CONTOH KASUS PENYELEWENGAN KODE ETIK PR
CONTOH KASUS PENYELEWENGAN KODE ETIK PR
Mata Kuliah : PR Ethics
Kelas : Humas F
oleh :
Muhammad Hanif Azhari
210110120332
Egy Haekal
210110120195
Angga Laraspati
210110120119
Hubungan Masyarakat
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjajaran
2014
I. Tentang PERHUMAS Indonesia
Berdirinya PERHUMAS berawal ketika salah satu seorang
praktisi humas, Marah Joenoes, menghadiri “World Public Relations
Congress” ke-6 yang diselenggarakan di Jenewa. Almarhum Marah
Joenoes sangat bersemangat untuk mewujudkan cita-citanya dan
terlibat aktif dalam berbagai diskusi persiapan pendirian sebuah
forum profesi kehumasan. Pertemuan pertama diadakan di gedung
Wisma
Internasional
Purnawirawan
Diponegoro
Pertamina
Angkatan
No.
53,
(kini
Bersenjata
Jakarta
yang
RI
Gedung
–
Persatuan
PEPABRI)
dihadiri
oleh
di
para
jalan
praktisi
kehumasan dari berbagai instansi pemerintah baik sipil maupun
militer, Badan Usaha Milik Negara, swasta maupun konsultan.
Mereka langsung menyepakati pendirian Organisasi Nasional
dan menunjuk tiga orang yaitu Marah Joenoes, Tommy Graciano dan
Wisaksono
Nuradi
untuk
mengusulkan
nama
organisasi
dan
merancang anggaran dasarnya. Didorong kebutuhan akan sebuah
forum
profesi
kehumasan
untuk
bertukar
pengalaman
demi
peningkatan kualitas praktek kehumasan di Indonesia, maka sejak itu
disepakati pendirian PERHUMAS.
Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia – PERHUMAS
adalah organisasi profesi para praktisi Humas dan Komunikasi
Indonesia
yang
didirikan
pada
tanggal
15
Desember
1972.
PERHUMAS secara resmi telah tercatat di DEPDAGRI sebagai
organisasi nasional kehumasan di Indonesia dan pada International
Public Relation Association IPRA yang berkedudukan di London.
PERHUMAS
bertujuan
meningkatkan
keterampilan
professional,
memperluas dan memperdalam pengetahuan, meningkatkan kontak
dan pertukaran pengalaman antara anggota serta berhubungan
dengan organisasi serumpun di dalam dan luar negeri, Untuk
mencapai tujuan tersebut, berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi
anggota, seperti penerbitan bulletin, buku dan jurnal, berbekal
pengalaman – pengalaman dari momen – momen bersejarah yang
telah dilalui selama kurun waktu 34 tahun ini, PERHUMAS ikut
membidani
kelahiran
Federation
Of
ASEAN
Public
Relations
Organization (FAPRO) pada 17 Desember 1977 di Kuala Lumpur.
Penyelenggara ASEAN Public Relations Congress di Jakarta pada
Tahun 1981, dan terakhir diterimanya PERHUMAS dalam Forum For
Corporate Governance in Indonesia (FCGI) pada tahun 2002 perayaan
Tri Dasawarsa PERHUMAS 2002, Musyawarah Nasional 2004 hingga
Konvensi
Nasional
Humas
Indonesia
2006
yang
sedang
kita
laksanakan ini.
PERHUMAS tidak cukup berpuas diri akan apa yang telah
diperolehnya selama ini. Praktisi profesi kehumasan harus memiliki
tanggung jawab bersama untuk terus mengeksistensikan fungsi dan
peran
organisasi
PERHUMAS
dalam
meningkatkan
kualitas
pelaksanaan kehumasan di Indonesia.
Badan Pengurus Pusat berkedudukan di Jakarta dengan cabangcabang yang tersebar hampir di seluruh Indonesia.
VISI MISI
Mengembangkan kompetensi para professional humas ( Public
Relations) di Indonesia untuk mendukung pengembangan citra positif
dan reputasi Institusi dan bangsa Indonesia.
Tujuan PERHUMAS Indonesia
1.
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan para professional
Hubungan Masyarakat di Indonesia.
1.
Memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan mengenai
Hubungan Masyarakat
1.
Meningkatkan
komunikasi
dan
pertukaran
informasi
dan
pengalaman diantara para anggotanya.
Menyelenggarakan
hubungan
dengan
organisasi-organisasi
yang
serumpun dengan bidang Hubungan Masyarakat.
KODE ETIK PERHUMAS
KODE ETIK PROFESI
PERHUMAS INDONESIA
Dijiwai oleh Pancasila maupun UUD 1945 sebagai landasan tata
kehidupan nasional; Diilhami oleh Piagam PBB sebagai landasan tata
kehidupan internasional; Dilandasi oleh Deklarasi Asean (8 Agustus
1967) sebagai pemersatu bangsa-bangsa Asia Tenggara; dan dipedomi
oleh cita-cita, keinginan dan tekad untuk mengamalkan sikap dan
perilaku
kehumasan
Perhimpunan
INDONESIA
Indonesia,
secara
Hubungan
sepakat
dan
bila
professional;
Masyarakat
untuk
terdapat
mematuhi
kami
Indonesia
Kode
bukti-bukti
para
–
ETik
diantara
anggota
PERHUMAS
Kehumasan
kami
dalam
menjalankan profesi kehumasan ternyata ada yang melanggarnya,
maka hal itu sudah tentu mengakibatkan diberlakukannya tindak
organisasi terhadap pelanggarnya.
Pasal 1
KOMITMEN PRIBADI
Anggota PERHUMAS harus :
2.
Memiliki dan menerapkan standar moral serta reputasi setinggi
mungkin dalam menjalankan profesi kehumasan
3.
Berperan secara nyata dan sungguh-sungguh dalam upaya
memasyarakatan kepentingan Indonesia
4.
Menumbuhkan dan mengembangkan hubungan antar warga
Negara Indonesia yang serasi daln selaras demi terwujudnya
persatuan dan kesatuan bangsa
Pasal II
PERILAKU TERHADAP KLIEN ATAU ATASAN
Anggota PERHUMAS INDONESIA harus:
2.
Berlaku jujur dalam berhubungan dengan klien atau atasan
3.
Tidak mewakili dua atau beberapa kepentingan yang berbeda
atau yang bersaing tanpa persetujuan semua pihak yang terkait
4.
Menjamin rahasia serta kepercayaan yang diberikan oleh klien
atau atasan, maupun yang pernah diberikan oleh mantan klien
atau mantan atasan
5.
Tidak melakukan tindak atau mengeluarkan ucapan yang
cenderung merendahkan martabat, klien atau atasan, maupun
mantan klien atau mantan atasan
6.
Dalam memberi jasa-jasa kepada klien atau atasan, tidak akan
menerima
manapun
pembayaran,
selain
dari
komisi
klien
atau
atau
imbalan
dari
pihak
atasannya
yang
telah
memperoleh kejelasan lengkap
7.
Tidak akan menyerahkan kepada calon klien atau calon atasan
bahwa pembayaran atau imbalan jasa-jasanyaharus didasarkan
kepada
hasil-hasil
tertentu,
atau
tidak
akan
menyetujui
perjanjian apapun yang mengarah kepada hal yang serupa
Pasal III
PERILAKU TERHADAP MASYARAKAT DAN MEDIA MASSA
Anggota PERHUMAS INDONESIA harus:
2.
Menjalankan
kegiatan
profesi
memperhatikan
kepentingan
kehumasan
masyarakat
serta
dengan
harga
diri
anggota masyarakat
3.
Tidak melibatkan diri dalam tindak memanipulasi intergritas
sarana maupun jalur komunikasi massa
4.
Tidak menyebarluaskan informasi yang tidak benar atau yang
menyesatkan sehingga dapat menodai profesi kehumasan
5.
Senantiasa membantu untuk kepentingan Indonesia
Pasal IV
PERILAKU TERHADAP SEJAWAT
Praktisi Kehumasan Indonesia harus:
1.
Tidak dengan sengaja merusak dan mencemarkan reputasi atau
tindak
professional
sejawatnya.
Namun
bila
ada
sejawat
bersalah karena melakukan tindakan yang tidak etis, yang
melanggar hukum, atau yang tidak jujur, termasuk melanggar
Kode
Etik
disampaikan
Kehumasan
kepada
Indonesia,
Dewan
maka
bukti-bukti
Kehormatan
wajib
PERHUMAS
INDONESIA
2.
Tidak menawarkan diri atau mendesak klien atau atasan untuk
menggantikan kedudukan sejawatnya
Membantu dan berkerja sama dengan sejawat di seluruh Indonesia
untuk menjunjung tinggi dan mematuhi Kode Etik Kehumasan ini.
KODE ETIK PROFESI ASOSIASI PERUSAHAAN PUBLIC
RELATIONS INDONESIA (APRI)
Pasal 1 Norma-norma Perilaku Profesional
Dalam menjalankan kegiatan profesionalnya, seorang anggota wajib
menghargai kepentingan umum dan menjaga diri setiap anggota
masyarakat. Menjadi tanggung jawab pribadinya untuk bersikap adil
dan jujur terhadap klien, baik yang mantan maupun yang sekarang,
dan terhadap sesame anggota asosiasi, anggota media komunikasi
serta masyarakat luas.
