakarta: Pustaka Cerdas, 2000), h.181.

69

Eri sudewo. Manajemen zakat tinggalkan 15 tradisi terapkan 4 prinsip dasar, (Jakarta: Spora Internusa Prima, 2004) hal 281

70


(50)

7 BAZDA Bandar Lampung 007 23 BAZDA Sulawesi Tengah 023 8 BAZDA Bangka Belitung 008 24 BAZDA Sulawesi Tenggara 024

9 BAZDA Banten 009 25 BAZDA Sulawesi Selatan 025

10 BAZDA DKI Jakarta 010 26 BAZDA Gorontalo 026

11 BAZDA Jawa Barat 011 27 BAZDA Maluku 027

12 BAZDA Jawa Tengah 012 28 BAZDA Maluku Utara 028 13 BAZDA Yogyakarta 013 29 BAZDA Irian Jaya ( Papua) 029 14 BAZDA Jawa Timur 014 30 BAZDA Irian Jaya Barat 030

15 BAZDA Bali 015 31 BAZDA Irian Jaya Tengah 031

16 BAZDA Kalimantan Barat 016 32 BAZDA Kepulauan Riau 032

BAZNAS Kabupaten/Kota dibentuk oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas usul Bupati/Walikota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS. Dalam hal Gubernur atau Bupati/Walikota tidak mengusulkan pembentukan BAZNAS Provinsi atau BAZNAS Kabupaten/Kota, Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat membentuk BAZNAS Provinsi atau BAZNAS Kabupaten/Kota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS di Provinsi atau Kabupaten/Kota masing-masing.71 Menurut Undang-Undang, BAZ dapat didirikan di ibu Kota, di tingkat Provinsi, di tingkat daerah khusus, di tingkat Kabupaten di tingkat Kecamatan.72

2. Tugas dan Fungsi Badan Amil Zakat

Salah satu tugas penting dari Badan Amil zakat adalah melakukan sosialisasi tentang zakat kepada masyarakat secara terus-menerus dan berkesinambungan, melalui berbagai forum dan media. Dengan sosialisasi yang baik dan optimal, diharapkan masyarakat Muzakki akan semakin sadar untuk

71

http://pusat.baznas.go.id/bazda-kabupaten/ di akses pada 18 january 2015

72

Eri sudewo. Manajemen zakat tinggalkan 15 tradisi terapkan 4 prinsip dasar, (Jakarta: Spora Internusa Prima, 2004) hal 281-282


(51)

membayar zakat melalui Badan Amil Zakat yang kuat, amanah, dan terpercaya. 3. Laporan Keuangan Badan Amil Zakat

Laporan keuangan Badan Amil Zakat merupakan sarana pertanggung jawaban manajemen atas pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada Badan Amil Zakat. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan BAZ:

a. Basis kas untuk penerimaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah selain pemanfaatan aset kelolaan.

b. Basis aktual untuk penyaluran zakat dalam bentuk pemenfaatan aset kelolaan dan transaksi pada dana Amil.73

Dalam akuntansi keuangan, ada lima laporan yang harus dikerjakan divisi Pengelolaan Keuangan:

1. Neraca

Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan pada waktu tertentu. Tujuannya untuk mengetahui kekayaan atas harta yang dimiliki, berbagai kewajiban yang harus ditunaikan serta mengetahui saldo dananya. Dengan neraca ini, posisi keuangan organisasi atau lembaga dapat tergambarkan secara jelas.

2. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana (LSPD)

Tujuan dari LSPD adalah menggambarkan aktivitas lembaga, terutama dalam menjelaskan asal sumber-sumber pendanaan serta penyalurannya sesuai dengan bidang garapan masing-masing. Dengan demikian, LSPD ini tak lain

73

Teten Kustiawan, dkk., Pedoman Akuntansi Amil Zakat: Panduan Implementasi Penyusunan


(1)

relatif stabil.

4. Kinerja Amil dalam membangun jaringan khususnya di wilayah masing-masing. Memiliki perbedaan dari jumlah UPZ yang ada dan hal itu juga mempengaruhi pendapatan masing-masing BAZDA, semakin banyak UPZ yang bisa berkoordinasi dengan BAZDA maka semakin banyak pula dana yang terhimpun, ketika semakin banyak dana yang terhimpun maka semakin banyak pula Asnaf yang merasakan manfaat pendayagunaan dari dana zakat tersebut.

