Faktor-Faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di rumah sakit umum daerah koJa Jakarta tahun 2009

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU

MENYUSUI PERTAMA KALI PADA BAYI BARU LAHIR

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA JAKARTA

TAHUN 2009

OLEH : FAUZIAH 105104003454

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1430 H/ 2009 M


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU

MENYUSUI PERTAMA KALI PADA BAYI BARU LAHIR

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA JAKARTA

TAHUN 2009

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH : FAUZIAH 105104003454

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1430 H/ 2009 M


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 3 Desember 2009


(4)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, Desember 2009

Fauziah, NIM : 105104003454

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Waktu Menyusui Pertama Kali Pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Tahun 2009

xvi + 123 halaman + 24 tabel + 4 gambar + 5 lampiran

ABSTRAK

Inisiasi menyusui dini adalah pemberian ASI segera setelah bayi dilahirkan yang merupakan salah satu intervensi yang dapat mengurangi angka kematian bayi. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD koja Jakarta tahun 2009 yaitu umur ibu, pendidikan ibu, paritas, pengetahuan ibu, sikap ibu, berat bayi saat lahir, jenis persalinan, konseling saat kehamilan dan persalinan dan dukungan petugas kesehatan.

Desain penelitian adalah deskriptif cross sectional. Sampel 77 orang dengan teknik systematic sample. Pengumpulan data dengan observasi dan wawancara selama bulan Agustus-September 2009. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat berupa uji t-test, uji anova serta uji korelasi dan regresi linier.

Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa dari 9 variabel yang diteliti ada 4 variabel yang menyatakan ada hubungan yang signifikan yaitu pendidikan ibu (P value=0,031), konseling selama kehamilan dan persalinan mengenai ASI dan kolostrum (P value=0,05), jenis persalinan (P value=0,026) dan dukungan petugas kesehatan (P value=0,05). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan yaitu umur ibu (P value=0,263), paritas ibu (P value=0,460), pengetahuan ibu (P value=0,783), sikap ibu (P value=0,692), berat badan bayi saat lahir (P value=0,457).

Pada penelitian ini rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 8,428 jam dengan median 95 menit. Maka penulis menyarankan kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan perannya dalam memfasilitasi dan memotivasi ibu untuk segera menyusui bayinya segera setelah lahir.


(5)

FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCES THE STUDY PROGRAME OF NURSING SCIENCES Undergraduated Thesis, December 2009

Fauziah, NIM : 105104003454

Factors Associated with First Feeding in Newborns at a Public Hospital District Koja Jakarta In 2009

xvi + 123 pages + 24 tables + 4 figures + 5 image attachments

ABSTRACT

Early initiation of breastfeeding were breastfeeding immediately soon after the baby is born which is one intervention that can reduce infant mortality. This study aims to determine the factors associated with first feeding in newborns at a public hospital district Koja Jakarta in 2009 that maternal age, maternal education, maternal parity, maternal knowledge, attitude of the mother, infant weight at birth, type of delivery, counseling during pregnancy and labor and support health workers.

Descriptive research design was cross sectional. 77 samples of people with systematic sample technique. The collection of data by observation and interviews during the months of August-September 2009. Analysis of the data used are univariate and bivariate analysis of t-test, anova test and correlation and linear regression test.

Bivariate analysis showed that the variables study 9 there are 4 state variables have a significant relationship of maternal education (P value=0,031), counseling during pregnancy and labor on breast milk and colostrums (P value=0,05), type of delivery (P value=0,026) and support health workers (P value=0,05). While unrelated variables are maternal age (P value=0,263), maternal parity (P value=0,460), knowledge of mothers (P value=0,783), attitude of the mother (P value=0,692) and infant weight at birth (P value=0,457).

In this study, the average first time feeding in newborn was 8,428 hours and the median 95 minutes. So the author suggest to health workers to increase their role in facilitating and motivating mothers to breastfeed their babies immediately after birth soon.


(6)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, Desember 2009

Fauziah, NIM : 105104003454

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Waktu Menyusui Pertama Kali Pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Tahun 2009

xvi + 123 halaman + 24 tabel + 4 gambar + 5 lampiran

ABSTRAK

Inisiasi menyusui dini adalah pemberian ASI segera setelah bayi dilahirkan yang merupakan salah satu intervensi yang dapat mengurangi angka kematian bayi. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD koja Jakarta tahun 2009 yaitu umur ibu, pendidikan ibu, paritas, pengetahuan ibu, sikap ibu, berat bayi saat lahir, jenis persalinan, konseling saat kehamilan dan persalinan dan dukungan petugas kesehatan.

Desain penelitian adalah deskriptif cross sectional. Sampel 77 orang dengan teknik systematic sample. Pengumpulan data dengan observasi dan wawancara selama bulan Agustus-September 2009. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat berupa uji t-test, uji anova serta uji korelasi dan regresi linier.

Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa dari 9 variabel yang diteliti ada 4 variabel yang menyatakan ada hubungan yang signifikan yaitu pendidikan ibu (P value=0,031), konseling selama kehamilan dan persalinan mengenai ASI dan kolostrum (P value=0,05), jenis persalinan (P value=0,026) dan dukungan petugas kesehatan (P value=0,05). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan yaitu umur ibu (P value=0,263), paritas ibu (P value=0,460), pengetahuan ibu (P value=0,783), sikap ibu (P value=0,692), berat badan bayi saat lahir (P value=0,457).

Pada penelitian ini rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 8,428 jam dengan median 95 menit. Maka penulis menyarankan kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan perannya dalam memfasilitasi dan memotivasi ibu untuk segera menyusui bayinya segera setelah lahir.


(7)

FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCES THE STUDY PROGRAME OF NURSING SCIENCES Undergraduated Thesis, December 2009

Fauziah, NIM : 105104003454

Factors Associated with First Feeding in Newborns at a Public Hospital District Koja Jakarta In 2009

xvi + 123 pages + 24 tables + 4 figures + 5 image attachments

ABSTRACT

Early initiation of breastfeeding were breastfeeding immediately soon after the baby is born which is one intervention that can reduce infant mortality. This study aims to determine the factors associated with first feeding in newborns at a public hospital district Koja Jakarta in 2009 that maternal age, maternal education, maternal parity, maternal knowledge, attitude of the mother, infant weight at birth, type of delivery, counseling during pregnancy and labor and support health workers.

Descriptive research design was cross sectional. 77 samples of people with systematic sample technique. The collection of data by observation and interviews during the months of August-September 2009. Analysis of the data used are univariate and bivariate analysis of t-test, anova test and correlation and linear regression test.

Bivariate analysis showed that the variables study 9 there are 4 state variables have a significant relationship of maternal education (P value=0,031), counseling during pregnancy and labor on breast milk and colostrums (P value=0,05), type of delivery (P value=0,026) and support health workers (P value=0,05). While unrelated variables are maternal age (P value=0,263), maternal parity (P value=0,460), knowledge of mothers (P value=0,783), attitude of the mother (P value=0,692) and infant weight at birth (P value=0,457).

In this study, the average first time feeding in newborn was 8,428 hours and the median 95 minutes. So the author suggest to health workers to increase their role in facilitating and motivating mothers to breastfeed their babies immediately after birth soon.


(8)

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 3 Desember 2009 Penguji I

Dyah Juliastuti,S.Kp,MSc,M.Kep,Sp.Mat NIP : 132288176

Penguji II

Desmawati,S.Kp,MARS NIP : 157121219780902001

Penguji III

Ns.Waras Budi Utomo,S.kep,MKM NIP : 197905202009011012

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Tien Gartinah, MN

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Fauziah

Tempat, Tgl lahir : Jakarta, 16 Desember 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Kali Baru Barat No.5 Rt 011/06 Kel. Kali Baru, Kec. Cilincing Jakarta Utara 14110

Tlp/ Hp : (021) 4402285/ 085692601876

Email : zeeah_insung@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan :

1. MI. Mitahul Hikmah Jakarta (1993-1999)

2. MTs Negeri 05 Jakarta (1999-2002)

3. SMA Negeri 52 Jakarta (2002-2005)


(10)

Pengalaman Organisasi :

1. Anggota Pramuka MTs Negeri 5 Jakarta tahun 2000-2001 2. Anggota ROHIS SMU Negeri 52 Jakarta tahun 2002-2005 3. Anggota KIR SMU Negeri 52 Jakarta tahun 2003-2004

4. Anggota BEMJ Ilmu Keperawatan Departemen Kemahasiswaan tahun 2006-2007

5. Sekertaris DPM FKIK tahun 2007-2008 6. Anggota KOMDA FKIK tahun 2005-2009 Prestasi dan Pengalaman Seminar :

1. IP tertinggi jurusan Keperawatan 2007 dalam FKIK AWARD 2007 2. IP terbaik jurusan Keperawatan 2008 dalam FKIK AWARD 2008 3. Teman Terajin angkatan 2005/2006 dalam PSIK AWARD 2008 4. Teman Terajin angkatan 2005/2006 dalam PSIK AWARD 2009

5. Juara 2 lomba karya ilmiah FKIK AWARD 2008 dengan judul ”Gelatin Babi dalam Perspektif Islam”

6. Seminar Jantung Sehat tahun 2008 7. Seminar Kanker Kulit tahun 2008


(11)

LEMBAR PERSEMBAHAN

“Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah”

“Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama”

“Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya”

“Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan

tujuan kebencian”

“Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya”

“Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah”

“Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang

dibutuhkan oleh sahabatnya”

“Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis”

“Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur

karena dikhianati sahabatnya”

“Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinnya”

“Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri” “Dalam masa kejayaan, teman-teman mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman-teman kita. Ingatlah kapan terakhir kali anda berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping anda??. Siapa yang

mengasihi anda saat anda merasa tidak dicintai??”