Pasal 2 Penyebarluasan Informasi
Seorang anggota tidak akan menyebarluaskan, secara sengaja dan
tidak bertanggung jawab, informasi yang palsu atau yang
menyesatkan, dan sebaliknya justru akan berusaha sekeras mungkin
untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Ia berkewajiban untuk
menjaga integritas dan ketepatan informasi.
Pasal 3 Media Komunikasi
Seorang anggota tidak akan melaksanakan kegiatan yang dapat
merugikan integritas media komunikasi. Pasal 4 Kepentingan yang
tersembunyi Seorang anggota tidak akan melibatkan dirinya dalam
kegiatan apapun yang secara sengaja bermaksud memecah belah atau
menyesatkan, dengan cara seolah-olah ingin memajukan suatu
kepentingan tertentu padahal sebaliknya justru ingin memajukan
kepentingan lain yang tersembunyi. Seorang anggota berkewajiban
untuk menjaga agar kepentingan sejati organisasi yang menjadi mitra
kerjanya benar-benar terlaksana secara baik.
Pasal 5 Informasi Rahasia
Seorang anggota (kecuali bila diperintahkan oleh aparat hukum yang
berwenang) tidak akan menyampaikan atau memanfaatkan informasi
yang dipercayakan kepadanya, atau yang diperolehnya, secara
pribadi, dan atas dasar kepercayaan, atau yang bersifat rahasia, dari
kliennya, baik di masa lalu, kini atau di masa depan, demi untuk
memperoleh keuntungan pribadi atau untuk kepentingan lain tanpa
persetujuan jelas dari yang bersangkutan.
Pasal 6 Pertentangan Kepentingan
Seorang anggota tidak akan mewakili kepentingan-kepentingan yang
saling pertentangan atau saling bersaing, tanpa persetujuan jelas dari
pihak-pihak yang bersangkutan, dengan terlebih dahulu
mengemukakan fakta-fakta yang terkait.
Pasal 7 Sumber-sumber Pembayaran
Dalam memberikan jasa pelayanan kepada kliennya, seorang anggota
tidak akan menerima pembayaran, baik tunai maupun dalam bentuk
lain, yang diberikan sehubungan dengan jasa-jasa tersebut, dari
sumber mana pun, tanpa persetujuan jelas dari kliennya.
Pasal 8 Memberitahukan Kepentingan Keuangan
Seorang anggota, yang mempunyai kepentingan keuangan dalam
suatu organisasi, tidak akan menyarankan klien atau majikannya
untuk memakai organisasi tersebut ataupun memanfaatkan jasajasa
organisasi tersebut, tanpa memberitahukan terlebih dahulu
kepentingan keuangan pribadinya yang terdapat dalam organisasi
tersebut.
Pasal 9 Pembayaran Berdasarkan Hasil Kerja
Seorang anggota tidak akan mengadakan negosiasi atau menyetujui
persyaratan dengan calon majikan atau calon klien, berdasarkan
pembayaran yang tergantung pada hasil pekerjaan PR tertentu di
masa depan.
Pasal 10 Menumpang-tindih Pekerjaan Anggota Lain
Seorang anggota yang mencari pekerjaan atau kegiatan baru dengan
cara mendekati langsung atau secara pribadi, calon majikan atau
calon langganan yang potensial, akan mengambil langkahlangkah
yang diperlukan untuk mengetahui apakah pekerjaan atau kegiatan
tersebut sudah dilaksanakan oleh anggota lain. Apabila demikian,
maka menjadi kewajibannya untuk memberitahukan anggota tersebut
mengenai usaha dan pendekatan yang akan dilakukannya terhadap
klien tersebut. (Sebagian atau seluruh pasal ini sama sekali tidak
dimaksudkan untuk menghalangi anggota mengiklankan jasa-jasanya
secara umum).
Pasal 11 Imbalan Kepada Karyawan Kantor-kantor Umum
Seorang anggota tidak akan menawarkan atau memberikan imbalan
apapun, dengan tujuan untuk memajukan kepentingan pribadinya
(atau kepentingan klien), kepada orang yang menduduki suatu
jabatan umum, apabila hal tersebut tidak sesuai dengan kepentingan
masyarakat luas.
Pasal 12 Mengkaryakan Anggota Parlemen
Seorang anggota yang mempekerjakan seorang anggota parlemen,
baik sebagai konsultan atau pelaksana, akan memberitahukan kepada
Ketua Asosiasi tentang hal tersebut maupun tentang jenis pekerjaan
yang bersangkutan. Ketua Asosiasi akan mencatat hal tersebut dalam
suatu buku catatan yang khusus dibuat untuk kep[erluan tersebut.
Seorang anggota asosiasi yang kebetulan juga menjadi anggota
parlemen wajib memberitahukan atau memberi peluang agar
terungkap, kepada ketua, semua keterangan apapun mengenai
dirinya.
Pasal 13 Mencemarkan Anggota-anggota Lain
Seorang anggota tidak akan dengan itikad buruk mencemarkan nama
baik atau praktik profesional anggota lain.
Pasal 14 Instruksi/Perintah Pihak-pihak Lain
Seorang anggota yang secara sadar, mengakibatkan atau
memperbolehkan orang atau organisasi lain untuk bertindak
sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan kode etik ini, atau
turut secara pribadi ambil bagian dalam kegiatan semacam itu, akan
dianggap telah melanggar kode ini.
Pasal 15 Nama Baik Profesi
Seorang anggota tidak akan berperilaku sedemikian rupa sehingga
merugikan nama baik asosiasi, atau profesi public relations.
Pasal 16 Menjunjung Tinggi Kode Etik
Seorang anggota wajib menjunjung tinggi kode etik ini, dan wajib
bekerja sama dengan anggota lain dalam menjunjung tinggi kode etik,
serta dalam melaksanakan keputusankeputusan tentang hal apapun
yang timbul sebagai akibat dari diterapkannya keputusan tersebut.
Apabila seorang anggota mempunyai alas an untuk berprasangka
bahwa seorang anggota lain terlibat dalam kegiatankegiatan yang
dapat merusak kode etik ini, maka ia berkewajiban untuk
memberitahukan hal tersebut kepada Asosiasi. Semua anggota wajib
mendukung Asosiasi dalam menerapkan dan melaksanakna kode etik
ini, dan Asosiasi wajib mendukung setiap anggota yang menerapkan
dan melaksanakan kode etik ini.
Pasal 17 Profesi Lain
Dalam bertindak untuk seorang klien atau majikan yang tergabung
dalam suatu profesi, seorang anggota akan menghargai Kode Etik dari
profesi tersebut dan secara sadar tidak akan turut dalam kegiatan
apapun yang dapat mencemarkan Kode Etik tersebut.
II. Bakohumas
SEJARAH SINGKAT BAKOHUMAS
Secara yuridis formal, Bakohumas Didirikan berdasarkan Surat
Keputusan menteri penerangan No. 31/KEP/MENPEN/1971. Lahirnya
SK Menpen dalam rangka Pembentukan Bakohumas yang merupakan
kelanjutan
dari
hasil
musyawarah
antar
humas
-
humas
Departemen/Lembaga Negara pada tanggal 6 Desember 1967.
Untuk memperoleh daya guna dan tepat operasi penerangan setinggitingginya maka dipandang perlu untuk membentuk suatu badan yang
bertugas mengkoordinir, mengintegrasikan dan mensinkronisasikan
kegiatan humas- humas pemerintah.
Musyawarah ini menyetujui diadakannya Koordinasi antar humas
Departemen/Lembaga Negara disingkat BAKOR yang dikoordinasikan
oleh Deppen. Kemudian pada pertemuan pleno Bakor pada tanggal 1
juli 1970 untuk membicarakan peningkatan dan efektivitasnya wadah
ini, diperoleh kata sepakat untuk merubah Bakor menjadi Bakohumas
(Badan Koordinasi Humas Pemerintah ).
Dalam perkembangan selanjutnya lahirlah SK Menteri Penerangan
tersebut diatas yang beberapa pasalnya antara lain berbunyi :
Pasal 1 : perihal kedudukan
1. Ditingkat
Pemerintah
Pusat
dibentuk
Badan
Koordinasi
Kehumasan Pemerintah disingkat Bakohumas.
2. Bakohumas Pusat berkedudukan di Departemen Penerangan
3. Keanggotaan Bakohumas terdiri dari humas-humas (LembagaLembaga Pemerintah Negara/Non
Departemen) pada tingkat Pemerintah Pusat yang diwakili oleh
satu orang atau lebih.
Adapun tugas Bakohumas ini adalah :
1. Membantu
Menteri
Penerangan
dalam
menetapkan
kebijaksanaan pembinaan hubungan yang lancar dan harmonis
antara masyarakat dan pemerintah
2. Mengadakan Koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan kerjasama
antara humas Departemen/Lembaga Negara
3. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai
dengan kebijaksanaan Pemerintah.