5. Evaluasi kinerja pada masing-masing Amilin BAZDA yang di tinjau dari proses dan hasil dari penyaluran, masing-masing memiliki perbedaan pula, di antaranya kinerja Amil BAZDA Kota Bekasi saat ini periode 2011-2013 ditinjau dari laporan keuangan dan arus kasnya memiliki kinerja lebih dari Amil BAZDA Kota Depok, kami menganggap kerena BAZDA Kota Depok yang masih dalam tahap penyesuan kerena baru disahkan pada tahun 2011. B. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka kami menyampaikan saran kepada. Badan Amil Zakat Daerah dan Para Praktisi Zakat:

1. Badan Amil Zakat memperhatikan kembali tingkat kinerja setiap Amil sehingga benar-benar bekerja maksimal dan sesuai dengan amanat yang dibebankannya

2. Meninjau kembali pemaknaan yang ada pada asnaf fisabilillah dan ditinjau dari berbagai sudut pandang yang diharapkan mampu memaksimalkan segala aspek sosial guna kesejahteraan masyarakat.


(2)

82

3. Hendaknya tiap kegiatan atau program yang diadakan oleh masing-masing Amil BAZDA dicatat dan disampaikan ke publik sebagai bentuk pertanggung jawaban, tidak hanya pada atasan, namun juga kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan integritas BAZDA di mata publik atau masyarakat

4. Hendaknya ada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang jelas dari setiap masing masing bidang yang berfungsi sebagai pengontrol kinerja para Amilin.

5. Hendaknya untuk masing-masinng BAZDA selalu mengevaluasi kinerja guna meningkatkan kembali kualitas sarana dan prasaran, sehingga mampu mencapai apa yang menjadi tujuan, yaitu mensejahterakan masyarakat.


(3)

83

Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta: Departemen Agama, 2004.

Qardhawi, Yusuf. Hukum Zakat. Jakarta: P.T. Pustaka Litera AntarNusa, 1993.

Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih. Fikih Zakat Kontemporer. Surakarta: Al Qowam, 2011.

Hasbi, Al-Furqon. 125 Masalah Zakat. Solo:Tiga Serangkai, 2008.

Sudewo, Eri. Manajemen Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip

Dasar. Jakarta: Spora Internusa prima, 2004.

Santosa, Awan. Perekonomian Indonesia Masalah, Potensi, dan Alternatif

Solusi.Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.

Hafidhuddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani, 2002.

Hafidhuddin, Didin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infak Sedekah. Jakarta: Gema Insani, 1998.

Kuntarno Noor Aflah, ed., Strategi Pengelolaan Zakat Di Indonesia Jakarta: FOZ, 2011.

Suyanto, Bagong dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif

Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media group, 2008.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005.

Ensiklopedia Islam Indonesia Jakarta: Djambatan, 1992.

Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, Malang: UIN Malang Press, 2007.

Muhammad, Lembaga Keuangan Mikro Syariah Pergulatan Melawan

kemiskinan dan Penetrasi Ekonomi Global. Yogyakarta: Graha Ilmu,


(4)

84

SK,Walikota Depok, 821.29/128/Kpts/Sosial/Huk/2011 tanggal 27 Januari 2010

Internet.

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_subyek=12 Di akses pada 9 September 2014.

http://bazdepok.net63.net/index.php?option=com_content&task=view&id=23 &Itemid=30 di akes pada 4 juni 2014

http://www.Bazdakotabekasi.or.id/profil-kami.html di akses pada Rabu 21 januari 2015

http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/panduan-zakat-15-salah-paham-dengan-amil-zakat.html di akses pada 15 september 2015

http://bazdakotabekasi.or.id/profil-kami.html di akses 13 september 2014 http://bazdepok.net63.net/index.php?option=com_content&task=view&id=24

&Itemid=31 di akses pada 13 September 2014

http://www.merdeka.com/uang/pendapatan-rata-rata-penduduk-indonesia-2013-rp-365-juta.html Di akses pada 9 September 2014

http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=4838&coid=2&caid=30&gi d=1 di akses pada 9 September 2014

http://pusat.baznas.go.id/berita-artikel/menjawab-keraguan-bolehkah-zakat-untuk-pembangunan-masjid/ di akses pada 15 september 2014 http://id.wikipedia.org/wiki/Amil

http://zakat.or.id/bolehkah-menggunakan-dana-zakat-untuk-membangun-masjid/#sthash.rX9nYFj8.dpbs di akses pada 15 september 2014 http://resmisudirman10.blogspot.com/ Di akses pada 15 september 2014

http://tu.laporanpenelitian.com/2013/02/sistematika-penulisan-skripsi-dan-tesis.html di akses pada 15 september 2015

Sukma, Deviani. “Daftar Perencanaan Penilaian (Assesment) bagi Organisasi Nirlaba”, Artikel diakses pada tanggal 13 September 2014 dari http://www.keuanganlsm.com/../daftar-perencana..