“Siapa yang ingin bersama anda pada saat tiada satupun yang dapat anda berikan??” ”Merekalah sahabat-sahabat anda”

Aku bangga mnjadi salah satu sahabatmu...!

Detik-detik manis pertemuan Saat-saat indah perkenalan Suka n’ duka masa persahabatan sungguh tak akan hilang dari ingatan Terima kasih seluruh sahabat perjuanganku yang selalu menemaniku Persahabatan ini akan ku jaga selamanya... (Terima kasih kepada sahabat yang telah memberikan kata-kata indahnya)


(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal bagi semua manusia dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas nikamat-Nya dan karunia-Nya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Waktu Menyusui Pertama Kali Pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Tahun 2009.

Dalam penelitian skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, kesungguhan, kerja keras dan kerja cerdas disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.

Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tajudin, Sp.And dan Drs. H. Achmad Gholib, MA, selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Tien Gartinah, MN dan Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep Sp.Mat , selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(13)

3. Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep Sp.Mat dan Yuli Amran, S.KM, MKM, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama membimbing peneliti.

4. Ibu Dyah Juliastuti, S.Kp, MSc, M.Kep, Sp.Mat, Ibu Desmawati S.Kp, MARS, Bapak Ns.Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM, selaku dosen penguji sidang skripsi. Terima kasih atas kesediaannya menjadi penguji, dan terima kasih pula atas masukan dan saran yang telah diberikan.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama duduk pada bangku kuliah.

6. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

7. Bapak Dr. Hasannudin AH. MARS., selaku direktur RSUD Koja Jakarta serta seluruh jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dalam mencari data-data sekaligus sebagai bahan rujukan skripsi.

8. Ibu bidan Indrawita dan bidan Sri Mulyanti, selaku Kepala Ruangan RPKK dan VK dan seluruh jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dalam mencari data-data sekaligus wawancara sebagai bahan rujukan skripsi. 9. Ucapan terimakasih peneliti haturkan secara khusus kepada Ayahanda H.

Safrudin dan Ibunda Hj. Rojanah yang senantiasa memberikan dukungan penuh baik berupa material maupun spiritual dan selalu mengiringi setiap langkahku dengan do’a tulus ikhlas sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi.

10.Kakakku Amrullah, SHI dan adik-adikku Soleha, Muhammad Irfan dan Maulana Hafidz yang dengan keceriaan serta dorongan mereka segala kejenuhan dan kepenatan dalam mengerjakan skripsi dapat terobati.


(14)

11.Sahabat baikku kosan Redline (Neneng, Tika, Herna, Lita, Intan) terimakasih atas semangat, motivasi dan segala nasehat serta tempat curhat atas semua masalah yang peneliti hadapi.

12.Teman-teman baikku (Fina, Tuti, Siti, Herna, Lita, Fajriyah, Neneng, Hilya, Nae) terimakasih atas motivasi dan bantuan serta jalinan persahabatan yang indah tak terlupakan.

13.Terimakasih kepada Syihab yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, motivasi dan semangat selama ini kepada peneliti selama menyusun skripsi ini. 14.Terimakasih banyak untuk za’a yang telah meminjamkan monitornya sehingga

peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.

15.Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan ’05 yang tidak dapat peniliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan, semangat, kenangan dan kebersamaan yang indah selama ini. Tetap semangat ya teman-teman...

Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya.

Jakarta, 3 Desember 2009


(15)

DAFTAR ISI

halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... xi

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

DAFTAR SINGKATAN ... xxiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A Latar Belakang ... 1

B Rumusan Masalah ... 8

C Pertanyaan Penelitian ... 9

D Tujuan Penelitian ... 10

1. Tujuan Umum ... 10


(16)

E Manfaat Penelitian ... 11

1. Bagi RSUD Koja Jakarta ... 11

2. Bagi Peneliti Selanjutnya... 11

3. Bagi Instansi Pendidikan Keperawatan... 11

F Ruang Lingkup Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A Inisiasi Menyusu Dini ... 13

1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini ... 13

2. Manfaat Menyusu Dini dan Kontak Kulit ... 15

3. Intervensi yang Dapat Mengganggu Kemampuan ... 18

Alami Bayi untuk Menemukan Sendiri Payudara 4. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini ... 19

5. Lima Tahap Perilaku (Pre-Feeding Behaviour) ……….. 21

6. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini ………. 23

7. Inisiasi Menyusui Dini dan Rawat Gabung ……….. 25

8. Inisiasi Menyusu Dini dan MDGs ... 26

B Manajemen Laktasi ... 27

1. Anatomi Payudara ... 27

2. Refleks Menyusui pada Ibu ... 28

3. Refleks Menyusui pada Bayi ... 30

4. ASI ... 30

a. Pengertian ASI ... 30


(17)

c. Kandungan ASI ... 33

d. Keunggulan ASI dan Manfaat Menyusui ... 33

C Teori Perilaku Kesehatan ... 38

D Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Waktu ... 39

Menyusui Pertama Kali Pada Bayi Baru Lahir E Family Centered Maternity Care ... 48

1. Pengertian Family Centered Maternity Care ... 48

2. Prinsip Family Centered Maternity Care ... 50

F Kerangka Teori ... 57

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 58

A Kerangka Konsep ... 58

B Definisi Operasional ... 61

C Hipotesa ... 66

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 67

A Desain Penelitian ... 67

B Identifikasi Variabel ... 67

C Populasi dan Sampel ... 68

D Teknik Pengumpulan Data ... 70

1. Proses Pengumpulan Data ... 71

2. Instrumen ... 72

3. Lokasi dan Waktu ... 75

4. Teknik Uji Instrumen ... 75


(18)

F Pengolahan Data ... 76

G Analisa Data ... 77

1. Analisa Univariat ... 77

2. Analisa Bivariat ... 78

BAB V HASIL PENELITIAN ... 80

A Gambaran RSUD Koja Jakarta ... 80

B Analisa Univariat ... 82

1. Gambaran waktu menyusui pertama kali ... 82

pada bayi baru lahir 2. Gambaran umur ibu ... 83

3. Gambaran pendidikan ibu ... 83

4. Gambaran paritas ibu ... 84

5. Gambaran pengetahuan ibu ... 84

6. Gambaran sikap ibu ... 85

7. Gambaran berat badan bayi saat lahir ... 86

8. Gambaran jenis persalinan ... 86

9. Gambaran konseling saat kehamilan ... 87

dan persalinan 10.Gambaran dukungan petugas kesehatan ... 88

C Analisa Bivariat ... 89

1. Hubungan antara umur ibu dengan ... 89 waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir


(19)

2. Hubungan antara pendidikan ibu dengan ... 89 waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

3. Hubungan antara paritas ibu dengan ... 91 waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

4. Hubungan antara pengetahuan ibu dengan ... 92 waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

5. Hubungan antara sikap ibu dengan ... 93 waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

6. Hubungan antara berat badan bayi saat lahir ... 94 dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir 7. Hubungan antara jenis persalinan dengan ... 95

waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

8. Hubungan antara konseling saat kehamilan ... 96 dan persalinan dengan waktu menyusui pertama kali

pada bayi baru lahir

9. Hubungan antara dukungan petugas kesehatan ... 97 dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

BAB VI PEMBAHASAN ... 99 A Keterbatasan penelitian ... 99 B Waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir ...

