Jurnal Kualitas Produk dan Harga Ita

kualitas produk
KUALITAS PRODUK, STRATEGI HARGA DAN MINAT BELI KONSUMEN
vina tanjung

http://blogger-viens.blogspot.com/2013/01/kualitas-produk.html

Teori Kualitas Produk
Pengertian Kualitas Produk
Produk memiliki arti penting bagi perusahaan karena tanpa adanya produk,
perusahaan tidak akan dapat melakukan apapun dari usahanya. Pembeli akan membeli produk
kalau merasa cocok, karena itu produk harus disesuaikan dengan keinginan ataupun
kebutuhan pembeli agar pemasaran produk berhasil. Dengan kata lain, pembuatan produk
lebih baik diorientasikan pada keinginan pasar atau selera konsumen. Menurut Kotler dan
Amstrong (2001: 346) adalah ”Segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan
atau kebutuhan”.
Mc Charty dan Perreault (2003:107) mengemukakan bahwa, “Produk merupakan
hasil dari produksi yang akan dilempar kepada konsumen untuk didistribusikan dan
dimanfaatkan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya”. Sedangkan menurut Saladin
(2002:121), ”Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk
diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan

kebutuhan”.
Menurut Kotler (2005:49), “Kualitas produk adalah keseluruhan ciri serta dari suatu
produk atau pelayanan pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan/
tersirat”. Sedangkan menurut Lupiyoadi (2001:158) menyatakan bahwa “ Konsumen akan

merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan
berkualitas “.

Atribut Produk
Menurut Kotler dan Armstrong (2001:354) beberapa atribut yang menyertai dan
melengkapi produk (karakteristik atribut produk) adalah:
a. Merek (Brand)
Merek (Brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari
semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari satu atau
kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing. Pemberian merek merupakan
masalah pokok dalam strategi produk. Pemberian merek itu mahal dan memakan waktu, serta
dapat membuat produk itu berhasil atau gagal. Nama merek yang baik dapat menambah
keberhasilan yang besar pada produk (Kotler dan Armstrong, 2001:360)
b. Pengemasan (Packing)
Pengemasan (Packing) adalah kegiatan merancang dan membuat wadah atau

pembungkus suatu produk.
c. Kualitas Produk (Product Quality)
Kualitas Produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu produk
untuk
melaksanakan
fungsinya
meliputi,
daya
tahan
keandalan,
ketepatan
kemudahan operasi
dan perbaikan,
serta
atribut
bernilai
lainnya.
Untuk
meningkatkan
kualitas

produk
perusahaan
dapat
menerapkan program ”Total Quality Manajemen (TQM)". Selain mengurangi kerusakan
produk, tujuan pokok kualitas total adalah untuk meningkatkan nilai pelanggan.

Tingkatan Produk
Berdasarkan definisi diatas produk dapat dikatakan sebagai fokus inti dari semua
bisnis. Produk adalah apa yang dilakukan perusahaan, mulai dari mendesain, mengadakan
sistem produksi dan operasi, menciptakan program pemasaran, sistem distribusi, iklan dan
mengarahkan tenaga penjual untuk menjual produk tersebut.
Menurut Kotler dan Armstrong (2001:279) dalam merencanakan penawaran suatu
produk, pemasar harus memahami lima tingkat produk, yaitu :
a.

Produk Utama (Care Benefit), yaitu manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan
dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk.
b. Produk Generik (Basic Produk), adalah produk dasar yang mampu memenuhi fungsi pokok
produk yang paling dasar.


c.

Produk Harapan (Expected Product), adalah produk formal yang ditawarkan dengan
berbagai atribut dan kondisi secara normal (layak) diharapkan dan disepakati untuk dibeli.
d. Produk Pelengkap (Augment Product), adalah berbagai atribut produk yang dilengkapi atau
ditambahkan dengan berbagai manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan tambahan
kepuasan dan dapat dibedakan dengan produk pesaing.
e. Produk Potensial (Potential Product), adalah segala macam tambahan dan perubahan yang
mungkin dikembangkan untuk suatu produk dimasa mendatang.
Klasifikasi Produk
Menurut Kotler dan Armstrong (2001:280) klasifikasi produk dibagi menjadi dua
bagian, yaitu :
a.

1)
2)
3)
4)
b.