KODE ETIK HUMAS PEMERINTAHAN
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Etika adalah nilai-nilai moral yang mengikat dalam berucap,
bersikap dan berperilaku dalam pelaksanaan tugas, fungsi,
wewenang, dan tanggungjawab.
2. Kode Etik Humas Pemerintahan adalah pedoman bersikap,
berperilaku,
bertindak
dan
berucap
para
praktisi
humas
pemerintah.
3. Profesi
adalah
pekerjaan
yang
menuntut
keahlian
dan
keterampilan dalam pelayanan tertentu berdasarkan latihan,
pengetahuan dan kemampuan yang diakui sesuai dengan
standar kompetensinya.
4. Hubungan masyarakat pemerintah untuk selanjutnya disebut
humas pemerintah adalah aktivitas lembaga dan atau individu,
yang melakukan fungsi manajemen dalam bidang komunikasi
dan
informasi
kepada
publik
pemangku
kepentingan
(stakeholders) dan sebaliknya.
5. Pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah sebagaimana
dimaksud Pasal 1 ayat (4) adalah
1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut pemerintah, adalah
Presiden
Republik
Indonesia
yang
memegang
kekuasaan
pemerintahan NKRI
sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara RI Tahun
1945.
2. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau
walikota,
serta
perangkat
daerah
sebagai
unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
6. HumasPemerintahanadalahsegenaptindakanyangdilakukanolehs
uatu instansi/perusahaan dalam usaha membina hubungan yang
harmonis dengan khalayak internal dan ekstenal dan membina
martabat instansi/ pemerintahan dalam pandangan khalayak
internal
dan
eksternal
guna
memperoleh
pengertian,
kepercayaan, kerjasama, dan dukungan dari khalayak internal
dan eksternal dalam pelaksanaan tugas pokok dan
fungsinya.
7. Lembaga humas pemerintah adalah unit organisasi dalam suatu
lembaga
pemerintahan
komunikasi dan
yang
melakukan
fungsi
manajemen
bidang
informasi.
8. Humas Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 ayat
(6)
meliputi:
1. Humas yang berada pada lembaga atau instansi pemerintah
baik
pusat maupun daerah seluruh NKRI.
2. Humas yang berada di lingkungan BUMN dan BUMD.
9. Bad
an
Koordinasi
Kehumasan
Pemerintahan
selanjutnya
disebut Bakohumas Pusat. Bakohumas Pusat adalah organisasi
profesi
humas
Pemerintah,
pemerintah
baik
yang
Departemen,
anggotanya
Lembaga
Instansi
Pemerintah
Non
Departemen, Lembaga- Lembaga Negara, maupun BUMN.
10.
Badan
selanjutnya
organisasi
Koordinasi
disebut
profesi
Kehumasan
Bakohumasda.
humas
Pemerintahan
Bakohumasda
pemerintah
yang
Daerah
adalah
anggotanya
Pemerintah Daerah baik tingkat Provinsi, Kabupaten, Kota,
BUMD maupun instansi vertikal.
11. Badan Kehormatan Bakohumas/ Bakohumasda adalah Badan
yang
bertugas
mengawasi
penerapan
Kode
Etik
Humas
Pemerintahan dan menetapkan sanksi atas pelanggaran yang
dilakukan anggotanya.
12.Keanggotaan Bakohumas Pusat/ Bakohumasda meliputi semua
unit Humas yang berada di Instansi Pemerintah.
13.Instansi pemerintah adalah departemen, kementerian negara,
sekretariat
lembaga
tinggi
negara
dan
lembaga
negara,
lembaga pemerintah non- departemen, pemerintah daerah,
organisasi
perangkat
daerah
dan
Badan
Usaha
Milik
Negara/Daerah maupun instansi vertikal.
BAB II KOMITMEN PRIBADI
Pasal 2
Anggota Humas Pemerintahan menjunjung tinggi Kehormatan sebagai
Pegawai Instansi Pemerintah, baik Depatemen, Lembaga Pemerintah
Non
Departemen,
Lembaga-Lembaga
Negara,
BUMN,
maupun
BUMD.
Pasal 3
Anggota
Humas
Pemerintahan
mengutamakan
kompetensi,
obyektivitas, kejujuran, serta menjunjung tinggi integritas dan normanorma keahlian serta menyadari konsekuensi tindakannya.
Pasal 4
Anggota Humas Pemerintahan memegang teguh rahasia negara,
sumpah jabatan, serta wajib mempertimbangkan dan mengindahkan
etika yang berlaku agar sikap dan perilakunya dapat memberikan
citra yang positip bagi pemerintahan dan menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 5
Anggota Humas Pemerintahan menyampaikan informasi publik yang
benar dan akurat serta membentuk citra Humas Pemerintahan yang
positip di masyarakat.
Pasal 6
Anggota
Humas
Pemerintahan
menghargai,
menghormati,
dan
membina solidaritas serta nama baik rekan seprofesi.
Pasal 7
Anggota
Humas
Pemerintahan
akan
berusaha
meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan untuk mewujudkan efsiensi dan
efektivitas kerja serta memajukan profesi Humas Pemerintahan di
Indonesia.
BAB III HUBUNGAN KE DALAM
Pasal 8
Anggota Humas Pemerintahan loyal terhadap kepentingan organisasi/
instansinya, bukan kepada kepentingan perorangan/golongan.
Pasal 9
Anggota Humas Pemerintahan wajib:
1. menjalin
komunikasi
organisasi/instansinya
kepada
semua
agar tercapai
pegawai
di
iklim organisasi yang
mendukung peningkatan kompetensi organisasi.
2. mengingatkan rekan seprofesinya yang melakukan tindakan di
luar batas
kompetensi
dan
kewenangannya
dalam
mencegah
terjadinya
pelanggaran Kode Etik Humas Pemerintahan.
Pasal 10
Anggota Humas Pemerintahan tunduk, mematuhi dan menghormati
Kode Etik Humas Pemerintahan sesuai perundangan yang berlaku.
BAB IV HUBUNGAN KE LUAR
Pasal 11
Anggota Humas Pemerintahan wajib menyediakan dan memberikan
informasi publik yang benar dan akurat kepada masyarakat, media
massa,
dan
insan
pers
sesuai
dengan
tugas
dan
fungsi
organisasi/institusinya sesuai dengan perundangan yang berlaku.
Pasal 12
Anggota
Humas
Pemerintahan
tidak
diperkenankan
melakukan
penekanan terhadap media massa dan insan pers serta mencegah
pemberian barang dan jasa kepada media massa dan insan pers
dengan dalih kepentingan publikasi (publisitas) pribadi/ golongan/
organisasi/ instansinya.
Pasal 13
Anggota
Humas
Pemerintahan
menghargai,
menghormati,
dan
membina hubungan baik dengan profesi lainnya.
BAB V HUBUNGAN SESAMA PROFESI
Pasal 14
Anggota
Humas
Pemerintahan
wajib
bertukar
informasi
dan
membantu memperlancar arus informasi dengan sesama anggota.
Pasal 15
Anggota Humas Pemerintahan bersedia mendukung pelaksanaan
tugas sesama anggota.
Pasal 16
Anggota Humas Pemerintahan tidak dibenarkan mendiskreditkan
sesama anggota
BAB VI BADAN KEHORMATAN
Pasal 17
Badan Kehormatan di bentuk dan dipilih oleh Badan Koordinasi
Humas Pemerintahan (Bakohumas Pusat/Bakohumasda) sebanyak 9
orang dengan masa bakti selama 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih
kembali.
Pasal 18
Bakohumas Pusat membentuk Formatur Pengurus Badan Kehormatan
dalam pertemuan tahunan dan meminta persetujuan anggota untuk
ditetapkan sebagai anggota Badan Kehormatan Bakohumas.
Pasal 19
Formatur Badan Kehormatan yang diusulkan Bakohumas Pusat terdiri
dari Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, LembagaLembaga Negara, BUMN, dan Perguruan Tinggi.
Pasal 20
Bakohumas
Daerah
membentuk
Formatur
Pengurus
Badan
Kehormatan dalam Pertemuan Tahunan dan meminta persetujuan
anggota
untuk
ditetapkan
sebagai
anggota
Badan Kehormatan
Bakohumasda.
Pasal 21
Formatur Badan Kehormatan yang diusulkan Bakohumasda terdiri
dari Provinsi/Kabupaten/ Kota, BUMD, dan Perguruan Tinggi
Pasal 22
Badan
Kehormatan
Bakohumas
Pusat
dan
Badan
Kehormatan
Bakohumasda terdiri dari Ketua, Wakil Ketua dan Anggota. Ketua dan
Wakil Ketua dipilih oleh anggota Badan Kehormatan.
Pasal 23
Badan
Kehormatan
melaksanakan
pemantauan,
evaluasi,
dan
penilaian terhadap kinerja anggota sesuai dengan laporan satuan
kerja induknya berdasarkan standar operasional prosedur (SOP)
profesi Humas Pemerintahan.
Pasal 24
Badan Kehormatan melalui musyawarah berwenang memberikan
penghargaan kepada anggota yang berprestasi dalam menjalankan
profesinya dan mematuhi Kode Etik Humas Pemerintahan.