100

C Hubungan antara umur ibu dengan ... 102


(20)

waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

D Hubungan antara pendidikan ibu dengan ... ... 103

waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

E Hubungan antara paritas ibu dengan ... 105 waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

F Hubungan antara pengetahuan ibu dengan ... 106

waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

G Hubungan antara sikap ibu dengan ... 108

waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

H Hubungan antara berat badan bayi saat lahir ... 110

dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

I Hubungan antara jenis persalinan dengan ... 111

waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

J Hubungan antara konseling saat kehamilan ... 113

dan persalinan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir


(21)

K Hubungan antara dukungan petugas kesehatan ... 115

dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

A Kesimpulan ... 117

B Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121

LAMPIRAN ... 126


(22)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

Tabel 2.1 Komposisi ASI Peralihan ... 32 Tabel 2.2 Kandungan ASI ... 33 Tabel 2.3 Perbedaan Traditional Care dengan Family ... 51

Centered Maternity Care

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 61 Tabel 5.1 Distribusi waktu menyusui pertama kali ………... 83

pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta Tahun 2009

Tabel 5.2 Distribusi ibu berdasarkan umur ... 83 Tabel 5.3 Distribusi ibu berdasarkan pendidikan ... 84 Tabel 5.4 Distribusi ibu berdasarkan paritas ... 84 Tabel 5.5 Distribusi ibu berdasarkan pengetahuan ... 85 Tabel 5.6 Distribusi ibu berdasarkan sikap ... 86 Tabel 5.7 Distribusi ibu berdasarkan berat badan bayi saat lahir ... 86 Tabel 5.8 Distribusi ibu berdasarkan jenis persalinan ... 87 Tabel 5.9 Distribusi ibu berdasarkan konseling saat kehamilan ... 87

dan persalinan

Tabel 5.10 Distribusi ibu berdasarkan dukungan petugas kesehatan ... 88 Tabel 5.11 Distribusi ibu berdasarkan umur dan ... 89


(23)

Tabel 5.12.1Distribusi ibu berdasarkan pendidikan dan ... ... 90 waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

Tabel 5.12.2Uji Bonferroni tingkat pendidikan ibu ... 91 Tabel 5.13 Distribusi ibu berdasarkan paritas dan ... 92

waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

Tabel 5.14 Distribusi ibu berdasarkan pengetahuan dan ... 93 waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

Tabel 5.15 Distribusi ibu berdasarkan sikap dan ... 94 waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

Tabel 5.16 Distribusi ibu berdasarkan berat badan bayi saat lahir ... 95 dan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

Tabel 5.17 Distribusi ibu berdasarkan jenis persalinan dan ... 96 waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir

Tabel 5.18 Distribusi ibu berdasarkan konseling saat kehamilan ... 97 dan persalinan dan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Tabel 5.19 Distribusi ibu berdasarkan dukungan petugas kesehatan ... 98


(24)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

Gambar 2.1 Tahapan Inisiasi Menyusu Dini Bayi ... 23 Gambar 2.2 Refleks Prolaktin dan Oksitosin (let down refleks) ... 29 Gambar 2.3 Roda Perawatan Bayi Baru Lahir dan Perawatan ... 56

Pasca Partum yang Berpusat pada Keluarga

Gambar 2.4 Kerangka Teori ... 57 Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 60


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Output Uji Normalitas Lampiran 4 Output Analisa Univariat Lampiran 5 Output Analisa Bivariat


(26)

DAFTAR SINGKATAN

IMD : Inisiasi Menyusu Dini

AKI : Angka Kematian Ibu

AKB : Angka Kematian Bayi

AKN : Angka Kematian Neonatal MDGs : Millenium Development Goals MPS : Making Pregnancy Safer WHO : World Health organization FCMC : Family Centered Maternity Care

LDRP : Labor, Delivery, Recovery, Post partum BBLR : Berat Bayi Lahir Rendah

BBLSR : Berat Bayi Lahir Sangat rendah

ASI : Air Susu Ibu

PASI : Pendamping Air Susu Ibu

APGAR : Activity, Pulse, Grimace, Appearance, Respiration

SC : Sectio Caesaria

DHA : Decosahexanoid Acid

AA : Arachidonic Acid

IgA : Immunoglobulin

BALT : Brochus Asosiated Lympocite Tissue GALT : Gut Asosiated Lympocite Tissue MALT : Mammary Asosiated Lympocite Tissue MAL : Metode Amenore Laktasi


(27)

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Menurut laporan organisasi kesehatan dunia (WHO) memperlihatkan bahwa angka kematian bayi sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan fenomena 2/3. Fenomena itu terdiri dari 2/3 kematian bayi (berusia 0-1 tahun) terjadi pada umur kurang dari satu bulan (neonatal), 2/3 kematian neonatal terjadi pada umur kurang dari seminggu (neonatal dini), dan 2/3 kematian pada masa neonatal dini terjadi pada hari pertama (Komalasari, 2007).

Di seluruh dunia, setiap tahunnya sekitar 4 juta dari 136 juta bayi dibawah usia 28 hari meninggal. Sedangkan di Indonesia, setiap tahun ada 4.608.000 bayi lahir hidup. Dari jumlah itu sebanyak 100.454 meninggal sebelum berusia sebulan. Itu berarti 275 neonatal meninggal setiap hari atau sekitar 184 neonatal dini meninggal setiap hari atau setiap satu jam ada 8 bayi neonatal dini meninggal. Angka kematian bayi yang tinggi, tidak hanya terjadi pada neonatal dini saja. Angka kematian bayi berumur kurang dari setahun pun masih tinggi (Komalasari, 2007).

Di Indonesia pada tahun 2002/2003 menurut SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tercatat Angka Kematian Bayi masih sangat tinggi yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup, itu artinya dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi


(28)

meninggal sebelum mencapai usia satu tahun dan Angka Kematian Neonatal (AKN) kisaran 20 /1.000 kelahiran hidup. Target MPS (Making Pregnancy Safer) yaitu strategi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi baru lahir pada tahun 2010 menurunkan AKN menjadi 16/1000 kelahiran hidup dan menurunkan AKB menjadi kurang dari 35 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Depkes RI). Namun berdasarkan review status MDGs (Millenium Development Goals) target MDG tahun 2015 terhadap AKB yaitu 28/1000 kelahiran hidup.

Penyebab tingginya Angka Kematian Bayi berusia kurang dari setahun di Indonesia secara langsung disebabkan oleh faktor medis, yakni bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kurang dari 2.500 gram, asfiksia (kesulitan bernapas) yang antara lain disebabkan lilitan tali pusat, infeksi, dan hipotermi (suhu tubuh menurun). Faktor ibu juga dapat menjadi penyebab langsung kematian bayi misalnya umur ibu (terlalu tua dan terlalu muda), jumlah anak, jarak kelahiran anak, salah persepsi tentang kolostrum (ASI yang keluar pada hari pertama sampai ketiga setelah ibu melahirkan) dan pemberian ASI yang tidak tepat (Komalasari, 2007).

Sedangkan faktor-faktor yang secara tidak langsung menyebabkan kematian bayi berupa kurangnya kesadaran masyarakat bahwa melahirkan berisiko terhadap ibu dan bayi. Selain itu, kurangnya perhatian keluarga (ibu, suami dan nenek) terhadap keselamatan dan kesehatan bayi, kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan minimal empat kali selama kehamilan, rendahnya akses ke fasilitas pelayanan kesehatan yang disebabkan jarak yang jauh, tidak punya biaya. Termasuk salah kaprah di


(29)

masyarakat bahwa ASI kolostrum tidak diberikan dengan segera kepada bayi, pemberian makanan tambahan sebelum bayi berusia enam bulan, seperti pisang, air tajin, dan bubur tepung (Komalasari, 2007).

Menurut penelitian Jones (2003) dan Edmond (2006) dalam Roesli (2008) persentase kematian bayi dapat dicegah dengan intervensi yaitu 13% kematian bayi dapat dicegah dengan pemberian ASI, 8,8% dengan inisiasi menyusu dini, 7,5% dengan insectixide-treated materials, 6% dengan pemberian makanan pendamping ASI (complementary feeding), dan 5% dengan pemberian Zinc.

Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat dikatakan salah satu cara yang dapat mengurangi Angka Kematian Bayi adalah dengan melakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Menyusui dini adalah pemberian ASI segera setelah bayi dilahirkan yaitu 30 menit pertama setelah kelahiran bayi (Depkes, 2001). Sedangkan menurut Depkes (2009) inisiasi menyusu dini adalah meletakkan bayi menempel di dada atau perut ibu segera setelah lahir, membiarkannya merayap mencari puting, kemudian menyusu sampai puas. Namun berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 hanya ada 4 % bayi yang mendapat ASI dalam satu jam pertama kelahirannya, 27 % mulai disusui dalam 1 jam pertama kehidupan dan 55 % memperoleh ASI eksklusif. Sedangkan tahun 2007 menunjukkan 95% bayi pernah diberi ASI, 44% bayi diberi ASI dalam jam pertama setelah lahir, 62% bayi diberi ASI pada hari pertama kelahiran dan 32% bayi mendapat ASI Eksklusif bahkan sering kali kolostrum dibuang dan sebagian besar bayi baru lahir diberi makanan pre-lacteal (KESRA, 2007).