Barang Konsumen
Barang konsumen yaitu barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri,
bukan untuk tujuan bisnis. Umumnya barang konsumsi dapat diklasifikasikan menjadi empat
jenis, yaitu :
Barang kebutuhan sehari-hari (Convience Goods) adalah barang-barang yang biasanya sering
dibeli konsumen (memiliki frekuensi pembelian tinggi), dibutuhkan dalam waktu segera, dan
memerlukan waktu yang minim dalam pembandingan dan pembeliannya.
Barang belanjaan (Shopping Goods) adalah barang-barang yang karakteristiknya
dibandingkan dengan berbagai alternatif yang tersedia oleh konsumen berdasarkan
kesesuaian, kualitas, harga, dan daya dalam proses pemilihan dan pembeliannya.
Barang khusus (Speciality Goods) adalah barang-barang dengan karakteristik dan atau
identifikasi yang unik, yang untuknya sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia
senantiasa melakukan usaha khusus untuk pembeliannya.
Barang yang tidak dicari (Unsought Goods) adalah barang-barang yang tidak diketahui
konsumen atau walau sudah diketahui namun secara umum konsumen belum terpikir untuk
membelinya.
Barang Industri
Barang industri adalah barang-barang yang dikonsumsi oleh industriawan (konsumen antara
atau konsumen bisnis) untuk keperluan selain konsumsi langsung, yaitu : untuk diubah,
diproduksi menjadi barang lain kemudian dijual kembali oleh produsen, untuk dijual kembali

oleh pedagang tanpa dilakukan transformasi fisik (proses produksi).

Dimensi Kualitas Produk
Menurut Orville, Larreche, dan Boyd (2005: 422) apabila perusahaan ingin
mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek
dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual
perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Dimensi kualitas produk yaitu:
1. Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari sebuah produk.

2. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang bersangkutan
bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian
konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya tahan produk.
3. Conformance to Specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana
karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen
atau tidak ditemukannya cacat pada produk.
4. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi
produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk.
5. Reliabilty (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan
atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan
maka produk tersebut dapat diandalkan.

6. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk bisa dilihat dari
tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.
7. Perceived Quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan
pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa
konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan. Jadi,
persepsi konsumen terhadap produk didapat dari harga, merek, periklanan, reputasi, dan
Negara asal.
Menurut Tjiptono (2001, 25), dimensi kualitas produk meliputi :
1) Kinerja (Performance)
Yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti (Core Product) yang dibeli, misalnya
kecepatan, konsumsi bahan bakar, jumlah penumpang yang dapat diangkut, kemudahan dan
kenyamanan dalam mengemudi dan sebagainya.
2) Keistimewaan tambahan (Features)
Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap, misalnya kelengkapan interior dan eksterior
seperti Dash Board, AC, Sound System, Door Lock System, Power Steering, dan sebagainya.
3) Keandalan (Reliability)
Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai, misalnya mobil
tidak sering ngadat/macet/rewel/rusak.
4) Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance to Specifications)
Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah

ditetapkan sebelumnya. Misalnya standar keamanan dan emisi terpenuhi, seperti ukuran as
roda untuk truk tentunya harus lebih besar daripada mobil sedan.
5) Daya tahan (Durability)
Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. Dimensi ini mencakup
umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan mobil.
6) Estetika (Asthethic)
Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya bentuk fisik mobil yang menarik,
model atau desain yang artistik, warna, dan sebagainya.
Strategi Harga
Defenisi Harga
Kotler dan Amstrong (2001 : 339) mengatakan bahwa : “Harga adalah jumlah uang
yang dibebankan untuk sebuah produk atau jasa”. Lebih luas lagi, harga adalah jumlah nilai

yang konsumen pertukarkan untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan
produk atau jasa”.
Menurut Lamb et.al (2001:268), “Harga adalah apa yang harus diberikan oleh
konsumen (pembeli) untuk mendapatkan suatu produk”.
Menurut Swastha ( 2010 : 147 ), “ Harga adalah jumlah uang ( ditambah beberapa
barang kalau


mungkin ) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari

barang beserta pelayanannya “.