BAB VII SANKSI
Pasal 25
Badan
Kehormatan
Pusat
melalui
musyawarah
berwenang
mengusulkan kepada Ketua Bakohumas untuk mengusulkan sanksi
administratif
bagi anggota
yang melanggar
Kode Etik
Humas
Pemerintahan.
Pasal 26
Badan
Kehormatan
Daerah
melalui
musyawarah
berwenang
mengusulkan kepada Ketua Bakohumasda untuk pemberian sanksi
administratif
bagi anggota
yang melanggar
Kode Etik
Humas
Pemerintahan. Selanjutnya Ketua Bakohumasda meneruskan kepada
Ketua Bakohumas Pusat.
Pasal 27
Ketua Bakohumas Pusat menyampaikan hasil keputusan Ketua Badan
Kehormatan
Pusat
dan
Ketua
Bakohumasda
berupa
sanksi
administratif kepada atasan pelaku pelanggaran.
Pasal 28
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pasal 27 terdiri dari:
1. Teguran lisan
2. Teguran tertulis
Pasal 29
Anggota Bakohumas yang didakwa melanggar Kode Etik Humas
Pemerintahan:
1. Memiliki hak jawab dalam proses penyelesaian perkaranya.
2. Berhak mendapatkan pemulihan nama baik dan hak-haknya
seperti
semula bila terbukti tidak bersalah.
------------------
III. Dua Contoh Kasus Pelanggaran Etika Kehumasan
1.
Kasus lumpur Lapindo Brantas
Lebih dari lima tahun kasus lumpur Lapindo belum usai. Lapindo
yang dimiliki oleh Bakrie Group ini memang memiliki sumberdaya
politik ekonomi yang dapat perpengaruh di Indonesia, bahkan Bakrie
Group dapat menciptakan opini public mengenai lumpur Lapindo itu
sendiri melalui media yang dimiliki. Pada 22 Oktober 2008 Lapindo
Brantas mengadakan siaran pers mengenai hasil para ahli geologi di
London. Pada konfrensi tersebut Lapindo menyewa perusahan Public
Relation untuk mengabarkan bahwa peristiwa tersebut bukan dari
kesalahan Lapindo. Lapindo mengeluarkan statement bahwa kejadian
tersebut akibat dari bencana alam, akan tetapi sejumlah ahli geolog
dan LSM yang peduli terhadap kasus lumpur Lapindo ini tetap
menganggap bahwa kejadian pengeboran Lapindo yang menjadi
pemicu tragedy tersebut. Lapindo terus menutupi fakta dengan
berbagai cara termasuk membuat iklan serta memecah belah warga
memalui
masalah
ganti
rugi
hal
tersebut
dilakukan
untuk
mengarahkan pada opini public.
Dari kasus tersebut, maka PR Lapindo Brantas dapat dinyatakan telah
melanggar kode etik profesi Public relation, yaitu :
a.
Pasal 2 mengenai Penyebaran informasi ; “seorang anggota
tidak
akan
menyebarluaskan,
secara
sengaja
dan
tidak
bertanggungjawab, informasi yang palsu atau yang meyesatkan, dan
sebaliknya justru akan berusaha sekeras mungkin untuk mencegah
terjadinya hal tersebut. Ia berkewajiban menjaga dan ketepatan
informasi.”. Lapindo dikatakan melanggar pasal tersebut karena
Lapindo menyebarkan informasi yang tidak sesuai dengan fakta.
b.
Pasal 3 mengenai Media Komunikasi ; “seorang anggota tidak
akan melaksanakan kegiatan yang dapat merugikan integritas media
komunikasi”. Lapindo dapat dikatakan melanggar pasal berikut
karena
Lapindo
yang
merupakan
milik
Bakrie
Group
dapat
menciptakan opini public sendiri mengenai lumpur Lapindo itu sendiri
melalui media yang dimiliki sehingga informasi yang diberikan
meskipun tidak sesuai dengan kenyataan tetapi tidak menjatuhkan
citra Lapindo.
Solusi : Pihak Lapindo harus kembali menelusuri dengan baik apa
penyebab akibat keluarnya lumpur tersebut, baik dengan bantuan
pihak luar ataupun tidak, dan memberitakan dengan sejujur-jujurnya.
Sehingga tidak ada lagi kesalahpahaman yang terjadi, dan pihak
Lapindo bisa menyelesaikan masalah ini, tanpa tambahan tekanan dan
gangguan dari luar.
2. Iklim Komunikasi di PT Citra Marga Nusaphala Persada tbk
Berkaitan dengan Kondisi Perusahaan
Terdapat tiga permasalahan yang terjadi di CMNP yaitu stigma KKN,
kinerja keuangan yang buruk, dan gugatan bagi hasil pengelolaan
jalan tol dengan Jasa marga. Karyawan lebih menganggap pembagian
revenue
sharing
dengan
Jasa
Marga
yang
paling
menganggu
eksistensi karyawan karena menyangkut kesejahteraan. hubungan
antara bahawan dan atasan dalam CMNP berkaitan dengan informai
tentang usaha repositioning dan keadaan negatif perusahaan terlihat
tidak supportive, dimana para karyawan merasa bahwa atasan tidak
membantu mereka dalam membangun dan memelihara rasa saling
meghargai
dan
kepentingan
semua
pihak.
Adanya
jarak
yang
membatasi antara karyawan yang bekerja di lapangan dengan
karyawan yang bekerja di kantor pusat maupun operasional.
Para karyawan lapangan merasa diperlakukan seperti mesin. Tidak
adanya rasa saling menghargai dan kepentingan semua pihak antar
anggota organisasi karena motivasi kerja karyawan dan anggota
organisasi CMNP adalah untuk kepentingan pribadi. Karyawan hanya
pasrah dengan keadaan tanpa ada usaha untu lebih meningkatkan
komunikasi sampai pada taraf optimal, karyawan merasa lebih baik
diam dan menerima apapun kebijakan manajemenn dengan harapan
eksistensi karyawan tetap terjaga. Kejujuran atau keterusterangan
atasan atau manajemen atas hasil kerja karyawan dirasakan kurang.
Departemen Komunikasi Korporat berfungsi sebagai jembatan antara
manajemen dengan pihak internal maupun eksternal. Salah satu
bentuk dari program Bidang Internal Departemen Korporat untuk
menjawab kebutuhan komunikasi internal prusahaan diterbitkan
buletin triwulan. namun tidak tepat bisa menjawab kebutuhan akan
saluran komunikasi, dengan pemunculan media-media internal selain
koordinasi oleh Depatemen Komunikasi Korporat. Menurut karyawan
hal ini sebenarnya tidak sehat, selain tidak efsien juga mengkaburkan
fungsi
internal
relations
Departemen
Komunikasi
Korporat.
Departemen komunikasi Korporat juga menerbitkan media internal
warta Citra Marga, namun dinilai terlambat dan cenderung menjadi
corong manajemen dan belum memberikn kesempatan komunikasi
yang sifatnya bottom up. Komunikasi face to face menjadi hal yang
sangat dirindukan oleh para karyawan.
Dari
kasus
tersebut,
Departemen
Komunikasi
Koorporat
yang
diposisikan sebagai PR perusahaan tersebut tidak menjalankan etika
profesi
kehumasan
dengan
baik.
Perusahaan
tersebut
dapat
dinyatakan melanggar etika kehumasan karena :
a.
Pasal 3 mengenai Media Komunikasi ; “seorang anggota tidak
akan melaksanakan kegiatan yang dapat merugikan integritas media
komunikasi”. Dari sini CMNP dapat dikatakan melanggar pasal
tersebut karena CMNP menciptakan suatu media komunikasi yang
sifatnya belum dua arah.
b.
Pasal 8 mengenai memberitahukan Kepentingan Keuangan ;
“seorang angota yang mempunyai kepentingan keuangan dalam suatu
organisasi, tidak akan menyarankan klien atau majikannya untuk
memakai organisasi tersebut atau pun memanfaatkan jasa-jasa
organisasi
tersebut,
tanpa
memberitahukan
terlebih
dahulu
kepentingan pribadinya yang terdapat dalam organisasi tersebut.”.
CMNP dapat dikatakan melanggar pasal tersebut karena terbukti
kinerja keuangan perusahaan tersebut cenderung tertutup dan
memiliki kinerja buruk.
c.
Perusahaan CMNP juga melanggar kode etik Kehumasan
Pemerintah mengenai hubungan kerja kewajiban dalam organisasi
yang berbunyi “pengelola anggota/kehumasan pemerintah harus loyal
kepada
instansinya,
memiliki
kinerja
berkomunikasi
dan
integritasmoral secara efektif, baik dalam jalur formal maupun
informal dengan para pegawai instansi tempat pengelola / anggota
kehumasan pemerintah.
Solusi : Harus diadakannya survey mendalam ke seluruh karyawan,
agar masalah seperti ini dapat diketahui oleh pihak atas. Buatlah
suatu program yang dapat membuat sesama karyawan atau antara
karyawan dan atasan menjadi lebih menyatu, agar suasana kerja lebih
nyaman. Perusahaan juga harus menjadi lebih terbuka akan segala
hal, agar rasa percaya di dalam perusahaan bisa tumbuh.