(30)

Menurut Edmond dkk (2006) di dalam penelitiannya tentang “Menunda Permulaan/ Inisiasi Menyusui Meningkatkan Kematian Bayi” dalam Roesli (2008) menunjukkan inisiasi menyusui dalam jam pertama pasca lahir menurunkan 22% risiko kematian bayi-bayi usia 0-28 hari. Sebaliknya, penundaan inisiasi meningkatan risiko kematian. Bahkan inisiasi menyusu yang terlambat (setelah hari pertama) meningkatkan risiko kematian 2,4 kali. Mengacu pada hasil penelitian tersebut, maka diperkirakan program ”inisiasi menyusu dini” dapat menyelamatkan sekurang-kurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal dalam bulan pertama kelahiran. Oleh karena itu saat ini pun pemerintah sedang gencar mempromosikan inisiasi menyusu dini kepada masyarakat karena inisiasi menyusu dini berperan dalam pencapaian 3 dari 8 tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu bertujuan mengurangi kemiskinan, kelaparan, dan angka kematian anak balita (Roesli, 2008).

RSUD Koja Jakarta adalah rumah sakit umum pemerintah yang merupakan rumah sakit rujukan di wilayah Jakarta Utara. Direktur RSUD Koja telah mengeluarkan instruksi No.43 A tahun 2007 mengenai pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif. Namun berdasarkan data catatan yang didapat dari ruang VK bahwa pada bulan Mei tahun 2009 dari 188 persalinan yang terdiri dari 88 partus, 7 ekstraksi vakum dan 93 sectio caesaria, yang melakukan inisiasi menyusu dini sebanyak 130 kelahiran. Hal ini membuktikan masih ada 30% persalinan yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini.

Selain itu banyak manfaat yang didapatkan dari perilaku pemberian ASI secara dini. Menurut Thompson (1995) pemberian ASI secara dini diperlukan


(31)

untuk kelangsungan proses laktasi karena refleks menghisap pada saat itu paling kuat untuk merangsang produksi ASI selanjutnya. Selain itu pemberian ASI secara dini dapat merangsang kontraksi uterus ibu sehingga dapat meminimalkan terjadinya perdarahan post partum dan bayi dapat memperoleh kekebalan secara dini melalui kolostrum. Kolostrum ini kaya akan zat gizi dan antibodi yang berfungsi melindungi bayi dari infeksi. Kolostrum akan muncul lagi 30 jam kemudian, itu artinya kalau bayi tidak segera disusui pada 30 menit pertama setelah kelahiran maka bayi akan kehilangan zat bergizi tinggi dari ibunya (Roesli, 2003).

Pada proses menyusu dini juga terjadi kontak kulit dengan kulit antara ibu dan bayi. Dengan terjadinya kontak kulit dengan kulit maka banyak manfaat pula yang didapatkan dari proses tersebut yaitu antara lain mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi serta jika telah terjadi perilaku menyusu optimum bisa diperkirakan akan menstabilkan pernapasan, mengendalikan temperatur tubuh bayi, memperbaiki pola tidur lebih baik, meningkatkan kenaikan berat badan bayi, bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir, kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya serta untuk ibu akan merangsang produksi oksitosin dan prolaktin (Depkes RI, 2007).

Pelaksanaan kontak dini orang tua dan bayi merupakan salah satu ciri dari Family Centered Maternity Care (FCMC). Dengan perawatan berpusat pada keluarga, suami, kakek, nenek, saudara kandung dan teman-teman boleh hadir saat ibu bersalin dan melahirkan. Ayah boleh mengikuti proses kelahiran sesaria.


(32)

Neonatus tinggal bersama ibunya dan boleh segera disusui setelah lahir. Kelas-kelas penyuluhan pra kelahiran adalah hal yang umum dan mendorong partisipasi individu pendukung, mengajarkan teknik relaksasi dan bernapas dan memberi informasi umum tentang kelahiran (Bobak, 2005). FCMC sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan tanggung jawab perawat, perawat tidak hanya memberikan perawatan fisik dan membantu dokter tetapi perawat juga berperan dalam memberikan pendidikan, konseling dan dukungan pada keluarga dalam membuat keputusan (Murray & Mc Kinney, 2006 dalam Bobak, 2005).

Masih rendahnya perilaku menyusui dini dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang (pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, kepercayaan). Faktor pemungkin yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan (fasilitas/sarana kesehatan, peraturan kesehatan). Dan faktor penguat yaitu faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku (perilaku dan sikap petugas kesehatan, informasi kesehatan baik dari teman, kader kesehatan, media masa). Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi gaya hidup dan tingkah laku seseorang dalam meningkatkan kesehatan.

Menurut Soetjiningsih (1997) persiapan psikologis ibu untuk menyusui pada saat kehamilan sangat berarti, karena keputusan atau sikap ibu yang positif harus selalu ada pada saat kehamilan atau bahkan jauh sebelumnya. Sikap ibu


(33)

dipengaruhi oleh faktor antara lain adat/kebiasaan atau kepercayaan menyusui di daerah masing-masing, pengalaman menyusui sebelumnya atau keluarga/kerabat, pengetahuan tentang ASI, kehamilan yang diinginkan/tidak, dukungan dari dokter/ petugas kesehatan, teman/ kerabat dekat sangat dibutuhkan terutama pada ibu yang baru pertama kali hamil. Sedangkan menurut Hector dkk (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi praktek pemberian ASI antara lain faktor-faktor bayi, ibu, relasi ibu-bayi, lingkungan (rumah sakit, rumah dan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan masyarakat) serta lingkungan kebijakan/aturan di masyarakat (sosial-ekonomi, budaya, pengasuhan anak, peranan perempuan dan laki-laki di masyarakat).

Menurut teori Ebrahim (1978) dalam Moehyi (2008) bahwa terdapat beberapa faktor emosional dan sosial yang mempengaruhi sukses menyusui. Salah satu faktor diantaranya adalah nasehat dan pengalaman selama masa kehamilan dan persalinan. Karenanya penting sekali bagi para ibu mengunjungi klinik laktasi terdekat untuk mendapatkan ”support” pemberian ASI. Selain itu laktasi yang berhasil pada kehamilan terdahulu juga merupakan faktor keberhasilan menyusui karena akan berhubungan dengan kepercayaan diri sang ibu bahwa ia akan mampu memberikan ASI nya seperti pengalaman pertamanya.

Berdasarkan penelitian bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku menyusui dini meliputi pendidikan ibu (Nelvi, 2004), pengetahuan ibu tentang penyusuan dini dengan praktek pelaksanannya (Fikawati dan Syafiq, 2003), sikap bidan (Rusnita, 2008) serta paritas, pemberian nasehat ASI selama pemeriksaan kehamilan dan berat bayi saat lahir (Ratri, 2000).


(34)

Berdasarkan teori dan hasil penelitian di atas, maka peneliti menggunakan faktor predisposisi yang meliputi karakteristik responden atau faktor dari ibu (usia, pendidikan, paritas ibu), pengetahuan dan sikap ibu. Faktor pemungkin yang meliputi berat bayi saat lahir dan jenis persalinan serta faktor penguat yang meliputi konseling selama kehamilan dan persalinan serta dukungan petugas kesehatan sebagai faktor yang mungkin mempengaruhi persepsi ibu hamil dan mendorong ibu untuk menyusui dini.

Mengingat penting dan banyaknya manfaat dari pemberian menyusui dini, maka peneliti tertarik untuk meneliti ”Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Waktu Menyusui Pertama Kali Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009”.

B Rumusan Masalah

Berdasarkan data catatan yang didapat dari ruang VK RSUD Koja Jakarta bahwa pada bulan Mei tahun 2009 terdapat 188 persalinan yang terdiri dari 88 partus, 7 ekstraksi vakum dan 93 sectio caesaria namun yang melakukan inisiasi menyusu dini sebanyak 130 kelahiran. Hal ini membuktikan masih ada 30% persalinan yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini.

Berdasarkan uraian data di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui ” Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Waktu Menyusui Pertama Kali Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009?”


(35)

C Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ?

2. Bagaimana gambaran faktor predisposisi yaitu umur, pendidikan dan paritas ibu serta pengetahuan dan sikap ibu tentang menyusui dini di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ?

3. Bagaimana gambaran faktor pemungkin yaitu berat bayi saat lahir dan jenis persalinan di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ?

4. Bagaimana gambaran faktor penguat yaitu konseling selama kehamilan dan persalinan tentang ASI dan kolostrum dan dukungan petugas kesehatan terhadap menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ?

5. Bagaimana hubungan antara faktor predisposisi yaitu umur, pendidikan dan paritas ibu serta pengetahuan dan sikap ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ?

6. Bagaimana hubungan antara faktor pemungkin yaitu berat bayi saat lahir dan jenis persalinan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ?