Strategi Penetapan Harga
Penetapan harga harus diarahkan demi tercapainya tujuan. Sasaran penetapan harga
dibagi menjadi tiga (Stanton,2000:31)
1. Berorientasi pada laba untuk:
a. Mencapai target laba investasi atau laba penjualan perusahaan.
b. Memaksimalkan laba
2. Berorientasi pada penjualan untuk:
a. Meningkatkan penjualan.
b. Mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar.
3. Berorientasi pada status quo untuk:
a. Menstabilkan harga
b. Menangkal persaingan.
Menurut Alma (2002:45) dalam menentukan kebijaksanaan harga ada 3
kemungkinan:
a. Penetapan harga diatas harga saingan
Cara ini dapat dilakukan kalau perusahaan dapat meyakinkan konsumen bahwa barang yang

dijual mempunyai kualitas lebih baik, bentuk yang lebih menarik dan mempunyai kelebihan
lain dari barang yang sejenis yang telah ada dipasaran.
b. Penetapan harga dibawah harga saingan
baru diperkenalkan dan belun stabil kedudukannya dipasar.
c. Mengikuti harga saingan
Cara ini dipilih untuk mempertahankan agar langganan tidak beralih ketempat lain.
Swasta (2010 :246) menjelaskan tingkat harga terjadi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti :
1. Keadaan Perekonomian
Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku.
2. Permintaan dan penawaran

3.
4.
5.
6.
-

Permintaan adalah sejumlah barang yang diminta oleh pembeli pada tingkat harga tertentu.
Penawaran yaitu suatu jumlah yang ditawarkan oleh penjual pada suatu tingkat harga

tertentu.
Elastisitas permintaan
Faktor lain yang dapat mempengaruhi penentuan harga adalah sifat permintaan pasar.
Persaingan
Harga jual beberapa macam barang sering dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada.
Biaya
Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat
menutup biaya akan mengakibatkan kerugian.
Tujuan perusahaan
Tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan adalah :
Laba maksimum
Volume penjualan tertentu
Penguasaan pasar
Kembalinya modal yang tertanam dalam jangka waktu tertentu.

7. Pengawasan pemerintah
Pengawasan pemerintah dapat diwujudkan dalam bentuk: penentuan harga maksimum dan
minimum, diskriminasi harga, serta praktek-praktek lain yang mendorong atau mencegah
usaha-usaha kearah monopoli.
Tujuan penetapan harga menurut Swasta (2010 : 242) tersebut adalah:
1. Meningkatkan penjualan
2. Mempertahankan dan memperbaiki market share
3. Stabilisasi harga
4. Mencapai target pengembalian investasi
5. Mencapai laba maksimum.

Indikator Harga
Menurut Mc Charty indikator harga diketahui sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Tingkat harga
Potongan harga
Waktu pembayaran
Syarat pembayaran (Swastha, 2010:125).
Dalam penelitian ini indikator harga yang digunakan adalah tingkat harga dan
potongan harga, karena di PT Abadi Karunia syarat pembayaran menggunakan kartu kredit
belum diberlakukan dan waktu pembayaran saat itu juga dengan kata lain harus tunai.

Minat Beli Konsumen
Definisi Minat Beli Konsumen
Yamit (2001:77) mengatakan : “Minat beli konsumen merupakan evaluasi purna beli
atau hasil evaluasi setelah membandingkan apa yang dirasakan dengan harapannya”.
Menurut Durianto, dkk (2003:109) niat untuk membeli merupakan sesuatu yang
berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak
unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Niat beli merupakan pernyataan mental
konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu.
Pengetahuan akan niat beli sangat diperlukan para pemasar untuk mengetahui niat konsumen
terhadap suatu produk maupun untuk memprediksikan perilaku konsumen pada masa yang
akan datang. Minat membeli terbentuk dari sikap konsumen terhadap produk dari keyakinan
konsumen terhadap kualitas produk. Semakin rendah keyakinan konsumen terhadap suatu
produk akan menyebabkan menurunnya minat beli konsumen.
Minat (Interest) digambarkan sebagai suatu situasi seseorang sebelum melakukan
suatu tindakan, yang dapat dijadikan dasar untuk memprediksi perilaku atau tindakan
tersebut. Minat beli merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang
menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian (Kotler 2005: 15). Beberapa
pengertian dari minat beli adalah sebagai berikut:
1. Minat dianggap sebagai sebuah ‘perangkap’ atau perantara antara faktor-faktor motivasional
yang mempengaruhi perilaku.
2. Minat juga mengindikasikan seberapa jauh seseorang mempunyai kemampuan untuk
mencoba.
3. Minat menunjukkan pengukuran kehendak seseorang.
4. Minat berhubungan dengan perilaku yang terus-menerus.
Terdapat perbedaan antara pembelian aktual yang benar-benar dilakukan oleh
konsumen dengan minat beli. Minat beli adalah kecenderungan pembelian untuk melakukan
pembelian pada masa yang akan datang, namun pengukuran terhadap kecenserungan
terhadap pembelian umumnya dilakukan guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian
aktual itu sendiri.