Mata Kuliah : PR Ethics
Kelas : Humas F
oleh :
Muhammad Hanif Azhari
210110120332
Egy Haekal
210110120195
Angga Laraspati
210110120119
Hubungan Masyarakat
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjajaran
2014
I. Tentang PERHUMAS Indonesia
Berdirinya PERHUMAS berawal ketika salah satu seorang
praktisi humas, Marah Joenoes, menghadiri “World Public Relations
Congress” ke-6 yang diselenggarakan di Jenewa. Almarhum Marah
Joenoes sangat bersemangat untuk mewujudkan cita-citanya dan
terlibat aktif dalam berbagai diskusi persiapan pendirian sebuah
forum profesi kehumasan. Pertemuan pertama diadakan di gedung
Wisma
Internasional
Purnawirawan
Diponegoro
Pertamina
Angkatan
No.
53,
(kini
Bersenjata
Jakarta
yang
RI
Gedung
–
Persatuan
PEPABRI)
dihadiri
oleh
di
para
jalan
praktisi
kehumasan dari berbagai instansi pemerintah baik sipil maupun
militer, Badan Usaha Milik Negara, swasta maupun konsultan.
Mereka langsung menyepakati pendirian Organisasi Nasional
dan menunjuk tiga orang yaitu Marah Joenoes, Tommy Graciano dan
Wisaksono
Nuradi
untuk
mengusulkan
nama
organisasi
dan
merancang anggaran dasarnya. Didorong kebutuhan akan sebuah
forum
profesi
kehumasan
untuk
bertukar
pengalaman
demi
peningkatan kualitas praktek kehumasan di Indonesia, maka sejak itu
disepakati pendirian PERHUMAS.
Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia – PERHUMAS
adalah organisasi profesi para praktisi Humas dan Komunikasi
Indonesia
yang
didirikan
pada
tanggal
15
Desember
1972.
PERHUMAS secara resmi telah tercatat di DEPDAGRI sebagai
organisasi nasional kehumasan di Indonesia dan pada International
Public Relation Association IPRA yang berkedudukan di London.
PERHUMAS
bertujuan
meningkatkan
keterampilan
professional,
memperluas dan memperdalam pengetahuan, meningkatkan kontak
dan pertukaran pengalaman antara anggota serta berhubungan
dengan organisasi serumpun di dalam dan luar negeri, Untuk
mencapai tujuan tersebut, berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi
anggota, seperti penerbitan bulletin, buku dan jurnal, berbekal
pengalaman – pengalaman dari momen – momen bersejarah yang
telah dilalui selama kurun waktu 34 tahun ini, PERHUMAS ikut
membidani
kelahiran
Federation
Of
ASEAN
Public
Relations
Organization (FAPRO) pada 17 Desember 1977 di Kuala Lumpur.
Penyelenggara ASEAN Public Relations Congress di Jakarta pada
Tahun 1981, dan terakhir diterimanya PERHUMAS dalam Forum For
Corporate Governance in Indonesia (FCGI) pada tahun 2002 perayaan
Tri Dasawarsa PERHUMAS 2002, Musyawarah Nasional 2004 hingga
Konvensi
Nasional
Humas
Indonesia
2006
yang
sedang
kita
laksanakan ini.
PERHUMAS tidak cukup berpuas diri akan apa yang telah
diperolehnya selama ini. Praktisi profesi kehumasan harus memiliki
tanggung jawab bersama untuk terus mengeksistensikan fungsi dan
peran
organisasi
PERHUMAS
dalam
meningkatkan
kualitas
pelaksanaan kehumasan di Indonesia.
Badan Pengurus Pusat berkedudukan di Jakarta dengan cabangcabang yang tersebar hampir di seluruh Indonesia.
VISI MISI
Mengembangkan kompetensi para professional humas ( Public
Relations) di Indonesia untuk mendukung pengembangan citra positif
dan reputasi Institusi dan bangsa Indonesia.
Tujuan PERHUMAS Indonesia
1.
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan para professional
Hubungan Masyarakat di Indonesia.
1.
Memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan mengenai
Hubungan Masyarakat
1.
Meningkatkan
komunikasi
dan
pertukaran
informasi
dan
pengalaman diantara para anggotanya.
Menyelenggarakan
hubungan
dengan
organisasi-organisasi
yang
serumpun dengan bidang Hubungan Masyarakat.
KODE ETIK PERHUMAS
KODE ETIK PROFESI
PERHUMAS INDONESIA
Dijiwai oleh Pancasila maupun UUD 1945 sebagai landasan tata
kehidupan nasional; Diilhami oleh Piagam PBB sebagai landasan tata
kehidupan internasional; Dilandasi oleh Deklarasi Asean (8 Agustus
1967) sebagai pemersatu bangsa-bangsa Asia Tenggara; dan dipedomi
oleh cita-cita, keinginan dan tekad untuk mengamalkan sikap dan
perilaku
kehumasan
Perhimpunan
INDONESIA
Indonesia,
secara
Hubungan
sepakat
dan
bila
professional;
Masyarakat
untuk
terdapat
mematuhi
kami
Indonesia
Kode
bukti-bukti
para
–
ETik
diantara
anggota
PERHUMAS
Kehumasan
kami
dalam
menjalankan profesi kehumasan ternyata ada yang melanggarnya,
maka hal itu sudah tentu mengakibatkan diberlakukannya tindak
organisasi terhadap pelanggarnya.
Pasal 1
KOMITMEN PRIBADI
Anggota PERHUMAS harus :
2.
Memiliki dan menerapkan standar moral serta reputasi setinggi
mungkin dalam menjalankan profesi kehumasan
3.
Berperan secara nyata dan sungguh-sungguh dalam upaya
memasyarakatan kepentingan Indonesia
4.
Menumbuhkan dan mengembangkan hubungan antar warga
Negara Indonesia yang serasi daln selaras demi terwujudnya
persatuan dan kesatuan bangsa
Pasal II
PERILAKU TERHADAP KLIEN ATAU ATASAN
Anggota PERHUMAS INDONESIA harus:
2.
Berlaku jujur dalam berhubungan dengan klien atau atasan
3.
Tidak mewakili dua atau beberapa kepentingan yang berbeda
atau yang bersaing tanpa persetujuan semua pihak yang terkait
4.
Menjamin rahasia serta kepercayaan yang diberikan oleh klien
atau atasan, maupun yang pernah diberikan oleh mantan klien
atau mantan atasan
5.
Tidak melakukan tindak atau mengeluarkan ucapan yang
cenderung merendahkan martabat, klien atau atasan, maupun
mantan klien atau mantan atasan
6.
Dalam memberi jasa-jasa kepada klien atau atasan, tidak akan
menerima
manapun
pembayaran,
selain
dari
komisi
klien
atau
atau
imbalan
dari
pihak
atasannya
yang
telah
memperoleh kejelasan lengkap
7.
Tidak akan menyerahkan kepada calon klien atau calon atasan
bahwa pembayaran atau imbalan jasa-jasanyaharus didasarkan
kepada
hasil-hasil
tertentu,
atau
tidak
akan
menyetujui
perjanjian apapun yang mengarah kepada hal yang serupa
Pasal III
PERILAKU TERHADAP MASYARAKAT DAN MEDIA MASSA
Anggota PERHUMAS INDONESIA harus:
2.
Menjalankan
kegiatan
profesi
memperhatikan
kepentingan
kehumasan
masyarakat
serta
dengan
harga
diri
anggota masyarakat
3.
Tidak melibatkan diri dalam tindak memanipulasi intergritas
sarana maupun jalur komunikasi massa
4.
Tidak menyebarluaskan informasi yang tidak benar atau yang
menyesatkan sehingga dapat menodai profesi kehumasan
5.
Senantiasa membantu untuk kepentingan Indonesia
Pasal IV
PERILAKU TERHADAP SEJAWAT
Praktisi Kehumasan Indonesia harus:
1.
Tidak dengan sengaja merusak dan mencemarkan reputasi atau
tindak
professional
sejawatnya.
Namun
bila
ada
sejawat
bersalah karena melakukan tindakan yang tidak etis, yang
melanggar hukum, atau yang tidak jujur, termasuk melanggar
Kode
Etik
disampaikan
Kehumasan
kepada
Indonesia,
Dewan
maka
bukti-bukti
Kehormatan
wajib
PERHUMAS
INDONESIA
2.
Tidak menawarkan diri atau mendesak klien atau atasan untuk
menggantikan kedudukan sejawatnya
Membantu dan berkerja sama dengan sejawat di seluruh Indonesia
untuk menjunjung tinggi dan mematuhi Kode Etik Kehumasan ini.
KODE ETIK PROFESI ASOSIASI PERUSAHAAN PUBLIC
RELATIONS INDONESIA (APRI)
Pasal 1 Norma-norma Perilaku Profesional
Dalam menjalankan kegiatan profesionalnya, seorang anggota wajib
menghargai kepentingan umum dan menjaga diri setiap anggota
masyarakat. Menjadi tanggung jawab pribadinya untuk bersikap adil
dan jujur terhadap klien, baik yang mantan maupun yang sekarang,
dan terhadap sesame anggota asosiasi, anggota media komunikasi
serta masyarakat luas.