7. Bagaimana hubungan antara faktor penguat yaitu konseling selama kehamilan dan persalinan tentang ASI dan kolostrum dan dukungan petugas kesehatan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ?


(36)

D Tujuan Penelitian

Tujuan Umum :

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009.

Tujuan Khusus :

1. Mengetahui gambaran waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009

2. Mengetahui gambaran faktor predisposisi yaitu umur, pendidikan dan paritas ibu, pengetahuan dan sikap ibu tentang menyusui dini di RSUD Koja Jakarta tahun 2009

3. Mengetahui gambaran faktor pemungkin yaitu berat bayi saat lahir dan jenis persalinan di RSUD Koja Jakarta tahun 2009

4. Mengetahui gambaran faktor penguat yaitu konseling selama kehamilan dan persalinan tentang ASI dan kolostrum dan dan dukungan petugas kesehatan terhadap menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009

5. Mengetahui hubungan antara faktor predisposisi yaitu umur, pendidikan dan paritas ibu serta pengetahuan dan sikap ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009

6. Mengetahui hubungan antara faktor pemungkin yaitu berat bayi saat lahir dan jenis persalinan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009


(37)

7. Mengetahui hubungan antara faktor penguat yaitu konseling selama kehamilan dan persalinan tentang ASI dan kolostrum dan dukungan petugas kesehatan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009

E Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUD Koja Jakarta

Dapat memberikan informasi secara objektif kepada RSUD Koja Jakarta tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir sehingga dapat meningkatkan keberhasilan pelaksanaan inisiasi menyusu dini.

2. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran mengenai waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir dan faktor-faktornya untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

3. Bagi Instansi pendidikan keperawatan dan ilmu keperawatan

Menambah literatur tentang inisiasi menyusu dini dan memberikan informasi khususnya kepada perawat maternitas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir.


(38)

F Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir ini dilakukan pada ibu-ibu post partum di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta tahun 2009. Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian deskriptif cross sectional. Metode pengambilan data primer dan sekunder berupa observasi, kuesioner dan rekam medis. Penelitian ini perlu dilakukan karena masih ada ibu-ibu post partum yang belum melakukan inisiasi menyusu dini, padahal sejumlah penelitian menyatakan bahwa pemberian inisiasi menyusu dini mempunyai banyak manfaat baik bagi bayi maupun ibu antara lain mengurangi angka kematian bayi dan meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif.


(39)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini

1. Pengertian

Menyusui dini adalah pemberian ASI segera setelah bayi dilahirkan yaitu 30 menit pertama setelah kelahiran bayi (Depkes, 2001). Menyusui dini juga dikatakan sebagai suatu perilaku mempercepat proses menyusui pada bayi baru lahir (Bobak, 2005). Sedangkan inisiasi menyusu dini menurut Roesli (2008) adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Menurut Depkes (2009) inisiasi menyusu dini adalah meletakkan bayi menempel di dada atau perut ibu segera setelah lahir, membiarkannya merayap mencari puting kemudian menyusu sampai puas.

Protokol evidence-based yang telah diperbarui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa :

a. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam.

b. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.

c. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti


(40)

memandikan, menimbang, pemberian vitamin K, obat tetes mata dan lain-lain.

Prinsip menyusu atau pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif.

Bayi hendaknya disusui sedini mungkin, bahkan ada yang menganjurkan waktu masih di kamar bersalin. Pada umumnya sebelum 5-6 jam setelah dilahirkan bayi harus dicoba untuk disusui walaupun ibu belum mengeluarkan ASI (Pudjiadi, 2005). Apabila bayi tidak menghisap puting susu pada setengah jam setelah persalinan, hormon prolaktin akan turun dan sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru akan keluar pada hari ke-3 atau lebih. Hal ini akan memaksa petugas kesehatan memberi makanan PASI karena bayi yang tidak mendapat cukup ASI akan rewel (Purwanti, 2004).

Welford (2001) dalam Biasa dkk (2005) juga mengatakan bahwa ketika bayi pertama kali menghampiri payudara, bayi akan disambut oleh kolostrum yang telah ada sejak ibu melahirkan, hisapan bayi akan merangsang payudara untuk memproduksi ASI. Hal ini senada diungkapkan oleh Pudjiadi (2005) bahwa pada hari-hari pertama setelah melahirkan biasanya ASI belum keluar banyak, akan tetapi menyusui bayi merupakan stimulasi bagi kelenjar payudara untuk memproduksi ASI.

Menyusui dini dapat mengkondisikan kadar hormon prolaktin tidak sempat turun dalam peredaran darah ibu, sehingga kolostrum untuk hari pertama akan lebih cepat keluar. Tidak adanya rangsangan pada puting susu berarti membiarkan kadar hormon prolaktin dan oksitosin turun secara


(41)

perlahan dalam peredaran darah, sehingga menyebabkan ASI yang keluar sedikit dan berhenti sebelum bayi berumur 6 bulan. Semakin sering bayi menyusui, semakin banyak ASI dikeluarkan (dihisap) dan hal ini akan membuat semakin banyak ASI yang diproduksi (Purwanti, 2004).

2. Manfaat menyusu dini dan kontak kulit dengan kulit (Depkes, 2007) a. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi

Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan insting dan bisa diperkirakan akan dapat menstabilkan pernapasan, mengendalikan temperatur tubuh bayi, memperbaiki atau mempunyai pola tidur yang lebih baik, mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif, meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat lahirnya dengan lebih cepat), meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi, tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama, menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi, bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir, kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya.

b. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu

Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu. Oksitosin berfungsi membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca persalinan lebih rendah, merangsang pengeluaran kolostrum, penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi, ibu lebih tenang dan lebih tidak


(42)

merasa nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan lainnya. Prolaktin berfungsi meningkatkan produksi ASI, membantu ibu mengatasi stress. Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusu, menunda ovulasi.

c. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini untuk bayi

1). Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi

2). Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi

3). Meningkatkan kecerdasan

4). Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan, dan napas 5). Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi

6). Mencegah kehilangan panas

7). Merangsang kolostrum segera keluar d. Keuntungan Menyusu Dini untuk Ibu

1). Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin 2). Meningkatkan keberhasilan produksi ASI 3). Meningkatkan jalinan kasih sayang Ibu-bayi e. Memulai menyusu dini akan :

1). Mengurangi 22 % kematian bayi berusia 28 hari kebawah.

Menurut penelitian Edmond (2006) dalam Roesli (2008) bahwa jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dengan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu (setidaknya selama satu jam) maka


(43)

22% nyawa bayi di bawah 28 hari dapat diselamatkan. Sedangkan jika menyusu pertama dimulai saat bayi berusia di atas dua jam dan di bawah 24 jam pertama maka tinggal 16% nyawa bayi di bawah 28 hari yang dapat diselamatkan.

2). Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan meningkatkan lamanya bayi disusui.

Menurut penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) yang dilakukan di Jakarta-Indonesia ini menunjukkan bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kali berhasil ASI eksklusif.

3). Merangsang produksi susu.

4). Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat beberapa jam pertama setelah lahir.

Menurut Purwanti (2004) dalam Biasa dkk (2005) dengan memberikan ASI kepada bayi dalam waktu kurang dari setengah jam pasca persalinan berarti sudah memberikan 5 keuntungan yaitu

a. Bayi mendapat terapi psikologis berupa ketenangan dan kepuasan. Terpenuhinya rasa aman dan nyaman akibat kelelahan selama proses persalinan karena kepala bayi harus melewati pintu atas panggul, panggul dalam, dasar panggul dan panggul luar yang membuat bayi sangat stress. Dengan menemukan puting susu ibu, bayi mendapatkan ketenangan kembali. Hal ini merupakan terapi bagi bayi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis bayi karena ia mendapat modal pertama pembentukan kepercayaan diri terhadap lingkungan.


(44)

b. Dengan tertanamnya kepercayaan pada lingkungan berarti ibu sudah membangun dasar kepercayaan dan ketenangan dalam menghadapi setiap permasalahan.

c. Kadar hormon prolaktin tidak sempat turun dalam peredaran darah ibu sehingga kolostrum untuk hari pertama akan lebih cepat keluar.

d. Dengan hisapan bayi yang benar, oksitosin akan keluar lebih banyak. Hal ini sangat menguntungkan karena otot polos rahim akan terus berkontraksi, sehingga perdarahan pasca partum dapat dicegah yang dapat mengurangi angka anemia pada ibu pasca bersalin.

e. Oleh karena kontraksi baik dari hasil kerja hormon oksitosin, proses involusio akan lebih cepat terjadi. Dengan cepatnya involusio maka luka bekas persalinan cepat menutup.

3. Intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya (Roesli, 2008)

Ada beberapa intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya, yaitu

a. Pemberian obat kimiawi pada ibu saat melahirkan karena obat tersebut bisa sampai ke janin melalui ari-ari dan mungkin menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu.

b. Kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan seperti operasi Caesar, Vakum, Forcep.

c. Perasaan sakit di daerah kulit yang dilakukan episiotomi dapat pula mengganggu kemampuan alamiah ini.


(45)

4. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini menurut (APN, 2008; UNICEF India, 2007) dalam Rusnita (2008)

a. Segera setelah bayi lahir dan diputuskan tidak memerlukan resusitasi, letakkan bayi di atas dada atau perut ibunya dan keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali kedua tangan. Mengeringkan bayi tidak perlu sampai menghilangkan verniks karena verniks berfungsi sebagai penahan panas pada bayi. Verniks (zat lemak putih) yang melekat pada bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

b. Tali pusat dipotong dan diikat kemudian bayi ditengkurapkan di atas dada ibunya dan mata bayi sejajar dengan puting ibunya. Kontak kulit ibu dan bayi tersebut dilakukan tanpa membedong bayi.

c. Walaupun ruang bersalin dingin, dapat diberikan selimut yang akan menyelimuti ibu dan bayinya dan kepala bayi diberi topi. Menurut penelitian Bergman (2005) dalam Roesli (2008), kulit dada ibu yang melahirkan satu derajat lebih panas dari ibu yang tidak melahirkan. Jika bayinya kedinginan, suhu kulit ibu otomatis naik dua derajat untuk menghangatkan bayi. Bayi jika kepanasan, suhu kulit ibu otomatis turun satu derajat untuk mendinginkan bayinya. Kulit ibu bersifat termoregulator atau thermal sinchrony bagi suhu bayi.

d. Setelah 30-40 menit bayi akan mulai bergerak menggerakkan kaki, bahu dan lengannya. Stimulasi ini akan membantu uterus untuk berkontraksi. Meskipun kemampuan melihatnya terbatas, bayi dapat melihat areola


(46)

mammae yang memang warnanya lebih gelap dan menuju kesana. Bayi akan membentur-benturkan kepalanya ke dada ibu. Ini merupakan stimulasi yang menyerupai massase untuk payudara ibu.

e. Bayi kemudian mencapai puting dengan mengandalkan indera penciumannya dan dipandu oleh bau pada kedua tangannya. Bayi akan mengangkat kepala, mulai mengulum puting dan mulai menyusu.

f. Menyusu pertama berlangsung sekitar 15 menit dan setelah selesai 2-2,5 jam berikutnya tidak ada keinginan untuk menghisap. Selama menyusu, bayi akan mengkoordinasikan isapan, menelan dan bernapas. Dan saat itu terkadang sudah terdapat kolostrum.

g. Setelah usai inisiasi menyusu dini, baru tindakan asuhan perawatan seperti menimbang, pemeriksaan Antropometri lainnya, menyuntikkan Vitamin K1 dan mengoleskan salep pada mata.

h. Ibu memandikan bayi paling kurang 6 jam setelah lahir atau pada hari berikutnya.

i. Bayi tetap berada dalam jangkauan ibunya agar dapat disusukan sesuai keinginan bayi.

Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan serta sarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan yang dapat diganti dengan cara non-kimiawi misalnya pijat, aromaterapi, gerakkan atau hypnobirthing. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan


(47)

puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama (Roesli, 2008).

Usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar tidak dapat dilakukan pada persalinan operasi caesar. Namun, jika diberikan anestesi spinal atau epidural dan ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera memberi respon pada bayi. Bayi dapat segera diposisikan untuk terjadi kontak kulit dengan kulit antara ibu dan bayi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi. Jika keadaan ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan ke ibu pada kesempatan tercepat. Jika dilakukan anestesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu sudah dapat merespon walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius (Roesli, 2008).

Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar operasi atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan (Roesli, 2008).

5. Lima tahap perilaku (pre-feeding behaviour) bayi saat Inisiasi Menyusu Dini (Roesli, 2008)

Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam, semua bayi akan melalui lima tahapan perilaku (pre-feeding behaviour) sebelum bayi bayi berhasil menyusui, yaitu :

a. Dalam 30 menit pertama : stadium istirahat/ diam namun dalam keadaan siaga (rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak, sesekali matanya


(48)

terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan menyusui dan mendidik bayinya. Kepercayaan diri ayah pun menjadi bagian keberhasilan menyusui dan mendidik anak bersama-sama ibu. Langkah awal keluarga sakinah.

b. Antara 30-40 menit, bayi mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.

c. Bayi mengeluarkan air liur. Saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya.

d. Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilati kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya.

e. Menemukan, menjilati, mengulum puting, membuka mulut lebar dan melekat dengan baik.


(49)

Gambar 2.1

Tahapan Inisiasi Menyusu Dini Bayi

6. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Berikut ini beberapa pendapat masyarakat yang tidak benar yang dapat menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi (Roesli, 2008) a. Bayi Kedinginan

Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan ibu. Suhu payudara ibu akan meningkat 0,5°C dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu.

b. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui

Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.

c. Tenaga Kesehatan kurang tersedia

Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya untuk persalinan kala tiga. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.


(50)

d. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk

Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.

e. Ibu harus dijahit

Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara sedangkan yang dijahit adalah bagian perineum ibu.

f. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit Gonore (Gonorrhea) harus diberikan setelah lahir

Menurut American College of Obstetric and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

g. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur

Menunda memandikan bayi berarti mencegah hilangnya panas tubuh bayi. Selain itu memberi kesempatan verniks untuk meresap, melunakkan, dan melindungi bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.

h. Bayi kurang siaga

Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan


(51)

bantuan lebih untuk bounding. Menurut Hamilton (1995) periode reaktivitas (pada 30-60 menit setelah lahir) bayi dalam keadaan terjaga dengan mata terbuka, memberikan respon terhadap stimulus, menghisap dengan penuh semangat dan menangis, kecepatan pernapasan sampai 82 x/ menit, denyut jantung sampai 180x/ menit, bising usus aktif.

i. Kolostrum tidak keluar atau jumlahnya tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain

Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Volume kolostrum berkisar 150-300 ml/24 jam.

j. Kolostrum tidak baik/ berbahaya untuk bayi

Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi penyakit kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.

7. Inisiasi Menyusui Dini dan Rawat Gabung

Inisiasi Menyusui Dini saling terkait dengan rawat gabung. Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruangan selama 24 jam penuh (Suradi, 2004).

Pada prinsipnya syarat rawat gabung adalah dimana ibu mampu menyusui dan bayi mampu untuk menyusu. Dimana kemampuan si ibu untuk menyusui, dimulai dengan keinginan atau kesediaan yang berupa motivasi si ibu untuk menyusui (Wiknjosastro, 2002).


(52)

Tidak semua bayi atau ibu dapat segera mengikuti program rawat gabung bila memenuhi kriteria sebagai berikut : (Suradi, 2004)

a. Lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong

b. Cukup bulan, umur kehamilan lebih dari 37 minggu dengan berat lahir lebih dari 2500 gram

c. Bayi tidak mengalami asfiksia (nilai APGAR pada menit ke V lebih dari 7)

d. Tidak ada gejala sesak nafas, sianosis, infeksi atau kelainan kongenital berat

e. Bayi yang lahir dengan tindakan (Vakum atau Forceps), rawat gabung dapat ditunda sementara sampai bayi kelihatan baik, aktif dan sudah ada refleks menghisap

f. Bayi yang lahir secara operasi sesar dengan pembiusan umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu dan bayi sadar (bayi tidak ngantuk), misal 4-6 jam setelah operasi selesai. Bila pembiusan menggunakan spinal, maka bayi dapat diberikan ke ibu segera setelah operasi.

8. Inisiasi Menyusu Dini dan MDGs (Roesli, 2008)

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berperan dalam pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGs), yaitu diantaranya :

a. Membantu mengurangi kemiskinan

Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif enam bulan dan lama menyusui.


(53)

b. Membantu mengurangi kelaparan

Kebutuhan makanan bayi akan terpenuhi secara bermakna sampai usia dua tahun jika masih menyusu ASI pada ibunya. Dengan kata lain, pemberian ASI membantu mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan yang terhenti yang umumnya terjadi pada usia ini. Menurut Syafiq dan Fika, bayi yang diberi kesemapatan menyusu dini akan delapan kali lebih berhasil dalam menyusu eksklusif. Berarti, bayi yang diberi kesempatan Inisiasi Menyusu Dini akan lebih mungkin disusui sampai usia dua tahun bahkan lebih.

c. Membantu mengurangi angka kematian anak balita

Peran inisiasi menyusu dini dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari. Berarti inisiasi menyusu dini mengurangi angka kematian balita 8,8%. Selain itu inisiasi menyusu dini dapat meningkatkan keberhasilan menyusu eksklusif dan lama menyusu sampai dua tahun sehingga dapat menurunkan kematian anak secara menyeluruh.