Uraian mengenai pengertian minat beli diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat
beli adalah tahap kecenderungan perilaku membeli dari konsumen pada suatu produk barang
atau jasa yang dilakukan pada jangka waktu tertentu dan secara aktif menyukai dan
mempunyai sikap positif terhadap suatu produk barang/jasa, didasarkan pada pengalaman
pembelian yang telah dilakukan pada masa lampau.

Mengukur Minat Beli Konsumen
Minat beli pelanggan dapat dilihat dari hasil (Outcome) yang dirasakan atas
penggunaan produk dan jasa, sama atau melebihi harapan yang diinginkan. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa metode yang digunakan untuk mengukur minat beli konsumen.
Kotler dalam Tjiptono dan Diana (2005: 104-105) mengemukakan beberapa metode
yang dapat digunakan untuk mengukur minat beli konsumen, metode tersebut antara lain :
1) Sistem keluhan dan saran
2) Ghost Shopping
3) Lost Customer Analysis
4) Survei kepuasan pelanggan
1) Sistem keluhan dan saran
Organisasi yang berpusat konsumen memberikan kesempatan yang luas kepada para
konsumen untuk menyampaikan saran dan keluhan, misalnya dengan menyediakan kotak
saran, kartu komentar, Customer Hot Lines dan lain-lain.
2) Ghost Shopping
Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan konsumen adalah dengan
mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai pembeli potensial,
kemudian melaporkan temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk
perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk
tersebut.
3) Lost Customer Analysis
Perusahaan seyogyanya menghubungi konsumen yang telah berhenti membeli atau yang
telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi.
4) Survei kepuasan konsumen
Metode survei kepuasan konsumen dapat menggunakan pengukuran dengan berbagai cara,
yaitu:
a. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dengan pertanyaan seperti: “Ungkapkan
seberapa puas saudara terhadap pelayanan.
b. Responden juga dapat diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka mengharapkan
suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang mereka rasakan
c. Metode lain adalah dengan meminta responden untuk menuliskan masalah-masalah yang
mereka miliki dengan penawaran dari perusahaan dan untuk menuliskan perbaikan-perbaikan
yang mereka sarankan (Problem Analysis)
d. Selain itu responden juga dapat diminta untuk merangking berbagai elemen dari penawaran
berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik kinerja perusahaan dalam
masing-masing elemen (Importance/Performance Ratings).

Tjiptono dan Diana (2005, 106-107) mengemukakan terdapat sepuluh (10) kunci
sukses mengukur minat beli konsumen, yaitu :
1) Frekuensi
2) Format
3) Isi
4) Desain isi
5) Melibatkan setiap orang
6) Mengukur minat beli setiap orang
7) Kombinasi beberapa ukuran
8) Hubungan dengan kompensasi dan Reward lainnya
9) Penggunaan ukuran secara simbolik
10) Bentuk pengukuran lainnya
1) Frekuensi
Beberapa kali perusahaan mengadakan survey untuk mengetahui minat beli pelanggan,
biasanya paling tidak setiap 70-80 hari sekali.
2) Format
Siapa yang melakukan Survey minat beli konsumen? Dapat dikatakan bahwa sebaiknya yang
melakukan Survey formal minat beli konsumen adalah pihak ketiga diluar perusahaan dan
hasilnya disampaikan kepada semua pihak dalam organisasi.
3) Isi
Isi (Content) pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan standar dan dapat dikuantitatifkan.
4) Desain isi
Tidak ada satupun instrumen Survey yang paling baik untuk setiap kondisi. Oleh karena itu
perusahaan harus mendesain Survey secara sistematis dan memperhatikan setiap pandangan
yang ada.
5) Melibatkan setiap orang
Mereka yang mengunjungi pelanggan untuk melakukan Survey adalah semua Level dan
semua fungsi yang ada dalam organisasi, mulai dari manajer puncak hingga karyawan.
6) Mengukur minat beli setiap orang
Perusahaan harus mengukur minat beli semua pihak, tidak hanya konsumen langsung seperti
pemakai, tetapi juga pelanggan tidak langsung seperti distributor, agen, pedagang besar,
pengecer dan lain-lain.
7) Kombinasi beberapa ukuran
Ukuran yang digunakan dalam minat beli pelanggan hendaknya dibatasi pada skor kuantitatif
yang merupakan kombinasi dari berbagai unsur seperti individu, kelompok.
8) Hubungan dengan kompensasi dan Reward lainnya
Hasil pengukuran minat beli pelanggan harus dijadikan dasar dalam penentuan kompensasi
insentif dalam penjualan.
9) Penggunaan ukuran secara simbolik
Ukuran minat beli pelanggan hendaknya dibuat dalam kalimat sederhana dan mudah diingat
serta ditempatkan disetiap bagian perusahaan.
10) Bentuk pengukuran lainnya
Deskripsi kualitatif mengenai hubungan karyawan dengan konsumen harus mencakup
penilaian sampai sejauh mana karyawan memiliki orientasi pada minat beli konsumen.
Implikasi dari pengukuran minat beli konsumen tersebut adalah konsumen dilibatkan
dalam pengembangan produk dan jasa dengan cara mengidentifikasi apa yang dibutuhkan