Pasal 2 Penyebarluasan Informasi
Seorang anggota tidak akan menyebarluaskan, secara sengaja dan
tidak bertanggung jawab, informasi yang palsu atau yang
menyesatkan, dan sebaliknya justru akan berusaha sekeras mungkin
untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Ia berkewajiban untuk
menjaga integritas dan ketepatan informasi.
Pasal 3 Media Komunikasi
Seorang anggota tidak akan melaksanakan kegiatan yang dapat
merugikan integritas media komunikasi. Pasal 4 Kepentingan yang
tersembunyi Seorang anggota tidak akan melibatkan dirinya dalam
kegiatan apapun yang secara sengaja bermaksud memecah belah atau
menyesatkan, dengan cara seolah-olah ingin memajukan suatu
kepentingan tertentu padahal sebaliknya justru ingin memajukan
kepentingan lain yang tersembunyi. Seorang anggota berkewajiban
untuk menjaga agar kepentingan sejati organisasi yang menjadi mitra
kerjanya benar-benar terlaksana secara baik.
Pasal 5 Informasi Rahasia
Seorang anggota (kecuali bila diperintahkan oleh aparat hukum yang
berwenang) tidak akan menyampaikan atau memanfaatkan informasi
yang dipercayakan kepadanya, atau yang diperolehnya, secara
pribadi, dan atas dasar kepercayaan, atau yang bersifat rahasia, dari
kliennya, baik di masa lalu, kini atau di masa depan, demi untuk
memperoleh keuntungan pribadi atau untuk kepentingan lain tanpa
persetujuan jelas dari yang bersangkutan.
Pasal 6 Pertentangan Kepentingan
Seorang anggota tidak akan mewakili kepentingan-kepentingan yang
saling pertentangan atau saling bersaing, tanpa persetujuan jelas dari
pihak-pihak yang bersangkutan, dengan terlebih dahulu
mengemukakan fakta-fakta yang terkait.
Pasal 7 Sumber-sumber Pembayaran
Dalam memberikan jasa pelayanan kepada kliennya, seorang anggota
tidak akan menerima pembayaran, baik tunai maupun dalam bentuk
lain, yang diberikan sehubungan dengan jasa-jasa tersebut, dari
sumber mana pun, tanpa persetujuan jelas dari kliennya.
Pasal 8 Memberitahukan Kepentingan Keuangan
Seorang anggota, yang mempunyai kepentingan keuangan dalam
suatu organisasi, tidak akan menyarankan klien atau majikannya
untuk memakai organisasi tersebut ataupun memanfaatkan jasajasa
organisasi tersebut, tanpa memberitahukan terlebih dahulu
kepentingan keuangan pribadinya yang terdapat dalam organisasi
tersebut.
Pasal 9 Pembayaran Berdasarkan Hasil Kerja
Seorang anggota tidak akan mengadakan negosiasi atau menyetujui
persyaratan dengan calon majikan atau calon klien, berdasarkan
pembayaran yang tergantung pada hasil pekerjaan PR tertentu di
masa depan.
Pasal 10 Menumpang-tindih Pekerjaan Anggota Lain
Seorang anggota yang mencari pekerjaan atau kegiatan baru dengan
cara mendekati langsung atau secara pribadi, calon majikan atau
calon langganan yang potensial, akan mengambil langkahlangkah
yang diperlukan untuk mengetahui apakah pekerjaan atau kegiatan
tersebut sudah dilaksanakan oleh anggota lain. Apabila demikian,
maka menjadi kewajibannya untuk memberitahukan anggota tersebut
mengenai usaha dan pendekatan yang akan dilakukannya terhadap
klien tersebut. (Sebagian atau seluruh pasal ini sama sekali tidak
dimaksudkan untuk menghalangi anggota mengiklankan jasa-jasanya
secara umum).
Pasal 11 Imbalan Kepada Karyawan Kantor-kantor Umum
Seorang anggota tidak akan menawarkan atau memberikan imbalan
apapun, dengan tujuan untuk memajukan kepentingan pribadinya
(atau kepentingan klien), kepada orang yang menduduki suatu
jabatan umum, apabila hal tersebut tidak sesuai dengan kepentingan
masyarakat luas.
Pasal 12 Mengkaryakan Anggota Parlemen
Seorang anggota yang mempekerjakan seorang anggota parlemen,
baik sebagai konsultan atau pelaksana, akan memberitahukan kepada
Ketua Asosiasi tentang hal tersebut maupun tentang jenis pekerjaan
yang bersangkutan. Ketua Asosiasi akan mencatat hal tersebut dalam
suatu buku catatan yang khusus dibuat untuk kep[erluan tersebut.
Seorang anggota asosiasi yang kebetulan juga menjadi anggota
parlemen wajib memberitahukan atau memberi peluang agar
terungkap, kepada ketua, semua keterangan apapun mengenai
dirinya.
Pasal 13 Mencemarkan Anggota-anggota Lain
Seorang anggota tidak akan dengan itikad buruk mencemarkan nama
baik atau praktik profesional anggota lain.
Pasal 14 Instruksi/Perintah Pihak-pihak Lain
Seorang anggota yang secara sadar, mengakibatkan atau
memperbolehkan orang atau organisasi lain untuk bertindak
sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan kode etik ini, atau
turut secara pribadi ambil bagian dalam kegiatan semacam itu, akan
dianggap telah melanggar kode ini.
Pasal 15 Nama Baik Profesi
Seorang anggota tidak akan berperilaku sedemikian rupa sehingga
merugikan nama baik asosiasi, atau profesi public relations.
Pasal 16 Menjunjung Tinggi Kode Etik
Seorang anggota wajib menjunjung tinggi kode etik ini, dan wajib
bekerja sama dengan anggota lain dalam menjunjung tinggi kode etik,
serta dalam melaksanakan keputusankeputusan tentang hal apapun
yang timbul sebagai akibat dari diterapkannya keputusan tersebut.
Apabila seorang anggota mempunyai alas an untuk berprasangka
bahwa seorang anggota lain terlibat dalam kegiatankegiatan yang
dapat merusak kode etik ini, maka ia berkewajiban untuk
memberitahukan hal tersebut kepada Asosiasi. Semua anggota wajib
mendukung Asosiasi dalam menerapkan dan melaksanakna kode etik
ini, dan Asosiasi wajib mendukung setiap anggota yang menerapkan
dan melaksanakan kode etik ini.
Pasal 17 Profesi Lain
Dalam bertindak untuk seorang klien atau majikan yang tergabung
dalam suatu profesi, seorang anggota akan menghargai Kode Etik dari
profesi tersebut dan secara sadar tidak akan turut dalam kegiatan
apapun yang dapat mencemarkan Kode Etik tersebut.
II. Bakohumas
SEJARAH SINGKAT BAKOHUMAS
Secara yuridis formal, Bakohumas Didirikan berdasarkan Surat
Keputusan menteri penerangan No. 31/KEP/MENPEN/1971. Lahirnya
SK Menpen dalam rangka Pembentukan Bakohumas yang merupakan
kelanjutan
dari
hasil
musyawarah
antar
humas
-
humas
Departemen/Lembaga Negara pada tanggal 6 Desember 1967.
Untuk memperoleh daya guna dan tepat operasi penerangan setinggitingginya maka dipandang perlu untuk membentuk suatu badan yang
bertugas mengkoordinir, mengintegrasikan dan mensinkronisasikan
kegiatan humas- humas pemerintah.
Musyawarah ini menyetujui diadakannya Koordinasi antar humas
Departemen/Lembaga Negara disingkat BAKOR yang dikoordinasikan
oleh Deppen. Kemudian pada pertemuan pleno Bakor pada tanggal 1
juli 1970 untuk membicarakan peningkatan dan efektivitasnya wadah
ini, diperoleh kata sepakat untuk merubah Bakor menjadi Bakohumas
(Badan Koordinasi Humas Pemerintah ).
Dalam perkembangan selanjutnya lahirlah SK Menteri Penerangan
tersebut diatas yang beberapa pasalnya antara lain berbunyi :
Pasal 1 : perihal kedudukan
1. Ditingkat
Pemerintah
Pusat
dibentuk
Badan
Koordinasi
Kehumasan Pemerintah disingkat Bakohumas.
2. Bakohumas Pusat berkedudukan di Departemen Penerangan
3. Keanggotaan Bakohumas terdiri dari humas-humas (LembagaLembaga Pemerintah Negara/Non
Departemen) pada tingkat Pemerintah Pusat yang diwakili oleh
satu orang atau lebih.
Adapun tugas Bakohumas ini adalah :
1. Membantu
Menteri
Penerangan
dalam
menetapkan
kebijaksanaan pembinaan hubungan yang lancar dan harmonis
antara masyarakat dan pemerintah
2. Mengadakan Koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan kerjasama
antara humas Departemen/Lembaga Negara
3. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai
dengan kebijaksanaan Pemerintah.