B. Manajemen Laktasi

1. Anatomi Payudara (Depkes, 2002)

Dibedakan menurut struktur internal dan eksternal. Struktur internal payudara terdiri dari kulit, jaringan dibawah kulit dan korpus. Korpus terdiri dari parenkim atau jaringan kelenjar dan stroma atau jaringan penunjang. Parenkim merupakan struktur yang terdiri dari :


(54)

a. Saluran kelenjar : duktulus, duktus dan sinus laktiferus. Sinus laktiferus yaitu duktus yang melebar tempat ASI mengumpul, selanjutnya saluran mengecil dan bermuara pada puting. Ada 15-25 sinus laktiferus.

b. Alveolus yang terdiri dari sel kelenjar yang memproduksi ASI

Tiap duktus bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus bercabang menjadi alveolus yang merupakan satu kesatuan kelenjar.

Duktus membentuk lobulus. Sinus, duktus dan alveolus dilapisi epitel otot (mioepitel) yang dapat berkontraksi. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang membawa zat gizi kepada sel kelenjar untuk diproses sintesa menjadi ASI. Straoma terdiri dari jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah saraf dan limfa.

Struktur eksternal payudara terdiri dari puting dan areola yaitu bagian lebih hitam sekitar puting. Pada areola terdapat beberapa kelenjar Montgomeri yang mengeluarkan cairan untuk membentuk puting lunak dan lentur.

2. Refleks Menyusui pada Ibu

Pada proses laktasi perlu diketahui terdapat dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu refleks prolaktin dan refleks oksitosin/ aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi. Masing-masing refleks tersebut adalah

a. Refleks prolaktin (pembentukan ASI)

Rangsangan hisapan bayi melalui serabut saraf akan memacu hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam aliran darah. Prolaktin memacu sel kelenjar untuk sekresi ASI.


(55)

Makin sering bayi menghisap makin banyak prolaktin dilepas oleh hipofisis, maka makin banyak pula ASI yang diproduksi oleh sel kelenjar. Mekanisme ini disebut mekanisme ”supply and demand” (Depkes, 2002). b. Refleks Oksitosin (refleks pengaliran ASI atau let down reflex)

Rangsangan hisapan bayi melalui serabut saraf memacu hipofisis posterior untuk melepas hormon oksitosin dalam darah. Oksitosin memacu sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktulus untuk berkontraksi, sehingga mengalirkan ASI dari alveolus ke duktus menuju sinus dan puting. Dengan demikian, sering menyusui penting untuk pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement (payudara bengkak), tapi justru memperlancar pengaliran ASI.

Oksitosin berperan juga memacu kontraksi otot rahim, sehingga mempercepat keluarnya plasenta dan mengurangi perdarahan setelah persalinan. ”let down reflex” dipengaruhi oleh emosi ibu, rasa khawatir, rasa sakit dan kurang percaya diri.

Gambar 2.2


(56)

3. Refleks Menyusui pada Bayi

Terdapat 3 refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi yaitu meliputi refleks menangkap (rooting refleks), refleks menghisap (sucking reflex) dan refleks menelan (swallowing reflex). Hal tersebut diuraikan sebagai berikut (Depkes, 2002)

a. Refleks menangkap (rooting reflex)

Bila pipi bayi disentuh, ia akan menoleh ke arah sentuhan. Bila bibir bayi disentuh ia akan membuka mulut dan berusaha untuk mencari puting untuk menyusu. Lidah keluar dan melengkung menangkap puting dan areola.

b. Refleks menghisap (sucking reflex)

Refleks terjadi karena rangsangan puting pada palatum bayi bila areola masuk ke dalam mulut bayi. Areola dan puting tertekan gusi, lidah dan langit-langit sehingga menekan sinus laktiferus yang berada dibawah areola. Selanjutnya terjadi gerakan peristaltik yang mengeluarkan ASI keluar/ ke mulut bayi.

c. Refleks menelan (swallowing reflex)

ASI dalam mulut bayi menyebabkan gerakan otot menelan.

4. ASI

a. Pengertian ASI

ASI adalah makanan cair yang secara khusus diciptakan untuk memenuhi kebutuhan bayi akan berbagai zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang disamping memenuhi kebutuhan bayi akan energi. Hanya


(57)

dengan diberi ASI saja tanpa makanan lain, bayi mampu tumbuh dan berkembang dengan baik sampai usia 6 bulan (Moehyi, 2008).

b. Stadium ASI (Soetjiningsih, 1997) 1). Kolostrum

Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara yang mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveolus dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium. Disekresi dari hari 1-3 atau ke-4 yang komposisinya dari hari ke hari selalu berubah. Kolostrum merupakan cairan Viscous kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning dibanding dengan susu matur dan berfungsi sebagai pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus bayi baru lahir dan mempersiapkan pencernaan makanan bayi. Kolostrum lebih banyak mengandung protein, protein utamanya adalah globulin (gamma globulin) dan lebih banyak mengandung antibodi dibanding susu matur yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan. Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibanding dengan ASI matur. Mineral utamanya adalah natrium, kalium dan klorida yang lebih tinggi dari ASI matur. Total energinya lebih rendah hanya 58 kal/100 ml kolostrum yang volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam. 2). ASI masa peralihan

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI matur yang disekresi pada hari ke 4 sampai ke 10 dari masa laktasi, tetapi


(58)

ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ke 3 sampai ke 5. Kadar protein makin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meningkat serta volumenya juga makin meningkat.

Tabel 2.1 Komposisi ASI

Waktu Protein Karbohidrat Lemak

Hari ke 5 2,00 6,42 3,2

Hari ke 9 1,73 6,73 3,7

Minggu ke 34 1,30 7,11 4,0

Dalam satuan gr/ 100 ml ASI

Sumber : dr.Kleiner dan Osten J.M (Moehyi, 2008) 3). ASI matur

Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan (ada pula yang menyatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan baru mulai minggu ke 3 sampai ke 5). ASI matur ini berwarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari gram Ca-Casein, Riboflavin dan karoten yang terdapat di dalamnya serta di dalam ASI matur terdapat antimikrobial faktor.


(59)

c. Kandungan ASI (Moehyi, 2008)

Tabel 2.2 Kandungan ASI

Kadar gizi dalam tiap 100 ml susu Macam zat gizi

Air Susu Ibu Susu Sapi Susu Kerbau Proton Lemak laktosa Kalori Kapur Besi Vitamin A Vitamin B1 Vitamin C 1,2 g 3,8 g 7,0 g 75,0 kal 30,0 mg 0,15 mg 53,0 KI 0,11 mg 4,3 mg 3,3 g 3,8 g 4,8 g 66,0 kal 125,0 mg 0,10 mg 34,0 KI 0,42 mg 1,8 mg 4,8 g 7,8 g 5,0 g 7,0 kal 180,0 mg 0,24 mg 34,0 KI 0,50 mg 1,0 mg

Sumber : Human Milk in the Modern World, Jellieffe, Oxford University Press, New York, 1978 (Moehyi, 2008)

d. Keunggulan ASI dan manfaat menyusui (Depkes, 2002) 1). Aspek Gizi

ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi, yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/ anak.


(60)

a). Kolostrum

Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama immunoglobulin (IgA) untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi khususnya diare. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi, karbohidrat dan lemak rendah sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Kolostrum membantu pengeluaran mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.

b). Taurin

Taurin adalah sejenis asam amino kedua terbanyak terdapat dalam ASI dan tidak terdapat dalam susu sapi. Taurin berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. (Gaul, 1995)

c). Decosahexanoid Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. DHA dan AA yang terdapat dalam ASI jumlahnya sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak dikemudian hari.

2). Aspek imunologik

Telah diketahui bahwa bayi yang diberi ASI lebih terlindungi terhadap penyakit infeksi terutama diare dan mempunyai kesempatan hidup lebih besar dibandingkan dengan bayi yang diberikan susu botol. Hal


(61)

ini disebabkan karena pemberian ASI memberikan keunggulan-keunggulan antara lain :

a). ASI bebas kontaminasi

Meskipun kemungkinan terkontaminasi melalui puting susu, akan tetapi bakteri ini tidak diberi kesempatan berkembang biak karena ASI yang diminum mengandung zat anti infeksi.

b). Immunoglobulin

Terutama immunoglobulin (IgA), kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum dibandingkan dengan ASI. Secretory IgA tidak diserap, tetapi melumpuhkan bakteri patogen E.coli dan berbagai virus dalam saluran pencernaan.

c). Laktoferin

Sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan dalam ASI yang mengikat zat besi (ferum) saluran pencernaan.

d). Lysosim

Enzim ini aktif mengatasi E.coli dan Salmonella. e). Sel darah putih

Selama 2 minggu pertama ASI mengadung lebih dari 4000 sel darah putih per mil. Terdiri dari tiga macam yaitu :

Brochus Asosiated Lympocite Tissue (BALT) yang menghasilkan antibodi terhadap infeksi saluran pernapasan. Gut Asosiated Lympocite Tissue (GALT) yang menghasilkan antibodi terhadap infeksi saluran pencernaan. MammaryAsosiated Lympocite Tissue


(62)

(MALT) yang menyalurkan antibodi melalui jaringan payudara ibu. Sel-sel ini memproduksi IgA, Laktoferin, Lysosim, dan Interferon. Interferonmenghambat virus tertentu.