konsumen. Hal ini berbeda dengan konsumen dalam konsep tradisional, dimana mereka tidak
dilibatkan dalam pengembangan produk, karena mereka berada di luar sistem.
Tujuan untuk melibatkan konsumen dalam pengembangan produk dan jasa adalah
agar perusahaan dapat memenuhi harapan konsumen, bahkan jika mungkin melebihi harapan
konsumen. Persepsi yang akurat mengenai harapan konsumen merupakan hal yang perlu,
namun tidak mewujudkan harapan konsumen. Desain dan standar minat beli konsumen
dikembangkan atas dasar harapan konsumen dan prioritasnya.
Implikasi dari pengukuran minat beli konsumen tersebut adalah konsumen dilibatkan
dalam pengembangan produk dan jasa dengan cara mengidentifikasi apa yang dibutuhkan
konsumen. Hal ini berbeda dengan konsumen dalam konsep tradisional, dimana mereka tidak
dilibatkan dalam pengembangan produk, karena mereka berada diluar sistem.
Indikator Minat Beli
Menurut Ferdinand (2002:129), minat beli dapat diidentifikasi melalui indikatorindikator sebagai berikut:
a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.
b. Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang
lain.
c. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki
prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu
dengan produk prefrensinya.
d. Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari
informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifatsifat positif dari produk tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2002. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfa Beta
Durianto, Darmadi. Sugiarto dan Sitinjak, Tony. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset
Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ferdinand, Augusty. 2002. Metode Penelitian Manajemen. Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid II. Edisi Kesebelas. Alih Bahasa Benyamin
Molan. Jakarta. : Indeks
Kotler, Philip dan Gary, Armstrong. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran. Alih Bahasa Imam
Nurmawan Jakarta : Erlangga.
Lamb, Hair, dan McDaniel. 2001. Pemasaran. Buku 1. Penerjemah David Octarevia. Jakarta :
Penerbit Salemba Empat.
Lupiyoadi, Rambat. 2001. Pemasaran Jasa. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Mc Carthy dan Perrefault, 2003. Dasar-Dasar Pemasaran. Alih Bahasa Agus Dharma. Jakarta:
Erlangga.
Orville C. Walker, Boyd. Harper W, Larreche, Jean Claude. 2005. Manajemen Pemasaran Suatu
Pendekatan Strategis dengan Orientasi Global. Jakarta: Erlangga.
Saladin, Djaslim. 2002. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Salemba Empat
Stanton J, William. 2000. Prinsip Pemasaran. Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Sunarto. 2004. Pengantar Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: UST Press.
Swastha, Basu DH. 2006. Manajemen Penjualan Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Tjiptono, Fandy. 2001. Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Keenam. Yogyakarta: Penerbit.
Andy.
Tjiptono, Fandy dan Diana, Anastasia. 2005. Total Quality Manajemen.Yogyakarta : Andi.
Yamit, Zulian. 2001. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta : Ekonisia.
Diposkan oleh vina tanjung di 19.01