KODE ETIK HUMAS PEMERINTAHAN
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Etika adalah nilai-nilai moral yang mengikat dalam berucap,
bersikap dan berperilaku dalam pelaksanaan tugas, fungsi,
wewenang, dan tanggungjawab.
2. Kode Etik Humas Pemerintahan adalah pedoman bersikap,
berperilaku,
bertindak
dan
berucap
para
praktisi
humas
pemerintah.
3. Profesi
adalah
pekerjaan
yang
menuntut
keahlian
dan
keterampilan dalam pelayanan tertentu berdasarkan latihan,
pengetahuan dan kemampuan yang diakui sesuai dengan
standar kompetensinya.
4. Hubungan masyarakat pemerintah untuk selanjutnya disebut
humas pemerintah adalah aktivitas lembaga dan atau individu,
yang melakukan fungsi manajemen dalam bidang komunikasi
dan
informasi
kepada
publik
pemangku
kepentingan
(stakeholders) dan sebaliknya.
5. Pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah sebagaimana
dimaksud Pasal 1 ayat (4) adalah
1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut pemerintah, adalah
Presiden
Republik
Indonesia
yang
memegang
kekuasaan
pemerintahan NKRI
sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara RI Tahun
1945.
2. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau
walikota,
serta
perangkat
daerah
sebagai
unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
6. HumasPemerintahanadalahsegenaptindakanyangdilakukanolehs
uatu instansi/perusahaan dalam usaha membina hubungan yang
harmonis dengan khalayak internal dan ekstenal dan membina
martabat instansi/ pemerintahan dalam pandangan khalayak
internal
dan
eksternal
guna
memperoleh
pengertian,
kepercayaan, kerjasama, dan dukungan dari khalayak internal
dan eksternal dalam pelaksanaan tugas pokok dan
fungsinya.
7. Lembaga humas pemerintah adalah unit organisasi dalam suatu
lembaga
pemerintahan
komunikasi dan
yang
melakukan
fungsi
manajemen
bidang
informasi.
8. Humas Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 ayat
(6)
meliputi:
1. Humas yang berada pada lembaga atau instansi pemerintah
baik
pusat maupun daerah seluruh NKRI.
2. Humas yang berada di lingkungan BUMN dan BUMD.
9. Bad
an
Koordinasi
Kehumasan
Pemerintahan
selanjutnya
disebut Bakohumas Pusat. Bakohumas Pusat adalah organisasi
profesi
humas
Pemerintah,
pemerintah
baik
yang
Departemen,
anggotanya
Lembaga
Instansi
Pemerintah
Non
Departemen, Lembaga- Lembaga Negara, maupun BUMN.
10.
Badan
selanjutnya
organisasi
Koordinasi
disebut
profesi
Kehumasan
Bakohumasda.
humas
Pemerintahan
Bakohumasda
pemerintah
yang
Daerah
adalah
anggotanya
Pemerintah Daerah baik tingkat Provinsi, Kabupaten, Kota,
BUMD maupun instansi vertikal.
11. Badan Kehormatan Bakohumas/ Bakohumasda adalah Badan
yang
bertugas
mengawasi
penerapan
Kode
Etik
Humas
Pemerintahan dan menetapkan sanksi atas pelanggaran yang
dilakukan anggotanya.
12.Keanggotaan Bakohumas Pusat/ Bakohumasda meliputi semua
unit Humas yang berada di Instansi Pemerintah.
13.Instansi pemerintah adalah departemen, kementerian negara,
sekretariat
lembaga
tinggi
negara
dan
lembaga
negara,
lembaga pemerintah non- departemen, pemerintah daerah,
organisasi
perangkat
daerah
dan
Badan
Usaha
Milik
Negara/Daerah maupun instansi vertikal.
BAB II KOMITMEN PRIBADI
Pasal 2
Anggota Humas Pemerintahan menjunjung tinggi Kehormatan sebagai
Pegawai Instansi Pemerintah, baik Depatemen, Lembaga Pemerintah
Non
Departemen,
Lembaga-Lembaga
Negara,
BUMN,
maupun
BUMD.
Pasal 3
Anggota
Humas
Pemerintahan
mengutamakan
kompetensi,
obyektivitas, kejujuran, serta menjunjung tinggi integritas dan normanorma keahlian serta menyadari konsekuensi tindakannya.
Pasal 4
Anggota Humas Pemerintahan memegang teguh rahasia negara,
sumpah jabatan, serta wajib mempertimbangkan dan mengindahkan
etika yang berlaku agar sikap dan perilakunya dapat memberikan
citra yang positip bagi pemerintahan dan menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 5
Anggota Humas Pemerintahan menyampaikan informasi publik yang
benar dan akurat serta membentuk citra Humas Pemerintahan yang
positip di masyarakat.
Pasal 6
Anggota
Humas
Pemerintahan
menghargai,
menghormati,
dan
membina solidaritas serta nama baik rekan seprofesi.
Pasal 7
Anggota
Humas
Pemerintahan
akan
berusaha
meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan untuk mewujudkan efsiensi dan
efektivitas kerja serta memajukan profesi Humas Pemerintahan di
Indonesia.
BAB III HUBUNGAN KE DALAM
Pasal 8
Anggota Humas Pemerintahan loyal terhadap kepentingan organisasi/
instansinya, bukan kepada kepentingan perorangan/golongan.
Pasal 9
Anggota Humas Pemerintahan wajib:
1. menjalin
komunikasi
organisasi/instansinya
kepada
semua
agar tercapai
pegawai
di
iklim organisasi yang
mendukung peningkatan kompetensi organisasi.
2. mengingatkan rekan seprofesinya yang melakukan tindakan di
luar batas
kompetensi
dan
kewenangannya
dalam
mencegah
terjadinya
pelanggaran Kode Etik Humas Pemerintahan.
Pasal 10
Anggota Humas Pemerintahan tunduk, mematuhi dan menghormati
Kode Etik Humas Pemerintahan sesuai perundangan yang berlaku.
BAB IV HUBUNGAN KE LUAR
Pasal 11
Anggota Humas Pemerintahan wajib menyediakan dan memberikan
informasi publik yang benar dan akurat kepada masyarakat, media
massa,
dan
insan
pers
sesuai
dengan
tugas
dan
fungsi
organisasi/institusinya sesuai dengan perundangan yang berlaku.
Pasal 12
Anggota
Humas
Pemerintahan
tidak
diperkenankan
melakukan
penekanan terhadap media massa dan insan pers serta mencegah
pemberian barang dan jasa kepada media massa dan insan pers
dengan dalih kepentingan publikasi (publisitas) pribadi/ golongan/
organisasi/ instansinya.
Pasal 13
Anggota
Humas
Pemerintahan
menghargai,
menghormati,
dan
membina hubungan baik dengan profesi lainnya.
BAB V HUBUNGAN SESAMA PROFESI
Pasal 14
Anggota
Humas
Pemerintahan
wajib
bertukar
informasi
dan
membantu memperlancar arus informasi dengan sesama anggota.
Pasal 15
Anggota Humas Pemerintahan bersedia mendukung pelaksanaan
tugas sesama anggota.
Pasal 16
Anggota Humas Pemerintahan tidak dibenarkan mendiskreditkan
sesama anggota
BAB VI BADAN KEHORMATAN
Pasal 17
Badan Kehormatan di bentuk dan dipilih oleh Badan Koordinasi
Humas Pemerintahan (Bakohumas Pusat/Bakohumasda) sebanyak 9
orang dengan masa bakti selama 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih
kembali.
Pasal 18
Bakohumas Pusat membentuk Formatur Pengurus Badan Kehormatan
dalam pertemuan tahunan dan meminta persetujuan anggota untuk
ditetapkan sebagai anggota Badan Kehormatan Bakohumas.
Pasal 19
Formatur Badan Kehormatan yang diusulkan Bakohumas Pusat terdiri
dari Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, LembagaLembaga Negara, BUMN, dan Perguruan Tinggi.
Pasal 20
Bakohumas
Daerah
membentuk
Formatur
Pengurus
Badan
Kehormatan dalam Pertemuan Tahunan dan meminta persetujuan
anggota
untuk
ditetapkan
sebagai
anggota
Badan Kehormatan
Bakohumasda.
Pasal 21
Formatur Badan Kehormatan yang diusulkan Bakohumasda terdiri
dari Provinsi/Kabupaten/ Kota, BUMD, dan Perguruan Tinggi
Pasal 22
Badan
Kehormatan
Bakohumas
Pusat
dan
Badan
Kehormatan
Bakohumasda terdiri dari Ketua, Wakil Ketua dan Anggota. Ketua dan
Wakil Ketua dipilih oleh anggota Badan Kehormatan.
Pasal 23
Badan
Kehormatan
melaksanakan
pemantauan,
evaluasi,
dan
penilaian terhadap kinerja anggota sesuai dengan laporan satuan
kerja induknya berdasarkan standar operasional prosedur (SOP)
profesi Humas Pemerintahan.
Pasal 24
Badan Kehormatan melalui musyawarah berwenang memberikan
penghargaan kepada anggota yang berprestasi dalam menjalankan
profesinya dan mematuhi Kode Etik Humas Pemerintahan.