3). Aspek psikologik menyusui

a). Rasa percaya diri ibu untuk menyusui

Rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui ataupun memproduksi ASI yang mencukupi untuk bayi, besar pengaruhnya bagi keberhasilan menyusui. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu. Kemauan yang besar dan kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.

b). Hubungan/ interaksi ibu-bayi

Proses menyusui merupakan proses interaksi antara ibu dan bayi, yang mempengaruhi kedua belah pihak. Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ikatan ibu-bayi tersebut. Hubungan interaksi antara ibu dan bayi paling mudah terjadi selama setengah jam pertama dan mulai terjalin beberapa menit sesudah bayi dilahirkan. Karena itu penting sekali bayi mulai disusui sedini mungkin, yaitu dalam waktu 30 menit setelah bayi dilahirkan.

c). Pengaruh kontak langsung ibu dan bayi

Ikatan kasih sayang antara ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact) dan


(63)

mencium aroma yang khas antara ibu dan bayi. Apabila proses menyusui dilakukan dengan baik, akan memberikan kepuasan kepada ibu dan bayi. Bayi merasa aman dan puas karena melalui sentuhan kulit dapat merasakan kehangatan tubuh ibu dan dapat mendengar denyut jantung ibu, yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.

4). Aspek kecerdasan

Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI yang dibutuhkan untuk perkembangan sistem saraf otak dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

5). Aspek neurologis

Belum sempurnanya koordinasi saraf menelan, menghisap dan bernafas dapat terjadi pada bayi baru lahir. Dengan menghisap payudara ketidaksempurnaan koordinasi saraf tersebut dapat lebih baik.

6). Aspek ekonomis

Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya dan makanan bayi sampai sedikitnya umur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula serta membeli peralatan dan biaya pengobatan yang disebabkan oleh dampak negatif penggunaan susu formula.


(1)

a. Meningkatkan peran perawat khususnya perawat maternitas dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini dengan membantu ibu segera memberikan ASI pada bayi baru lahir.

b. Menambah bahan literatur mengenai manfaat dari pelaksanaan pemberian ASI segera setelah lahir dan inisiasi menyusu dini.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Afrilianti. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Dini Di Rumah Bersalin Swasta Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung. Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2002

Akre, J. Pemberian Makanan Untuk Bayi, Dasar-Dasar Fisiologis. Jakarta : Perinasia. 1994

Amalia, Linda. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Segera Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Kabupaten Cianjur. Tesis. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007

Biasa dkk. Hubungan Menyusui Bayi Pada 30 Menit Pertama Setelah Kelahiran Dengan Waktu Keluarnya ASI Di Ruang Bersalin RSUD Sumedang. Jurnal Keperawatan UNPAD Bandung.

Bobak, dkk. Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta : EGC. 2004

Brinch, Jennifer. Menyusui Bayi Dengan Baik dan Berhasil. Jakarta : Gaya Favorit Press. 1986

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Dirjen Binkesmas Direktorat Gizi masyarakat. Manajemen Laktasi Buku Pedoman bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta : Depkes RI. 2002

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pelatihan Konseling Menyusui : Sejak Lahir Sampai Enam Bulan Hanya ASI Saja. Jakarta : Depkes RI. 2007


(3)

___________________________________. Pesan-Pesan Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Untuk Keluarga Indonesia. Jakarta : Depkes RI. 2009

___________________________________. Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010. Jakarta : Depkes RI. Artikel ini diunduh dari : http://www.who.or.id diakses tanggal 11 Maret 2009

Ebrahim, G.J. Air Susu Ibu. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica. 1986

Fikawati, S & Syafiq, A. Hubungan Antara Menyususi Segera (Immediate Breastfeeding) dan Pemberian ASI Eksklusif Sampai Dengan Empat Bulan. Jurnal Kedokteran Trisakti, Mei-Agustus 2003, Vol. 22 No.22

Hamilton, Persis Mary. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. 1995 Haryati, Yati. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Dini di

RSUD Kabupaten Serang Tahun 2004. Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2005

Hastono, Sutanto Priyo. Modul Analisa Data. Jakarta : FKM UI. 2001

Hidayat, Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. 2008

Komalasari, Kokom 2007. Setiap Jam Delapan Bayi Meninggal. Artikel ini diunduh dari http://www.gloriacyberministries.com diakses tanggal 6 Maret 2009 KESRA 2007. Ibu Negara Serukan Inisiasi Menyusui Dini. Artikel ini diunduh dari

http://www.menkokesra.go.id diakses tanggal 12 Desember 2008

Manuaba 1998 dan Saifudin 2002. Hubungan Tingkat Pengetahuan Suami Tentang Asuhan Kehamilan dengan Partisipasi Suami dalam Asuhan Kehamilan.


(4)

Artikel ini diunduh dari http://one.indoskripsi.com diakses tanggal 26 Mei 2008

Marilynn, E. Doengoes & Marry Frances Moorhouse. Rencana Perawatan Maternal Bayi. Jakarta : EGC. 2001

Moehji, Sjahmien. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakarta : Bhratara Karya Aksara. 1988

_______________. Bayi Sehat dan Cerdas Melalui Gizi dan Makanan Pilihan (Pedoman Asupan Gizi untuk Bayi dan Balita). Jakarta : Pustaka Mina. 2008 Nelvi. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Inisiasi Pemberian ASI di RB

Puskesmas Jakarta Pusat, Tahun 2004. Tesis. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2004

Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2003

___________________. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. 2005

Nursalam. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Segung Seto. 2001

_______. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 2008

Perinasia. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi Edisi Pertama. Jakarta : Yayasan Perinasia. 1992

_______. Pemberian Makanan Untuk Bayi : Dasar-Dasar Psikologis. Jakarta : Bina Rupa Aksara. 1994


(5)

_______. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi Menuju Persalinan Aman dan Bayi Baru Lahir Sehat. Jakarta : Perkumpulan Perinatologi Indonesia. 2004

Phillips, R. Celeste. Family Centered Maternity Care. Jones & Bartlett Publisher. 2003

Pudjiadi, S. Ilmu Gizi Klinis pada Anak edisi keempat. Jakarta : FKUI. 2005

Purwanti, H.S. Konsep Penerapan ASI Eksklusif Buku Saku untuk Bidan. Jakarta : EGC. 2004

Rahardjo, Setiyowati. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI dalam 1 Jam Pertama Setelah Melahirkan (Analisa Data SDKI 2002-2003). Tesis. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2005 Ratri, Cahyaning. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Pertama

Kali di Purwakarta Jawa Barat tahun 1998 (Analisa Data Sekunder Pengembangan Survei Cepat Untuk Menilai Kualitas Pelayanan KIA di DT II). Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2000

Review Status MDGs 2007 di Indonesia. Artikel ini diunduh dari http: //www.slideshare.not brief on summare report of MDG diakses tanggal 5 Mei 2009

Roesli. Utami. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka Bunda. 2008

___________.“Inisiasi Menyusui Dini Cegah Potensi Kematian Bayi 2007. Artikel diunduh dari http://e-kehamilan.blogspot.com diakses tanggal 12 Desember 2008


(6)

Rusnita, Anita. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Kamar Bersalin IGD RSUPN DR.Cipto Mangunkusumo Jakarta November 2008. Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2008

Smith, 1974. Konseling. Artikel ini diunduh dari http://eko13.wordpress.com diakses tanggal 23 Mei 2009

Soetjiningsih. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC. 1997

Suharsono. Memasyarakatkan Penyusuan Dini dan Rawat Gabung. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol.43, No.6: 329-332. Juni 1993

Sulaningsih, Kiki. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktek Pemberian ASI Pada 1 jam pertama Setelah Melahirkan di Kabupaten Cirebon Jawa Barat tahun 2003 (Analisa Data Sekunder Data Dasar Asuh 2003). Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007

Suradi, R. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Cetakan kedua. Jakarta : Perkumpulan Perinatologi Indonesia. 2004

Ubaedah, Nunuy. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Post Partum Tentang Perawatan Payudara Berdasarkan Karakteristik Umur, Pendidikan, Pekerjaan Dan Paritas Ibu Di Ruang Rawat Inap RSIA Kurnia Cilegon. Skripsi. Serang : PSIK STIKES Falatehan. 2005

Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002