(5)

85

Proposal Pembangunan Gedung NU. Kota Bekasi 31/3/ 2011 10.000.000

Bantuan Pembangunan Sarana Ibadah 31/3/2011 3.500.000

Proposal Pembangunan Sekolah 29/4/2011 200.000

Bantuan Pembangunan Mushollah baitul janah bekut 29/4/ 2011 300.000

Bantuan Pembangunan Sarana Ibadah 31/5/ 2011 1.000.000

Bantuan Sarana Ibadah 30/6/ 2011 5.000.000

Bantuan Sarana Ibadah 29/7/ 2011 500.000

Bantuan Sarana Ibadah 29/8/2011 500.000

Bantuan Sarana Ibadah dan Pendidikan 31/10/2011 6.000.000 Bantuan Pembangunan Sarana Ibadah dan Pendidikan 30/11/2011 7.500.000 total Rp 43.500.000 keterangan: bangunan tahun 2012

Dibayarkan Bantuan Proposal Sarana Ibadah 30 /1/2012 8.450.000 Dibayarkan Bantuan Proposal Sarana Ibadah 29 /2/2012 11.000.000 Dibayarkan Bantuan Proposal Sarana Ibadah 31 /3/2012 1.000.000

Keterangan: bangunan tahun 2013

Dibayarkan Biaya Program Benah 6 Musholla 30 /1/ 2013 41.030.000 Dibayarkan Proposal Pembangunan ponpes Al-Hidayah 27 /7/2013 1.000.000 Dibayarkan Program Benah Mushola Al-Amin 25 /10/2013 6.000.000 Dibayarkan Program Benah Mushola Al-Magfiroh 25 /10/2013 6.000.000 Dibayarkan Program Benah Mushola Baiturrahim 25 /10/2013 6.000.000 Dibayarkan Program Benah Mushola Al-Hikmah 25 /10/2013 6.000.000 Dibayarkan Program Benah Mushola Aa-salam 25 /10/2013 6.000.000

Keterangan: PHBI tahun 2011

Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 28 /2/ 2011 26.000.000 Bantuan Peringatan Hari Besar Islam Tahap ke 31 /3/ 2011 26.000.000 Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 31 /3/ 2011 30.000.000 Peringatan Hari Besar Islam Tahap ke 2 29 /4/ 2011 20.000.000 Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 29 /4/ 2011 23.500.000 Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 31 /5/ 2011 2.250.000 Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 30 /6/ 2011 12.800.000 Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 29 /7/ 2011 38.550.000 Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 29 /8/ 2011 6.250.000


(6)

86

Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 30 /9/2011 7.250.000 Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 31 /10/ 2011 6.500.000 Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 30 /11/ 2011 6.750.000 Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 30 /12/2011 32.500.000

Keterangan: PHBI 2012

Dibayarkan Bantuan Proposal PHBI 30 /1/2012 37.500.000

Dibayarkan Bantuan Proposal PHBI 29 /2/2012 108.250.000

Dibayarkan Bantuan Proposal PHBI 31 /3/ 2012 42.000.000

Dibayarkan Bantuan Proposal Sarana Ibadah dan PHBI 30 /4/2012 8.500.000

Keterangan: PHBI 2013

Dibayarkan Bantuan PHBI Kegiatan Sekolah ASWAJA 26 /2/2013 500.000

Dibayarkan Bantuan Dana PHBI IREMA 19 /2/2013 500.000

Dibayarkan Bantuan Dana PHBI SDN. Pekayon Jaya VI 19 /2/ 2013 1.000.000 Dibayarkan Bantuan Dana PHBI MT.NURUL MUTAQIN 19 /2/ 2013 650.000 Dibayarkan Bantuan Dana PHBI FKPP Kota Bekasi 19 /2/ 2013 500.000 Dibayarkan Bantuan Dana PHBI Mushollah Al-Ifaqoh 19 /2/2013 1.000.000 Dibayarkan Bantuan PHBI LDNU Kota Bekasi 25 /3/ 2013 600.000 Dibayarkan Bantuan PHBI DKM Al-Muzakaroh 25 /3/ 2013 500.000 Dibayarkan Bantuan PHBI Yayasan Pon-Pes Al-Hidayah 23 /3/ 2013 1.500.000 Dibayarkan Proposal PHBI MDT Daar Hauthoh 30 /4/ 2013 350.000 Dibayarkan Proposal PHBI MT.Nahdhoh As-syubban 30 /4/ 2013 350.000

Dibayarkan Proposal PHBI IRMADA 30 /5/ 2013 350.000

Dibayarkan Proposal PHBI Masjid Mardhotillah 30 /5/ 2013 300.000 Dibayarkan Proposal PHBI Masjid Baitturahman 26 /6/ 2013 1.000.000 Dibayarkan Proposal PHBI MT Al-Hikmah 21 /6/ 2013 1.000.000 Dibayarkan Proposal PHBI MT Baitul Muslimin 20 /6/ 2013 1.000.000