BAB VII SANKSI
Pasal 25
Badan
Kehormatan
Pusat
melalui
musyawarah
berwenang
mengusulkan kepada Ketua Bakohumas untuk mengusulkan sanksi
administratif
bagi anggota
yang melanggar
Kode Etik
Humas
Pemerintahan.
Pasal 26
Badan
Kehormatan
Daerah
melalui
musyawarah
berwenang
mengusulkan kepada Ketua Bakohumasda untuk pemberian sanksi
administratif
bagi anggota
yang melanggar
Kode Etik
Humas
Pemerintahan. Selanjutnya Ketua Bakohumasda meneruskan kepada
Ketua Bakohumas Pusat.
Pasal 27
Ketua Bakohumas Pusat menyampaikan hasil keputusan Ketua Badan
Kehormatan
Pusat
dan
Ketua
Bakohumasda
berupa
sanksi
administratif kepada atasan pelaku pelanggaran.
Pasal 28
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pasal 27 terdiri dari:
1. Teguran lisan
2. Teguran tertulis
Pasal 29
Anggota Bakohumas yang didakwa melanggar Kode Etik Humas
Pemerintahan:
1. Memiliki hak jawab dalam proses penyelesaian perkaranya.
2. Berhak mendapatkan pemulihan nama baik dan hak-haknya
seperti
semula bila terbukti tidak bersalah.
------------------
III. Dua Contoh Kasus Pelanggaran Etika Kehumasan
1.
Kasus lumpur Lapindo Brantas
Lebih dari lima tahun kasus lumpur Lapindo belum usai. Lapindo
yang dimiliki oleh Bakrie Group ini memang memiliki sumberdaya
politik ekonomi yang dapat perpengaruh di Indonesia, bahkan Bakrie
Group dapat menciptakan opini public mengenai lumpur Lapindo itu
sendiri melalui media yang dimiliki. Pada 22 Oktober 2008 Lapindo
Brantas mengadakan siaran pers mengenai hasil para ahli geologi di
London. Pada konfrensi tersebut Lapindo menyewa perusahan Public
Relation untuk mengabarkan bahwa peristiwa tersebut bukan dari
kesalahan Lapindo. Lapindo mengeluarkan statement bahwa kejadian
tersebut akibat dari bencana alam, akan tetapi sejumlah ahli geolog
dan LSM yang peduli terhadap kasus lumpur Lapindo ini tetap
menganggap bahwa kejadian pengeboran Lapindo yang menjadi
pemicu tragedy tersebut. Lapindo terus menutupi fakta dengan
berbagai cara termasuk membuat iklan serta memecah belah warga
memalui
masalah
ganti
rugi
hal
tersebut
dilakukan
untuk
mengarahkan pada opini public.
Dari kasus tersebut, maka PR Lapindo Brantas dapat dinyatakan telah
melanggar kode etik profesi Public relation, yaitu :
a.
Pasal 2 mengenai Penyebaran informasi ; “seorang anggota
tidak
akan
menyebarluaskan,
secara
sengaja
dan
tidak
bertanggungjawab, informasi yang palsu atau yang meyesatkan, dan
sebaliknya justru akan berusaha sekeras mungkin untuk mencegah
terjadinya hal tersebut. Ia berkewajiban menjaga dan ketepatan
informasi.”. Lapindo dikatakan melanggar pasal tersebut karena
Lapindo menyebarkan informasi yang tidak sesuai dengan fakta.
b.
Pasal 3 mengenai Media Komunikasi ; “seorang anggota tidak
akan melaksanakan kegiatan yang dapat merugikan integritas media
komunikasi”. Lapindo dapat dikatakan melanggar pasal berikut
karena
Lapindo
yang
merupakan
milik
Bakrie
Group
dapat
menciptakan opini public sendiri mengenai lumpur Lapindo itu sendiri
melalui media yang dimiliki sehingga informasi yang diberikan
meskipun tidak sesuai dengan kenyataan tetapi tidak menjatuhkan
citra Lapindo.
Solusi : Pihak Lapindo harus kembali menelusuri dengan baik apa
penyebab akibat keluarnya lumpur tersebut, baik dengan bantuan
pihak luar ataupun tidak, dan memberitakan dengan sejujur-jujurnya.
Sehingga tidak ada lagi kesalahpahaman yang terjadi, dan pihak
Lapindo bisa menyelesaikan masalah ini, tanpa tambahan tekanan dan
gangguan dari luar.
2. Iklim Komunikasi di PT Citra Marga Nusaphala Persada tbk
Berkaitan dengan Kondisi Perusahaan
Terdapat tiga permasalahan yang terjadi di CMNP yaitu stigma KKN,
kinerja keuangan yang buruk, dan gugatan bagi hasil pengelolaan
jalan tol dengan Jasa marga. Karyawan lebih menganggap pembagian
revenue
sharing
dengan
Jasa
Marga
yang
paling
menganggu
eksistensi karyawan karena menyangkut kesejahteraan. hubungan
antara bahawan dan atasan dalam CMNP berkaitan dengan informai
tentang usaha repositioning dan keadaan negatif perusahaan terlihat
tidak supportive, dimana para karyawan merasa bahwa atasan tidak
membantu mereka dalam membangun dan memelihara rasa saling
meghargai
dan
kepentingan
semua
pihak.
Adanya
jarak
yang
membatasi antara karyawan yang bekerja di lapangan dengan
karyawan yang bekerja di kantor pusat maupun operasional.
Para karyawan lapangan merasa diperlakukan seperti mesin. Tidak
adanya rasa saling menghargai dan kepentingan semua pihak antar
anggota organisasi karena motivasi kerja karyawan dan anggota
organisasi CMNP adalah untuk kepentingan pribadi. Karyawan hanya
pasrah dengan keadaan tanpa ada usaha untu lebih meningkatkan
komunikasi sampai pada taraf optimal, karyawan merasa lebih baik
diam dan menerima apapun kebijakan manajemenn dengan harapan
eksistensi karyawan tetap terjaga. Kejujuran atau keterusterangan
atasan atau manajemen atas hasil kerja karyawan dirasakan kurang.
Departemen Komunikasi Korporat berfungsi sebagai jembatan antara
manajemen dengan pihak internal maupun eksternal. Salah satu
bentuk dari program Bidang Internal Departemen Korporat untuk
menjawab kebutuhan komunikasi internal prusahaan diterbitkan
buletin triwulan. namun tidak tepat bisa menjawab kebutuhan akan
saluran komunikasi, dengan pemunculan media-media internal selain
koordinasi oleh Depatemen Komunikasi Korporat. Menurut karyawan
hal ini sebenarnya tidak sehat, selain tidak efsien juga mengkaburkan
fungsi
internal
relations
Departemen
Komunikasi
Korporat.
Departemen komunikasi Korporat juga menerbitkan media internal
warta Citra Marga, namun dinilai terlambat dan cenderung menjadi
corong manajemen dan belum memberikn kesempatan komunikasi
yang sifatnya bottom up. Komunikasi face to face menjadi hal yang
sangat dirindukan oleh para karyawan.
Dari
kasus
tersebut,
Departemen
Komunikasi
Koorporat
yang
diposisikan sebagai PR perusahaan tersebut tidak menjalankan etika
profesi
kehumasan
dengan
baik.
Perusahaan
tersebut
dapat
dinyatakan melanggar etika kehumasan karena :
a.
Pasal 3 mengenai Media Komunikasi ; “seorang anggota tidak
akan melaksanakan kegiatan yang dapat merugikan integritas media
komunikasi”. Dari sini CMNP dapat dikatakan melanggar pasal
tersebut karena CMNP menciptakan suatu media komunikasi yang
sifatnya belum dua arah.
b.
Pasal 8 mengenai memberitahukan Kepentingan Keuangan ;
“seorang angota yang mempunyai kepentingan keuangan dalam suatu
organisasi, tidak akan menyarankan klien atau majikannya untuk
memakai organisasi tersebut atau pun memanfaatkan jasa-jasa
organisasi
tersebut,
tanpa
memberitahukan
terlebih
dahulu
kepentingan pribadinya yang terdapat dalam organisasi tersebut.”.
CMNP dapat dikatakan melanggar pasal tersebut karena terbukti
kinerja keuangan perusahaan tersebut cenderung tertutup dan
memiliki kinerja buruk.
c.
Perusahaan CMNP juga melanggar kode etik Kehumasan
Pemerintah mengenai hubungan kerja kewajiban dalam organisasi
yang berbunyi “pengelola anggota/kehumasan pemerintah harus loyal
kepada
instansinya,
memiliki
kinerja
berkomunikasi
dan
integritasmoral secara efektif, baik dalam jalur formal maupun
informal dengan para pegawai instansi tempat pengelola / anggota
kehumasan pemerintah.
Solusi : Harus diadakannya survey mendalam ke seluruh karyawan,
agar masalah seperti ini dapat diketahui oleh pihak atas. Buatlah
suatu program yang dapat membuat sesama karyawan atau antara
karyawan dan atasan menjadi lebih menyatu, agar suasana kerja lebih
nyaman. Perusahaan juga harus menjadi lebih terbuka akan segala
hal, agar rasa percaya di dalam perusahaan bisa tumbuh.